MODUL PENGINDERAAN
Disusun oleh :
Kelompok C1
Sundari I1011131012
Atika I1011131018
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Memahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh.
2. Mendemonstrasikan pengaruh aliran endolimfe pada krista ampularis dengan
menggunakan model kanalis semisirkularis
3. Memahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh
4. Menerangkan pengaruh percepatan sudut serta cara mendemonstrasikannya
dengan OP yang diputar di atas kursi Barany terhadap terjadinya nistagmus.
5. Mendemonstrasikan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan
tubuh dengan menggunakan kursi Barany
6. Menerangkan pengaruh percepatan sudut serta cara mendemonstrasikannya
terhadap kejadian penyimpangan penunjukan.
7. Untuk mengidentifikasikan pengaruh perubahan kecepatan terhadap posisi
terhadap sensasi OP.
8. Memahami dasar-dasar 3 cara pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan
garpu tala (penala) dan interpretasinya
BAB II
METODOLOGI
C. Tes jatuh
1. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat lengan kursi!
2. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepala dan
bungkukkan badannya ke depan sehingga posisi kepala membentuk
sudut 120 dengan sumbu tegak.
3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan.
4. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba.
Instruksikan OP untuk menegakkan kembali kepala dan badannya.
5. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP itu ke
mana rasanya ia akan jatuh.
6. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan
a. Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring
90o terhadap posisi normal.
b. Memiringkan kepala ke arah bahu kiri sehingga kepala miring 90o
terhadap posisi normal.
c. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60o
terhadap posisi normal.
7. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran
endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang.
D. Sensai (kesan)
1. Gunakan OP yang lain.
2. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya
dengan saputangan.
3. Putar kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur
bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara
berangsur-angsur pula sampai berhenti.
4. Tanyakan kepada OP arah perasaan berputar:
a. sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. sewaktu kecepatan putar menetap
c. sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. segera setelah kursi dihentikan
5. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan
berputar yang dirasakan oleh OP.
B. Tes weber
1. Getarkan penala yang berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan
salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan memukulkannya
pada benda keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP di garis median.
3. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi penala
sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi?
4. Pada OP yang tidak mengalami lateralisasi, Saudara dapat mencoba
menimbulkan lateralisasi buatan dengan menutup salah satu telinga OP
dengan kapas dan mengulangi pemeriksaannya.
C. Tes schwabach
1. Getarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan salah
satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan memukulkannya pada
benda keras.
2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah satu
telinga OP.
3. Instruksikan OP untuk mengacungkan jarinya pada saat dengungan
bunyi menghilang.
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari
prosesus mastoideus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila
dengungan penala masih dapat didengar oleh si pemeriksa, maka hasil
pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMENDEK.
Catatan: pada pemeriksaan menurut Schwabach, telinga pemeriksa
dianggap normal.
5. Apabila dengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh OP,
juga tidak terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin
SCHWABACH NORMAL atau SCHWABACH MEMANJANG.
Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan
ke prosesus mastoideus pemeriksa sampai tidak terdengar lagi
dengungan.
Kemudian, ujung tangkai penala segera ditekankan ke prosesus
mastoideus OP.
Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil
pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMANJANG.
Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa,
juga tidak dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan
ialah SCHWABACH NORMAL.
BAB III
HASIL
3.3 Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan
badan
1. Probandus 1 (Laki-laki)
a. Mata terbuka dengan kepala dan badan dalam sikap biasa OP mampu
mengikuti garis yang ada tanpa adanya kesulitan
b. Mata tertutup dengan kepala dan badan dalam sikap biasaOP sudah
tidak bisa mengikuti garis yang ada, keseimbangannya terganggu
c. Mata terbuka dengan kepala dimiringkan dengan kuat kekiriOP
dapat berjalanl urus
d. Mata tetutup dengan kepala dimiringkan dengan kuat kekiri OP
mulai menunjukkan ketidakseimbangan sehingga lebih cenderung
berjalan kearah kiri
e. Mata terbuka dengan kepala dimiringkan dengan kuat kekanan OP
masih dapat berjalan lurus
f. Mata tertutup dengan kepala dimiringkan dengan kuat kekanan OP
mulai menunjukkan ketidakseimbangan sehingga lebih cenderung
berjalan kearah kanan
2. Probandus 2 (perempuan)
a. Mata terbuka dengan kepala dan badan dalam sikap biasa OP
mampu mengikuti garis yang ada tanpa adanya kesulitan
b. Mata tertutup dengan kepala dan badan dalam sikap biasa OP dapat
berjalan lurus
c. Mata terbuka dengan kepala dimiringkan dengan kuat kekiriOP
dapat berjalan lurus
d. Mata tetutup dengan kepala dimiringkan dengan kuat kekiri OP
mulai menunjukkan ketidakseimbangan pada langkah pertama, namun
dapat berjalan lurus pada langkah selanjutnya
e. Mata terbuka dengan kepala dimiringkan dengan kuat kekanan OP
masih dapat berjalan lurus
f. Mata tertutup dengan kepala dimiringkan dengan kuat kekanan OP
mulai menunjukkan ketidakseimbangan pada langkah pertama, namun
dapat berjalan lurus pada langkah selanjutnya
Probandus Arah
Depan Belakang Kiri Kanan
Laki-laki Dapat Dapat Tidak dapat Dapat
menentukan menentukan menentukan menentukan
arah suara arah suara arah suara arah suara
Perempuan Dapat Dapat Dapat Dapat
menentukan menentukan menentukan menentukan
arah suara arah suara arah suara arah suara
PEMBAHASAN
Pertanyaan:
1. Apa maksud menundukkan kepala OP 30o kedepan?
Jawaban: Kepala OP ditundukan 30o ke depan agar cairan endolimfe masuk ke
kanalis anterior dan kanalis semisirkularis lateralis berada pada bidang horizontal.
Dalam keadaan ini sumbu kanalis semisirkularis horizontal menjadi poros rotasi.
Akibatnya, sesudah dilakukan pemutaran ke arah kanan OP menjadi berjalan
dengan deviasi ke kanan pada waktu OP diminta untuk berjalan lurus. Hal timbul
karena setelah dihentikan pemutaran kepala akan melekuk searah dengan putaran
(ke kanan) sehingga OP akan berjalan ke arah kanan.
2. a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalan lurus ke
depan setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?
Jawaban: Keseimbangan pasien dalam berjalan akan berkurang dan pada saat
berjalan pasien tampak akan berdeviasi ke arah kanan.
b. Bagaimana penjelasannya?
Jawaban: Saat dilakukan gerakan pertama kali aliran endolimfe bergerak
berlawanan arah dengan arah putaran sedangkan setelah rotasi dihentikan aliran
endolimfe bergerak searah dengan putaran. Gerakan endolimfe akan
menyebabkan penekukan kupula ke kanan. Keadaan ini menyebabkan OP
mengalami ketidakseimbangan berupa deviasi ke kanan ketika diminta untuk
berjalan lurus ke depan.
4.3 Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan
badan
Bila kepala di miringkan terjadi perangsangan asimetris pada reseptor
proprioseptif di otot leher dan alat vestibuler yang menyebabkan tonus yang asimetris
pula pada otot-otot ekstrimitas.Dalam keadaan seperti di atas mata yang terbuka
berusaha untuk mempertahankan sikap badan yang seimbang sebagai kompensasi.
Bila mata ditutup ketidakseimbangan ini akan lebih jelas.4
Hal di atas dipengaruhi oleh4:
1. Proprioseptif leher4
Apparatus vestibular hanya mendeteksi orientasi dan gerakan kepala. Oleh
karena itu, pada prinsip nya pusat-pusat saraf juga menerima informasi
yang sesuai mengenai orientasi kepala sehubungan dengan keadaan tubuh.
Bila kepala condong kesalah satu sisi akibat menekuknya leher, impuls
yang berasal proprioseptif leher dapat mencegah sinyal yang terbentuk di
dalam apparatus vestibular mencetuskan rasa ketidak seimbangan pada
seseorang.
2. Informasi proprioseptif dan eksteroseptif dari bagian-bagian tubuh
lainnya.4
Informasi proprioseptif yang berasal dari bagian tubuh selain leher juga
penting untuk menjaga keseimbangan.
Pertanyaan:
Pertanyaan:
4. Apa yang dimaksud nistagmus pemutran dan nistagmus pasca
pemutaran?
Jawaban: nistagumus pemutaran adalah gerakan involunter searah rotasi
ketika rotasi sedang berlangsung. Sedangkan nistagmus pascapemutaran
adalah bila nistagmus komponen cepat berlawanan arah dengan arah rotasi
saat rotasi telah dihentikan.
c. Tes jatuh
Pada saat posisi kepala direbahkan pada posisi 60 o kebelakang dan diputar
kekanan menyebabkan kanalis semisirkularis posterior terletak dalam posisi
horizontal. Ketika kepala diputar kekanan, Endolimfe yang berada di dalam
kanalis semisirkularis posterior ikut bergerak pada pemutaran maksimal. Pada saat
kanalis semisirkularis superior mulai diputar kekanan, endolimfe yang berada di
dalam kanalis semisirkularis posterior tertinggal sehingga krista ampularis
posterior bergerak kearah yang berlawanan dari arah gerak putar. Kemudian
setelah beberapa saat berputar stabil. Endolimfe mengikuti arah gerak putaran.
Saat dihentikan, endolimfe dalam kanalis semisirkuris masih bergerak kearah
gerak putar, sedangkan kanalisnya sudah berhenti berputar. Sehingga krista
ampularis bergerak kearah yang berlawanan dengan arah gerak pertamanya tadi,
yaitu kearah kanan. Akibatnya OP masih bergerak kekanan dan merasa akan jatuh
kekanan. Otomatis tubuh akan bergerak mengompensasi hal tersebut dengan
menjatuhkan tubuh kearah kiri.1
Pertanyaan:
6. Apa yang dimaksud dengan kepala OP menunduk pada sudut 120 o
kearah depan?
Pada saat kepala menunduk pada sudut 120 o dan diputa rkekanan
menyebabkan kanalis semisirkularis posterior terletak dalam bidang
horizontal sehingga saat diputar kekanan, menyebabkan endolimfe dalam
kanalis semisirkularis posterior ikut bergerak pada putaran maksimal.
Endolimfe dalam kanalis semisirkularis posterior tertinggal sehingga krista
ampularis bergerak kearah berlawanan dengan arah berputararah putar.
Kemudian apabila berputar stabil menyebabkan endolimfe bergerak
mengikuti arah putaran, endolimfe dalam kanalis tersebut masih berputar
sehingga krista ampularis bergerak kearah yang berlawanan dengan arah
pertamanya yaitu kearah kanan. Akibatnya OP masih bergerak kekanan
dan merasa akan jatuh kekanan. Otomatis tubuh bergerak mengompensesi
hal tersebut dengan menjatuhkan diri atau mencondongkan tubuh kearah
kiri.
7. Apa maksud tindakan seperti tersebut pada langkah #6a dan #6b?
Jelaskan!
Jawaban: pada saat kepala dimiringkan 90o kebahu kanan dan diputar
kekanan, membuat kanalis semisirkularis superior berada dalam sumbu
mendatar sehingga saat diputar kekanan, endolimfe dalam kanalis
semisirkularis lateral ikut bergerak pada putaran maksimal. Berbeda
dengan percobaan sebelumnya. Karena kepala dimiringkan kekanan. Arah
(kompensasi) putaran endolimfe saat rotasi. Putaran kearah kiri berarti
depan dan kanan berarti kebelakang. Pada mulanya kanalis semisirkularis
diputar kearah kanan, endolimfe dalam kanalis semisirkularis lateral
tertinggal sehingga krista ampularis bergerak kearah yang berlawanan
dengan arah putar. Kemudian setelah beberapa saat berputar stabil,
endolimfe bergerak mengikuti arah putaran. Saat dihentikan, endolimfe
masih berputar mengikuti arah gerak, sedangkan kanalis sudah berhenti
berputar. Sehingga krista ampularis bergerak kearah yang berlawanan
dengan arah gerak pertamanya tadi. Kearah depan. Akibatnya OP masih
merasa bergerak kedepan. Otomatis tubuh bergerak mengompensasi hal
tersebut dengan menahan atau mencondongkan tubuh kearah belakang.
Sedangkan pada posisi kepala dimiringkan 90o kekiri. Berlawanan dengan
arah percobaans ebelumnya. Kompensasi gerakan tubuh juga sebaliknya.
Tubuh akan mengompensasi gerakan tersebut dengan mencondongkannya
kearah depan.
d. Kesan (sensasi)
Perasaan berputar dikarenakan adanya gangguan keseimbangan pada organ
timpani pada telinga. Saat kursi mulai diputar kekanan. Endolimfe akan berputar
kearah sebaliknya, yaitu kekiri. Akibatnya, kepala akan bergerak kekiri, dan OP
akan merasa berputar kekiri. Kemudian, kepala, akan bergerak kekanan searah
dengan putaran kursi sehingga OP akan merasa bergerak kekanan. Saat kecepatan
mulai konstan, kepala dalam posisi tegak sehingga OP akan merasa tidak berputar.
Saat kursi dihentikan, kepala akan bergerak kearah sebaliknya, yaitu kekanan,
sehingga OP masih merasa berputar kekanan, Namun, pada praktikum OP masih
merasa berputar kekanan saat kecepatan konstan dan merasa berputar kekanan dan
kekiri bergantian saat kecepatan putaran dikurangi. Kemudian setelah dihentikan
perasaan pusing berkurang. Dengan adanya sesasi dari arah kanan. Maka reaksi
tubuh pasien bergerak kesebelah kiri. Namun, jika putarannya konstan tidak terasa
berputar dan jika dihentikan mengikuti arah putaran.1
b. Tes weber
Tes weber adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang
telinga yang sakit dengan telinga yang sehat. Penala digetarkan dan tangkai penala
diletakkan di garis tengah kepala (di verteks, dahi, pangkal hidung, ditengah-
tengah gigi seri atau dagu). Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah
satu telinga disebut weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat
dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut weber tidak
ada lateralisasi. 2,3
Pemeriksaan fungsi pendengaran yang dilakukan pada OP laki-laki dan
perempuan dengan hasil tidak lateralisasi berarti normal. Seseorang dikatakan tuli
konduktif apabila ada lateralisasi ke telinga yang sakit dan seseorang dengan tuli
sensorineural maka adanya lateralisasi ke telinga yang sehat. Lateralisasi dapat
terjadi karena adanya sumbatan pada telinga sehingga hantaran suara konduktif
lemah di bandingkan hantaran melalui tulang yang terdengar lebih jelas.2,3
Pertanyaan:
Pertanyaan:
12. Apa tujuan pemeriksaan pendengaran dengan penala
di klinik? Bagaimana interpretasi masing- masing pemeriksaan?
Jawaban: Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk menilai fungsi
telinga terhadap hantaran bunyi konduksi dan hantaran bunyi melalui
telinga sehingga dapat dibedakan antara tuli konduksi dan tuli neural.
Hasil tersebut memberi interpretasi bahwa pada kedua OP tidak terdapat
gangguan pendengaran atau normal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka perlakuan yang dilakukan
terdiri dari 7 macam, yaitu model kanalis semisirkularis, percobaan sederhana
utuk kanalis semisirkularis, pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal
terhadap keseimbangan badan, percobaan dengan kursi barany, peran mata
dan propriosepsi dalam keseimbangan, binaural, dan pemeriksaan pedengaran
dengan garputala.
5.2 Saran
1. Pada perlakuan dan praktikum selanjutnya diharapkan dapat lebih lengkap lagi
tersedia seluruh alat-alat dan bahan yang diperlukan
2. Lebih runtut dan sistematis untuk praktikum berikutnya
3. Teliti dalam membaca hasil pemeriksaan agar pasien tidak salah interpretasi
setelah dilakukan pemeriksan.
DAFTAR PUSTAKA