NOMOR MODEL
190.17.0.22
I. IDENTITAS
Operator : Puspitarini Nindya Wardana
NIM : 16/405616/PKG/1089
Pembimbing : drg. Soekarsono Hardjono Sp.Ort (K)
Dr.drg.Sri Suparwitri SU., Sp.Ort(K)
1
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi geligi
Gigi Desidui : Gigi belakang atas pernah berlubang. Tidak pernah
mengalami trauma pada daerah wajah.
Gigi Bercampur : Gigi depan bawah pernah Nampak berlapis-lapis.
Tidak pernah mengalami trauma pada daerah wajah.
Gigi Permanen : Gigi tidak ada yang berlubang. Pernah melakukan
perawatan orthodonti dengan alat removable saat
kelas III SD selama 2 tahun. Tidak pernah
mengalami trauma pada wajah.
Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien: Tidak ada
Riwayat Keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Ayah : postur tubuh sedang,gigi rapi
Ibu : postur tubuh sedang , gigi berantakan
Kakak (♂, 22) : postur tubuh sedang, gigi rapi
Pasien (♀, )
Kesimpulan: kondisi yang dikeluhkan pasien diwariskan dari orang tuanya
(bersifat monogenetik).
Pemeriksaan Objektif
1. Umum:
Jasmani : Baik (Pasien sehat untuk menerima perawatan ortodontik)
Mental : Baik (Pasien komunikatif dan kooperatif)
Status Gizi : Tinggi Badan ( TB ) :1,61m Berat Badan : 54kg
BB ( kg )
Indeks Massa Tubuh: = 20,84
TB2 ( m )
2
Profil muka : Cekung
Garis Simon (bidang orbital) : 1/3 distal C
Posisi rahang terhadap bidang orbital / garis Simon
Maksilla : 1/3 distal C
Mandibula : 1/3 mesial P1
Garis simon menunjukkan posisi RB protrusif
Sendi Temporo Mandibular : Normal
Tonus Otot Mastikasi : Normal
Tonus Otot Bibir : Normal
Bibir Posisi Istirahat : Tertutup , Kompeten
Free Way Space : 2,4 mm
b. Intra Oral :
Higiene Mulut : OHI :( Baik )
Pola Atrisi : normal
Lingua : Sedang
Palatum : Vertikal : tinggi Lateral : sedang
Gingiva : Normal
Mukosa : Normal
Frenulum : Fren. Labii Superior : Normal
Fren. Labii Inferior : Normal
Fren. Lingualis : Normal
Tonsila : Normal
Pemeriksaan gigi-gigi:
Rumus Gigi-gigi
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
Keterangan: X : Tidak ada O : Belum erupsi/ Impaksi
3
3. Analisis Foto Muka
Tampak Depan Tampak Samping
Gl
Na
La
Sn
Lb
Pog
Ket:
Ket: -Gl= Glabela
-N= Nasion -La= Labium Atas
-Sn=Sub nasal -Lb= Labium bawah
-Pog= Pogonion
4
Garis interinsisivi sentral terhadap garis tengah rahang:segaris
Garis tengah rahang bawah terhadap rahang atas: tidak segaris, bergeser ke
kanan 1,5 mm
Malposisi gigi individual
Jaringan periodontal dan tulang alveolar baik, tampak impaksi gigi 38,48 (horizontal)
5
6. Skema Gigi –Gigi dari Oklusal
Rahang Atas Rahang Bawah
11 21 22 32 31 41 42
33 43
12 23
13 34 44
14 24
35
15 25 45
26 36 46
16
27 37 47
17
7. Perhitungan- Perhitungan
a. Metode Pont
Jumlah mesiodistal12,11,21,22 :32,6mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 40,2mm
ΣI
Jarak P1-P1 perhitungan: x 100 = 40,75 mm
80
Diskrepansi : -0,55mm (kontraksi ringan)
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral
pada regio P1 – P1 mengalami kontraksi sebesar -0,55mm
b. Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : 18,84mm
Jarak I –(P1- P1) pengukuran : 16 mm
6
Diskrepansi : -2,84 mm (retraksi ringan)
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anterior
mengalami retraksisebesar 2,84 mm
c. Metode Howes
Jumlah mesiodistal M1 – M1 : 96,30 mm
Jarak P1 – P1 (tonjol) : 41,20 mm
Indeks P1-P1 : Jarak P1-P1 x 100% = 42,7%
Md M1 – M1
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi : kurang ( < 43 %)
Jarak Inter Fossa Canina : 47,80 mm
Indeks FC : Jarak fossa canina x 100% = 49,63%
Md M1 – M1
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi : lebih (> 44 %)
Inklinasi gigi-gigi regio posterior : divergen ke arah oklusal (indeks FC > indeks
P)
Keterangan : Lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi-gigi ke
dalam lengkung yang ideal dan stabil, dan lengkung basalcukup untuk
menampung gigi-gigi ke dalam lengkung yang ideal dan stabil.
7
8. Analisis Sefalometri
a. Analisis Downs
Keterangan
8
IMPA : inklinasi gigi incisivus bawah terhadap basis gigi geligi
normal
Derajat protusi I : Inklinasi gigi incisivus atas terhadap muka protrusive
Kesimpulan analisis Downs: Hubungan skeletal kelas III
9
Polygon
10
b. Analisis Steiner
No Analisis skeletal Normal Pasien Ket
1. SNA 82º±2 º 85 º >N
2. SNB 80 º±2 º 88 º >N
3. ANB 2-4 º -3 º <N
4. Go.Gn-SN 32 º 34 º >N
5. Sudut bidang oklusal-SN 14 º 10 >N
Analisis Dental
6. I-NA 4 mm 12mm >N
7. Sudut I-NA 22 º 38 º >N
8. I-NB 4 mm 10mm >N
9. Sudut I-NB 25 º 33 º >N
10. Sudut inter I – I 131º 115 <N
Analisis Jar. Lunak
Posisi bibir atas dibelakang garis S dan bibir bawah pasien bersinggungan
garis S berarti bibir atas retrusif& bibir bawah normal
Keterangan:
SNA : kedudukan maksilla normal terhadap basis cranium
protrusive
SNB : kedudukan mandibula normal terhadap basis cranium
protrusive
ANB : hubungan maksila dan mandibula kelas III
Go.Gn-SN : pertumbuhan mandibula ke bawah dan belakang kurang
daridari normal
Bidang oklusal-SN : oklusal gigi terletak pada bidang yang menjauhibasis
kranii
I-NA : gigi-gigi incisivus RA protrusive
Sudut I-NA : inklinasi gigi incisivus RA proklinasi
I - NB : gigi-gigi incisivus RB protrusive
Sudut I-NB : inklinasi gigi incisivus RB proklinasii.
Sudut inter I – I : relasi incisivus RA dan RB protrusive
Kesimpulan analisis Steiner: Hubungan skeletal klas III dengan mandibula prognati
c. Pengukuran Wits
Reference Measurement Patients’s measurement Ket.
Jarak AO – -1 mm untuk laki-laki -6 <N
BO 0 mm untuk perempuan ±2
Kesimpulan Wits: Hubungan skeletal kelas III
11
C. Analisis BALLARD
Keterangan :
- FIS lebih dari normal, berarti kedudukan gigi insisivus atas terhadap maksila
protrusif.
- IMPA normal, berarti kedudukan gigi insisivus bawah terhadap mandibula
normal
- Sudut interinsisal kurang dari normal, berarti hubungan gigi insisivus atas dan
bawah proklinasi
12
Determinasi Lengkung Gigi
Hasil penapakan :
Keterangan :
FIS awal: 124o
FIS akhir: 124o
IMPA awal: 91o
IMPA akhir:87o
Overjet awal : 0mm
Retraksi RB : 2,mm
Overjet akhir: 2,0 mm
Ket:
: lengkung awal RA
: lengkung idealRB
: lengkung ideal RA
:
Rahang Atas : ( 16 s/d 26) Rahang Bawah : ( 36 s/d 46 )
Jumlah Lebar Mesiodital:96,3mm Jumlah lebar Mesiodistal:87,0mm
- Kanan : 48,2mm - Kanan : 43,6mm
- Kiri : 48,1mm - Kiri : 43,4mm
Panjang lengkung ideal: ,93,9mm Panjang lengkung ideal: 69,4mm
- Kanan : 46,8mm - Kanan : 39,6mm
- Kiri : 47,1mm - Kiri : 39,8mm
Diskrepansi: -2,40mm Dikrepansi : -7,4mm
- Kanan : -1,4 mm - Kanan : -3,8mm
- Kiri : -1,0 mm - Kiri : -3,6mm
13
V. DIAGNOSIS FINAL
Maloklusi Angle Klas III dengan hubungan skeletal klas III disertai mandibula
prognati dan gigi rahang atas proklinasi, ) edge to edge bite {23,34), open bite (12
terhadap 43; 22 terhadap 32,33 )dan malposisi gigi-geligi :
14
Rahang Bawah
VII.PROSEDUR PERAWATAN :
a. Rencana perawatan :
1. Edukasi pasien
2. Analisis Ruang
3. Koreksi maloklusi
4. Penyesuaian oklusi
5. Pemakaian retainer
Jalannya Perawatan :
1. Edukasi pasien
a. Memberi pengarahan kepada pasien mengenai biaya, jalannya perawatan,
kontrol perawatan.
b. Jalannya perawatan: memberi pengarahan mengenai berapa lama
perawatan berlangsung, aturan pemakaiannya, dan cara pembersihan alat
ortodontiknya.
c. Kontrol rutin: memberi pengarahan mengenai kesediaan pasien untuk
kontrol secara rutin dalam jangka waktu yang telah ditetapkan selama
perawatan dan banyaknya kunjungan yang harus dilakukan pasien.
d. Menjelaskan bahwa penyebab celah pada gigi depan RA karena perlekatan
frenulum labii superior yang tinggi dan tebal sehingga perlu adanya
frenektomi untuk mencegah terjadinya relaps paska perawatan ortodontik
15
e. Menjelaskan bahwa etiologi gigi taring kiri RA yang impaksi karena
persistensi dari gigi desidui 63 sehingga perlu dilakukan bedah eksposure
untuk memberikan jalan bagi gigi taring tersebut erupsi
f. Penandatanganan informed consent
2. Analisis Ruang
Berdasarkan perhitungan Pont: Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi
ke arah lateral pada regio P1 – P1 mengalami kontraksi sebesar -0,55mm dan
pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral pada regio M1 –
M1 mengalami kontraksi sebesar 5,2mm
Berdasarkan perhitungan Korkhaus: Pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi ke arah anterior mengalami retraksisebesar 2,84 mm.
Berdasarkan Perhitungan Howes: Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi :
kurang ( < 43 %)
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi : lebih (> 44 %)
Berdasarkan perhitungan Determinasi Lengkung dan set up model Kesling :
Pada determinasi lengkung, puncak lengkung rahang atas todak dilakukan
retraksi ataupun protraksi dengan pertimbangan keluhan pasien yang merasa
gigi bawah yang maju dan menurut analisa sefalometri posisi gigi anterior atas
protrusive dan pada rahang bawah dilakukan retraksi sebesar 2 mm untuk
mencapai overjet yang ideal. Pada determinasi untuk menyusun gigi geligi
dalam lengkung ideal didapat kekurangan ruang pada rahang atas sisi kanan
1,4 mm dan pada sisi kiri sebesar 1,0 mm,dilakukan grinding pada gigi
anterior agar gigi geligi bisa tersusun dalam lengkung yang ideal. Setelah
dilakukan retraksi pada rahang bawah sebesar 2 mm terdapat kekurangan
ruang pada sisi kanan sebesar 3,8 mm dan pada sisi kiri sebesar 3,6 mm.
Berdasarkan perhitungan Carey :
RA Kurang Ruang Analisis carey Pencarian ruang
Kanan -1,4 mm < ½ lebar mesiodistal P1 grinding
Kiri -1,0mm < ½ lebar mesiodistal P1 grinding
16
Berdasarkan determinasi lengkung dan set up model kesling, untuk menyusun gigi-
gigi dalam lengkung ideal, maka dapat diketahui bahwa :
RA Kurang Ruang Pencarian Ruang Sisa Ruang
Kanan -1.4 mm Grinding 0,0 mm
Kiri -1,0 mm Grinding 0,0 mm
17
3. Koreksi malrelasi dan malposisi individual
Koreksi malposisi gigi individual dan Koreksi Lengkung gigi Menggunakan
alat cekat Edgewise :
1.A. Leveling dan unraveling tahap awal
Rencana perawatan tahap I memuat:
1. Tujuan : Leveling, unraveling, general alignment
2. Archwire : SS round archwire 0,014” dengan multi loop berupa:
1) Vertical loop pada interdental gigi 31-41, 31-32
2) L loop pada interdental gigi 11-12,12-13, 21-22, 32-33, 41-42, 42-43
Archwire 0,014” SS
Jika sudah diperoleh leveling dan general alignment, pada kontrol selanjutnya
multiloop arch wire diganti dengan plain wire arch wire SS 0,016”, dilanjutkan
dengan plain arch wire SS 0,018”, 0,016x0,016”, dan 0,016x0,022” secara
berurutan.
Gambaralat :
Elastik Kelas III 0,016”, 0,018”, 0,016 x 0,016”, dan 0,016 x 0,022” SS
Pada akhir tahap I dilakukan pencetakan step model tahap I dan foto intraoral.
18
TAHAP II
2.1 Retraksi caninus
1. Tujuan: retraksi caninus
2. Gambar desain alat
L-loop
19
2. Gambar desain alat
Kawat busur SS rectangular 0,016” x 0,016” yang dilengkapi dengan L
Loop di daerah interdental gigi kaninus dan insisivus lateral kanan dan
kiri.
Kaki loop bagian mesial tepat berada di distal braket gigi insisivus
lateral
Gigi insisivus sentral dan lateral serta gigi P2 dan gigi M1,M2 diligasi
menjadi satu kesatuan dengan kawat ligature.
Keterangan :
1. Rectangular archwire
2. Cinch bend
2. L Loop
3. Ligasi gigi anterior dan posterior
Rectangular SS 0,016”x0,016”
Pada akhir tahap II dilakukan pencetakan step model tahap II dan foto intraoral.
21
TAHAP III
Tujuan : Finishing dan buccal root torque posterior untuk mencapai kontrol aksis gigi,
root paralelling, maksimalisasi interdigitasi, dan koordinasi akhir lengkung gigi.
RA : Wire : rectangular SS 0,018”x 0,025”
First order :bengkokan / lekukan pada daerah :
RA : Approximal 1 2 , 2 3 , 5 6 6 7 , bukal 6 7 ( toe in ).
RB : - ½ bukal 3 , approx 3 4 , ½ bukal 6 7 (toe in ).
Second order : V bend aproksimal 12-13 dan 22-23
Artistic positioning bend, aproksimal 12-11, 11-21, 21-22
Third order : Inter v bend, sebelah distal diputar kearah gingival, inklinasi
palatal (torque +)
Ligasi : kawat ligatur pada semua gigi
Auxiliary : finishing elastic di posterior (box elastik) jika perlu
22
Gambar alat Firstorder bend (horizontal)
1 2
3
4 Keterangan RA:
5
1. Anterior bend
2. Lateral set-back bend
3. Mesial cuspid bend
6 4. Cuspid eminence bend
5. Bukal sweep
6. Molar bend
5
Keterangan RB :
1. Anterior bend
4 2. Mesial cuspid bend
3. Cuspid eminence bend
3 4. Bucal sweep
5. Molar bend
2
Pada akhir tahap III dilakukan pencetakan step model tahap II dan foto intraoral
23
3. Penyesuaian oklusi
Setelah dilakukan pengaturan gigi-gigi individual dan lengkung gigi
dilanjutkan dengan penyesuaian oklusi dengan cara pengecekan kontak oklusi
dengan articulating paper, pasien disuruh menggigit articulating paper dalam
posisi sentrik, kemudian diminta untuk melakukan gerakan mengunyah. Cek
tonjol oklusal dan tepi incisal, jika ada warna yang sangat biru berati ada
traumatik oklusi. Dilakukan penggrindingan daerah traumatik sampai warna
biru seimbang pada semua tonjol.Setelah itu dilakukan penghalusan pada gigi
yang telah dilakukan grinding dan aplikasi topikal fluor untuk mencegah
terjadinya karies.
4. Pemakaian retainer
Pemakaian retainer digunakan untuk mempertahankan lengkung yang telah
dikoreksi sampai terjadi kestabilan dalam lengkung yang baru. Di samping itu
pemakaian retainer juga bertujuan untuk menunggu terjadinya pembentukan
tulang alveolar yang baru melalui proses deposisi dan aposisi di sekitar gigi
yang telah digerakkan sehingga menjadi kokoh kembali dan hasil perawatan
tidak relaps. Retainer yang digunakan adalah retainer tipe Hawley retainer
yang berupa:
Labial arch pada rahang atas dan bawah dengan kawat ø 0,8 mm dengan
loop pada gigi P1 kanan dan kiri untuk RA dan RB yang tidak diaktifkan
Adam klamer pada rahang atas dan bawah dengan kawat ø 0,7 mm pada
gigi M1 kanan dan kiri untuk RA dan RB sebagai retensi.
Pemakaian retainer dilakukan kurang lebih dalam jangka waktu 12 bulan,
Pemakaian 3 bulan I: retainer dipakai siang dan malam, dan pada waktu
tidur, baru dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis makan untuk
dibersihkan, dengan waktu kontrol sebulan sekali untuk pengecekan
apakah hasil perawatan berjalan dengan baik.
Pemakaian 3 bulan II:dilakukan kontrol apakah retainer setiap dipakai
masih sesak, jika sudah tidak sesak pemakaian dihentikan
Pemakaian 3 bulan III : dikontrol kembali apakah retainer masih terasa
sesak jika masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan berikutnya
Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bisa
dihentikan dan dilakukan pontrolan akhir 3 bulan berikutnya.
24
Jika retainer sudah tidak terasa sesak, maka pemakaian retainer dapat
dihentikan tanpa harus menunggu jangka waktu selama 12 bulan.
Gambar retainer
Rahang Atas Keterangan
Rahang Atas:
1. Adam Klamer
2. Labial Arch
3. Plat Akrilik
Rahang Bawah
Keterangan
Rahang Bawah:
1. Adam Klamer
2. Labial Arch
3. Plat Akrilik
VIII. PROGNOSIS :
Perawatan ini mempunyai prognosis yang baik karena :
1. Motivasi pasien tinggi
3. Keadaan gigi dan jaringan periodontal baik
4. Pasien dapat bekerjasama dengan baik dan kooperatif.
25
Data Penunjang
26
Intra Oral
27
Yogyakarta, November 2017
Operator
Menyetujui,
drg. Soekarsono Hardjono Sp. Ort (K) Dr. drg. Sri Suparwitri SU., Sp.Ort (K)
28
LEMBAR PENGESAHAN
Nama pasien : Sharon Florencia
Nomor Model : 190.17.9.22
Yogyakarta,27September 2017
Operator
drg.Rendita D. Y
(16/405616/PKG/01089)
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
drg. Soekarsono Hardjono Sp. Ort (K) Dr. drg. Sri Suparwitri SU., Sp.Ort (K)
29
24 September 2017
24 September 2017
190.17.9.
22
30