Sederhana
Romberg
Uji berjalan (steping tes)
Pemeriksaan uji serebelum
Objektif
Posturografi
elektronistamografi
Uji Romberg
Tes Romberg adalah tes neurologis untuk mendeteksi ketidak seimbangan. Secara
khusus, mendeteksi ketidakmampuan untuk mempertahankan postur berdiri stabil
dengan mata tertutup.Tes ini diberi nama setelah abad ke-19 oleh Spesialis Telinga
Jerman, Heinrich Moritz Romberg (1795-1873).
Tes romberg dilakukan dengan cara meminta pasien untuk berdiri dengan kedua
kakidirapatkan, di sisi dan mata terbuka. Setiap bergoyang signifikan atau
kecenderungan untuk jatuh dicatat. Pasien kemudian diminta untuk menutup
matanya., biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Selain melihat
munculnya goyangan pada pasien, penting juga untuk memperhatikan
beratringannya goyangan serta posisinya timbulnya goyangan (bergoyang dari
pinggul atau pergelangankaki seluruh tubu`h). Penting diingat, demi keamanan
pasien dokter harus berada di sekitar pasien(dapat menghadap pasien atau di
sisinya) dengan tangan direntangkan di kedua sisi pasien untukmendukung (tanpa
menyentuh pasien).
Langkah-langkah melakukan tes Romberg
Pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk menjaga bila pasien jatuh.
Mintalah pasien berdiri dengan kaki berhimpitan dan kedua lengan disisi
tubuh.
Kedua mata pasien terbuka,kemudian mintalah pasien untuk menutup
matanya.
Nilai normal bila adanya gerakan tubuh dengan sedikit bergoyang.
Bila pasien jatuh atau jatuh ke samping karena hilangnya keseimbangan(test
romberg positife).
Uji Romberg
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh
telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata
terbuka dan tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
Pemeriksaan fungsi serebelum
Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar diatas alat mata memandang
ke satu titik dimuka,kemudian dilakukan perekaman pada 4 kondisi, masing-
masing selama 60 detik:
1. Berdiri diatas alas dengan mata terbuka memandang titik tertentu,dalam
pemeriksaan ini ketiga input sensori bekerja sama.
2. Berdiri diatas alas dengan mata tertutup,dalam keadaan ini input visual diganggu.
3. Berdiri diatas alas busa dengan tebal 10cm dengan mata terbuka, memandang titik
tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif digangu.
4. Berdiri tenang di atas alas busa 10cm dengan menutup mata, dalam keadaan ini
input visual dan proprioseptif diganggu. Jadi hanya organ vestibuler saja yang
bekerja. Bila terdapat pemanjangan ayun tubuh berarti terjadi ganguan
keseimbangan
Vertigo
Vertigo spontan
Penyakit menier tekanan endolimfa meninggi
Vertigo posisi
Kupula kanalis semisirkularis oleh debris/kelainan servikal
Vertigo kalori
Nistagmus
Gerakan bola mata yang kian kemari yang terdiri dari dua fase
Fase lambat
Reaksi sistem vestibular terhadap rangsangan
Fase cepat
Reaksi kompensasi
TES KALORI
Dasar Teori
Suhu berbeda perubahan suhu telinga tengah perubahan densitas cairan endolimfe di
kanalis semisirkularis lateral impuls yang menstimulasi sel sensorik di krista ampularis
Peningkatan suhu telinga tengah dari suhu tubuh menyebabkan cairan endolimfe bergerak
ke arah atas kanalis semisirkularis ke arah ampula (mendekati ampula)
Penurunan suhu terjadi sebaliknya
Kedua hal tsb menyebabkan terjadinya potensial aksi pada reseptor di krista ampularis
Stimulasi suhu menyebabkan terjadinya RVO berupa nistagmus
Jenis tes kalori
Tes kobrak
Tes kalori bitermal
Tes kobrak
Alat-alat
1. spuit 5 atau 10 mL
2. Air es (0 derajat C)
3. Selang kateter
. sebanyak 5 mL selama 20 detik ke dalam liang telinga.
. Nilai dihitung dengan mengukur lama nistagmus, sejak air mulai dialirkan sampai
nistagmus berhenti. Harga normal 120-150 detik.
. Harga yang kurang dari 120 detik merupakan bukti defisit perifer atau adanya suatu
paresis kanal
Tes kalori bitermal
Termometer
Spuit 50 cc Air es dgn suhu 20-25 Air panas dgn suhu 45-50 Stopwatch
TES KALORI
Cara Kerja
Bila selisih kurang dari 40 detik maka berarti kedua fungsi festibular dalam
keadaan seimbang.
Bila selisih lebih besar dari 40 detik maka berarti nistagmus yang mempunyai
waktu nistagmus lebih kecil mengalami paresis kanal.
Elektronistagmografi
Prasat hallpike
penderita duduk di pinggir ranjang pemeriksaan, kemudian direbahkan sampai
kepala bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat di
bawah horizon, lalu kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulangi dengan kepala
melihat lurus dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita harus
tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat muncul/tidaknya
nistagmus. Kepada penderita ditanyakan apakah merasakan timbulnya gejala
vertigo
Kelainan perifer
Akan ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan dan vertigo biasanya berat
Kelainan sentral
Tidak ada masa laten,tidak ada kelelahan dan vertigo ringan.
Tes nistagmus posisi dengan bantuan
ENG
Tidur terlentang (HL/HR)
Tidur miring (BL/BR)
Pada posisi HL mungkin terjadi dua rangsangan, yaitu rangsangan yang berasal
dari debris (kotoran yang menempel pada kupula kss) kita sebut saja
nistagmus yang timbul adalah nistagmus debris (ND), dan nistagmus lain
disebabkan oleh putaran serikal, kita sebut saja nistagmus servikal (NS)
Dengan pemeriksaan yang telah kita lakukan seperti diatas maka kita harus
mampu menentukan apakah kelainan terdapat disentral atau perifer
Kelainan perifer dapat ditentukan
dengan pemeriksaan khusus
Tes gliserin
Mengetahui adanya hydrops pada penyakit meniere.
Pasien diberikan minuman gliseerin 1,2 ml/kgBB (sebelumnya perikssa tes kalori
dan oudiogram)
Setelah dua jam dilakukan kembali tes kalori dan audiogram,lalu dibandingkan
Bila ada perbedaan bermakna,bila hasil ENG perbedaan 7 derajat perdetik lebih
baik. Pada audiogram perbedaan bermakna bila selisih 10db lebih baik
Tes fistula
Untuk mengetahui adanya hubungan(fistel) antara telinga tengah dan dalam.
Caranya memberikan tekanan udara pada liang tengah,bila terjadi nistagmus maka
berarti terdapat fistel.
Tes posisi
Untuk menentukan adanya debris atau adanya pengaruh putaran leher.