Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PEMERIKSAAN DAN PERAWATANORTODONTI

PASIEN XI (TEKNIK EDGEWISE)

NOMOR MODEL
190.17.0.22

NAMA PASIEN:Sharon Florencia G.F


OPERATOR : drg. Rendita Dewi Yulfrian
NIM : 16/405616/PKG/1089
PEMBIMBING : drgSoekarsono Hardjono.,Sp.Ort (K)
Dr.drg. Sri Suparwitri SU., Sp.Ort (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


PROGRAM STUDI ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PPDGS ORTODONSIA

I. IDENTITAS
Operator : Puspitarini Nindya Wardana
NIM : 16/405616/PKG/1089
Pembimbing : drg. Soekarsono Hardjono Sp.Ort (K)
Dr.drg.Sri Suparwitri SU., Sp.Ort(K)

No. Kartu : 18.43.36 No. Model : 190.17.9.22


Nama Pasien : Sharon Florencia G.F Umur : 20 tahun
Suku : Tionghoa Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa Psikologi UG Telepon : 081282573534
Alamat : Karangmalang blok B 18
A, Bulak Sumur, Sleman
Nama Ayah : Randy Fellycyano Suku : Tionghoa Umur : 50tahun
Nama Ibu : Vonny Listiyanti Suku : Tonghoa Umur : 50tahun
Pekerjaan orang tua : Wiraswasta
Alamat : Jalan Jend. Sudirman no 52 A, Kudus.

II. WAKTU PERAWATAN


Pendaftaran : Tgl. 27 Juli 2017 Pencetakan : Tgl. 04 Oktober 2017
Insersi : Tgl. Retainer : Tgl.
III. PEMERIKSAAN KLINIS
Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis) :
Keluhan utama : Merasa gigi bawah maju sehingga mengganggu
penampilan.
Riwayat Kesehatan : Tidak terdapat penyakit sistemik yang mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan rahang. Tidak ada
alergi terhadap obat-obatantertentu. Tidak sedang
dalam perawatandokter.

1
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi geligi
Gigi Desidui : Gigi belakang atas pernah berlubang. Tidak pernah
mengalami trauma pada daerah wajah.
Gigi Bercampur : Gigi depan bawah pernah Nampak berlapis-lapis.
Tidak pernah mengalami trauma pada daerah wajah.
Gigi Permanen : Gigi tidak ada yang berlubang. Pernah melakukan
perawatan orthodonti dengan alat removable saat
kelas III SD selama 2 tahun. Tidak pernah
mengalami trauma pada wajah.
Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien: Tidak ada
Riwayat Keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Ayah : postur tubuh sedang,gigi rapi
Ibu : postur tubuh sedang , gigi berantakan
Kakak (♂, 22) : postur tubuh sedang, gigi rapi
Pasien (♀, )
Kesimpulan: kondisi yang dikeluhkan pasien diwariskan dari orang tuanya
(bersifat monogenetik).
Pemeriksaan Objektif
1. Umum:
Jasmani : Baik (Pasien sehat untuk menerima perawatan ortodontik)
Mental : Baik (Pasien komunikatif dan kooperatif)
Status Gizi : Tinggi Badan ( TB ) :1,61m Berat Badan : 54kg
BB ( kg )
Indeks Massa Tubuh: = 20,84
TB2 ( m )

Status Gizi : Cukup Kategori : normal


2. Lokal :
a. Ekstra Oral :
Kepala : Lebar kepala : 155 mm Panjang kepala : 185 mm
Lebar Kepala
Indeks Kepala : x 100 = 83,7
Panjang Kepala
Bentuk Kepala : brakisefali

Muka : Jarak Na-Gn : 120 mm Lebar Bizygomatic :135 mm


Jarak Na-Gn
Indeks Muka : x 100 = 88,8 mm
Lebar Bizygomatic
Bentuk muka : mesoprosop

2
Profil muka : Cekung
Garis Simon (bidang orbital) : 1/3 distal C
Posisi rahang terhadap bidang orbital / garis Simon
Maksilla : 1/3 distal C
Mandibula : 1/3 mesial P1
Garis simon menunjukkan posisi RB protrusif
Sendi Temporo Mandibular : Normal
Tonus Otot Mastikasi : Normal
Tonus Otot Bibir : Normal
Bibir Posisi Istirahat : Tertutup , Kompeten
Free Way Space : 2,4 mm
b. Intra Oral :
Higiene Mulut : OHI :( Baik )
Pola Atrisi : normal
Lingua : Sedang
Palatum : Vertikal : tinggi Lateral : sedang
Gingiva : Normal
Mukosa : Normal
Frenulum : Fren. Labii Superior : Normal
Fren. Labii Inferior : Normal
Fren. Lingualis : Normal
Tonsila : Normal
Pemeriksaan gigi-gigi:
Rumus Gigi-gigi
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
Keterangan: X : Tidak ada O : Belum erupsi/ Impaksi

3
3. Analisis Foto Muka
Tampak Depan Tampak Samping

Gl

Na

La
Sn
Lb

Pog

Bentuk muka: mesoprosop simetris Profil muka : Cekung

Ket:
Ket: -Gl= Glabela
-N= Nasion -La= Labium Atas
-Sn=Sub nasal -Lb= Labium bawah
-Pog= Pogonion

4. Analisis Model Studi


Bentuk lengkung gigi
RA :Parabola ; simetris
RB :Square; simetris
Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik:
Anterior: Posterior:
Overjet : 0 mm Overbite : 0 mm
Palatal bite : tidak ada Cross bite : tidak ada
Deep bite : tidak ada Open bite : tidak ada
Edge to edge bite : (23,34) Scissor bite : tidak ada
Cross bite: tidak ada Cup to cup bite : tidak ada
Open bite : 12 terhadap 42,43
22 terhadap 32,33
Relasi Molar pertama kanan Klas III
Relasi Molar pertama kiri : Klas III
Relasi Kaninus kanan : Klas III
Relasi Kaninus kiri : Klas III

4
Garis interinsisivi sentral terhadap garis tengah rahang:segaris
Garis tengah rahang bawah terhadap rahang atas: tidak segaris, bergeser ke
kanan 1,5 mm
Malposisi gigi individual

Rahang Atas Rahang Bawah


12 = palatoversi 31 = linguoversi
17= labioversi 32 = linguoversi
22 = palatoversi 41 = linguoversi
42= linguoversi
47= tipping kea rah lingual

Lebar Mesiodistal Gigi-Gigi (mm)


Rahang Atas Rahang Bawah
No
Normal Kanan Ket Kiri Ket Normal Kanan Ket Kiri Ket
1 7,40-9,75 8,3 N 8,3 N 4,97-6,60 5,8 N 5,8 N
2 6,05-8,10 7,5 N 7,5 N 5,45-6,85 5,7 N 5,7 N
3 7,05-9,32 8,1 N 7,9 N 6,15-8,15 6,5 N 6,8 N
4 6,75-9,00 7,0 N 8,2 N 6,35-8,75 7,4 N 7,2 N
5 6,00-8,10 7,0 N 6,6 N 6,80-9,55 6,9 N 7,4 N
6 9,95-12,10 10,3 N 9,6 N 10,62-13,05 11,3 N 10,5 N
7 8,75-10,87 10,6 <N 10,4 <N 8,9-11,37 10,5 N 11,1 N
Kesimpulan : gigi geligi dalam rentang normal

5. Analisis foto Rontgen

Jaringan periodontal dan tulang alveolar baik, tampak impaksi gigi 38,48 (horizontal)

5
6. Skema Gigi –Gigi dari Oklusal
Rahang Atas Rahang Bawah

11 21 22 32 31 41 42
33 43
12 23
13 34 44
14 24
35
15 25 45
26 36 46
16
27 37 47
17

7. Perhitungan- Perhitungan
a. Metode Pont
Jumlah mesiodistal12,11,21,22 :32,6mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 40,2mm
ΣI
Jarak P1-P1 perhitungan: x 100 = 40,75 mm
80
Diskrepansi : -0,55mm (kontraksi ringan)
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral
pada regio P1 – P1 mengalami kontraksi sebesar -0,55mm

Jarak M1 – M1 pengukuran :49,1 mm


ΣI
Jarak M1 – M1perhitungan: x 100 = 54,3 mm
60
Diskrepansi : -5,2mm (kontraksi sedang)
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral
pada regio M1 – M1 mengalami kontraksi sebesar 5,2mm

b. Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : 18,84mm
Jarak I –(P1- P1) pengukuran : 16 mm
6
Diskrepansi : -2,84 mm (retraksi ringan)
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anterior
mengalami retraksisebesar 2,84 mm
c. Metode Howes
Jumlah mesiodistal M1 – M1 : 96,30 mm
Jarak P1 – P1 (tonjol) : 41,20 mm
Indeks P1-P1 : Jarak P1-P1 x 100% = 42,7%
Md M1 – M1
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi : kurang ( < 43 %)
Jarak Inter Fossa Canina : 47,80 mm
Indeks FC : Jarak fossa canina x 100% = 49,63%
Md M1 – M1
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi : lebih (> 44 %)
Inklinasi gigi-gigi regio posterior : divergen ke arah oklusal (indeks FC > indeks
P)
Keterangan : Lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi-gigi ke
dalam lengkung yang ideal dan stabil, dan lengkung basalcukup untuk
menampung gigi-gigi ke dalam lengkung yang ideal dan stabil.

7
8. Analisis Sefalometri
a. Analisis Downs

Min Rerata Max SD Pasien Ket


Analisis Skeletal
1 Facial Angle 82° 87,8° 95° 3,6 91,5o N
2 Angle of Convexity - 8,5° 0° 10° 5,1 3,3° N
3 Bidang A-B thd N-Pg -9° - 4,6° 0° 3,7 2,5° >N
4 FMPA 17° 21,9° 28° 3,2 32° >N
5 Y-aksis 53° 59,4° 66° 3,8 61° N
Analisis Dental Min Rerata Max SD Pasien Ket
1 Kemiringan Bidang 1,5° 9,3° 14,3° 3,8 25,5° >N
Oklusal
2 Sudut Interincisal 130° 135,4° 150,5° 5,8 115° <N
3 Aksis I bawah thd 3,5° 14,5° 20° 3,5 25° >N
bidang oklusal
4 IMPA -8,5° 1,4° 7° 3,8 10 N
5 Derajat Protrusi I atas - 1mm 2,7 mm 5 mm 1,8 12 mm >N

Keterangan

Facial Angle : posisi anteroposterior mandibula terhadap wajah bagian


atas normal.
Angle of Convexity : kedudukan maksila terhadap mandibula normal
Bidang A-B : relasi batas anterior tulang basal mandibula terhadap
maksila dan profil skeletal wajah menunjukkan
karakteristik maloklusi kelas III
FMPA : menunjukkan pertumbuhan mandibula vertikal ke bawah
dan belakang berlebih
Y-axis : pertumbuhan muka arah vertikal dan horisontal normal.

Inklinasi bid. oklusal : Bidang oklusal menjauhi basis cranium mengindikasikan


pola facial klas III.
Sudut I terhadap I : Inklinasi gigi anterior maksila dan mandibula kurang dari
normal
Sudut I terhadap : inklinasi gigi incisivus bawah terhadap bidang oklusal
bidang oklusal lebih dari normal

8
IMPA : inklinasi gigi incisivus bawah terhadap basis gigi geligi
normal
Derajat protusi I : Inklinasi gigi incisivus atas terhadap muka protrusive
Kesimpulan analisis Downs: Hubungan skeletal kelas III

9
Polygon

10
b. Analisis Steiner
No Analisis skeletal Normal Pasien Ket
1. SNA 82º±2 º 85 º >N
2. SNB 80 º±2 º 88 º >N
3. ANB 2-4 º -3 º <N
4. Go.Gn-SN 32 º 34 º >N
5. Sudut bidang oklusal-SN 14 º 10 >N
Analisis Dental
6. I-NA 4 mm 12mm >N
7. Sudut I-NA 22 º 38 º >N
8. I-NB 4 mm 10mm >N
9. Sudut I-NB 25 º 33 º >N
10. Sudut inter I – I 131º 115 <N
Analisis Jar. Lunak
Posisi bibir atas dibelakang garis S dan bibir bawah pasien bersinggungan
garis S berarti bibir atas retrusif& bibir bawah normal
Keterangan:
SNA : kedudukan maksilla normal terhadap basis cranium
protrusive
SNB : kedudukan mandibula normal terhadap basis cranium
protrusive
ANB : hubungan maksila dan mandibula kelas III
Go.Gn-SN : pertumbuhan mandibula ke bawah dan belakang kurang
daridari normal
Bidang oklusal-SN : oklusal gigi terletak pada bidang yang menjauhibasis
kranii
I-NA : gigi-gigi incisivus RA protrusive
Sudut I-NA : inklinasi gigi incisivus RA proklinasi
I - NB : gigi-gigi incisivus RB protrusive
Sudut I-NB : inklinasi gigi incisivus RB proklinasii.
Sudut inter I – I : relasi incisivus RA dan RB protrusive
Kesimpulan analisis Steiner: Hubungan skeletal klas III dengan mandibula prognati
c. Pengukuran Wits
Reference Measurement Patients’s measurement Ket.
Jarak AO – -1 mm untuk laki-laki -6 <N
BO 0 mm untuk perempuan ±2
Kesimpulan Wits: Hubungan skeletal kelas III

11
C. Analisis BALLARD

ReferenceMeasurement Patient Measurement Ket.


< aksis I atas – FHP (FIS) 105° - 115° 124° >N
IMPA 81,5° - 97° 91º N
Sudut interinsisal 130° - 140° 115o <N

Keterangan :
- FIS lebih dari normal, berarti kedudukan gigi insisivus atas terhadap maksila
protrusif.
- IMPA normal, berarti kedudukan gigi insisivus bawah terhadap mandibula
normal
- Sudut interinsisal kurang dari normal, berarti hubungan gigi insisivus atas dan
bawah proklinasi

Kesimpulan secara keseluruhan: Hubungan skeletal klas III dengan mandibula


prognati disertai proklinasi pada dental atas.

12
Determinasi Lengkung Gigi
Hasil penapakan :
Keterangan :
FIS awal: 124o
FIS akhir: 124o
IMPA awal: 91o
IMPA akhir:87o
Overjet awal : 0mm
Retraksi RB : 2,mm
Overjet akhir: 2,0 mm

Ket:
: lengkung awal RA
: lengkung idealRB
: lengkung ideal RA
:
Rahang Atas : ( 16 s/d 26) Rahang Bawah : ( 36 s/d 46 )
Jumlah Lebar Mesiodital:96,3mm Jumlah lebar Mesiodistal:87,0mm
- Kanan : 48,2mm - Kanan : 43,6mm
- Kiri : 48,1mm - Kiri : 43,4mm
Panjang lengkung ideal: ,93,9mm Panjang lengkung ideal: 69,4mm
- Kanan : 46,8mm - Kanan : 39,6mm
- Kiri : 47,1mm - Kiri : 39,8mm
Diskrepansi: -2,40mm Dikrepansi : -7,4mm
- Kanan : -1,4 mm - Kanan : -3,8mm
- Kiri : -1,0 mm - Kiri : -3,6mm

IV. DIAGNOSIS SEMENTARA


Kasus maloklusi menyangkut masalah: estetik, dental, edge to edge bite,l, dan
malposisi gigi individual
Solusi masalah : RA proximal stripping, dan koreksi malposisi gigi
RB pencabutan gigi 34,44, koreksi malposisi gigi

13
V. DIAGNOSIS FINAL
Maloklusi Angle Klas III dengan hubungan skeletal klas III disertai mandibula
prognati dan gigi rahang atas proklinasi, ) edge to edge bite {23,34), open bite (12
terhadap 43; 22 terhadap 32,33 )dan malposisi gigi-geligi :

Rahang Atas Rahang Bawah


12 = palatoversi 31 = linguoversi
17= labioversi 32 = linguoversi
22 = palatoversi 33 = infraklusi
41 = linguoversi
42= linguoversi
47= tipping kea rah lingual

VI. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI


1. Maloklusi kelas III pada pasien karena factor herediter
2. Edge to edge bite antara gigi 13 dengan gigi 43 mandibula yang prognati
3. Open bite antara gigi 12 terhadap gigi 43 karena mandibula yang
prognati,disertai gigi 12 yang palatoversi, openbite antara gigi 22 dengan 32
dan 33 karena posisi gigi 22 yang palatoversi.
4. Malposisi gigi individual
Rahang Atas

12 = palatoversi kemungkinan karena persistensi gigi desidui 52


22 = palatoversi kemungkinan karena persistensi gigi desidui 62
17= labioversi kmungkinan karena karies pada gigi desidui sehingga lengkung
gigi menyempit

14
Rahang Bawah

31 = linguoversi kemungkinan karena karies waktu gigi desidui sehingga lebar


lengkung menyempit
32 = linguoversi kemungkinan karena persistensi dari gigi desidui
kemungkinan karena lengkung gigi menyempit.
41 = linguoversi kemungkinan karena persistensi gigi 81
42 = linguoversi kemungkinan karena persistensi gigi 82
33 = infraklusi karena relasi dengan gigi 12 openbite, sehingga kurang
pertumbuhannya kea rah oklusal
47= tipping kea rah lingual karena gigi 17 labioversi

VII.PROSEDUR PERAWATAN :
a. Rencana perawatan :
1. Edukasi pasien
2. Analisis Ruang
3. Koreksi maloklusi
4. Penyesuaian oklusi
5. Pemakaian retainer
Jalannya Perawatan :
1. Edukasi pasien
a. Memberi pengarahan kepada pasien mengenai biaya, jalannya perawatan,
kontrol perawatan.
b. Jalannya perawatan: memberi pengarahan mengenai berapa lama
perawatan berlangsung, aturan pemakaiannya, dan cara pembersihan alat
ortodontiknya.
c. Kontrol rutin: memberi pengarahan mengenai kesediaan pasien untuk
kontrol secara rutin dalam jangka waktu yang telah ditetapkan selama
perawatan dan banyaknya kunjungan yang harus dilakukan pasien.
d. Menjelaskan bahwa penyebab celah pada gigi depan RA karena perlekatan
frenulum labii superior yang tinggi dan tebal sehingga perlu adanya
frenektomi untuk mencegah terjadinya relaps paska perawatan ortodontik
15
e. Menjelaskan bahwa etiologi gigi taring kiri RA yang impaksi karena
persistensi dari gigi desidui 63 sehingga perlu dilakukan bedah eksposure
untuk memberikan jalan bagi gigi taring tersebut erupsi
f. Penandatanganan informed consent
2. Analisis Ruang
Berdasarkan perhitungan Pont: Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi
ke arah lateral pada regio P1 – P1 mengalami kontraksi sebesar -0,55mm dan
pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral pada regio M1 –
M1 mengalami kontraksi sebesar 5,2mm
Berdasarkan perhitungan Korkhaus: Pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi ke arah anterior mengalami retraksisebesar 2,84 mm.
Berdasarkan Perhitungan Howes: Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi :
kurang ( < 43 %)
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi : lebih (> 44 %)
Berdasarkan perhitungan Determinasi Lengkung dan set up model Kesling :
Pada determinasi lengkung, puncak lengkung rahang atas todak dilakukan
retraksi ataupun protraksi dengan pertimbangan keluhan pasien yang merasa
gigi bawah yang maju dan menurut analisa sefalometri posisi gigi anterior atas
protrusive dan pada rahang bawah dilakukan retraksi sebesar 2 mm untuk
mencapai overjet yang ideal. Pada determinasi untuk menyusun gigi geligi
dalam lengkung ideal didapat kekurangan ruang pada rahang atas sisi kanan
1,4 mm dan pada sisi kiri sebesar 1,0 mm,dilakukan grinding pada gigi
anterior agar gigi geligi bisa tersusun dalam lengkung yang ideal. Setelah
dilakukan retraksi pada rahang bawah sebesar 2 mm terdapat kekurangan
ruang pada sisi kanan sebesar 3,8 mm dan pada sisi kiri sebesar 3,6 mm.
Berdasarkan perhitungan Carey :
RA Kurang Ruang Analisis carey Pencarian ruang
Kanan -1,4 mm < ½ lebar mesiodistal P1 grinding
Kiri -1,0mm < ½ lebar mesiodistal P1 grinding

RB Kurang Ruang Analisis carey Pencarian ruang


Kanan -3,8 mm > ½ lebar mesiodistal P1 Pencabutan gigi 34
Kiri -3,6 mm >½ lebar mesiodistal P1 Pencabutan gigi 44

16
Berdasarkan determinasi lengkung dan set up model kesling, untuk menyusun gigi-
gigi dalam lengkung ideal, maka dapat diketahui bahwa :
RA Kurang Ruang Pencarian Ruang Sisa Ruang
Kanan -1.4 mm Grinding 0,0 mm
Kiri -1,0 mm Grinding 0,0 mm

RB Kurang Ruang Pencarian Ruang Sisa Ruang


Kanan -3,8 mm Pencabutan gigi 44 3.6 mm
Kiri -3,6 mm Pencabutan gigi 34 3,6 mm

Sisa ruang yang terjadi dilakukan mesialisasi gigi posterior.

17
3. Koreksi malrelasi dan malposisi individual
Koreksi malposisi gigi individual dan Koreksi Lengkung gigi Menggunakan
alat cekat Edgewise :
1.A. Leveling dan unraveling tahap awal
Rencana perawatan tahap I memuat:
1. Tujuan : Leveling, unraveling, general alignment
2. Archwire : SS round archwire 0,014” dengan multi loop berupa:
1) Vertical loop pada interdental gigi 31-41, 31-32
2) L loop pada interdental gigi 11-12,12-13, 21-22, 32-33, 41-42, 42-43

Archwire 0,014” SS

B. Leveling dan unraveling lanjutan

Jika sudah diperoleh leveling dan general alignment, pada kontrol selanjutnya
multiloop arch wire diganti dengan plain wire arch wire SS 0,016”, dilanjutkan
dengan plain arch wire SS 0,018”, 0,016x0,016”, dan 0,016x0,022” secara
berurutan.

Gambaralat :

Elastik Kelas III 0,016”, 0,018”, 0,016 x 0,016”, dan 0,016 x 0,022” SS
Pada akhir tahap I dilakukan pencetakan step model tahap I dan foto intraoral.

18
TAHAP II
2.1 Retraksi caninus
1. Tujuan: retraksi caninus
2. Gambar desain alat

Ligasi Posterior 4 Elastik Klas III 3

L-loop

 Archwire : RA dan RB menggunakan rectangular archwire SS 0,016”x


0,016” dilengkapi dengan L loop diantara gigi caninus dan premolar
pertama rahang bawah.
 Ligasi gigi posterior rahang atas
 Elastik Klas III
3. Target Pencapaian:
 Gigi kaninus berada pada posisi yang direncanakan (merapat ke gigi
P2atau berada pada posisi bidang orbital, tetap dipertahankan pada relasi
kelas I, walaupun gigi kaninus masih dalam keadaan renggang-renggang.
 Keempat gigi insisivus atas dan bawah tetap masih pada posisi rapat
dan segaris midline, sampai dilakukan retraksi anterior.
 Gigi kaninus atas diusahakan tetap berada diantara gigi P2 dan
kaninus.
 Gigi M1 atas dan bawah dipertahankan tetap pada relasi kelas I
(neutroklusi).

2.2 Tahap IId (Retraksi anterior)


1. Tujuan: retraksi segmen anterior dan penutupan sisa ruang (space
closing)

19
2. Gambar desain alat
 Kawat busur SS rectangular 0,016” x 0,016” yang dilengkapi dengan L
Loop di daerah interdental gigi kaninus dan insisivus lateral kanan dan
kiri.
 Kaki loop bagian mesial tepat berada di distal braket gigi insisivus
lateral
 Gigi insisivus sentral dan lateral serta gigi P2 dan gigi M1,M2 diligasi
menjadi satu kesatuan dengan kawat ligature.

Ligasi gigi posterior Elastik Klas III


3

L-loop Ligasi gigi anterior Stopper

Keterangan :
1. Rectangular archwire
2. Cinch bend
2. L Loop
3. Ligasi gigi anterior dan posterior

3. Archwire yang dipakai : SS rectangular 0,016”x0,016”


4. Target pencapaian:
 Segmen anterior telah menyatu dengan segmen posterior, kadang-
kadang masih menyisakan sedikit space akan dirapatkan pada tahap
berikutnya.
 Gigi kaninus masih tetap pada relasi kelas I (tepi insisal gigi kaninus
atas berada diantara lereng mesial P2 bawah dan lereng distal gigi
kaninus bawah.
 Midline gigi insisivus masih tetap segaris di tengah-tengan.
 Gigi molar pertama tetap dipertahankan pada relasi kelas
I(neutroklusi).
20
2.3 Tahap IIe (Space closing)
1. Tujuan : retraksi gigi-gigi untuk mendapatkan kontak mesio-distal yang
rapat (tight contact) semua gigi-gigi dengan menyatukan segmen anterior
dan segmen posterior
2. Gambar desain alat
 Kawat busur datar (plain arch wire) dari kawat SS rectangular
0,016”x0,016”
 Gigi kaninus dan gigi insisivus diligasi menjadi satu kesatuan dengan
kawat ligature.
 Pasang elastic power chain dari hook buccal tube gigi molar sisi kanan
ke braket semua gigi sampai di hook buccal tube gigi molar sisi kiri
(en masse movement).

Rectangular SS 0,016”x0,016”

Ligasi gigi anterior Elastik chain


Keterangan :
1. Rectangular wire
2. Elastik chain untuk menarik gigi posterior ke mesial pada RA
dan RB.
3. Ligasi anterior
3. Arch wire yang dipakai : SS rectangular 0,016”x0,016”
4. Target pencapaian : tidak ada spacing atau penutupan sisa ruang
sempurna.

Pada akhir tahap II dilakukan pencetakan step model tahap II dan foto intraoral.

21
TAHAP III
Tujuan : Finishing dan buccal root torque posterior untuk mencapai kontrol aksis gigi,
root paralelling, maksimalisasi interdigitasi, dan koordinasi akhir lengkung gigi.
RA : Wire : rectangular SS 0,018”x 0,025”
First order :bengkokan / lekukan pada daerah :
RA : Approximal 1 2 , 2 3 , 5 6 6 7 , bukal 6 7 ( toe in ).
RB : - ½ bukal 3 , approx 3 4 , ½ bukal 6 7 (toe in ).
Second order : V bend aproksimal 12-13 dan 22-23
Artistic positioning bend, aproksimal 12-11, 11-21, 21-22
Third order : Inter v bend, sebelah distal diputar kearah gingival, inklinasi
palatal (torque +)
Ligasi : kawat ligatur pada semua gigi
Auxiliary : finishing elastic di posterior (box elastik) jika perlu

RB : Wire : rectangular SS 0,018”x 0,025”


First order : individual arch form, ½ bukal 33 dan ½ bukal 43,
approksimal
33-35 dan 43-45, ½ bukal 56 kiri, ½ bukal 56 kanan
Second order : V bend aproksimal 32-33 dan 42-43
Artistic positioning bend, aproksimal 32-31, 31-41, 41-42
Third order : Inter v bend, sebelah distal diputar kearah gingival,
inklinasi
lingual (torque +)
Ligasi : kawat ligatur pada semua gigi
Auxiliary : finishing elastic di posterior (box elastik) jika perlu

22
Gambar alat Firstorder bend (horizontal)
1 2

3
4 Keterangan RA:
5
1. Anterior bend
2. Lateral set-back bend
3. Mesial cuspid bend
6 4. Cuspid eminence bend
5. Bukal sweep
6. Molar bend

5
Keterangan RB :
1. Anterior bend
4 2. Mesial cuspid bend
3. Cuspid eminence bend
3 4. Bucal sweep
5. Molar bend
2

Gambar alat second order :

Gambar arah aktivasi Third Order

Pada akhir tahap III dilakukan pencetakan step model tahap II dan foto intraoral

23
3. Penyesuaian oklusi
Setelah dilakukan pengaturan gigi-gigi individual dan lengkung gigi
dilanjutkan dengan penyesuaian oklusi dengan cara pengecekan kontak oklusi
dengan articulating paper, pasien disuruh menggigit articulating paper dalam
posisi sentrik, kemudian diminta untuk melakukan gerakan mengunyah. Cek
tonjol oklusal dan tepi incisal, jika ada warna yang sangat biru berati ada
traumatik oklusi. Dilakukan penggrindingan daerah traumatik sampai warna
biru seimbang pada semua tonjol.Setelah itu dilakukan penghalusan pada gigi
yang telah dilakukan grinding dan aplikasi topikal fluor untuk mencegah
terjadinya karies.
4. Pemakaian retainer
Pemakaian retainer digunakan untuk mempertahankan lengkung yang telah
dikoreksi sampai terjadi kestabilan dalam lengkung yang baru. Di samping itu
pemakaian retainer juga bertujuan untuk menunggu terjadinya pembentukan
tulang alveolar yang baru melalui proses deposisi dan aposisi di sekitar gigi
yang telah digerakkan sehingga menjadi kokoh kembali dan hasil perawatan
tidak relaps. Retainer yang digunakan adalah retainer tipe Hawley retainer
yang berupa:
 Labial arch pada rahang atas dan bawah dengan kawat ø 0,8 mm dengan
loop pada gigi P1 kanan dan kiri untuk RA dan RB yang tidak diaktifkan
 Adam klamer pada rahang atas dan bawah dengan kawat ø 0,7 mm pada
gigi M1 kanan dan kiri untuk RA dan RB sebagai retensi.
Pemakaian retainer dilakukan kurang lebih dalam jangka waktu 12 bulan,
 Pemakaian 3 bulan I: retainer dipakai siang dan malam, dan pada waktu
tidur, baru dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis makan untuk
dibersihkan, dengan waktu kontrol sebulan sekali untuk pengecekan
apakah hasil perawatan berjalan dengan baik.
 Pemakaian 3 bulan II:dilakukan kontrol apakah retainer setiap dipakai
masih sesak, jika sudah tidak sesak pemakaian dihentikan
 Pemakaian 3 bulan III : dikontrol kembali apakah retainer masih terasa
sesak jika masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan berikutnya
 Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bisa
dihentikan dan dilakukan pontrolan akhir 3 bulan berikutnya.

24
Jika retainer sudah tidak terasa sesak, maka pemakaian retainer dapat
dihentikan tanpa harus menunggu jangka waktu selama 12 bulan.

Gambar retainer
Rahang Atas Keterangan
Rahang Atas:
1. Adam Klamer
2. Labial Arch
3. Plat Akrilik

Rahang Bawah

Keterangan
Rahang Bawah:
1. Adam Klamer
2. Labial Arch
3. Plat Akrilik

VIII. PROGNOSIS :
Perawatan ini mempunyai prognosis yang baik karena :
1. Motivasi pasien tinggi
3. Keadaan gigi dan jaringan periodontal baik
4. Pasien dapat bekerjasama dengan baik dan kooperatif.

Indikasi Perawatan :Kuratif

25
Data Penunjang

26
Intra Oral

27
Yogyakarta, November 2017
Operator

Drg. Rendita Dewi Yulfrian


(16/405616/PKG/1089)

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

drg. Soekarsono Hardjono Sp. Ort (K) Dr. drg. Sri Suparwitri SU., Sp.Ort (K)

28
LEMBAR PENGESAHAN
Nama pasien : Sharon Florencia
Nomor Model : 190.17.9.22

Yogyakarta,27September 2017
Operator

drg.Rendita D. Y
(16/405616/PKG/01089)
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

drg. Soekarsono Hardjono Sp. Ort (K) Dr. drg. Sri Suparwitri SU., Sp.Ort (K)

29
24 September 2017

24 September 2017

190.17.9.
22

30

Anda mungkin juga menyukai