Anda di halaman 1dari 260

Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP.

2016/2017

KBM

BIOLOGI REPRODUKSI DAN


MIKROBIOLOGI

Program Studi : D IV Kebidanan Metro

Nama Mata Kuliah : Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi

Kode Mata Kuliah : Bd. 6.202

Deskripsi Mata Kuliah :


Mata kuliah ini memberi kesempatan mahasiswa untuk memahami prinsip-prinsip
biologi dasar dan perkembangan yang berkaitan dengan siklus reproduksi, serta
memahami mikro organisme dan parasit yang mempengaruhi kesehatan dan
konsep-konsep yang berhubungan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi.

Semester : I (Satu)

Beban Kerja : 2 SKS (1 SKS T, 1 SKS P)

Dosen Pengampu / Tim Dosen :


- Yoga Tri Wijayanti, SKM., MKM.
- DR. Yusrohadi, M.Kes
- Supriatiningsih, AK, M.Kes
- Prasetyowati, S.pd, M.Kes

 120 Menit
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

PENDAH ULUAN

Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi ini merupakan salah satu mata rantai
yang tidak dapat terpisahkan dari mata kuliah yang diajarkan di jurusan Kebidanan.
Modul ini berkaitan erat dengan masalah kesehatan ibu dan anak, termasuk dalam
pengembangan ilmu kebidanan. Pada prinsipnya, garis besar yang terdapat dalam
modul ini disusun menyesuaikan Rencana Pembelajaran Semester tentang Biologi
Reproduksi dan Mikrobiologi yang termasuk salah satu mata kuliah dalam kurikulum
Pendidikan Diploma IV Kebidanan Metro, dengan beban kerja 2 SKS (1 SKS T, 1 SKS
P). Dengan memahami Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi, diharapkan mahasiswa
kebidanan akan lebih mudah dalam mempelajari dan menguasai ilmu-ilmu kebidanan
dan praktik kebidanan lebih lanjut

Modul ini terdiri dari 14 Bab, meliputi:

BAB I Struktur dan Fungsi Sel serta Organ yang Berperan dalam Reproduksi
BAB II Proses Kehamilan, Tumbuh Kembang Fetus Pertumbuhan Plasenta, dan Faktor
yang Mempengaruhinya
BAB III Hormon yang Berhubungan dengan Gametogenesis dan Fungsi Reproduksi
BAB IV Kode Genetik
BAB V Perkembangan dan Persiapan Kehidupan Fetus dari Intra Uterin ke Ekstra
Uterin dan Neonatus
BAB VI Mikrobiologi Dasar
BAB VII Sterilisasi dan Desinfeksi
BAB VIII Fisiologi Kehamilan, Persalinan dan Nifas
BAB IX Pewarnaan Jenis Bakteri melalui Pewarnaan
BAB X Dasar-dasar Mikologi dan Virologi
BAB XI Konsep Dasar Sistem Imunologi
BAB XII Struktur Payudara dan Fisiologi Laktasi
BAB XIII Konsep tentang Infeksi Nasokomial
BAB XIV Pencegahan Infeksi Nasokomial
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

TUJUAN PEMBELAJARAN

Capaian pembelajaran prodi


Mahasiswa mampu memahami kompetensi 3a, 3b, (prinsip -prinsip biologi dasar
dan biolog perkembangan yang berkaitan dengan siklus reproduksi manusia dalam
pelayanan kebidanan dengan baik dan benar.

Capaian pembelajaran MK
Mampu mengintegrasikan konsep teori bidang dan prinsip -prinsip biologi dasar
manusia, biofisika, mikrobiologi yang berkaian dengan siklus reproduksi wanita dimulai
saat bayi, balita, remaja, dewasa, hamil, bersalin, nifas, masa antara, klimakterium, dan
menopause sehingga mampu memformulasikan penyelesaian masalah praktik kebidanan
prosedural yang membentuk dasar dari asuhan kebidanan sesuai dengan budaya, untuk
perempuan, bayi baru lahir, dan keluarganya.

Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu


1. Menguraikan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita
2. Menjelaskan hormon yang berhubungan dengan gametogenesis dan fungsi
reproduksi
3. Menjelaskan proses kehamilan, tumbuh kembang fetus, pertumbuhan plasenta dan
faktor yang mempengaruhinya
4. Mengidentifikasi kode genetik
5. Menjelaskan fisiologi kehamilan, persalinan dan nifas
6. Menghubungkan struktur payudara dan fisiologi laktasi
7. Menjelaskan perkembangan janin
8. Menjelaskan konsep dasar mikrobiologi
9. Menguraikan tentang bakteriologi dasar
10. Melakukan sterilisasi dan desinfeksi
11. Menguraikan sistem imunologi
12. Melakukan pemeriksaan mikrobiologi
13. Melakukan pemeriksaan virologi
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

URAIAN MATERI

BAB I
Struktur dan Fungsi Sel serta Organ yang
Berperan dalam Reproduksi

Struktur dan Fungsi Sel


Sel berasal dari kata latin cella yang berarti ruangan kecil. ukuran sel
bermacam-macam dan bentuk sel juga bermacam-macam . meskipun ukuran sel sangat
kecil, strukturnya sangat rumit dan masing-masing bagian sel memiliki fungsi khusus.
misalnya, mitokondria yang terdapat di dalam sel berfungsi sebagai penghasil energy,
sedangkan lisosom berfungsi sebagai pencerna.
Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup, yang dapat melaksanakan
kehidupan. sel disebut sebagai unit terkecil karena sudah tidak bisa dibagi-bagi lagi
menjadi bagian yang lebih kecilyang berdiri sendiri. sel dapat melakukan proses kehidupan
seperti melakukan respirasi, perombakan, penyusunan, reproduksi melalui pembelahan sel,
dan terhadap rangsangan. sel disebut satuan struktural makhluk hidup.
sel juga disebut sebagai satuan fungsional makhluk hidup. perkembangbiakan
dilakukan melalui pembelahan sel, pembelahan sel dilakukan baik oleh organisme bersel
satu mengadakan pembelahan secara langsung sedangkan sel-sel pada organisme bersel
banyak mengalami pembelahan secara mitosis. sel mengandung materi genetic,yaitu materi
penentun sifat-sifat makhluk hidup. dengan adanya materi genetik, sifat makhluk hidup
dapat diwariskan kepada keturunannya. struktur sel dibagi menjadi struktuk sel prokariotik
dan eukariotik.

Struktur Sel Eukariotik


Perbedaan pokok antara sel prokariotik dan eukariotik adalah sel eukariotik
memiliki membram inti, sedangkan sel prokariotik tidak. selain itu sel, eukariotik memiliki
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

sistem endomembram, yakni memiliki organel-organel bermembram seperti retikulum


endoplasma, komplek Golgi, mitokondria, dan lisosom. sel eukariotik juga memiliki
sentriol, sedangkan sel prokariotik tidak. adapun sel eukariotik meliputi sebagai
berikut:

1. Membran plasma

Membran plasma atau plasmalema merupakan lapisan pembatas antara bagian


dalam sel (isi sel) dengan lingkungan luarnya.Membran plasma tersusun dari lipoprotein,
yaitu lemak (lipida) dan protein. Lapisan lemak terdapat di bagian tengah membran
sedangkan protein terdapat di bagian tepi luar dan dalam membran.
Membran plasma bersifat selektif permeable (semipermiabel), yaitu mengatur zat-
zat yang boleh masuk ke dalam dan yang harus dikeluarkan dari sel.

Membrane plasma mempunyai fungsi antara lain:


a. Berperan penting dalam mengatur transportasi molekul-molekul dari dan ke
dalam sel (ion-ion, zat nutrein, dan zat sisa).
b. Berperan sebagai pembatas yang memisahkan bagian dalam sel dengan cairan
ekstraseluler yang mengililinginya (memelihara homoestasis sel) sehingga
melindungi isi sel.

2. Sitoplasma
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Sitoplasma merupakan suatu cairan sel dan segala sesuatu yang larut di dalamnya,
kecuali nukleus (inti sel) dan organela. Sitoplasma yang berada di dalam inti sel disebut
nukleoplasma. Sitoplasma bersifat koloid kompleks, yaitu tidak padat dan tidak cair. Sifat
koloid sitoplasa ini dapat berubahubah tergantung kandungan air. Jika konsentrasi air
tinggi maka koloid akan bersifat encer yang disebut dengan sol, sedangkan jika konsentrasi
air rendah maka koloid bersifat padat lembek yang disebut dengan gel.
Sitoplasma tersusun atas air, garam mineral, vitamin, asam amino, dan glukosa.
Adapun fungsi sitoplasma adalah sebagai tempat berlangsungnya metabolisme sel dan
sumber kimia sel.

3. Nukleus

Nukleus adalah inti dari sel yang mengatur dan mengendalikan aktivitas sel baik itu
metabolisme hingga ke pembelahan sel. Nukleus ditemukan pada sel eukariotik dan
mengandung sebagaian besar materi ginetik yang bentuknya DNA linear panjang yang
membentuk kromosom bersama protein-protein. Nukleus terdiri dari bagian-bagian
seperti Membran inti (karioteka), Nukleoplasma (Kariolimfa), Kromatin/kromosom,
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Nukleolus. Inti sel atau nukleus merupakan organel terbesar yang berada di dalam
sel.Nukleus berdiameter 10 mikrometer .Nukleus biasanya terletak di tengah sel dan
berbentuk bulat dan oval. Inti sel terdiri dari bagian-bagian yaitu:
a. Selaput inti (karioteka)
Susunan molekul selaput inti sama dengan susunan molekul membrane sel, yaitu
berupa lipoprotein. Membrane inti juga dilengkapi dengan pori-pori yang dapat
memungkinkan hubungan antara nukleoplasma dan sitoplasma.
Pori-pori ini berperan dalam memindahkan materi antara inti sel dan
sitoplasmanya. Membrane inti terdiri atas dua selaput yaitu selaput yaitu selaput luar
dan selaput dalam. Selaput luar mengandung ribosom pada sisi yang menghadap
sitoplasma dan sering kali berhubungan dengan membrane retikulum endoplasma.
b. Nukleoplasma (kariolimfa)
Nukleoplasma adalah plasma yang terdapat di dalam nukleus. Nukleoplasma terdiri
atas cairan inti yang tersusun atas milekul asam inti (DNA atau RNA), protein inti
(nucleoprotein) dan enzim.
c. Nukleolus (anak inti)
Nukleolus berbentuk bulat dengan diameter sekitar 3-5 milimikron. Nukleous
berperan sebagai tempat sintesis nukleuplasma dan RNA ribosom (rRNA)
Fungsi Nukleus:

 Untuk menjaga integritas gen-gen


 Mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen
 Menyimpan informasi genetik
 Tempat terjadinya replikasi
 Mengendalikan proses metabolisme dalam sel.

4. Retikulum Endoplasma
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Retikulum berasal dari kata Reticular yang berarti anyaman benang atau jala.karena
letaknya memusat pada bagian dalam sitoplasma ( endoplasma ),maka disebut sebagai
retikulum endoplasma (disingkat RE ).RE hanya dijumpai di dalam sel eukariotik ,baik sel
hewan maupun sel tumbuhan. Retikulum Endoplasma merupakan system perluasan
membrane-membran yang saling berhubungan yang membentuk saluran pipih seperti
tabung di dalam sitoplasma. Dalam pengamatan mikroskop, Retikulum Endoplasma
tampak seperti saluran berkelok-kelok dan jala yang berongga-rongga. Saluran-saluran
tersebut berfungsi untuk membantu gerakan substansi-substansi dari satu bagian sel ke
bagian lainnya. Dalam sel terdapat dua tipe reticulum endoplasma, yaitu reticulum
endoplasma kasar dan reticulum endoplasma halus.

1. retikulum endoplasma kasar


Disebut reticulum endoplasma kasar karena pembentukannya diselubungi
oleh ribosom sehingga membrane ribosom kelihatan seperti helaian panjang kertas
pasir. Ribosom adalah tempat sintesis protein.
Protein yang disintesis pada ribosom yang melekat pada reticulum
endoplasma biasanya ditujukan untuk luar sel. Contohnya, sel-sel yang khusus
untuk mensekresikan protein misalnya sel pancreas yang menghasilkan hormone
insulin mengandung reticulum endoplasma kasar yang besar.
Setelah protein selesai dibuat oleh ribosom dipermukaan reticulum
endoplasma, protein tersebut diangkut ke ruangan dalam reticulum endoplasma.
Dalam saluran ini protein mungkin diubah oleh enzim-enzim yang berada di
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

permukaan dalam membrane reticulum endoplasma, biasanya ditambah dengan


molekul karbohidrat. Apabila protein telah mencapai reticulum endoplasma, protein
tersebut disimpan dalam membrane kecil yang mengandung kantong yang disebut
vesikula. Vesikula ini dibentuk dari irisan reticulum endoplasma halus yang
berhubungan dengan reticulum endoplasma kasar.
Jadi fungsi reticulum endoplasma kasar adalah mendukung sintesis protein
dan menyalurkan bahan genetic antara inti sel dengan sitoplasma

2. Retikulum endoplasma halus


Reticulum endoplasma halus tidak ditempeli ribosom sehingga
permukaannya halus. Reticulum endoplasma halus memiliki enzim-enzim pada
permukaannya yang berfungsi untuk sintesis lipida, glikogen dan persenyawaan
steroid seperti kolesterol, gliserida dan hormon.

5. Ribosom

Ribosom adalah organel sel yang padat dan kecil dengan diameter 20 nm yang
terdiri atas 65%RNA ribosom (rRNA) dan 35% protein ribosom (Ribonukleoprotein atau
RNP ) . Ribosom bekerja dalam menerjemahkan mRNA untuk membentuk rantai
polipeptida (protein) dengan menggunakan asam amino yang dibawah tRNA pada saat
proses translasi. Di dalam sel ribosom terikat pada retikulum endoplasma kasar (REk), atau
membran inti sel. Ribosom tersusun atas RNA-ribosom ( RNA-r ) dan protein.Ribosom
tidak memiliki membran .
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Fungsi Ribosom

 Tempat berlangsngunya sintesis protein

Badan golgi atau aparatus golgi atau kompleks golgi adalah organel yang dikaitkan
dengan fungsi ekskresi sel. Badan golgi dapat ditemukan di semua sel eukariotik dan
terdapat pada fungsi ekskresi, seperti ginjal. Badan golgi berbentuk kantong pipih yang
berukuran kecil hingga besar dan terikat oleh membran. Setiap sel hewan memiliki 10-20
badan golgi. Kompleks golgi sering disebut golgi saja.Pada sel tumbuhan ,kompleks golgi
disebut diktiosom .Organel ini terletak di antara RE dan membran plasma .
Fungsi Badan Golgi

 Membentuk vesikula (kantung) untuk ekskresi


 Membentuk lisosom
 Memproses protein
 membentuk membran plasma

6. Mitokondria
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Mitokondria adalah organel terbesar yang merupakan mesin dalam sel. Mitokondria
berbentuk mirip dengan cerutu yang memiliki dua lapis membran yang lekuk-lekuk dan
dinamakan kritas. Oksigen dan glukosa berkombinasi dalam membentuk energi (ATP)
yang diperlukan untuk metabolisme dan aktivitas seluler dalam organel sehingga
mitokondria dijuluki sebagai the power house karna menghasilkan energi. Mitokondria
dalam bentuk tunggulnya disebut dengan mitokondrion. Mitokondrion adalah organel yang
mengubah dari energi kimia ke energi yang lain.
Mitokondria merupakan penghasil energi ( ATP ) karena berfungsi untuk respirasi .
Secara umum dapat dikatakan bahwa mitokondria berbentuk butiran atau benang .
Mitokondria mempunyai sifat plastis ,artinya bentuknya mudah berubah . Ukurannya
seperti bakteri dengan diameter 0,5-1 mikrometer dan panjang 3-10 mikrometer.

Fungsi Mitokondria

 Menghasilkan energi dalam bentuk ATP


 Respirasi seluler

Organ Reproduksi Pria

Organ reproduksi pria tidak terpisah dari saluran uretra dan sejajar dengan kelamin
luar. Organ reproduksi pria terdiri dari kelenjar (terdiri dari : testis, vasika seminalis,
kelenjar prostat, dan kelenjar bulbo uretralis), duktus atau saluran (epididimis, duktus
seminalis, uretra), dan bangun penyumbang (skrotum, fenikulus spermatikus, dan penia).

Alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat kelamin
bagian dalam. Perhatikan gambar di bawah. Alat kelamin bagian luar terdiri dari penis dan
skrotum. Sedangkan alat kelamin bagian dalam terdiri dari testis, epididimis, vas deferens,
prostat, vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral.

Organ Reproduksi Bagian Dalam


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1. Kelenjar Kelamin Pria


Testis
Testis disebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ kecil dengan diameter
sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis membutuhkan suhu lebih rendah dari suhu badan (36,7 oC)
agar dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu, testis terletak di luar tubuh di dalam suatu
kantong yang disebut skrotum. Ukuran dan posisi testis sebelah kanan dan kiri berbeda. Testis
berfungsi sebagai tempat pembentukan sperma (spermatogenesis). Spermatogenesis pada manusia
berlangsung selama 2 – 3 minggu. Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Sperma berbentuk seperti kecebong, dapat bergerak sendiri dengan
ekornya. Di dalam testis terdapat saluran halus yang disebut saluran penghasil sperma (tubulus
seminifelus) tempat terjadinya sepermatogenesis. Dinding sebelah dalam saluran tersebut terdiri
dari jaringan epithelium dari jaringan ikat. Di jaringan epithelium terdapat:
a. Sel induk seperma (sepermatogonium) yaitu calon sperma
b. Sel sartoli yang berfungsi member makan pada seperma
c. Sel leydig yang berfungsi menghasilkan hormone testoteron
Testis juga memiliki tanggung jawab lain, yaitu membuat hormon testosteron. Hormon ini
merupakan hormon yang sangat bertanggung jawab atas perubahan anak laki-laki menjadi dewasa.
Membuat suara laki-laki menjadi besar dan berat, dan berbagai perubahan lain yang
memperlihatkan bahwa seorang anak telah beranjak dewasa.

2. Vasika seminalis
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Vesikula Seminalis adalah Sepasang kelenjar berbentuk tabung yang terletak di


bagian belakang bawah kandung kemih pria. Vesikula Seminalis berukuran sekitar 5cm,
berfungsi mensekresikan cairan berwarna kekuning-kuningan yang bersifat basa. Cairan
yang disekresikan ini menyumbang sekitar 70 % dari seluruh volume air mani (semen).
Kandungan dalam cairan yang diproduksi adalah mukus, vitamin, fruktosa (sebagai nutrisi
untuk pergerakan sperma), protein, enzim, dan prostaglandin. Vesikula Seminalis ini akan
menyatu dengan vas deferens dan kelenjar prostat untuk membentuk saluran ejakulasi. Saat
ejakulasi, vesikula seminalis akan berkontraksi.

3. Glasndula prostat

Glandula Prostat (kelenjar Prostat) adalah salah satu kelenjar yang merupakan
bagian dari sistem reproduksi pria. Glandula Prostat ini berfungsi untuk mensekresikan
cairan berwarna putih yang akan keluar bersama sperma saat ejakulasi. Kelenjar prostat
terdapat di bawah kandung kemih. Kandungan dari cairan yang disekresikan oleh kelenjar
prostat adalah asam sitrat (untuk nutrisi sperma) dan enzim antikoagulan. Kelenjar prostat
ini mengelilingi sebagian dari uretra dan cairan yang disekresikan akan langsung masuk ke
uretra.

4. Kelenjar couperi (kelenjar bulfouretra)

Kelenjar ini berbentuk bundar, kecil dan warnanya kuning, panjangnya 2,5 cm, dan
fungsinya menghasilkan secret seromucous ( lender agak kental ) yang alkalis (NaHCO3)
untuk menetralkan asam yang ada dalam saluran uretra pria.

Duktus atau Saluran

1. Epididimis
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Epididimis adalah saluran halus yang panjangnya lebih kurang 6 cm, terletak
sepanjang atas tepi dan belakang testis. Epididimis adalah organ kelamin dalam pria
berbentuk saluran berkelok – kelok yang terletak di dalam skrotum, diluar testis.
Epididimis berbentuk seperti huruf C. Epididimis berfungsi dalam pengangkutan,
penyimpanan, dan pematangan sperma. Sebelum memasuki epididimis, sperma tidak
memiliki kemampuan untuk bergerak dan belum subur, namun setelah epididimis
menjalankan fungsinya, sperma sudah subur dan mampu bergerak walaupun belum
sempurna. Setelah dari epididimis sperma akan masuk ke vas (duktus) deferens, lalu
disalurkan menuju vesikula seminalis.

2. Uretra

Organ ini merupakan saluran kemih dan saluran ejakulasi pada pria. Pengeluaran
urine tidak bersamaan dengan ejakulasi karena diatur oleh kegiatan kontraksi prostat.
Saluran ini berfungsi untuk menyalurkan semen dan saluran urine. Saluran ini terletak
dalam batang penis di bagian bawah di kelilingi oleh korpus spongiosum.

Organ Reproduksi Pria Bagian Luar

Bangun Penyumbang ( organ bagian luar )

1. Penis

Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis. Pada bagian kepala
terdapat kulit yang menutupinya, disebut preputium. Kulit ini diambil secara operatif saat
melakukan sunat. Penis tidak mengandung tulang dan tidak terbentuk dari otot. Ukuran dan
bentuk penis bervariasi, tetapi jika penis ereksi ukurannya hampir sama. Kemampuan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

ereksi sangat berperan dalam fungsi reproduksi. Pada bagian dalam penis terdapat saluran
yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini untuk mengalirkan sperma keluar. Jadi,
fungsi penis sebagai alat sanggama, saluran pengeluaran sperma, dan urine.

2. Skrotum

Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi sebagai tempat
bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan berlipat-lipat. Skrotum mengandung
otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut. Dalam menjalankan fungsinya,
skrotum dapat mengubah ukurannya. Jika suhu udara dingin, maka skrotum akan mengerut
dan menyebabkan testis lebih dekat dengan tubuh dan dengan demikian lebih hangat.
Sebaliknya pada cuaca panas, maka skrotum akan membesar dan kendur. Akibatnya luas
permukaan skrotum meningkat dan panas dapat dikeluarkan.

Pada usia remaja (sekitar usia 12 – 13 tahun), umumnya organ kelamin laki-laki
telah mampu menghasilkan sel sperma. Biasanya ditandai dengan mimpi dan keluarnya sel
sperma (mimpi basah). Sel sperma manusia memiliki panjang ±60 μm. Dalam satu tetes
semen (air mani)terdapatkuranglebih 200 – 500 juta sperma. Sel sperma dapat bergerak
aktif karena mempunyai flagela (ekor).

Proses Spermatogenesis

Proses pembentukan dan pemasakan sperma disebut spermatogenis. Pada pembahasan


sebelumnya dikatakan bahwa sperma dihasilkan oleh testis. Spermatogenis terjadi di
tubulus seminiferus testis. Dalam tubulus tersebut terdapat sel sperma, yang disebut
spermatogonium. Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis menghasilkan
spermatogonium yang haploid (Lihat gambar di bawah).

Organ Reproduksi Wanita

Saat dilahirkan seorang anak wanita telah mempunyai alat reproduksi yang
lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat reproduksi ini akan berfungsi
sepenuhnya saat seorang wanita telah memasuki masa pubertas. Alat reproduksi wanita
juga terdiri dari alat kelamin dalam dan alat kelamin luar. Alat kelamin bagian luar terdiri
dari lubang vagina, labia mayora, labia minora, mons pubis dan klitoris. Sedangkan pada
alat kelamin bagian dalam terdapat ovarium, tuba falopii (oviduk), dan uterus (rahim).
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1. Alat Kelamin Bagian Luar

Vulva

Vulva merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas mons
pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina, dan saluran kemih. Mons pubis adalah
gundukan jaringan lemak yang terdapat di bagian bawah perut. Daerah ini dapat dikenali
dengan mudah karena tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan tumbuh saat seorang
gadis beranjak dewasa. Labia adalah lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar
mons pubis. Labia terdiri dari dua bibir, yaitu bibir luar dan bibir dalam. Bibir luar disebut
labium mayora, merupakan bibir yang tebal dan besar. Sedangkan bibir dalam disebut
labium minora, merupakan bibir tipis yang menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris
terletak pada pertemuan antara ke dua labia minora dan dasar mons pubis. Ukurannya
sangat kecil sebesar kacang polong, penuh dengan sel saraf sensorik dan pembuluh darah.
Alat ini sangat sensitif dan berperan besar dalam fungsi seksual.

Mons pubis

Mons pubis adalah bagian menonjol yang melingkar di depan simfisis pubis yang
di bentuk oleh jaringan lemak di bawah kulit, meliputi daerah simfisis yang di tumbuhi
rambut pada masa pubertas.

Labia mayora (bibir besar)


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Labiya mayora adalah lipatan kulit yang menonjol secara longitudinal yang
memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis dan membentuk batas lateral yang
banyak mengandung saraf. Masing-masing labium mempunyai dua permukaan bagian luar
yang mempunyai pigmen dan di tutupi oleh rambut keriting. Bagian dalamnya licin dan di
kelilingi oleh folikek sebasea. Di sampingnya terdapat pembuluh darah dan glandula yang
membentuk kommisura labialis posterior.

Labia minora (bibir kecil)

Labia minora adalah lipatan kecil yang terdapat di antara labia mayora. Bentuknya
memanjang dari klitoris secara oblique ke bawah dan samping belakang sepanjang 4 cm di
sisi orifisium vagina. Ujung posterior labia minora bergabung pada garis median oleh
lipatan kulit yang disebut frenolum. Masing-masing labia minora terbagi menjadi:

a. Bagian atas melalui klitoris bertemu dengan yang lain membentuk


lipatan yang menggantung pada glans klitoris; dan
b. Bagian bawah lewat di bawah klitoris dan membentuk permukaan
bawah yang saling berhubungan dan dinamakan frenolum klitoris.

Klitoris

Klitoris adalah tonjolan kecil yang melingkar dan berisi jaringan erektil yang
sangat sensitif. Klitoris terletak di bawah kommisura labia anterior dan sebagian
tersembunyi di antara ujung anterior labia minora yang banyak mengandung saraf. Klitoris
terdiri dari:

a. Korpus kavernosus yang mengandung jaringan erektil dan ditutupi oleh


lapisan padat; dan
b. Membrane fibrosa bergabung di sepanjang permukaan medial dengan
sepetum pektini formis.

Vestibulum vagina (serambi)

Adalah celah di antara labia minora di belakang glans glitoris yang di dalamnya
terdapat orifisium uretra 2,5 cm di belakang glans klitoris. Vagina merupakan muara
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

duktus vestibularis mayor, liang senggama, kelenjar bartrolini, dan kelenjar skene kiri dan
kanan.

Himen (selaput dara)

Adalah lapisan tipis yang menutupi sebagian liang senggama. Di tengahnya


berlubang yang merupakan tempat keluarnya menstruasi, bentuknya bervareasi dan bila
teregang akan terbentuk cincin. Pada koitus pertama, hymen robek di beberapa tempat dan
beberapa tempat lainnya pada hymen yang telah rupture ditemukan penonjolan kecil yang
di sebut karunkulae mirtiformis. Di antara hymen dan fernolum labia terdapat lekukan
kecil yang disebut fosa navikularis.

Orivisium vagina

Adalah celah yang terdapat di bawah belakang muara uretra. Ukurannya tergantung
pada hymen. Lipatan tepi dalamnya saling berhubungan. Orifisium vagina muncul sebagai
celah diantara orifisium vagina.sss

Bulbus vestibularis (bulbus vaginalis)

Terdiri dari dua masa erektil dari masing-masing sisi orifisium vagina yang di sebut
pars intermedis. Masing-masing massa lateralis panjangnya 2.5 cm.

Glandula vestibularis mayor (bartolini)

Terdiri dari dua bagian melingkar dengan warna merah ke kuning-kuningan pada
orifisium vaginalis ujung posterior dari masing-masing dari bulbus vestibule dengan
panjang duktus 2 cm.

2. Alat Kelamin Bagian Dalam ( Genitalia Interna )


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Vagina adalah saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan berakhir pada rahim.
Vagina dilalui darah pada saat menstruasi dan merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari
otot, vagina bisa melebar dan menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat
melahirkan vaginabisamelebar seukuran bayi yang melewatinya. Pada bagian ujung yang
terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang dikenal dengan istilah selaput dara.
Bentuknya bisa berbeda-bedasetiapwanita. Selaput ini akan robek pada saat bersanggama,
kecelakaan, masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya. Epitel vagina
merupakan epitel skuamosa dalam beberapa lapisan. Lapisan tidak mengandung kelenjar,
tetapi mengadakan transudasi.

Uterus ( rahim )

Rahim disebut juga uterus. Alat ini memiliki peranan yang besar dalam reproduksi
wanita. Rahim berperan besar saat menstruasi hingga melahirkan. Bentuk rahim seperti
buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran
panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil
mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi sebagai tempat
untuk perkembangan embrio menjadi janin. Dinding rahim memiliki banyak pembuluh
darah sehingga dindingnya menebal ketika terjadi pertumbuhan janin. Rahim terdiri atas 3
lapisan, yaitu:

Lapisan parametrium, merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan
rongga perut. Lapisan miometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi
keluar pada proses persalinan (kontraksi). Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri atas lapisan
kelenjar yang berisi pembuluh darah. Bagian-bagian uterus :

a. Fundus uteri ( dasar rahim ), ditutupi oleh peritoneum dan berhubungan


dengan fasies vasikalis dan permukaan internalis. Pada bagian atas,
bermuara tuba urterina yang mnembus dinding uterus.
b. Korpus uteri, di dalamnya terdapat rongga (kavum uteri ) yang
membuka keluar melalui saluran kanalis servikalis yang terletak pada
serviks. Bagian ini merupakan tempat berkembangnya janin.
c. Servik uteri, merupakan bagian uterus yang menyempit dan berbentuk
kerucut dengan apeks yang menjurus ke bawah dank e belakang dengan
sedikit lebar di pertengahan. Serviks dibagi menjadi dua yaitu: poriso
supravaginalis dan poriso vaginalis
1. Bagian dalam uterus

Kavum uteri dilapisi oleh selaput lender yang kaya dengan kelenjar, bagian apeks
dibentuk oleh orifisium internal uteri dimana kavum uteri bergabung dengan kanalis
serviks melalui orifisium uteri interna yang terdiri dari endometrium, mimometrium, dan
perimetrium.

2. Kanalis serviks uteri

Kanalis sirvik uteri berhubungan dengan kavum uteri melalui orifisium uterine
interna. Fungsi uterus adalah menahan ovum yang telah di buahi dalam endometrium. Pada
saat melahirkan, uterus berkontraksi mendorong janin keluar.

3. Penyokong uterus

Adalah diafragma pelvis, m. levator ani, dan fasia levator ani. Uterus ditahan pada
posisi yang kuat dalam pelvis oleh vagina, ligamentum kardinale, ligamentum latum dan
uterus sakralis. Jaringan lemak disekitar ligamentum dan uterus merupakan elemen penting
dalam menykong uterus.

4. Posisi uterus
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

a. Pada masa pubertas uterus berbentuk firiformis dengan berat 14-


17 gram dan berada dalam rongga pelvis,
b. Selama kehamilan, uterus membesar pada bulan ke-8 dan
mencapai region epigastrika. Pertambahan ukuran disebabkan
pertumbuhan otot yang telah ada dan sebagian pertumbuhan otot
baru.
c. Sesudah melahirkan, uterus hamoir kembali pada ukuran semula,
beratnya 42 gram karena kavum uteri lebih besar dari pembuluh
darah dan otot bertambah.
d. Pada umur tua, uterus menjadi atrofi dan pucat sehingga lebih
memisahkan uterus dengan serviks.
5. Pembuluh darah uterus
a. Arteri uterine, merupakan cabang hipogastrika.
b. Arteri ovarika.
c. Vena uterus, arah berjalannya berlawanan dengan arteri.

Tuba Falopi(uterina)

Tuba fallopi disebut juga dengan saluran telur. Saluran telur adalah sepasang
saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10 cm. Saluran ini
menghubungkan rahim dengan ovarium melalui fimbria. Ujung yang satu dari tuba fallopii
akan bermuara di rahim sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung
ke dalam rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai dan bergerak bebas.
Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh
ovarium. Dari fimbria, telur digerakkan oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam
saluran telur menuju ke dalam rahim.

Strukur Tuba Fallopi, Tuba fallopi terdiri dari :

a. Pars interstitialis, bagian tuba yang terdaapat dalam uterus


b. Pars ismika/istmus, bagian yang sempit pada sudut antara uterus dan
tuba
c. Pars ampularis/ampula, bagian yang membentuk saluran yang lebar
meliputi ovarium
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

d. Invundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka mempunyai umbul yang


disebut fimbrie yang melekat pada ovarium untuk menangkap telur yang
dilepas oleh ovarium menuju tuba

Ovarium

Ovarium menghasilkan ovum. Ovarium disebut juga dengan indung telur. Letak
ovarium di sebelah kiri dan kanan rongga perut bagian bawah. Ovarium berhasil
memproduksi sel telur jika wanita telah dewasa dan mengalami siklus menstruasi. Setelah
sel telur masak, akan terjadi ovulasi yaitu pelepasan sel telur dari ovarium. Ovulasi terjadi
setiap 28 hari. Sel telur disebut juga dengan ovum.

Serviks

Serviks disebut juga dengan mulut rahim. Serviks ada pada bagian terdepan dari
rahim dan menonjol ke dalam vagina, sehingga berhubungan dengan bagian vagina.
Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar waktu ovulasi, mukus ini menjadi
banyak, elastis, dan licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran
yang berdinding tebal ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.

Kelenjar Mamae

Pada wanita, kelenjar mamae berkembang pada permulaan masa


pubertas(addolesen) yaitu sekitar umur 11-12 tahun.

Struktur Kelenjar Mamae. Kelenjar mamae terdapat diatas bagian luar fasia torakalis super
visialis didaerah jaringan lemak subkutis dengan batas-batas :

a. Kearah lateral samapi ke linea aksilaris media


b. Medial melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain,
dan
c. Kearaah bawah mencapai darah aksial(lipatan ketiak)

Proses Oogenesis
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Proses pembentukan ovum disebut oogenesis dan terjadi di ovarium. Pembentukan


ovum diawali dengan pembelahan mitosis lapisan luar ovarium untuk membentuk
oogonium yang diploid. Setiap oogonium dilapisi oleh sel folikel. Keseluruhan struktur ini
disebut folikel primer. Ketika folikel tumbuh, oosit primer membelah secara meiosis I
menghasilkan satu oosit sekunder dan badan kutub. Oosit sekunder kemudian berkembang
menjadi ovum haploid yang siap untuk dibuahi oleh sperma.

Pubertas

Pubertas yaitu dimulainya kehidupan seksual dewasa, sedangkan menarke


dimulainya menstruasi. Periode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi hormon
gonandotropin oleh hipofise yang dimulai pada tahun ke 8 dari kehidupan dan mencapai
puncak pada saat terjadi menstruasi pada usia 11-16 tahun.

Monopause terjadi pada usia 45-50 tahun yang di tandai dengan siklus seksual
yang menjadi tidak teratur, ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus atau selama
beberapa bulan atau beberapa tahun dan terhenti sama sekali.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB II
Proses Kehamilan, Tumbuh Kembang Fetus
Pertumbuhan Plasenta, dan Faktor
yang Mempengaruhinya
Proses Kehamilan

Proses kehamilan dimulai saat terjadinya konsepsi (pembuahan), sebelum konsepsi


terjadi ada hal-hal yang terjadi pada tubuh wanita, yaitu: Ovulasi. Ovulasi terjadi ketika sel
telur (ovum) keluar dari sarangnya (ovarium=indung telur), di dalam ovarium terdapat
kantung-kantung (folikel) yang berisi cairan dan sel telur, pada suatu ketika folikel menjadi
matang kemudian pecah maka keluarlah sel telur yang ada di dalamnya. Ovulasi ini
normalnya terjadi setiap bulan sesuai siklus menstruasi dan rata-rata terjadi sekitar dua
minggu sebelum periode (siklus) mens berikutnya. Kenaikan Hormon Setelah telur
meninggalkan folikel, folikel berkembang menjadi sesuatu yang disebut korpus luteum.
Korpus luteum melepaskan hormon yang membantu menebalkan lapisan rahim, untuk
mempersiapkan ketika terjadi proses kehamilan.
Telur Berjalan ke Tuba Fallopi Setelah telur dilepaskan, ia bergerak ke tuba falopi. Sel
telur tinggal di sana selama sekitar 24 jam, menunggu sel sperma untuk membuahi. Semua
ini terjadi, rata-rata, sekitar dua minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir atau masa
ini disebut juga dengan masa subur. Telur mampu bertahan hanya 12 sampai 24 jam
sedangkan sperma bisa bertahan selama sekitar 72 jam pada saluran reproduksi wanita.
Oleh karena itu, disimpulkan bahwa masa subur wanita itu lamanya 4 hari, yakni hari ke
12 – 16 dihitung dari hari pertama menstruasi. Proses kehamilan : ovulasi, pembuahan,
implantasi Implantasi Telur yang telah dibuahi (zigot) tetap dalam Tuba Fallopi selama
sekitar tiga sampai empat hari, tetapi dalam waktu 24 jam setelah dibuahi, zigot mulai
membelah diri (zigot yang sudah membelah disebut embrio) sangat cepat menjadi banyak
sel.
Embrio terus membelah ketika bergerak perlahan-lahan melalui tuba falopi menuju
rahim. Ketika sampai rahim embrio akan menempel dan tertanam dalam dinding rahim
yang sudah menebal (lahan subur), inilah yang disebut implantasi (penanaman). Beberapa
wanita mengalami spotting atau sedikit bercak pendarahan selama satu atau dua hari
sekitar waktu implantasi. Lapisan rahim semakin tebal dan leher rahim disegel oleh plug
lendir sampai bayi lahir. Dalam minggu pertama, hormon yang disebut human chorionic
gonadotropin (hCG) dapat ditemukan dalam darah. Hormon ini dibuat oleh sel-sel yang
akhirnya menjadi plasenta. Hormon beta-hCG inilah yang dideteksi pada tes pack atau tes
kehamilan.

Fertilisasi
Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (coitus) dengan ejakulasi, sperma dari saluran
reproduksi pria didalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani berisi sel sperma ke
dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi pada masa ovulasi (masa subur
wanita), maka kemungkinan sperma akan bertemu dengan ovum yang disebut sebagai
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

pembuahan atau fertilisasi. Proses pembuahan ini terjadi didalam tuba fallopi, umumnya
didaerah ampula/infundibulum.
Fertilasi mempunyai dua fungsi utama yaitu :
1. Fungsi reproduksi yang memungkinkan pemindahan unsur-unsur genetik dari orang
tua kepada keturunan. Jika pada gametogenesis terjadi reduksi(2n menjadi n) unsur
genetik, maka pada fertilasi terjadi penggabungan unsur genetik (pemulihan
kembali dari n menjadi 2n, masing-masing orang tuamenyumbang n). Tanpa
fertilasi (kecuali pada kasus-kasus tertentu). Kesinambungan keturunan suatu
spesiestidak akan terjadi.
2. Fungsi perkembangan, ketika fertilasi memicu oosit sekunder untuk melanjutkan
dan menyelesaikan proses pembelahan meiosisnya dan membentuk pronukleus
wanita.

Setelah sperma mencapai oosit terjadi :


1. Reaksi zona atau reaksi kortikal pada selaput zona pelusida
2. Oosit menyelesaikan pembelahan keduanya sehingga menghasilkan oosit definitive
yang kemudian menjadi pronukleus wanita
3. Inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria
4. Ekor sperma lepas dan bergenerasi
5. Pronukleus pria dan wanita yang haploid membentuk zygote yang diploid
Fertilasi terjadi melalui 4 tahap yaitu :
1. Penetrasi korona radiata oleh sperma dengan bantuan enzim hialuronidase yang
melarutkan senyawa hialuronidase yang melarutkan senyawa hialuronid pada
korona radiata.
2. Penetrasi zona pelusida oleh sperma dengan bantuan enzim akrosin untuk
menghancurkan glikoprotein. Penetrasi ini memicu sel-sel granulosit dibagian
korteks oosit sekunder untuk mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan
sel-sel zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras
dan tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Proses ini mencegah ovum dibuahi
oleh lebih dari satu sperma (polispermia).
3. Setelah menembus zona pelusida, spermatozoa masuk ke ruang perivitelin(ruang
antara pelusida dengan membran vitelin(membran plasma), kemudian menempel
dan terjadi fusi(peleburan) membran spermatozoa dengan membran plasma oosit.
Peleburan ini memungkinkan nukleus spermatozoa masuk ke sitoplasma,
kemudian berkondesasi dan membesar sehingga menjadi pronukleus pria (n).
4. Kedua pronukleus ke tengah, lalu terjadi peleburan pronukleus wanita dan
pronukleus pria(disebut syngami). Peleburan ini mengembalikan jumlah
kromosom dari haploid menjadi diploid, dan sel baru hasil peleburan ini disebut
zigot (2n).

Nidasi
Nidasi yaitu kontak antara zigot stadium Blastokista dengan dinding rahim akan
menimbulkan berbagai reaksi seluler sehingga sel trofoblas tersebut dapat menempel dan
mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus. Tahap ini disebut sebagai
implantasi/nidasi yang terjadi kurang lebih enam hari setelah konsepsi. Apabila sudah
terjadi implantasi / nidasi maka baru dikatakan terjadi kehamilan (Gravid). Pada hari ke
empat, inti blastokista telah sampai pada permukaan stoma endometrium. Pada hari ke
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

enam, blastokista mulai masuk kedalam stoma endometrium dan pada hari ke sepuluh,
blastokista telah terbenam seluruhnya ke dalam stroma endometrium, sehingga tahap
implantasi / nidasi berakhir. Selaput janin terdiri atas korion, amnion, kantung kuning telur,
alantois. Bagian korion fili tetap berkembang yang kelak akan menjadi plasenta. Plasenta,
selain terdiri dari komponen janin juga terdiri dari komponen maternal yang disebut
desidua (desidua basalis).
Desidua basalis dibagi menjadi dua daerah, yaitu :
1. desidua basalis, terletak diantara hasil konsepsi dengan dinding uterus
2. desidua capsularis, terletak diantara hasil konsepsi dengan cavum uteri
3. desidua parietalis/Vera, terletak meliputi/mengelilingi dinding uterus yang lain.

Tumbuh Kembang Fetus

Perkembangan bayi dalam kandungan akan menjadi salah satu hal yang sangat
menyenangkan dalam proses kehamilan, karena hampir semua apa yang di lakukan berefek
tehadap bayi dalam kandungan. Perkembangan dan perubahan yang terjadi pada bayi pada
periode awal kehidupannya.

0-4 Minggu

Pada minggu-minggu awal ini, janin memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm.
Perkembangannya juga ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum tulang
belakang yang masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan terbentuk.

4-8 Minggu

Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin mulai
berdetak, dan semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah,
mata, jari kaki, dan tangan. Panjang 2,1 – 2,5 cm, berat 1 gram.

8-12 Minggu
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Saat memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk.
Kepalanya berukuran lebih besar dari pada badannya, sehingga dapat menampung otak
yang terus berkembang dengan pesat. Dan juga telah memiliki dagu, hidung, dan kelopak
mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi cairan ketuban dan dapat melakukan
aktifitas seperti menendang dengan lembut. Organ-organ tubuh utama janin kini telah
terbentuk. Panjang 7 – 9 cm, berat 12 – 15 gram.

12-16 Minggu

Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui
alat ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat membentuk ekspresi tertentu dan mulai
tumbuh alis dan bulu mata. Kini janin dapat memutar kepalanya dan membuka mulut.
Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna. Panjang 14 – 17 cm, berat 100 gram.

16-20 Minggu

Janin mulai dapat bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi tetap telah
muncul di belakang gigi susu. Tubuhnya ditutupi rambut halus yang disebut lanugo. Si
kecil kini mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia bisa mengisap jempol dan bereaksi
terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indera pengecap mulai berkembang dan bisa
membedakan rasa manis dan pahit dan sidik jarinya mulai nampak. Berat 300 gram.

20-24 Minggu
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Pada saat ini, ternyata besar tubuh si kecil sudah sebanding dengan badannya. Alat
kelaminnya mulai terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan ia mulai melakukan gerakan
pernapasan. Pusat-pusat tulangnya pun mulai mengeras. Selain itu, kini ia mulai memiliki
waktu-waktu tertentu untuk tidur. Berat 600 gram

24-28 Minggu

Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan di kulit kepalanya


rambut mulai bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Ia dapat
mendengar sekarang, baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Ia dapat
mengenali suara ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau
boleh dikatakan bahwa pada saat ini merupakan masa-masa bagi sang janin mulai
mempersiapkan diri menghadapi hari kelahirannya. Berat 1050 gram, panjang 42 cm.

28-32 Minggu

Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin


bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding
perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna,
namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan
hidup. Berat 1700 gram dan panjang 42 cm.

36-40 Minggu
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Kepalanya telah berada pada rongga panggul, seolah-olah “mempersiapkan diri”


bagi kelahirannya ke dunia. Ia kerap berlatih bernapas, mengisap, dan menelan. Rambut-
rambut halus di sekujur tubuhnya telah menghilang. Ususnya terisi mekonium (tinja pada
bayi baru lahir) yang biasanya akan dikeluarkan dua hari setelah ia lahir. Saat ini
persalinan sudah amat dekat dan bisa terjadi kapan saja. Berat 2500 – 3500 gram, panjang
50 cm dan biparietal 9,5 cm.

Proses Pertumbuhan Embryogenesis

Embryogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini


merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel.
3 Tahapan embrionik
1. Morila, merupakan suatu bentukan sel seperti bola akibat pembelahan sel secara
terus menerus.
2. Blastula, merupakan bentuk lanjutan dari morula yang terus mengalami
pembelahan. Ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan
perlekukan yang tidak beraturan.
3. Gastrula, merupakan bentuk lanjutan dari blastula yang perlekukan tubuhnya sudah
semakin nyata dan mempunyai dinding tubuh embrio serta rongga tubuh.

Perkembangan Embrio Awal

Di dalam inner cell mass, blastikist mulai tertanam didalam uterus dan terkubur
sempurna pada hari ke-10. Pada waktu ini terjadi deferensiasi dari sel-sel yang menyusun
inner cell mass(ectoderm, mesoderm, dan endoderm). Dimana tahap pertama pada
perkembangan fetus adalah pembentukan 2 ruang(kavitas) yang menutup, yang terletak
berdekatan satu sama lain, yaitu cavitas amniotica dan saccus vitellius(adalah selaput yang
terletak antara placenta dan amnion).

Pertumbahan embrio terjadi dari embional plate yang terdiri dari 3 lapisan:
1. Ektoderm, melapisi cavita amniotica
Ektoderm merupakan lapisan tunggal dari sel-sel yang bertanggung jawab atas
pertumbuhan kulit, rambut, kuku, jaringan saraf, yang meliputi pula alat
indra(organ sensor), kelenjar ludah, cavitas nasi, bagian bawah canalis analis,
tractus genitalis dan glandula mammae.
2. Endoderm, melapisi caccus vitellinus dan berkembang membentuk traktus
digestivus, hepar, pancreas, larings, trakea, paru, vesika urinaria dan urethra.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

3. Mesoderm, mirip lapisan jaringan selain ectoderm dan endoderm yang berasal dari
inner cell mass. Sebagian mesoderm terletak disekeliling cakram embrio
perkembangan lebih lanjut dari mesoderm ini akan menghasilkan sistem sirkulasi
dan limfatik, tulang, otot, ginjal, ureter, organ genetalia, dan jaringan subcutan pada
kulit. Dengan kerjanya serupa dengan amoeba sel tunggal yang sedang mengambil
makanan, maka cavitas amniotica, dapat mengubah bentuknya agar dapat
mengelilingi saccius vitellinus dan mesoderm, dan menarik kedua jaringan tersebut
meski cavitas amniotica.

Cakram embrionik, karena cavitas amniotica dan saccus vitellinus berdampingan,


maka sebagian ectoderm dari cavitas amniotica terletak bersinggungan dengan sebagian
endoderm saccus vitellinus. Daerah ini dikenal dengan cakram embrionik dan mirip tempat
perkembangan fetus.
Perkembangan embrio lebih lanjut :
1. Usia embrio pada 14 hari pertama, blastokist diberi makan(nutrien) oleh
sitoplasmanya sendiri. Pembuluh darah primitif untuk embrio mulai berkembang
pada mesoderm.
2. Usia embrio pada hari ke- 14-28, pembuluh darah embrio berhubungan dengan
pembuluh darah pada vili corion placenta primitive. Sirkulasi embrio/maternal
dengan demikian telah terbentuk dan darah mulai beredar. Kepala embrio dapat
dibedakan dari badannya. Tunas-tunas tangkai dan lengan mulai tampak. Terjadi
sikap fleksi yang terjadi secara perlahan, sistem utama dalam tubuh telah ada dalam
bentuk rudimenter. Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut.
3. Usia embrio pada hari ke- 28-42, panjang embrio kira-kira 12mm pada akhir
minggu ke-6 lengan mulai memanjang dan tangan mendapatkan bentuknya timbul
dan mata rudimenter. Telinga tampak tetapi terletak lebih rendah , gerakan pertama
dapat dideteksi dengan ultrasound mulai minggu ke-6.
4. Usia embrio minggu ke-8, menandai akhir masa embrio.

Air Ketuban

Selama 9 bulan, janin 'berenang' dalam sebuah kantung setipis balon berisi cairan
yang disebut air ketuban. Cairan ini berwarna putih, agak keruh, serta berbau agak
amis. Seiring pertambahan usia kehamilan, aktivitas organ tubuh janin mempengaruhi
komposisi cairan ketuban. Jumlah air ketuban tidak terus sama dari minggu ke minggu
kehamilan. Jumlah itu pun akan bertambah atau berkurang sesuai perkembangan
kehamilan. Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu
meningkat jadi + 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun jadi 836 ml saat
janin siap lahir. Asal Air Ketuban, Kencing janin (fetal urine), Transudasi dari darah ibu,
Sekresi dari epitel amnion, namun cairan ini bukan sekadar air biasa.
Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di
dalam rahim, sehingga leher rahim membuka. Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban
yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan lahir. Pada saat kehamilan, air ketuban
juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang
berhubungan dengan kelainan kromosom. Kandungan lemak dalam air ketuban dapat
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

menjadi penanda janin sudah matang atau lewat waktu. Seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan, jumlah cairan ini terus meningkat. Normalnya, pada usia kehamilan 10 – 20
minggu, jumlah air ketuban sekitar 50 – 250 ml. Ketika memasuki minggu 30 – 40,
jumlahnya mencapai 500 – 1500ml.
a. Faktor penyebab cairan ketuban berkurang

Proses menelan, janin bisa menelan cairan ketuban sebanyak 20 ml per jam atau
kurang lebih setengah dari jumlah total cairan ketuban per hari. Tetapi, jumlah
cairan yang ditelan ini hampir sebanding dengan produksi urin janin.

b. Ketuban bocor atau pecah.


Menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu. Kelainan kongenital
(janin) yang berhubungan dengan kelainan sistem saluran kemih, seperti; ginjal tidak
berkembang secara normal, atau terjadi penyumbatan saluran kemih.

Faal Air ketuban antara lain :


1. Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan.
2. Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkannya
mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin.
3. Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk sementara.
4. Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistim pencernaan janin,
sistim otot dan tulang rangka, serta sistim pernapasan janin agar berkembang
dengan baik.
5. Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar
janin.
6. Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin dan
rahim terhadap kemungkinan infeksi.
7. Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di
dalam rahim, sehingga leher rahim membuka.
8. Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan
membersihkan jalan lahir.
9. Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan
yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom.
10. Kandungan lemak dalam air ketuban dapat menjadi penanda janin sudah matang
atau lewat waktu.
11. Membersihkan jalan lahir, jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan
mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi.
12. Mencegah perlekatan janin dengan amnion.
13. Mungkin untuk menambah suplay cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum,
yang kemudian dikeluarkan melalui kencing janin.
14. Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan perputarannya cepat, kira
- kira 350 - 500 cc.

Pertumbuhan Plasenta

Pertumbuhan Plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan
organ sementara yang menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta memproduksi beberapa
hormon penting dalam kehamilan yaitu Human Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human
Plasenta Lactagen (PHL).
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20cm
dan tebal lebih kurang 2,5cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan
plasenta biasanya ditengah, keadaan ini disebut insersio sentralis. Bila hubungan ini agak
ke pinggir, disebut insersio lateralis, dan bila dipinggir plasenta, disebut insersio
marginalis. Kadang-kadang tali pusat berada diluar plasenta, dan hubungan dengan
plasenta melalui selaput janin, jika demikian disebut insersio velamentosa.

Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus , agak ke atas
arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih
luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diteliti benar, maka
sebenarnya plasentanya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi koriales
yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua
basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di
desidua basalis. Pada sistole darah di semprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air
mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari
kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali
perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar
(sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat
terdapat pula suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang
interviller di atas. Ruang ini di sebut sinus marginalis. Darah ibu yang mengalir di seluruh
plasenta di perkirakan menarik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai
600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa villi koriales
mempunyai volume lebih kurang 150-250 ml. Permukaan semua villi koriales di
perkirakan seluas lebih kurang 11 m kuadrat. Dengan demikian, pertukaan zat-zat makanan
terjamin benar.

BENTUK DAN UKURAN PLASENTA


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1) Bentuk bundar/oval
2) Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
3) Berat rata-rata 500-600 gram
4) Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat ditengah/ sentrali,
disamping/ lateralis, atau di ujung tepi/ marginalis.
5) Disisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi
selaput tipis desidua basalis
6) Disisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh orion) menuju tali
pusat. Orion diliputi oleh amnion
7) Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 3000cc/menit (20 minggu) meningkat 600 cc –
7000 cc/menit (aterm).

LETAK PLASENTA
Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak
ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.

KEADAAN / BAGIAN-BAGIAN PLASENTA

Bagian ibu/permukaan maternal:

1) Permukaan yang menghadap ke dinding rahim


2) Warnanya merah tua
3) Permukaannya kasar beralur-alur sehingga seolah-olah terbagi
4) dalam beberapa belah yang disebut kotiledon
5) Permukaan maternal mempunyai 15-20 kotiledon

Bagian janin/ permukaan fetal :


Permukaan menghadap kearah janin, tampak licin dan berwarna putih kuning.
a) Permukaan fetal diliputi lapisan amnion yang tipis dan bening sehingg kelihatan
membayang dibawahnya pembuluh darah yang bercabang.
b) Pada permukaan janin dan plasenta terutama tali pusat
c) Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

d) Tebalnya kira-kira 50 cm, berwarna putih kuning dan tampak terpilih yang tidak sama
tebalnya pada semua tempat didalam tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu
vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis.

MACAM-MACAM PLASENTA

a) Berdasarkan bentuknya :
1. Plasenta normal
2. Plasenta membranasea
3. Plasenta suksenturiata
4. Plasenta spuria
5. Plasenta bilobus
6. Plasenta trilobus

b) Berdasarkan dinding rahim :


1. Plasenta adhesiva
2. Plasenta akreta
3. Plasenta inkreta
4. Plasenta perkreta

FUNGSI PLASENTA
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk
pertumbuhan ini di butuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan
mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke
peredaran darah ibu.

Dapat di kemukakan bahwa fungsi plasenta adalah :


1. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif)
2. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme (ekskresi)
3. Sebagai alat yang memberi zat asam, dan mengeluarkan CO2 (respirasi)
4. Sebagai alat yang membentuk hormon
5. Sebagai alat menyalurkan berbagai antibodi ke janin, dan
6. Mungkin hal-hal yang belum di ketahui.

Perlu di kemukakan bahwa plasenta dapat pula di lewati kuman-kuman dan obat-
obatan tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan sebaliknya harus
melewati lapisan trofoblas plasenta. Cepatnya penyaluran zat-zat tersebut tergantung pada
konsentrasinya di kedua belah lapisan trofoblas, tebalnya lapisan trofoblas, besarnya
permukaan yang memisahkan, dan jenis zat.

TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN PLASENTA

a. Stadium berongga (lacunar stage).

Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh
menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan
sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan.

b. Sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal.


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi


perusakan endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna)
tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi
awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal.
Antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser, terbentuk
sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung
yang lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan
sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi
selaput korion (chorionic plate).Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan
menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural. Menjelang
akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus
dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya
sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang
lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.

c. Terbentuknya rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau


rongga korion (chorionic space).

Di dalam lapisan ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama


makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning
telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom
ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space).
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas
mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi
sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai
bertemu dengan aliran darah ibu.

d. Terbentuknya tali pusat

Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat


di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut
menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem
villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.
Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang
dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan
pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu
jaringan vaskular (disebut jonjot tersier/tertiary stem villi) .
Selom ekstraembrional/rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan
embrional makin terpisah dari sitotrofoblas/selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit
jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting
stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian
akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalktersebut akan menjadi tali
pusat.

e. Sirkulasi feto-maternal

Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring


dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa,
terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat,
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu
dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem hemochorial), tetap
terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.

Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan


dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem
tersebut dinamakan sirkulasi feto-maternal.

Plasenta “dewasa”

Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Plasenta “dewasa” / lengkap
yang normal :
1. bentuk bundar / oval,
2. diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm,
3. berat rata-rata 500-600 g,
4. insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah /
sentralis, di samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis,
5. di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi
selaput tipis desidua basalis,
6. di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion)
menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion,
7. sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat
sampai 600-700 cc/menit (aterm).

TALI PUSAT

Tali pusat tali yang menghubungkan janin dengan urin dengan ciri:
1. Tebal kira-kira sebesar jari
2. Panjang 50 cm
3. Berwarna putih kuning
4. Tampak terpilin dan tidak pada semua tempat tebalnya
Tali pusat duliputi oleh amnion yang sangat erat melekat. Selain berisi arteri dan
vena umbilikalis, tali pusat berisi pula zat seperti agar-agar yang disebut Selei
Wharton.

PEMBENTUKAN HORMON
Sejumlah besar hormon dihasilkan oleh plasenta. Termasuk diantaranya hormon
yang analog dengan hormon hipotalamus dan hipofisis serta hormon steroid. Sejumlah
produk plasenta dan metabolisme janin dapat digunakan untuk skrining penyakit janin.
Pengukuran alfafetoprotein yang dihasilkan oleh hepar,usus dan yolc sac janin dapat
digunakan untuk deteksi sejumlah kelainan anatomi . Bersama dengan penentuan serum
hCG maternal, dapat diperhitungkan terjadinya trisomi.Diperkirakan pula memiliki
peranan sebagai barier imunologis yang melindungi janin dari reaksi penolakan oleh sistem
imunologi maternal.
Transportasi bahan melalui plasenta berlangsung melalui :
Transportasi pasif:
Difusi sederhana [simple diffusion]
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Difusi dengan fasilitas [facilitated diffusion]


Transportasi aktif:
Reaksi enzymatic
Pinocytosis

Mekanisme diatas memerlukan energi dan kecepatan metabolisme plasenta


sebanding dengan yang terjadi pada hepar atau ginjal.

KELAINAN PLASENTA
1. Insersio Marginalis
a) Tali pusat di pinggir plasenta
b) Tidak menimbulkan kesulitan
2. Insersio Velamentosa
a) Tali pusat tidak tertanam pada plasenta, tetapi diselimuti janin
b) Pembuluh-pembuluh darah tali pusat bercabang dalam selaput janin
c. Klinis: Bila kebetulan bagian selaput janin yang mengandung pembuluh
darah berada di kutub bawah (vasa previa) maka pada waktu pembuluh darah putus
dan menyebabkan perdarahan yang berasal dari janin sehingga janin akan
meninggal.
3. Plasenta Bilobata
a. Uri yang terdiri dari 2 bagian
b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan
4. Plasenta Fenestra
a. Uri yang berlobang
b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan
5. Plasenta Marginata (Sirkumvalata)
a. Pada pinggir uri terdapat suatu lingkaran jaringan tebal yang berwarna putih
selebar 4 – 5 cm
b. Jaringan putih ini sesungguhnya lipatan dari jaringan selaput janin
c. selaput janin tidak melekat pada pinggir jaringan uri tetapi agak ke tengah
d. Klinis, dapat menimbulkan perdarahan sebelum persalinan
6. Plasenta Suksenturiata
a. Disamping uri yang normal didapatkan uri tambahan kecil yang terpisah
b. Diantara uri tambahan dan uri yang normal ada hubungan pembuluh darah
c. Klinis, Bila pada waktu persalinan, ada uri tambahan yang tertinggal maka
dapat terjadi perdarahan post partum, oleh karena itu bila pada pemeriksaan urin
dalam selaput janin terdapat pembuluh darah yang terputus dan terbuka, maka
harus diperhatikan kemungkinan adanya plasenta suksenturiata
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB III
Hormon yang Berhubungan dengan
Gametogenesis dan Fungsi Reproduksi
Pengertian Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak
memiliki saluran sendiri. Hormon adalah melekul yang berfungsi di dalam tubuh sebagai
sinyal kimia. Hormon dibebaskan sel-sel khusus yang disebut sel-sel endokrin karena sel-
sel tersebut bersekresi ke arah dalam dan berbeda dari sel-sel eksokrin, yang bersekresi ke
dalam rongga tubuh atau permukaan tubuh.
Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan
atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini
disebut homeostasis, yang berarti seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh
kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar
andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad (ovarium atau testis).
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh.
Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Disebut
demikian karena hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan
tanpa melewati saluran khusus. Di pihak lain, terdapat pula kelenjar eksokrin yang
mengedarkan hasil sekresinya melalui saluran khusus.

Kelenjar yang Menghasilkan Hormon


Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat
menghasilkan hormon reproduksi, yakni, Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium,
Endometrium, dan Testis.

Macam-Macam Hormon Reproduksi

A. Hormon Reproduksi pada Pria


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1. Testosteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat diantara tubulus seminiferus.
Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma,
terutama meosis untuk membentuk spermatogenesis sekunder.
Dihasilkan oleh sel intertisial yang terletak antara tubulus seminiferus. Sel ini berjumlah
sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa.

Setelah pubertas, sel intertisial banyak menghasilkan hormon testosteron yang disekresikan
oleh testis. Sebagian besar testosteron berikatan longggar dengan protein plasma yang
terdapat dalam darah dan sebagian terikat pada jaringan yang dibuahi dalam sel menjadi
dehidrasi testosteron. Testosteron yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat di ubah
oleh hati menjadi aldosteron dan dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresikan dalam
usus menjadi empedu ke dalam urin.

Fungsi testosteron adalah sebagai berikut:


a) Efek desensus (penempatan) testis. Hal ini menunjukkan bahwa testosteron
merupakan hal yang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan
manusia dan merupakan faktor keturunan.
b) Perkembangan seks primer dan sekunder: sekresi testosterone setelah pubertas
menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta
mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.

2. Hormon Gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon yaitu Lutein Hormon
(LH) dan Folikel Stimulating Hormon (FSH). Bila testis dirangsang oleh LH dari kelenjar
hipofisis, maka sekresi testosteron selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan
pembentukan organ seks pria.
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel
Leydig untuk mensekresi testoteron. FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis
anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan
spermatid menjadi sperma tidak akan terjadi.
Perubahan spermatogenesis menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus
dirangsang oleh FSH. Namun, FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Oleh karena itu, testosteron disekresikan secara serentak oleh sel intertisial yang berdifusi
menuju tubulus seminiferus. Testosteron diperlukan untuk proses pematangan akhir
spermatozoa.

3. Hormon Estrogen
Dibentuk dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon
ini memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein pengikat endogen untuk
mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen
tubulus seminiferus untuk pematangan sperma.

4. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis.
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis. Bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, maka spermatogenesis sangat
berkurang atau tidak ada sama sekali.

B. Hormon-hormon Reproduksi wanita


1. GnRH (Gonadotrophin releasing hormone)
GnRh adalah hormon pelepas Gonadotrophin yang diproduksi di hipotalamus
kemudian dilepasknan, berfungsi menstimulasi hipofisis antriol untuk
memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotrophin,yaitu FSH dan LH.
2. FSH (Follicle stimulating Hormone)
Terbentuknya Reseptor Hormon Stimulasi Folikel (FSH)

FSH memegang peranan penting dalam proses perkembangan folikel. Reseptor


FSH mulai nampak di dinding sel granulosamsesaat setelah oosit
menyelenggarakan pembelahannya di dalam folikel primer. Pembentukan reseptor
akan meningkat dengan pesat dan setelah folikel sekunder terbentuk dapat
mencapai nisbah 1000 reseptor per sel granulosa. Setiap gangguan dalam
mekanisme pembentukan reseptor ini akan dapat mempengaruhi kualitas fase luteal
suatu daur.
a. Dikenal juga dengan sebutan folitropin
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

b. Hormon ini diproduksi di sel-sel basal hipofisis anteriol sebagai respons


terhadap GnRH
c. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa)
d. Hormon ini berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel
granulosa di ovarium wanita, sedangkan pada pria memicu pematanga sperma
di testis.
e. Hormon ini mempengaruhi ovarium sehingga dapat bertumbuh dan dapat
berfungsi pada saat pubertas. Folikel primer yang mengandung$ oosit
primer,oleh FSH berkembang dari keadaan yang padat (solid) menjadi folikel
yang vaskuler. Selanjutnya folikel yang telah berkembang ini mampu
mensekresikan hormon ini.
f. Pelepasan hormon ini secara periodik / pulsatif , denga waktu paruh
eliminasinya pendek (sekitar 3 jam) , sering tidak ditemukan dalam darah.
g. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui
mekanisme umpan-balik (feedback) negatif.
h. Tentang peran hormon stimulasi folikel (FSH) ini dapat diringkas sebagai
berikut:
1) FSH disintesis bersama-sama di LH di hipofisis anterior (bagian depan),
di dalam sel-sel gonadotropin.
2) Terhadap ovarium, FSH bertanggung-jawab untung pematangan folikel
sampai ke folikel yang pecah.
3) FSH juga bertanggung-jawab pada biosintesis estradiol
4) Dalam hal ini FSH memacu sel-sel granulosa. (Pada pria,FSH memacu
spermatogenesis di testis)
3. LH (Luteinizing Hormone)
Berikut ini adalah penjelasan tentang LH (Luteinizing Hormone) :
a. Disebut juga sebagai ICSH (Interstitial Cel Stimulating Hormone atau Hormon
stimulasi sel interstisial)
b. Hormon ini diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior/hipofisis bagian
depan.
c. Bersama FSH,LH berfungsi memicu perkembagan folikel(sel-sel teka dan sel-
sel granulosa)dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

d. Selama fase siklusluteal,LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus


luteum pasca-ovulasi dalam menghasilkan progesteron.
e. Dengan kata lain adalah hormon Lh ini dihasilkan oleh sel-sel asodifilik
(afinitas terhadap asam), yang bersama-sama FSH mematangkan sel telur dan
terjadinya ovulasi. Oleh LH sendiri,terhadap korpus rubrum (folikel yang telah
mengeluarkan sel telurmya), sel-sel luteinnya berubah dan menyusun suatu
bentuk yang disebut korpus luteum.
f. Pelepasan hormon ini juga periodik/pulsasif, dengan kadar dalam darah
bervariasi setiap fase siklus, dan waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1
jam) serta kerjanya sangat cepat dan singkat. (Pada pria; LH memicu sintesis
testosteron di testis (sel-sel leydig)).
g. Tentang peran hormon lutein (LH) ini dapat diringkas sebagai berikut:
1) LH disintesis di hipofisis bagian depan (anterior)
2) Bersama dengan FSH,bekerja terhadap ovarium.
3) Dalam jumlah kecil, LH mengatur sintesis steroid
4) Dalam fase folikuler, LH terutama berpengaruh pada sel-sel teka.
5) Selama fase luteal berpengaruh pada korpus luteum.
6) LH juga memegang peranan yang sangat menentukan terhadap peristiwa
ovulasi dan luteinisasi sel-sel granulosa.
4. Estrogen
Berikut ini adalah beberapa penjelasan tentang estrogen:
a. Estrogen merupakan hormon steroid.
b. Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka internal folikel secara
primer, dan dalam jumlah sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui
konversi hormon androgen. Selama kehamilan di produksi di plasenta (pada
pria diproduksi di sel-sel leydig testis).
c. Dengan kata lain adalah:
1) Estrogen tidak hanya terbentuk di fase folikuler, melainkan juga di fase
luteal dalam sel-sel dinding folikel.
2) Dalam jumlah kecil, estrogen terbentuk pula di adrenal, dijaringan lemak
perifer, dan susunan saraf pusat melalui perubahan steroid yang lain.
3) Estrogen yang dibentuk di adrenal disebut estrogen residu.
4) Estrogen juga dibentuk di plasenta selama masa kehamilan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

5) Pada pria, estrogen dibentuk oleh sel-sel leydig testis.


d. Estrogen berfungsi untuk stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi),
yaitu menyebabkan pertumbahan baik ukuran maupun jumlah sel pada berbagai
organ reproproduksi wanita,antara lain:
1) Di uterus: estrogen menyebabkan proliferasi endometrium, yaitu
menyebabkan penebalan dari endometrium sehingga ovum yang sudah
dibuahi dapat berimplantasi.
2) Di uterus: estrogen juga menyebabkan hipertrofi dari dinding uterus dan
meningkatkan ukuran pembuluh-pembuluh darah dan limfatika yang
mengakibatkan peningkatan vaskularisasi,kongesti dan edema.
3) Di serviks uteri: menyebabkan pelunakan serviks, dimana pada perabaan
serviks menjadi lembut ( dikenal dengan istilah Tanda Goodell) dan
pengentalan lendir serviks.
4) Di isthmus uteri (sekmen bawah uteri) : menyebabkan pelunakan
ithmus,dimana ithmus uteri menjadi lembut (terasa pada perabaan) yang
dikenal dengan istilah Tanda hegar.
5) Di otot-otot uterus : estrogen menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia otot-
otot uterus , yaitu otot uterus membesar.
6) Di vagina :
a) Estrogen menyebabkan prolirefasi epitel vagina.
b) Estrogen menyebabkan perubahan selaput lendir, memperbanyak sekresi
dan meningkatkan kadar glikogen, sehingga menyebabkan meningkatnya
produksi asam laktat oleh bakteri-bakteri doderlein, nilai pH menjadai
rendah, dan memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi.
c) Barier ( sawar ) yang terutama menghalangi masuknya sperma kedalam
uterus adalah lendir yang tidak fisiologik.
d) Estrogen mengubah konsistensi lendir ini, terutama pada saat ovulasi,
sehingga dapat meningkatkan perjalanan sperma dan meninggikat
kelangsungan hidupnya.
e) Estrogen mengatur kecepatan perjalanan dari ovum dan mempersiapkan
sperma dalam genitalia wanita (vagina) agara masuk kedalam
pembungkus ovum (proses kapasitasi).
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

f) Vulva dan vagina menjadi warna ungu atau biru (dikenal dengan istilah
Tanda Chadwick) dimana perubahan ini diakibatkan karena estrogen
menyebabkan hipertrofi dinding uterus dan peningkatan ukuran
pembuluh darah dan limfatika yang mengakibatkan peningkatan
vaskularisasi, kongesti dan edema pada vulva dan vagina.
g) Estrogen menyebabkan pengeluaran dari vagina berwarna putih (
leukorhea).
7) Di payudara:
a) Estrogen menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia jaringan payudara
termasuk sistem pembuluh/pipa
b) Estrogen (dalam hal tertrntu) bertanggung jawab untuk pembentukan
payudara.
8) Pada tulang:
a) Estrogen menstimulasi osteoblas sehingga memicu
pertumbuhan/regenerasi ulang.
b) Dalam hal ini, estrogen berfungsi dalam penutupan garis epifisis tulang
berfungsi dalam penutupan garis epifisis tulang, sehingga berhubungan
dengan pengakhiran pertumbuhan panjang.
c) Pada wanita pasca-menopouse, untuk mencegah terjadinya osteoporosis
(keropos tulang) biasanya petugas mmedis memberikan terapi hormon
(sintetik) pengganti.
9) Selama kehamilan, estrogen dibentuk dalam jumlah yang sangat banyak
oleh plasenta, dan memegang peranan pada penyesuaian uterus terhadap
pertumbuhan embrio.

e. Estrogen menyebabkan terbentuknya sifat yang khas dari jenis seks wanita Selain
itu, estrogen ikut menentukan wujud dan dalam ukuran tertentu, juga menempa
fisisk wanita. Estrogen juga mengatur distribusi lemak tubuh. Estrogen juga dapat
menimbulkan pengaruh lain, antara lain:
1) Hidung berdarah (mimisan/peristaltic eptaksis)
2) Hidung tersumbat
3) Gingivitis (radang pada gusi)
4) Mual pada kehamilan

f. Berikut ini uraian singkat mengenai hormon estrogen yang terdapat pada ovarium:
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1) Pada wanita, fase pubertas ditandai dengan berkembangnya tubafalopi , uterus,


vagina, dan kelenjar mammae dari keadaan semula yang kecil dan tidak
berkembang sejak dilahirka, di samping berkembangnya sifat seks sekunder.
2) Selanjutnya akan berlangsung siklus pada uterus, vagimna dan kelenjar
mammae. Hal ini disebabkan oleh pengaruh ovarium yang menghasilkan
hormon estrogen.
3) Terhadap uterus, hormone ini menyebabkan endometriun mengalami stadium
ploriferasi yaitu lapisan endometrium berkembang dan menjadi lebih banyak
kelenjar-kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena`
4) Hormone estrogen dihasilkan oleh teka internal dari folikel.

5. Progesterone
Berikut ini adalah beberpa penjelasan tentang progesterone:
a. Progesterone di produksi di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di
kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
b. Dengan kata lain,, progesterone alamiah terutama terbentuk selama fase pasca-
ovulasi dalam
c. Proghesterone yang dibentuk oleh adrenal disebutprogesteron residu`
d. Progesterone menyebabkan terjadinya proses perubahan skretorik (pada fase
sekresi)pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus pada
keadaan optimal jika terjadi implantasi.
e. Dengan kata lain, progesterone selama fase luteal menimbulkan peralihan
sekretorikendometrium, yang sangat penting sebagai persiapan uterus untuk
menerima dan mempertahankan kehamilan.
f. Perubahan-perubahan ini mencapai puncaknya pada hari ke-22 siklus.
g. Tetapi apabila progesterone terlalu lama bekerja, maka akan menyebabkan
degenerasi endometrium sehingga tidak cocok lagi untuk suatu nidasi.
h. Progesterone menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi, mengendurkan
(relaksasi) otot-otot polos.
i. Progesterone juga mengurangi kontraksi miometrium (otot-otot) uterus, yang
sangat penting artinya untuk masa kehamilan.
j. Progesterone menyebabkan penebalan dari endometrium sehingga ovum yang
sudah dibuahi dapat berimplantasi menyebabkan relaksasi.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

k. Progesterone mengistirahatkan otot-otot polos (miometrium) yang berakibat :


1) Meningkatnya waktu pengosongan lambung dan peristaltic, yaitu
pengosongan lambung lebih lambat.
2) Meningkatnya grastric reflux karena relaksasi cardiac sphincter yang
menyebabkan rasa panas dalam perut (heartburn).
3) Penurunan molitilitas gastrointestinal yang menyebabkan konstipasi.
4) Pembuluh arteri dan dinding vena relaksasi dan dilatasi, yang menyebabkan
meningkatnya kapasitas vena dan venula yang pada akhirnya bias terjadi
eksaserbasi hemorrhoid.
l. Progesterone memiliki pengaruh yang penting untuk klinik yaitu dapat menjaga
peningkatan suhu basal ibu, yakni dengan merangsang pusat panas di hipotalamus,
yang mengakibatkan peningkatan suhu tubauh 0,4 sampai 0,6 ̊C dimana ibu merasa
lebih pamas.
m. Peristiwa ini dapat diketahui dengan mengukur suhu badan ibu sewaktu bangun
tidur (suhu basal basan atau SSB) untuk membuktikan apakah sebuah siklus
ovulatorik.
n. Progesterone merangsang perkembangan sistem alveola payudara.
o. Progesterone dengan hormon relaxin melembutkan atau mengendurkan jaringan
ikat, ligamen-ligamen dan otot-otot sehingga menyebabkan sakit punggung dan
nyeri ligamen.
p. Pada serviks, progesterone mengadakan perubahan konsistensi sedemikian rupa,
sehingga praktis tidak dapat ditembus oleh sperma, yaitu terjadi sumbatan lendir
yang terbentuk didalam serviks.
q. Berikut ini uraian singkat mengenai hormon progesterone yang terdapat pada
ovarium:
1) Uterus yang sudah berkembang oleh pengaruh hormone estrogen,
selanjutnya oleh pengaruh hormone progesterone yang dihasilkan oleh KL
menjadi stadium sekresi, yang mempersiapkan endometrium mencapai
optimal.
2) Kelenjar-kelenjar mensekresikan zat yang berguna untuk makanan dan
untuk proteksi terhadap embrio yang berimplantasi. Pembuluh pembulu
darah lebih panjang dan lebar.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Masa-masa kehidupan wanita:

Masalah normal yang dialami wanita dari usia 8 sampai 65 tahun (terlihat pada gambar 2)
terdiri dari :

1. Prapubertas
 Bayi wanita
Folikel primordial (bakal telur) dikedua ovarium telah lengkap, yakni
sebanyak 750.000 butir dan tidak bertambah lagi pada kehidupan
selanjutnya. Alat kelamin luar dan dalam sudah terbentuk. Pada minggu
pertama dan kedua, bayi masih mengalami pengaruh estrogen dari ibunya.
 Masa kanak-kanak
Pertumbuhan alat-alat kelamin tidak memperlihatkan pertumbuhan yang
berarti sampai masa pubertas. Kadar hormon estrogen dan hormon
gonadotropin lainnya sangat rendah.
2. Pubertas
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Pubertas mulai dengan awal berfungsinya ovarium dan berakhir pada saat ovarium
sudah berfungsi mantap dan teratur. Pubertas pada wanita mulai kira-kira pada
umur 8-14 tahun. Kejadian penting pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang
cepat, timbul ciri-ciri kelamin sekuder, menarche, dan perubahan fisik.
Perkembangan ini terutama disebabkan oleh estrogen.
3. Masa reproduksi
Merupakan masa terpenting pada wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid
pada masa ini paling teratur dan bermakna untuk kemungkinan kehamilan.
4. Masa Klimakterium termasuk menopause dan pasca menopause
 klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa
senium, yang bukan merupakan suatu keadaan patologik, melainkan suatu
masa peralihan yang normal. Masa ini berlangsung sebelum dan beberapa
tahun sesudah menopause. Masa premenopause, menopause dan pasca
menopause dikenal sebagai masa klimakterium. Klimakterium dapat
dikatakan mulai sekitar 6 tahun sebelum menopause dan berakhir kira-kira
6-7 tahun sesudah menopause. Pada wanita dalam masa ini, terjadi juga
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

keluhan-keluhan yang disebut sindroma klimakterik. Keluhan-keluhan ini


dapat bersifat psikis seperti mudah tersinggung, depresi, kelelahan,
semangat kurang dan susah tidur. Gangguan neurovegetatif dapat berupa
hot flashes, keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, dll.
 Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir yang
disebabkan menurunnya fungsi ovarium. Diagnosa dibuat setelah terdapat
amenorea (tidak haid) sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid
dapat didahului oleh siklus yang lebih panjang dengan perdarahan yang
berkurang. Umumnya batas terendah terjadinya menopause adalah umur 44
tahun. Menopause dapat terjadi secara artificial karena operasi atau radiasi
yang umumnya menimbulkan keluhan yang lebih banyak dibandingkan
dengan menopause alamiah.
5. Masa Senile

Pada masa ini telah tercapai keseimbangan hormonal yan baru sehingga tidka ada
lagi gangguan vegetatif maupun psikis. Yang mencolok pada masa ini adaah
kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik sebagai proses menjadi tua.
Dalam masa ini pula osteoporosis terjadi pada wanita dengan intensitas yang
berbeda. Walaupun sebab-sebabnya belum jelas betul, namun berkurangnya
hormon steroid dan berkurangnya aktivitas osteoblast memegang peranan dalam
hal ini. Ganggguan-gangguan lain yang dapat timbul antara lain vagina menjadi
kering sehingga timbul rasa nyeri pada waktu bersetubuh, nyeri pada waktu
berkemih dan terasa ingin terus buang air kecil.

Pengertian perubahan-perubahan fisiologis ini sangat berguna bagi wanita yang secara
pasti akan mengalami masalah ini dalam kehidupannya, sehingga ia bisa mempersiapkan
diri sesuai dengan pendidikan sosial ekonomi yang didapatnya.

Haid

Haid adalah perdarahan dari uterus yang keluar melalui vagina selama 5-7 hari, dan terjadi
setiap 22 atau 35 hari. Yang merangsang menimbulkan haid adalah hormon FSH dan LH,
prolaktin dari daerah otak dan hormon estrogen serta progesteron dari sel telur yang dalam
keseimbangannya menyebabkan selaput lendir rahim tumbuh dan apabila sudah ovulasi
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

terjadi dan sel telur tidak dibuahi hormon estrogen dan progesteron menurun terjadilah
pelepasan selaput lendir dengan perdarahan terjadilah haid.

Turunnya hormon estrogen secara fisiologi dimulai pada masa klimakterium (usia 40-65
tahun). (Gambar 1) Penurunan ini menyebabkan keluhan-keluhan yang mengganggu,
diawali umumnya dengan gangguan haid yang yang tadinya teratur, siklik, menjadi tidak
teratur tidak siklik dan jumlah darah dapat berkurang atau bertambah.

Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya
terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus
menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon Estrogen yang dihasilkan
Ovarium (indung telur ). Seorang wanita dikatakan mengalami menopause bila siklus
menstruasinya telah berhenti selama ± 12 bulan. Berhentinya haid tersebut akan membawa
dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis.

Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon-
hormon dari otak dan sel telur.
Pra menopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause dan pascamenopause adalah
3-5 tahun setelah menopause.
Sedangkan ooporopause adalah terhentinya fungsi ovarium , berarti terhentinya produksi
estrogen, estron yang terjadi pada usia 55 – 56 tahun.

Menopause Dengan Bahagia

Seringkali wanita menghadapi menopause dengan rasa cemas dan waswas karena
menopause identik dengan ketuaan. Menopause itu adalah proses yang alamiah maka
wanita bisa menghadapinya dengan bijak dan tenang sehingga dapat melalui masa itu
dengan percaya diri dan bahagia.

Pada proses menopause terjadi penurunan fungsi indung telur dalam menghasilkan sel telur
dan hormon -hormon reproduksi. Padahal hormon – hormon reproduksi itu berguna pula
untuk proses dalam tubuh seorang wanita., sehingga pada saat itu terjadi penurunan fungsi
pula pada beberapa organ tertentu. Dapat terjadi cepat maupun dapat kita perlambat
dengan serangkaian cara dan sikap hidup yang tepat. Tidak perlu takut menghadapinya ,
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

asalkan kita siap dan dapat mengantisipasinya maka wanita dapat tetap hidup sehat dan
bahagia.

Menopause dimulai dengan masa perimenopause yaitu suatu masa dimana terjadi tidak
teraturnya siklus haid. Masa ini dimulai sekitar usia 40 tahun. Haid menjadi lebih sedikit
atau siklusnya menjadi lebih panjang, lebih pendek atau tidak beraturan sama sekalu.
Kadang- kadang disertai timbulnya nyeri haid.

Setelah terjadi penurunan fungsi ovarium dimana hormon progesterone sudah sangat
berkurang, sementara masih ada sedikit hormon esterogen seringkali menyebabkan
ketidakseimbangan hormonal. Terjadi pendarahan haid yang tidak sesuai siklus haid
sebelumnya. Pada beberapa wanita yang gemuk dapat terjadi esterogen relatif berlebih
(unopposed esterogen) yang dapat menyebabkan penebalan dinding endometrium disebut
hiperplasia endometrium. Haid menjadi banyak dan berkepanjangan. Pada masa sebelum
menopause ini dapat terjadi, keluhan klimakterik berupa gangguan vasomotor seperti :
gejolak panas (hot flushes), sakit kepala, cepat lelah, kurang tenaga, obstipasi, jantung
berdebar – debar, gangguan libido, kesemutan, berkunang – kunang. Kekurangan esterogen
dapat diketahui melalui pemeriksaan darah, dimana diperiksa kadar hormon esterogen dan
hormon gonadotropin dalam darah.

Esterogen sangat berperan pada metabolisme penting beberapa organ diantaranya kulit,
tulang, sistem jantung dan pembuluh darah, otak, saluran kencing dan tentu saja organ
seksual. Kekurangan esterogen pada masa menopause dapat menyebabkan gangguan pada
beberapa organ seperti :

Pada otak karena esterogen yang menurun terjadi penurunan aliran darah ke otak, sehingga
metabolisme otak berkurang. Pada gangguan yang berat dapat terjadi gangguan tidur, takut
dan gelisah seperti gangguan depresi. Tak jarang karena gangguan aliran darah tersebut
terjadi Alzhmeir atau kepikunan. Selain gangguan vasomotor dapat pula terjadi gangguan
psikis seperti gangguan perilaku, suasana hati serta fungsi kognitif. Wanita menjadi cepat
marah, tersinggung dan cepat lupa. Pada organ seksual dan saluran kemih : kurangnya
esterogen menurunkan aliran darah ke organ – organ seksual terlebih dahulu. Selaput
lendir vagina menjadi kering sehingga menyebabkan sakit pada waktu senggama, kulit
vagina menjadi tipis sehingga mudah terinfeksi. Terasa panas atau gatal, dan mudah sekali
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

terjadi keputihan karena peradangan. Hal ini dapat mengakibatkan kurang harmonisnya
hubungan suami istri.

Pada saluran kencing; kekurangan esterogen menyebabkan kandung kemih sering kena
infeksi. Menyebabkan nyeri perut bawah, selalu ingin segera kencing secara tiba – tiba dan
sampai tidak menahan kenicng atau bahkan mengompol.

Pada payudara, hormon esterogen dan progesterone membentuk payudara, sehingga


kekurangan kedua hormon ini menyebabkan kisutnya payudara. Kelenjar yang mengecil
terkadang menyebabkan pembentukan seperti kista, atau dapat terjadi perubahan baik sifat
jinak atau ganas. Periksalah payudara secara teratur dengan tehnik SARARI (perikSa
payudaRA sendiRI) atau dengan USG payudara. Bila dicurigai adanya keganasan dapat
ditambah dengan pemeriksaan mamografi.

Pada tulang : esterogen membantu pembentukan tulang yang secara alamiah tubuh. Tubuh
menjadi lebih pendek dan lama kelamaan menjadi bongkok. Sebelum hal itu terjadi
biasanya timbul rasa nyeri pada pergerakan ekstremitas; kaki dan terutama tangan. Wanita
menjadi lebih sulit bergerak atau beraktifitas normal. Seringkali terjadi jatuh tiba – tiba dan
fraktur /patah tulang. Hal ini disebut osteoporosis. Sebelum terjadi fraktur, kita dapat
mencegah osteoporosis dengan cukup berolah raga seawktu muda dan diteruskan sampai
lansia (lanjut usia). Konsumsi kalsium yang cukup dan bila perlu menambah hormon
esterogen yang sangat kurang untuk memperbaiki metabolisme tulang.

Untuk mendiagnosis osteoporosis, kita dapat melakukan pemeriksaan densitas tulang untuk
melihat kepadatan mineral tulang disebut bone densitometri. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan lebih dini, sebelum terasa keluhan pada anggota gerak. Dapat dilakukan pada
usia sesudah 25 tahun untuk mengetahui kepadatan mineral tulang kita. Bila kita berada
pada daerah kuning, segera harus dilakukan upaya pencegahan osteoporosis, jangan sampai
masuk pada daerah merah atau amat kurangnya kepadatan tulang. Pada keadaan ini dapat
terjadi patah tulang secara tiba- tiba.

Pencegahan osteoporosis adalah dengan mengurangi risiko pengerusakan tulang yaitu :


memperbesar asupan kalsium dengan makanan mengandung kalsium tinggi seperti susu,
mengurangi kebiasaan makan/minum zat yang menghambat absorpsi kalsium di usus
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

seperti minum beralkohol atau tinggi kafein, kurang bergerak. Bila osteoporosis sudah
terjadi dapat diberikan preparat hormon esterogen yang dapat membantu penyerapan
kalsium di usus dan memacu pembentukan tulang.

Gangguan pada masa menopause dapat juga diperberat dengan kebiasaan yang kurang baik
seperti merokok, diet yang terlalu ketat, kurang istirahat atau kurang berolah raga.
Memasuki menopause dengan bahagia adalah kiat mengatur kebiasaan hidup kita agar dapt
memperbaiki kekurangan kita pada masa menopause, memperlambat proses pengerusakan
dalam tubuh kita akibat menopause.

Bila wanita yang memasuki masa menopause maka jangan lupa merawat kesehatan dengan
rajin memeriksa diri ke dokter. Ada beberapa pemeriksaan yang secara rutin harus
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan dini.

Pap Smear untuk semua wanita yang pernah melakukan hubungan seksual, dilakukan
setiap setahun sekali, di atas 50 tahun, dilakukan setiap 6 bulan sekali. Bila dicurigai
adanya kelainan yang lebih serius, dilakukan pemeriksaan kolposkopi.

Pemeriksaan USG ginekologi (lebih sensitive dilakukan dengan USG trans vagina) untuk
mendeteksi kelainan kandungan, dilakukan setahun sekali. Biasanya bersamaan dengan
pemeriksaan pap smear.

Pemeriksaan USG payudara dilakukan setahun sekali.

Pemeriksaan bone densitometri dilakukan dua tahun sekali, kecuali ada indikasi atau
diatas 60 tahun dapat dilakukan lebih sering.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB IV
Kode Genetik
Prinsip Hukum Mendel
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme,
yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi bebas, yang telah di jabarkan
oleh Gregor Johann Mendel . Mendel mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel
kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga
tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan
bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau
lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada
pasangan sifat yang lain.

Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi adalah mengenai kaidah pemisahan
alel pada waktu pembentukan gamet. Pembentukan gamet terjadi secara meiosis, dimana
pasangan – pasangan homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi atau terjadi
pemisahan alel – alel suatu gen secara bebas dari diploid menjadi haploid. Dengan
demikian setiap sel gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya
Fenomena ini dapat diamati pada persilangan monohybrid, yaitu persilangan satu
karakter dengan dua sifat beda.

P1 : ♀ BB × ♂ bb
(biji bulat) (biji keriput)
Gamet : B b
F1 : Bb
( biji bulat)
F1 x F1 : ♀ Bb × ♂ Bb
(biji bulat) ( biji bulat)
Gamet : B B
b b
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017


B B

BB Bb
B
bulat bulat

Bb bb
b
bulat keriput

Perbandingan fenotip bulat : berkerut = 3 : 1


Perbandingan genotip BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1

Berdasarkan hasil perkawinan yang diperoleh dalam percobaannya, Mendel


menyimpulkan bahwa pada waktu pembentukan gamet-gamet, gen akan mengalami
segregasi (memisah) sehingga setiap gamet hanya akan menerima sebuah gen saja.
Kesimpulan itu dirumuskan sebagai hukumI Mendel yang dikenal juga dengan
hukum Pemisahan Gen yang Sealel.

Hukum Mendel II

Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Menurut hukum ini, setiap gen /
sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen / sifat lain. Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet pada persilangan dihibrid.

P1 : ♀ BBKK × ♂ bbkk
(bulat kuning) (keriput hijau)
Gamet : BK bk
F1 : BbKk
(bulat kuning)
F1 x F2 : ♀ BbKk × ♂ BbKk
(bulat kuning) (bulat kuning)
Gamet : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK,bk
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017


♀ BK Bk bK bk

BBKK BBKk BbKK BbKk


BK Bulat kuning Bulat kuning Bulat kuning Bulat kuning
BBKk BBkk BbKk Bbkk
Bk
Bulat kuning Bulat hijau Bulat kuning Bulat hijau
BbKK BbKk bbKK bbKk
bK
Bulat kuning Bulat kuning keriput kuning keriput kuning

BbKk Bbkk bbKk Bbkk


Bk
Bulat kuning Bulat hijau keriput kuning Keriput hijau

Dari persilangan di atas didapatkan bahwa pada F2 hasil persilangan dihibrid


memiliki fenotipe bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning, kisut hijau dengan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Mendel menganggap bahwa pada saat pembentukan gamet
gen-gen akan memisahkan dari alelnya lalu mengelompok dengan gen-gen yang tidak
sealel. Inilah yang disebut dengan Hukum Asortasi Bebas atau Hukum Mendel II.

Gen B bisa mengelompok dengan gen K, membentuk gamet tipe BK. Gen B bisa
pula mengelompok dengan gen k, membentuk gamet tipe Bk. Gen b bisa mengelompok
dengan gen K, membentuk gamet tipe bK. Gen b bisa mengelompok dengan gen k,
membentuk gamet tipe bk.

Hereditas Mamire

Hereditas mamire adalah pewarisan watak dari induk ke keturunannya secara


biologis melalui gen (DNA).
Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam sifat/kelainan pada
manusia.
Istilah-istilah dalam Hereditas

1. Sel Haploid dan Diploid


Yaitu sel yang memiliki kromosom dalam keadaan berpasangan atau
sel yang memiliki dua set atau dua perangkat kromosom. Misalnya sel
tubuh manusia memiliki 46 buah kromosom yang selalu dalam keadaan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

berpasangan sehingga disebut diploid (2n) (di berarti dua, ploid berarti set/
perangkat).
Sedangkan sel kelamin manusia memiliki kromosom tidak
berpasangan . Hal ini terjadi karena pada saat pembentukan sel kelamin, sel
induk yang bersifat diploid membelah secara meiosis, sehingga sel kelamin
anaknya hanya mewarisi setengah dari kromosom induknya. Maka dalam
sel kelamin (gamet) manusia terdapat 23 kromosom yang tidak berpasangan
atau hanya memiliki seperangkat atau satu set kromosom saja, disebut
haploid (n).
2. Genotip
Genotipe adalah susunan gen yang menentukan sifat dasar suatu
makhluk hidup dan bersifat tetap. Dalam genetika genotip ditulis dengan
menggunakan simbol huruf dari huruf paling depan dari sifat yang dimiliki
oleh individu. Setiap karakter sifat yang dimiliki oleh suatu individu
dikendalikan oleh sepasang gen yang membentuk alel. Sehingga dalam
genetika simbol genotip ditulis dengan dua huruf. Jika sifat tersebut
dominan, maka penulisannya menggunakan huruf kapital dan jika sifatnya
resesif ditulis dengan huruf kecil. Genotip yang memiliki pasangan alel
sama, misalnya BB atau bb, merupakan pasangan alel yang homozigot.
Individu dengan genotip BB disebut homozigot dominan, sedangkan
individu dengan genotip bb disebut homozigot resesif .Untuk genotip yang
memiliki pasangan alel berbeda misalnya Bb, merupakan pasangan alel
yang heterozigot.
3. Fenotip
Fenotip adalah sifat yang tampak pada suatu individu dan dapat
diamati dengan panca indra, misalnya warna bunga merah, rambut keriting,
tubuh besar, buah rasa manis, dan sebagainya. Fenotip merupakan
perpaduan dari genotip dan faktor lingkungan. Sehingga suatu individu
dengan fenotip sama belum tentu mempunyai genotip sama.
4. Sifat dominan
Gen dikatakan dominan apabila gen tersebut bersama dengan gen
lain (gen pasangannya), akan menutup peran/sifat gen pasangannya
tersebut. Dalam persilangan gen, dominan ditulis dengan huruf besar.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

5. Sifat Resesif
Gen dikatakan resesif apabila berpasangan dengan gen lain yang
dominan ia akan tertutup sifatnya (tidak muncul) tetapi jika ia bersama gen
resesif lainnya (alelanya) sifatnya akan muncul. Dalam genetika gen resesif
ditulis dengan huruf kecil.
6. Intermediet
Intermediet adalah sifat suatu individu yang merupakan gabungan
dari sifat kedua induknya. Hal ini dapat terjadi karena sifat kedua induk
yang muncul sama kuat (kodominan). Misalnya bunga warna merah
disilangkan dengan bunga warna putih, menghasilkan keturunan berwarna
merah muda.
7. Hibrid
Hibrid adalah hasil perkawinan antara dua individu yang memiliki
sifat beda. Bila individu tersebut memiliki satu sifat beda disebut
monohibrid, dua sifat beda disebut dihibrid, tiga sifat beda trihibrid, dan
sebagainya.
8. Homozigot
Adalah pasangan gen yang sama. Homozigot dibedakan menjadi
dua, yaitu homozigot dominan (Misal AA) dan homozigot resesif (Misal
aa).
9. Heterozigot
Adalah pasangan gen yang berlainan. Contoh Aa dan Mm.
10. Alel
Adalah gen yang merupakan pasangan dari bentuk alternatif
terhadap sesamanya dan terletak pada lokus yang bersesuaian pada
kromosom homolog. Contoh : Bb, B adalah alel dari b, dan b adalah alel
dari B.
11. Parental
Adalah individu yang merupakan induk, biasanya diberi notasi P.
12. Filial
Adalah keturunan yang dihasilkan dari persilangan dua induk dan
biasanya diberi notasi F
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

DASAR DASAR GENETIKA


1. DNA
DNA ( Deoksiribose Nuclei Acid ), wujud sebagai untaian yang halus, pembawa
sifat keturunan, disusun oleh asam nukleat. Polinukleotida adalah polimer dari
nukleotida.
Nukleotida terdiri dari :
- Gula pentose
- Basa Nitrogen ( Adenin, guanin, timin, dan sitosin )
- Fosfat
Basa Nitrogen :
- Basa Nitrogen terdiri dari kelompok senyawa Purin dan Pirimidin.
- Basa Nitrogen penyusun DNA dari kelompok purin adalah Adenin ( A )
dan Guanin ( G )
- Basa Nitrogen penyusun DNA dari kelompok Pirimiidin adalah Timin (
T ) dan Sitosin ( S ).
- Maka DNA terdiri dari A, T, C, G.

Struktur DNA :
Terdapat di dalam kromosom, berarti di dalam inti sel. Proses berlipat gandanya
DNa dinamakan replikasi. Berbentuk Doublle Heliks ( dua rantai berpilin ) sehingga
saling berpasangan ( komplimen ) : A=T dan C=G.

Replikasi DNA :
Hipotesa tentang replikasi DNA yang saat ini banyak digunakan adalah semi
konservatif :
Double heliks membuka dan tiap pita yang lama dibentuk pita DNA yang baru. Jadi
satu DNA membentuk dua anak baru dengan masing – masing komponen satu pita lama
dan satu pita baru.

2. RNA
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

RNA ( Ribonucleic acid ), berantai tunggal, disusun oleh asam nukleat (


polinukleotida ). Gula ribose, Basa nitrogen : A, C, G dan urasil ( pada DNA adalah
Timin ), fosfat.
Macam – macam RNA :
 mRNA ( messangger ) terdapat dalam nucleus. mRNA dicetak oleh salah satu pita
DNA yang berlangsung dalam nucleus. Fungsi mRNA adalah membawa kode genetika
dari DNA atau menyampaikan informasi dari DNA ke ribosom.
 tRNA ( transfer ) terdapat dalam sitoplasma. Fungsi tRNA ialah mengikat asam amino.
 rRNA ( ribosom ) terdapat dalam ribosom yang dibentuk oleh DNA.

Fungsi RNA :
 mRNA bertugas menerima informasi / keterangan genetic dari DNA. Proses ini
dinamakan transkripsi dan berlanggsung dalam nucleus. Berfungsi sebagaii
perantara antara kromosom dan asam amino sitoplasma. Berperan penting dalam
pembuatan protein.
 tRNA bertugas mengikat asam amino yang terdapat dalam sitoplasma. Sebelum
dapat diikat oleh tRNA, asam amino bereaksi terlebih dahulu dengan ATP supaya
berenergi dan aktif. tRNA membawa asam amino yang diikat itu
keribosom.Disinilah berlangsung perubahan informasi genetic yang dinyatakan
oleh urutan basa dari mRNA ke urutan asam amino dalam protein yang dibentuk.
Proses perubahan ini disebut translasi.
 rRNA bertugas mensintesa protein dengan menggunakan asam amino. Proses ini
berlangsung dalam ribosom dan hasil akhirnya adalah polipeptida.

3. Sintesis Protein
Tahap-tahapan sintesis protein. Sintesis protein merupakan dasar untuk
mempelajari bagaimana informasi genetik di dalam DNA diekspresikan dalam
makhluk hidup. Dalam istilah genetik sering dikenal dengan yang namanya sentral
dogma. Sentral dogma merupakan serangkaian alur informasi dari DNA yang
diterjemahkan melalui RNA kemudian menjadi protein di dalam tubuh makhluk
hidup.
Sintesis protein memiliki sumber informasi di DNA dalam bentuk gen. Gen
tersebut berupa rangkaian kode-kode basa nitrogen. Informasi dalam gen akan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

diterjemahkan dalam bentuk mRNA. mRNA kemudian akan digunakan untuk


merangkai asam amino yang didapatkan dari luar dan dalam tubuh.
Sintesis protein terjadi pada organel yang dinamakan dengan ribosom.
Sintesis protein sangat memerlukan keberadaan RNA, yaitu suatu rantai tunggal
basa nitrogen dengan backbone yang sama dengan DNA. Adapun pembagian jenis-
jenis RNA secara lengkap adalah sebagai berikut.
a. mRNA (messenger RNA / RNA duta)
RNA duta merupakan RNA yang dibuat oleh proses yang dinamakan
dengan transkripsi pada inti sel. Peranan mRNA adalah membawa informasi
genetik yang ada pada DNA menuju ribosom. Informasi yang terdapat pada
mRNA berupa kodon yang tersusun secara triplet, misalkan UCA, UCU,
atau AAG. Kodon tersebut dibuat triplet atau tiga-tiga karena 4 pangkat 3
hasilnya 64, yang kombinasi hurufnya diatas 20.

b. tRNA (transport RNA / RNA transfer)


RNA transfer merupakan RNA yang berperan untuk membawa asam amino
dari sitoplasma menuju ribosom saat terjadi sintesis protein. tRNA disintesis
di salah satu bagian inti sel secara langsung. Dalam proses pentransferan
asam amino, tRNA memerlukan energi yang berasal dari pemecahan
molekul ATP menjadi ADP + Pi.
c. rRNA (ribosomal RNA / RNA ribosom)
Ribosomal RNA inilah yang sering kita namakan sebagai ribosom. rRNA
merupakan organel yang tersusun atas subunit besar dan subunit kecil.
Ribosom terdapat di sitoplasma sebagai ribosom bebas atau terikat pada
Retikulum endoplasma. Pada saat sintesis protein berlangsung, ribosom
biasanya membentuk polisom atau poliribosom. Polisom bukanlah
gabungan beberapa ribosom, melainkan hanya beberapa ribosom yang
membaca satu rantai mRNA secara bersamaan sehingga tampak seperti
berkelompok-kelompok. Poliribosom biasanya ada 4 atau 5 ribosom yang
membaca pada satu rantai mRNA yang sama.
Selain RNA, sintesis memerlukan beberapa enzim yang penting dalam
setiap tahapan reaksi. Salah satu yang penting adalah enzim RNA
polimerase, yaitu suatu enzim yang melaksanakan proses penerjemahan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

DNA menjadi mRNA (proses transkripsi). Enzim amino asil transferase


berperan penting dalam memindahkan rantai yang terbentuk saat proses
perangkaian asam amino.
Tahap-Tahap Sintesis Protein :
Sintesis protein dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu transkripsi
dan translasi. Transkripsi secara garis besar merupakan proses pembuatan
mRNA dari DNA dalam inti sel. mRNA tersebut lalu bergerak menuju
ribosom. Setelah itu, proses translasi, yang meliputi penerjemahan dan
perangkaian asam amino, berlangsung di ribosom.

1. Transkripsi – Pemindahan informasi dari DNA ke mRNA


Transkripsi sebagaimana sudah disinggung sedikit di atas
merupakan serangkaian tahapan pembentukan mRNA dari DNA. Proses ini
sebenarnya merupakan awal mula informasi pada DNA dipindahkan
menuju protein pada makhluk hidup.
Transkripsi diawali dari pemutusan ikatan H pada DNA oleh
protein-protein pengurai DNA. Proses tersebut mengakibatkan terbukanya
rantai DNA pada berbagai tempat. Terbukanya rantai DNA memicu RNA
polimerase melekat ke daerah yang dinamakan dengan promotor. RNA
polimerase selanjutnya melakukan sintesis molekul mRNA dari arah 3′
DNA, sedangkan pada mRNA dimulai dari ujung 5′ menuju 3′.
Dari kedua rantai DNA, hanya salah satu rantai yang akan
diterjemahkan menjadi mRNA. Rantai DNA yang diterjemahkan menjadi
protein dinamakan dengan rantai sense atau DNA template atau DNA
cetakan, sedangkan rantai pasangannya dinamakan DNA antisense. Dari
DNA template inilah mRNA akan membentuk rantai berpasangan dengan
basa-basa yang ada pada DNA sense.
Komponen untuk pembuatan mRNA terdapat dalam bentuk
nukleotida triposfat, seperti ATP, GTP, UTP, dan CTP. Fungsi dari RNA
polimerase adalah mengkatalis reaksi penempelan nukleotida triposfat
sehingga terbentuk rantai. Energi yang digunakan untuk menjalankan reaksi
tersebut berasal dari masing-masing nukleotida triposfat yang kaya akan
energi.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Pada saat sintesis mRNA berakhir, terdapat sebuah penanda terminasi yang
bertugas untuk menghentikan sintesis mRNA. mRNA yang terbentuk
selanjutnya akan dipindahkan dari inti menuju ribosom, kemudian
diterjemahkan menjadi protein di ribosom.
Pada eukariotik, hasil dari transkripsi di DNA adalah pre-mRNA,
artinya mRNA yang belum siap untuk ditranslasi. Hal tersebut disebabkan
karena pre-mRNA masih banyak mengandung intron, yaitu rangkaian
kodon yang tidak bisa diterjemahkan menjadi protein. Intron ini sangat
banyak pada DNA eukariotik. Bagian yang akan menjadi mRNA matang
dinamakan dengan ekson. Ekson mengandung informasi yang akan
diterjemahkan menjadi protein.
Oleh karena itu, organisme eukariotik memiliki tahapan splicing
mRNA. Proses splicing berguna untuk membuang bagian intron yang secara
genetik tidak mengandung informasi terkait asam amino. Splicing terjadi
sebelum mRNA dikeluarkan dari inti sel.

2. Translasi – Penerjemahan mRNA Menjadi Protein


Setelah mRNA matang (fungsional) terbentuk, proses yang harus
dilakukan adalah keluarnya mRNA dari inti sel menuju ribosom, baik itu di
RE ataupun di sitoplasma. Proses translasi sebenarnya dibagi menjadi tiga
tahapan utama, yaitu:
a. Inisiasi
Setelah sampai diribosom, mRNA akan menempel pada subunit
kecil ribosom (30 S) lewat ujung 5′. Pada saat yang bersamaan, tRNA
menempel pada subunit besar ribosom (50 S). Proses tersebut akan
menyebabkan asam amino Metionin dengan kodon AUG menjadi asam
amino pertama yang menempel pada ribosom. Hal penting yag perlu diingat
adalah bahwa asam amino metionin merupakan asam amino yang selalu
pertama kali menempel pada ribosom saat sintesis protein. Hal tersebut
berkaitan dengan adanya kondon start, yaitu AUG (Metioinin), yang
merupakan kode untuk proses perangkaian asam amino (sintesis protein
sebenarnya) dimulai.
b. Elongasi (Pemanjangan rantai protein/polipeptida)
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Setelah proses inisiasi selesai, proses selanjutnya adalah


penerjemahan kodon triplet dan penempelan asam amino sehingga
membentuk rantai. Penerjemahan kode ini akan diikuti pengikatan asam
amino sesuai kodon oleh tRNA yang kemudian dibawa ke kompleks
ribosom dan digabungkan dengan asam amino yang sudah ada sebelumnya.
Proses tersebut akan berlangsung sampai munculnya kodon terminasi.

c. Terminasi (Sintesis berhenti)


Proses elongasi akan diakhiri saat terbacanya rangkaian kodon
UAA, UAG, atau UGA. Kodon-kodon tersebut bukan pengkode asam
amino, merupakan kodon yang memerintahkan untuk penghentian sintesis
protein. Faktor pelepas akan menempel pada ribosom setelah pembacaan
kodon stop. Faktor pelepas tersebut menyebabkan terlepasnya mRNA dari
ribosom, selanjutnya diikuti dengan pemisahan subunit besar dan kecil
ribosom.
Hasil dari proses sintesis protein adalah rantai primer protein (rantai
polipeptida) yang masih belum fungsional. Untuk menjadi fungsional,
protein harus dimodifikasi di badan golgi sesuai kebutuhan sel.

Penentuan Jenis Kelamin


Inti sel tubuh manusia memiliki 46 buah kromosom ( 23 pasang
kromosom), t.a: 22 pasang kromosom tubuh dan 1 pasang sex kromosom,
sehingga:
Pada pria memiliki 22 autosom + 1 kromosom X + 1 Kromosom Y,
dengan FK= 22AAXY (46,XY), sehingga gametnya dua macam
(heterogametik), yaitu sperma (22Ax) dsb ginospermium dan sperma
(22AY) dsb androspermium.
Sedangkan pada wanita memiliki 22 autosom+1 pasang krom
X, sehingga gametnya satu macam (homogametik), yaitu sel telur (22AX)

Kromatin kelamin
M.L. Barr dan Bertram (1940) menemukan badan kromatin dalam
sel syaraf kucing ♀, tetapi tidak ada pada kucing ♂.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Penelitian dilanjutkan pada manusia dengan memeriksa sel epitel


tunika mucosa mulut dan pada lekosit (SDP), ternyata pada wanita
ditemukan adanya badan kromatin (Badan Barr) pada inti selnya, sedangkan
pada pria tidak diketemukan.
Hipotesis lyon
Mary F. Lyon berpendapat bahwa KK adalah salah satu dari
sepasang krom X yang mengalami pignose (mengembun) setelah
pembelahan mitosis. Pendapat ini terkenal dengan Hipotesis Lyon.
Berdasarkan hipotesis itu, maka banyaknya KK pada suatu individu sama
dengan banyaknya krom X yang dimiliki dikurang satu, maka wanita (XX)
memiliki 1 KK, sedangkan pria (XY) tidak memiliki KK.
Sex kromatin tidak hanya digunakan untuk membedakan jenis
kelamin saja, tetapi juga untuk mendiagnosa berbagai macam kelainan pada
manusia, Jenis kelamin janin juga dapat dideteksi dengan melakukan tes
badan kromatin dari cairan amnion, untuk mengetahui ada atau tidaknya sex
kromatin.

Peranan kromosom X dan Y pada manusia


Pada manusia kromosom Y merupakan kromosom yang memiliki
gen-gen untuk sifat laki-laki.
Berapa pun banyaknya kromosom X dimiliki seseorang, asal di
samping itu masih mempunyai kromosom Y sebuah saja, maka orang itu
adalah laki-laki.
Autosom pada manusia sama sekali tidak berpengaruh pada jenis
kelamin, sedangkan pada lalat Drosophila turut mempengaruhi jenis
kelamin.
Ada beberapa contoh Penyakit kelainan Genetis pada manusia:
A. Kelainan Pada Kromosom Tubuh
1) Sindrom Down (Sindrom Trisomi - 21)--> FK: 47,+21
2) Sindrom Patau (Sindrom Trisomi - 13)--> FK: 47, +13
3) Sindrom Edward (Sindrom Trisomi - 18)->FK: 47, +18
B. Kelainan Pada Kromosom Kelamin
1) Sindrom Turner (Wanita XO) --> FK: 45, XO
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

2) Sindrom Klinefelter (Laki-laki XXY) --> FK: 47,XXY


3) Sindrom Superfemale (Wanita Super) --> FK: 47, XXX
4) Sindrom Supermale (Pria Super) --> FK: 47, XYY
5) Sindrom XX (laki-laki 46,XX)
C. Kelainan Struktur Kromosom
1) Sindrom Cri du Chat ( 5p-)
2) Sindrom de Grouchy ( 18p-)
3) Sindrom de Grouchy ( 18q-)
4) Sindrom Ring Kromosom 18 (18r)
Kelainan Gonad dan Perkembangan Seksual (Genetalia Ambiguous)
1) Hermaphroditsm, FK: 46, XX/46, XY
2) Female Pseudohermaphroditsm, FK: 46,XX
3) Male Pseudohermaphroditsm, FK: 46,XY

Rangka Jenis Kelamin


1. Buta Warna
Buta warna adalah penglihatan warna warna yang tidak sempurna.
Pasien tidak atau kurang dapat membedakan warna yang dapat terjadi
kongenital ataupun di dapatkan akibat penyakit tertentu.
Hampir 5% laki – laki di negara barat menderita buta warna yang
diturunkan, lebih sering terdapat pada laki – laki dibanding perempuan.
Mungkin pula disebabkan karena tidak terlayih untuk melihat warna –
warna.
Buta warna merupakan keadaan yang jarang.
Kebanyakan penderita buta warna dapat membedakan warna akan
tetapi dengan penilaian yang berbeda. Dengan adanya teori trikromat maka
kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen
kerucut. Bentuk defisiensi yang sering ditemukan adalah trikromat anomali.
Pada protanomali terdapat kekurangan kerentanan merah sehingga
diperlukan lebih banyak merah untuk bergabung dengan kuning baku.
Sedangkan yang disebut sebagai protanopia adalah kurangnya
sensitifitasnya pigmen merah kerucut.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Pada deutranomali diperlukan leih banyak hijau untuk menjadi


kuning baku. Sedangkan deutranopia merupakan kurangnya pigmen hijau
kerucut.
Tritanomali terdapat kekurangan pada warna biru, pada keadaan ini
akan sukar membedakan warna biru terhadap kuning.
Akromatopsia atau monokromat berarti ketidakmampuan
membedakan warna dasar atau warna antara. Pasien hanya mempunyai satu
pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut
hanya dapat membedakan dalam warna dalam arti intensitasnya saja dan
biasanya mempunyai tajam penglihatan 6 / 30. Pada orang dengan buta
warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus
yang bersifat autosomal resesif.
Pada buta warna yang diturunkan ia tidaj bersifat progresif dan tidak
dapat diobati.
Uji buta warna biasanya dilakukan dengan memasangkan warna
yang terlihat.
Pengujian buta warna dapat menentukan ada atau jidaknya buta
warna didapatkan.
Dikenal Hukum Kollner yang menyatakan cacat penglihatan warna
merah-hijau merupakan lesi saraf optik ataupun jalue penglihatan, sedang
cacat penglihatan biru-kuning diakibatkan kelainan pada epitel sensori
retina atau lapis kerucut.
Terdapat pengecualian Hukum Kollner, yaitu:
 Pada neuropati optik iskemik, atrofi optik pada glukoma, atrofi
optik diturunkan recara dominan, atrofi saraf optik tertentu
memberikan cacat biru-kuning. Mungkin pada keadaan ini terjadi
atrofi sekunder retina sebelah luar.
 Cacat merah-hijau yng terdapat pada degenerasi makula, mungkin
akibat kerusakan retina yang terletak pada sel ganglionnya.
 Pada degenerasi makula Stardgradt dan fundus flavimakulatus
mengakibatkan gangguan pada warna merah-hijau.
 Cacat warna biru dapat pula terjadi peningkatan tekanan
intraokular.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Gangguan biru-kuning terdapat pada glaukoma, ablasi retina,


degenerasi pigmen retina, degenerasi makula senil dini, miopia, koriorenitis,
oklusi pembuluh darah retina, reniopati diabetik dan hipertensi, papiledema,
dan keracunan metil alkohol.
Gangguan biru kuning dapat pula terlihat pada kelainan media
penglihatan pada media usia.
Gangguan merah-hijau terdapat pada kelainan saraf optik, keracunan
tembakau dan racun, neuritis retrobulbar, artofi optik Leber, dan lesi
kompresi pada traktus optik.

Hemofilia
Hemofilia adalah diatesis hemoragik yang terjadi dalam 2 bentuk:
hemofiia A, defisiensi faktor koagulasi VIII, dan hemofilia B, defisiensi
faktor koagulasi IX. Kedua bentuk ditentukan oleh sebuah gen mutan dekat
telomer lengan panjang kromosom X (Xq), tetapi pada lokus yang berbeda,
dan ditandai oleh pendarahan intramuskular dan subkutis; perdarahan
mulut, gusi, bibir, dan lidah; hematuria; serta hemartrosis.
Hemofilia A, hemofilia yang paling umum ditemukan, keadaan
terkait –X yang disebabkan oleh kekurangan faktor koagulasi VIII. Disebut
juga hemofilia klasik

Hemofilia B, jenis hemofilia yang umum ditemukan, keadaan


terkait-X yang disebabkan oleh kekurangan faktor koagulasi IX. Disebut
juga chrismast disease.

Hemofilia B Leyden, bentuk peralihan defisiensi faktor koagulasi


IX, tendensi perdarahan menurun setelah pubertas.

Hemofilia C, gangguan autosomal yang disebabkan oleh


kekurangan faktor koagulasi XI, terutama terlihat pada orang turunan
Yahudi Aohkenazi dan ditandai dengan episode berulang perdarahan dan
memar ringan, menoragia,perdarahan pascabedah yang hebat dan lama, dan
masa rekalsifikasi dan tromboplastin parsial yang memanjang. Disebut juga
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

plasma tromboplastin antecedent deficiency. PTA deficiency, dan Rosenthal


syndrome.

Sistem Golongan Darah

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus (faktor Rh).

1. Golongan Darah Sistem ABO


Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh ada tidaknya
antigen-A dan antigen-B dalam permukaan eritrosit seseorang. Antigen-
antigen ini akan bereaksi dengan antibodi yang sesuai sehingga dapat
terjadi penggumpalan (aglutinasi).
Antibodi yang menyebabkan penggumpalan (aglutinasi) disebut
aglutinin sedangkan antigennya biasa disebut aglutinogen.
Berdasarkan hal ini maka golongan darah seseorang dengan sistem
ABO digolongkan atas golongan A, B, AB dan O.
Antigen dan antibodi dalam darah seseorang dapat ditunjukkan
berikut ini:
1. Golongan darah A mempunyai antigen A dan antibodi anti-B
2. Golongan darah B mempunyai antigen B dan antibodi anti-A
3. Golongan darah AB mempunyai antigen A dan antigen B tetapi tidak
mempunyai antibodi anti-A dan anti-B
4. Golongan darah 0 tidak mempunyai antigen A dan dan anti gen B
tetapi mempunyai antibodi anti-A dan anti-B
Golongan darah A, B, AB dan O mempunyai arti sangat penting
dalam transfusi darah kerena adanya interaksi antigen-antibodi dari
pemberi darah (donor) dengan penerima darah (resipien) yang dapat
menimbulkan penggumpalan (aglutinasi). Penggumpalan terjadi bila
antigen-A bertemu dengan anti-A dan antigen-B bertemu dengan anti-B.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Kedua antigen yang telah diuraikan di atas diwariskan oleh satu


seri alel. Alel itu diberi simbol I (berasal dari kata Isoaglutinin, suatu
protein yang terdapat pada permukaan sel eritrosit). Orang yang
membentuk antigen-A mempunyai alel IA, yang mampu membentuk
antigen-B mempunyai alel IB, sedangkan yang tidak mampu membentuk
antigen sama sekali mempunyai alel resesif ii.
1. Golongan darah A mempunyai antigen A, alel IA, genotip IAIA atau
IAi
2. Golongan darah B mempunyai antigen B, alel IB, genotip IBIB atau
IBi
3. Golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, alel IA dan IB,
genotip IAIB
4. Golongan darah O tidak mempunyai antigen A dan B, alel i, genotip
ii

2. Golongan Darah Sistem MN


Penggolongan darah pada manusia maupun hewan selain dengan
sistem ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan sistem MN. Hal ini
didasarkan pada hasil penemuan antigen baru oleh K. Landsteiner dan P.
Levine pada tahun 1927 pada eritrosit. Antigen ini oleh Landsteiner dan
Levin diberi nama antigen M dan antigen N. Sama halnya dengan sistem
ABO, apabila di dalam eritrosit terdapat antigen M maka golongan darah
disebut golongan darah M, apabila di dalam eritrosit terdapat antigen N
maka golongan darah disebut golongan darah N, dan apabila memiliki
kedua antigen tersebut (MN) maka bergolongan darah MN.

Jika pada sistem ABO saya menggunakan lambang I, maka pada


penjabaran sistem MN ini saya akan menggunakan huruf L sebagai
simbol/lambang untuk penulisan genotif, merupakan huruf yang diambil
dari huruf awal Landsteiner.

Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang


memiliki alela ganda, yaitu alela LM yang mengendalikan antigen M dan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

alela LN yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN


ini tidak terdapat dominansi antara alela LM dan alela LN, artinya apabila
seseorang memiliki kedua antigen tersebut (M dan N) maka orang itu
bergolongan darah MN.
Untuk pewarisan golongan darah MN parental kepada filiusnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No. Parental Genotif Gamet Filius Golongan Darah Persentase
1. Ayah MN LM LN LM, LN LM LM M 25%
Ibu MN LM LN LM, LN 2 LM LN 2 MN 50%
LN LN N 25%
2. Ayah MN LM LN LM, LN LM LN MN 50%
Ibu N LN LN LN LN LN N 50%

3. Golongan Darah Sistem Rhesus


Sistem penggolongan darah manusia telah cukup banyak ditemukan
sampai saat ini, seperti sistem golongan darah ABO, Sistem MNSs, Faktor
Rh, dan sebagainya. Golongan darah seseorang ditentukan oleh jenis
antigen yang terdapat dalam permukaan sel-sel darah merah (eritrosit)
yang dimilikinya. Antigen ini akan bereaksi dengan antibodi yang sesuai.
Sistem golongan darah yang memperhatikan faktor Rh berarti darah
seseorang dibedakan berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh dalam
eritrositnya.

sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah


merah kera Rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti
serum. Anti serum yang didapat ternyata bereaksi dengan sel-sel darah
merah 85% populasi Eropa Barat dan Amerika Utara. antigen-Rh pertama
kali ditemukan dalam darah kera Macaca rhesus oleh Landsteiner dan
Wiener pada tahun 1940 yang kemudian ditemukan pula antigen-Rh dalam
darah manusia.
Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah
manusia dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
1. Orang Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada


waktu dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh).
2. Orang Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh
yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan
saat dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh).

Menurut Landsteiner golongan darah Rh ini termasuk keturunan


(herediter) yang diatur oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r.
R dominan terhadap r sehingga terbentuknya antigen-Rh ditentukan oleh
gen dominan R. Orang Rh+ mempunyai genotip RR atau Rr, sedangkan
orang Rh- mempunyai genotip rr. Wiener menyatakan bahwa golongan
darah Rh ditentukan oleh satu seri alel yang terdiri dari 8 alel. Hal ini
didasarkan pada kenyataan tidak semua orang Rh+ mempunyai antigen-Rh
yang sama dan begitu juga dengan orang Rh-. Kedelapan alel tersebut
yaitu: (1) Rh+, alel-alelnya RZ , R1 , R2 , R0 dan (2) Rh-, alel-alelnya ry,
r’, r”, r

Peneliti lain yaitu R.R. Race dan R.A. Fisher berpendapat bahwa golongan
darah Rh ditentukan oleh 3 pasang gen (C,D, dan E). Gen-gen ini bukan
alel tetapi terangkai amat berdekatan satu sama lain dan ketiga gen ini
dominan terhadap alelnya c,d, dan e. Ada tidaknya antigen-Rh dalam
eritrosit seseorang ditentukan oleh gen D. Orang Rh+ mempunyai gen D
dan bergenotip CDE atau cDe , dan sebagainya. Orang Rh- tidak
mempunyai gen D dan genotipnya dapat ditulis cdE atau CdE . Ketiga
sistem tersebut tetap berlaku karena belum dapat dipastikan sistem mana
yang benar sampai sekarang (Suryo, 1998: 266-267).

Peranan Faktor Rh dalam Klinik


faktor Rh dalam darah seseorang mempunyai arti penting dalam klinik.
Orang yang serum dan plasma darahnya tidak mempunyai anti-Rh dapat
distimulir (dipacu) untuk membentuk anti-Rh. Pembentukan anti-Rh ini
dapat melalui jalan :
1. Transfusi Darah. Contoh kasus ini misalnya pada seorang perempuan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Rh- yang kerena sesuatu hal harus ditolong dengan transfusi darah. Darah
donor kebetulan Rh+, berarti mengandung antigen-Rh. Antigen-Rh ini
akan dipandang sebagai protein asing sehingga perempuan itu akan
distimulir membentuk anti-Rh. Serum darah perempuan yang semula
bersih dari anti-Rh akan mengandung anti-Rh. Anti-Rh akan terus
bertambah jika transfusi dilakukan lebih dari sekali. Anti-Rh akan
membuat darah yang mengandung antigen-Rh menjadi menggumpal
sehingga perempuan Rh- tersebut tidak bisa menerima darah dari orang
Rh+. Orang Rh- harus selalu ditransfusi dengan darah Rh-. Seseorang
yang akan melakukan transfusi sebaiknya selain memeriksa golongan
darah dengan sistem ABO juga harus memeriksakan faktor Rhnya.
2. Perkawinan. Kasus ini bisa terjadi misalnya seorang perempuan Rh-
(genotip rr) menikah dengan laki-laki Rh+ (bergenotip homozigotik RR)
dan perempuan tersebut hamil. Janin dari pasangan ini tentunya akan
bergolongan darah Rh+ (genotip Rr) yang diwarisi dari ayahnya. Sebagian
kecil darah janin yang mengandung antigen-Rh tersebut akan menembus
plasenta dan masuk kedalam tubuh ibunya. Serum dan plasma darah ibu
distimulir untuk membentuk anti-Rh sehingga darah ibu yang mengalir
kembali ke janin mengandung anti-Rh. Anti-Rh ini akan merusak sel darah
merah janin yang mengandung antigen-Rh sehingga janin akan mengalami
hemolisis eritrosit. Hemolisis eritrosit akan menghasilkan bilirubin indirek
yang bersifat tidak larut air tetapi larut lemak dan tentunya akan
meningkatkan kadar bilirubin darah janin. Peningkatan ini dapat
menyebabkan ikterus patologis yaitu suatu keadaan dimana kadar bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan
kern ikterus bila tidak segera ditangani. Kern ikterus merupakan suatu
kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama
pada korpus striatum, talamus, nukleus sub talamus, hipokampus, nukleus
merah dan nukleus pada dasar ventrikulus IV. Bayi yang mengalami kern
ikterus biasanya mengalami kuning disekujur tubuhnya.
Ada 2 kemungkinan bagi janin yang mengalami ketidakcocokan Rh ini,
yaitu : Bayi pertama bisa selamat karena anti-Rh yang dibentuk oleh ibu
itu masih sedikit sedangkan bayi pada kehamilan kedua bisa meninggal
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

jika anemia berat. Penyakit seperti ini dikenal dengan nama eritoblastosis
fetalis. Kejadian ini akan terulang pada waktu ibu hamil berikutnya .Bayi
dapat juga hidup, tetapi biasanya akan mengalami cacat, lumpuh, dan
retardasi mental.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB V
Perkembangan dan Persiapan Kehidupan Fetus
dari Intra Uterin ke Ekstra Uterin dan Neonatus
Bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi dari lahir sampai usia 4
minggu dengan usia gestasi 38-42 minggu. (Wong,1996). Periode neonatus adalah periode
bulan pertama kehidupan bayi. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertamadiluar
uterus sampai usia 28 hari atau 1 bulan, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupandi dalam rahim (intrauterin)menjadi diluar rahim (ekstrauterin). Neonatus
mengalami perubahan dari intrauterin yang serba tergantung pada ibu menjadi ekstrauterin
yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama 24-72 jam pertama.
Tetapi periode yang benar-benar transsisi adalah mulai saat lahir sampai usia 6 jam.
Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ yaitu menyangkut perubahan fifiologis
banyak organ. Masa ini dimulai intrauterin saat bayi siap dilahirkan. Peristiwa pada bayi
baru lahir karena perubahan/transisi intrauterin ke ekstrauterin antara lain:
1. Berkurangnya suplai oksigen selama kontraksi uterus
2. Kompresi dan dekompresi kepala dan dada
3. Ekstensi anggota gerak, panggul dan tulang
4. Stimulasi cahaya, suara, udara, gravitasi dan sentuhan
5. Adaptasi pernafasan, sirkulasi dan pengontrolan suhu
Untuk transisi yang baik, perlu pernafasan spontan dan perubahan kardiopulmoner
serta perubahan organ lain menjadi organ dengan fungsi mandiri. Pada masa intrauterin
dan ekstrauterin janin mempersiapkan transisi sepanjang asa kehamilan dengan :
1. Penyimpanan glikogen
2. Pertambahan protein dan mineral
3. Deposit lemak coklat
4. Kemampuan tergantung usia gestasi dan kualitas plasenta
Hal-hal yang penting dari masa intrauterin dan ekstrauterin adalah :
1. Jam-jam pertama adalah fase stabilisasi pernafasan, kardiovaskuler dan suhu yang
terjadi secara stimulan. Untuk itu perlu pengamatan klinis yang ketat untuk
mengenal bayi yang mengalami kesulitan transisi
Terdapat komponen kunci keberhasilanadaptasi ekstrauterin antara lain:
1. Pengembangan paru
2. Mulai pertukaran gas
3. Penutupan purau sirkulasi
Pada saat laihr maka:
1. Fungsi plasenta/tali pusat selesai
2. Janin menjadi bayi yang bernafas sendiri.

Pertumbuhan dan perkembangan janin:


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Selama 8 minggu pertama , terminology embrio digunakan terhadap perkembangan


organisme oleh karena pada masa ini semua organ besar sedang dibentuk. Setelah 8
minggu , terminology janin digunakan oleh karena semua organ besar sudah dibentuk dan
telah masuk ke dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan lanjut. Janin dengan berat
500 – 100 gram ( 22 – 23 minggu ) disebut immature. Dari minggu 2 – 36 disebut preterm.
Dan janin aterm adalah bila usia kehamilan lebih dari 37 minggu.

Kehamilan 8 minggu
 Panjang 2,1 – 2,5 cm
 Berat 1 gram
 Bagian kepala lebih dari setengah tubuh janin
 Dapat dikenali lobus hepar
 Ginjal mulai terbentuk
 Sel darah merah terdapat pada yolk sac dan hepar

Kehamilan 12 minggu
 Panjang 7 – 9 cm
 Berat 12 – 15 gram
 Jari – jari memiliki kuku
 Genitalia eksterna sudah dapat dibedakan antara laki –laki dan
perempuan
 Volume cairan amnion 30 ml
 Peristaltic usus sudah terjadi dan memiliki kemampuan
menyerap glukosa

Kehamilan 16 minggu
 Panjang 14 – 17 cm
 Berat 100 gram
 Terdapat HbF
 Pembentukan HbA mulai terjadi

Kehamilan 20 minggu
 Berat 300 gram
 Detik jantung dapat terdengar dengan menggunakan stetoskop
DeLee
 Terasa gerakan janin
 Tinggi fundus uteri sekitar umbilicus

Kehamilan 24 minggu
 Berat 600 gram
 Timbunan lemak mulai terjadi
 Viabilitas mungkin dapat tercapai meski amat jarang terjadi

Kehamilan 28 minggu
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 Berat 1050 gram panjang 37 cm


 Gerak pernafasan mulai terlihat ; surfactan paru masih sangat
rendah

Kehamilan 32 minggu
 Berat 1700 gram ; panjang 42 cm
 Persalinan pada periode ini 5 dan 6 neonatus dapat bertahan
hidup

Kehamilan 36 minggu
 berat 2500 gram ; panjang 47 cm
 gambara kulit keriput lenyap
 kemungkinan hidup besar

kehamilan 40 minggu
 berat 3200 – 3500 gram ; panjang 50 cm
 diameter biparietal 9,5 cm

Pertumbuhan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra uterus meliputi :

1.PERNAFASAN

Pada menit – menit terakhir kelahiraan, janin semakin menjadi hiposik


karena kekurangan oksigen, sebagai akibat kurangnya darah melalui plasenta
karena kontraksi uterus yang kuat. Drajat hipoksia yang ringan ini merangsang
usaha bernafas pertama kali pada neonatus setelah di lahirkan. Dengan usaha
bernafas pertama ini, cairan yang menepati jalan nafas di dorong ke dalam alveoli
yang mengembang, sehingga cairan ini dapat diabsorposi dengan cepat ke dalam
pembulu dan sirkulasi limfe paru. Dalam 15 menit setelah lahir, cairan ini telah
hilang dan alveoli mengembang karena udara. Jika keadaan ini tidak terjadi
pernafasan akan dipertahankan oleh kemoreseptor – kemereseptor yang
bertanggung jawab atas respon ventilasi terhadap karbon dioksida dan hipoksia.
Kebanyakan bayi bernafas dengan cepat dan mudah. Sedikit megalami
hipoksia pada waktu lahir dan memerlukan reselusi. Kondisi – kondisi yang
mengurangi jumlah oksigen pada janin akan menimbulkan predisposisi
hipoksineonatus. Kondisi – kondisi ini telah dibicarakan ketika membahas jenis
“berisiko “ pada kehamilan dan persalinan.
Jika terjadi hipoksia berat pada kehamilan, jenis dapat mati in utero atau di
lahirkan dengan asidemia dan hiperkania serta hipoksia (asfiksia). pH darah <7,10
dapat menyebabkan refleks vasokonstriksi paru yang mengakibatkan tergantung
pertukaran gas leih lanjut. Sebaliknya hipoksia akan meninggalkan defisit basa.
Kedua perubahan ini meningkatkan risiko keruskan neorologik pada janin. Dalam
hal ini, resusitasi darurat di perlukan pada waktu lahir.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Beratnya hipoksia sekitar waktu lahir, dan efek terhadap perkembangan bai
selanjutnya dapat di ukur dengan sistem skoring apgar atau engn pengukuran pH
darah arteri umbilikalis. Kedua bermanfaat dalam penatalaksanaan masalah segera
tetapi merupakan indikator yang relatif buruk untuk hasil jangka panjang.
Resusitasi dasar pada bayi baru lahir telah diuraikan pada gambar di bawah,
kolom pertama dari gambar tersebut dianggap sama dengan skor Apgar 7-10 pada
menit pertama. Kolom kedua sama dengan skor Apgar 4-6, sedangkan kolom
ketiga sama dengan skor Apgar 0-3. Langkah yang paling penting dalam resusitasi
adalah memberikan oksigen dengan pernafasan tekanan positif intermiten. Jika bayi
tidak memberikan respon dan tetap brakdikardi, sirkulasi harus di bantu dengan
masea jantung luar. Dan mungkin adrenalin endotrakel. Di samping itu, asidosis
dapat dikoreksi dengan infus natrium bikarbonat (5 mmol/kg berat badan ) melalui
vena umbilitas.

Infeksi neontus
Setiap neonatus yang menunjukkan tanda-tanda infeksi harus diisolasikan
bersama dengan ibu hingga terapi yang adekuat sudah mengontrol infeksi. Infeksi
dapat terjadi selama kehamilan. Selama persalinan dapat terjadi infeksi terutama
jika selaput ketuban pecah dalam waktu lama atau akibat infeksi vagina oleh kuman
kelompok stretokokus B.

Resiko Berulangnya Beberapa Detak Kongenital


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Insiden ( per 100 resiko ( persen )


Orang tua normal Orang tua yang cacat
Yang melahirkan anak Yang melahirkan anak
Gangguan kelahiran) Kedua cacat cacat
Down’s syndrome 0,2 1 -
Anensefali 0,2 2 -
Spina bilida 0,3 4 4
Palatum terbelah 0,04 2 7
Bibir sumbing dan pala terbelah 0,1 4 4
Penyakit jantung kongenita 0,6 4 2

Infeksi umum yang terjadi setelah lahir :


 candida pspp yang menyebabkan infeksi pada mulut bayi, dan menimbulkan
bercak-bercak putih.
 Infeksi stafilokus muncul sebagai pustel pada kulit, infeksi periumbilikal, atau
blefarokonjungtivitis.
 Klamidia trakomatis yang dapat menyebabkan konjungtivitis, 1-3 minggu
setelah lahir, atau pneumonia 3 minggu kemudian.
 Infeksi E. Coli dapat menyebabkan gastroenteritis atau infeksi saluran kemih
(sulit didignosis).
Setiap bayi sakit dengan demam yang tidak dapat dijelaskan sebabnya harus
dilakukan pemeriksaan spesimen urin, yang diperoleh dengan pungsi suprapubik,
dan jika diagnosis tetap tidak jelas, harus dilakukan pungsi lumbal untuk
meningkirkan meningitis.

Janin dalam kandungan telah mengadakan gerakan-gerakan pernapasan,


yang dipantau dengan ultrasonografi, akan tetapi likuonamnii tidak sampai masuk
ke dalam alveoli paru-paru. Pusat pernapasan ini dipengaruhi oleh konsentrasi
oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh janin itu. Apabila saturitas oksigen
meningkat hingga melebihi 50% maka terjadi apnoe, tidak tergantung pada
konsentrasi karbondioksida. Bila saturasi oksigen menurun, maka pusat pernapasan
menjadi sensitif terhadap rangsangan karbondioksida. Pusat itu menjadi lebih
sensitif bila kadar oksigen turun dan saturasi oksigen mencapai 25%. Keadaan ini
dipengaruhi oleh sirkulasi utero-plasenter (pengaliran darah antara uterus dan
plasenta).
Apabila terdapat gangguan pada sirkulasi utero plasenter sehingga saturasi
oksigen lebih menurun, misalnya pada kontraksi uterus yang tidak sempurna,
eklampsia,dan sebagainya maka terdapatlah gangguan-gangguan dalam
keseimbangan asam dan basa pada janin tersebut, dengan akibat dapat
melumpuhkan pusat pernapasan janin. Pada permukaan paru-paru yang telah matur
ditemukan lipoprotein yang berfungsi untuk mengurangi tahanan pada permukaan
alveoli dan memudahkan paru-paru berkembang pada penarikan nafas pertama oleh
janin. Pengembangan paru-paru disebabkan oleh adanya tekanan negatif di dalam
dada lebih kurang 40 cm air- karena tekanan paru-paru waktu lahir sewaktu bayi
menarik nafas pertama kali. Adanya lipoprotein tersebut di atas, khususnya kadar
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

lesitin yang tinggi, mencerminkan paru-paru itu telah matur. Lesitin adalah bagian
utama dari 2 lapisan di permukaan alveoli yang telah matur itu dan terbentuk
melalui biosintesis.
Pada waktu partus pervaginam, khususnya pada waktu badan melalui jalan
lahir, paru-paru seakan-akan tertekan dan diperas, sehingga cairan-cairan yang
mungkin ada di jalan pernapasan dikeluarkan secara fisiologik dan mengurangi
adanya bagian-bagian paru-paru yang tidak berfungsi segera oleh karena tersumbat.
Yang diperlukan pada keadaan bayi baru lahir tanpa atau dengan asfiksia livide
ialah membersihkan segera jalan nafas dan memberikan pada bayi tersebut oksigen
untuk meningkatkan saturasi oksigen.
Hal ini penting dipahami oleh setiap penolong persalinan. Ketika partus,
uterus berkontraksi, dalam keadaan ini darah di dalam sirkulasi utero plasenter
seolah-olah diperas ke dalam vena umbilikalis dan sirkulasi janin, sehingga jantung
janin terutama serambi kanan berdilatasi. Akibatnya, apabila diperhatikan bunyi
jantung janin segera setelah kontraksi uterus hilang, akan terdengar melambat.
Keadaan ini fisiologik, bukan patologik, dan dikenal sebagai refleks Marey. Ada
yang mengemukakan bahwa timbulnya bradikardia pada his disebabkan oleh
adanya asfiksia tali pusat dan meningkatnya vena kava inferior pada janin. Hon
mempelajari bradikardia pada janin sewaktu ada his dengan fetal heart rate meter.
Ia menemukan denyutan 140 per menit dapat menurun sampai 110 – 120 pada
multipara, sedangkan pada nullipara kadang-kadang denyutan dapat menurun
sampai 60 – 70 per menit, bradikardia ini terjadi segera pada permulaan his dan
menghilang beberapa detik sesudah his berhenti.
Hon dan kawan-kawannya mengemukakan bahwa bradikardia tersebut di
atas tidak disebabkan oleh hipoksia janin, akan tetapi karena tekanan terhadap
kepala janin oleh jalan lahir pada waktu ada his. Gejala ini biasanya ditemukan
pada pembukaan 4 – 8 cm dan bila pada kepala bayi juga diadakan penekanan
seperti pada waktu ada his. 3 Untuk klinik penting diperhatikan frekuensi denyutan
jantung ini untuk mengetahui apakah ada gawat janin. Denyutan jantung beberapa
detik sesudah his sebanyak 100 per menit atau kurang menunjukkan akan adanya
gawat janin.
Dalam keadaan normal frekuensi denyut jantung janin berkisar antara 120 –
140 denyutan per menit. Ketika partus denyut jantung ini sebaiknya didengar satu
menit setelah his terakhir. Cara menghitung bunyi jantung janin adalah sebagai
berikut: kita hitung denyut jantung dalam 5 detik pertama, kemudian 5 detik ketiga,
kelima, ketujuh dan seterusnya sampai mencapai satu menit.
Dengan cara ini dapat diperoleh kesan apakah denyut jantung janin tersebut
teratur atau tidak. Tiap menit mempunyai jumlah tertentu. Jika jumlah permenit
berbeda lebih dari 8, maka denyutan jantung itu umumnya tidak teratur jika jumlah
denyutan jantung lebih dari 160 per menit, disebut ada takikardia : sedangkan jika
kurang dari 120 menit, disebut ada bradikardia. Dengan mengadakan pencatatan
denyut jantung janin yang dikaitkan dengan pencatatan his, dapat diramalkan ada
atau tidak adanya hipoksia pada janin. Takikardia saja kadang-kadang dapat
ditemukan pada ibu yang menderita panas. Dewasa ini pemantauan janin
dilaksanakan dengan alat kardiotokograf.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

2.SIRKULASI
Sirkulasi bayi terdiri dari 3 fase , yaitu :
1. Fase intrauterine, dimana janin sangat bergantung pada plasenta.
2. Fase transisi , yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama.
3. Fase dewasa, yang umumnya berlangsung secara legkap pada bulan pertama
kehidupan.
Perubahan mendadak dari kehidupan inteuterin ke ekstrauterin memerlukan
penyesuaian neonates berupa :
 Pengalihan aliran darah dari paru.
 Penutupan ductus arteriosus bottali dan foramen ovale
 Obliterasi ductus venosus arantii dan vasa umbilikalis

Sirkulasi bayi mulai dari fase inrauterin, fase transisi dan fase dewasa

Mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta,
melalui vena umbikalis, masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut
melalui duktus venosus arantii akan mengalir ke vena kava inferior pula. Di dalam
atrium dekstra sebagian besar darah ini akan mengalir secara fisiologik ke atrium
sinistra, melalui foramen yang terletak diantara atrium dekstra dan 4 atrium sinista.

Dari atrium sinistra selanjutnya darah ini mengalir ke ventrikel kiri yang
kemudian dipompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil dari darah atrium kanan
mengatur ke ventrikel kanan bersama-sama dan darah yang berasal dari paru-paru
yang belum berkembang, sebagian besar darah dari ventrikel kanan ini, yang
seyogyanya megnalir melalui arteria pulmoralis darah di aorta akan mengalir ke
seluruh tubuh untuk memberi nutrisi dan oksigenasi pada sel-sel tubuh darah dari
sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan
sebagainya akan dialirkan ke plasenta melalui 2 arteria umbilikalis.

Seterusnya diteruskan ke peredaran darah di koteledon dan jonjot-jonjot dan


kembali melalui vena umbilikalis ke janin. Demikian seterusnya sirkulasi janin ini
berlangsung ketika janin berada di dalam uterus. Ketika janin dilahirkan, segera
bayi mengisap udara dan menangis kuat. Dengan dengan demikian, paru-parunya
akan berkembang, tekanan dalam paru-paru mengecil dan seolah-olah darah terisap
ke dalam paru-paru. Dengan demikian, duktus botalli tidak berfungsi lagi.

Demikian pula, karena tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen ovale
akan tertutup, sehingga foramen tersebut selanjutnya tidak berfungsi lagi. Akan
dipotong dan diikatnya tali pusat, arteri umbilikalis dan duktus vengsus arantii akan
mengalami obiliterasi dengan demikian, setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen
dipenuhi oleh udara yang diisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh
makanan yang dicerna sistem pencernaan sendiri. Dewasa ini, daspat dipantau
peredaran darah janin dan denyutan-denyutan di tali pusat.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

3.TRAKTUS DIGESTIVUS
Pada kehamilan enam bulan, alat pencernaan ini telah cukup terbentuk dan
janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga
dengan demikian janin membantu pula dalam perputaran air ketuban. Absorbsi air
ketuban terjadi melalui mukosa seluruh traktus digestivus. Bahwa janin menelan air
ketuban, dapat dibuktikan dengan adanya lanugo, verniks kaseosa 5 dimekonium
setelah bayi dilahirkan.

Warna hijau tua mekonium disebabkan oleh pemecahan bilirubin.


Marconium dapat keluar per anum bila timbul hipoksia berat, sehingga usus-usus
mengadakan peristaltik, sedangkan muskulus sfingter ani dalam keadaan lumpuh.
Dengan demikian mekonium mencampuri likuor amnii, yang kemudian berwarna
kehijau-hijauan. Juga bila ada tekanan di dalam uterus yang meningkat hingga
menekan isi abdomen janin, umpamanya pada janin dalam letak sungsang,
mekonilum secara mekanik keluar dari anus. Juga obat yang meningkatkan
mekanisme peristaltik pada ibu, dapat pula melalui plasenta dan memberi akibat
yang sama pada janin.

Pada umumnya janin menelan rata-rata 450 ml air ketuban setiap harinya.
Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan dalam hemopoesis.
Pula dalam metabolisme hidrat arang mulai berperan. Glikogen mulai disimpan
dalam hati, yang pada akhir triwulan makin meningkat. Sesudah bayi dilahirkan,
simpanan glikogen ini cepat terpakai. Vitamin A dan D disimpan juga dalam hati.

Bahwa hepar janin masih imatur dalam fungsinya selama dalam kandungan
dan pula sesudah dilahirkan, dinyatakan oleh ketidakmampuannya untuk
meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah, plasenta dan hati ibu
menyelesaikan ini. Akan tetapi, sebagian kecil bilirubin diolah oleh hepar janin dan
disalurkan ke usus melalui saluran empedu dimana dialami oksidasi dijadikan
biliverdin. Pigmen inilah yang membuat warna mekonium kehijau-hijauan.

Pada umumnya plasenta dapat meniadakan dengan cepat bekas-bekas


metabolisme . Akan tetapi pada keadaan dimana hemadisit darah terlalu cepat,
umpamanya dalam hal eritroblastosis fetalis, mekanisme di plasenta tidak dapat
mengetahuinya.

Akan timbul hiperbilirubinemia dengan pigmen yang akibatnya dapat


ditemukan di dalam air ketuban. Adanya pigmen tersebut dalam likuor amnii
dipakai untuk membuat diagnosis dan mengadakan penilaian mengenai kehamilan
demikian itu imaturitas hepar yang menyangkut fungsinya dalam sistem enzim
ialah mengenai kekurangan enzim glukorunil transferase, yang terjadi hingga dalam
masa neonatus dan dalam waktu yang berbeda-beda.

Terutama ini terjadi pada bayi prematur yang tidak mudah meniadakan hasil
6 pengolahan hemoglobin melalui heparnya. Timbulnya ikterus neonatorum dalam
hal ini agaknya disebabkan oleh hal tersebut di atas. Pankreas telah mulai berfungsi
meskipun amat terbatas. Insulin telah dapat ditemukan pada kehamilan 13 minggu
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

dan produksinya meningkat dengan tuanya kehamilan. Pada ibu dengan diabetes
mellitus tampak adanya hipertrofi sel-sel longerhons. Akan tetapi, bukti bahwa
insulin janin membantu ibunya dalam hal diabetes melitus belum ada.

4.KELENJAR ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat – zat
kimia ( hormon ) yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
merupakan kelenjar buntu (sekresi interna ) yang mengirim hasil sekresinya langsung
masuk ke dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus ( saluran ). Permukaan sel
kelenjar menempel pada dinding stenoid / kapiler darah. Hasil sekresinya di sebut
hormon. Hormon merupakan bahan yang dihasilkan tubuh oleh organg yang memiliki
efek regulatok spasifik terhadap aktivitas organ tertentu, yang disekresi oleh kelenjar
endokrin, diangkut darah ke jaringan sasaran untuk mempengaruhi / mengubah
kegiatan alat / jaringan sasaran. Hormon yang di hasilkan ada yang satu macam
horimon ( hormon tunggal ) di samping itu ada yang lebih dari satu ( hormon
ganda ). Sistem endokrin terdiri dari kelenjar – kelenjar endokrin dan bekerja sama
dengan sistem saraf, mempunyai peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ
– organ tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan suatu zat yang di sebut hormon.

Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar antara lain :

1. Hipofisis interior
2. Neuro hipofisis
3. Hipofisis intermedia janin
4. Tiroid
5. Paratiroid
6. Kelenjar adrenal
7. Gonad

A. Sistem Endokrin Intra Uterin

Kelenjar –kelenjar endokrin pada intra uterin belum bisa berfungsi secara
maksimal karena pembentukan belum sempurna dan masih mendapatkan bantuan dari
plasenta dan kelenjar endokrin ibunya.
Pembentukan kelenjar-kelenjar endokrin dimulai dari trimester I. Kelenjar-
kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungsi secara maksimal karena
pembentukannya juga sudah muali sempurna jadi neonatus sudah tidak mendapatkan
bantuan dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya.
Kelenjar-Kelenjar Endokrin

1. Hipofisis Anterior

Mulchahey dan kawan-kawan (1987), dalam suatu tinjauan yang


bagus sekali tentang ontogenesis fungsi dan regulasi kelenjar hipofisis janin,
mengetengahkan suatu pandangan yang menarik dan patut diacungi jempol.
Pertama, mereka mengabaikan validitas konsep bahwa pengendalian sekresi
hipofisis anterior janin tergantung pada pematangan system saraf pusat.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Kedua, mereka menyebutkan bahwa sistem endokrin janin


berfungsi selama beberpa waktu sebelum “sistem saraf pusat melengkapi
sinaptogenesisnya dan sistem-sistem integrative lainnya telah mencapai
status maturitas, sehingga mampu melaksanakan banyak tugas yang
berkaitan dengan homeostasis.”
Ketiga, mereka melanjutkan dengan mengusulkan bahwa sistem endokrin
janin tidak perlu menyerupai sistem endokrin dewasa, tetapi dapat
merupakan satu dari sistem homeostasik pertama kali yang dikembangkan.

Akhirnya, hipofisis anterior janin berdiferensiasi menjadi lima tipe


sel, yang mensekresi enam hormon protein:

1. Laktotrop memproduksi prolaktin (PRL)


2. Somatotrop, memproduksi hormon pertumbuhan (GH)
3. Kortikotrop, memproduksi kortikotropin (ACTH)
4. Tirotrop, memproduksi thyroid-stimulating horomone (TSH)
5. Gonadotrop, memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-
stimulating hormone (FSH)

ACTH pertama kali dideteksi pada hipofisis janin pada minggu ke-7
kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17, hipofisis janin mampu
mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis. GH, ACTH dan LH
telah diidentifikasi pada hipofisis janin manusia pada kehamilan 13 minggu.
Lebih jauh, hipofisis janin responsif terhadap hormon-hormon
hipofisiotropik dan mampu mensekresi hormon-hormon ini sejak kehamilan
dini.

Kadar hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada darah tali


pusat, meskipun peranan untuk hormon tersebut dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin tidak jelas. Dekapitasi in utero tidak banyak
mengganggu pertumbuhan sisa lainnya pada janin binatang, seperti yang
diperlihatkan oleh Bearn (1967) dan lainnya. Lagipula, janin-janin
anensefalik manusia dengan jaringan hipofisis kecil tidak banyak berbeda
dari janin-janin normal.

Hipofisis janin menghasilkan dan melepaskan endorfin-β dengan


cara yang berbeda dari kadar plasma ibunya. Lagipula, kadar endorfin-β dan
lipotrofin-β darah tali pusat ditemukan menurun sesuai dengan menurunnya
pH janin, tetapi berkorelasi dengan cara yang positif dengan PCO2 janin.

2. Neuro hipofisis

Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada kehamilan 10


sampai 12 minggu dan sudah dapat ditemukan oksitosin dan arginin
vasopresin (AVP). Di samping itu, hormon vasotosin (AVT) terdapat di
hipofisis janin dan kelenjar pineal. AVT hanya terdapat pada kehidupan
janin manusia. Pada binatang-binatang dewasa, infus AVT meningkatkan
tidur dan merangsang pelepasan prolaktin.
Ada kemungkinan oksitosin dan AVP berfungsi pada janin untuk
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

menghemat air tetapi aksi-kasi ini sebagian besar pada tingkat paru dan
plasenta dibandingkan pada tingkat ginjal. Pembentukan PGE2 di dalam
ginjal janin dapat melemahkan kerja AVP di organ ini.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kadar AVP di plasma tali
pusat meningkat secara menyolok dibandingkan dengan kadar yang
ditemukan dalam plasma ibu. Di samping itu, AVP dalam darah tali pusat
dan darah janin tampak meninggi pada stress janin.

3. Hipofisis Intermedia Janin

Ada lobus intermedie hipofisis yang berkembang baik pada janin


manusia. Sel-sel dalam struktur ini mulai menghilang sebelum cukup bulan
dan tidak ada lagi pada hipofisis dewasa. Produk sekresi utaria dari sel-sel
lobus intermedia adalah hormon stimulasi α-melanosit (α-MSH) dan β-
endorfin. Kadar α-MSH janin menurun secara progesif sesuai dengan umur
kehamilan.

4. Tiroid

Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir tri trimester


pertama (lihat tabel). Tetapi sampai tengah-tengah kehamilan, sekresi
thyroid-stimulating hormone dan hormon tiroid masih rendah. Ada
peningkatan yang lumayan besar setelah waktu ini.

Mungkin sangat sedikit tirotropin melintasi plasenta dari ibu ke


janin sementara stimulator-stimulator. Tiroid berjangka panjang LATS dan
LATS-protektor demikian juga, bila terdapat dalam konsentrasi tinggi pada
ibunya. Juga, antibody-antibaodi IgG ibu terhadap thyroid-stimulating
hormon (TSH) juga dapat melintasi plasenta sehingga mengakibatkan kadar
TSH tinggi palsu pada neonatus.

Fase-fase pematangan tiroid pada janin dan neonatus manusia


Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid 2 sampai 12 minggu
Pematangan hypothalamus 10 sampai 35 minggu
Perkembangan pengendalian neuroendorin 20 minggu sampai 4 minggu
setelah lahir
Pematangan system monodeyodinasi perifer 30 monggu sampai 4
minggu setelah lahir

Plasenta manusia secara aktif mengkonsentrasikan yodida pada sisi


janin dan sepanjng trimester kedua dan ketiga kehamilan, tiroid janin
mengkonsentrasikan yodida lebih kuat daripada tiroid ibu. Karena itu,
pemberian raip-yodida atau jumlah yodida yang lebih banyak dari biasa,
jelas berbahaya bagi janin.

Hormon tiroid yang berasal dari ibu melintasi plasenta pada tingkat
yang sangat terbatas dengan triyodotironin lebih mudah lewat darpada
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid selama kehidupan janin. Janin
manusia yang atiroid tumbuh secara normal pada waktu lahir. Hanya
jaringan-jaringan tertentu yang mungkin responsive terhadap hormon tiroid,
yaitu otak dan paru.

5. Kelenjar Paratiroid

` Ada bukti yang baik bahwa paratiroid menguraikan parathormon


pada akhir trimester pertama dan kelenjar tersebut tampaknya memberi
respon in utero terhadap stimulasi pengaturan. Neonatus dari ibu-ibu dengan
hiperparatiroidisme, misalnya dapat menderita tetani hipokalsemik.
Kadar kalsium plasma dalam janin, 11 sampai 12 mg per dL,
dipertahankan oleh transpor aktif dari darah ibu. Kadar paratiroid dalam
darah janin relatif rendah dan kadar kalsitonin tinggi. Pada biri-biri,
paratiroidektomi janin menyebabkan turunnya konsentrasi kalsium plasma
janin. Nefrektomi juga menyebabkan turunnya kalsium dan 1α-hidroksilasi
dari 25-OH-kolekalsiferol terjadi di ginjal janin.

6. Kelenjar Adrenal

Adrenal janin manusia disbanding dengan ukuran badan totalnya


jauh lebih besar daripada perbandingan ukuran tersebut pada orang dewasa,
seluruh pembesaran tersebut merupakan bagian dalamnya atau yang disebut
zone janin korteks adrenal. Zone janin yang normalnya mengalami
hipertrofi tersebut, mengalami involusio dengan cepat setelah lahir. Zone
janin tersebut tidak ada dalam kejadian yang jarang, dimana hipofisis janin
secara kongenital tidak ada.
Adrenal janin juga mensintesis aldosteron. Pada satu penelitian,
kadar aldosteron di plasma tali pusat mendekati cukup bulan, melebihi
kadarnya di plasma ibu, seperti juga rennin dan substrat rennin. Tubulus-
tubulus ginjal bayi baru lahir dan barangkali juga janin tampak relatif tidak
sensitif terhadap aldosteron.

Perkembangan Adrenal Janin Awal

Pada awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari sel-sel


yang mirip dengan sel-sel zona fetal korteks adrenal janin, sel-sel ini dengan
cepat muncul dan berproliferasi sebelum waktu vaskularisasi hipofisis oleh
hipotalamus sempurna. Hal ini memberi kesan bahwa perkembangan awal
adrenal janin berada di bawah pengaruh-pengaruh trofik yang mungkin
tidak sepenuhnya sesuai dengan pengaruh trofik pada orang dewasa.
Kemungkinan, ACTH disekresi oleh hipofisis janin tanpa adanya
factor corticotropin-releasing factor (CRF) atau ACTH (atau CRF) lain
yang timbul dari suatu sumber selain hipofisis janin, misalnya dari ACTH
(atau CRF) korionik yang disintesis oleh trofoblas. ACTH tidak
menyebrangi plasenta. Tetapi ada kemungkinan lain, ini mencakup
kemungkinan bahwa ada suatu agen selain ACTH yang meningkatkan
replikasi sel-sel adrenal zona fetal.
Korteks adrenal fetus normal terus menerus berkembang sepanjang
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

kehamilan dan selama 5 sampai 6 minggu kehamilan terakhir, terjadi


kenaikan cepat ukuran adrenal fetus manusia. Jelas bahwa laju pertumbuhan
adrenal fetus dan sekresi steroid tidak dikendalikan oleh rangsang trofik
tunggal (ACTH), tetapi lebih diatur oleh lebih dari satu jenis agen yang
menunjang pertumbuhan.

7. Gonad

Siiteri dan Wilson (1974) mendemontrasikan sintesis testosteron


oleh testis janin dari progesterone dan pregnenolon pada kehamilan 10
minggu. Lebih lanjut, Leinonen dan Jaffe ( 1985) menemukan bahwa sel-sel
Leydig testis janin luput dari desensitisasi yang khas pada testis dewasa,
yang diberi tantangan-tantangan hCG berulang.
Fenomena dalam testis janin ini mungkin disebabkan oleh:
Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin
Stimulasi prolaktin pada reseptor-reseptor hCG/LH pada testis
janin

Karena itu, ada hubungan yang erat antara gambaran perkembangan


sel-sel Leydig dalam testis janin dan kadar hCG, pembentukan testosteron
testis dan kadar hCG, konsentrasi reseptor untuk kadar LH/hCG dan tidak
adanya regulasi penurunan reseptor LH/hCG dan sekresi testosteron
testikuler janin yang terus menerus pada waktu kadar hCG tinggi.
Pembentukan estrogen di ovarium janin telah didemonstrasikan tetapi
pembentukan estrogen di ovarium tidak diperlukan untuk perkembangan
fenotip perempuan.

Plasenta Sebagai Organ Endokrin

Perubahan-perubahan endokrin yang menyertai kehamilan manusia


mungkin adalah yang paling unik dan paling mengherankan yang dicatat
pada fisiologi atau patofisiologi mamalia. Kalau diteliti niali-nilai ini, jelas
bahwa perubahan-perubahan endokrin pada kehamilan merupakan
fenomena. Di samping peningkatan pembentukan hormon steroid seks dan
mineralkortikoid ini, juga ada peningkatan menyolok kadar rennin,
angiotensinogen dan angiotensin II plasma, bersamaan dengan produksi
harian 1 g laktogen plasenta manusia (hPL) dan jumlah gonadotropin
koroinik manusia (hCG) dalam jumlah banyak.

Plasenta juga memproduksi adrenokortikotropin (ACTH) korionik


dan produk-produk lain dari pro-opiomelanokortik, human korionik
tirotropin (hCT) dan juga hypothalamic-like releasing dan inhibiting
hormon, yaitu thyrotropin-releasing hormone (TRH), gonadotropin-
releasing hormone (GnRH) atau luteinizing hormon-releasing hormone
(LHRH), corticotropin-releasing factor (CRF) dan somatostatin serta inhibin
dan berbagai macam protein yang unik untuk kehamilan (spesifik-
kehamilan) atau proses-proses neoplastik.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Hormon-Hormon Protein Plasenta

1. Gonadotropin korionik
2. Adrenokortikotropin dan tirotropin korionik
3. Hormon-hormon hypothalamic like-releasing dari plasenta
4. Inhibin

B. Sistem Endokrin Ekstra Uterin

Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada


ketika berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan
maka masih mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu melalui plasenta
meskipun dalam perkembangan di dalam kandungan mulai terbentuk organ-
organ bagi aktivitas hidup.
Namun, organ-organ tersebut, misalnya system endokrin masih
belum sempurna sempurna untuk dapat hidup mandiri. Setelah janin lahir
barulah system endokrin dapat bekerja sehingga bayi dapat hidup diluar
rahim ibunya kerena hilangnya ketergantungan dari plasenta dan ibu.
Setelah lahir ada beberapa kelenjar yangmengalami daptasi agar mampu
bekerja misalnya :

Kelenjar Tiroid

Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mngalami perubahan-perubahan


besar funsi dan metabolisnya. Pendinginan atmosfer membangkitkan
peningkatan mendadak dan jelas sekresi tirotropsin, yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan progresif kadar tiroksin serum maksimal 24-26
minggu setelah lahir. Ada peningkatan kadar tryiyodotironin serum yang
terjadi hampir bersamaan.

Kelenjar Timus

Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya
kira-kira 10 gram atau sedikit ukurannya ertambah dan pada masa remaja
beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.

5.SARAF
Ini merupakan sistem yang paling awal dimulai menunjukkan
aktifitasnya , yaitu sejak usia 88 – 12 minggu , berupa kontraksi otot yang
timbul jika terjadi stimulasi lokal . sejak usia 9 minggu , janin mampu
mengadakan fleksi alat – alat gerak, dengan refleks – refleks dasar yang
sangat sederhana ( fleksi satu sisi diikuti juga fleksi sisi lainnya). Terjadi
juga berbagai gerakan spontan ( spontaneous movement). Namun ukuran
janin pada akhir trimester pertama ini masih kecil , sehingga gerakan –
gerakan janin belum dapat dirasakan oleh ibunya. Sejak usia 13 – 14
minggu ( awal trimester kedua ) gerakan –gerakan janin baru mulai dapat
dirasakan ibunya.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Terdapat hubungan antara keadaan emosional ibu dengan tingkat


aktifitas janin( misalnya pada keadaan ibu marah atau gembira , gerak janin
lebih sering dan kuat , sebaliknya ketika ibu sedih atau depresi atau
ketakutan, gerak janin lebih sedikit dan lemah ).
Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh variasi kadar hormon
adrenalin ibu yang juga ditransfer ke janin melalui sirkulasi plasenta.

Sistem saraf sensori khusus / indera

Mata yang terdiri dari lengkung bakal lensa dan bakal bola mata
pada awalnya menghadap ke lateral , kemudian berubah letaknya ke
permukaan ventral wajah . saraf penglihatan (nervus optikus ) merupakan
derivate ectoderm, memasuki bola mata dari bagian posterior.

Telinga yang berasal dari vesikel otik bergeser ke sisi lateral kepala ,
menempati tempatnya yang tetap . telinga luar memperoleh inervasi
sensorik dari nervus facialis , telinga dalam ( organ pendengaran dan
keseimbangan ) memperoleh inervasi dari derivate ectoderm nervus
vestibulokoklearis.

Hidung yang berasal dari bakal olfaktorik merupakan penebalan


ectoderm permukaan di daerah wajah , memperoleh inervasi sensorik dari
nervus olfaktorius.

Lidah berasal dari lengkung faring dari endoderm , kemudian


memperoleh inervasi sensorik dari cabang nervus trigeminus dan nervus
facialis , serta inervasi motorik dari nervus hipoglosus dan nervus laryngeus
superior.

6.IMUNOLOGI
adalah cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup studi tentang semua
aspek dari sistem kekebalan tubuh dalam semua organisme.
Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibody terhadap
antigen maternal atau invaksi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin
diperkirakan mulai terjadi sejak minggu ke – 20 .
Respon janin dibantu dengan ttransfer antibody maternal dalam bentuk
perlindungan pasif yang menetap sampai beberapa saat pasca persalinan .
Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah :

a. Granulosit : granulosit eosinofiik, basofilik dan neutrofilik


b. Monosit : T- cells ( derivate dari tymus ) dan B-cells ( derivate dari “
Bone Marrow”)
c. Limfosit : serum globulin yang terdiri dari IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE

Sistem imunologi neonatal terutama bergantung pada tiga jenis


imunoglobulin yaitu: imunoglobulin (Ig) G, M, dan A. Ig G (yang sudah terdeteksi
dalam tubuh janin pada usia kehamilan tiga bulan)merupakan Ig yang ditransfer
lewat plasenta dan merupakan antibodi untuk melawan bakteri serta virus. Bayi
mensintesis IgGnya sendiri dalam usia 3 bulan pertama dan dengan demikian akan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

mengimbangi katabolisme antibodi meternal yang terjadi bersamaan. Pada usia


kehamilan 20 minggu, janin mensintesis IgM yang tidak terdeteksi saat lahir karena
tidak melintasi plasenta. Kadar IgM yang tinggi dalam darah neonatus
mengndikasikan infeksi nonspesifik. Sekresi IgA (yang membatasi pertumbuhan
bakteri dalam traktus GI) ditemukan di dalam kolostrum dan ASI. Pada neonatus,
limpa janin mulai menghasikan IgG dan IgM . Pembentukan IgG semakin
meningkat 3 – 4 minggu pasca persalinan .
Perbandingan antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada atau
tidaknya Infeksi intrauterine . Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar
maternal oleh karena dapat melewati plasenta.
IgG merupakan 90 % dari antibody serum janin yang berasal dari ibu. IgM
terutama berasal dari janin sehingga dapat digunakan untuk menentukan adanya
infeksi intrauterine .
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB VI
Mikrobiologi Dasar

1. SEJARAH MIKROBIOLOGI

Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Mikros = kecil, Bios = hidup, dan Logos = ilmu.
Secara definitif mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil
(diameter kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu
peralatan khusus.
Untuk pertama kalinya organisme tersebut dilihat dan digambarkan kurang lebih 300 tahun
yang lalu. Namun demikian, baru pada tahun 1870-an peranannya sebagai penyebab penyakit
menjadi dimengerti dan diterima. Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan
beragam, dan terdapat hampir di mana-mana di alam ini. Mikroorganisme juga merupakan bentuk
kehidupan yang tersebar paling luas dan terdapat paling banyak di planet ini. Mereka terdapat di
aliran air, danau, sungai, dan laut. Mereka terdapat pada permukaan tubuh kita dan di dalam mulut,
hidung, dan rongga¬rongga tubuh lainnya. Mikroorganisme paling banyak terdapat di
tempat¬tempat yang mengandung nutrient, kelembaban, dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakannya.
Di antara mikroorganisme tersebut ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi
banyak pula yang merugikan yaitu yang dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Mikrobiologi mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik, seperti di mana adanya, ciri-
cirinya, kekerabatan antara sesamanya juga dengan kelompok organisme lainnya.
Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virology, mikologi
dan parasitologi. Dalam Mikrobiologi kedokteran, dipelajari mikroorganisme yang ada kaitannya
dengan penyakit (infeksi) dan dicari jalan pencegahan, penanggulangan serta pemberantasannya.
Mikroba di alam secara umum berperanan sebagai:
 Jasad produsen menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik dengan energi
sinar matahari. Mikroba yang berperanan sebagai produsen adalah algae dan
bakteri fotosintetik.
 Jasad konsumen menggunakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen.
Contoh mikroba konsumen adalah protozoa.
 Jasad redusen menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup yang mati
menjadi unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan organik), sehingga di alam terjadi
siklus unsur-unsur kimia.Contoh mikroba redusen adalah bakteri dan jamur
(fungi).

Sel mikroba yang ukurannya sangat kecil ini merupakan satuan struktur biologi.Banyak
mikroba yang terdiri dari satu sel saja (uniseluler), sehingga semua tugas kehidupannya dibebankan
pada sel itu. Mikroba ada yang mempunyai banyak sel (multiseluler).
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Pada jasad multiseluler umumnya sudah terdapat pembagian tugas diantara sel atau
kelompok selnya, walaupun organisasi selnya belum sempurna. Setelah ditemukan mikroskop
elektron, dapat dilihat struktur halus di dalam sel hidup, sehingga diketahui menurut perkembangan
selnya terdapat dua tipe jasad, yaitu:
1. Prokariota (jasad prokariotik/ primitif), yaitu jasad yang perkembangan selnya belum
sempurna.
2. Eukariota (jasad eukariotik), yaitu jasad yang perkembangan selnya telah sempurna.

1.1 Mikroskop dan Penemuan Dunia Mikroorganisme

Mikroskop adalah alat optik yang dapat digunakan untuk melihat atau mengamati
benda-benda yang memiliki ukuran sangat kecil. Mikroskop pertama kali ditemukan pada
tahun 1590 oleh Zacharias Jansen. Melalui penemuan mikroskop ini, setiap orang dapat
melihat benda-benda yang berukuran sangat kecil. Seiring dengan kemajuan ilmu
teknologi, pada tahun 1665 seorang ilmuwan dari Inggris bernama Robert Hooke
merancang mikroskop majemuk dan memiliki sumber cahaya sendiri. Mikroskop
rancangan Robert Hooke memiliki kemampuan perbesaran benda hingga 30 kali. Melalui
mikroskop buatannya sendiri, Robert Hooke dapat menemukan sel pada kayu gabus yang
diamatinya.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Pada waktu yang hampir bersamaan, yaitu tahun 1668 sampai tahun 1677, seorang
ilmuan Belanda bernama Antonie Van Leeuwenhoek mengembangkan mikroskop lensa
tunggal dengan kekuatan perbesaran objek hingga 270 kali lebih besar dari ukuran
sebenarnya. Antonie Van Leeuwenhoek berhasil mengamati sel darah merah, ragi, bakteri
dan protozoa melalui mikroskop rancangannya. Berkat hasil temuannya, tanpa disadari
Van Leeuwenhoek menjadi orang pertama yang berhasil melihat bakteri.

Antoni van Leeuwenhoek (1632-1723) dari Belanda merupakan orang yang pertama
melaporkan pengamatannya dengan keterangan dan gambar-gambar yang teliti. Selama
hidupnya ia telah membuat lebih dari 250 mikroskop berlensa tunggal dengan kekuatan
pembesaran 200 – 300 kali.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Pada tanggal 9 Juni 1675, Leeuwenhoek menulis dalam buku hariannya,


“mengumpulkan air hujan dalam cawan”, dan pada tanggal 10 Juni ia melanjutkan,
“Sambil mengamati air tersebut aku berkhayal bahwa aku menemukan makhluk-makhluk
hidup, tetapi karena amat sedikitnya serta tidak terdapati dengan mudah, maka hal ini tak
dapat kuterima sebagai hal yang benar”. Keesokan harinya kembali melakukan
pengamatan dan mencatat, “Tak ada pikiran padaku bahwa akan tampak makhluk hidup,
tetapi setelah kuamati maka dengan penuh kagum aku melihat seribu makhluk hidup dalam
setetes air. Makhluk hidup itu merupakan jenis terkecil yang pernah kulihat sampai kini”.
Pada tanggal 17 September 1683, Leeuwenhoek mengamati bakteri dalam suspensi tartar
yang dikoreknya dari sela-sela giginya. Ia membuat sketsa sel bakteri dengan bentuk bulat
(kokus), batang (basilus), dan spiral (spirilum).

1.2 Teori Abiogenesis dan Teori Biogenesis

Teori Abiogenesis (Generatio Spontanea)


Berdasarkan penemuan dari Leeuwenhoek tersebut, pada masa itu mereka
menganggap bahwa jasad renik (makhluk hidup) berasal dari bahan mati yang mengalami
penghancuran. Teori ini dikenal dengan Generatio Spontanea atau abiogenesis, yaitu
kehidupan berasal dari benda mati. Teori ini dicetuskan oleh bangsa Yunani Kuno dan
bertahan untuk beberapa lama.

Teori Abiogenesis (generatio spontanea) tidak mempunyai pelopor, tetapi mempunyai


penganut antara lain Aristoteles (300 SM) dan Needham (1745).
Pada tahun 1749, John Needham salah satu pendukung abiogenesis melakukan percobaan
dengan memasak daging yang terdapat mikroorganisme. Ia berkesimpulan bahwa jasad-
jasad renik tersebut berasal dari daging (benda mati).

Kegagalan Teori Abiogenesis dan Lahirnya Teori Biogenesis

Beberapa tokoh yang menolak teori Abiogenesis adalah :


a. Lazaro Spallanzani (1729 – 1799),
Pada tahun 1765, seorang biologiwan bernama Lazzaro Spallanzani, melakukan
percobaan yang berlawan dengan teori Needham. Spallanzani menyatakan bahwa
Needham tidak merebus tabung cukup lama sampai semua organisme terbunuh,
dan Needham tidak menutup leher tabung dengan rapat sekali sehingga masih ada
organisme yang masuk dan tumbuh. Dari percobaan yang dilakukannya
Spallanzani menyimpulkan timbulnya suatu kehidupan hanya mungkin jika telah
ada suatu bentuk kehidupan sebelumnya. Mikroorganisme yang tumbuh dalam
kaldu percobaannya timbul karena adanya mikroorganisme yang telah lebih dulu
tersebar di udara.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Percobaan Lazaro Spallanzani


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

b. Franz Schulze (1815 – 1873) mengalirkan udara melewati larutan asam pekat ke dalam
labu kaldu daging yang dididihkan. Maka dalam labu tersebut tidak terdapat
mikroorganisme karena terbunuh oleh larutan asam tersebut.
c. Theodor Schwann (1810 – 1882) melewatkan udara melalui tabung yang membara ke
dalam labu berisi kaldu daging yang dididihkan. Maka di dalam labu tersebut tidak
terdapat mikroba karena terbunuh oleh panas yang luar biasa.
d. Schroder dan von Dusch (1850) melakukan percobaan dengan melewatkan udara melalui
tabung berisi kapas ke dalam labu berisi kaldu yang sebelumnya dipanaskan. Mikroba
disaring ke luar dari udara oleh serat-serat kapas dan dengan demikian dicegah masuk ke
dalam labu. Maka tidak terdapat mikroba yang tumbuh dalam kaldu tersebut.
e. John Tyndall (1870) menciptakan sebuah kotak bebas debu dan menempatkan tabung-
tabung berisi kaldu steril di dalamnya. Selama udara dalam kotak itu bebas debu, maka
selam itu pula kaldu dalam tabung tetap steril. partikel-partikel debu mengendap dan
tertahan pada tabung berleher angsa yang menuju ke dalam kotak. Inilah bukti bahwa
mikroba terbawa oleh partikel-partikel debu.
f. Louis Pasteur (1822 – 1895)
Louis Pasteur pada tahun 1864 melakukan percobaan menggunakan tabung
berleher angsa. Pasteur sendiri meyakini bahwa sebuah sel pasti berasal dari sel
lainnya. Dalam percobaannya menggunakan tabung berleher angsa, Pasteur
merebus kaldu hingga mendidih kemudian mendiamkannya. Pada prinsipnya udara
mampu masuk kedalam tabung, namun partikel debu akan menempel pada
lengkungan leher tabung. Setelah sekian lama ternyata tidak ada bakteri yang
tumbuh. Namun setelah Pasteur memiringkan tabung leher angsa tersebut air kaldu
ditumbuhi oleh mikroba. Hal ini membuktikan bahwa kehidupan juga berasal dari
kehidupan sebelumnya.
Setelah ditumbangkannya teori abiogenesis oleh Louis Pasteur, maka
berkembanglah teori biogenesis yang terkenal dengan pernyataannya " omne vivum
ex ovo, omne ovum ex vivo" yang artinya kehidupan berasal dari telur, dan telur
berasal dari kehidupan.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Louis Pasteur
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1.2 Teori Nutfah Fermentasi

Semenjak jaman purbakala telah banyak dilakukan pembuatan makanan dan


minuman yang merupakan hasil fermentasi jasad renik, seperti minuman anggur di Yunani,
pembuatan bir di Mesopotamia, bir beras/nasi di Cina, kecap dari kacang di Jepang dan
Cina, susu yang difermentasikan di Balkan dan minuman alkohol (koumiss) dari susu unta
yang diragikan di Asia Tengah.
Pada jaman dahulu, orang memperbaiki mutu produk-produk fermentasinya dengan
mencoba-coba. Setelah Pasteur menelaah peranan mikroorganisme dalam fermentasi pada
pembuatan anggur maka orang menjadi mengerti bahwa mikroorganisme yang
menyebabkan terjadinya fermentasi.

Untuk mencapai hasil yang baik, maka mikroba yang sudah ada dalam sari buah
harus dihilangkan dan fermentasi yang baru dimulai dengan Biakan, yaitu suatu
pertumbuhan mikroorganisme yang diambil dari tong anggur yang dinilai baik. Pasteur
menyarankan agar menghilangkan tipe¬tipe mikroba yang tidak diinginkan itu dengan
pemanasan dengan suhu 62,80C selama setengah jam. Hal ini disebut dengan pasteurisasi
yang digunakan secara meluas pada industri fermentasi.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1.4 Teori Nutfah Penyakit

 Fracastoro dari Verona (1546) menyatakan bahwa penyakit dapat disebabkan oleh jasad
renik yang terlalu kecil untuk dapat dilihat yang ditularkan dari seseorang ke orang lain.
 Von Plenciz dari Vienna (1762) berpendapat bahwa bukan hanya makhluk hidup saja yang
dapat menyebabkan penyakit, tetapi juga berbagai jasad renik menimbulkan bermacam-
macam penyakit. Konsep parasitisme, yaitu adanya organisme yang hidup pada atau di
dalam organisme lain dengan mengambil nutrient dari padanya.
 Oliver Wendell Holmes (1843) seorang fisikawan dan sastrawan menyatakan bahwa
demam nifas itu (demam yang timbul ketika baru melahirkan) yang sering fatal, menular
dan boleh jadi disebabkan oleh mikroorganisme yang dibawa oleh bidan dan dokter, dari
ibu yang satu kepada yang lain.
 Ignaz Philip Semmelweis (1840) ahli fisika Hongaria mempelopori penggunaan prosedur
obstetric (kebidanan) yang dapat mengurangi kemungkinan infeksi yang disebabkan jasad-
jasad renik.
 Edward Jenner (1749-1823) menyusun suatu konsep tentang vaksinasi dan berhasil
membangkitkan/menimbulkan kekebalan pada orang-orang terhadap cacar (smallpox)
dengan jalan memvaksinasinya memakai cacar sapi (cowpox).
 Louis Pasteur (1877) menangani masalah antraks, penyakit pada sapi, domba dan
terkadang manusia. Setelah mengamati penyebab penyakit itu darid arah hewan yang mati
karena penyakit tersebut, maka ia manumbuhkannya dalam labu-labu di laboratorium.
 Robert Koch (1870-an) dari Jerman, juga menangani masalah antraks. Ia mengisolasi
bakteri bentuk batang dengan ujungnya agak persegi (basilus) dari darah biri-biri yang mati
karena antraks. Ia berhasil mengasingkan kuman antraks dalam bentuk biakan murni (pure
culture) dengan mempergunakan medium, dan membuktikan bahwa kuman tersebut dapat
menimbulkan penyakit yang sama bila dimasukkan ke dalam tubuh binatang percobaan.

Berdasarkan penemuan tersebut lahirlah Postulat Koch, yaitu:


1) Mikroorganisme tertentu selalu dapat dijumpai berasosiasi
dengan penyakit tertentu.
2) Mikroorganisme itu dapat diisolasi dan ditumbuhkan menjadi biakan murni di
laboratorium.
3) Biakan murni mikroorganisme tersebut harus mampu
menimbulkan penyakit yang sama pada binatang percobaan.
4) Penggunaan prosedur laboratorium memungkinkan diperolehnya kembali
mikroorganisme yang disuntikan itu dari hewan yang dengan sengaja diinfeksi dalam
percobaan.
Kemudian Koch menemukan bakteri yang menimbulkan tuberculosis dan kolera.
Pada tahun 1900, semua jenis mikroorganisme penyebab pelbagai penyakit penting telah
dapat diketahui seperti Bacillus anthracis, Corynebacterium diptheriae, Salmanolla
typhosa, Neisseria gonorrhoeae, Clostridium perfringens, Clostridium tetani, Shigella
dysentriae, Treponema pallidum dan lain-lain.

2. Aplikasi Dalam Bidang Kebidanan


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Semenjak dipastikannya bahwa jasad renik merupakan penyebab penyakit tertentu,


banyak perhatian ditujukan kepada pengembangan cara-cara untuk pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit tersebut. Penyebab etiologis (agen kausatif) untuk sebagian
besar penyakit bacterial yang dikenal masa kini ditemukan secara berturut-turut dalam
waktu singkat antara tahun 1876 dan 1898.
Aplikasi mikrobiologi dalam bidang kesehatan terdiri atas ilmu pengobatan, yaitu
etiologi dan diagnosis penyakit menular, dan kesehatan masyarakat, yaitu cara-cara
pengendalian timbulnya dan tersebarnya penyakit.
Metode pencegahan dan pengobatan untuk memberantas penyakit karena
mikroorganisme meliputi imunisasi (missal vaksinasi), antisepsis (cara-cara untuk
meniadakan atau mengurangi kemungkinan infeksi), kemoterapi (perawatan pasien dengan
bahan kimia), dan cara-cara kesehatan masyarakat (missal pemurnian air, pembuangan
limbah, dan pengawetan makanan). Untuk lebih jelasnya akan di bahas dalam bab
tersendiri.

2.1 Imunisasi

Sekitar 1880 Pasteur mengisolasi bakteri yang menjadi penyebab kolera ayam dan
menumbuhkannya pada biakan murni dengan menggunakan teknik-teknik dasar yang
dikemukakan Koch. Ia melakukan percobaan demonstrasi di depan masyarakat mengenai
prinsip imunisasi pada dua kelompok ayam. Mula-mula ayam-ayam diinokulasi dengan
biakan bakteri kolera berumur beberapa minggu dan ayam-ayam ini tetap sehat. Beberapa
minggu kemudian Pasteur menginokulasi ayam-ayam tersebut dengan biakan segar bakteri
kolera ayam. Biakan virulen yang segar ini tidak membuat ayam-ayam itu sakit, tetapi
membunuh ayam-ayam yang belum diinokulasi dengan biakan yang teratenuasi (kurang
virulen) sebelumnya.
Percobaan ini menunjukkan bahwa biakan ‘tua’ bakteri kolera ayam, sekalipun
tidak mampu menimbulkan penyakit, dapat menyebabkan ayam-ayam itu menghasilkan
substansi pelindung yang disebut antibodi di dalam darahnya.

2.2 Fagositosis

Dalam waktu yang bersamaan, Elie Metchnikoff (1845 – 1916) yang bekerja di
laboratorium Pasteur, mengamati bahwa leukosit, semacam sel dalam darah manusia dapat
memakan bakteri penyebab penyakit yang ada dalam tubuh. pelindung terhadap infeksi ini
dinamakan fagosit atau “pemakan sel” dan prosesnya disebut fagositosis. Dari pengamatan
ini Metchnikoff membuat hipotesis bahwa fagosit merupakan barisan pertahanan pertama
yang penting bagi si penderita terhadap mikroorganisme yang menyerbu tubuhnya.

2.3 Antisepsis

Sepsis berarti infeksi; antisepsis berkenaan dengan cara-cara pemberantasan atau


pencegahan infeksi. Dalam tahun 1864 seorang ahli bedah Inggris, Joseph Lister (1 827-
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1912) mencatat 45% dari pasiennya meninggal setelah pembedahan. Kemudian ia mencari
cara untuk mencegah angka kematian akibat pembedahan yang terinfeksi mikroba, maka
Lister menggunakan larutan encer asam karbolat (fenol) untuk merendam perlengkapan
SSbedah dan menyemprot ruang bedah.
Kemudian luka dan torehan yang dilindungi dengan cara ini jarang terjadi kena infeksi dan
dengan cepat menjadi sembuh. Sekarang banyak sekali macam zat kimia, seperti alkohol
dan larutan iodium, dan teknik fisik seperti saringan udara dan lampu ultraviolet germisidal
yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroba di kamar bedah dan kamar anak-anak
untuk merawat bayi yang prematur.

2.4 Kemoterapi

Paul Ehrlich (1845-1915) ahli fisika Jerman mengembangkan bahan¬bahan kimia


yang dapat membunuh mikroba tanpa merugikan si penderita.
Gerhard Domagk (1930) seorang ilmuwan Jerman menemukan sekelompok senyawa
sulfonamide (obat sulfa) efektif untuk pengobatan beberapa infeksi oleh bakteri.
Pada tahun 1929, Alexander Fleming seorang bekteriologiwan Skotlandia
melaporkan hasil penelitiannya tentang suatu substansi yang dihasilkan jamur Penicillium
notatum yang menghambat pertumbuhan bakteri pada medium biakan laboratorium.
Penisilin adalah antibiotik, suatu substansi yang dihasilkan oleh satu mikroorganisme yang
dalam jumlah yang sangat kecil dapat menghambat pertumbuhan jasad renik lain.
Penemuan penisilin membuka jalan bagi penemuan dan produksi komersial berbagai
antibiotik lain.

Cabang-cabang mikrobiologi:
1. Mikrobiologi kedokteran
2. Mikrobiologi industri
3. Mikrobiologi tanah
4. Mikrobiologi makanan

Mikobiologi kedokteran mempelajari pokok-pokok, antaralain:


a. Parasitologi yang mempelajari parasit penyebab penyakit pada manusia.
b. Mikologi yang mempelajari jamur penyebab penyakit pada manusa
c. Imunologi yang memepelajari mekanisme perkembangan timbulnya kekebalan tubuh
terhadap penyakit infeksi.
d. Bakteriologi yang mempelajari tentang bakteri
e. Genetika yang mempelajari tentang hereditas dan variasi
f. Virologi yang mempelajaritentang visrus

Ruang lingkup mikrobiologi:


1. Diagnostik, meliputi isolasi dan identifikasi organisme penyebab kelainan-kelainan
patologis. Dapat juga menegakkan diagnosis demam tifoid dengan uji widal.
2. Progonosis penyakit misalya titer uji widal yang meninggi yang menyatakan
adanyapenyakit yang aktif dan pengobatan yang tidak efektif. Turunnya titer menyatakan
pengobatan yang efektif dan menyembuhkan penyakit tersebut.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

3. Pedoman dalam pengobatan misalnya dengan membiakan organime secara murni dan
melakukan uji kepekaanterhadap antibiotik, kita dapat menunjukkan obat yang efektif
untuk pengobatan suatu infeksi tertetu.
4. Sumber infeksi misalnya pada suatu “ledakan”penyakit infeksi kita dapat mencari sumber
infeksinya.

TAKSONOMI NOMENKELATUR

Untuk memahami setiap kelompok organisme perlu dilakukan pengklasifikasian.


Klasifikasi, tata nama, dan identifikasi adalah tiga hal yang berbeda tetapi saling
berhubungan dalam taksonomi. Klasifikasi dapat didefinisikan sebagai penyusunan
organisme ke dalam kelompok taksonomik berdasarkan kemiripan atau hubungannya.
Klasifikasi organisme prokariotik seperti bakteri memerlukan pengetahuan yang didapat
melalui eksperimen seperti juga teknik observasi, karena sifat-sifat biokimia, fisiologi,
genetic, dan morfologi sering kali sesuai untuk deskripsi yang akurat dari takson.

SEJARAH KLASIFIKASI

 Aristoteles (384 – 322 SM), mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua


kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba,
semak dan pohon. Sedangkan hewan digolongkan menjadi vertebrata dan
avertebrata.
 John Ray (1627 – 1708), merintis pengelompokkan makhluk hidup kearah grup-
grup kecil. Ia telah melahirkan konsep tentang jenis dan spesies.
 Carolus Linnaeus (1707 – 1778), mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan
pada kesamaan struktur. Ia juga mengenalkan pada system tata nama makhluk
hidup yang dikenal dengan binomial nomenklatur. Karena itu Carolus linneaus
dikenal sebagaibapak Taksonomi dunia
 R.H Whittaker pada tahun 1969 mengelompokkan makhluk hidup menjadi 5
(lima) kingdom / kerajaan, yaitu : Monera, Protista, Fungi, Plantae dan Animalia

1. Monera (bakteri dan ganggang biru)


Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Monera memiliki sel prokariotik.
Kelompok ini terdiri dari bakteri dan ganggang hijau biru (Cyanobacteria)
2. Protista (ganggang dan protozoa)
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista rnemiliki sel eukariotik. Protista
memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi.
Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari
Protista menyerupai hewan (Protozoa) dan Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), dan
Protista menyerupai jamur.
3. Fungi (jamur)
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara
makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga
hidupnya bersifatparasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur,
kecuali jamur lendir (Myxomycota)dan jamur air (Oomycpta).

4. Plantae (tumbuhan)
Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat
membuat makanannya sendiri (bersifat autotrof). Kelompok ini terdiri dari tumbuhan
lumut, tumbuhan paku, tumbuhan berbiji terbuka, dan tumbuhan berbiji tertutup

5. Animalia (hewan)
Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel .yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri
sehingga bersifatheterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak
bertulang belakang (invertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).

TINGKATAN TAKSON
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok
besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sehingga
pada akhirnya terbentuk kelompok-kelompok terkecil yang beranggotakan satu jenis
makhluk hidup.
Tingkatan-tingkatan pengelompokan itu disebut takson, ilmunya Taksonomi.

Semakin tinggi tingkat taksonnya :

 Anggotanya semakin banyak


 Tingkat persamaannya semakin kecil
 Detil pengelompokkannya semakin sederhana
 Perbedaannya semakin banyak karena tuntutan kesamaannya sedikit
 Tingkat kekerabatannya semakin jauh

Sebaliknya tingkat takson semakin rendah sifat-sifatnya kebalikan dari yang disebutkan di
atas.Tingkatan Takson :
 Dunia/Kerajaan
 Divisio (untuk hewan) atau Filum (untuk tumbuhan)
 Kelas
 Ordo
 Suku
 Genus/Marga
 Spesies/Jenis
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1. Kingdom
Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi makhluk hidup. Kebanyakan ahli Biologi
sependapat bahwa makhluk hidup di dunia ni dikelompokkan menjadi 5 kingdom
(diusulkan oleh Robert Whittaker tahun 1969). Kelima kingdom tersebut antara lain :
Monera, Proista, Fungi, Plantae, dan Animalia.

2. Filum/Divisio(keluargabesar)
Nama filum digunakan pada dunia hewan, dan nama division digunakan pada tumbuhan.
Filum atau division terdiri atas organism-organisme yang memiliki satu atau dua
persamaan ciri. Nama filum tidak memiliki akhiran yang khas sedangkan nama division
umumnya memiliki akhiran khas, antara lain phyta dan mycota.

3. Kelas(clasic)
Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari filum atau divisio

4. Ordo (bangsa)
Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia tumbuhan, nama ordo umumnya diberi
akhiran ales.

5. Famili
Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama famili tumbuhan biasanya diberi
akhiran aceae, sedangkan untuk hewan biasanya diberi nama idea. Dalam penyebutan
indonesia nama suku selalu diulang penyebutannya : kacang-kacangan , angrek-anggrekan
, jahe-jahean.

6. Genus (Marga)
Genus adalah takson yang lebih rendah dariada famili. Nama genus terdiri atas satu kata,
huruf pertama ditulis dengan huruf kapital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis dengan
huruf miring atau dibedakan dari huruf lainnya.

7. Species (Jenis)
Species adalah takson yang terendah. Spesies adalah suatu kelompok organisme yang
dapat melakukan perkawinan antar sesamanya untuk menghasilkan keturunan yang fertil
(subur) aturan penulisannya disebut binomial nomenklatur.

TATA NAMA BINOMIAL NOMENKLATUR

Untuk memudahkan komunikasi, makhluk hidup harus diberikan nama yang unik
dan dikenal di seluruh dunia. Berdasarkan kesepakatan internasional, digunakanlah metode
binomial nomenklatur. Metode binominal nomenklatur artinya tata nama ganda.
Disebut tata nama ganda karena pemberian nama jenis makhluk hidup selalu
menggunakan dua kata (nama genus dan species).
Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut :
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1. Nama species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata
kedua merupakan penunjuk spesies (epitheton specificum)

2. Huruf pertama nama genus ditulis huruf kapital, sedangkan huruf pertama penunjuk
spesies/jenis digunakan huruf kecil
3. Nama species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
4. Nama species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa miring, garis
bawah, atau lainnya)
5. Jika nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan
berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
6. Jika nama species hewan terdiri atas tiga kata, kata ke tiga tersebut bukan nama
species, melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah
species
7. Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut, misalnya jagung
(Zea Mays L.). huruf L tersebut merupakan inisial Linnaeus.

CONTOH KLASIFIKASI
Jenjang Contoh
Dunia (Kingdom) Tumbuhan (Plantae)
Divisi (Divisio) Protophyta
Kelas (Classis) Schizomycetes
Ordo (Ordo) Eubacteriales
Famili (Famillia) Enterobacteriaceae
Genus (Genus) Escherichia
Spesies (Speciess) Coli

o Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


o Subkingdom : Tracheophyta (Tumbuhan berpembuluh)
o Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
o Sub Divisio : Antophyta (Tumbuhan berbunga)
o Classis : Dicotyledoneae (berkeping biji dua / dikotil)
o Sub Classis : Asteridae
o Ordo : Gentianales
o Family : Apocynaceae
o Genus : Adenium
o Species : Adenium obesum (Forssk.) Roem. & Schult )
o Daerah : kembang kamboja ( Sembojo jawa)

Tatanama (nomenklatur) adalah penamaan suatu organisme melalui aturan


internasional menurut ciri khasnya.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Identifikasi merujuk pada penggunaan praktis skema klasifikasi:


1. Untuk mengisolasi dan membedakan organisme yang diinginkan dari organisme yang
tidak diinginkan,
2. Membuktikan keaslian atau sifat-sifat khusus suatu biakan atau dalam situasi klinik,
3. Untuk mengisolasi dan mengidentifikasi organisme penyebab suatu penyakit.

Untuk menyebutkan nama suatu bakteri, seperti pada organisme lainnya yakni dengan
menggunakan sistem “dua nama” atau binomenklatur. Artinya nama genus diikuti dengan
spesies. huruf pertama dari nama genus ditulis dengan huruf besar, sedangkan nama
keterangan spesiesnya ditulis dengan huruf kecil.

MORFOLOGI DAN STRUKTUR FLORA NORMAL

Flora normal merupakan sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan
selaput lendir/mukosa manusia sehat maupun sakit. Pertumbuhan flora normal pada bagian
tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, nutrisi, dan adanya zat penghambat.
Keadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu mempunyai peranan penting dalam
pertahanan tubuh karena menghasilkan suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang lain. . Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia
adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan
pada orang sehat.

Flora Normal di Mulut


Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam
mikroorganisme ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau
minuman. Namun tidak semua mikroorganisme tersebut bersifat patogen (berbahaya). Di
dalam rongga mulut, mikroorganisme yang masuk akan dinetralkan oleh zat anti bakteri
yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan bakteri flora normal.
Adanya flora normal pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan. Dalam
kondisi tertentu flora normal dapat menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan
substrat atau berpindah dari habitat yang semestinya. Gigi merupakan tempat
menempelnya bakteri.

Ada 2 macam bakteri yang menetap di gigi dan merupakan penyebab


kerusakangigi(karies)yaitu: Strepcoccussanguinis dan Streptococcus mutan, yang
menghasilkan polisakarida ekstra seluler (dekstran) sebagai perekat bakteri pada
permukaan gigi yang disebut Plak (Plague). Flora normal lainnya yang ada didalam
rongga mulut terdiri dari S. Viridans. Staphylococcus sp dan Lactobacillus sp.
Dalam keadaan tertentu lain, bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena
adanya pengaruh dari faktor predisposisi, yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa
makanan dalam rongga mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang
terbentuk menempel pada (bagian terluar dari gigi) menyebabkan demineralisasi
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

(pengikisan) yang berakibat terjadinya karies gigi. Bakteri flora normal mulut bisa masuk
aliran darah melalui gigi yang berlubang atau karies gigi dan gusi yang berdarah sehingga
terjadi bakteremia (adanya bakteri di dalam darah).
Salah satu flora normal lain yang dapat dijumpai di rongga mulut yaitu
jamur Candida.Bila terjadi gangguan dalam rongga mulut maka jamur Candida bisa
menjadi pathogen sehingga terjadilah Candidiasis oral. Candidiasis oral dapat disebabkan
oleh banyak faktor seperti penggunaan gigi tiruan, xerostomia (sindrom mulut kering),
penyakit defisiensi imun seperti HIV/AIDS, merokok, terapi kanker serta penggunaan
obat-obatan yaitu antibiotik dan steroid jangka panjang.

Flora Normal di Orafaring (oropharinx)


Orafaring yaitu bagian belakang mulut yang juga banyak dihuni sejumlah besar
bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi streptokokus
hemolitik (Streptokokus viridians) yang merupakan penghuni asli dari orofaring

Flora Normal di Perut


Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di
dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi
segera menurun kembali dengan disekresikannya getah lambung dan pH zat alir
perut pun menurun .

Flora Normal di Usus Kecil


Pada usus kecil bagian atas (usus dua belas jari) mengandung beberapa bakteri,
yaitu kokus dan basilus gram positif. Khamir Candida albicans dapat juga di jumpai pada
bagian usus kecil ini.

Flora Normal di Usus Besar


Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi
mikrobe yang terbanyak. banyak sekali populasi mikroba Basilus gram negatif anaerobik
yang ada meliputi spesies Bacteroides (B. fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan
Fusobacterium. Basilus gram positif diwakili oleh spesies-spesiesClostridium (serta
spesies-spesies Lactobacillus.

Morfologi bakteri
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Bakteri merupakan organisme bersel tunggal yang hidup bebas tanpa klorofil dan
memiliki baik DNA maupun RNA. Mereka mampu menunjukan semua proses-proses
dasar kehidupan misalnya tumbuh, metabolisme dan perkembangbiakkan. Dinding selnya
kaku dan mengandung asammuramat. Mula-mula digolongkan kedalam kelompok
binatang atau tumbuh-tumbuhan tetapi ini tidak menguatkan, maka dibentuk golongan
ketiga untuknya yaitu ”PROTISTA”.

1. Bentuk Bakteri
Sel-sel bakteri memiliki beberapa bentuk. Menurut morfologinya bakteri dapat dibedakan
menjadi 3 bentuk utama, yaitu:
a. Bakteri berbentuk bulat (Coccus)
Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus (Coccus), dibedakan menjadi:

1) Monokokus (Monococcus)
bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit
kencing nanah.

2) Diplokokus (Diplococcus)
Bakteri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua, misalnya Diplococcus pneumoniae,
penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru.

3) Streptokokus (Streptococcus)
Bakteri bentuk bbola yang berkelompok memanjang membentuk rantai.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

4) Sarkina (Sarcina)
Bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat sehingga bentuknya mirip kubus.

5) Stafilokokus (Stafilococcus)
Bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk sekelompok sel tidak teratur, sehingga
bentuknya mirip dompolan buah anggur.

b. Bakteri berbentuk Batang (Bacillus)

Bentuk basilus dapat dibedakan atas:


1) Basil tunggal (Monobasil), yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal,
misalnya Salmonella typhi penyebab penyakit tifus.
2) Diplobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.
3) Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk
rantai benang panjang, misalnya Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks.

c. Bakteri berbentuk spiral (Spirillum)


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Bakteri berbentuk melilit atau spiral ada tiga macam bentuk spiral, yaitu sebagai berikut:
1) Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral yang sel tubuhnya kaku,
misalnya Spirillum.
2) Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna, misalnya
Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera.
3) Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur. pada saat
bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.

2. Ukuran Bakteri
Bakteri adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. untuk menyelidiki ukuran bakteri, dalam pemeriksaan mikrobiologis biasanya
digunakan satuan micron (diberi symbol huruf μm), seperti pada pengukuran virus.
Bakteri yang biasa diteliti di laboratorium kebanyakan berukuran antara 0,5 – 2 μm
lebarnya dan 1 – 5 μm panjangnya. Ukuran-ukuran yang menyimpang dari ketentnuan
tersebut banyak pula. Pada dasarnya bakteri yang umurnya 2 sampai 6 jam memiliki
ukuran lebih besar dari pada bakteri yang umurnya lebih dari 24 jam. Dahulu, pengukuran
ini dilakukan dengan jalan membandingkan ukuran butir darah merah, yang pada waktu itu
sudah diketahui besarnya. Sekarang pengukuran yang lebih tepat dilakukan dengan alat
micrometer yang diletakkan pada lensa okuler, dan skala yang terdapat pada micrometer
ini dibandingkan dengan micrometer yang diletakkan pada kaca objektif (stage
micrometer). \

Di samping itu, bidang penglihatan dapat ditaksir dari pembesaran yang diperoleh
dari mikroskop yang digunakan:
Lensa Objektif Perbesaran Diameter bidang penglihatan
Objektif 16 mm (2/3 in) 100 2,10 mm
Objektif 4 mm (1/6 in) 440 0,40 mm
Obejktif rendam minyak 1,8 mm (1/12 in) 950 0,20 mm

Cara mempelajari morfologi kuman


Penting untuk menentukan jenis kuman, untuk tujuan itu beberapa cara akan
diuraikan dibawah ini.
Cara optic
a. Mikroskop cahaya berguna untuk menentukan pergerakan, ukuran dan bentuk serta
susunan kumn. Karena kontrasnya kurang, rincian struktur kuman tidak terlihat.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

b. Mokroskop kontras fase membuat struktur didalam sel lebih jelas karena perbedaan
ketebalan dan indeks biasnya. Perbedaan fase diubah menjadi perbedaan cahaya
sehingga terjadi kontras gelap dan terang pada gambaran yang terlihat.
c. Mikroskop lapangan gelap, disini dipergunakn cahaya samping ( bukan cahaya
langsung seperti pada mikroskop cahaya biasa). Dengan cara ini makamikroorganisme
yang sangat halus seperti spiroketa dapat terlihat dengan jelas.
d. Mikroskop minyak imersi, disinipembesaran lebih kuat karena penggunaan objectiv
minyak imersi mikroskop cahaya biasa sehingga sebagian besar kuman dapat terlihat.
e. Mikroskop elektron disini tidak dipergunakan berkas cahaya biasa seperti pada
mikroskop cahay, teapi menggunakan berkas elektron.
f. Mikroskop interferensi dapatmengungkapkan organel-organel dan juga mampu
mengukur jumlah kandungan zat-zat kimiawi sel, misalnya lipid,protein,asamnukleat
dan lain-lain.
g. Mikroskop polarisasimemungkinkan kita mempelajari struktur intrasel dengan
menggunakan perbedaan daya bias zat-zat yang ada.
h. Autoradiografi sel-sel yang telah menyerap atom-atom radioaktif ditempatkanpada
gelas alas, ditutupi dengan film fotografi,lalu dibiarkan ditempat gelap
untukbeberapawaktu, lalu tampak jejak-jejak sinar radioaktif pada emulasi yang telah
dicuci sebagaitanda tempat-tempat terjadinya disentegrasi radioaktif. Jika sel-selini
diberi label dengan zat-zat radioktif lemah seperti tritium,makajejak-jejak radioaktif ini
cukup untuk menunjukan posisi label radio aktif didalam sel. Cara ini disebut
autoradiografi dan sangat berguna untuk mengikuti replikasi DNA dengan
menggunakan timidin sebagai tanda khasnya.

1. STRUKTUR BAKTERI

Lapisantarluarterdiridariduakomponendidndingsel yang rapuh membrane


sitoplasma/ membrane plasma. Didalamnya terdapat sitoplasma seprti misalnya ribosom,
misosom, granula , vakuola, dan benda inti.
Sel bakteri dapat diliputi oleh lapisan serupa lapisan lender yang mudah lepas atau
tersusun sebagai suatu simpai. Selain itu beberapa bakteri mempunyai struktur tambahan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

lain berupa filament yang menonjol keluar dari permukaan sel yaitu flagel yang berfungsi
sebagai alat penggerak dan frimbria yang diduga sebagai alat untuk merekatkan diri.
Strukturpentingselbakteri yang dapatdilihatdibawahmikroshop electron di
uraikansebagaiberikut:
1. Lapisan lender (kapsul)

 Zat karbohidrat seperti jel disebut lapisan lender bakteri yang mengeluarkan
sejumlah besar lendir, tumbuh membentuk koloni berlendir pada agar-agar
dengan kosistensi yang liar dan membentuk benang jika bersentuh dengan
sengkelit. Lendir mempunyai apinitas yang rendah terhadap zat warna basah
dan tidak begitu kelihatan pada perwarnaan gram.
2. Simpai
 Merupakan sekresi gelatin dari bakteri yang tersusun sebagai selubung tebal di
sekilingi dindingsel yang dikenal sebagai simpai
 Simpai tidak mempunyai afinitas terhadap zat warnadan karenanya tidak
terlihat pada sediaan yang telah di warnai.
 Fungsi :perlindunganterhadapzat-zatperusakmisalnyaenzim-enzimlitik.
 Meningkatkansikapvirulensikuman pathogen dengan cara menghalangi
pagositosis.

3. Dindingsel
Dinding sel bakteri tersusun dari senyawa pepetidoglikan. Peptidoglikan
adalah suatu polimer yang terdiri dari polipeptida pendek.Peptidoglikan
memiliki ketebalan lapisan yang bervariasi dari ketebalan lapisan ini
berpengaruh terhadap respons pewarnaan, yang digunakan dalam
penggolongan bakteri, yaitu bakteri Gram posisitf dan bakteri Gram negatif.
Dinding sel dari pada Eubacteria mengandung peptidoglikan, sedangkan pada
dinding sel Archaebacteria adalah tidak mengandung peptidoglikan.penyusun
dinding sel gram positif adalah polisakarida yang terikat secara kovalen, dan
asam teikoat yang sangat spesifik. Dinding sel bakteri gram negatif hanya
terdiri atas satu lapis rangka dasar murein, dan hanya meliputi +10% dari berat
kering dinding sel. Murein hanya mengandung diaminopemelat, dan tidak
mengandung lisin
 Dinding sel merupakan lapisan penyokong terluar yang melindungi struktur
dalam,tebalnyakira-kira 10-25nm.
 Fungsi :melindungistrukturdalam.
 Memberi bentuk sel .
 Menjaga sel agar tidak pecah dalam lingkungan yang memiliki tekanan
osmotik yang lebih rendah (hipotonis)
 Sel bakteri dapat mengalami plasmolisis jika berada pada lingkungan yang
tekanan osmotik lebih tinggi (hipertonis).
 Bakteri akan mati jika berada pada larutan yang pekat misalnya mengandung
banyak garam atau banyak gula.
 Berperan dalam pembelahan sel kuman .
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 Memberi kekebalan terhadap efek buruk lingkungan sekitarnya.

4. Membran Plasma
Membran plasma tersusun dari senyawa fosfolipid dan protein yang bersifat selektif
permeabel (dapat dilewati oleh zat-zat tertentu).
Fungsi Membran Plasma
 Membungkus sitoplasma
 Mengatur pertukaran zat yang berada di dalam sel dengan zat yang ada
diluar sel.
5. Selaput sitoplasma
 Merupakanselaput tipis semipermiable yang terletaktepat di bawahdinding sel.
Lebarnya 5-10nm.
 Fungsi: mengontrolkeluaarmasuknya metabolic daridankedalamprotoplas.
 Berperanpenting dalam penyaluran zat-zat melalui membrane.
 Mengandung beberapa enzim misalnyaenzim-enzim siklus asamtri karboksilat
dan enzim polimerisasi yang membut unsur-unsur dinding
 sel dan struktur extra sel.
 Memberi kekuatan mekanis pada sel bakteri.
6. Sitoplasma
Sitopalasma bakteri merupakan suspense zat-zat organic dan anorganik didalam larutan
yang kental.
Sitoplasma tidak menghambat aliran protoplasma (mobilitas internal) dan tidak
mengandung retikulum indoplasma mitokondria. Cairan ini mengandung ribosom,
mesosom, benda-benda inklusi dan vakuola.
Benda-benda inklusi sitoplasma
a. Butir-butir polutin (granula metakromatik atau babes-ernst) bersifat sangat
repraktif,basopilik, dan terdiri dari polimetaposfat.Cara untuk menunjukan butir-
butir volutin.pewarnaan khusus misal cara albert atau neisser memperlihatkan
butiran-butiran ini secara lebih jelas. Granula ini khas terdapat pada kuman difteri.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Fungsi: diduga menyimpan energi dan fosfat cadangan untuk metabolisme sel.
b. Butiran polisakarida diperlihatkan dengan pewarnaan menggunakan
iodium.Butiran ini merupakan produk simpanan dan dipergunakan sebagai sumber
karbon sintesis protein dan asam nukleat dimulai lagi.
c. Butiran pengoksidasibelerang mengubah kelebihan H2S dari lingkungannya
menjadi butiran unsur belerang intrasel.
d. Benda inklusi lipid juga menggunakan produk simpanan dan dipergunakan dengan
zat warna yang larut dalam lemak seperti hitam sudan.
e. Vakuola merupakan rongga yang berisi cairan yang terpisah dari sitoplasma oleh
sebuah selaput. Fungsi dan keberadaanya tidak jelas.

7. Ribosom: merupakan butir-butir ribonukleoprotein bergaris tengah 10-20 nm dan


koefisien sedimentasinya 70 unit spedbefg. Ribosom 70s tersusun dari 2 unit yg lebih
kecil koefisien sedimentasinya 50s dan 30s.
Fungsi: tempat sintesis protein.
8. Polisom: merupakan sekelompok ribosom bergab ung bersama seperti rantai manik-
manik diikat oleh RNA pesuruh.
9. Mesosom: struktur yang berupa gelembung,lekukan atau berlapis-lapis berbentuk
sebagai pelekukan selaput plasma didalam sitoplasma.lebih menonjol pada bakteri gram
positif.
Fungsi:
1. Tempat enzim pernapasan bakteri.
2. Mengkoordinasi inti dan sitoplasma selama pembelahan biner.
3. Berperan penting dalam pembaginDNA dalam proses polurasi.
10. Intisel
Merupakan benang DNA panjang yang berulir rapat didalam sitoplasma. Intisel
bakteri tidak dikelilingi oleh selaput inti dan bersifat feulgen positif.bentuknya lonjong
atau memanjang, biasanya hanya ada satu untuk satu sel.
11. Flagel
Flagel ialah organel yang berbentuk seperti benang panjang dan berkelok-kelok,
merupakan alat pergerakan pada beberapa kuman.misalnya salmonela. Flagel ini
sangat langsing, diameternya 12-30 nm,berbentuk ulir dan tebalnya sama daripangkal
keujung.flagel bersifat anti genik dan terdiri dari protein yang disebut flagelin. Jumlah
dan susunan flagel bersifat khas pada tiap bakteri.

Susunannya padabadan kuman dapat berupa:


 Monotrikh: satu flagel pada salah satu ujung organisme misalnya vibrio dan
sprilum.
 Ampitrikh: satu flgel pada tiap-tiap ujung kuman, misalnya alcaligenesfaecalis.
 Lopotrik: satu berkas flagel pada salah satu ujung, misalnya pada
pseudomonas.
 Peritrikh: beberapa flagel tersebar pada seluruh permukaan bakteri misalnya
escherichia coli, salmonella. Fungsinya sebagai pergerakan kuman.
12. Fimbria
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Organel seperti rambut, yang lurus, tipis pendek berukuran panjang 0,1-1,5u dan
terbalnya kurang dari 4-8nm. Disebut juga sebagai pili, timbul dari permukaan sel
sebagai benang-benag lurus.
Jenis-jenis pili atau fimbria:
1. Pili biasa
Jumlahnya banyak, ukurannya pendek(1,5u) dantesebar diseluruh badan kuman.
Dianggap sebagialat untuk menempelkan diri pada permukaan sel.
2. Pili F ( fertilitas)
Berkaitan dengan fertilitas dan membantu pada proses konjugasi.ukurannya lebih
panjang (20u) dari pada pili
13. Spora
 Tidak dimiliki semua kuman, hanya kelompok Bacilliaceae-
 Fungsi : pertahanan diri terhadap perubahanlingkungan
 Macam : - sentral- subterminal- terminal

HUBUNGAN KUMAN DENGAN HESPOS DAN LINGKUNGAN

Hubungan kuman dengan hespos

Wujud hespos-kuman ditentukan olehkeseimbangan antara virulensi kuman dan


daya tahan hospes. Virulensi kuman derajat patogenitas yang dinyatakan dengan jumlah
mikroorganisme atau mikrogram toxin yang dibutuhkan untuk membunuh binatang
percobaan dengan syarat-syarat tertentu.patogenesis adalah kemampuan mikroorganisme
untuk menyebabkan penyakit.

Virulensi dipengaruhi oleh:

1. Daya invasi
Daya invasi adalah kemampuan untuk pernetrasi ke jaringan, mengatasi
pertahanan tubuh hospes, berkembangbiak dan menyebar. Daya invasi dipengaruhi
oleh komponen permukaan dan enzim-enzim kuman tertentu yang membantu
penyebaran kuman serta membuatnya resisten terhadap pagositosis.
Komponentersebut antara lain dapat berupa kapsul polisakaridayang dihasilkan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

oleh streptococcus pneunomiae, haemophilus influenzae dan klebsiella


pneunomia,M-protein dari streptococcus pyogenes, dan kapsul polipeptida pada
bacilus anthracis.
Ensim-ensim yang dihasilkan kuman yang membantu penyebaran antaralain
koagulase, fibrinolisin, hyaluronidase, kolagenase, lesitinase dan
deoksiribonuklease.

2. Toksigenitas
Ada dua jenis toksin yang dihasilkan bakteria yaitu endotoksin dan
eksotoksin. Tabel dibawah menunjukan kedua jenis toksin tersebut:
Eksotoksin endotoksin

- Tempat - Dikeluarkan oleh kuman - Sebagai bagian


Produksi hidup. Konsentrasinya integral dari
dalam medium cair dinding sel kuman
sangat tinggi negatif gram
- Struktur Kimia - Polipeptida - Kompleks
lipopolisakarida
- Sifat fisik - Relatif tidak stabil, - Relatif stabil,
dengan pemanasan aktifitas toksin
aktivitas toksin menurun menetap walaupun
dipanaskan
- Sifat - Sangat antigenik, - Tidak menginduksi
Imunologis menghasilkan antitoksin terbentuknya
dalam jumlah banyak antitoksin
- Dapat dibuat toksoid - Tidak dapat dibuat
toksoid
- Toksisitas - Sangat toksik, - Kurang toksik,
menimbulkan kematian dalam dosis besar
meskipun dalam dosis baru menimbulkan
kecil kematian
- Reaksi Badan - Badan tidak memberi - Adanya reaksi
reaksi panas/demam demam

Eksotoksin dihasilkan oleh bakteri positif gram antaralain corynebacterium


diptheriae, clostridium tetani, clostridium botulinum, staphylococus serta bakteri negtif
gram termasuk shigella dysentriae, vibrio cholerae, dan beberpa strain escherichia coli.
Bakteri yang menghsilkan endositoksin antara lain salmonella, shigella, brucella,
neiseria,vibrio cholera,escherichia coli dan pseudomonas aeruginosa.
Bila daya tahan tubuh horpes menurun, organisme yang dalam keadaan biasa tidak patogen
dapat menimbulkan penyakit. Keadaan tersebut dinamakan oprtunisme dan organisme
disebut oportunis.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

HUBUNGAN KUMAN DENGAN LINGKUNGAN

Didalam alam bebas mikroorganisme hidup berkumpul di dalam suatu medium


yang sama, misalnya didalam tanah, air, udara, kotoran hewan, sampah,tumbuhan, hewan
dan manusia. Untuk hidup mikroorganisme akan melakukan interaksi atau hubungan
dengan lingkungannya. Bentuk hubungan mikroorganisme dengan lingkungan dapat dibagi
menjadi dua yaitu hubungan dengan lingkungan Biotik/lingkungan hidup(manusia,
binatang dan mikroba lain) dan Hubungan dengan lingkungan abiotik/Lingkungan tak
hidup/ faktor alam(temperatur, tekanan hidrostatik, tekanan osmotik, pH, cahaya, substansi
an organik seperti air, CO2, O2 , mineral serta substansi organik).
Hubungan kuman dengan lingkungan Biotik meliputi :

1. Bebas Hama
Keadaan dimana kelompok mikroorganisme bebas dari segala macam hubungan
dengan mikroorganisme lainnya.
2. Sintrofisme
Hubungan antara mikroorganisme yang tidak terlalu dekat hubunganya tetapi
keduanya memberikan keuntungan secara timbal balik.
3. Netralisme
Hubungan antara mikroorganisme yang berbeda spesiesnya , tetapi dalam interaksi
kehidupan mereka tidak saling mengganggu/ merugikan dan tidak saling menguntungkan.
Mereka hidup sendiri – sendiri, walaupun hidup dalam medium yang sama.
4. Kompetisi
Hubungan antara mikroorganisme yang bersaing untuk hidup dalam medium yang
sama akibat terbatasnya zat makanan serta energi yang tersedia dalam medium tersebut.
Spesies mikroorganisme yang dapat menyesuaikan diri dengan persaingan tersebut akan
tumbuh dengan subur.
5. Antagonisme
Hubungan antara mikroorganisme yang saling berlawanan. Mikroorganisme satu
dapat mengeluarkan zat atau hasil metabolismenya yang dapat meracuni atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Hubungan ini sering disebut juga sebagai hubungan antibiosis
atau amensalisme.(dasar penemuan zat bioaktif atau antibiotika terhadap mikroorganisme
6. Simbiosis
Hubungan yang dekat antara dua bentuk kehidupan mikroorganisme , yang dapat
berlangsung lama atau sebentar.Terdapat 3 jenis simbiosis yaitu :
a. Mutualisme
Suatu bentuk simbiosis antara dua spesies, dimana masing – masing saling
bekerjasama dan saling menguntungkan.
Contoh :
Simbiosis antara Rhizobium leguminosarum dengan tanaman Leguminosa.
Rhizobium mendapat tempat hidup dalam akar Leguminosa sedangkan
Leguminosa mendapat persenyawaan Nitrogen yang diberikan Rhizobium
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

b. Komensalisme
Suatu bentuk simbiosis antara dua spesies, dimana satu spesies
mendapatkan keuntungan sedangkan spesies lainya tidak dirugikan ataupun
mendapat keuntungan. Spesies yang diuntungkan disebut komensal
sedangkan spesies yang tidak dirugikan dan tidak mendapat keuntungan
disebut Hospes.
Contoh :
Staphylococcus epidermidis yang hidup sebagai komensal pada kulit
manusia.
c. Parasitisme
Suatu bentuk simbiosis antara dua spesies, dimana satu spesies
mendapatkan keuntungan sedangkan spesies lainya tidak dirugikan . Spesies
yang diuntungkan disebut parasit, sedangkan Spesies yang dirugikan
disebut Hospes.
Contoh :
Bakteri, parasit, virus patogen yang hidup didalam tubuh manusia.

7. Predatorisme
Hubungan yang ada antara dua kelompok mikroorganisme yang hidup dengan
memangsa salah satu kelompok mikroorganisme tersebut. Kelompok yang memangsa
kelompok lainnya disebut Predator (pemangsa).
Amoeba dengan bakteri. Amoeba untuk hidup perlu makanan, makanan ini
diperoleh dengan memangsa bakteri tersebut.
Hubungan kuman dengan lingkungan abiotik biasanya berkaitan dengan
lingkungan alam yang sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan mikroorganisme
tersebut.

Beberapa hubungan kuman dengan lingkungan abiotik dijelaskan berikut ini:


1. Suhu
Masing – masing mikroorganisme mempunyai suhu optimum , minimum dan
maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini disebabkan dibawah suhu minimum dan diatas
suhu maksimum aktivitas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan terdenaturasinya enzim mikroorganisme tersebut yang akibatnya
memimbulkan kematian pada mikroorganisme.
Berdasarkan atas kemampuan hidup mikroorganisme dalam kisaran suhu tertentu,
maka mikroorganisme dibagi menjadi 3 group yaitu :
a. Psikrofil
Mikroorganisme yang termasuk dalam group ini bisa tumbuh dalam suhu dingin. Dimana
kisaran suhu minimum untuk pertumbuhannya 0 0C – 5 0C, Suhu Optimum 5 0C – 15 0 C
dan uhu maksimum 15 0C – 20 0C.
b. Mesofil
Mikroorganisme yang termasuk dalam group ini bisa tumbuh dalam suhu kamar atau
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

sedikit dingin. Dimana kisaran suhu minimum untuk pertumbuhannya 10 0C – 20 0C, Suhu
Optimum 20 0C – 40 0 C dan Suhu maksimum 40 0C – 45 0C.
c. Termofil
Mikroorganisme yang termasuk dalam group ini bisa tumbuh dalam suhu Hangat sampai
panas. Dimana kisaran suhu minimum untuk pertumbuhannya 25 0C – 45 0C, Suhu
Optimum 45 0C – 60 0 C dan Suhu maksimum 60 0C – 80 0C.

Ada beberapa ketentuan mengenai pengaruh suhu terhadap kecepatan pertumbuhan sel :
1. Pertumbuhan Mikroorganisme renik terjadi pada suhu dengan kisaran ( antara suhu
minimum dan maksimum ) kira – kira 30 0 C.
2. Kecepatan pertumbuhan Mikroorganisme meningkat lambat dengan kenaikan suhu sampai
sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimum.
3. Di atas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun dengan cepat sesuai dengan
naiknya suhu.

2. pH ( Konsentrasi ion Hidrogen )

Sebagian besar Mikroorganisme memiliki jarak pH optimal yang cukup sempit


untuk pertumbuhannya. Nilai pH medium sangat mempengaruhi pertumbuhan
Mikroorganisme. Pada umumnya Mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 3 -6, dan
kebanyakan bakteri memiliki pH optimum yaitu pH dimana bakteri tersebut dapat tumbuh
baik atau maksimum pada kisaran pH 6.5 – 7.5. Kisaran pH yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan Mikroorganisme tergantung pula dengan spesies Mikroorganismenya.

Berdasarkan atas kemampuan hidup mikroorganisme terhadap pH , maka


mikroorganisme dibagi menjadi 3 group :
1. Neutrofilik
Mikroorganisme yang dapat pada kisaran pH 6.0 – 8.0, dan tumbuh optimum atau
maksimum pada pH netral ( pH 7.0 – 7.5 ).
2. . Asidofilik
Mikroorganisme yang dapat hidup pada kisaran pH 1.0 – 6.5, dan tumbuh optimal pada
pH 5.0.
3. Alkalofilik
Mikroorganisme yang dapat hidup pada kisaran pH 9.0 – 11.0, dan tumbuh optimal pada
pH 9.5.

3. Tersedianya air dan Kelembaban Udara relatif ( Rh )


Mikroorganisme memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena
itu pertumbuhan jasad renik pada makanan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang
tersedia.Tidak semua air yang terdapat dalam bahan pangan dapat digunakan oleh jasad
renik, yaitu pada kondisi :
a. Adanya solut dan ion dapat mengikat air di dalam larutan. Misalnya gula dan
garam dalam konsentrasi tinggi akan mengikat air dari bahan pangan, bahkan dapat
mengikat air dari dalam sel mikroorganisme jika konsentrasi larutan di luar
sel lebih tinggi daripada di dalamsel.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

b. Koloid Hiodrofilik ( gel ) dapat mengikat air, sebanyak 3 – 4 % agar dapat


menghambat pertumbuhan bakteri di dalam medium.
c. Air dalam bentuk kristal es atau hidrasi tidak dapat digunakan oleh jasad renik.
Tersedianya air di dalam suatu bahan pangan / medium dinyatakan dalam istilah
aw (Aktivitas air).Nilai aw suatu bahan pangan akan mencapai keseimbangan
dengan kelembaban udara relatif ( RH ) dari ruangan disekitar bahan pangan
tersebut. Jika RH ruangan lebih rendah daripada aw-nya, maka bahan pangan akan
mengalami penguapan air dan jika RH ruangan lebih tinggi daripada aw-nya maka
akan terjadi penyerapan air. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Mikroorganisme membutuhkan aw berbeda – beda untuk
pertumbuhanya. Contoh nilai aw bakteri E. coli 0,95. Pseudomonas 0,96,
Enterobacter aerogenes 0.93, kapang seperti Rhizopus 0,995 – 0,98, Penicillium
0,9935 dan Aspergillus 0,98. Pada aw dibawah 0,62 baik bakteri dan kapang
pertumbuhanya akan terhambat.

4. Oksigen.
Konsentrasi oksigen di dalam bahan pangan dan lingkungan mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan kebutuhan akan oksigen untuk pertumbuhanya maka mikroorganisme
dibedakan menjadi 3 group :
a. Aerob
Bakteri yang dapat tumbuh baik bila ada oksigen atau mutlak memerlukan oksigen.
Bakteri ini mempunyai enzim superoksidase dismutase yang memecah oksigen bebas dan
enzim katalase yang memecah hidrogen peroksida sehingga menghasilkan senyawa akhir
berupa air dan oksigen yang tidak beracun bagi bakteri yang bersifat aerob. Dalam
kelompok bakteri aerob terdapat kelompok bakteri yang membutuhkan konsentrasi
oksigen yang sangat rendah yaitu sekitar 5 % bakteri ini bersifat Mikroaerofilik dan
mempunyai enzimHidrogenase yang tidak aktif bila konsentrasi oksigen disekitarnya
tinggi.
b. Anaerob fakultatif .
Bakteri yang dapat hidup dalam keadaan dengan atau tanpa oksigen, walaupun
pertumbuhanya jauh lebih cepat bila ada oksigen.Bakteri ini mempunyai enzim
superoksida dismutase dan enzim peroksidase yang mengkatalis reaksi hidrogen peroksida
dengan senyawa organik yang menghasilkan senyawa organik teroksidasi dan air, produk
akhir ini tidak bersifat racun bagi bakteri fakultatif anaerob.
c. Anaerobik
Bakteri yang mutlak dapat tumbuh bila tidak ada oksigen. Adanya
oksigen bagi bakteri ini dapat menimbulkan kematian karena bakteri inii tidak mempunyai
enzim superoksida dismutase, katalase maupun peroksidase yang akan menguraikan hasil
metabolisme yang bersifat toksik seperti Hidrogen peroksida dan radikal bebas lainnya.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB VII
Sterilisasi dan Desinfeksi
SEJARAH
Beberapa ratus tahun yang lalu, bangsa arab telah mengenal bahwa membakar luka
dengan logam yang membara dapat mencegah infeksi, walaupun penderita akan
memperoleh luka parut untuk selama hidupny. Pada tahun 1537 seorang ahli bedah
Perancis Ambroise Pore mengobati luka tembak dengan pembalut yang dibasahi dengan
kuning telur, terpenting dan lain-lain bahan. Terpenting berfungsi sebagai semacam
pembakar kimis, dan kuning telur akan mensuplai ensim lisosim yang bersifat antibakteri.
Konsep antiseptis kemudian diterapkan oleh Ignatz Semmelweis (1816-1865) dan Joseph
Lister (1827-1912).
Semmelweis melihat bahwa insidens demam puerpuralis dalam sengsal obstetri
yang dikelola oleh dokter lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikelola oleh bidan. Hal
ini disebabkan karena para dokter kurang memperhatikan mencuci tangan mereka. Ia
menganjurkan agar mempergunakan chlorinated line untuk mencuci tangan. Joseph Lister
mempergunakan asam karbol untuk mencegah infeksi akibat pembedahan.

PENGERTIAN STERILISASI
Sterilisasi berasal dari kata steril yang berarti bebas dari kehidupan. Sehingga
sterilisasi berarti membebaskan suatu bahan, alat atau tempat dari organisme hidup yang
bersifat tetap.
Sterilisasasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk
kehidupan mikroba yang di lakukan dirumah sakit melalui proses fisik dan kimiawi.
Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau apatogen
besarta sprora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus
,stoom, panas tinggi, atau bahan kimia. Sterilisasi secara kimia disebut disinfeksi, zat-
zatnya disebut disinfektan,sedangkan disenfektan yang khusus untuk bakteri disebut
bakterisid. Perbedaan pengertian antara antiseptic dan desinfektan,adalah bahwa antiseptic
digunakan untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroba pada jaringan hidup,
sedangkan disenfektan untuk bahan-bahan tidak bernyawa seperti dahak dan sebagainya.
Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin,
H2O), dan radiasi ionisasi.

 Secara umum ada dua cara sterilisasi :


A. Fisik
1. Cahaya matahari
2. Pengeringan
3. Pemanasan kering
4. Pemanasan basah
5. Penyaringan
6. Radiasi
7. Getaran ultrasonik

B. Zat-zat kimia
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1. Asam
2. Basa
3. Garam-garam
4. Halogen
5. Zat-zat pengoksidasi
6. Zat-zat pereduksi
7. Formaldehida
8. Fenol
9. Sabun
10. Zat-zat warna
11. Aerosol dan lain-lain

 Cara-cara fisik :
1. Cahaya matahari:
Mempunyai aktivitas bakterisidal yang cukup baik. Daya kerjanya berdasarkan
adanya sinar ultraviolet. Cara ini merupakan cara sterilisasi alamiah untuk air pada
wadah terbuka, sungai dan danau.
2. Pengeringan:
Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar kuman. Spora tidak
terpengaruh oleh pengeringan, karena itu merupakan cara yang kurang memuaskan.
3. Pemanasan:
Sterilisasi Dengan Cara Pemanasan

Sterilisasi dengan cara pemanasan dapat dilakukan dengan cara pembakaran,


pemanasan kering, pemanasan basah, dan paste rurisasi. Cara-cara sterilisasi pemanasan ini
di uraikan dibawah ini:

a. Pembakaran

Adalah cara sterilisasi yang paling mudah dilakukan dan sangat sederhana.
Tetapi hanya terbatas paada alat-alat yang tahan api, misalnya, sterilisasi alat ose
(yaitu alat untuk menanam bakteri atau kuman). Alat ose ini mesti dibakar supaya
tidak menyebabkan kontaminasi pada biakan, saat digunakan.

b. Pemanasan kering

Cara pemanasan kering dilakukan dengan menggunakan oven yang


suhunya antara 150-160 oC. cara ini memerlukan waktu minimal 1 jam. Cocok
untuk sterilisasi barang-barang yang terbuat dari bahan gelas, alat-alat logam,
bahan powder, minyak dan sebagainya.

c. Pemanasan basah

Pemanasan basah dapat dilakukan dilakukan dengan cara merebus alat atau
bahan yang akan disterilkan.misalnya alat suntik, atau alat-alat lain yang terbuat
dari logam. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasai kirakira 30 menit setelah
mendidih, sedangkan untuk mematikan spora bakteri bias memerlukan waktu
antara 1 sampai 2 jam.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

d. Cara pasteurisasi

Tujuan dari pasteurisasi adalah hanya mematikan kuman vegetative. Misalnya


menstrelilkan susu agar susu tidak rusak dan tidak berubaha rasanya.

faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi pemanasan ialah :


i. Jenis pemanasan
a. Kering
b. Basah
ii. Suhu dan waktu
iii. Jumlah organisme yang ada
iv. Apakah organisme memiliki kemampuan membuat spora
v. Jenis bahan yang mengandung organisme yang harus dibunuh

 Pemanasan kering
Dasar-dasar proses pembunuh kuman dengan pemanasan kering ialah :
1. Denaturasi protein
2. Kerusakan akibat oksidasi
3. Efek toksis akibat kenaikan kadar elektrolit

a. Pemanasan langsung samapai merah:


Digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan logam dengan cara memanggangnya di
atas nyala api sampai berwarna merah, misalnya sengkelit, alat penjepit dari logam
dan lain-lain.
b. Melayangkan di atas nyala api :
Bahan yang disterilkan dilayangkan di atas nyala api tanpa harus menjadi panas
sekali, misalnya mulut tabung biakan kuman, tutup perbenihan dan gelas alas.
c. Pembakaran :
Ini merupakan cara yang baik untuk menghancurkan bahan-bahan yang tidak
dikehendaki dengan cepat, misalnya pembalut yang tercemar tanah, bangkai
binatang, seprei/selimut, bahan-bahan patologis dan lain-lain.
d. Sterilisasi dengan udara panas :
Sterilisasi dengan udara panas memerlukan suhu 160ᵒC selama satu jam. Dapat
mensterilkan semua semperit gelas, lempeng petri, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet,
usapan dari kipas, pisau bedah, gunting, parafin cair, serbuk-serbuk dan lain-lain.

Perhatian untuk penggunaan oven udara panas


1. Harus dilengkapi dengan kipas-kipas untuk menjamin pemerataan udara panas.
2. Tidak boleh terlalu penuh.
3. Harus dibiarkan mendingin selama 2 jam sebelum membuka pintu oven, kalau
tidak barang-barang gelas dapat menjadi pecah.

Kontrol sterilisasi dengan oven udara panas


1. Spora Clostridium tetani jenis yang tidak toksigenik dapat dipergunakan untuk
mengetahui efisien pemanasan kering.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

2. Tabung Browne (beririk hijau) dapat dipakai untuk sterilisasi dengan pemanasan
kering. Warnanya menjadi hijau setelah dipanaskan pada suhu 160ᵒC selama 60
menit.
3. Dapat juga dipergunakan “Thermocouple”.

 Pemanasan basah
Efek mematikan dari pemanasan basah adalah denaturasi dan koagulasi protein.
a. Suhu di bawah 100ᵒC
(i) Pasteurisasi susu : Suhu yang digunakan ialah 63ᵒC selama 30 menit
(cara Holder) atau 72ᵒC selama 15 sampai 20 detik (cara Flash). Kuman
jenis Mycobacterium, Salmonella dan Brucella dapat dimatikan.
Coxiella burnetti lebih tahan terhadap pemanasan, karena itu dapat tetap
hidup pada pasteurisasi cara Holder.
(ii) Penangas vaksin : Dipergunakan untuk membunuh kuman-kuman tak
berspora yang mungkin terdapat di dalam vaksin. Pada penangas vaksin,
vaksin ini dipanaskan dengan pemanasan basah selama satu jam.
(iii) Inspisasi : Pemadatan serum atau telur secara perlahan-lahan dengan
memanaskan pada suhu 80ᵒC di dalam inspisator misalnya untuk serum
miring di dalam tabung, pembenihan Lowenstein Jensen dan lain-lain.
b. Suhu 100ᵒC
(i) Tindalisasi
Cara ini dilakukan dengan memanaskan pembenihan pada suhu 100ᵒC
pada aliran uap selama 30 menit setiap hari selama 3 hari berturut-turut.
Mekanisme cara ini ialah bahwa sel-sel vegetatif dapat dibunuh pada
suhu 100ᵒC dan spora yang tertinggal dibiarkan tumbuh menjadi bentuk
vegetatif selama satu hari dan akan mati pada pemanasan berikutnya.
Cara ini dapat dipergunakan untuk mensterilkan pembenihan yang
mengandung telur atau serum.
(ii) Mendidihkan :
Sebagian besar kuman, jamur dan virus dapat dibunuh dengan
pemanasan pada suhu 50ᵒC sampai 70ᵒC dalam waktu singkat. Untuk
sengkelit jarum dan alat-alat laboratorium, pemanasan di dalam air
mendidih selama 10 menit sampai 30 menit sudah cukup untuk
mensterilkannya. Penambahan sedikit asam, basah atau soda pembersih
akan meningkatkan daya sterilisasi air mendidih. Spora dan virus
hepatitis tidak dapat dibunuh dengan cara ini.
(iii) Pemanasan dalam uap air panas (100ᵒC) dalam tekanan atmosfir.
Di sini uap air bebas dipakai untuk mensterilkan pembenihan yang akan
menjadi rusak pada suhu lebih tinggi. Alat yang dipergunakan ialah
dandang Arnold. Cara ini merupakan cara sterilisasi yang murah.
(iv) Pemanasan menggunakan uap air dengan tekanan:
Untuk pemeriksaan bakteriologis dan proses pembedahan, pendidihan
tidak cukup untuk mendapat keadaan steril, karena spora masih tetap
hidup. Oleh sebab itu perlu alat sterilisasi dengan tekanan atau otoklaf.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Otoklaf
Pada alat ini bahan-bahan yang akan disterilkan dipanaskan sampai 121ᵒC selama
15 samapai 20 menit pada tekanan uap 15 pound per inci persegi (kira-kira 1,5 atmosfir).
Uap air jenuh memanaskan bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat disterilkan dengan
melepaskan panas yang laten. Dengan kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100ᵒC dan
tekanan 1 atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1 ml dengan melepaskan 518 kalori. Air
yang mengembun tadi akan menyebabkan keadaan lembab yang cukup untuk membunuh
kuman.

Udara merupakan penghantar panas yang buruk, oleh sebab itu harus di keluarkan
dari ruangan otoklaf. Rongga di dalam otoklaf tidak boleh terlalu penuh diisi dengan
benda-benda yang akan disterilkan supaya dapat terjadi aliran uap yang cukup baik.
Otoklaf dipergunakan untuk mensterilkan perbenihan, barang-barang dari karet,
semperit, baju, pembalut dan lain-lain
Kontrol sterilisasi : (1) bacillus stearothermophilus (2) tabung brownes (3) pita
otoklaf (4) thermocouple.

4. Sterilisasi dengan penyaringan:

Cara sterilisasi ini berguna untuk larutan antibiotika, serum, larutan karbohidrat dan
lain-lainnya. Dapat juga dipakai untuk memisahkan kuman dari toksin dan bakteriofaga.
Juga dapat dipergunakan untuk menyaring kuman yang jumlahnya sedikit di dalam suatu
cairan.
Kerugian cara penyaringan:
Virus dan mikoplasma dapat melewati saringan kuman, oleh sebab itu serum yang telah
disaring tidak cukup aman untuk di pakai di dalam klinik karena mungkin masih
mengandung virus atau mikoplasma.
Jenis-jenis saringan kuman ialah:
i. Tabung porselin misalnya Berkefeld atau Chamberland
ii. Filter piringan asbes misalnya seitz
iii. Filter dari gelas berlubang
iv. Filter membran atau kolodion

Penyaringan di lakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu bahan penyering
yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu.
Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring
tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorpsi mikroorganisme. Sringan
yang umum di pakai tidak dapat menahan virus. Penyaringan dilakukan untuk menstrilkan
substansi yang peka terhadap panas sperti serum, solusi enzim, toksin kuman, ekstrak sel
dan sebagainya.

Menyaring cairan
hal ini dapat di lakukan dengan berbagai filter seperti : saringan seitz, yang
mempergunakan bahan asbestor sebagai alat penyaringnya; saringan berkefeld, yang
mempergunakan filter terbuat dari tanah diatomae ; saringan Chamberland, yang
mempergunakan filter terbuat dari porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan
filter terbuat dari serbuk gelas.

Menyaring udara
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Untuk menjaga agar suatu alat (labu, tabung) yang sudah steril tidak tercemar oleh
kuman, atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman lain,
maka alat-alat tersebut harus di tutup dengan kapas, oleh karena kapas mudah ditembus
udara tetapi dapat menahan mikroorganisme. Harus di jaga agar kapas tidak menjadi basah,
oleh karena kapas basah memungkinkan kuman menembus ke dalam. Untuk mencegah
pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat di
pergunakan suatu alat yang di sebut laminar flow bench dimana udara yang masuk ke
dalamnya disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas
waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi
lagi.

5. Radiasi
i. Radiasi ultraviolet:
Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada sinar matahari yang
menyebabkan perubahan-perubahan di dalam sel berupa:
1. Denaturasi protein
2. Kerusakan DNA
3. Hambatan replikasi DNA
4. Pembentukan H2O2 dan peroksida organik di dalam pembenihan.
5. Merangsangkan pembentukan kolisin pada kuman kolisinogenik dengan merusak
penghambatnya di dalam sitoplasma.

Lampu ultraviolet dipergunakan untuk:


a. Membunuh mikroorganisme
b. Membentuk vaksin kuman dan virus
c. Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat umum dan
laboratorium bakteriologis
ii. Radiasi sinar-X dan pengion lainnya :
Radiasi pengion memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menginduksikan
perubahan-perubahan yang mematikan pada DNA sel. Cara ini berguna
untuk sterilisasi barang-barang sekali pakai misalnya benang bedah,
semperit sekali pakai, pembalut lekat dan lain-lainnya.
6. Getaran ultrasonik dan getaran sonik:
Bersifat bakterisidal karena menyebabkan gunakan mekanis dan
pecahnya kuman.

6. Cara-cara kimiawi :

Suatu zat kimia bersifat bakteriostatik karena:


a. Penggumpalan protoplasma kuman, misalnya logam berat.
b. Kerusakan selaput sitoplasma oleh zat-zat kimia, karena mengubah sifat-sifat fisik
dan kimiawi selaput sitoplasma sehingga membunuh atau menghambat
pertumbuhan kuman.
c. Oksidasi atau pembakaran protoplasma kuman, misalnya halogen.
d. Mempengaruhi enzim-enzim atau koenzim kuman sehingga menganggu
metabolisme kuman.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Zat-zat kimia biasa dipakai:


1. Asam dan basa :
Menghambat pertumbuhan kuma. Mycobacterium lebih kebal terhadap asam
daripada basa. Contohnya ialah asam borat yang bersifat antiseptik ringan.
2. Air suling:
Menyebabkan hilangnya viabilitas (daya hidup). Hal ini disebabkan oleh
adanya sedikit unsur logam pada air suling.
3. Ion-ion logam:
HgCl2 dan AgNO3 menghambat pertumbuhan sebagian besar kuman pada kadar
yang kurang dari 1 per sejuta. Daya kerjanya disebabkan oleh afinitas protein
tertentu terhadap ion-ion logam.
4. Anion anorganik:
ion-ion ini kadang-kadang meracuni kuman, contohnya misalnya kalium telurit
dapat menghambat kuman Gram negatif dan ion fluorida menghambat banyak
enzim-enzim kuman.
5. Halogen:
Yodium terutama dipergunakan untuk kulit, klor bersenyawa dengan air
membentuk asam hipoklorit yang bersifat bakterisidal.
6. Zat-zat pengoksidasi:
Zat-zat ini bersifat antiseptik ringan, misalnya H2O2 dan kalium permanganat.
7. Formaldehida:
Berguna untuk mensterilkan vaksin kuman dan untuk menginaktifkan toksin
kuman tanpa mempengaruhi sifat antigenisitasnya. Larutan formaldehida
dengan konsentrasi 5 sampai 10% di dalam air akan membunuh sebagian besar
kuman-kuman. Formaldehida bersifat bekterisidal, sporisidal dan juga dapat
membunuh virus.
8. Fenol:
Dipergunakan untuk menstrerilkan alat-alat bedah dan untuk membunuh kuman
yang tercecer di lkaboratorium. Larutan yang di pakai biasanya mempunyai
kadar 3%.
9. Sabun dan deterjen:
Bersifat bakterisidal dan bakteriostatik terhadap kuman Gram positif dan
beberapa jenis kuman tahan asam. Deterjen bekerja dengan cara berkumpul
pada selaput sitoplasma kuman sehingga mengganggu fungsi normalnya atau
dengan denaturasi protein dan enzim.
10. Alkohol:
Etil alkohol sangat efektif pada kadar 70% daripada 100%. Tidak membunuh
spora.
11. Zat warna:
Ungu gentian, hijau malakit dan lain-lain bekerja terhadap kuman Gram positif.
Penetrasinya rendah dan karenanya hanya bersifat bbakteriostatik. Akriflavin
bekerja terhadap stafilokokus dalam kadar 1 : 3.000.000.
12. Desinfektans dalam bentuk aerosol dan gas:
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Uap SO2, klor dan formalin dipergunakan sebagai desinfektan berupa gas,
demikian juga propilin glikol yang merupakan desinfektans yang kuat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sterilissi :


1. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai,bersih,dan masih berfungsi.
2. Peralatan yang akan di sterilisasi harus di bungkus dan diberi label yang jelas
dengan menyebutkan jenis peralatan,jumlah,dan tanggal pelaksanaan steril.
3. Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril.
4. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai.
5. Memindahkan alat steril kedalam tempatnya dengan korentang steril.
6. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya,bila terbuka
harus dilakukan sterilisasi ulang.

Cara Sterilisasi

Cara sterilisasi antara lain sebagai berikut:


 Peralatan logam (pinset, gunting, speculum, dll).
 Peralatan kaca (semprit, tabung kimia, dll).
 Peralatan karet (kateter, sarung tangan, pipa lambung, drain, dll.
 Peralatan ebonit (kanule rektum, kanule trakea, dll).
 Peralatan email (bengkok, baskom, dll).
 Peralatan poselin (mangkok, cangkir, piring dll).
 Peralatan plastik (selang infus dll).
 Peralatan tenunan (kainkasa, tampon, doek baju, seprai, dll)

PENGERTIAN DISINFEKSI
Disenfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek
yang tidak hidup dengan pengecualian terhadap endospora bakteri. Disenfeksi dilakukan
dengan menggunakan bahan disenfektan melalui cara mecuci,mengoles,merendam,dan
menemur untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengondisikan alat dalam keadaan siap
pakai. Kemampuan disenfeksi ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan
objek,kandungan zat organik,tipe dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi dan waktu
pemaparan, kealamian objek, suhu, serta derajat Ph.

Cara Disinfektan :
o Cara disenfeksi dengan mencuci.
o Cara disenfeksi dengan merendam.
o Cara disenfeksi dengan menjemur.
o Cara membuat larutan disenfeksi (sabun).
o Cara membuat larutan disenfeksi (lisol dan kreolin).
o Cara membuat larutan disenfeksi (savlon).
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

ANTIBIOTIKA
Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang diperoleh dari, atau dibentuk oleh
berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat
bertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebut didalam alam,dan memegang
peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah dan kompos,
antibiotika ini berbeda dalam susunan kimia dan cara kerjanya. Dari sekian banyak
antibiotika yang telah berhasil ditemukan, hanya beberapa saja yang cukup tidak toksik
untuk dapat dipakai dalam pengobatan. Antibiotika yang kini banyak dipergunakan,
kebanyakan diperoleh dari genus Bacillus, Penicillum dan Streptomyces.

Sifat-sifat antibiotik sebaiknya adalah :


 Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host
 Bersifat bakterisid dan bukan bakteriostatik
 Tidak menyebabkan resistensi pada kuman
 Berspektrum luas
 Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam
jangka waktu yang lama
 Tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat
 Larut di dalam air serta stabil
 Bactericidal level didalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama

Mekanisme kerja antibiotilka


Antibiotika mengganggu (interfere) bagian-bagian yang peka di dalam sel, yaitu :
1. Sintesis dinding sel
2. Fungsi membran
3. Sintesis protein
4. Metabolisme asam nukleat
5. Metabolisme intermedier
Ada antibiotika yang memiliki lebih dari salah satu sifat ini.

Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel


Sel kuman dikelilingi oleh suatu struktur kaku yang disebut dinding sel, yang
melindungi membran protoplasma di bawahnya terhadap trauma, baik osmotik maupun
mekanik. Karena itu, setiap zat yang mampu merusak dinding sel atau mencegah
sintesisnya, akan menyebabkan terbentuknya sel-sel yang peka terhadap tekanan osmotik.
Di antara antibiotika yang mempengaruhi dinding sel adalah penisilin, fosfomisin,
sikloserin, ristosetin, vankomisin dan basitrasin.

Penisilin dan sefalosporin


Hingga kini penisilin masih banyak di pakai di dalam pengobatan. Produk pertama
penisilin yang di peroleh dari jamur Penicillum notatum, kini diganti oleh suatu muatan
yaitu Penicellium chrysogenum yang mampu menghasilkan penisilin dalam jumlah yang
bersifat ganda. Istilah penisilin adalah generik untuk semua grup penisilin.baik yang
natural ataupun semesintetik. Dari penisilin natural yang dihasilkan , ternyata bensil
penisilin atau penisilin G adalah yang paling bermanfaat dalam klinik. Penisilin G ini
efektif terhadap kebanyakan kokus positif dan negatif gram. Yang resisten terhadap
antibiotik ini adalah eneterokokus dan strain Staphylococcus aureus penghasil penisilinasa.
Kekurangan penisilin G adalah :
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1. Di inaktifkan oleh pH asam cairan lambung


2. Dirusak oleh penisilinasa
3. Kadang-kadang menyebabkan reaksi alergi

Penisislin semisintetik
dari penisilin semisintetik ini, yang paling berguna adalah kelompok yang resisten
terhadap penisilinasa seperti metisilin, kloksasilin, oksasilin, dan nafsilin. Dari senyawa-
senyawa berspektrum luas yang bermanfaat dalam klinik adalah ampisilin yang tahan asam
tetapi peka terhadap penisilinasa dan karbenisilin yang terutama berguna terhadap infeksi
oleh Pseudomonas.

Sefalosporin
Antibiotika golongan ini dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Salah satu dari
senyawa yang natural yaitu sefalosporin C, memiliki struktur dan mekanisme kerja yang
mirip dengan penisilin. Dari sefalosporin yang kini banyak dipergunakan adalah sefalotin
dan sefazolin, sefaloridin dan sefaleksin.
Antibiotika ini bersifat bakterisid bagi kebanyakan kokus positif Gram dan kuman-
kuman batang negatif Gram. Mereka relatif tidak toksik tetapi mungkin menyebabkan
reaksi hipersensitifvitas.

Mekanisme kerja
Penisilin mengganggu (interfere) pembentukan diding sel terutama pada tahap
terakhir. Penggunaan penisilin ini dapat menyebabkan terbentuknya sferoplas yaitu kuman-
kuman tanpa dinding sel atau kuman bentuk L.

Antibiotika yang mengganggu/ merusak membran sel


Membran sel memegang peranan vital dalam sel. Ia merupakan pembatas osmotik
bagi bebasnya difusi antara lingkungan luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi
metabolit dan bahan gizi di dalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan
dan antivitas biosintetik tertentu. Beberapa antibiotika diketahui mampu merusak atau
memperlemah satu atau lebih dari fungsi-fungsi ini, yang akan menyebabkan gangguan-
gangguan terhadap kehidupan sel. Hanya beberapa saja dari antibiotika golongan ini yang
dapat dipakai di klinik, karena kebanyakan dari padanya bersifat toksik.

Polimiksin
Merupakan kelompok polipeptida sederhana yang sukar berdifusi, dan sangat
toksik. Antibiotika ini dihasilkan oleh Bacillus polymyxa. Anggota kelompok ini dikenal
dengan huruf-huruf A, B, C, D, dan E, dimana hanya polimiksin B dan E (kolistin) saja
yang dipakai dalam klinik. Antibiotika ini terutama dipakai terhadap infeksi oleh
Pseudomonas aeruginosa yang seringkali resisten terhadap kebanyakan antibiotika.

Poliena
Merupakan antibiotika makrolid yang secara selektif menghambat organisme yang
membrannya mengandung sterol. Mereka aktif terhadap ragi, jamur dan lain-lain sel
eukariotik, tetapi tidak berpengaruh terhadap kuman-kuman prokariotik yang tidak
memiliki sterol di dalam membrannya. Aktivitas anti jamur daripada poliena disebabkan
karena perubahan permeabilitas membran sebagai akibat interaksi antibiotik sterol.
Tergolong di dalam antibiotika poliena ini adalah amfoterisin B yang aktif terhadap jamur,
akan tetapi bersifat nefrotoksik. Lainnya adalah nistatin, tetapi karena bersifat toksik
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

apabila diberikan secara parental, maka penggunaannya adalah untuk mengobati infeksi
yang bersifat topikal atau superfisial, terutama yang disebabkan oleh Candida.

Antibiotika yang mengganggu fungsi DNA.


Sejumlah obat-obat anti mikroba berfungsi terutama mengganggu/ merusak
struktur dan fungsi DNA, akan tetapi karena toksik, maka hanya beberapa saja yang dapat
dipakai di klinik. Meskipun demikian, obat-obat ini sangat bermanfaat sebagai alat
biokimia, dan memberikan sumbangan yang penting pada biologi molekuler. Struktur
molekul DNA erat kaitannya dengan dua peran utamanya yaitu dipublikasi dan transkripsi.
Oleh karenanya, setiap zat yang mampu mengganggu struktur double helix DNA tersebut,
akan mampu pula mempengaruhi seluruh fase pertumbuhan dan metabolisme kuman.
Tergolong di dalam kelompok antibiotika ini adalah mitosin dan asam nalidiksat.
Pemberian mitomisin ke dalam biakan kuman yang sedang tumbuh, akan mengakibatkan
hambatan pada pembelahan sel. Asam nalidiksat dipergunakan dalam pengobatan infeksi
sluran kemih yang disebabkan oleh kuman-kuman negatif Gram.

Antibiotika yang menghambat sintesis protein


Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama, yaitu :
1. Transkripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependent dan
2. Translasi atau sintesis protein yang RNA-dependent.
Antibiotika yang mampu menghambat salah satu proses ini, akan menghambat
sintesis protein. Tergolong di dalam antibiotika jenis ini adalah :
 Antinomisin :
Aktif terhadap banyak kuman-kuman positif dan negatif Gram.

 Rifampisin :
Rifampisin memiliki spektrum anti bakteri yang luas dan terutama efektif terhadap
kuman-kuman positif Gram dan mikrobakteria. Dalam klinik, rifampisin terutama
efektif untuk pengobatan tuberkulosis secara oral.

 Streptomisin :
Bersifat bakterisid terhadap sejumlah besar kuman-kuman positif dan negatif Gram,
dan terhadap Mycobacterium tuberculosis.

 Tetrasiklin :
Spektrum kelompok tetrasiklik sangat luas, dan mencakup spektrum penisilin,
streptomisin serta kloramfenil.

 Kloramfenikol :
Bersifat bakteriostatik, aktif terhadap sejumlah kuman positif dan negatif Gram,
riketsia dan klamidia. Kini terutama dipakai untuk infeksi infeksi anaerobik,
meningitis karena Haemophilus influenzae dan infeksi karena Salmonella typhi.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 Eritromisin :
Tergolong antibiotik makrolid. Dapat bersifat bakteriostatik atau bakterisid.
Merupakan obat pilihan terhadap Mycoplasma dan penyakit legioner. Juga
bermanfaat untuk infeksi-infeksi karena stafilokokus, streptokokus grup A dan
pneumokokus, terutama apabila penderitanya peka terhadap penisilin.
 Klindamisin :
Penggunaannya terutama untuk infeksi-infeksi olehkuman anaerob seperti
Bacteroides fragilis.

Antagonisma metabolik
Enzim-enzim seringakali dihambat oleh senyawa-senyawa yang mempunyai
struktur mirip dengan substrat asalnya. Penghambat-penghambat seperti ini menyatu
(bergabung) dengan enzim sedemikian rupa sehingga mencegah kombinassi substrat enzim
dan reaksi-reaksi katalik. Hambat reaksi ensimatik oleh zat-zat tertentu ini merupakan
dasar pemikiran dari kemoterapi. Banyak penghambat seperti ini bersifat analog dengan
faktor-faktor pertumbuhan kuman yaitu faktor-faktor organik yang diperlukan oleh semua
kuman untuk pertumbuhannya. Faktor-faktor pertumbuhan ini misalnya vitamin, asam
amino, purin dan pirimidin. Enzim-enzim esensial yang dipergunakan dalam sintesis dan
pemanfaatan faktor-faktor tadi, dapat dihambat oleh substansi-substansi yang secara
struktural mirip dengan metabolit-metabolit tersebut. Penghambat-penghambat seperti ini
disebut anti metabolit.

Sulfonamida
Istilah sulfonamida merupakan nama generic untuk derivat-devit dari pada p-
aminobensensufonamida atau sulfanilamida. Zat ini (prontosil) untuk pertama kalinya
dipergunakan oleh Domagk pada tahun 1935 dan merupakan zat kemoterapetik pertama
yang dipakai untuk mencegah dan mengobati infeksi bakterial pada manusia. In vitro,
protosil inaktif terhadap kuman, tetapi di dalam badan, ia dipecahkan menjadi p-
aminobensensufonamida yang merupakan bagian molekul yang bersifat kemoterapetik.
Sulfonamida mempunyai aktivitas antibakteri yang luas terhadap kuman-kuman positif dan
negatif Gram. Tetapi oleh karena hanya fagotosis untuk membunuh kuman-kuman di
dalam host.
Di antara kuman-kuman yang peka terhadap sulfonamida adalah Streptococcus
pyogenes, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Vibrio cholerae, Yersinia
pestis, Neisseria meningitidis, dan Chlamydia. Secara struktural, sulfonamida analog
dengan p-aminobenzoic acid (PABA), yaitu suatu metabolit esensial di dalam sel yang
berfungsi dalam penyusunan asam folat. PABA dan sulfonamida saling bersaing dalam
reaksi.

Sulfon
Derivat daripada 4,4 –diaminodifenilsulfon (dapson) merupakan kelompok zat
yang bersifat khusus, terutama terhadap genus Mycobacterium. Mereka telah dipakai
dalam pengobatan tuberkulosis, tetapi kini penggunaanya dibatasi hanya untuk lepra.

p-Aminosalicylic acid (PAS)


Aktivitas antimikroba daripada PAS adalah sangat khas untuk Mycobacterium
tuberculosis. PAS bersifat bakteriostik, dan mempunyai struktur mirip PABA. Kini PAS
merupakan second line drug pada kemoterapi terhadap tuberkulosis.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Isoniasid
Isonicotinic acid hydrazid (INH) atau isoniasid bersifat sangat khass terhadap
Mycobacterium tuberculosis. Dalam konsentrasi rendah sangat efektif, dan hanya bersifat
bakterisid terhadap kuman-kuman yang sedang tumbuh aktif. Kuman tuberkulosis yang
berkontak dengan obat ini akan kehilangan sifat tahan asamnya. Pada saat ini, isoniasid
merupakan obat paling poten dan berguna dalam pengobatan tuberkulosis. Meskipun
demikian, resistensi terhadap obat ini cepat terjadi. Masalah ini dapat dihindari dengan
jalan memberikan isoniasid secara simultan dengan streptomisin atau ethambutol.

Penggunaan Bahan-Bahan Kimia untuk Sterilisasi dan Disinfeksi


Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran
para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah
dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik
terhadap benda-benda baik hidup ataupun mati.
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang macam-macam, dan
penggunaannyapun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula.
Antiseptika dan disinfektan misalnya, berbeda dalam cara digunakannya; antiseptika
dipakai terhadap jaringan hidup, sedangkan disinfektan untuk bahan-bahan tak bernyawa
seperti dahak dan sebagainy.
Antisepsis : Mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan cara
menghambat atau membunuh; dipakai untuk zat-zat kimia terhadap jaringan
hidup.
Antiseptik : Zat kimia yang dipakai untuk maksud antisepsis.
Disinfeksi : Membunuh organisme –organisme patogen (kecuali spora kuman) dengan
cara fisik atau kimia; dilakukan terhadap benda mati.
Disinfektan : Zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi.

Sterilisasi : setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup
terutama mikroorganisme.
Cide (sid) : akhiran untuk menunjukan bahwa zat (biasanya kimia) yang di pakai,
mampu membunuh misalnya bakterisid; virusid; sporosid.
Statik : Akhiran untuk menunjukkan bahwazat (biasanya kimia) yang dipakai,
mampu mencegah pertumbuhan organisme tapi tidak membunuhnya ( spora
juga tidak dibunuh) mislnya bakteriostatik; fungistatik.

Penggunaan Antiseptik dan Disinfektan


Hingga sekarang semakin banyak zat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau
untuk mengurangi jumlah organisme. Dan penemuan-penemuan baru terus muncul di
pasaran . oleh karena tidak adanya bahan kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan
untuk segala macam keperluan, maka pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu
membunuh organisme yang ada, dalam waktu yang tersingkat dan tanpa merusak bahan
yang didisinfeksi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfektan secara kimia:


1. Rongga (space) yang cukup di antara alat-alat yang didisinfeksi, sehingga seluruh
permukaan alat-alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan.
2. Sebaiknya disinfektan yang dipakai bersifat membunuh (germisid).
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

3. Waktu (lamanya) disinfektan harus tepat, alat-alat yang disinfeksi jangan diangkat
sebelum waktunya.
4. Solusi yang dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah
menguap sehingga ventilasi ruangan perlu di perhatikan.
5. Pengenceran disinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan, dan setiap kali harus
dibuat pengeceran baru.disinfektan yang sudah menunjukkan tanda-tanda
pengeruhan atau pengendapan harus diganti dengan yang baru.
6. Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak
dengan disinfektan.

PENANGANAN SAMPAH / LIMBAH


Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia dan sudah
tidak dipakai atau sudah dibuang oleh manusia. Sampah dibagi menjadi tiga, yaitu sampah
padat, cair, dan gas.

Berdasarkan karakteristiknya,sampah dibagi atas sebagai berikut:


1. Kandungan zat/kimia
Berdasarkan Kandungan zat/kimianya, sampah terdiri atas sampah anorganik dan sampah
organik. Sampah anorganik merupakan sampah tidak membusuk, seperti logam, pecahan
gelas, plastik, dll. Sedangkan sampah organik merupakan sampah yang dapat membusuk,
seperti sisa makanan.

2. Dapat dan tidaknya terbakar


Berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar, sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah mudah
terbakar dan sampah tidak dapat terbakar. Sampah mudah terbakar seperti kertas, karet,
plastik, dll. Sampah tidak dapat terbakar seperti kaleng bekas, logam atau besi, kaca dll.
Selain penggolongan sampah tersebut di atas, sampah juga dapat di kategorikan
berdasarkan sifatnya yakni sifat basah, kering, atau tajam.

 Penggelolaan Sampah

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah


Pada tahap ini, sampah dikumpulkan berdasarkan kelompoknya, seperti sampah basah
sendiri, sampah kering sendiri, dan sampah benda tajam tersendirinya, selanjutnya
dilakukan pengangkutan.
2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Pada tahap ini, sampah dimusnahkan atau dikelola dengan cara ditanam dan dibakar
(dengan melakukan pembakaran melalui tungku pembakaran). Sampah tersebut kemudian
dijadikan pupuk, biasanya sampah jenis ini adalah sampah organik, seperti sisa makanan
yang dapat
membusuk.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

PERANAN BIDAN DALAM STERILISASI DAN DISINFEKSI


Dalam dunia kesehatan khususnya bidan sterilisasi dan disinfeksi digunakan sebagai
pencegah infeksi (PI).Dengan adanya praktek pencegah infeksi dapat mencegah
mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu,bayi baru
lahir(BBL),dan para penolong persalinan)sehingga dapat memutus rantai penyebaran
infeksi.

Tindakan- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:


• Cuci tangan
• Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
• Menggunakan teknik asepsis atau aseptik
• Memproses alat bekas pakai
• Menangani peralatan tajam dangan aman
• Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelola sampah secara benar).
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB VIII
Fisiologi Kehamilan, Persalinan dan Nifas

FISIOLOGI KEHAMILAN
Banyak wanita hamil berpendapat bahwa kehamilan membuat mereka merasa
menjadi orang lain, dengan postur tubuh, perasaan dan tingkah laku yang berbeda. Para
dokter dan peneliti memahami karakter wanita hamil, karena wanita dengan janin yang
tumbuh dalam kandungannya berada dalam keadaan yang istimewa dan unik. Ada empat
perubahan utama fungsi tubuh yang terjadi karena kehamilan.

1. Empat Perubahan Utama


Pertama, kadar hormon yang mengontrol siklus haid mengalami perubahan besar-
besaran setelah pembuahan. Peristiwa ini menunjukan bahwa wanita hamilmengalami
perbedaan hormon dibanding dengan yang tidak. Semua perubahan itu menandakan bahwa
indung telur, uterus, plasenta dan janin dalam perut menyesuaikan diri dengan kehamilan,
yang juga menyebabkan terjadinya suasana hati, aktifitas dan perasaan. Sebagian dari
perubahan itu bersifat alamiah, yaitu emosi dan tingkah laku yang baru karena tumbuhnya
ikatan antara ibu dan ana, sedangkan sisa laginya merupakan efek sampingan dari hormon-
hormon yang baru. Kedua, yang ini lebih mudah diawasi. Jelas terlihat bahwa tubuh ibu
berusaha mendukung dan menahan janin yang sedang tumbuh. Meskipun sebenarnya
kebanyakan wanita lebih suka dengan keadaan tubuhnya sebelum hamil. Sistem kekebalan
tubuh, yaitu antibodi dan sel-sel darah putih, dirancang untuk mengidentifikasikan dan
menghancurka zat-zat asi yang masuk kedalam tubuh, sepertii virus dan bakteri. Bayi
dalam uterus secara genetik berbeda dengan ibunya hanya setengah gen bayi yang serupa
dengan gen ibunya jadi harus ada kesesuain immunologikal antara keduanya.
Karena jika tidak, maka tubuh sang ibu akan menolak anaknya, seperti pasien yang
menolak jantung cangkokannya. Ketiga, janin dalam rahim membutuhkan makanan, rahim
sang ibu bekerja sama dengan jaringan-jaringan janin yang sedang tumbuh, memaksa
plasenta untuk melakukan tugas tersebut. Keempat, makanan bergizi yang terus
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

diterimanya membuat tubuh janin berkembang! Tumbuhnya sang janin menyebabkan


tubuh sang ibu turut.
Terdapat beberapa peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan dan pristiwa-
pristiwa tersebut merupakan mata rantai yang berkesinambungandari adanya proses
kehamilan (fisiologi kehamilan),yakni:
1. Pembuahan (fertilisasi),yaitu bertemunya sel telur (ovum) wanitadengan sel benih
(sperma) laki-laki.
2. Pembelahan sel (zigot), yang merupakan hasil dari pembuahan tersebut.
3. Nidasi/implantasi zigot tersebutke dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal,
implantasi terjadi pada lapisan endometrium dinding kavum uteril).
4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot,embrio, janin sampai menjadi individu baru.
5. Kehamilan juga dipengaruhi oleh berbagai hormon, antara lain : estrogen,
progesterone, human Chorionic Gonadotropin, human somatomammotropin, proklatin,
dan sebagainya.human Chorinic Gonadotpin (hCG) adalah hormone aktip khusus yang
berperan selama masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.

2. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan


Terdapat berbagai teori yang menjelaskan,diantaranya adalah :
a. Penurunan fungsi plasenta: kadar progesterone dan estrogen menurun mendadak,
nutrisi janin dari plasenta berkurang (1-2 minggu sebelum partus dimulai).
b. Plasenta menua dengan tuanya kehamilan,dimana villi korialis mengalami
perubahan-perubahan dan kadar estrogen dan progesteron menurun
c. Uterus yang makin membesar menyebabkan tegang, yang pada akhirnya
menimbulkan iskemia otot-otot uterus, mengganggu sirkulasi uteroplasenter dan
deganerasi plasenta.
d. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser (di belakang serviks),
menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus. Artinya tekanan ini
meningkatkan kontraksi.
Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormoral dan beban,semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

e. beban/stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen mengakibatkan


peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus
ransangan untuk untuk proses persalinan.
f. Pengaruh prostaglandin,yaitu peningkatan prostaglandin pada kehamilan minggu
ke-15 sampai aterm.

3. Melahirkan normal
Melahirkan normal merupakan proses melahirkan yang diidamkan oleh para ibu
yang sedang menjalani kehamilan. Selain itu melahirkan normal juga merupakan proses
melahirkan yang disarankan oleh dunia medis. Dengan menjalani melahirkan normal, salah
satunya menandakan bahwa kehamilan yang telah dikandung, atau janin serta ibunya
mengalami kesehatan yang baik. Pengalaman menjadi seorang ibu terasa sempurna tatkala
merasakan bagaimana perjuangan berat yang harus di lalui saat melewati proses persalinan
normal. Namun dibalik semua itu, banyak ibu hamil merasakan kekhawatiran atau
ketakutan menjelang melahirkan.
Wajar adanya, karena proses melahirkan merupakan sebuah proses besar yang
harus dilalui oleh para ibu hamil. Tenaga, pikiran hingga mental ibu dikerahkan guna
melalui proses melahirkan dengan selamat. Salah satu faktor yang menyebabkan rasa
khawatir atau takut ketika akan menghadapi proses persalinan, adalah bayangan rasa sakit
yang akan menimpa para ibu hamil tatkala menjalani proses melahirkan normal.
Tidak bisa dipungkiri, memang melahirkan normal akan menimbulkan rasa sakit bagi para
ibu. Namun rasa sakit yang di derita para ibu ibu hamil akan berbeda kadarnya, ada yang
benar-benar merasakan sakit yang luar biasa, namun banyak pula sakit yang dirasakan
hanya sekejap. Tentunya hal ini banyak faktor penyebabnya. dimulai dari pengalaman
melahirkan, ukuran dan berat bayi, dukungan (suami, keluarga), teknik melahirkan, bahkan
dari penolong medis mulai dari dokter atau bidan itu sendiri, dll. (Baca juga: Tanda-Tanda
Mau Melahirkan)

Ketahui Proses Persalinan dan Teknik Melahirkan Yang Benar


Dengan mengetahui proses persalinan yang harus di lalui, ibu akan siap dan well
prepare dalam menjalani proses melahirkan. Ibu yang sudah siap secara psikologis sangat
membantu dan mempercepat proses persalinan. Sebuah proses persalinan yang cepat
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

tentunya akan menjadikan melahirkan sebagai sebuah pengalaman yang ternyata tidak
menyakitkan.
Selain mengetahui proses melahirkan normal dengan baik, menggunakan teknik
melahirkan yang benar juga akan membantu ibu mengurangi rasa sakit yang terjadi.
Dengan mengetahui teknik melahirkan, proses persalinan tentunya akan berjalan dengan
cepat, dan mengurangi rasa sakit pada diri ibu. Salah satu teknik melahirkan, adalah
mendorong dan mengejan. Selengkapnya mengenai hal ini: Mengejan dan Mendorong
Selama Persalinan
Menggunakan stimulasi untuk menpercepat proses melahirkan tentunya akan
membantu ibu melewati proses melahirkan dengan cepat. Banyak obat yang bisa
digunakan, namun dalam hal ini tentunya tim medis yang akan menentukan berdasar
kondisi melahirkan yang sedang berjalan. Ibu tidak bisa serta merta meminta diberikan
obat stimulasi kepada dokter agar proses persalinan bisa berjalan dengan cepat. Alternatif
lain adalah dengan stimulasi alami. Salah satu stimulasi alamiah yang dapat mempercepat
proses persalinan adalah stimulasi puting ibu. Selengkapnya bisa di baca di: Stimulasi
Puting; Cara Mepercepat Proses Persalinan
Semoga proses melahirkan normal anda berjalan dengan lancar. Diameter
presentasi yang lebih kecil yang akan melewati pelvis dengan lebih mudah. Pada awitan
persalinan, terjadi presentasi suboksipital yang berdiameter rata-rata sekitar 10 cm; dengan
fleksi yang lebih besar, terjadi presentasi suboksitobregmatik dengan diameter rata-rata
sekitar 9,5 cm. Oksiput menjadi bagian yang terdepan.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Rotasi Internal Kepala


Rotasi internal kepala (putar paksi dalam) adalah pemutaran bagian terendah janin
dari posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi belakang
kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil
memutar kedepan sampai berada dibawah simpisis. Gerakan ini adalah upaya kepala janin
untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi setelah
kepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan
dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam 12.
Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu :
a. Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi.
b. Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang disebelah depan atas
yaitu hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan.

Ekstensi Kepala
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada
margo inferior simpisis pubis. Karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara ekstensi agar
dapat melaluinya. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul tidak langsung
terekstensi, akan tetapi terus didorong kebawah sehingga mendesak ke jaringan perineum.
Pada saat itu ada dua gaya yang mempengaruhi, yaitu :
1) Gaya dorong dari fundus uteri ke arah belakang.
2) Tahanan dasar panggul dan simpisis kearah depan.

Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva dan terjadinya ekstensi. Gerakan
ekstensi ini mengakibatkan bertambahnya penegangan pada perineum dan intruitus vagina.
Ubun-ubun kecil semakin banyak terlihat dan sebagai hypomochlion atau pusat pergerakan
maka berangsur-angsur lahirlah ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata,
hidung,mulut, dan dagu. Pada saat kepala sudah lahir seluruhnya, dagu bayi berada di atas
anus ibu.
Rotasi Luar
Gerakan rotasi luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah
punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada
mulanya disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar ke arah kiri, bila pada
mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan.
Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter biakromial janin
searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di anterior
di belakang simpisis dan bahu yang satunya di bagian posterior di belakang perineum,
sutura sagitalis kembali melintang.

Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusui lahirlah trochanter
depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu
belakang, badan seluruhnya.

4. Mekanisme persalinan normal


Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala ini di temukan +-
58% ubun ubun kecil terletak di kiri depan,+-23% di kanan depan,+- 11% di kanan
belakang,dan +- 8% di kiri belakang . keadaan ini mungkin di sebabkan terisinya ruangan
di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rektum.

Mengapa janin dengan persentase yang tinggi berada dalam uterus dengan
persentase kepala keadaan ini mungkin di sebabkan karna kepala relatif lebih besar dan
lebih berat .mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa, sehingga volume bokong dan
ekstremitas yang lebih luas, sedangkan kepala berada di bawah, di ruangan yang lebih
sempit ini di kenal dengan teori Akomodasi
Seperti yang telah di jelaskan terdahulu 3 faktor penting yang memegang peranan
pada persalinan
a. Kekuatan kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan
b. Keadaan jalan lahir
c. Janin nya sendiri
His adalah salah satu kekuatan pada ibu- seperti telah dijelaskan – yang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.pada presentasi kepala,
bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masik ke dalam rongga panggul.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaaan sinklitismus, ialah bila
arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atsa panggul. Dapat pula kepala
masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang
pintu atas pintu panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu
kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. dapat pula asinklitismus
posterior menurut Litzman; keadaan adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme
turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior
adalah lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior.
Hal asinklitismus penting, apabila daya akomondasi panggul agak terbatas.
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan
menurun, meyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul menurut
hukum Koppel: a kali b = c kali d. pergeseran di titik B lebih besar dari di titik A.

Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil,
yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatikus (32 cm). sampai di dasar panggul kepala janin berada di dalam
keadaaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang
bejalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis
dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan
rotasi,disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil
akan berputar ke arah depan,sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil berada di bawah
simfisis. Sesudah kepala janin di dasar panggul dan ubun-ubun kecil di bawah simfisis,
maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion,kepala mengadakan gerakan defleksi untuk
dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepla janin makin
tampak.perinium menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rectum.dengan
kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma,dahi,
muka dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir,kepala segera mengadakan rotasi,yang
disebut putaran paksi luar.
Putaran paksi luar ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul
bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehinnga di dasr
panggul, apabila kepala telah di lahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter
belakang. Kemudia bayi lahir seluruhnya.
Apabila bayi telah lahir, segera jaln napas di bersihkan. Tali pusat di jepit di antara
2 cunam pada jarak 5 dan 10 cm. kemudian, digunting di antara kedua cunam tersebut, lalu
diikat. Tunggu tali pusat diberi anti-septika . umumnya bila telah lahir lengkap, bayi akan
menarik naps dan menangis.
Resusitasi dengan jalan membersihkan dan menghisap lender pada jalan napas
harus segera dikerjakan . pula cairan di dalam lambung hendaknya diisap untuk
mencegahnya mauk ke paru-paru ketika bayi muntah dan muntahnya terisap masuk ke
paru-parunya.
Bila bayi telah lahir,uterus mengecil. Setelah bayi lahir, his mempunyai amplitudo
yang kira-kira sama tingginya hanya frekuensinya berkurang.akibat his inin uterus
mengecil,sehingga perlekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas . melepasnya
plasentadari dinding uterus ini dapat dimulai dari:
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1. Tengah(sentral menurut Schultze)


2. Pinggir (marginal menurut Mathews – Duncan )
3. Kombinasi 1 dan 2

DEFENISI / PENGERTIAN
1. Pengertian Nifas
Masa nifas adalah (Puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.(Saifuddin 2009)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu(42 hari) setelah itu.Pelayanan persalinan harus terselenggara pada
manusia itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi,yang meliputi upaya pencegahan,deteksi dini pengobatan dan kompikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi serta penyedian pelayanan pemberian ASI,cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput
janin(menandakan akhir periode intrapartum)hingga kembalinya traktus reproduksi wanita
pada kondisi tidak hamil.Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu.

2. Pembagian Masa Nifas


Menurut referensi dari Prawirohardjo,nifas di bagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan.Dalam agama islam,
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Internedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bias selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu,bulan atau tahunan.

3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Selama Masa Nifas


Ada beberapa perubahan yang sering terjadi selama masa nifas menurut varney
yaitu:
a. Uterus
1) Involusi uterus melibatkan peng-reorganisasi dan pengguguran decidua atau
endometrium serta pengelupasan situs placenta sebagaimana diperlihatkan.
2) Segera setelah kelahiran bayi,placenta dan membran,beratnya adalah kira-kira 1100
gram dengan panjang kira-kira 15cm,lebar 12cm,serta 8 sampai 10 cm
tebalnya.Ukuran itu adalah kira-kira dua atau tiga kali ukuran uterus non
hamil,multipara.
3) Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kira-kira 500 gram pada akhir minggu
pertama post partum,300 gram sampai 350 gram pada akhir miggu kedua,100 gram
pada akhir minggu keenam,dan mencapai berat biasa non hamil 70 gram pada akhir
minggu kedelapan post partum.
4) Segera setelah kelahiran,bagia puncak dari fundus akan berada kira-kira dua pertiga
sampai tiga perempat tingginya diantara shympisis pubis dan umbilicus.
5) Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilicus dalam tempo beberapa jam .Ia
akan tetap berada pada kira-kira setinggi(satu jari lebarnya dibawah)umbilicus
selama satu,dua hari dan kemdian secara berangsur –angsur turun ke
pinggul,kemudian menjadi tidak dapat dipalpasi lagi bila diatas symhisis pubis
setelah hari kesepeluh.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

b. Involusi Tempat Plasenta


1) Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu.
2) Proses ini mempunyai kepentingan klinik yang amat besar,karena kalau proses ini
terganggu mungkin terjadi pendarahan nifas yang lama.Seger setelah kelahiran
tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan,tetapi dengan cepat
ukurannya mengecil.Pada akhir mnggu kedua diameternya 3- 4cm
3) Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat plasenta normalnya terdiri dari
banyak pembuluh darah yang mengalami trrombosis yang selanjutnya mengalami
organisasi thrombus secara khusus.

c. Pembuluh darah uterus


1) Didalam uterus sebagian besar pembuluh darah mengalami obliterasi dengan
perubahan hialain,dan pembuluh yang lebih kecil tumbuh ditempat mereka .
2) Reasorbsi residu yang mengalami hialinisasi di selesaikan dengan proses yang
serupa dengan yang ditemukan diovarium setelah ovulasi dan pembentukan korpus
luteum .Tetapi sisa-sisa kecil tetap ada selama bertahun tahun, yang dibawah
mikroskop memberikan cara untuk memebedakan antara uterus wanita multipara
dan nullipara.

d Lochia
Lochia adalah nama yang diberikan pada pengeluran dari uterus yang terlepas melalui
vagina selama masa nifas .

e. Vagina dan Verineum


1) Segera setelah persalinan,vagina dalam keadaan menegang dengan disertai dengan
adanya edema dan memar,dengan keadaan masih terbuka.
2) Dalam satu atau dua hari edema vagina akan berkurang.dinding vagina akan kembali
halus,dengan ukuran yang lebih luas dari biasanya.

Ukurannya akan mengecil dengan terbentuknya kembalinya rugai,pada 3 minggu setelah


persalinan.vagina tersebut aka berukuran sedikit lebih besar dari ukuran vagina sebelum
melahirkan pertama kali.meskipun dmikian latihan untuk mengencangnkan otot
verineum akan memulihkan tonusnya.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

f. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil,
(estrogen, progesterone,human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol,dan insulin)
menurun dengan setelah bayi lahir.waktu yang dibutuhkan hrmon hormone ini untuk
kembali kekadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau
tidak .

g. Tanda Tanda Vital


Tekanan darah biasanya stabil dan normal, temperature biasanya kembali normal dari
kenaikan yang sedikit selama periode kelahiran dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan.dan denyut nadi biasanya normal kecuali bila ada keluhan persalinan
yang lama dan sulit atau kehilangan banyak darah

h. Perubahan System Ginjal


1) Pelpis ginjal dan ureter yang berdilatasi selama kehamilan,kembali normal pada
akhir minggu setelah melahirkan
2) Segera setelah melahirkan kandug kemih tampak bengkak,sedikit terbendung,dapat
hipotonik,dimana hal ini dapat mengakibatkan over distensi,pengosongan yang tidak
sempurna yang adanya sisa urin yang berlebihan kecuali bila diambil langkah
langkah yang mempengaruhi ibu utuk melakukan buang air kecil secara teratur
meskipun pada saat wanita itu tidak mempuyai keinginan untuk buang air kecil.efek
dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan ureter akan menghilang
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan

i. Kehilangan berat badan


Seorang wanita akan kehilangan berat badan nya sekitar 5 kg pada saat
melahirkan.kehilangan ini berhubungan dengan berat bayi, plasenta dan cairan ketuban
.pada minggu petama fospartum seorang wanita akan kehilangan berat badanya sebesar 2
kg akibat kehilangan cairan

j. Dinding abdomen
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1) Streabdominal tidak bisa di lenyap kan sama sekali akan tetapi mereka bisa berubah
menjadi garis garis yang halus berwarna putih perak
2) Ketika meometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa hari
sesudah nya, peritoneum yang membukus sebagian besar uterus di bentuk menjadi
lipatan lipatan dan kerutan kerutan.ligamntumtum latum dan retumdum jauh lebih
kendor dari pada kondisi tidak hamil,dan mereka memerlukan waktu cukup lama
untuk kembali dari perenggangan dan pengendoran yang telah di alaminya selama
kehamilan nya tersebut .

k. Perubahan Hematologis
Leukosikositosis yang meningkatkan sel sel darah putih sampai ebanyak 15 000 semasa
persalinan,akan teatp tinggi selama beberapa hari pertama dari masa pospartum . jumlah
sel sel darah putih tersebut maih bisa naik lagi lebih tinnggi smpai 25000 atau 30000
tanpa adanya kondisi patologis jika anita tersebut mengalami persalinan lama .jumlah
hb,hematokrit, dan eritrokit akan sangat berpariasi pada awal awal masa nifas sebagai
akibat dari volume darah, volume pashma dan tingkat volume sel darah yang berubah
ubah

4. Srosedur perawatan diri ibu nifas


Ada pun beberapa prosedur yang biasa nya di lakukan oleh ibu dalam perawatan pasca
persalinan yaitu:
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

a) Mobilisasi
Ibu yang melahirkan secara normal bisa melakukan mobilisasi 6 jam setelah melahir
kan dan 8 jam setelah melahirkan untuk ibu yang menjalani oprasi sesar kemudian
ibu di anjurkan melaksanakan mobilisasi dini,missal nya ibu miring kanan miring
kiri,turun dari tempat tidur belajar duduk dan berjalan sendiri.pada hari ke 2 di
perboleh kan duduk,hari ke 3 di perboleh kan jalan jalan, dan hari ke 4 dan ke 5
sudah di perboleh kan pulang .mobilisasi ini bertujuan agar sirkulasi darah menjadi
lancar, menghindari pembekak kan,dan mencegah thrombosis.
b) Mobilisasi di atas mempunyai variasi,tergantung pada komplikasi
persalinan,nifas,dan sembuh nya luka luka.
c) Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah thrombosis vena.setelah proses
persalinan yang normal, jika gerakan nya tidak terhalang oleh pemasangan
infuse,atau kateter atau tanda vital nya juga memuskan

b. Diet
Diet untuk ibu masa nifas harus banyak mengandung protein,besi, serta kalsium,vitamin
serta serat makanan dan harus mencaku 3000 ml cairan yang1000 ml diantara nya
berupa susu asupan kalori perhari harus di tingkat kan sampai 2700 kal (11500
kilojoule)
a. Kalori
b. Protein
c. Cairan
d. Vitamin dan mineral

c. Miksi
1) Hendak nya kencing di lakukan sendiri secepat nya bila kandung emih penuh wanita
sulit kencing sebaik nya di lakukan kateteresasi .
2) Stress inkontinensia dapat terjadi hanya sementara dan akan menghilang setelah
tonus otot dasar anggul nya membaik
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

d. Idefikasi
Buang air besar harus di lakukan 3-4 kali setelah melahirkan

e. Perawatan payudara
Perawatan ini telah di mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,tidak keras
dan kering untuk mengurus bayi nya .

f. Cuti hamil dan bersalin


Menurut undang –undang bagi wanita perkerja berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan,yaitu 1 bulan sebelum bersalin di tambah 2 bulan setelah
bersalin.

g. Pemeriksaan Pasca Persalinan


Persamaan postnatal antara lain meliputi :
1) Pemeriksaan umun : TTV,keuhan dan sebagai nya
2) Keadaaan umum : kesadaran,selera makan dan lain lain
3) Payudara,ASI,putting susu .
4) Dinding perut,perineum,kandung kemih dan rectum
5) Secret yang keluar misalnya lokia, flour albus
6) Keadaan alat kandungan
h.senam nifas

5. Tujuan perawatan diri


Tujuan perawatan diri bagi ibu yang mengalami nifas adalah :
1) menjaga kesehatan ibu dan bayinya.baik fisik maupun psikologi
2) 2)melaksanakan sekrening yng kompresit,mendeteksi masalah mengobati, atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
3) member pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri,nutrisi,kb,menyusui,pemberian imunisasi pada bayi sehat.
4) memberikan pelayanan KB
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

6. Frekuensi kunjungan masa nifas


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir untuk mencegah,mendeteksi,dan menangani masalah masalah yang terjadi.

Asuhan Sayang Ibu Pada Masa Postpartum


1. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
2. Mengejarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan sabun dan
air.pastikan dia mengerti untuk memebersihkan daerah disekitar vulva terlebih
dahulu,dari depan belakang baru kemudian memebersihkan anus
3. Sarankan ibu untuk mencunci tangan dengn sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kemaluan
4. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
5. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup
6. Batu ibu untuk mulai membiasakan menyusui pemberian asi
7. Anjurkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah
melahirkan minimal minum 3 liter air putih setiap hari
8. Pill zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi selama 40 hari pasca bersalin dan
vitamin a(200.000 unit)agar bisa member vitamin a kepada bayinya melalui asi
9. Diskusikan pentngnya otot otot perut dan panggul kembali normal
10. Menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit
11. Berdiri dengan tungkai dirapatkan
12. Anjurkan ibu menjaga payudara tetap bersih dan kering menggunakan: bh yang
menyokong payudara
13. Apabila putting lecet oleskan kolostrum atau asi yang keluar
14. Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin
terjadi.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB IX
PEMERIKSAAN JENIS BAKTERI MELALUI PEWARNAAN

Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan
cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan
pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan
granula fosfat.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas
dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu
cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.

JENIS-JENIS PEWARNAAN BAKTERI

1. PEWARNAAN NEGATIF

Tujuan pewarnaan negatif adalah untuk mempelajari penggunaan prosedur


pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar diwarnai
oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang.
Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta.Pewarnaan
negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar
belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme
kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan
morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami
pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka
terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan
sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin
atau tinta cina.Pewarnaan negatif memerlukanpewarna asam seperti eosin atau
negrosin.
Alat dan bahan yang digunakan untuk pewarnaan:
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

1. object glass
2. tinta cina
3. mikroskop

Cara pewarnaan:
1. Ambil dua object glass, teteskan tinta cina di ujung kanan salah satu object
glass
2. Biakan diambil lalu diteteskan dalam tinta cina tadi, lalu dicampurkan
3. Tempelkan sisi object glass yang lain kemudian gesekkan ke samping kiri
4. Biarkan preparat mengering di udara, jangan dipanaskan, setelah itu amati
dengan mikroskop

A. PEWARNAAN SEDERHANA
Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat warna
dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi
dan susunan selnya. pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pada umumnya
antara lain kristal violet, metylen blue, karbol, fuchsin, dan safranin.
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan.
Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai
organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan
sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna
yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan
pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna
basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet,
dan karbol fuehsin.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

B. PEWARNAAN DIFERENSIAL

Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti
pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam.
1. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling
banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan
penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau
tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak
pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi
menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki
dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan bakteri gram negatif
mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.
Cara pewarnaan:
1. Sediaan yang sudah direkat diwarnai dengan karbol Kristal ungu selama 5
menit
2. zat warna dibuang dan diganti dengan larutan lugol(larutan J 2+ KJ) dibiarkan
selama 45-60 detik
3. Larutan lugol dibuang dan sediaan dicuci dengan alcohol 96% selama 30detik
atau digoyang-goyangkan sampai tidak ada zat warna yang mengalir lagi.
4. Sediaan dicuci denga air dan diwarnai dengan air fukhsin selama 1-2 menit.
Sediaan dicuci,dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop.

Hasil dapat dibaca sebagai berikut:


 Kuman positif Gram berwarna ungu
 Kuman negative Gram berwarna merah.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Beberapa Perbedaan Sifat Yang Dapat Dijumpai Antara Bakteri Gram Positif Dan
Bakteri Gram Negatif
Kuman Kuman
Positif Gram Negatif Gram
Dinding sel:
Lapisan peptidoglikan Lebih tebal Lebih tipis
Kadar lipid 1-4% 11-22%
Resistensi terhadap
Alakali (1% KOH) Tidak larut Larut
Kepekaan terhadap Lebih peka Kurang peka
jodium
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Resistensi terhadap Lebih tahan Lebih peka
tellurit
Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada yang tahan
asam
Kepekaan terhadap Lebih peka Kurang peka
penisilin
Kepekaan terhadap
streptomisin Tidak peka Peka

2. Pewarnaan Tahan Asam


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam


konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat
warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan
menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur
yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri
tahan asam (BTA).
Pewarnaan Ziehl-Neelsen
Cara pewarnaan:
1. Sediaan kuman diwarnai dengan larutan fukhsin karbol dan dipanaskan dengan
api kecil sehingga keluar asap,biarkan selama 5menit.
2. Sediaan dicuci dengan air dan dimasukkan dalam laruta H2SO4 5% selama 2
detik. Untuk kuman M. leprae digunakan larutan H2SO4 1%.
3. Kemudian dicuci dengan alcohol 60% sehingga tidak ada warna merah
mengalir .
4. Sediaan dicuci dengan air dan diwarnai dengan larutan biru metilen selama 1-
2menit, dicuci dengan air dan dikeringkan.

Hasil dapat dibaca sebagai berikut:


 Kuman tahan asam berwarna merah
 Bukan kuman tahan asam berwarna biru.

C. Pewarnaan Khusus

Pewarnaan khusus merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai struktur


khusus atau tertentu dari bakteri seperti bagian spora, kapsul, dan flagel. Contoh
pewarnaan khusus: Pewarnaan Endospora Anggota dari genus Clostridium,
Desulfomaculatum, dan Bacillus adalah bakteri yang memproduksi endospora
dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif,
sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik
dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi, dan bahan kimia. Tujuan
dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel
vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

a. Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga
sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena
jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga
memberi warna pada latar belakang yang berwana biru gelap.

b. Pewarnaan spora
Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa,
diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora
yang paling banyak digunakan. Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram.
Untuk pewarnaan endospora, perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite
hijau bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya pada pewarnaan Basil Tahan
Asam dimana cat carbol fuschsin harus dipanaskan untuk bisa
menembus lapisan lilin asam mycolic dari Mycobacterium.
Cara Kerja :
1) Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol fuchsin sama banyak.
2) Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada penangas air 80oc
selama 10 menit.
3) Dibuat sediaan dan dikeringkan.
4) Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik
5) Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi warna merah
mengalir.
6) Sediaan dicuci dengan air.
7) Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit kemudian dicuci dan
dikeringkan.
8) Diperiksa di bawah mikroskop.

c. Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspensi koloid garam asam tanat yang tidak
stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB X
Dasar-dasar Mikologi dan Virologi

A. Dasar-dasar Mikologi

Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur


(fungi). Kajian dalam mikologi antara lain meliputi taksonomi jamur, fisiologi jamur,
bioteknologi jamur, budidaya jamur.
Jamur adalah tumbuh-tumbuhan yang berbentuk dan terdiri dari satu sel atau bentuk
benang bercabang-cabang, mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih
inti, tidak mempunyai klorofil, berkembang biak secara asekual dan seksual .Jamur itu
hidup dari zat-zat yang sudah dibuat oleh organisme lain, dan dari hal ini jamur itu
biasa disebut organism heterotrof. Adapun sifat umum jamur yaitu:
 Memiliki inti sel
 Memproduksi spora
 Tidak memiliki klorofil
 Berkembang biak secara seksual maupun aseksual
 Memiliki bagian-bagian tubuh berbentuk filament dengan dinding sel yang
mengandung silolosa

Tubuh jamur berupasel-sel yang lepas satu sama lain, dapat berupa beberapa sel yang
bergan dengan dan dapat juga berupa benang.
 Klasifikasi Jamur

Jamur diklasifikasikan atas dasar bentuk reproduksi seksualnya, namun tahap seksual
sulit untuk diinduksi dan jarang diamati pada bahan klinik. Kebanyakan jamur
dihasilkan melalui pembentukan konidia melalui mitosis(reproduksi aseksual), selama
nomor kromosom tetap sama.
Jamur diklasifikasikan sebagai berikut:

 Askomikotina
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Hasil penyatuan secara seksual dalam sebuah kantong, yang mengandung bentuk-
bentuk meiotik seperti empat atau delapan spora. Contohnya : trichophyton,
Microsporum.
 Basidiomikotina

Hasil penyatuan secara seksual pada pembentukan sebuah organ bentuk tongkat yang
disebut basidium, pada permukaan lahir pada empat bentuk meiotik. Contohnya :
Cryptococcus neoformans.
 Zigomikotina

Miselium biasanya tidak bersekat, spora seksual dihasilkan dalam jumlah tidak terbatas
didalam suatu struktur yang disebut sporangium. Contohnya : Rhizopus nigrans.
 Sifat umum jamur
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Jamur sebagaimana kuman lainnya, untuk hidupnya memerlukan zat organik sebagai
sumber tenaga, sehingga jamur digolongkan sebagai Heterotrop bukan autotrop. Jamur
menggunakan enxim untuk merubah zat organik untuk pertumbuhannya sehingga
jamur, selain heterotrop, juga merupakan saprofit. Ia memperoleh karbohidrat dan zat
organik lain yang berasal dari tumbuhan, binatang dan lain-lainnya yang mati menjadi
zat anorganik.
B. Dasar-dasar Virologi

Secara harfiah kata virus berarti racun, walaupun virus sebenarnya bukan racun.
Virology merupakan cabang biologi yang mempelajari makhluk suborganisme,
terutama virus. Penemu virus pertama kali oleh Aristoteles pada tahun 400SM, yaitu
sebagai penyebab penyakit binatang yang dikenal sebagai rabies.
Selain virus merupakan mikroba yang terkecil, juga berbeda dengan mikroba yang lain
sebab bahan genetik virus terdiri atas RNA dan DNA. Tetapi, tidak terdiri sekaligus
dari kedua jenis asam nukleat tersebut. Begitu kecilnya ukiran virus sehingga untuk
melihatnya harus menggunakan mikroskop elektron, tidak bisa dengan mikroskop
biasa.
 Evolusi Asal-Usul Virus

Asal-usul virus tidak diketahui, akan tetapi telah dikemukakan tiga hipotesa mengenai
asal-usul virus:
 Virus merupakan parasit sel-sel primitive dan keduanya berevolusi bersama.
Banyak virus sekarang tidak menyebabkan kerusakan sel tuan rumah dan tetap
laten dalam tuan rumah.
 Virus berevolusi dari kuman parasit. Meskipun ini mungkin demikian untuk
organism intraseluler obligat lainnya, missal nya khlamidia, pada saat ini tidak ada
bukti bahwa virus berevolusi dari kuman.
 Virus mungkin merupakan komponen sel tuan rumah yang menjadi otonom.

 Klarifikasi Virus
 Jenis asam nukleat : ARN atau ADN, beruntai tunggal atau ganda
 Ukuran dan morfologi: termasuk tipes imetri dan adanya selaput
 Adanya enzim-enzim spesifik terutama polymerase
 Kepekaan terhadap zat kimia dan keadaan fisik, terutamaeter
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 Cara-cara penyebaran alamiah


 Sifat-sifat virus diantara lain:
1. Virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA),
akan tetapi tidak terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaligus.
2. Virus terdiri dari pembungkus yang melindungi asam nukleat.
3. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner.
4. Komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel
hospes tidak lama sebelum disebabkan.
5. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup.

Virus merupakan mikroorganisme terkecil yang pernah dikenal. Umumnya tidak dapat
dilihat dengan mikroskop biasa.
1. Jamur Yang Mempengaruhi Kesehatan Ibu Hamil Dan Menyusui

Jamur yang mempengaruhi kesehatan Ibu hamil dan menyusui diantaranya:

1. Arenavirus

2. Colorado tick fever


3. Cytomegalovirus

4. Fifth disease
5. Genital herpes simplek
6. Hepatitis
7. Rubella
8. HIV
9. HTLV
10. Influenza
11. Orbivirus
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

12. Polyomavirus

13. Varicella zoster

CMV Duodenitis I
- manusia merupakan satu-satunya reservoir CMV yang menginfeksi manusia
- sangat labil (mudah rusak) pada kondisi panas dan kering
- penularan horisontal
- pengasuh anak : resiko 20 kali lebih besar
- sumber virus :
sekret orofaring, urin, eksresi serviks dan vagina, semen, air susu, air mata, feses dan
darah
- kondisi sosial ekonomi rendah : faktor predisposisi
- virus sering ditemukan dalam urin orang yang tidak tampak sakit
- infeksi CMV merupakan infeksi virus kongenital yang paling sering dijumpai pada
manusia

HSV: herpes simplex virus


- infeksi pada bayi baru lahir:
• dalam kandungan
• saat lahir (75-80%)
• setelah lahir
- infeksi intrauterine:
• jalur transplasental
• perambatan ke atas (ascending infection)

Virus Hepatitis B (HBV)


Penularan terjadi terutama melalui darah,semen,cairan vagina :
- penularan secara vertical saat perinatal juga terjadi
- kelompok resiko tinggi:
pekerjaan kesehatan, penerima transfuse darah
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

- karier HBV dapat tetap sehat dan tidak pernah mengalami hepatitis, tetapi
sebagian kecil berlanjut menjadi hepatitis kronis aktif dan sirosis hepatis bertahun-
tahun kemudian.
Pencegahan Hepatitis B (HBV) :
- pencegahan penularan pada bayi baru lahir dilakukan dengan memberikan
imunoglobulin anti HBV dalam 12 jam setelah kelahiran disertai dengan pemberian
vaksin HBV

Virus Hepatitis E (HEV)


- meninbulkan banyak kematian pada wanita hamil
- menular melalui jalur fekal-oral
Human imunodeficiency virus (HIV)
- Transmisi transplasental pada masa kehamilan telah dibuktikan dapat terjadi
- Penularan pada saat kelahiran dan pasca kelahiran melalui air susu ibu juga mungkin
terjadi
- Penularan horisontal terjadi melalui kontak seksual dan jalur perenteral
- Jalur yang tidak perlu dikuatirkan dalam penularan HIV adalah: kontak non
seksual,paparan terhadap air ludah, urin dan serangga
- Diperlukan standar tertentu dalam perawatan penderita HIV

MIKOLOGI
Ciri-ciri jamur:
-Eukariota
-Tidak berkhlorofil
-Heterotrof
-Uniseluler/multiseluler
-Reproduksi : seksual dan aseksual
-Memerlukan bahan organik dan kelembaban tinggi

2. Klasifikasi, Morfologi dan Reproduksi Hubungan Virus Dengan sel

Klasifikasi dan morfologi virus dapat berkembang setelah ditemukannya mikroskop


elektron metode defraksi sinar X. Walaupun demikian klasifikasi virus masih tergolong
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

dalam tingkatan permulaan. Hal ini, disebabkan sangat rumitnya sifat dari virus,
sehingga belum ada kesamaan diantara para ahli. Mereka mengklasifikasikan virus
dengan dasar yang berbeda-beda, dasar yang dipakai untuk kepentingan klasifikasi
adalah :
1. Susanan DNA atau RNA
2. Besar (ukurannya) virus
3. Bentuk atau morfologi virus dan satuan strukturnya
4. Kepekaan terhadap agensia inaktifasi
5. Jasad inang (host) atau jaringan apa yang dapat ditumpangi
6. Sifat immunologi (serologi)
7. Cara transmisinya dalam alam
8. Simptom (gejala) penyakit yang ditimbulkannya
Bagian terluar dari virus adalah protein. Protein merupakan kompenen tunggal kapsid,
bagian terbesar dari selubung dan merupakan bagian protein (core inti) pada beberapa
virus yang isokahedral. Sedangkan selubung virus sering mengandung glikoprotein.
Ada protein dari beberapa virus mempunyai sifat menggumpalkan darah merah
binatang. Dikenal sebagai hemaglutini. Selain itu beberapa virus juga mengandung
enzim yaitu :
1. Enzim neurominidase. Enzim ini terdapat pada salah satu tonjolan glikoprotein,
yang berfungsi untuk membantu proses penetrasi ke dalam sel.
2. Enzim RNA polimerase. Enzim ini berfungsi untuk membentuk DNA dari cetakan
RNA.
3. Enzim nuklease. Enzim ini bekerja pada asam nukleat.
Jenis virus yang berselubung, selubungnya mengandung lipid netral, fosfolipid dan
glikolipid. Pada dasarnya virus hanya terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh
protein, sehingga virus sangat mudah terpengaruh oleh faktor luar. Oleh sebab itu,
secara umum virus sangat atau lebih labil terhadap pengaruh panas, kecuali virus
hepatitis B dan virus serapil. Untuk virus berselubung, umumnya lebih stabil terhadap
pengaruh panas. Oleh sebab itu untuk penyimpanan jangka lama suspensi harus
disimpan pada suhu yng rendah atau dengan cara liofilisasi atau (freeze and drying).
Semua virus dapat di inaktifkan oleh radiasi elektromagnetik, terutama sinar pengion
dan sinar glombang pendek. Misalnya sinar X menginaktifkan virus dengan cara
memecahkan asam nukleat. Oleh sebab itu, inaktifasi yang menggunakan sinar X pada
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

virus asam nukleat rantai tunggal lebih efektif dari pada virus asam nukleat rantai
ganda. Begitupula sinar ultraviolet juga merusak asam nukleat. Keduanya,
mengakibatkan ketidak mampuan bereplikasi dan juga (mungkin) translasi. Pada
penggunaan sinar radiasi dosis tinggi, selain asam nukleat, kapsid pun menjadi rusak
sehungga virus kehilangan kemampuan untuk interferensi, hemaklutinasi dan sifat-sifat
khas keantigenannya.
 REPRODUKSI
Untuk perbanyakan diri virus memerlukan sel-sel hidup lainnya. Proses replikasi virus
dapat dibagi dalam 6 tahap ,yaitu :
1. Adsorbsi ( penyerapan) partikel virus pada sel inang ( organnisme dimana virus
tinggal)
2. Penetrasi virus ( penembusan ) atau asam nukleat virus di dalam sel
3. Kemudian diikuti replikasi asam nukleat virus di dalam sel
4. Pembentukan kapsomer protein dan bagian esensil (penting) dari virus
5. Penyusunan asam nukleat dan kapsomer protein menjadi partikel virus baru
6. Pembebasan partikel dari dalam sel
Hubungan Virus Dengan Sel
Virus tentu ada yang menguntungkan dan adapula yang merugikan manusia. Tetapi
hal yang tidak diragukan adalah virus tentulah merugikansel yang lain. Hubungan
virus dengan sel tentulah bervariasi, tergantung pada jenis virus itu sendiri dan juga
inangnya. Dipandang dari sudut bakteri, ia merugikan karena menyerang bakteri, tetapi
ada kemungkinan menguntungkan untuk manusia Bagaimana mekanismenya sehingga
sel bakteri bisa lisis, akan ditinjau tingkatan-tingkatan yang terjadi pada waktu
bakteriophage menyerang bakteri:
1. Pada awalnya bakteriophage melekat dengan bagian ekornya pada bagian tertentu
dari sel.
2. Kemudian DNA bakteriophage dimasukkan kedalam sel melalui tubus ekornya,
fase ini dapat dikatakan sebagai fase permulaan perkembangan virus.
3. Fase terakhir adalah keluarnya partikel-pertikel bakteriophage dari sel. Selnya
mengalami lisis, atau bakteriophagenya yang lisis.

 TINGKAT TAKSONOMI
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Disebut juga tingkat pengelompokkan.Tingkatan ini disusun oleh kelompok (takson)


yang paling umum sampai kepada kelompok yang paling khusus, dengan urutan
tingkatan sebagai berikut:
1. Regnum/Kingdom (Dunia/Kerajaan)
2. Divisio/Phyllum (Tumbuhan/Hewan)
3. Classis (Kelas)
4. Ordo (Bangsa)
5. Familia (Suku)
6. Genus (Marga)
7. Species (Jenis)

TATA NAMA
Dalam pemberian nama mahluk hidup kita mengenal nama daerah (anjing, dog) dan
nama ilmiah (ex: canine). Nama daerah hanya dapat dimengerti oleh penduduk di
daerah itu. Nama Ilmiah digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah di seluruh dunia
menggunakan bahasa latin/yang dilatinkan. Setiap organisme hanya memiliki satu
nama yang sah.
CARA PEMBERIAN NAMA JENIS
Sistem tata nama yang digunakan disebut "binomial nomenclatur" yaitu pemberian
nama jenis/spesies dengan menggunakan 2 kata. Misalnya: padi > Oryza sativa. Cara :
Kata depan : nama marga (genus)
Kata belakang : nama petunjuk spesies (spesies epithet). Sistem binomial nomenklatur
dipopulerkan pemakaiannya oleh Carolus Linnaeus.
CARA PEMBERIAN NAMA KELAS, BANGSA DAN FAMILI
1. Nama kelas adalah nama genus + nae. contoh: Equisetum + nae, menjadi kelas
Equisetinae.
2. Nama ordo adalah nama genus + ales. contoh: zingiber + ales, menjadi ordo
Zingiberales.
3. Nama famili adalah nama genus + aceae. contoh: Canna + aceae, menjadi famili
Cannacea.
Ilmu tentang Virus disebut Virologi. Virus (bahasa latin) = racun. Hampir semua virus
dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah mahluk yang
berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan lolos
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

dari saringan bakteri (bakteri filter).


STRUKTUR TUBUH
Tubuhnya masih belum dapat disebut sebagai sel, hanya tersusun dari selubung protein
di bagian luar dan asam nukleat (ARN & ADN) di bagian dalamnya. Berdasarkan asam
nukleat yang terdapat pada virus, kita mengenal virus ADN dan virus ARN. Virus
hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio, jaringan
hewan, jaringan tumbuhan). Bahan-bahan yang diperlukan untuk membentuk bagian
tubuh virus baru, berasal dari sitoplasma sel yang diinfeksi
BERBAGAI VIRUS YANG MERUGIKAN
1. Pada Tumbuhan :
1.1. Virus TMV (Tabacco Mozaik Virus) penyebab mozaik pada daun tembakau.
1.2. Virus Tungro: penyebab penyakit kerdil pada padi. Penularan virus ini dengan
perantara wereng coklat dan wereng hijau.
1.3. Virus CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) menyerang tanaman jeruk

2. Pada Hewan :
2.1. Virus NCD (New Castle Disease) penyebab penyakit tetelo pada
ayam dan itik.

3. Pada Manusia :
3.1. Virus Hepatitis, penyebab hepatitis (radang hati), yang paling
berbahaya adalah virus Hepatitis B.
3.2. Virus Rabies : penyebab rabies
3.3. Virus Polio :penyebab polio
3.4. Virus Variola dan Varicella : penyebab cacar api dan cacar air
3.5. Virus Influenza : penyebab influensa
3.6. Virus Dengue : penyebab demam berdarah
3.7. Virus HIV : penyebab AIDS
Cara pencegahan penyakit karena virus dilakukan dengan tindakan vaksinasi. Vaksin
pertama yang ditemukan oleh manusia adalah vaksin cacar, ditemukan oleh Edward
Jenner (1789), sedangkan vaksinasi oral ditemukan oleh Jonas Salk (1952) dalam
menanggulangi penyebab polio. Manusia secara alamiah dapat membuat zat anti virus
di dalam tubuhnya, yang disebut Interferon, meskipun demikian manusia masih dapat
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

sakit karena infeksi virus, karena kecepatan replikasi virus tidak dapat diimbangi oleh
kecepatan sintesis interferon.

4. Virus Yang Mempengaruhi Kesehatan Ibu Hamil Dan Menyusui

Beberapa virus mempengaruhi kehamilan dari proses penyusuan. Berikut ini diuraikan
satu persatu, sekalipun masih banyak lagi.

1. Virus HIV

Pada berbagai penelitian menunjukkan bahwa kehamilan dapat memperberat kondisi


klinik wanita dengan infeksi HIV.penularan (transmisi vertical)virus HIV dari ibu
kepada janinnya telah terbukti dengan suatu penelitian,akan tetapi belum jelas,kapan
transmisi tersebut terjadi.transmisi dapat terjadi melalui plasenta,perlukaan dalam
proses persalinan atau melalui air susu ibu (ASI).walaupun demikian WHO
menganjurkan agar ibu dengan positif HIV tetap menyusui bayinya mengingat
manfaat ASI yang lebih besar dibandingkan dengan resiko penularan HIV.

2. Rubella

Virus rubella adalah virus pada saluran nafas manusia. Virus ini menjadi masalah
karena dapat menginfeksi bayi selama dalam kandungan dan menimbulkan kelainan
yang berat pada bayi. Virus rubella mula-mula menginfeksi saluran nafas atas,lalu
menjalar ke getah bening lokal,terjadi limfadenopati,kemudian terjadi viremia,virus
menyebar ke seluruh tubuh dan terjadi infeksi jaringan lain. Gejala prodomial ini
berlangsung sekitar 2 minggu,selama masa ini penderita masih dapat menyebarkan
virus melalui percikan secret pernafasan.
Apabila infeksi pertama terjadi pada saat kehamilan,tanggap kebal primer baru
menghasilkan antibodi setelah viremia menyebar ke plasenta. Virus lalu berkembang
biak keperedaran darah fetus.virus mungkin tidak menghancurkan sel yang
terinfeksi,tetapi infeksi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
normal,mitosis dan struktur kromosom sel fetus.

3. Herpes simpleks
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Penularan kepada anak dapat terjadi (1) hematogen melalui plasenta, (2) akibat
perjalanan keatas dari vagina ke janin apabila ketuban pecah,atau (3) melalui kontak
langsung pada waktu bayi lahir.

4. Demam berdarah dengue (DBD)

Sebuah penelitian melaporkan bahwa kadar antibodi terhadap DBD didalam darah tali
pusat lebih tinggi daripada didalam darah ibu.keadaan ini dapat disimpulkan bahwa
dalam kehamilan telah terjadi imunisasi pasif transplasental.dikemukakan pula bahwa
antibodi yang terdapat lebih dini ini akan dapat mencegah terjadinya demam berdarah
dengue ataupun sindrom renjatan dengue bila terjadi infeksi baru.

5. Rubeola (campak)

Rubeola pada orang dewasa biasanya lebih berat dibanding pada anak-anak.apabila
wanita hamil diserang penyakit ini,maka janin mempunyai prognosis buruk,dapat
terjadi partus prematurus dan kelahiran mati.infeksi dalam triwulan dapat
menyebabkan abortus dan mungkin cacat bawaan. Persalinan tidak dipengaruhi oleh
rubeola, akan tetapi dalam masa nifas dapat terjadi komplikasi alat pernafasan yang
biasanya disebabkan oleh infeksi skunder dan mudah diobati dengan antibiotik.bagi
rubeola tidak dikenal pengobatan khusus.penanganan penderita dengan cara
beristirahat dengan posisi berbaring dan pemberantasan infeksi sekunder sesuatu
penanganan yang sangat penting.

6. Varisella (cacar air)

Varisella terutama merupakan penyakit anak-anak dan sangat jarang dijumpai dalam
kehamilan dan nifas. Walaupun umumnya cacar air itu suatu penyakit yang
ringan,namun pada wanita hamil kadang-kadang bisa menjadi lebih berat dan dapat
menyebabkan partus prematurus.

CMV Duodenitis I
- manusia merupakan satu-satunya reservoir CMV yang menginfeksi manusia
- sangat labil (mudah rusak) pada kondisi panas dan kering
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

- penularan horisontal ; kontak yang dekat


- pengasuh anak ; resiko 20 kali lebih besar
- sumber virus :
sekret orofaring, urin, eksresi serviks dan vagina, semen, air susu, air mata, feses dan
darah
- kondisi sosial ekonomi rendah : faktor predisposisi
- virus sering ditemukan dalam urin orang yang tidak tampak sakit
- infeksi CMV merupakan infeksi virus kongenital yang paling sering dijumpai pada
manusia
- 10-15% anak yang terinfeksi dalam kandungan memperlihatkan kelainan neurologik
dalam jangka waktu panjang
Genital herpes simplex

(HSV-1 & HSV-2)


HSV: herpes simplex virus
- infeksi pada bayi baru lahir:
• dalam kandungan
• saat lahir (75-80%)
• setelah lahir
- infeksi intrauterine:
• jalur transplasental
• perambatan ke atas (ascending infection)
Virus Hepatitis B (HBV)
Penularan terjadi terutama melalui darah,semen,cairan vagina :
- penularan secara vertical saat perinatal juga terjadi
- kelompok resiko tinggi:
pekerjaan kesehatan, penerima transfuse darah
- karier HBV dapat tetap sehat dan tidak pernah mengalami hepatitis, tetapi
sebagian kecil berlanjut menjadi hepatitis kronis aktif dan sirosis hepatis bertahun-
tahun kemudian.
Pencegahan Hepatitis B (HBV) :
- pencegahan penularan pada bayi baru lahir dilakukan dengan memberikan
imunoglobulin anti HBV dalam 12 jam setelah kelahiran disertai dengan pemberian
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

vaksin HBV

Virus Hepatitis E (HEV)


- meninbulkan banyak kematian pada wanita hamil
- menular melalui jalur fekal-oral
Human imunodeficiency virus (HIV)
- Transmisi transplasental pada masa kehamilan telah dibuktikan dapat terjadi
- Penularan pada saat kelahiran dan pasca kelahiran melalui air susu ibu juga mungkin
terjadi
- Penularan horisontal terjadi melalui kontak seksual dan jalur perenteral
- Jalur yang tidak perlu dikuatirkan dalam penularan HIV adalah: kontak non
seksual,paparan terhadap air ludah, urin dan serangga.
- Diperlukan standar tertentu dalam perawatan penderita HIV

MIKOLOGI
Ciri-ciri jamur:
-Eukariota
-Tidak berkhlorofil
-Heterotrof
-Uniseluler/multiseluler
-Reproduksi : seksual dan aseksual
-Memerlukan bahan organik dan kelembaban tinggi
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB XI
KONSEP DASAR IMUNOLOGI
A. IMUNITAS
Imunologi mempelajari kekebalan khas terhadapinfeksi berikutnya oleh mikro
organisme atau produknya. Imunologi ialah suatu cabang ilmu yang mempelajari
respons tubuh tentang suatu antigen. Mekanisme imunologi berperan pada
pertahanan tubuh terhadap suatu penyebspenyebab infeksi tetapi sekali-kali dapat
juga menyebabkan kerusakan. Teknologi hibridoma adalah teknologi yang baru
ditemukan beberapa tahun yang lalu, teknik ini memungkinkan produksi antibody
terhadap suatu antigen saja (epitope). Dengan teknik ini sekarang dapat diperoleh
antibody yang sangat homogen dan khas dalam jumlah yang tidak terbatas.
Sekarang antibody semacam ini sudah dapat dipergunakan menegakkan diagnosis
dan akan dapat dipergunakan untuk mengobati penderita kelak. Pada masa ini
imunologi meliputi semua reaksi proses yang menguntungkan maupun merugikan
(kadang-kadang menguntungkan dan merugikan bersama-sama) dengan tidak
dipertimbangkan apakah reaksi atau proses-proses ini kurang kuat atau lebih kuat
dari aslinya. Secara singkat imunologi memiliki peran biologis yang luas meliputi
jonsep pengenalan, kehkasan dan memori.

Sejarah Imunologi
Mungkin sejarah imonologi dapat dikatakan mulai mulai sejak dilakukannya
variolasi di India dan Cina dahulu. Janner (1878) menggunakan cacar sapi yang
avirulen melindungi terhadap inveksi cacar. Metchnikoff (1883) mengemukakan
teori tentang peran fogosit dalam proses kekebalan. Von Behring (1890)
menemukan antibodi terhadap toksin divetri didalam serum. Coons (1942)
memperkenalkan teknik antibodi fluoresensi. Mwdwar (1958) menemukan
toleransi imunologik. Portar dan Edelman (1959) menemukan struktur
imunoglubulin. Denys dan leclef (1895) menemukan bahwa fagositosis dapat
ditingkatkan dengan imunisasi. Ehrlich (1897) mengemukakan teori reseptor
“rantai samping” tentang sintetis antibody. Bordet (1899) menemukan bahwa lisis
sel oleh antibody memerlukan kerja sama dengan faktor-faktor serum yang secara
keseluruhan disebut komplemen.
Landsteiner ( 1990) mendapatkn golongan darah ABO manusia dan
isohemaglutinin alamiah . richet dan portier (1920) mengusulkan istilah anafilaksis
terhadap lawan drai provilaksis

IMUNITAS
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Kekebalan yang dimiliki oleh pejamu terhadap efek buruk infeksi mikroba patogen
yang disebut imunitas.Terdapat 2 golongsn besar :
1. Kekebalan Alamiah
Merupakan kekebalan dasar yang diturunkan secara genetik dari suatu generasi
kepada genersi berikutnya. Jenisnya :
a. Kekebalan spesies, individu dari spesies yang sama menunjukkan pola
kepekaan yang sama terhadap berbagai infeksi kuman.
b. Kekebalan ras, didalam spesies perbedaan ras dapat menyebabkan perbdaan
kepekaan terhadap infeksi.
c. Kekebalan perorangan, individu dalam suatu populasi dapat menunjukkan
veriasi responnya terhadap inveksi mikroba. Faktor yang mempengaruhi
kekebalan alamiah :

1. Umur
2. Kpengaruh hormon
3. Gizi
Mekanisme kekebalan alamiah, permukaan epitel, pertahanan jaringan.

Faktor Hormonal yaitu,


1. Lisosom
2. Prpperdin
3. Beta Lisin
4. Polipeptida basa
5. Protein C-reaktif
6. Bakterisidin
7. Komplemen
8. Penghambat hialuronidasa non spesivik

2. Kekebalan Didapat
1. Kekebalan pasif
a. Kekebalan pasif ilmiah.
b. Kekebalan aktif buatan.
2. Kekebalan aktif
a. Kekebalan aktif alamiah.
b. Kekebalan aktif buatan
c.
Perbedaan kekuatan aktif dan pasif
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

VAKSINASI
Vaksin, mikroorganisme hidup atau mati jika diberikan diberikan kepada suatu
individu,akan menyebabkan imunisasi aktif buatan. Pembakuan vaksin, tujuannya
ialah mengevaluasikan kekuatan vaksin dan juga khasiatnya. Bahaya pemberian
vaksin, seperti sepsis lokal, hepatitis seerum, demam, kelesuan, rasa sakit pada
tempat suntikan,itu adalah efek samping dari pemberian vaksin.

ANTIGEN
Suatu zat yang bila diberikan yang diberikan secara pariental ke dalam tubuh akan
merangsang pembentukan antibodi yang akan bereaksi secara khas dan dapat
dinikmati.

ANTIBODI-IMUNOGLOBIN
Antibodi adalah suatu zat cair yang dibuat secara respons terhadap rangsangan
antigen. Sifat antibodi :
1. Merupakan suatu protein.
2. Terbentuk secara respons terhadap rangsangan antigen.
3. Bereaksi yang khas dengan antigen yang cocok dengannya dan hasil reaksinya
mudah diamati.
Imunoglobulin, protein yang berasal dari hewan yang memiliki aktifitas sebagai
antibodi. Berdasarkan ukurannya, dibedakan menjadi IgGa, IgA, IgM, IgD, dan IgE.

Reaksi Antigen dan Antibodi


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Sistem Komplemen
Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks
protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Pada kedaan normal
komplemen beredar di sirkulasi. darah dalam keadaan tidak aktif, yang setiap
saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang tidak tergantung satu dengan yang
lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi sistem komplemen
menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi
biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen.

Sruktur dan Fungsi Sistem Imun

Yaitu gabungan dari sel/molekul/jaringanyang berperanan dalam pertahanan tubuh


terhadap infeksi.
Fungsi Sistem Imunitas
1.Melindungi tubuh dari bibit penyakit
2.Menghancurkan mikroorganisme/substansi asing dalam tubuh
3.Menghilangkan sel mati untuk perbaikan jaringan
4.Mengenali dan menghilangkan jaringan abnormal

Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh
biologis luar yang luas, organism akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat zat asing lain dan memusnahkan
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti
biasa.

1. pertahanan fisik: kulit, mukosa membran.


2. Pertahanan kimiawi: saliva, air mata, lisozim (enzim penghancur)
3. Pertahanan biologis: darah putih yang bersifat fagosit (neufil, monositacidofil),
protein antimikroba dan respon pembengkakan (inflammatory).

HIPERSENSITIVITAS

Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963) membagi reaksi ini menjadi 4 tipe
berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV.

REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I

Reaksi tipe I disebut juga reaksi cepat, atau reaksi alergi, yang timbul kurang dari 1 jam
sesudah tubuh terpajan oleh alergen yang sama untuk kedua kalinya. Pada reaksi tipe ini,
yang berperan adalah antibodi IgE, sel mast ataupun basofil, dan sifat genetik seseorang
yang cendrung terkena alergi (atopi).

REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE II

Reaksi hipersensitifitas tipe II disebut juga dengan reaksi sitotoksik, atau sitolisis. Reaksi
ini melibatkan antibodi IgG dan IgM yang bekerja pada antigen yang terdapat di
permukaan sel atau jaringan tertentu. Prosesnya ada 3 jenis mekanisme yang mungkin,
yaitu:

1. Proses sitolisis oleh sel efektor. Antibodi IgG/IgM yang melekat dengan antigen
sasaran, jika dihinggapi sel efektor, ia (antibodi) akan berinteraksi dengan reseptor
Fc yang terdapat di permukaan sel efektor itu. Akibatnya, sel efektor melepaskan
semacam zat toksik yang akan menginduksi kematian sel sasaran. Mekanisme ini
disebut ADCC (Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity).
2. Proses sitolisis oleh komplemen. Kompleks antigen-antibodi di permukaan sel
sasaran didatangi oleh komplemen C1qrs, berikatan dan merangsang terjadinya
aktivasi komplemen jalur klasik yang akan berujung kepada kehancuran sel.
3. proses sitolisis oleh sel efektor dengan bantuan komplemen. Komplemen C3b yang
berikatan dengan antibodi akan berikatan di reseptor C3 pada pemukaan sel efektor.
Hal ini akan meningkatkan proses sitolisis oleh sel efektor.

Keseluruhan reaksi di atas terjadi dalam waktu 5-8 jam setelah terpajan antigen
yang sama untuk kedua kalinya.Contoh penyakit yang ditimbulkan: Reaksi
transfusi, Rhesus Incompatibility, Mycoplasma pneumoniae related cold
agglutinins, Tiroiditis Hashimoto, Sindroma Goodpasture’s, Delayed transplant
graft rejection.

REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE III


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Reaksi hipersensitifitas tipe III ini mirip dengan tipe II, yang melibatkan antibodi IgG dan
IgM, akan tetapi bekerja pada antigen yang terlarut dalam serum.

REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE IV

Reaksi hipersensitifitas tipe IV berbeda dengan reaksi sebelumnya, karena reaksi ini tidak
melibatkan antibodi akan tetapi melibatkan sel-sel limfosit. Umumnya reaksi ini timbul
lebih dari 12 jam stelah pemaparan pada antigen, sehingga reaksi tipe ini disebut reaksi
hipersensitifitas tipe lambat. Antigen untuk reaksi ini bisa berupa jaringan asing,
mikroorganisme intraseluler (virus, bakteri), protein, bahan kimia yang dapat menembus
kulit, dan lain-lain.

Penyakit Infeksi Karena Imunologi Pada Ibu dan anak

1. Infeksi Torch

TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-
II) pada wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo),
Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) and other diseases.
Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada
wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan ataupun terjadinya
keguguguran dini.

a. Toksoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik.
Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi. Toxoplasma yang disertai gejala ringan,
mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak
menimbulkan masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya
penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon
imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah
abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita
Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah
dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn
ensefalitis. Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-
gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh
karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma
IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut
perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum
atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir
dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.

b. Rubella
Rubella adalah infeksi yan menyerupai campak, hanya saja bercaknya sedikit lebih
kasar. Infeksi rubella pada trimester pertama memberikan dampak buruk untuk
kemungkinan besar terjadinya kelainan bawaan. Kelainan bawaan yang banyak
ialah defek pada jantung, katarak, retinitis, dan ketulian. Oleh karena itu, infeksi
pada trimester pertama memberi pilihan untuk aborsi. Kepastian infeksi dinyatkan
pada konversi dari IgM negatif menjadi positif dan meningkatnya IgG secara
bermakna. Kadar IgM ini dapat pula dibuktikan dalam darah tali pusat.

c. Infeksi Cytomegalovirus (CMV)


CMV termasuk golongan virus herpes DNA. Hal ini berdasarkan struktur dan cara
virus CMV pada saat melakukan replikasi. Virus ini menyebabkan pembekuan sel
yang karakteristik sehingga terlihat sel membesar dan tampak seperti gambaran
mata burung hantu. Penularan CMV ini berlangsung secara horisontal, vertikal dan
hubungan seksual. Transmisi horisontal terjadi melalui doplet infektion dan kontak
dengan air ludah dan air seni. Sementara itu tranmisi vertikal adalah melalui proses
infeksi maternal ke janin.

d. Herpes Simplek Type II


Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks
tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui
serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada
kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi
HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus).
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan
mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang
dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan
dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi
gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis.
Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu
mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi
yang tepat.

2. HIV (Human Immunodeficiency virus)

HIV adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh,dan AIDS adalah kumpulan
gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

lahir. AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.Acquired


artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit turunan, immuno berarti sistem kekeblan
tubuh, Deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala.AIDS
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak kekebalan tubuh, sehingga
mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal.Padahal penyakit-
penyakit tersebut misalnya berbagai virus,cacing,jamur,protozoa,dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal.Selain
penyakit infeksi,penderita AIDS juga mudah terkena kanker.Dengan demikian gejala
AIDS amat bervariasi.Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Humman
Immuno-deficiency Virus).

A. Stadium HIV

Infeksi HIV memilikin 4 stadium sampai nantinya menjadi AIDS, yaitu :


a) Stadium I,Ibu dengan HIV positif tidak akan menunjukkan gejala klinis yang
berarti sehingga ibu akan tampak sehat seperti orang normal dan mampu
melakukan aktifitasnya seperti biasa.
b) Stadium II, Sudah mulai menunjukkan gejala yang ringan seperti terjadi
penurunan berat badan kurang dari 10%,infeksi yang berulang pada saluran nafas
san kulit.
c) Stadium III,Ibu dengan HIV sudah tampak lemah,gejala dan infeksi sudah mulai
bermunculan dan ibu akan mengalami penurunan berat badan yang lebih berat
,diare yang tidak kunjung sembuh ,demam yang hilang timbul, dan mulai
mengalami infeksi jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah menjalar sampai
ke paru-paru.
d) Stadium IV,Pasien akan menjadi AIDS aktivitas akan banyak dilakukan di tempat
tidur karena kondisi dan keadaan sudah mulai lemah ,serta infeksi mulai
bermunculan di mana-mana dan cenderung berat.

B. Diagnosis

Diagnosis HIV/AIDS di negara berkembang Diagnosis sering terlambat karena : Diagnosis


klinis dini sulit karena periode asimptomatik yang lama. Pasien enggan / takut periksa ke
dokter Sering pasien berobat pada stadium AIDS dengan infeksi oportunistik yang sulit
didiagnosis karena : kurang dikenal manifestasi klinis atipikal sarana diagnostik kurang.
DIAGNOSIS Klinis
Curiga AIDS secara klinis : Batuk lebih dari 2 3 minggu Penurunan berat badan menyolok
> 10 % Panas > 1 bulan Diare > 1 bulan Perhatikan : kandidiasis oral Herpes zooster yang
luas, kambuhan Sariawan rekuren dan berat.

DIAGNOSIS klinis
Curiga AIDS secara klinis : Penyakit kulit : dermatitis seborroik
kambuhan, psoriasis prurigo noduler, dermatitis generalisata Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur kambuhan ( kandidiasis vagina / keputihan ) pada alat kelamin wanita
Pneumonia berat berulang Pasien TBC terutama : TB
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

ekstrapulmonal : limfadenitis TB, efusi pleura TB, TB intestinal, TB peritoneal, TB kulit


TB paru + kandida oral TB MDR , TB-XDR.

DIAGNOSIS
Curiga HIV secara klinis : Riwayat perilaku seksual Riwayat penggunaan narkoba Riwayat
pekerjaan : pelaut, sopir truk, dll Riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku
risiko tinggi Riwayat transfusi Perhatikan ciri khas /

tanda kelompok risiko misal : tato , perilaku tertentu Sekarang HIV sudah berkembang
pada bukan kelompok risti misal ibu rumah tangga

DIAGNOSIS Laboratorium HIV


Diagnosis Laboratorium : Serologis / deteksi antibodi : rapid tes, ELISA, Western Blot (
untuk konfirmasi ) Deteksi virus : RT- PCR, antigen p24 Indikasi : Pasien secara klinis
curiga AIDS Orang dengan risiko tinggi Pasien infeksi menular seksual Ibu hamil di
antenatal care ( PMTCT ) Pasangan seks atau anak dari pasien positip HIV.
DIAGNOSIS laboratorium Perhatikan negatif palsu karena periode jendela.Pada risiko
tinggi , tes perlu diulang 3 bulan kemudian, dan seterusnya tiap 3 bulan. Hati-hati positif
palsu terutama pada pasien yang asimptomatik. Pemeriksaan serologi harus dikonfirmasi
dengan western blot, atau setidaknya harus dengan strategi 3 test dengan metode berbeda
yang melibatkan ELISA.

C. Etiologi

Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunya bisa diketahui penularan HIV terjadi kalau
ada cairan tubuh yang mengandung HIV,seperti hubungan seks dengan pasangan yang
mengidap HIV, jarum suntik,dan alat-alat penusuk (tato,penindik,dan cukur) yang tercemar
HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita.
Yang mengidap HIV (+).Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin
tertular.Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi ,sebagian besar penularan
terjadi waktu melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular jika persalinan
berlanjut lama.Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular oleh darah
ibu,Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus itu. Jadi jika
bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular.

Prediksi Penularan tanpa Pencegahan dari Ibu ke bayinya

• Selama kehamilan : 5 – 10 %
• Selama persalinan : 10 -20 %
• Selama menyusui : 10 -20 %
Prediksi Penularan dari Ibu ke bayinya
• Selama kehamilan : 5 – 30 %
• Selama persalinan : 25 - 35 %
• Selama menyusui : 30 - 45 %

Menyusui Bayi dari Ibu HIV Positif

• Bila pengganti ASI tersedia, diterima, terjamin berkelanjutan, dan aman maka dianjurkan
tidak menyusui
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

• Jika tidak ada pilihan: hanya boleh ASI Eksklusif 6 bulan


• Setelah 6 bulan secepatnya disapih dari ASI
• Setelah penyapihan diberikan makanan pengganti ASI yang mengandung tinggi energi
dan protein, mikronutrien, dan kalsium Mengingat bahaya dan peningkatan kasus yang
semakin tinggi dan penatalaksanaan yang semakin komplek, maka pemahaman tentang
HIV/AIDS sangat diperlukan bagi kita semua.

D. Patofisiologi

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media
hidup. Virus ini “senang” hidup dan berkembang biak pada sel darah putih manusia. HIV
aka nada pada cairan tubuh ynag mengandung sel darah putih seperti : darah,cairan
plasenta,air mania atau cairan sperma,cairan sumsum tulang,cairan vagina,air susu ibu atau
cairan otak.
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi.Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut “sel T-4” atau
disebut juga “sel CD-4”.
Setelah terinfeksi HIV,50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut syndrome
HIV akut.Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa
demam,sakit kepala,sakit tenggorokan,miagia(pegal-pegal diekstermitas bawah)
pembesaran kelenjar dan rasa lemah.Pada sebagian orang, infeksi berat dapat disertai
kesadaran menurun.Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa minggu.Dalam
waktu 3-6 bulan kemudian,tes serologi baru akan positif ,karena telah terbentuk anti
body.Masa 3-6 bulan ini disebut Window Periode, dimana penderita dapat menularkan
namun secara labolaturium hasil tes HIV-nya masih negatif.

E. Pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi

Pencegahan HIV dari ibu ke bayi dengan cara :


Perode antenatal : penggunaan antiretroviral selama kehamilan, agar vital load rendah shg
jml virus yg ada dlm darah dan cairan tbh kurang efektif utk menularkan HIV.
Saat melahirkan : penggunaan ARV saat persalinan dan BBL, persalinan sebaiknya SC
(terbukti mengurangi risiko penularan 80%)

Setelah persalinan : informasi yg lengkap pd ibu ttg risiko ASI.


Wanita hamil dg HIV akan memproduksi antibodi IgG
IgG menembus plasenta ke janin
Darah tali pusat memberi hsl positif saat test ELISA (enzime linked immunosorbent
assay).
Ibu HIV positif dapat mengurangi resiko bayinya tertular dengan mengkonsumsi obat anti
retroviral (ARV), menjaga proses kelahiran agar tetap singkat waktunya,hindari menyusui
pada saat penggunaan ARV,dan syarat diet pada orang dengan HIV : kebutuhan zat gizi
dihitung sesuai dengan kebutuhan individu,menghindari rokok,kafein,dan alcohol.

F. Tips Membantu Persalinan Pada Ibu Dengan HIV/AIDS

Saat membantu persalinan pada seorang ibu yang terinfeksi HIV/AIDS, sebaiknya
menggunakan pencegahan infeksi terhadap perlindungan diri sendiri, sebab jika tubuh kita
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

sedang dalam keadaan lemah dan terdapat luka,besar kemungkinan kita akan tertular, oleh
sebab itu pada saat membantu persalinan pada pasien dengan riwayat HIV/AIDS ini,
Gunakanlah pencegah infeksi yang aman bagi tubuh kita sendiri karena darah yang akan
keluar setelah ibu melahirkan dapat menular pada tubuh kita yang sistem kekebalan
tubuhnya sedang melemah.
Biasanya pasien dengan riwayat HIV/AIDS ini harus ditolong dengan cara section caesaria
(SC) /operasi cesar, karena apabila bayi lahir melalui vagina ibu ditakutkan bayi akan
tertular HIV/AIDS, sebab darah yang keluar dari vagina akan segera menyerang tubuh bayi
yang belum mendapatkan sistem kekebalan tubuh.
Bayi yang lahir dari seorang riwayat HIV/AIDS tidak boleh menyusui bayinya, sebab
besar kemungkinan bayi akan tertular HIV/AIDS dari ibunya karena cairan yang dihisap
bayi (ASI) akan langsung mengalir keseluruh tubuh bayi. Untuk menjaga agar bayi tidak
tertular sebaiknya diberikan susu formula untuk menjaga bayi agar tidak tertular
HIV/ADIS sehingga nutrisi bayi juga terpenuhi.
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB XII
Struktur Payudara dan Fisiologi Laktasi

I. Struktur Payudara Makroskopis dan Mikroskopis

a. Stuktur makroskopis.
 Cauda axillaris.
Adalah jaringan payudara yang meluas ke axilla.
 Areola.
Daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi
dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna
merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit
cokelat, dan warna tersebut menjadi gelap pada waktu hamil. Didaerah areola ini
terletak kira-kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan
disebut tuberculum montgomery.
 Papila mammae.
Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4. Papilla mammae
merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan
erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla
mammae berlubang- lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan
muara duktus lactifer. Duktus latifer ini di lapisi oleh epitel.
b. Struktur mikroskopis.
 Alveoli.
Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi air susu, disebut acini yang
mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu.
Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel
keranjang (basket cell) atau sel laba-laba (spider cell). Apabila sel-sel ini
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu


kedalam duktus lactifer.
 Tubulus lactifer.
Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
 Ductus lactifer.
Saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
 Ampulla.
Bagian dari ductus lactifer yang melebar dan merupakan tempat menyimpan air
susu yang terletak dibawah areola.
 Lanjutan masing-masing ductus lactifer.
Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.
 Vaskularisasi.
Pemasokkan darah (vaskulaisasi) ke payudara dilakukan oleh arteria mammaria
iterna, arteria mammaria eksterna, dan arteria-arteria intercostalis superior.
Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk kedalam
vena mammaria interna dan vena axillaris.
 Drainase limfa.
Drainase limfa dari kelenjar (lymphodi) axillaris dan sebagian akan dialirkan
kedalam fissura portae hepar dan lymphodi mediastinum. Pembluh limfatik dari
masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.
 Inervasi (persyarafan).
Fungsi payudara dikendalikan oleh aktivitas hormon. Pada kulit dipersyarafi oleh
cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat sejumlah saraf simpatis disekitar
areola dan papilla mammae.

II. Tahap Perkembangan Payudara

 Kehidupan intrauteri.
Perkembangan payudara primer terjadi pada kedua jenis kelamin, dan dimulai
pada kira-kira minggu ke-4 kehidupan intrauteri. Timbul rigi longitudinal dari
ektoderma yang menebal pada dinding ventral fetus, yang meluas antara lengan dan
tunas anggota badan atas di kedua sisi. Bangunan ini disebut crista mammaria atau
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

rigi susu. Secara normal hanya rigi pada daerah torakal saja yang berkembang.
Sedangkan sel-sel pada daerah lain mengalami degenerasi. Kira-kira 2 minggu
kemudian terdapat intrusi (pertmbuhan ke dalam, invagiasi) sel-sel rigi di daerah
torakal masuk ke dalam mesoderma di bawahnya. Sejumlah 20 tunas susu akan
berkembang.
Sampai pada akhir kehamilan tunas-tunas tadi mengalami kanalisasi untuk
membentuk sel-sel sekretorik susu primitif (alveoli atau acini), yaitu ductus lacifer
dan sel-sel mioepitel. Suatu daerah cekung yang disebut lekuk (pit) mammaria akan
terbentuk saat ductus lacifer terbuka: dan sel-sel disini akan membentuk papilla
mammae. Pappila mammae kadang-kadang cekung (depresi) saat lahir, terutama
pada bayi belum cukup umur, tetapi akan mengalami eversi apabila mesoderma di
bawahnya berkembang. Kegagalan lekuk (pit) mammae untuk menonjol ke
permukaan segera setelah lahir akan menyebabkan terbentuknya pappila mammae
muncul sebagai proliferasi mesoderma yang terjadi sampai cukup umur. Kadang-
kadang beberapa sel crista mammae tidak mengalami degenerasi, dan akibatnya
akan terbentuk payudara atau papilla mammae tambahan sepanjang garis crista
mammae. Payudara tambahan ini mungkin tidak nyata sebelum terjadi kehamilan.
 Saat lahir.
Karena kerja hormon ibu yang beredar di dalam darah bayi, maka kadang-
kadang jaringan payudara membesar selama beberapa hari pertama kehidupan.
Keadaan demikian disebabkan oleh penarikan hormon maternal dari aliran darah
bayi. Keadaan ini (mastosis) dapat terjadi pada bayi laki-laki maupun perempuan
dan disertai dengan sekresi air susu (witcher milk). Orang tua bayi yang
mencemaskan hal ini perlu diyakinkan bahwa keadaan demikian hanyalah
merupakan kejadian sementara, dan perlu diberikan penjelasan. Keadaan tadi tidak
memerlukan pengobatan, karna pembengkakannya ini akan mengecil dengan
sendirinya, dan sekresi air susunya akan berhenti saat hormon ibu hilang, dan kadar
hormon bayi itu sendiri telah mencapai kadar yang sesuai. Setelah periode neonatal
secara normal tidak terdapat aktivitas jaringan payudara, dan aktivitas ini baru
timbul pada masa pubertas.
 Masa pubertas.
Dengan peningkatan kadar hormon pada wanita saat pubertas akan terjadi
perkembangan payudara lebih lanjut, dan biasanya mendahului saat datangnya
menstruasi, yaitu kira-kira 2 tahun sebelumnya. Kenaikan kadar estrogen memacu
pertumbuhan vasa lactifer dan papilla serta areola mammae akan menjadi lebih
nyata. Kenaikan kadar progesteron memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan
lemak dan fibrosa akan meningkat, dan jaringan lemak ini terutama yang
bertanggung jawab atas bertambah besarnya payudara.
 Masa mampu hamil.
Pada separo terakhir siklus menstruasi, kebanyakan wanita, selama masa mampu
hamil, akan mengeluh adanya perubahan payudara serupa dengan keluhan pada
waktu hamil. Perubahan ini disebabkan oleh progesteron yang dihasilkan oleh
corpus luteum, dan keluhan ini akan hilang bersama dengan mulainya menstrusasi
dan penurunan karad progesteron.
 Kehamilan.
Perubahan payudara merupakan awal kehailan dan terjadi dalam jawabannya
terutama terhadap estrogen. Kemudian terhadap progesteron dari corpus luteum.
Dan kemudian terhadap hormon-hormon dari placenta yang sedang berkembang.
Rangsangan oleh estrogen keamilan menyebabkan perkembangan lebih lanjut
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

papilla dan areola mammae. Dan pertumbuhan tubuli dan ductus lactifer. Pada
wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui, alveoli kecil dan padat berisi jaringan
granulasi. Pada kehamilan, progesteron mula-mula menyebabkan poliferasi alveoli
dalam persiapannya untuk mnghasilkan air susu, dan kemudian diikuti pembesaran
alveoli dan penggandaan lebih lanjut.
 Minggu ke-6 ke-8 kehamilan.
Jaringan longgar payudara menjadi lebih noduler (terasa berbenjol) pada
perabaan. Terdapat sensasi penuh, rasa sakit dan seperti ditusuk-tusuk
(tingling) banyak wanita tidak menyukai payudaanya disentuh pada masa
kehamilan ini. Karna terjadi kenaikan pemasokan darah, maka vena subkutan
menjadi lebih tampak nyata.
 Minggu 12.
Pigmentasi pada papilla dan areola mammae menjadi lebih nyata. Glandula
sebacea yang terletak di dalam areola membesar dan mensekresi sebum dan
bahan seperti minyak yag berguna untuk melumasi papilla mammae. Pada
stadium ini kelenjar-kelenjar tadi dikenal sebagai tuberculum montgomery.
Kolostrum mulai keluar dari papilla mammae pada pasien multigravida yang
telah mantap menyusui pada masa sebelumnya. Wanita primigravid baru
akan memproduksi kolostrum pada akhir kehamilan. Pada stadium ini fungsi
kolostrum sebagai air susu, adalah menyediakan sarana sekretorik dan vasa
lactifer untuk keluarnya susu secara bebas saat postnatal. Pada mulanya
kolostrum ini tampak sebagai cairan yang jernih seperti air.
 Setelah 16 minggu.
Suatu daerah yang berbercak-bercak akan timbul di sekitar areola mammae
dan dikenal sebagai areola sekunder. Areola sekunder ini lebih tampak nyata
pada wanita yang berambut hitam. Setelah bayi lahir, maka areola sekunder
ini hilang. Kolostrum yang sebenernya tampak setelah minggu ke-16.
Kolostrum ini warnanya menjadi lebih kuning dan mempunyai konsistensi
yang lebih menyerupai krim. Jaringan granuler pada pusat alveoli, yang telah
mengalami degenerasi lemak, sekarang dikeluarkan sebagai corpusculum
colostrum.
 Masa (periode).
Glandula mammae dapat dipandang sebagai organ postnatal yang berfungsi
penuh hanya apabila teah mampu melakukan laktasi (menyusukan bayi) dan
dapat mempertahankan laktasi tersebut.

III. Kolostrum
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

a. Telah disebutkan:
1. Bahwa kolostrum disekresikan selama kehamilan dan tampak lebih awal pada para ibu
yang payudaranya telah berfungsi secara penuh sebelumnya.
2. Pada saat permulaan diproduksi, kolostrum berupa cairan jernih seperti air kemudian
menjadi lebih kuning dan konsistensinya menyerupai krim yang tipis menjelang akhir
kehamilan. Setelah kelahiran bayi, warnanya terus berubah sampai hari ke-3 tampak
menyerupai air susu yang konsistensinya lebih lunak. Perkembangan menjadi air susu
yang sebenarnya memerlukan waktu 10-14 hari. Proporsi kolostrum yang dihasilkan
pada setiap wanita bervariasi.
b. Susunan
Air 85,1% Corpuculum colostrum
Protein 8,5% Lekosit
Karbohidrat 3,5% Sisa epitel yang mati
Lemak 2,5% Vitamin A, B, C, D, E, dan K dalam
Garam mineral 0,4% jumlah yang sangat sedikit.
Nilai kalori = 80 kilo Joule per 30 mL
c. Fungsi:
Disamping mempersiapkan sistem sekretorik payudara untuk memproduksi air susu,
minum kolostrum secara awal akan membantu membersihkan mekoneum dari usus bayi
sebab kolostrum bersifat nuritif (bergizi tinggi) dan protektif (perlindungan terhadap
infeksi).
d. Gizi:
Kolostrum bergizi tinggi dan memberikan semua yang dibutuhkan bayi, tetapi antibodi
terhadap kuman E. coli tidak dapat melewati sawar (barrier) placenta yang
menyebabkan bayi peka terhadap penyakit gastroenteritis serta membantu mencegah
terjadinya infeksi neonatus.

IV. Produksi ASI


Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

A. Dua faktor yang diatur oleh hormon.


1. Produksi air susu (prolaktin).
Dalam fisiologi laktasi. Prolaktin, suatu hormon yang disekresi oleh glandula
pituitaria anterior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar hormon
ini didalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan, bekerjanya hormon ini
dihambat oleh hormon placenta. Dengan lepasnya atau keluarnya placenta pada akhir
proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai
tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkan prolaktin.
Terjadi suatu kenaikan pemasokan darah yang beredar lewat payudara dan dapat
diekstraksi bahan penting untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak dan molekul-
molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan membenkaan acini dn mendorongnya
menuju ke tubuli laktifer.
Kenaikan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan dmikian juga
mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali
setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif. Kadar prolaktin paling tinggi adalah
pada malam hari, dan peghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam
hari, yang biasaya memang demikian, maka metode-metode konstrasepsi yang lebih
leriabel harus dipakai apabila ingin menghindari kehamilan.
2. Pengeluaran air susu (oksitosin).
Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke
papilla mammae.
a. Tekanan dari belakang.
Tekanan globuli yang baru terbentuk didalam sel kaan mendorong globuli
tersebut kedalam tubuli laktifer dan penghisapan oleh bayi akan memacu sekresi air
susu lebih banyak.
b. Refleks neuroormonal.
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat didalam glandula pituitaria posterior.
Akibat langsung refleks ini adalah dikeluarkannya oksitosit dari pituitaria posterior,
hal ini akan menyebabkan sel-sel mioepitel (sel-sel ‘keranjang’ atau sel-sel ‘laba-
laba’) disekitar alveoli akan berkontraksi dn mendorong air susu masuk kedalam
fasa laktifer, dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir kedalam
ampullae. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan
terineum. Dengan demikian penting untuk meyakinkan bahwa ibu dalam posisi
yang nyaman, santai dan bebas dari rasa sakit. Terutama pada jam- jam
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

menyusukan anak. Sekresi oksitosin yang sama juga akan menyebabkan otot uterus
berkontraksi dan membantu infolusi uterus selama puerperium (masa nifas).
B. Pemeliharaan laktasi.
Penyediaan berlangsung terus sesuai permintaan. Apabila bayi tidak disusukan,
maka tidak akan dimulai penyediaan ai susu. Apabila seorang ibu bayi kembar
menyusukan kedua bayinya bersama maka penyediaan air susu akan tetap cukup
untuk kedua bayi tadi makinsering bayi disusukan penyediaan air susu ibu juga
makin baik. Dua faktor penting membentuk pemeliharaan laktosi tadi adalah:
1. Rangsangan
2. Pengosongan payudara secara sempurna
 Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sring menyusu, terutama pada hari-hari
neonatal awal. Penting bahwa bayi ‘difiksasi’ pada payudara dengan posisi yang
benarapabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. rangsangan
gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola sehingga tekanan diberikan kepada
ampulla yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan
demikian bayi minum dari payudara, dan bukan dari papilla mammae. Apabila ibu
mengeluh rasa sakit, maka berarti bayi tidak terfiksasi secara benar.
 Fiksasi
Yaitu aposisi yang benar antara lidah dengan gusi bayi terhadap papilla dan
areola mammae ibu. Merupakan seni yang perlu dipelajari oleh para siswa sebelum
mereka mencoba melatih ibu-ibu muda. Ibu, bayi dan bidan yang mengajari
semuanya perlu menemukan posisi yang nyaman untuk mencapai maksud ini, dan
perlu mencoba posisi percobaan yang berbeda-beda.
 Pengososngan payudara yang sempurna.
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara
yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkn payudara yang kedua, maka pada
pemberian air susu yang berikutnya payudara yang kedua inilah yang diberikan
pertama kali. Atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka
payudara yang kedua digunakan pada pemberia air susu ibu berikutnya. Apabila
diinginkan agar bayi benar-benar puas, maka bayi perlu diberikan bai air susu
bagian depan maupun air susu bagian belakang pada saat sekali minum. hal ini
hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada saat payudara.
Adalah penting bahwa bayi minum air susu apabila ia menginginkannyadan
selama ia ingin minum, maka penyediannya jangan sampai tidak cukup atau
berlebihan. Apabila air susu yang telah diproduksi tidak dikeluar maka laktasi akan
tertekan (mengalami hambatan) karna akan terjadi pembengkakan alveoli oleh
deskan air susu dan sel keranjang tidak dapat berkontraksi. air susu ibu tidak dapat
dipaksa masuk ke dalam ductus laktifer. tidak perlu ditekankan disini bahwa
memberikan air susu ibu saat diminta dan melakukan stripping payudara setiap
menyusukan anak adalah penting untuk memelihara laktasi. rutinitas dan pola
minum air susu ibu akan terbetuk dan minumnya akan lebih jarang apabila laktasi
telah berfungsi penuh.
C. Susunan air susu ibu.
Perubahan dari kolostrum menjadi air susu yang ‘matur’ berlangsung berharap
selama 14hari pertama kehidupan bayi. Kadang-kadang fase peralihan ini bahkan
memerlukan waktu yang lebih lama, dan sangat tergantung apakah jaringan glandula
mamae telah diaktifkan sebelumnya ataukah baru pertama kali, keadaaan tersebut
juga tergantung pada seberapa cepat dan seberapa efektif bayi tadi belajar
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi D IV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

menghisap. Bahkan dengan air susu yang telah mengalami maturasi juga terdapat
variasi yang besar mengenai susunan dan nilai kalori air susu ibu tadi, yaitu
tergantung pada masing-masing individu, waktu suatu hari, dan bahkan selama satu
kali menyusukan bayi, misalnya kandungan lemak lebih besar pada tengah hari dan
pada air susu bagain belakang seedangkan air susu bagian awal selalu mengandung
lebih banyak air dan protein. Air susu ibu yang kemudian merupakan cairan yang
alkalis (basa), berwarna putih kebiruan dengan berat jenis 1031. Rerata cuplikan air
susu ibu yang dikumpulkan selama 24 jam mengandung:
 Protein (1,5%), jauh lebih mudah dicerna bayi jika dibandingkan dengan protein
air susu sapi. Protein dari susu disebut kasein. kadar protein yaitu laktalbumin
dan laktoglubin lebih besar pada air susu ibu dibanding air susu sapi.
 Lemak (3,5%,) air susu ibu mengandung lemak jenuh dan lemak tidak jenuh
yang sama kadarnya, yang dapat diabsorpsi oleh bayi secara lebih mudah
daripada butir-butir lemak kasar yang terdapat pada susu sapi diduga bahwa
karna bayi telah belajar mengelola kolestrol pada stadiu awal ini, maka terdapat
resiko penyakit jantung yang lebih rendah pada masa dewasanya.
 Karbohidrat (7,0%,) mengandung faktor bifidus dan faktor ini terdapat di dalam
air susu sapi.
 Garam mineral (0,2%), natrium dalam kadar yang ideal untuk bayi manusia.
 Zat besi, kadar vitamin A, B, C, D dan E lebih tinggi dibanding kadarnya dalam
air susu sapi, tetapi terdapat lebih sedikit vitamin K dalam air susu ibu.
 Faktor pelindung:
o Imunoglobulin pelindung
o Laktoferin
o Lisosom
o Faktor antitripsin
o Faktor bifidus
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

V. Masalah yang Terjadi pada Payudara Sepanjang Daur Kehidupannya


3 Masalah umum payudara yang sering dihadapi wanita:
1. Benjolan pada payudara.
Benjolan payudara bisa menjadi alarm bagi kebanyakan wanita. Benjolan ini bisa
dirasakan dengan menggunakan tangan atau cukup dilihat. Tidak semua benjolan di
payudara bersifat kanker. Namun bila mengalami hal ini dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan medis untuk memastikan penyebabnya.
a. Benjolan Nonkanker
Pada kasus nonkanker, benjolan di payudara merupakan pertanda kondisi berikut.
 Kista, merupakan kantong berisi cairan dalam jaringan payudara, sehingga
menimbulkan benjolan. Jika diraba, benjolan terasa lunak. Umumnya kista dialami
oleh perempuan berusia di antara 35-50 tahun. Kista yang berukuran lebih dari
2,5cm dapat menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada payudara.

 Perubahan fibrokistik, merupakan perubahan pada payudara karena ketidakstabilan


hormon selama siklus menstruasi. Perubahan tersebut menimbulkan benjolan di
payudara yang terasa nyeri. Selain itu, puting susu akan lebih sensitif. Kondisi ini
bukanlah penyakit. Biasanya gejala terjadi ketika periode pramentruasi dan
membaik ketika berlangsung atau berakhirnya menstruasi. Namun, segera
periksakan ke dokter jika gejala tetap bertahan setelah selesai periode menstruasi.
 Fibroadenoma, merupakan benjolan padat yang terjadi akibat kelebihan
pembentukan kelenjar penghasil susu atau lobulus dan jaringan di sekitar
payudara. Benjolan tidak terasa sakit, dan jika ditekan akan bergeser. Kondisi ini
umumnya dialami wanita berusia 20-30 tahun. Penyebab fibroadenoma belum
diketahui secara pasti, tetapi terkait dengan hormon kesuburan.

 Infeksi bakteri seperti mastitis juga dapat menimbulkan benjolan yang terasa nyeri.
Kondisi ini kerap dijumpai pada ibu menyusui. Infeksi terjadi ketika bakteri dari
permukaan kulit Anda atau dari mulut bayi masuk ke saluran susu melalui puting.
Penyebab lainnya yaitu tertutupnya saluran susu. Hal ini terjadi ketika ibu
menyusui tetapi disudahi, padahal susu di payudara belum habis. Akibatnya susu
190
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

kembali lagi ke saluran, sehingga memicu infeksi dan menimbulkan benjolan.


Mastitis membuat momen-momen menyusui jadi menyakitkan karena payudara
terasa seperti terbakar. Gejala lain yang bisa muncul yaitu demam. Konsultasikan
segera dengan dokter, biasanya dokter akan memberi antibiotik dan pereda nyeri.
Tidak masalah bagi ibu dan bayi untuk terus melanjutkan pemberian air susu ibu
(ASI).

b. Benjolan Kanker
Benjolan pada payudara juga dapat merupakan pertanda kanker payudara. Kanker
terjadi ketika sel-sel dalam payudara mulai tumbuh secara tidak normal. Sel kanker
berkembang lebih cepat dari sel normal, sehingga menimbulkan benjolan. Waspadai
ketika benjolan di payudara seperti gejala berikut:
 Benjolan terasa keras, berbeda dengan daerah di sekitarnya. Biasanya jarang
ditemukan rasa sakit. Jika ditekan, benjolan tidak bergeser.
 Payudara mengalami perubahan ukuran atau bentuk.
 Puting susu tertarik ke bagian dalam.
 Walaupun jarang, puting susu mengeluarkan cairan yang mengandung darah.
 Pada jenis kanker yang jarang, muncul bintik-bintik merah di sekitar puting susu
yang terlihat seperti eksim.
 Pada beberapa area payudara, terdapat penebalan kulit.

2. Payudara nyeri dan perih.


Isu lain pada payudara adalah nyeri dan perih, yang kebanyakan perempuan
mengalaminya dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormon,
selama awal periode menstruasi.
Rasa sakit pada payudara biasanya terjadi sebelum menstruasi dan mulai dapat
menimbulkan ketidaknyamanan pada tubuh. Payudara akan terasa lunak dan
mengalami rasa sakit.
Namun kedua masalah payudara ini biasanya akan hilang pada awal menstruasi.
Masalah ini tidak perlu dikhawatirkan dapat menyebabkan kanker payudara. Tapi bila
rasa sakit pada payudara terjadi tidak berhubungan dengan menstruasi dan bertahan
dalam jangka waktu lama, sebaiknya mencari pertolongan medis.
191
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

3. Puting berbau tidak sedap.


Puting berbau tidak sedap juga merupakan masalah yang sering dialami
perempuan. Galaktorea atau cairan putih susu dikeluarkan dari kedua puting terutama
pada tahun pertama setelah melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada wanita yang menderita masalah tiroid atau hipotiroid
kurang aktif, dan juga dapat terjadi karena efek samping obat tertentu atau karena
adanya pertumbuhan pada kelenjar pituitary merangsang peningkatan hormon yang
disebut prolaktin.
Jika bau tak sedap pada puting disertai dengan darah maka bisa menjadi penyebab
suatu masalah yang serius, karena bisa menjadi gejala kanker payudara.
Selain itu ada juga beberapa masalah yang sering dialami seorang wanita seputar
payudaranya, yaitu:
 Ukuran payudara kiri dan kanan tidak sama.
Ukuran payudara pada dasarnya memang tidak persis sama. Namun, menurut
Christiane Northrup, penulis buku Women's Bodies, Women's Wisdom, ada beberapa
perempuan yang perbedaan ukuran payudaranya sangat jelas terlihat meskipun ia
memakai pakaian lengkap.
 Payudara tiba-tiba terasa gatal.
Puting yang gatal biasanya disebabkan oleh iritasi akibat bahan pada bra, alergi,
eczema, atau infeksi jamur.
 Payudara turun diusia muda.
Bertambahnya usia memang membuat payudara menjadi turun. Namun jika usia
masih muda dan payudara sudah turun, kemungkinan karena ada lebih banyak lemak
di dalam payudara dari jaringan kelenjar payudara yang membantu menjaga
kekencangannya. Kemungkinan lain, jaringan ligamen yang mendukung payudara
mungkin sudah tidak elastis. Penyebab umum lainnya adalah menyusui, berat badan
yang turun, atau berolahraga tanpa bra khusus untuk sports.
 Adanya stretch mark pada payudara.
Alur-alur berwarna putih atau kemerahan biasa terjadi pada payudara saat hamil atau
naik berat badannya.

192
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB XIII
Konsep tentang Infeksi Nasokomial

Definisi Infeksi Nasokominal

Infeksi nasokominal atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang
tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat
tersebut. Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau
sistemik. Contoh penyebab terjadinya infeksi nasokominal adalah apabila dokter atau suster
merawat seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu
kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak. Selanjutnya, apabila suster
atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka ada kemungkinan pasien lain dapat
tertular infeksi dari pasien sebelumnya.
Kuman penyebabnya pada umumnya adalah kuman yang resisten terhadap banyak
antibiotik, sehingga infeksi nasokomial mempunyai aspek penting yang perlu diperhatikan,
yaitu bahaya untuk diri penderita sendiri maupun lingkungannya. Pada umumnya pasien di
rumah sakit yang terinfeksi nasokomial memerlukan tambahan 4 hari untuk perawatan.
Sebagaimana penyakit lain, infeksi nasokomial terjadi juga melalui mekanisme interaksi
antara tuan (host), agen penyebabnya dan lingkungan. Agen penyakit nasokomial dapat
berupa kuman (bakteri), virus, jamur, parasit dan rickettia. Sedangkan reservoarnya adalah
manusia, diantaranya sebagai sumber kuman dari virus, gram positif dan lain-lainnya.
Manusia dapat sebagai sumber infeksi yang bersifat endogen (autogen), yaitu kuman berasal
dari si penderita kepada orang lain (pasien ataupun pengunjung). Di lain pihak dapat bersifat
eksogen, yaitu kuman berasal dari luar si pasien, misalnya pengunjung. Faktor lingkungan
sangat penting dalam penularan nasokomial, dimana lingkungan yang optimum antara lain
kelembaban, suhu, pergerakan angin dan tekanan udara, dapat mempercepat penularan
infeksi kuman.
Penyebabnya berasal dari infeksi penderita lain, hal ini disebut infeksi silang dan jika
penderita sendiri menularkan infeksi dari bagian tubuh lainnya, disebut autoinfeksi.
Peningkatan frekuensi dan beratnya infeksi terutama karena penyebabnya ialah kuman
Enterobacteriaceae yang kebal terhadap antibiotika, Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Infeksi

Terjadinya infeksi nasokomial adalah karena beberapa faktor:


1. Agen penyakit

193
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Macam-macam agen penyakit dapat berupa kuman, virus, jamur, parasit atau rickettsia. Dan
macam-macam agen penyakit ini ditentukan pula oleh patogenitasnya, virulensinya, daya
invasinya dan dosis infeksinya.

2. Resevoir/sumber
Semua kuman ada reservoirnya/sumbernya. Seperti virus, reservoirnya adalah manusia,
kuman positif Gram manusia, tetapi kuman negatif gram dapat manusia juga alam seperti
Pseudomonas. Apabila reservoirnya manusia, dapat berasal dari traktus respiratorius,
traktus digestivus, traktus urogenitalis, kulit (variola) atau darah (hepatitis B).
Kuman itu akan ada di udara pada debu seperti Salmonella, pada droplet seperti
Mycobacterium atau pada kulit yang lepas.

3. Lingkungan
Keadaan udara sangat mempengaruhi seperti kelembaban udara, suhu dan pergerakan udara
atau tekanan udara.

4. Penularan
Penularan adalah perjalanan kuman patogen dari sumber ke hospes. Ada 4 jalan yang
dapat ditempuh:
1. Kontak langsung (perawat)
2. Alat (endoskop)
3. Udara
4. Vektor (lalat)
Dapat terjadi sendiri-sendiri atau lebih dari satu jalan, seperti tuberkulosis paru-paru
adalah melalui udara. Morbili adalah melalui udara dan kontak. Salmonella adalah
melalui udara, kontak dan alat.

5. Hospes
Tergantung port d’entree (tempat masuknya kuman penyakit) :
- Melalui kulit seperti Leptospira atau Staphylococcus.
- Melalui trakus digestivus seperti Escherichia coli, Shigella, Salmonella.
- Melalui traktus respiratorius bagian atas partikel ≥ 5 µ. Atau melalui traktus
respiratorius bagian bawah parikel < 5 µ.
- Melalui traktus urinarius seperti Klebsiella pneumoniae.

Pada hospes tergantung pula pada imunitas alamiah atau buatan yang aktif maupun
pasif. Dalam infeksi nasokomial ada yang dapat dicegah dan ada yang tidak dapat
dicegah. Yang dapat mencegah terjadinya infeksi nasokomial adalah tindakan cuci
tangan sebelum operasi atau cuci tangan dan pakai masker dalam merawat penderita
dari yang satu pindah ke yang lainnya. Sedangkan infeksi yang tidak dapat dicegah
adalah karena faktor hospes sendiri yang berubah atau menurun daya imunitasnya
karena sakitnya atau karena pengobatannya.

Sumber-Sumber Infeksi Nasokomial

194
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah:


1. Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi ke pasien lainnya,
petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan lainnya.
2. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat
menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
3. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan
rumah sakit atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
4. Sumber lain
Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi
lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada di rumah
sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien, dan
sebaliknya.

Infeksi Rumah Sakit dan Pencegahannya

1. Luka-luka dan luka bakar


Perlu diperhatikan agar semua jaringan mati dapat dihilangkan dari luka akibat
kecelakaan dan luka bakar sebab kuman-kuman lebih mudah berkembang biak
pada jaringan mati. Untuk mengurangi adanya infeksi silang, perlu penanganan
secara aseptik yang baik pada pembalutan luka, lebih baik lagi jika dilakukan
dalam ruangan khusus.

2. Infeksi saluran kemih


Kateter atau alat-alat yan dimasukkan ke dalam kandung kencing dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih. Kateter bekas sulit disterilkan dan dapat
menyebabkan infeksi silang, oleh sebab itu harus dipergunakan kateter kateter
sekali pakai yang dipasang secara aseptik. Pemakain drainase kandung kencing
yang dipasang secara tetap dengan menggunakan kateter balon lebih dianjurkan,
wadah penanpung air kemih tidak boleh terbuka (sebab dapat menyebabkan
infeksi menaik) tetapi harus ditampung di dalam wadah plastik sekali pakai yang
tertutup.

3. Infeksi saluran pencernaan


Epidemi enteritis oleh E.coli pada anak-anak dan disentri oleh Shigella sonnei
juga sering timbul dirumah sakit. Untuk mencegahnya perlu dilakukan
pengasingan penderita, higiene menyeluruh dan penanggulangan pembawa
kuman.

4. Air mandi sebagai suatu sarana infeksi silang


Sering terjadi bahwa sejumlah bayi yang mandi pada bak mandi yang sama dapat
ketularan organisme patogen terutama Staphylococcus aureus pada saat dirawat.
Maka perlu diperhatikan bahwa jika seorang bayi perlu dimandikan, lakukanlah di

195
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

dalam bak mandi yang terbuat dari baja tahn karat yang mudah disterilkan di
dalam otoklaf sesudah memandikan tiap bayi.

Cara Penularan Mikroorganisme

Proses penularan mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat
melalui berbagai cara, diantaranya:
1. Kontak tubuh
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung, maupun
tidak langsung. Penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit,
sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi.
2. Makanan dan minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus abdominalis, penyakit infeksi cacing, dan
lain-lain.
3. Serangga
Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah penyebaran penyakit
malaria oleh plasmodium pada nyamuk Anopheles dan beberapa penyakit saluran
pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
4. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit
sistem pernafasan.

Transmisi Kuman

Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat
menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur, di antaranya:
1. Reservoir, merupakan habitat bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme,
dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, maupun tanah.
2. Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan
dari berbagai kuman, seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit, dan lain-lain.
3. Inang (host) merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme, yang dapat
didukung oleh ketahanan kuman.
4. Jalan keluar merupakan tempat keluar mikroorganisme dari reservoir, seperti sistem
pernafasan, sistem pencernaan, alat kelamin dan lain-lain.
5. Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman
mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara, dan lain-lain.

Patogensis Infeksi Nasokomial Kuman Oportunis

196
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Perawat menempati lini terdepan dalam memberikan asuhan keperawatan kepasa


pasien setiap hari. Hal ini mengakibatkan perawat sangat berisiko untuk tertular penyakit
yang diderita oleh pasien. Penyakit tersebut disebut infeksi nasokominal, yaitu infeksi yang
didapat karena penderita dirawat atau pernah di rawat di rumah sakit. Sumber infeksi
nasokominal dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air,
lantai, makanan, dan benda-benda medis maupun non medis antara lain dapat melalui tangan
petugas kesehatan maupun personil kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter IV, kateter
urine, kasa pembalut atau perban, cairan tubuh penderita antara lain Hepatitis B, C, dan HIV,
serta cara yang keliru dalam menangani luka. Infeksi nasokomial ini pun tidak hanya
mengenai pasien saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh personil rumah sakit yang
berhubungan langsung dengan pasien baik penunggu, pengunjung pasien maupun tenaga
kesehatan terutama perawat.
Dalam upaya menanggulangi kejadian infeksi nasokomial, tinjauan epidemiologi
terhadap masalah pencemaran dan infeksi nasokomial perlu dilakukan karena pada dasarnya
kejadian infeksi melibatkan unsur manusia, lingkungan dan mikrobanya yang satu sama lain
saling menunjang.
Cara transmisi infeksi nasokomial terjadi dengan beberapa macam, diantaranya
adalah air born yaitu melalui udara, nebulizer, inhalasi, dan lain-lain. Selain itu, dapat pula
terjadi secara contact spread (yaitu melalui tangan, kateter, spatel lidah, pakaian dan lain-
lain. Melalui fecal oral route (melalui makanan, air, minuman, susu, dan lain-lainnya)
melalui blood precaution (melalui infuse set, jarum suntik, contoh darah dan lainnya), dan
wound precaution (melalui perawatan luka operasi, alat-alat untuk tindakan invasive dan
lainnya.
Beberapa jenis bakteri yang dapat meyebabkan infeksi nasokomial antara lain:
Staphylococcus sp., Proteus sp., Pseudomonas, E.coli, Salmonella, Shigella, Streptococcus
sp., kuman-kuman gram negatif maupun gram postif lainnya.

Penderita yang Perlu diasingkan

Beberapa penderita perlu diasingkan, Penderita tuberkulosis, demam tifoid, difteri,


demam lassa atau cacar tidak dapat dirawat atau diobati di dalam bangsal yang terbuka
bersama dengan penderita lain sebab penyakit-penyakit ini cukup berat atau mudah menular.
Demikian pula anak-anak yang menderita campak atau batuk rejan tidak dapat dirawat di
rumah sakit, tetapi sebaiknya dirawat di rumahnya sendiri saja. Penderita infeksi
Staphylococcus aureus terutama yang kebal terhadap banyak jenis antibiotik yang termasuk
tipe faga 80/81 atau 75/77, dapat menyebabkan epidemi sepsis rumah sakit yang hebat tentu
perlu diasingkan. Pengasingan serupa ini juga perlu dilakukan terhadap bayi-bayi yang
menderita Gastroenteritis oleh Escherichia coli dan juga terhadap banyak penderita infeksi
Pseudomonas aeruginosa dan penyakit diare oleh infeksi. Perlu dirancang suatu kamar
pengasingan yang diperlengkapi dan ditata sedemikian rupa sehingga mikroorganisme tidak
dapat keluar dari kamar pengasingan ke bangsal perawatan. Perawat yang bertugas harus
menggunakan jubah khusus sebelum masuk keruangan pengasingan dan meninggalkannya
pada waktu keluar dari ruangan tersebut. Pencucian alat-alat yang dipakai oleh penderita dan
perawatnya harus dilakukan di dalam ruangan tersebut. Pembalut harus dibuang ke dalam
kantung-kantung yang dihancurkan pada alat pemusnah (insenerator). Tempat tidur, seprai
serta selimut harus dicelupkan ke dalam desinfektans sebelum dikirimkan pada binatu.
Ekskreta penderita harus diberi desinfektans dan alat-alat makan harus disterilkan lebih
dahulu sebelum dipakai kembali di dapur. Jika penderita kemudian dipulangkan, ruangan ini

197
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

harus dicuci seluruhnya dengan menggunakan desinfektans dan seluruh peralatan yang
dipakai harus disterilkan sebaik-baiknya.

Pengelolaan infeksi nasokomial

Seperti diketahui, penderita yang terindikasi harus menjalani proses asuhan keperawatan,
yaitu penderita harus menjalani observasi, tindakan medis akut, atau pengobatan yang
berkesinambungan. Daya tahan tubuh yang lemah sangat rentan terhadap infeksi penyakit.
Masuk mikroba atau transmisi mikroba ke penderita, tentunya berasal dari penderita, dimana
penderita menjalani proses asuhan keperawatan seperti:
1. Penderita lain, yang juga sedang dalam proses perawatan
2. Petugas pelaksana (dokter, perawat dan seterusnya)
3. Peralatan medis yang digunakan
4. Tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat
5. Tempat/kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar operasi
dan kamar bersalin
6. Makanan dan minuman yang disajikan
7. Lingkungan rumah sakit secara umum

Dalam mengendalikan infeksi nasokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu ada dalam
program pengendalian infeksi nosokomial dirumah sakit, antara lain:
1. Adanya sistem Surveilan yang Mantap
Surveilan suatu penyakit adalah tindakan pengamatan yang sistematik dan dilakukan
terus menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi tertentu
dengan tujuan untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian. Jadi tujuan dari
surveilan adalah untuk menurunkan resiko terjadinya nasokomial.
Perlu ditegaskan disini bahwa keberhasilan pengendalian infeksi nasokomial
bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh
kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita secara
benar. Dalam pelaksanaan surveilan ini, perawat sebagai petugas lapangan di garis
paling depan, mempunyai peran yang sangat menentukan.

2. Adanya Peraturan yang Jelas dan Tegas serta dapat dilaksanakan, dengan tujuan
untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi
Adanya peraturan jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan, merupakan hal yang
sangat penting adanya. Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang harus
dijalankan setelah dimengerti semua petugas, standar ini meliputi standar diagnosis
ataupun standar pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan
peraturan ini, peran perawat besar sekali.
3. Adanya Program Pendidikan yang Terus Menerus bagi Semua Petugas Rumah Sakit
dengan Tujuan Mengembalikan Sikap Mental yang benar dalam Merawat Penderita

Keberhasilan program ini ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan


perawatan yang sempurna kepada penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan
proses belajar dan mengajar yang terus menerus. Program pendidikan hendaknya tidak

198
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

hanya ditekankan pada aspek perawatan yang baik saja, tetapi kiranya juga aspek
epidemiologi dari infeksi nasokomial ini. Jadi jelaslah bahwa dalam seluruh lini program
pengendalian infeksi nasokomial, perawat mempunyai peran yang sangat menentukan. Sekali
lagi ditekankan bahwa pengendalian infeksi nasokomial bukanlah ditentukan oleh peralatan
yang canggih (dengan harga yang mahal) ataupun dengan pemakaian antibiotika yang
berlebihan (mahal dan bahaya resistensi), melainkan ditentukan oleh kesempurnaan setiap
petugas dalam melaksanakan perawatan yang benar untuk penderitanya.

Peran Bidan Dalam Penanggulangan Infeksi Nasokomial

Bidan, mempunyai peran penting dalam penanggulangan nasokomial. Sehingga


pembekalan pengetahuan tentang seluk beluk nasokomial hendaknya dilakukan secara terus
menerus bagi para bidan. Pelatihan bagi para bidan perlu dilakukan seperti ikut berpartisipasi
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi teknik kontrol infeksi, teknik pelatihan
penderita yang efektif dan sebagainya. Sementara itu, strategi kontrol yang dapat dilakukan
untuk mencegah penularan meliputi isolasi dan penyekatan di tempat bila dibutuhkan
melibatkan para bidan. Apabila dicurigai oleh bidan segera dilaksanakan bila ada penderita
terinfeksi. Bidan juga bisa mempunyai inisiatif memisahkan penderita yang membawa
kolonisasi, kemudian aktif mengontrol infeksi dan identifikasi sumber infeksi dengan
tindakan yang tepat.
Saat ini yang masih menjadi masalah dalam mencegah penularan nasokomial adalah
bagaimana kepatuhan dari rumah sakit, klinik dokter dan sarana kesehatan lainnya.
Sebaiknya selalu dilakukan pelatihan dan penelitian terhadap perilaku prosedur cuci tangan
dan teknik aseptic.
Selain itu program pendidikan dasar pelayanan kesehatan bidan perlu menekankan teknik
aseptic, kebersihan personel dan penderita, cuci tangan dan aspek lain di dalam kontrol
infeksi. Walaupun perkembangan resistensi kuman terhadap antibiotic tidak dapat dihentikan,
namun usaha yang tepat perlu dilakukan guna mengurangi angka morbiditas, mortalitas dan
biaya kesehatan. Usaha yang berguna di dalam menjaga kesehatan masa mendatang, harus
segera dimulai dari sekarang dan dimulai dari diri kita sendiri.

199
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB XIV
Pencegahan Infeksi Nasokomial

Latar Belakang Sejarah


Sejak adanya rumah sakit, infeksi nosokomial telah merupakan masalah. Untuk
mencegah penyebaran penyakit dalam masyarakat pada abad kedelapan belas “hama”.
Rumah sakit – rumah sakit ini, yang merupakan bangsal – bangsal luas yang suram dan
penuh sesak sehingga beberapa pasien saling berdesakan, penuh dengan kutu dan kotoran dan
infeksipun menjalar dengan cepat dari seorang pasien ke yang lain. Pada tahun 1788 di hotel
dieu paris, sebagaiman diceritakan oleh garrison pada tahun 1917 di dalam sejarah
kedokteran, “Demam septic dan penyakit menular lainnya umum terjadi, mortalitas rata –
rata sekitar 20 persen dan sembuh dari operasi bedah jarang terjadi”.

Demam nifas, yang merupakan momok rumah sakit – rumah sakit bersalin merupakan
komplikasi yang sering terjadi setelah melahirkan dan sering kali fatal.
Sedikit lebih dari seabad yang lalu, terjadi perkembangan yang menuntun kearah evolusi
rumah sakit modern. Oliver Wendell Holmes dan Ignaz Philipp Semmelweis membiasakan
praktek kebersihan termasuk mencuci tangan setiap kali menangani suatu kasus. Akibatnya,
pasien – pasien mereka menjadi relative bebas dari infeksi.

Pada tahun 1854, selama Perang Krimea, Florence Nightiangale mereorganisasi


rumah sakit – rumah sakit tantara dan membiasakan praktek kebersihan yang menurunkan
laju kematian orang – orang yang terluk dari 50 persen menjadi 2,2 persen. Hampir 20 tahun
kemudian seperti telah dikemukakan pada Bab 1, Pasteur mencetuskan konsep kuman
infeksi, dan Lister menerapkan konsep ini untuk mengatur system pembedahan antiseptic,
yang kelak menjadi dasar dipraktekannya teknik – teknik aseptic. Penurunan nyata jumlah
kematian karena infeksi,yang dimulai dengan kebiasaan membersihkan lingkungan dan
menjalankan antisepsis, menjadi dipercepat selama 35 tahun terakhir ini dengan
digunakannya obat – obatan antimicrobial. Sayangnya, hal ini menimbulkan suatu
kepercayaan terutama diantara staf rumah sakit bahwa infeksi dapat dikendalikan dengan

200
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

antibiotik dan tidak lagi merupakan masalah. Baik penggunaan antibiotik secara luas maupun
penyalahgunaan antibiotic untuk mencegah infeksi untuk mencegah infeksi pembedahan, dan
bertambahnya kepercayaan orang terhadap keefektifan antibiotik untuk memerangi infeksi,
mengakibatkan diabaikannya teknik asptik dan pengucilan sebagai tindakan pencegahan.
Keaddaan ini menjadi makin gawat dengan terbentukya gudang bakteri yang resisten
terhadap antibiotic serta virulen di lingkungan rumah sakit.
Dalam tahun 1950 – an sering berjangkitnya penyakit oleh stafilokukus dirumah sakit
– rumah sakit telah menyebabkan terpusatnya perhatian terhadap infeksi yang diperoleh para
pasien selama dirawat di rumah sakit. Muncullah istilah baru bagi infeksi semacam ini yang
mulai digunakan sekitar tahun 1960 – an, yaitu penyakit nosokomial. Walapun dengan
penggunaan antibiotik,jumlah kematian aibat infeksi nosokomial berkurang dangan pesat,
tetapi hal ini tidak disertai penurunan yang sama besarnya dalam hal banyaknya kasus.

2.2 Pengertian Infeksi Nosokomial


Istilah infeksi nosokomial berasal dari kata Greek nosos (penyakit) dan komeion
(merawat). Nosocomion (atau menurut Latin, nosocomium) merupakan arti rumah sakit.
Secara umum, definisi infeksi nosokomial yang telah disepakati yaitu setiap infeksi yang
didapat selama perawatan dirumah sakit, tetapi bukan timbul ataupun pada stadium inkubasi
pada saat masuk dirawat di rumah sakit, atau merupakan infeksi yang berhubungan dengan
perawatan di rumah sakit sebelumnya.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, 1988, suatu infeksi dikatakan
didapat di rumah sakit apabila,
a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda
klinis dari infeksi tersebut.
b. Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 2x24 jam
sejak mulai perawatan.
c. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.
d. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti
infeksi didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang
lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993, infeksi dikatakan di


rumah sakit apabila,
a. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda / gejala atau tidak dalam masa inkubasi
infeksi tersebut.
b. Infeksi terjadi 3x24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit atau,
c. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda
dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab
sama tetapi lokasi infeksi berbeda.

201
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi, yaitu:
a. Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau
lambat.
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah:
a) Pasien
Pasien merupakan unsure pertama yang dapat menyebarkan infeksi ke
pasien lainnya, petugas kesehatan, penunjang atau benda dan alat
kesehatan lainnya.
b) Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung
yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
c) Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dalam dari luar ke
dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya, yang didapat dari dalam
rumah sakit ke luar rumah sakit.
d) Sumber Lain
Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang
meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat
yang ada dirumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas
kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya.
b. Kuman Penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme,
kemampuan mikroorganisme masuk kedalam tubuh, dan virulensinya.

c. Cara Membebaskan Sumber dari Kuman


Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi
cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu,
penyinaran (cahaya) dan lain-lain.

d. Cara Penularan

202
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara,


dapat menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh.
a) Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak
tidak langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi
berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person
pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak
langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara
(biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh
mikroorganisme.
b) Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi
oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu
penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk
darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
c) Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran
yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang
cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme
yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus) dan
tuberculosis.
d) Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal.
Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan
secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh
vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

e. Cara Masuknya Kuman


Proses penyebaran kuman berbeda, tergantung dari sifatnya. Kuman
dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan lain-
lain
.
203
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

f. Daya Tahan Tubuh


Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan
yang buruk dpat memburuk proses infeksi.

2.4 Istilah-Istilah Tindakan yang Sering digunakan


a. Antiseptik
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir, atau
tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimicrobial (antiseptik).
b. Asepsis dan Teknik Aseptik
Suatu istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi
untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam area tubuh manapun yang
sering menyebabkan infeksi. Tujuan asepsis adalah menurunkan sampai ke tingkat
aman atau membasmi jumah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan
jaringan) dan objek mati (alat-alat bedah dan barang-barang yang lain).
c. Dekontaminasi
Proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani staf sebelum
dibersihkan (umpamanya, menginaktifasi HBV, HBC, dan HIV serta menurunkan,
tetapi tidak membasmi, jumlah mikroorganisme lain yang mengkontaminasi).
Idealnya, ada bedah yang kotor, sarung tangan, dan bahan lain harus selalu
ditangani oleh staf yang memakai sarung tangan. Karena hal ini tidak selalu
mungkin, akan lebih aman kalau pertama-tama peralatan kotor ini direndam
selama 10 menit dalam larutan klorin 0,5%, terutama apabila akan dibersihkan
dengan tangan (Nystrom 1981). Benda logam harus dibilas terlebih dahulu untuk
mencegah karat sebelum dibersihkan (Lynch dkk 1997). Benda-benda lain yang
harus didekontaminasi, dilap dengan larutan klorin 0,5%, termasuk permukaan
yang luas (umpamanya meja operasi dan meja ginekologi) dan alat-alat yang
bersinggungan dengan darah atautubuh, sekresi atau eksresi pasien (kecuali
keringat).
d. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau penggunaan
disenfektan kimia.
204
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

e. Pembersihan
Proses yang secara fisik menghilangkan semua debu,kotoran,darah,atau duh
tubuh lainnya yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah besar
mikroorganisme untuk mengurai risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani benda tersebut. (Proses ini terdiri darii pencucian dengan sabun atau
deterjen dan air,pembilasan dengan air bersih, dan pengeringan secara seksama).
f. Sterilisasi
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, dan
parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan
tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi.

2.5 Cara Pencegahan Infeksi Nosokomial


Beberapa cara pencegahan infeksi nosokomial, melalui:
A. Melalui Alat
Penatalaksanaan alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi
melalui alat atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap
pakai. Semua alat, bahan dan obat yang akan dimasukan ke dalam jaringan di
bawah kulit harus dalam keadaan steril. Proses penatalaksanaan peralatan
dilakukan melalui 4 tahap kegiatan, yaitu: dekontaminasi,
pencucian, sterilisasi atau desinfeksi dan penyimpanan.
Pemilihan cara pengelolaan alat kesehatan tergantung pada kegunaan
alat tersebut dan berhubungan dengan tingkat resiko penyebaran infeksi.
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan
kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan
dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan pencemaran lingkungan,
seperti misalnya tumpahan darah atau cairan tubuh, juga sebagai langkah
pertama pengelolaan limbah yang tidak dimusnahan dengan
cara insinerasi atau pembakaran. Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah
penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda,
sehingga dapat melindungi petugas ataupun pasien.
Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan
yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang digunakan untuk membunuh
205
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

mikroorganisme pada benda mati dan tidak digunakan untuk kulit atau
jaringan mukosa.

2. Pencucian Alat
Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan
langkah penting yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang memadai
maka pada umumnya proses desinfeksi atau selanjutnya menjadi tidak efektif.
Kotoran yang tertinggal dapat mempengaruhi fungsinya atau menyebabkan
reaksi pirogen bila masuk ke dalam tubuh pasien.
Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan darah, misalnya
kursi roda, alat pengukur tekanan darah, infuspump dsb. Cukup dilap dengan
larutan detergen, namun apabila jelas terkontaminasi dengan darah maka
diperlukan desinfektan.
3. Sterilisasi atau Desinfeksi
Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau bahan dengan
tujuan mematikan
semua mikroorganisme termasuk endospora. Desinfeksi adalah cara yang
paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang
berhubungan langsung dengan darah atau jaringan di bawah kulit yang secara
normal bersifat steril.

4. Penyimpanan
Penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan
proses sterilisasi atau desinfeksi itu sendiri. Ada dua macam alat dilihat dari
cara penyimpanan yaitu :
a) Alat yang dibungkus
Dalam kondisi penyimpanan yang optimal dan penanganan yang
minimal, dapat dinyatakan steril sepanjang bungkus tetap utuh dan kering.
Untuk penyimpanan yang optimal simpan bungkusan steril dalam lemari
tertutup dibagian yang tidak terlalu sering dijamah, suhu udara sejuk dan
kering atau kelembapan rendah.
Jika ragu-ragu akan sterilitas paket maka alat itu dianggap tercemar
dan harus disterilkan kembali sebelum pemakaian. Alat yang tidak dibungkus
206
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

harus digunakan segera setelah dikeluarkan. Jangan menyimpan alat dalam


larutan.

b) Pengelolaan benda tajam


Benda tajam sangat berisiko untuk menyebabkan perlukaan sehingga
meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah, untuk
menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja maka semua benda tajam harus
digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh
digunakan lagi.
Tidak dianjurkan untuk melakukan daur ulang atas pertimbangan
penghematan karena 17% kecelakaan kerja disebabkan oleh luka tusukan
sebelum atau selama pemakaian, Salah satu contoh cara yang dianjurkan
untuk mencegah perlukaan akibat penggunaan jarum suntik yaitu jarum suntik
tersebut langsung dibuang ke tempat sementaranya tanpa menyentuh atau
memanipulasi bagian tajamnya seperti dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup
kembali. Jika jarum terpaksa ditutup kembali, gunakanalah cara penutupan
jarum dengan satu tangan untuk mencegah jari tertusuk jarum.

Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit Simonsen (1999)


menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara
berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau keduanya yang
dipakai berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak penting (misalnya
penyuntikan antibiotika).
Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka
diperlukan:
a) Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan, pergunakan
jarum steril, penggunaan alat suntik yang sekali pakai.
b) Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui
udara. Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas,
mereka harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita.
c) Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah,
cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti

207
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

untuk tiap pasiennya.Setelah membalut luka atau terkena benda yang


kotor, sarung tangan harus segera diganti.
d) Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian
selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah,
cairan tubuh, urine dan feses.

B. Melalui Manusia
1. Perbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen
oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistiky yang ikut membantu
dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh
melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara
populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang
terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme
ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik
oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam
mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat.
Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita
penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.

2. Stratifikasi Risiko
Perolehan Infeksi Nosokomial ditentukan dari semua faktor dari pasien,
seperti imunitas yang membahayakan dan melakukan campur tangan yang
dapat meningkatkan faktor risiko. Perawatan pasien harus dibedakan
berdasarkan macam-macam infeksi yang ada. Penilaian risiko akan sangat
membantu untuk mengkategorikan pasien dan mengontrol infeksi yang kira-
kira akan ada pada kedepannya.

3. Mengurangi Transmisi dari orang ke orang


a. Hand Decontamination (dekontaminasi tangan)
Dapat dilakukan dengan mencuci tangan, menjaga kehigienisan diri
khususnya tangan. Cuci tangan adalah teknik dasar yang paling penting
dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
208
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Tujuan cuci tangan, yaitu:


1) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
2) Mencegah infeksi silang (cross infection)
3) Menjaga kondisi steril
4) Melindungi diri dan pasien dari infeksi
5) Memberikan perasaan segar dan bersih

b. Personal Hygiene
Para pegawai harus mempunyai personal hygiene yang bagus, kuku
harus bersih dan tetap pendek. Rambut sekiranya pendek dan terikat.
Jambang atau kumis pendek dan bersih.
c. Pakaian
1) Pakaian Bekerja
Normalnya para pegawai memakai pakaian yang seragam dan ditutupi oleh
jas putih.
2) Sepatu
Diderah yang harus terjaga kebersihannya dan di ruang operasi, para
pegawai harus memakai sepatu yang sudah distandarkan, yang mana mudah
dipakai dan dibersihkan.

d. Masker
Menggunakan masker yang terbuat dari wool, atau bahan-bahan lain yang
tidak mudah terinfeksi.

e. Sarung Tangan
Sarung Tangan digunakan untuk :
1) Melindungi pasien: para staff menggunakan sarung tangan yang steril untuk
operasi, dan kegiatan lain.

2) Sarung tangan yang tidak steril harus dijauhkan dari pasien.


3) Tangan harus dicuci bersih ketika sarung tangan dilepas.

C. Melalui Udara/lingkungan

209
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa


rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan
kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 % dari kotoran yang terlihat pasti
mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan
dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat
medis yang telah dipakai berkali-kali.
Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas
kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi
penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat
menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang
baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis.
Rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan
menjaga kebersihan pemprosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya
pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang
terbatas dapat menggunakan panas matahari. Toilet rumah sakit juga harus
dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah
terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan
diberi desinfektan. Sumber infeksi dari udara biasanya dipicu antara lain,oleh
sistem ventilasi, air condioners (AC), bahan-bahan bangunan. Beberapa
kuman yang biasa terbawa udara antara lain Entero bacteriaceae,
Pseudomonas, Staphylococcus, Asperigillus, Varicella zoster. Udara yang
masuk kamar operasi harus bersih (bebas kuman) dan suhu serta
kelembabannya sudah diatur. Desinfektan akan membunuh kuman dan
mencegah penularan antar pasien.
Desinfeksi yang dipakai adalah:
1. Mempunyai kriteria membunuh kuman.
2. Mempunyai efek sebagai detergen.
3. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan
protein.
4. Tidak sulit digunakan.
5. Tidak mudah menguap.
6. Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas
maupun pasien.
210
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

7. Efektif
8. Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak.

Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang
mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan virus, contohnya
DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah
seperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar
terhindar dari infeksi.
Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam
ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan
ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu
ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi
kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka
menderita penyakit yang sama.

B. Melalui Bahan / specimen


Pada enatalaksanaan pencegahan infeksi nosokomial melalui
bahan/specimen perlu diterapkan kewaspadaan.
Kewaspadaan merupakan kombinasi segi-segi utama dari
kewaspadaan universal (dirancang untuk mengurangi risiko penularan patogen
melalui darah dari darah dan cairan tubuh) dan isolasi zat tubuh (dirancang
untuk mengurangi risiko penularan penyakit dari zat tubuh yang lembab).
Kewaspadaan standar diterapkan untuk:
a) Darah.
b) Seluruh cairan tubuh, sekresi dan eksresi, kecuali keringat, tidak
tergantung apakah ada atau tidak kandungan darah yang terlihat.
c) Kulit yang tidak utuh.

211
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

d) Selaput lendir.
Kewaspadaan standar dimaksudkan untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme dari kedua sumber dari infeksi di rumah sakit yang dikenal
maupun yang tidak dikenal. Dalam prinsip kewaspadaan standar, semua darah
dan cairan tubuh harus dipertimbangkan secara potensial terinfeksi dengan
penyakit menular-darah termasuk HIV dan hepatitis B dan C, tanpa terkait
dengan status ataupun faktor-faktor risiko seseorang.
Kewaspadaan standar termasuk penggunaan:
1. Cuci tangan

2. Alat pelindung diri (sarung tangan, apron, kaca mata, alat pelindung kepala,
masker, sepatu kapan saja menyentuh atau terpajan cairan tubuh pasien perlu
diantisipasi).
3. Penempatan pasien.
4. Penatalaksanaan linen.
5. Praktek terhadap lingkungan (pembuangan limbah).

a. Cara membuang limbah cair yang terkontaminasi oleh darah, feses,


urine, dan cairan tubuh lain)
1). Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa limbah
cair
2). Hati-hati waktu menuangkan limbah cair tersebut ke dalam saluran
pembuangan atau dalam toilet bilas, hindari percikan limbah.
3). Cuci toilet dan bak secara hati-hati dan siram dengan air untuk
membersihkan sisa-sisa limbah cair berbahaya tersebut.
4). Dekontaminasi tempat limbah dengan larutan klorin 0,5%, rendam
selama 10 menit sebelum dicuci.
5). Cuci tangan sesudah menangani sampah cair dan lakukan
dekontaminasi, serta cuci sarung tangan.

b. Cara membuang limbah padat


1). Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah
tersebut.

212
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

2). Buang sampah padat tersebut ke dalam wadah yang dapat dicuci dan
tidak korosif (plastic atau metal yang berlapis seng) dengan tutup yang
rapat.
3). Kumpulkan tempat sampah tersebut ditempat yang sama dan bawa
sampah-sampah yang dapat dibakar ke tempat pembakaran atau
insinerator. Jika tempat pembakaran tidak tersedia maka bisa dilakukan
penguburan saja.
4). Melakukan pembakaran atau penguburan harus segera dilakukan
sebelum tersebar ke lingkungan sekitar. Pembakaran adalah metode
terbaik untuk membunuh mikroorganisme.
5). Cuci tangan setelah menangani sampah tersebut dan dekontaminasi serta
cuci sarung tangan yang tadi dipakai saat membersihkan sampah
tersebut.

6. Penanganan dan pembuangan benda-benda tajam


a. Gunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal.
b. Buang barang-barang tajam tadi ke dalam wadah yang tahan tusukan. Wadah
dapat dibuat dari bahan-bahan yang mudah didapat, seperti kotak karton tebal,
kaleng yang bertutup, atau botol plastic yang tebal. Botol bekas cairan intra
vena dapat pula dipakai untuk benda-benda tajam, tetapi ada kemungkinan
terjadi kebocoran.
Ingat :
1) Letakkan wadah-wadah di dekat tempat pembuangan.
2) Cegah terjadinya tusukan jarum yang tidak disengaja, jangan
membengkokkan atau mematahkan jarum sebelum dibuang. Jarum
tidak perlu ditutup secara rutin, tetapi bila perlu gunakan metode
menutup jarum dengan satu tangan :
a) Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata,
kemudian lepaskan tangan dari penutup jarum.
b) Dengan satu tangan, pegang tabung alat suntik dan gunakan
jarumnya untuk mengait penutup jarum.

213
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

c) Bila penutup telah mencakup seluruh jarum, gunakan tangan


lainnya untuk mengeratkan penutup tersebut pada pangkal jarum.

c. Bila wadah sampah barang tajam tersebut telah terisi ¾ penuh, tutuplah,
sumbat atau beri pita perekat rapat.
d. Buanglah wadah tersebut bila telah ¾ penuh dengan cara menguburkannya.
e. Cuci tangan setelah menangani benda tajam tersebut dan lakukan
dekontaminasi.

214
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

LATIHAN

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!

1. The power house adalah julukan untuk salah satu organel sel yaitu?
a. Ribosom
b. Nukleus
c. Mitokondria
d. Ribosom
e. Komplek Golgi

2. saluran yang berfungsi sebagai tempat pengangkutan, penyimpanan dan


pematangan sperma adalah………
a. epididimis
b. uretra
c. kelenjar bulfouretra
d. glandula prostat
e. vasika seminalis

3. di dalam testis terdapat saluran halus yang disebut tubulus seminifelus, apakah
fungsi saluran tersebut…….
a. Penghasil hormon estrogen
b. Penghasil sperma dan tempat terjadinya spermatogenesis
c. Menghasilkan nutrisi untuk sperma
d. Saluran pengeluaran sperma
e. Menyalurkan semen dan saluran urine

4. Perhatikan pernyataan berikut!


(1) Vulva
(2) Serviks
(3) Mons pubis
(4) Bulbus vaginalis
(5) Tuba fallopi
Dari pernyataan diatas manakah pernyataan yang termasuk organ reproduksi
wanita bagian luar adalah…….
a. (1) dan (2)
b. (3) dan (5)
c. (1), (3) dan (4)

215
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

d. (1), (2) dan (3)


e. Semua benar

5. Lapisan endomatrium adalah salah satu lapisan uterus yang mempunyai fungsi
untuk……….
a. Mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
b. Tempat berkembangnya janin
c. Menghasilkan nutrisi untuk uterus
d. Tempat menempelnya sel telur yang sudah di buahi
e. Elemen penting untuk menyokong uterus

6. di bawah ini adalah fungsi nukleus kecuali…………….


a. Membentuk lisosom dan membrane plasma
b. Tempat terjadinya replikasi
c. Mengendalikan proses metabolisme dalam sel
d. Menyimpan informasi genetik
e. Mengontrol aktivitas sel

7. Bagian tuba fallopi yang terdapat dalam uterus adalah……….


a. Pars ampularis
b. Pars istmus
c. Invundibulum
d. Pars ismika
e. Pars interstitialis

8. Bagian-bagian nukleus yang berisi cairan inti yang tersusun atas molekul asam
inti (DNA atau RNA), protein inti (nucleoprotein) dan enzim adalah
a. Karioteka
b. Nukleolus
c. Kariolimfa
d. Nukleopasma
e. Kromosom

9. Berikut adalah cirri-ciri vagina kecuali………


a. Berakhir pada rahim
b. Dindingnya menebal ketika terjadi pertumbuhan janin
c. Dilalui darah saat menstruasi
d. Merupakan jalan lahirnya bayi
e. Saluran yang elastis karena bias melebar dan menyempit

10. Lihatlah gambar di bawah ini, sebutkan nama organ b, d, dan e secara urut?.....

216
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

a. Vas deferens, testis dan skortum


b. Vas deferens, penis dan tubulus seminifelus
c. Vasika seminalis, testis dan epididimis
d. Vasika seminalis, penis dan kelenjar prostat
e. Vas deferens, penis dan skortum

11. Perhatikan gambar sistem reproduksi wanita bagian dalam pada gambar dibawah
ini. Tempat terjadinya fertilisasi adalah yang bernomor:

a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

12. Dari mana asal air ketuban ?


a. Sekresi dari epitel amnion
b. Kencing janin (fetal urine),
c. Transudasi dari darah ibu,
d. A ,B,C benar
e. Semuanya salah

13. Kelainan plasenta:


I. Tali pusat tidak tertanam pada plasenta, tetapi diselimuti janin
II. Pembuluh-pembuluh darah tali pusat bercabang dalam selaput jani
III. Pada pinggir uri terdapat suatu lingkaran jaringan tebal yang berwarna putih
selebar 4 – 5 cm
IV. Klinis: Bila kebetulan bagian selaput janin yang mengandung pembuluh
darahberada di kutub bawah (vasa previa) maka pada waktu pembuluh darah

217
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

putus dan menyebabkan perdarahan yang berasal dari janin sehingga janin
akan meninggal
V. Tali pusat di pinggir plasenta

Dari data di atas yang termasuk kelainan plasenta Insersio Velamentosa yaitu……
a. I, II,V
b. II,III,IV
c. I,II,IV
d. I,II,II,IV,V
e. III,IV,V

14. Membran vaskuler kecil yang merupakan tempat mula mula pembentukan darah
serta berfungsi untuk respirasi dan saluran makan pada masa embriotik adalah…..
a. Korion
b. Alantois
c. Saku vitelinus
d. Kantung kuning telur
e. Amnion

15. Perkembangan janin dalam uterus yang ditandai dengan membesarnya kepala dan
mulai terlihat mata ,tangan, telinga, hidung , jari tangan ,serta jari kaki terjadi
pada usia kehamilan ….
a. 4 minggu
b. 8 minggu
c. 10 minggu
d. 18 minggu
e. 20 minggu

16. Berikut ini bukan penyebab luruhnya dinding endometrium adalah ....
a. Menurunnya HCG
b. Menurunnya FSH
c. Menurunnya estrogen
d. Menurunnya progesteron
e. Degradasi korpus luteum

17. Hormon yang berperan dalam fase praovulasi saat siklus menstruasi adalah
hormon ....
a. FSH dan LH
b. Estrogen dan LH
c. FSH dan progesteron
d. Estrogen dan FSH
e. Estrogen dan progesteron

218
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

18. Saat ovum mengalami pembuahan, zigot yang dihasilkan akan berkembang dan
menempel pada dinsing endoterium. Oleh karena itu, keberadaan endoterium
harus dipertahankan selama kehamilan. Mekanisme hormonal yang berperan
mempertahankan endoterium adalah ....
a. Kadar progesteron yang tinggi
b. Kadar estrogen yang tinggi
c. Kadar estrogen yang tinggi, progesteron rendah
d. Kadar estrogen rendah, progesteron tinggi
e. Kadar estrogen dan progesteron tinggi

19. Lapisan ektoderma yang terbentuk pada fase gastrula, pada tahap elanjutnya
mengalami diferensiasi menjadi ....
a. Otot dan rangka
b. Kulit dan sistem saraf
c. Usus dan hati
d. Kulit dan otot
e. Jaringan ikat dan alat reproduksi

20. Pada siklus menstruasi normal ( 28 hari) proses pengeluaran Folicel de Graff
dariovarium terjadi pada…
a. hari O s/d 5-7 hari setelah haid
b. hari ke 10 setelah haid
c. hari ke 14 setelah haid
d. hari ke 23 setelah haid
e. hari ke 28 setelah haid

21. Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia......
a. Usia 29 hari
b. Usia 30 hari
c. Usia 28 hari
d. Usia 25 hari
e. Usia 27 hari

22. Di bawah ini yang termasuk kunci keberhasilan adaptasi ekstrauterin adalah.....
a. Pertambahan protein dan mineral
b. Pengembangan paru
c. Penyimpangan glikogen
d. Adaptasi pernafasan, sirkulasi dan pengobatan suhu
e. Kompresi dan dokumpresi kepala dan dada

23. Pada umumnya janin menelan rata – rata air ketuban setiap harinya berjumlah.......
a. 400 ml air
b. 350 ml air
c. 300 ml air
d. 450 ml air
e. 470 ml air

219
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

24. Yang bukan termasuk sistem endokrin dari beberapa kelenjar adalah......
a. Lektotrop
b. Hipofisis interior
c. Tiroid
d. Para tiroid
e. Gonad

25. Fungsi dari tirotrop adalah.................


a. Memproduksi hormon pertumbuhan
b. Memprodoksi kortikotropin
c. Memproduksi troid – stimulating hormon
d. Memproduksi lueteinizing hormone
e. Memproduksi prolactin

26. Neunaroh hipofisis janin berkembang dengan baik pada kehamilan.................


a. 9 sampai 10 minggu
b. 6 sampai 8 minggu
c. 8 sampai 10 minggu
d. 10 sampai 12 minggu
e. 9 sampai 12 minggu

27. Kelenjar timus pada bayi baru lahir beratnya adalah......................


a. 15 gram
b. 6 gram
c. 10 gram
d. 12 gram
e. 8 gram

28. Dibawah ini yang termasuk Hormon-Hormon Protein Plasenta,kecuali ?


a. Gonadotropin korionik
b. Adrenokortikotropin dan tirotropin korionik
c. Hormon-hormon hypothalamic like-releasing dari plasenta
d. Inhibin
e. corticotropin-releasing factor (CRF)

29. pada periode bulan pertama kehidupan bayi disebut periode....


a. ekstrateurin
b. neonatus
c. intrauterin
d. penyimpangan glikogen
e. hipoksia

30. pada usia berapa janin mampu mengadakan fleksi alat-alat gerak...
a. 4 minggu
b. 6 minggu
c. 61 minggu
d. 9 minggu
e. 5 minggu
220
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

31. Suatu usaha / tindakan untuk membebaskan suatu alat / bahan dari kuman baik
bentuk vegetatif maupun spora adalah pengertian dari . . .
a. Sterilisasi
b. Media
c. Medium
d. Tyndalisasi
e. Pasteursasi

Soal untuk no. 32-33 :


1. Chamberland a. Netro selullose
2. Collodion filter b. Esbes
3. Seitz c. Porselen
d. Serbuk glass
e. Tanah diatome

32. Dari pernyataan diatas pasangan yang paling tepat adalah . . .


a. 1-b
b. 1-c
c. 3-c
d. 2-d
e. 3-e

33. Pasangan yang paling tepat dari pernyataan diatas bahwa Collodion filter terbuat
dari . . .
a. Esbes
b. Porselen
c. Netro selullose
d. Serbuk glass
e. Tanah diatome

34. Contoh sterilisasi yang dipakai untuk sterilisasi bahan-bahan yang tidak tahan
pemanasan sbb, kecuali . . .
a. Enzim
b. Antibiotika
c. Media sintesis
d. Formalin
e. Penyeterilan seru

35. Tes untuk mengukur kekuatan suatu desinfektan adalah . . .


a. Tes lisol

221
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

b. Tes creolin
c. Tes detergen kation
d. Tes detergen anion
e. Tes koefisien phenol

36. Suatu tindakan untuk membunuh jasad penyebab penyakit adalah pernyataan dari
istilah-istilah . . .
a. Desinfeksi
b. Antiseptik
c. Desinfektan
d. Bakterisidal
e. Bakteriostatik

37. Sterilisasi makanan kaleng terhadap bakteri . . .


a. Mycobacterium tuberculosis
b. Clostridium botulinum
c. Mycobacterium leprae
d. Vibrio cholera
e. Streptococcus

38. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi pemanasan sbb, kecuali . . .


a. Jenis alat
b. Lemak
c. Sifat bakteri
d. Jenis bakteri
e. Jenis peanasan

39. Untuk sterilisasi bahan/media pemanasan tinggi pada sterilisasi bertingkat


merupakan . . .
a. Manfaat sterilisasi bertingkat
b. Sifat sterilisasi bertingkat
c. Macam-macam sterilisasi bertingkat
d. Tujuan sterilisasi bertingkat
e. Pengertian sterilisasi bertingkat

Soal untuk no. 40-41 :


1) Boilling
2) Incenerasi
3) Pemijaran
4) Uap air bertekanan (autoclaf)
5) Radiasi sinar uv

222
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

40. Dari pernyataan diatas mana yang termasuk penyinaran dalam sterilisasi cara fisik
..
a. 5
b. 1
c. 3
d. 4
e. 2

41. Dari pernyataan diatas mana yang termasuk pemanasan basah dalam sterilisasi
cara fisik . . .
a. 3 & 5
b. 1 & 4
c. 2 & 3
d. 1 & 2
e. 5 & 4

42. Dari pernyataan diatas mana yang termasuk pemanasan kering dalam sterilisasi
cara fisik . . .
a. 3 & 5
b. 1 & 4
c. 2 & 3
d. 1 & 2
e. 5 & 4

43. Contoh mekanisme desinfektan terhadap sistem enzim yaitu sbb, kecuali . . .
a. Asam benzoate
b. Etic alcohol
c. Aceton
d. Lisol
e. Asam boric

44. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya kerja desinfektanadalah sbb, kecuali...


a. Suhu
b. Jenis bahan kimia
c. Sifat bakteri
d. Konsentrasi bahan kimia
e. Jenis bakteri

45. Sterilisasi secara mekanik menggunakan . . .


a. Saringan kuman
223
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

b. Pemanasan bertingkat (autoclaf)


c. Boilling
d. Radiasi
e. Penyinaran

46. apa yang menyebabkan adanya putaran faksi?


a. Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi.
Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang disebelah
depan atas yaitu hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan.
b. adadanya expulsi
c. adanya gaya dorong fundus arteri ke belakang
d. adanya penurunan fungsi plasenta
e. adanya pembelahan sel zigot

47. salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan
mendorong janin kebawah yaitu….
a. HIS
b. Rotasi luar
c. Paksi dalam
d. Paksi luar
e. Simfisis

48. kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama islam,
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari disebut….
a. PuerperiumInternedial
b. pierperiumdini
c. remote pierperium
d. involusi
e. fertilisasi

49. Pewarnaan bakteri gram positif akan menghasilkan warna...


a. Hijau
b. Ungu
c. Merah
d. Biru
e. Kuning

50. Sel-sel bakteri tidak berwarna sedangkan lapangan pandangnya berwarna. Zat
warna yang digunakan adalah zat warna yang molekul-molekulnya lebih besar
daripada pori-pori dinding sel bakteri sehingga dengan demikian zat warna tidak
dapat masuk ke dalam sel merupakan dasar dari pewarnaan...
224
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

a. Negatif
b. Tahan asam
c. Diferensial
d. Gram negative
e. Khusus

51. Pewarna basa apa yang biasa digunakan dalam pewarnaan sederhana?
a. Metilen biru, tinta cina, kristal violet
b. Cat malachite hijau, karbol fuehsin
c. Tinta cina
d. Metilen biru, kristal violet, karbol fuehsin
e. Lugol

52. a. Pewarnaan flagel


b. Pewarnaan tahan asam
c. Pewarnaan negatif
d. Pewarnaan spora
e. Pewarnaan kapsul
Yang termasuk dalam pewarnaan khusus adalah...
a. A, b, c
b. B, c, d
c. B, d, e
d. A, d, e
e. A, b, c, d

53. Hasil dari pewarnaan bakteri bukan tahan asam adalah...


a. Ungu
b. Merah
c. Hitam
d. Tidak berwarna
e. Biru

54. Penyakit mana yang disebabkan oleh virus?


a. Herpes
b. DBD
c. Demam tifoid
d. TBC
e. Kusta

55. Penyakit dibawah disebabkan oleh virus, kecuali..


a. Campak jerman
b. HIV
c. Demam

225
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

d. Ebola
e. Radang paru-paru

56. Penyakit mana yang disebabkan oleh bakteri?


a. Polio
b. Cacar air
c. Demam tifoid
d. Influenza
e. AIDS

57. Jamur berkembang biak dengan 2 cara, yaitu..


a. Aseksual dan seksual
b. Bertelur dan beranak
c. Pembelahan sel dan Pembelahan diri
d. Pembuahan sel dan Pembuahan diri
e. Jawaban a,b,c dan d semua salah

58. Berikut jamur yang mempengaruhi ibu hamil, kecuali..


a. Arenavirus
b. Hepatitis
c. HIV
d. Influenza
e. TBC

59. Bagaimana cara untuk pencegahan penyakit karena virus?


a. Penguburan barang bekas
b. Dengan tindakan vaksinasi
c. DTT
d. Sterilisasi
e. Dekontaminasi

60. Virus Rubella adalah virus yang menyerang pada organ?


a. Paru-paru
b. Usus halus
c. Nafas manusia
d. Tenggorokan
e. Bronkus

61. Herpes simplex virus adalah virus yang menyerang?


a. Wanita subur
b. Wanita dewasa
c. Remaja
d. Bayi baru lahir
226
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

e. Laki-laki

62. Virus dengue disebabkan oleh?


a. Demam berdarah
b. TBC
c. Influenza
d. Laringitis
e. Bronkitis

63. Edward jenner menemukan vaksin pertama kali yang disebut dengan vaksin?
a. Vaksin cacar
b. Vaksin polio
c. Vaksin campak
d. Vaksin herpes
e. Vaksin hepatitis

64. Bakteri ekstraseluler dapat menyebabkan penyakit dengan cara :


a. Menghasilkan toksin
b. Menyerap sari-sari makanan inangnya
c. Berkembang biak di jaringan inangnya
d. Menghasilkan CO2
e. Melisiskan sel yang terinfeksi oleh CTLs

65. Imunitas bawaan untuk jamur dimediatori oleh :


a. Makrophage
b. Eosinophil
c. Neutrophil
d. NK cell
e. INF

66. Faktor yang mempengaruhi kekebalan alamiah adalah :


a. Umur
b. Lingkungan
c. Keluarga
d. Teman
e. Media sosial

67. Berikut ini adalah tiga tipe mekanisme efektor yang distimulasi oleh Antibodi
IgM dan IgG, kecuali :
a. Membunuh bakteri secara langsung
b. Mengenali bakteri
c. Menetralkan toksin bakteri

227
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

d. Mengaktifasi sistem komplemen


e. Meningkatkan phagositosis

68. Lokasi makrofag khusus terdapat pada :


a. Sel NK
b. Sel T sitotoksik
c. Sel limfosit
d. Interleukin-2
e. Sel-sel kupffer

69. Tujuan dari transplantasi organ atau jaringan adalah :


a. mengganti fungsi organ atau jaringan yang rusak
b. memperbaiki bagian organ yang rusak
c. mengambil bagian organ
d. menambah organ yang rusak
e. memperbaiki sistem organ yang rusak

70. Infeksi HIV memilikin beberapa stadium sampai nantinya menjadi AIDS, yaitu?
a. I
b. II
c. III
d. IV
e. V

71. Prinsip mekanisme imunitas alamiah pada bakteri ekstracelluler meliputi


a. Penempelan fagisit terhadap bakteri
b. Bakteri memproduksi protein
c. Sel B memproduksi antibody
d. Antibody menetralkan racun bakteri
e. Bakteri mengaktifkan sel NK

72. Tumor antigen dapat mncul akibat dari :


a. Mutasi gen yang memang berkaitan dengan proses terjadinya tumor
b. Mutasi gen yang tidak ada kaitannya dengan proses terjadinya tumor
c. Adanya gen virus yang diselipkan virus dalam DNA sel
d. Aktifnya kembali gen yang sebenarnya hanya aktif waktu lahir (antigen
onkofetal)
e. Tidak aktifnya gen yang sebenarnya selamanya

73. Opsonisasi dari antigen pada fagositosis oelh makrofag dan neutrofil termasuk
fungsi efektor dari isotipe
a. IgM
b. IgE
228
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

c. IgG
d. IgD
e. IgA

74. Berikut yang merupakan struktur mikroskopis payudara adalah, kecuali...


a. Alveoli
b. Tubulus lactifer
c. Papila mammae
d. Ductus lactifer
e. Ampulla

75. Yang termasuk ciri perkembangan payudara masa pubertas adalah, kecuali...
a. Timbul rigi longitudinal dari ektoderma yang menebal pada dinding
ventral fetus
b. Kenaikan kadar estrogen
c. Kenaikan kadar progesterone
d. Jumlah jaringan lemak dan fibrosa akan meningkat
e. Pertumbuhan areola mammae lebih nyata

76. Dibawah ini merupakan susunan ASI adalah, kecuali...


a. Karbohidrat
b. Protein
c. Lemak
d. Magnesium
e. Air

77. Kadar prolaktin pada ibu menyusui sangat tingi adalah pada saat...
a. Siang hari
b. Malam hari
c. Pagi hari
d. Sore hari
e. Sepanjang hari

78. Faktor yang dapat memperlancar aliran ASI adalah...


a. Bayi selalu dipijat
b. Ibu mengkonsumsi makanan yang banyak
c. Ibu selalu berolahraga
d. Bayi disusukan orang lain
e. Pemberian ASI teratur pada bayi

79. Penyakit berbahaya pada payudara wanita adalah sebagai berikut, kecuali...
a. Kista
b. Kanker
229
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

c. Fibroadenoma
d. Bengkak saat hamil
e. Infeksi bakteri mastitis

80. Masalah dipayudara yang sering dihadapi wanita adalah, kecuali...


a. Ukuran payudara kiri dan kanan tidak sama
b. Payudara tiba-tiba terasa gatal
c. Payudara tidak mengeluarkan ASI
d. Payudara turun diusia muda
e. Adanya stretch mark pada payudara

81. Berikut yang merupakan faktor pelindung ASI adalah, kecuali...


a. Hemoglobin
b. Laktoferin
c. Lisosom
d. Imunoglobulin
e. Faktor antitrypsin

82. Dimanakah letak papila mammae...


a. Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-1
b. Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-3
c. Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-2
d. Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4
e. Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-5

83. Apakah fungsi dari acini...


a. Merubah warna ASI
b. Mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk
pembentukan ASI
c. Menghasilkan hormon estrogen
d. Membentuk jaringan baru
e. Mengikat kadar CO2 dalam ASI

84. Di bawah ini beberapa contoh parasit penyebab infeksi nasokomial yaitu,
kecuali…..
a. Candida albicans
b. Aspergillus sp.
c. Cryptococcus neoformans
d. Cryptosporidium
e. Salmonella thypi

85. Manakah faktor lingkungan yang menyebabkan infeksi nosokomial?


a. Umur
230
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

b. Daya tahan tubuh


c. Penyakit penyerta
d. Udara
e. Penyakit yang di derita

86. Infeksi nosokomial yang terjadi karena kontak secara langsung disebut?
a. Infection by direct
b. Indirect contact
c. Cross infection
d. Endogenous infection
e. Contact infection

87. Infeksi nosokomial dimana terdapat ruam kemerahan, nyeri sepanjang vena, dan
terdapat pembengkakan disebut?
a. Ekstravasasi infiltrat
b. Penyumbatan
c. Flebitis
d. Trombosis
e. Septikemia

88. Macam-macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial yaitu,


kecuali……..
a. Infeksi saluran kemih
b. Gastritis
c. Bakteremi nosokomial
d. Tuberculosis
e. Pneumonia nosocomial

89. Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah, kecuali:


a. Pasien
b. Petugas kesehatan
c. Pengnjung
d. Lingkungan
e. Pantom

90. Salah satu mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
a. Sarung tangan
b. Handuk
c. Bengkok
d. Ruang UGD
e. Jam tangan

231
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

91. Dibawah ini yang bukan tujuan mencuci tangan yaitu,kecuali…..


a. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
b. Mencegah infeksi silang (cross infection)
c. Menjaga kondisi steril
d. Melindungi diri dan pasien dari infeksi
e. Memberi rasa pahit

92. Beberapa kuman yang biasa terbawa udara antara lain, kecuali..
a. Entero bacteriaceae,
b. Pseudomonas,
c. Staphylococcus,
d. Asperigillus,
e. Tuberkulosi

93. Dalam prinsip kewaspadaan standar, semua darah dan cairan tubuh harus
dipertimbangkan secara potensial terinfeksi dengan penyakit menular-darah
termasuk HIV dan hepatitis B dan C, tanpa terkait dengan status ataupun faktor-
faktor risiko seseorang.
Kewaspadaan standar termasuk penggunaan, kecuali..
a. oksigen
b. Alat pelindung diri (sarung tangan, apron, kaca mata, alat pelindung kepala,
masker, sepatu kapan saja menyentuh atau terpajan cairan tubuh pasien perlu
diantisipasi).
c. Penempatan pasien
d. Penatalaksanaan linen
e. Praktek terhadap lingkungan (pembuangan limbah).gan limbah).

94. Infeksi nosokomial dapat dicegah melalui...


a. Oksigen
b. Udara/lingkungan
c. Tanah
d. Keamanan
e. Keharmonisan

95. Salah satu cara membuang limbah cair yang terkontaminasi oleh darah, feses,
urine, dan cairan tubuh lain
a. Dekontaminasi tempat limbah dengan larutan klorin 0,5%, rendam selama 10
menit sebelum dicuci
b. Cuci tangan 5 cara efektif
c. Dekontaminasi tempat limbah dengan larutan klorin 0,7%, rendam selama 10
menit sebelum dicuci
d. Dekontaminasi tempat limbah dengan larutan klorin 0,8%, rendam selama 10
menit sebelum dicuci.
e. Dekontaminasi tempat limbah dengan larutan klorin 0,12%, rendam selama 10
menit sebelum dicuci.

232
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

96. Dibawah ini yang bukan Kemungkinan terjadinya infeksi adalah..


a. Karakteristik mikroorganisme,
b. Resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
c. Tingkat virulensi,
d. Banyaknya materi infeksius
e. Banyaknya zat makanan

97. Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan
hidung dapat menyebabkan gangguan pada..
a. paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah
b. tulang rusuk
c. kandung kemih
d. tulang panggul
e. sistem pencernaan

98. Dekontaminasi bertujuan untuk..


a. mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan
benda, sehingga dapat melindungi petugas ataupun pasien.
b. Memberikan rasa kehangatan pada pasien
c. Membersihkan kamar pasien
d. Membersihkan peralatan makan pasien
e. Memberi rasa takut pada pasien

233
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

RANGKUMAN

BAB I
Sel merupakan unit terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua
fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi
secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Struktur sel dan fungsi-
fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi
yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki
kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular
sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi
yang sangat rapi.
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.
Pada manusia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi.
Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative atau
seksual.

BAB II
Proses kehamilan dimulai saat terjadinya konsepsi (pembuahan), sebelum konsepsi
terjadi ada hal-hal yang terjadi pada tubuh wanita, yaitu: Ovulasi Ovulasi terjadi ketika sel
telur (ovum) keluar dari sarangnya (ovarium=indung telur), di dalam ovarium terdapat
kantung-kantung (folikel) yang berisi cairan dan sel telur, pada suatu ketika folikel menjadi
matang kemudian pecah maka keluarlah sel telur yang ada di dalamnya.
Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (coitus) dengan ejakulasi, sperma dari
saluran reproduksi pria didalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani berisi sel sperma
ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi pada masa ovulasi (masa subur
wanita), maka kemungkinan sperma akan bertemu dengan ovum yang disebut sebagai
pembuahan atau fertilisasi.
Nidas yaitu kontak antara zigot stadium Blastokista dengan dinding rahim akan
menimbulkan berbagai reaksi seluler sehingga sel trofoblas tersebut dapat menempel dan
mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus.
Embryogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini
merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel.
Selama 9 bulan, janin 'berenang' dalam sebuah kantung setipis balon berisi cairan
yang disebut air ketuban. Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena
merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya.

234
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

BAB III
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ yang
berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin.Ada empat kelenjar endokrin
yang terdapat di dalam tubuh yang dapat menghasilkan hormon reproduksi, yakni, Kelenjar
Hipofisa, Kelenjar Ovarium, Endometrium, dan Testis.
Hormon pada pria terdiri dari: hormon testosteron, hormon gonadotropin, hormon
estrogen, dan hormon pertumbuhan. Hormon pada wanita terdiri dari: hormone GnRH
(Gonadotropin Releasing Hormon), hormon FSH, LH, dan estrogen

BAB IV
Kode genetik atau yang sering disebut kodon adalah cara pengkodean urutan
nukleotida pada DNA atau RNA untuk menentukan urutan asam amino pada saat sintesis
protein. Di dalam setiap sel terdapat ribuan reaksi kimia dan enzim yang berfungsi mengatur
jalannya semua reaksi. Karena DNA mengkode protein, maka akan menentukan enzim apa
yang diproduksi dan akhirnya akan menentukan reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Kode
genetika bersifat degenerative dikarenakan 18 dari 20 macam asam amini ditentukan oleh
lebih dari 1 kodon, yang disebut kodon sinonimus.
Hanya metionin dan triptofan mempunyai kodon tunggal. Kodon sinonimus tidak
ditempatkan secara acak, tetapi dikelompokkan seperti yang terlihat pada gambar diatas.
Kodon sinonimus memiliki perbedaan pada urutan basa ketiga. Pada kasus apapun, bila
posisi basa ketiga adalah suatu pirimisin, maka kodon-kodon akan mengarah atau
menunjukkan asam amino yang sama (sinonimus). Misalnya pada kode genetika UAU dan
UAC (Basa U dan C merupakan Pirimidin) yang menunjukkan asam amino tirosin. Kodon
awal merupakan kodon pertama yang diterjemahkan pada saat translasi atau disebut juga
kodon inisiasi (AUG yang menyandikan metionin). Kodon akhir merupakan salah satu dari
tiga kodon, yaitu UAG, UAA atau UGA. Kodon akhir disebut juga kodon terminal yang
tidak menyandikan asam amino.
Darah merupakan salah satu komponen penting di dalam tubuh makhluk hidup termasuk
manusia. Secara sepintas, semua darah sama. Dengan mata awam kita melihatnya berbentuk
cair dengan warna merah dan berbau sedikit amis.Cara menentukan golongan darah dengan
sistem ABO adalah sebagai berikut:
1. Golongan darah A adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan
antigen A dengan agglutinin β atau anti-B pada bagian plasma darahnya.

235
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

2. Golongan darah B adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen
B dan aglutinnin α atau anti-A pada bagian plasma darahnya.
3. Golongan darah AB adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan
antigen A juga B namun di dalam bagian plasma darah orang tersebut tidak
ditemukan aglutinnin α juga agglutinin β.
4. Golongan darah O adalah mereka yang tidak mempunyai antigen A juga B
dalam sel darah merah namun pada plasma darahnya diketemukan aglutinnin α juga
agglutinin β.

BAB V
Bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu
dengan usia gestasi 38-42 minggu. (Wong,1996). Periode neonatus adalah periode bulan
pertama kehidupan bayi. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertamadiluar uterus sampai
usia 28 hari atau 1 bulan, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupandi dalam
rahim (intrauterin)menjadi diluar rahim (ekstrauterin). Neonatus mengalami perubahan dari
intrauterin yang serba tergantung pada ibu menjadi ekstrauterin yang serba mandiri. Masa
perubahan yang paling besar terjadi selama 24-72 jam pertama. Tetapi periode yang benar-
benar transsisi adalah mulai saat lahir sampai usia 6 jam. Transisi ini hampir meliputi semua
sistem organ yaitu menyangkut perubahan fifiologis banyak organ.
Pertumbuhan dan perkembangan janin:
Selama 8 minggu pertama , terminology embrio digunakan terhadap
perkembangan organisme oleh karena pada masa ini semua organ besar sedang
dibentuk. Setelah 8 minggu , terminology janin digunakan oleh karena semua organ
besar sudah dibentuk dan telah masuk ke dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan lanjut. Janin dengan berat 500 – 100 gram ( 22 – 23 minggu ) disebut
immature. Dari minggu 2 – 36 disebut preterm. Dan janin aterm adalah bila usia
kehamilan lebih dari 37 minggu.

Kehamilan 8 minggu
 Panjang 2,1 – 2,5 cm
 Berat 1 gram
 Bagian kepala lebih dari setengah tubuh janin
 Dapat dikenali lobus hepar
 Ginjal mulai terbentuk
 Sel darah merah terdapat pada yolk sac dan hepar

Kehamilan 12 minggu
 Panjang 7 – 9 cm
 Berat 12 – 15 gram
 Jari – jari memiliki kuku
 Genitalia eksterna sudah dapat dibedakan antara laki –laki dan
perempuan
 Volume cairan amnion 30 ml

236
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 Peristaltic usus sudah terjadi dan memiliki kemampuan menyerap


glukosa

Kehamilan 16 minggu
 Panjang 14 – 17 cm
 Berat 100 gram
 Terdapat HbF
 Pembentukan HbA mulai terjadi

Kehamilan 20 minggu
 Berat 300 gram
 Detik jantung dapat terdengar dengan menggunakan stetoskop
DeLee
 Terasa gerakan janin
 Tinggi fundus uteri sekitar umbilicus

Kehamilan 24 minggu
 Berat 600 gram
 Timbunan lemak mulai terjadi
 Viabilitas mungkin dapat tercapai meski amat jarang terjadi

Kehamilan 28 minggu
 Berat 1050 gram panjang 37 cm
 Gerak pernafasan mulai terlihat ; surfactan paru masih sangat
rendah

Kehamilan 32 minggu
 Berat 1700 gram ; panjang 42 cm
 Persalinan pada periode ini 5 dan 6 neonatus dapat bertahan hidup

Kehamilan 36 minggu
 berat 2500 gram ; panjang 47 cm
 gambara kulit keriput lenyap
 kemungkinan hidup besar

kehamilan 40 minggu
 berat 3200 – 3500 gram ; panjang 50 cm
 diameter biparietal 9,5 cm

1.PERNAFASAN

Pada menit – menit terakhir kelahiraan, janin semakin menjadi hiposik karena
kekurangan oksigen, sebagai akibat kurangnya darah melalui plasenta karena

237
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

kontraksi uterus yang kuat. Drajat hipoksia yang ringan ini merangsang usaha
bernafas pertama kali pada neonatus setelah di lahirkan. Dengan usaha bernafas
pertama ini, cairan yang menepati jalan nafas di dorong ke dalam alveoli yang
mengembang, sehingga cairan ini dapat diabsorposi dengan cepat ke dalam pembulu
dan sirkulasi limfe paru. Dalam 15 menit setelah lahir, cairan ini telah hilang dan
alveoli mengembang karena udara. Jika keadaan ini tidak terjadi pernafasan akan
dipertahankan oleh kemoreseptor – kemereseptor yang bertanggung jawab atas respon
ventilasi terhadap karbon dioksida dan hipoksia.

2.SIRKULASI
Sirkulasi bayi terdiri dari 3 fase , yaitu :
4. Fase intrauterine, dimana janin sangat bergantung pada plasenta.
5. Fase transisi , yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama.
6. Fase dewasa, yang umumnya berlangsung secara legkap pada bulan pertama
kehidupan.
Perubahan mendadak dari kehidupan inteuterin ke ekstrauterin memerlukan
penyesuaian neonates berupa :
 Pengalihan aliran darah dari paru.
 Penutupan ductus arteriosus bottali dan foramen ovale
 Obliterasi ductus venosus arantii dan vasa umbilikalis

Sirkulasi bayi mulai dari fase inrauterin, fase transisi dan fase dewasa

Mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta,
melalui vena umbikalis, masuk ke dalam tubuh janin

3.TRAKTUS DIGESTIVUS
Pada kehamilan enam bulan, alat pencernaan ini telah cukup terbentuk dan
janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga
dengan demikian janin membantu pula dalam perputaran air ketuban. Absorbsi air
ketuban terjadi melalui mukosa seluruh traktus digestivus. Bahwa janin menelan air
ketuban, dapat dibuktikan dengan adanya lanugo, verniks kaseosa 5 dimekonium
setelah bayi dilahirkan.

4.KELENJAR ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat – zat kimia
( hormon ) yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan
kelenjar buntu (sekresi interna ) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke
dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus ( saluran ). Permukaan sel kelenjar
menempel pada dinding stenoid / kapiler darah. Hasil sekresinya di sebut hormon.
Hormon merupakan bahan yang dihasilkan tubuh oleh organg yang memiliki efek
regulatok spasifik terhadap aktivitas organ tertentu, yang disekresi oleh kelenjar
endokrin, diangkut darah ke jaringan sasaran untuk mempengaruhi / mengubah kegiatan
alat / jaringan sasaran. Hormon yang di hasilkan ada yang satu macam horimon
( hormon tunggal ) di samping itu ada yang lebih dari satu ( hormon ganda ). Sistem
endokrin terdiri dari kelenjar – kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan sistem saraf,
238
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

mempunyai peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ – organ tubuh. Kelenjar
endokrin mengeluarkan suatu zat yang di sebut hormon.

Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar antara lain :

1. Hipofisis interior
2. Neuro hipofisis
3. Hipofisis intermedia janin
4. Tiroid
5. Paratiroid
6. Kelenjar adrenal
7. Gonad

5.SARAF
Ini merupakan sistem yang paling awal dimulai menunjukkan aktifitasnya , yaitu
sejak usia 88 – 12 minggu , berupa kontraksi otot yang timbul jika terjadi stimulasi lokal .
sejak usia 9 minggu , janin mampu mengadakan fleksi alat – alat gerak, dengan refleks –
refleks dasar yang sangat sederhana ( fleksi satu sisi diikuti juga fleksi sisi lainnya).
Terjadi juga berbagai gerakan spontan ( spontaneous movement). Namun ukuran janin
pada akhir trimester pertama ini masih kecil , sehingga gerakan –gerakan janin belum
dapat dirasakan oleh ibunya. Sejak usia 13 – 14 minggu ( awal trimester kedua ) gerakan –
gerakan janin baru mulai dapat dirasakan ibunya. Terdapat hubungan antara keadaan
emosional ibu dengan tingkat aktifitas janin( misalnya pada keadaan ibu marah atau
gembira , gerak janin lebih sering dan kuat , sebaliknya ketika ibu sedih atau depresi atau
ketakutan, gerak janin lebih sedikit dan lemah ).

6.IMUNOLOGI
adalah cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup studi tentang semua
aspek dari sistem kekebalan tubuh dalam semua organisme.
Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibody terhadap
antigen maternal atau invaksi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin
diperkirakan mulai terjadi sejak minggu ke – 20.

BAB VI

BAB VII
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua
bentuk kehidupan. Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalam membunuh mikroorganisme patogen. Beberapa tujuan sterilisasi dan desinfeksi :
Mencegah terjadinya infeksi, Mencegah makanan menjadi rusak, Mencegah kontaminasi
mikroorganisme dalam industri, Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai
239
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

dalam melakukan biakan murni.Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan cara
pemanasan, kimiawi, dan saringan. Adapun peranan bidan dalam sterilisasi dan disinfeksi
yaitu digunakan sebagai pencegah infeksi (PI).Dengan adanya praktek pencegah infeksi
dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu,bayi
baru lahir(BBL),dan para penolong persalinan)sehingga dapat memutus rantai penyebaran
infeksi.

BAB VIII

BAB IX
 Teknik pewarnaan sel bakteri merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian mikrobiolgi.
 Pewarnaan negatif digunakan untuk mengamati organisme yang sukar diwarnai.
 Dalam pewarnaan negatif, bakteri tidk diwarnai tetapi latar belakangnya yang diwarnai.
 Metode pewarnaan negatif menggunakan cat negrosin atau tinta cina.
 Pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu macam zat warna.
 Pewarnaan sederhana dapat menggunakan kristal violet, matylen blue, karbol, fuchsin,
dan safranin.
 Zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin.
 Pewarnaan diferensial adalah pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih satu zat warna.
 Pewarnaan diferensial terdiri dari pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam.
 Pewarnaan gram didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel
dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri.
 Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi dua yaitu gram positif dan gram negatif.
 Bakteri gram positif memiliki memiliki dinding sel yang tebal sedangkan bakteri gram
negatif memiliki sel yang tipis.
 Pewarnaan tahan asam ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam
konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna.
 Pewarnaan tahan asam terdiri dari pewarnaan Ziehl-Nelson
 Pewarnaan khusus merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai struktur khusus atau
tertentu dari bakteri seperti bagian spora, kapsul, flagel.

BAB X
Jamur adalah tumbuh-tumbuhan yang berbentuk dan terdiri dari satu sel atau bentuk
benang bercabang-cabang, mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti,
tidak mempunyai klorofil, berkembang biak secara asekual dan seksual .Jamur itu hidup dari
zat-zat yang sudah dibuat oleh organisme lain, dan dari hal ini jamur itu biasa disebut
organism heterotrof.
sifat umum jamur yaitu:
 Memiliki inti sel
240
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 Memproduksi spora
 Tidak memiliki klorofil
 Berkembang biak secara seksual maupun aseksual

Memiliki bagian-bagian tubuh berbentuk filament dengan dinding sel yang mengandung
silolosa Secara harfiah kata virus berarti racun, walaupun virus sebenarnya bukan racun.
Virology merupakan cabang biologi yang mempelajari makhluk suborganisme, terutama
virus. Penemu virus pertama kali oleh Aristoteles pada tahun 400SM, yaitu sebagai penyebab
penyakit binatang yang dikenal sebagai rabies.
Selain virus merupakan mikroba yang terkecil, juga berbeda dengan mikroba yang
lain sebab bahan genetik virus terdiri atas RNA dan DNA. Tetapi, tidak terdiri sekaligus dari
kedua jenis asam nukleat tersebut. Begitu kecilnya ukiran virus sehingga untuk melihatnya
harus menggunakan mikroskop elektron, tidak bisa dengan mikroskop biasa.
Sifat-sifat virus diantara lain:
 Virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat
(DNA), akan tetapi tidak terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaligus.
 Virus terdiri dari pembungkus yang melindungi asam nukleat.
 Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner.
 Komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam
sel hospes tidak lama sebelum disebabkan.
 Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup.

Jamur dan virus juga dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui, adapun
beberapa virus dan jamur yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui,
bukan hanya ibu hamil dan menyusui tetapi semua manusia,tumbuhan dan hewan,. Bahkan
beberapa virus bisa menyebabkan kematian . Cara pencegahan penyakit karena virus
dilakukan dengan tindakan vaksinasi. Vaksin pertama yang ditemukan oleh manusia adalah
vaksin cacar, ditemukan oleh Edward Jenner (1789). Jamur dan virus dengan mudah tumbuh
dan berkembang di lingkungan dan di sekitar hidup manusia, penularannya juga bermacam
macam bisa melalui apa saja , banyak faktor yang mempengaruhi manusia bisa tertular jamur
dan virus, oleh karena itu kita harus mencegah berkembangnya virus dan jamur . walaupun
virus adalah mikroorganisme kecil yang tidak dapat di lihat oleh mikroskop biasa.

BAB XI

241
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau imunitas
terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk ke dalam tubuh.Zat
asing dapat berupaVirus, Bakteri, Protozoa atau parasit. Sistem imun terbagi dua berdasarkan
perolehannya atau asalnya, yaitu Sistem Imun Nonspesifik (Sistem imun alami) merupakan
lini pertama sedangkan Sistem Imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
merupakan lini kedua dan juga berfungsi terhadap serangan berikutnya oleh mikroorganisme
patogen yang sama. Masing-masing dari sistem imun mempunyai komponen seluler dan
komponen humoral, walaupun demikian, kedua sistem imun tersebut saling bekerjasama
dalam menjalankan fungsinya untuk mempertahankan tubuh.

BAB XII
Struktur payudara terbagi atas dua kelompok yaitu makroskopis (Cauda axillaris, Areola
dan Papila mammae) dan mikroskopis (Alveoli, Tubulus lactifer, Ductus lactifer, Ampulla,
Lanjutan masing-masing ductus lactifer, Vaskularisasi, Drainase limfa dan Inervasi). Tahap
perkembangan payudara terbagi dalam beberapa fase yaitu kehidupan intrauteri, saat lahir,
masa pubertas, masa mampu hamil, kehamilan, minggu ke-6 sampai ke-8 kehamilan, minggu
12 kehamilan, setelah 16 minggu, dan masa/periode. Kolostrum Pada saat permulaan
diproduksi, kolostrum berupa cairan jernih seperti air kemudian menjadi lebih kuning dan
konsistensinya menyerupai krim yang tipis menjelang akhir kehamilan. Setelah kelahiran
bayi, warnanya terus berubah sampai hari ke-3 tampak menyerupai air susu yang
konsistensinya lebih lunak. Perkembangan menjadi air susu yang sebenarnya memerlukan
waktu 10-14 hari. Proporsi kolostrum yang dihasilkan pada setiap wanita bervariasi. Produksi
ASI terbentuk dengan adanya faktor yang diatur oleh hormon, pemeliharaan latasi, dan
susunan kandungannya. Masalah yang terjadi pada payudara sepanjang daur kehidupannya
secara garis besar terbagi atas benjolan pada payudara (benjolan nonkanker dan benjolan
kanker), payudara nyeri dan perih, serta puting berbau tidak sedap. Selain itu, masalah yang
sering dihadapi seorang wanita seputar payudaranya adalah ukuran payudara kiri dan kanan
tak sama, payudara tiba-tiba terasa gatal, payudara turun diusia muda, dan adanya stretch
mark pada payudara.

BAB XIII
Infeksi nasokominal atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang
tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat
tersebut. Contoh penyebab terjadinya infeksi nasokominal adalah apabila dokter atau suster
merawat seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu
kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak. Selanjutnya, apabila suster
atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka ada kemungkinan pasien lain dapat
tertular infeksi dari pasien sebelumnya.
Kuman penyebabnya pada umumnya adalah kuman yang resisten terhadap banyak
antibiotik, yaitu bahaya untuk diri penderita sendiri maupun lingkungannya. Agen penyakit
nasokomial dapat berupa kuman (bakteri), virus, jamur, parasit dan rickettia. Sedangkan

242
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

reservoarnya adalah manusia, diantaranya sebagai sumber kuman dari virus, gram positif dan
lain-lainnya. Manusia dapat sebagai sumber infeksi yang bersifat endogen (autogen), yaitu
kuman berasal dari si penderita kepada orang lain (pasien ataupun pengunjung). Di lain pihak
dapat bersifat eksogen, yaitu kuman berasal dari luar si pasien, misalnya pengunjung. Faktor
lingkungan sangat penting dalam penularan nasokomial, dimana lingkungan yang optimum
antara lain kelembaban, suhu, pergerakan angin dan tekanan udara, dapat mempercepat
penularan infeksi kuman.
Bidan, mempunyai peran penting dalam penanggulangan nasokomial. Pelatihan bagi para
bidan perlu dilakukan seperti ikut berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi teknik kontrol infeksi, teknik pelatihan penderita yang efektif dan sebagainya.
Strategi kontrol yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan meliputi isolasi dan
penyekatan di tempat bila dibutuhkan melibatkan para bidan. Apabila dicurigai oleh bidan
segera dilaksanakan bila ada penderita terinfeksi. Bidan juga bisa mempunyai inisiatif
memisahkan penderita yang membawa kolonisasi, kemudian aktif mengontrol infeksi dan
identifikasi sumber infeksi dengan tindakan yang tepat.
BAB XIV
Infeksi Nosokomial, berasal dari kata Yunani yang berarti ”di Rumah Sakit”. Jadi, infeksi
nosokomial ialah infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit. Infeksi
nosokomial biasanya timbul ketika, pasien di rawat 3 x 24 jam di rumah sakit dan infeksi ini
sangat sulit di atasi karena di timbulkan oleh mikroorganisme dan bakteri. Sumber infeksi
berasal dari pasien, petugas kesehatan, dan pengunjung. Infeksi nosokomial dapat dicegah
melalui alat, manusia, udara/lingkungan, dan bahan. Rumah sakit harus membangun suatu
fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemprosesan serta filternya untuk
mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Pembersihan yang rutin sangat penting untuk
meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan
kotoran. Karena sekitar 90 % dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman.
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu pemisahan
pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui
udara.

243
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

TES FORMATIF

1. Apa fungsi dari glandula prostat?............................


Jawaban :
Glandula prostat berfungsi untuk menyekresikan cairan berwarna putih yang akan
keluar bersama sperma saat ejakulasi

2. Jelaskan perbedaan antara sel eukariotik dan sel prokariotik?......


Jawaban :
Perbedaan sel eukariotik dan sel prokariotik adalah sel eukariotik memiliki membrane
inti sedangkan sel prokariotik tidak memiliki membrane inti, sel prokariotik Tidak
memiliki membran inti, serta inti sel yang nyata dan tersebar dalam sitoplasma
sedangkan sel eukariotik Memiliki nukleus atau inti sel yang nyata karena di lingkupi
oleh membran inti.

3. Di dalam sel ada dua tipe retikulum endoplasma sebutkan dan jelaskan….
Jawaban :
Ada dua tipe retikulum endoplasma yaitu RE kasar dan RE halus, RE kasar adalah RE
yang diselubungi oleh ribosom dan mempunyai fungsi mendukung sintesis protein
dan menyalurkan bahan genetik antara inti sel dengan sitoplasma, sedangkan RE
halus adalah RE yang tidak ditempeli ribosom sehingga permukaannya halus, RE
halus memiliki enzim-enzim pada permukaanya yang berfungsi untuk sintesis lipida,
gliserida dan hormon.

4. Sebutkan minimal 4 ciri-ciri uterus?......


Jawaban :
Cirri cirri uterus
 Bentuknya seperti buah pear, berongga dan berotot.
 Tempat untuk berkembang embrio menjadi janin.
 Terdiridari 3 lapisan
 Sebelum hamil beratnya 30-50 gram

5. Sebutkan nama organ yang di beri tanda dan apakah fungsinya…..

244
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

jawaban :
 Tuba fallopi berfungsi untuk untuk menangkap telur yang dilepaskan dari
ovarium setiap bulan selama ovulasi, dan membimbing mereka ke dalam
rahim.
 Uterus berfungsi untuk tempat berkembangnya embrio menjadi janin
 Ovarium berfungsi menghasilkan oosit (telur) untuk pemupukan dan mereka
menghasilkan hormon reproduksi, estrogen dan progesterone
 Vagina berfungsi untuksebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana
hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi.

6. Jelaskan bagaimana proses terjadinya fertilisasi ?


Jawaban:
Proses fertilisasi terjadi di bagian ampula fallopi, ovum yang telah matang akan
keluar dari ovarium yang akan menuju ke saluran fallopi. Jutaan sperma yang
dilepaskan akan berjalan menuju sel telur. Dari jutaan sel sperma hanya satu sel
sperma yang dapat menembus masuk ke dalam sel telur.
Tahapan fertilisasi :
1. Pengenalan dan pertemuan sperma dan ovum
2. Pengaturan pemasukan sperma dan ovum
3. Penggabungan materi genetic sperma dan ovum
4. Aktivitas metabolisme ovum untuk memulai perkembangan

7. Sebutkan pertumbuhan janin pada usia 16 minggu ?


Jawaban:
Kehamilan umur 16 minggu telah lengkap dan sempurna organ – organ janin, berat
hampir 180 gram, kulit merah tipis

8. Sebutkan Faktor penyebab cairan ketuban berkurang?


Jawaban:
Yang menyebabkan cairan ketuban berkurang adalah sebagai berikut
 Kerusakan kantong ketuban
 Kelainan pada plasenta
 Kehamilan kembar

9. Jelaskan secara singkat tentang tahapan pembelahan zigot ?


245
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Jawaban :
Tahap-tahap pembelahan zigot dimulai dari morula, kemudian berkembang menjadi
blastula, selanjutnya blastula ini akan bergerak ke bagian rahim (uterus) dan
sesampainya di rahim, zigot yang aktif membelah akan mengebor lapisan lendir
rahim dengan menggunakan enzim yang dapat melebur sel-sel pada lapisan tesebut.
Proses pengeboran ini dapat terjadi selama 4 - 5 hari, kemudian blastula akan
tertanam pada dinding rahim.

10. Membran embrio di bagi menjadi 4 macam , sebetkan dan jelaskan?


Jawaban :
 Kantung kuning telur merupakan pelebaran endodermis yang berisi
persediaan makanan.
 Amnion adalah kantung yang berisi cairan tempat embrio mengapung.
 Korion adalah derivat dari ektordema dan mesoderma tropoblas berupa dinding
berjonjot
 Alantois merupakan membrane vascular kecil yang berfungsi sebagai organ respirasi.

11. Apa yang dimaksut sterilisasi dan desinfeksi


Jawaban:
 Sterilisasasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk
kehidupan mikroba yang di lakukan dirumah sakit melalui proses fisik dan
kimiawi.
 Disenfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek
yang tidak hidup dengan pengecualian terhadap endospora bakteri.

12. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat sterilisasi


Jawaban:
 Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai,bersih,dan masih berfungsi.
 Peralatan yang akan di sterilisasi harus di bungkus dan diberi label yang jelas
dengan menyebutkan jenis peralatan,jumlah,dan tanggal pelaksanaan steril.
 Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril.
 Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai.
 Memindahkan alat steril kedalam tempatnya dengan korentang steril.
 Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya,bila terbuka
harus dilakukan sterilisasi ulang

13. Apa yang dimaksut dekontaminasi


Jawaban:
 Dekontaminasi adalah proses yang dilakukan agar benda atau kesehatan dapat
disentuh oleh petugas kesehatan secara aman sebelum proses pencucian
dilakukan.

246
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

14. Sebutkan cara desinfeksi


Jawaban:
 Cara disenfeksi dengan mencuci.
 Cara disenfeksi dengan merendam.
 Cara disenfeksi dengan menjemur.
 Cara membuat larutan disenfeksi (sabun).
 Cara membuat larutan disenfeksi (lisol dan kreolin).
 Cara membuat larutan disenfeksi (savlon).

15. Sebutkan 2 macam sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar


Jawaban:
 Sampah mudah terbakar seperti; kertas, karet, plastik, dll.
 Sampah tidak dapat terbakar seperti; kaleng bekas, logam atau besi, kaca dll.

16. Apa tujuan dari pewarnaan negatif?


Jawaban:
Untuk mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati
morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana.

17. Bagaimana cara pewarnaan negatif?


Jawaban:
a. ambil dua object glass, teteskan tinta cina di ujung kanan salah satu object
glass
b. biakan diambil lalu diteteskan dalam tinta cina tadi, lalu dicampurkan
c. tempelkan sisi object glass yang lain kemudian gesekkan ke samping kiri
d. biarkan preparat mengering di udara, jangan dipanaskan, setelah itu amati
dengan mikroskop

18. Zat warna apa saja yang digunakan untuk pewarnaan sederhana?
Jawaban:
metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin

19. Mengapa pewarnaan gram sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam
laboratorium mikrobiologi?
Jawaban:
karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi

20. Apa yang menyebabkan kuman tahan asam memiliki sifat tahan asam?
Jawaban:
karena terdapatnya asam mikolat yang terikat dalam dinding sel

21. Apa yang di maksud dengan jamur ?


247
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Jawaban :
Jamur adalah tumbuh-tumbuhan yang berbentuk dan terdiri dari satu sel atau bentuk
benang bercabang-cabang, mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih
inti, tidak mempunyai klorofil, berkembang biak secara asekual dan seksual.

22. Sebutkan sifat umum jamur !


Jawaban :
 Memiliki inti sel
 M emproduksi spora
 Tidak memiliki klorofil
 Berkembang biak secara seksual maupun aseksual
 Memiliki bagian-bagian tubuh berbentuk filament dengan dinding sel yang
mengandung silolosa

23. Virus mempunyai ciri-ciri sifat seperti?


Jawaban :
 Virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA),
akan tetapi tidak terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaligus.
 Virus terdiri dari pembungkus yang melindungi asam nukleat.
 Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner.
 Komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel
hospes tidak lama sebelum disebabkan.
 Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup

24. Sebutkan jamur yang mempengaruhi ibu hamil dan menyusui ?


Jawaban :
 Arenavirus
 Colorado tick fever
 Cytomegalovirus
 Fifth disease
 Genital herpes simplek
 Hepatitis
 Rubella
 HIV

248
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 HTLV
 Influenza
 Orbivirus
 Polyomavirus
 Varicella zoster
 Cytomegalovirus

25. Apa saja ciri ciri jamur ?


Jawaban :
 Eukariota
 Tidak berkhlorofil
 Heterotrof
 Uniseluler/multiseluler
 Reproduksi : seksual dan aseksual
 Memerlukan bahan organik dan kelembaban tinggi

26. Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibodi?


Jawab :
Antigen
Zat yang merangsang responimun,terutama dalam menghasilkanantibodi. Biasanya
berupa protein atau polisakarida. Dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk
molekul kecil (hapten)yang bergabung dengan protein pembawa.

Antibodi
Merupakan glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap
limfosit-B yang telah teraktivasi menjadisel plasma, sebagai respon
dariantigentertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Dapat ditemukan pada darah
atau kelenjar tubuh vertebrate lainnya. Dapat digunakan olehsistem kekebalan
tubuhuntuk mengidentifikasikan dan menetralisasikanbenda asing
sepertibakteridanvirus.

27. Jelaskan mekanisme pembentukan sistem kekebalan dalam imunisasi!


Jawab :
 munisasi adalah kekebalan tubuh yang diperoleh setelah melakukan
vaksinasi.

249
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 Vaksinasi adalah tindakan memasukan vaksin ke dalam tubuh organisme yang


sehat agar tubuhmenjadi kebal terhadap penyakit tertentu karena membentuk
antibodi.
 Vaksin adalah bibit penyakit(bakteri atau virus) yang telah dilemahkan atau
telah mati dandilarutkan.

28. Apa yang kamu ketahui dengan lympocyt ?


jawab :
o Limfosit adalah jenis sel darah putih, dihasilkan oleh simpul-simpul limfa.
o Limfosit berperan dalam proses menghadapi infeksi.
o Jika infeksi terlalu berat, limfosit bisa rusak dan membentuk bengkak
bernanah.
o Ketika terjadi infeksi, limfosit membentuk tiga macam sel T, yangmemiliki
fungsi berbeda, yaitu:
a. Sel T sitotoksik (killer), berfungsimembunuh sel-sel berbagai bibitpenyakit,
dan sel kanker.
b. Sel T penekan mempunyai efekmenstabilkan jumlah sel killer.
c. Sel T penolong (helper) membantu zat antibodi dan sel Bpenghasil antibodi.

29. Apa itu immunisasi Aktif dan Pasif ?


jawab :
- Imunitas aktif ,Biasanya diperoleh beberapa minggu setelah vaksinasi
dan berguna sebagai tindak pencegahan terhadap beberapa penyakit, misalnya
batuk rejan (pertusis), cacar (variola), hepatitis, polio, difteri, dan
campak.Kekebalan tersebut dapat bertahan sampai bertahun-tahun bahkan ada
yangseumur hidup.
- Imunitas pasif ,dilakukan dengan cara memasukkan antiboditertentu
dalam bentuk serum, yaitu plasma darah yang sudah tidakmengandung
fibrinogen. Dalam hal ini tubuh kita berperan aktif untukmendapatkan
kekebalan tersebut. Kekebalan yang diperoleh dengan cara ini biasanya
bersifat sementara, yaitu berkisar dari beberapa minggu sampai beberapa
bulan.

30. Jelaskan detail tentang Vaksinasi ?


Jawab :
 Antigen / Immunogen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan
protein yang berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam
tubuh. Beberapa berupa olisakarida atau polipeptida, yang tergolong
makromolekul dengan BM > 10.000. Antigen bertindak sebagai benda asing atau
nonself oleh seekor ternak dan akan merangsang timbulnya antibodi.

250
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 Sedangkan Antibodi / Immunoglobulin adalah molekul protein yang dihasilkan


oleh sel plasma sebagai akibat interaksi antara limfosit B peka antigen dan antigen
khusus. Antibody memiliki kemampuan berikatan khusus dengan antigen serta
mempercepat penghancuran dan penyingkirannya. Antibody terdapat dalam
berbagai cairan tubuh tetapi terdapat dalam konsentrasi tertinggi dan termudah
diperoleh dalam jumlah yang banyak untuk analisis dari serum darah.

31. Jelaskan apa yang dimaksud dengan infeksi nosokomial!


Jawaban:
Nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh karena penderita dirawat atau pernah
dirawat di rumah sakit. Akan terjadi:
1. Hingga 48 jam setelah diterima di Rumah Sakit
2. 3 hari setelah pasien pulang
3. 30 hari setelah tindakan operasi
4. Di fasilitas kesehatan ketika pasien di rawat untuk kasus selain infeksi

32. Apakah yang menyebabkan pasien tertular infeksi nosokomial?


Jawaban:
penyebabnya pada umumnya adalah patogen yang resisten terhadap banyak
antibiotik, pasien mengalami infeksi akibat prosedur yang buruk dari Rumah Sakit
atau karena staf Rumah Sakit yang tidak mengikuti prosedur dengan tepat, kurangnya
kebersihan di lingkungan Rumah sakit, pasien berinteraksi dengan pasien lain.

33. Sebutkan faktor-faktor yang bisa meningkatkan resiko pasien terkena infeksi
nosokomial!
Jawaban:
Faktornya yaitu:
1. Berusia diatas 70 Tahun
2. Dalam kondisi koma
3. Pernah menjalani terapi antibiotic sebelumnya
4. Dirawat di unit ICU lebih dari tiga hari
5. Gagal ginjal akut
6. Mengalami cidera cukup parah
7. Mengalami shock
8. Menjalani perawatan ventilasi mekanis
9. Sedang dalam pengobatan yang mempengaruhi sistem imun
10. Memakai kateter dalam waktu lama

34. Apa gejala dari infeksi nosokomial?


Jawaban:
Gejala infeksi nosokomial yaitu peradangan, demam, bengkak, dan bernanah, serta
sakit dan iritasi pada lokasi yang terinfeksi.
 bernapas cepat,

251
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

 kebingungan mental,
 tekanan darah rendah,
 urine output menurun,
 pasien dengan urinary tract infection mungkin ada rasa sakit ketika kencing
dan darah dalam air seni
 sel darah putih tinggi
 radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidakmampuan
untuk batuk.
 infeksi : pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka di
sekitar bedah atau luka

35. Bagaimana cara transmisi infeksi nasokomial?


Jawaban:
1. Air born yaitu melalui udara, nebulizer, dan inhalasi
2. Contact spread yaitu melalui tangan, kateter, spatel lidah, dan pakaian,
3. Fecal oral route yaitu melalui air, makanan, dan minuman
4. Blood precaution yaitu melalui sample darah, infuse set, dan jarum suntik
5. Wound precaution yaitu melalui perawatan luka operasi, dan alat-alat untuk
tindakan invasive lainnya.

36. Jelaskan infeksi nosokomial melalui kontak langsung dan tidak langsung beserta
contohnya ?
Jawaban:
infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung :
a. kontak langsung (Direct contact) : transmisi mikroorganisme langsung
permukaan tubuh ke permukaan tubuh, seperti saat memandikan,
membalikkan pasien, kegiatan asuhan keperawatan yang menyentuh
permukaan tubuh pasien, dapat juga terjadi di antara dua pasien.
b. kontak tidak langsung(Indirect contact): kontak dengan kondisi orang yang
lemah melalui peralatan yang terkontaminasi, seperti peralatan instrument
yang terkontaminasi : jarum, alat dressing, tangan yang terkontaminasi tidak
dicuci, dan sarung tangan tidak diganti di antara pasien.

37. Pada tahun berapakah infeksi nosokomial ditemukan dan apakah ada hubungan
dengan infeksi-infeksi lain ?
Jawaban:
Pada tahun 1950-an oleh semelweis infeksi nosokomial ditemukan. Infeksi
nosokomial sangat berhubungan dengan infeksi lain misalnya, infeksi saluran kemih,
diare dan lain-lain. Disini mungkin mereka berhubungan karena ketahanan tubuh,
imunologi, fisik. infeksi nosokomial berhubungan dengan infeksi lain karena
dipengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen. Faktor endogen adalah faktor yang ada
didalam tubuh penderita sendiri antara lain umur, jenis kelamin, daya tahan tubuh dan
kondisi lokal. Faktor eksogen adalah faktor dari luar tubuh penderita berupa lamanya
252
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

penderita dirawat, kelompok yang merawat, lingkungan, peralatan tehnis medis yang
dilakukan dan adanya benda asing dalam tubuh penderita yang berhubungan dengan
udara luar.

38. Apakah bakteri dan virus berhubungan dengan infeksi nosokomial ?


Jawaban:
Ia bakteri dan virus berhubungan dengan infeksi nosokomial karena mereka
merupakan sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial tersebut.selain virus dan
bakteri masih ada lagi sumber infeksi nosokomial yaitu parasit, jamur dan
mikroorganisme. Mikroorganisme penyebab infeksi disebabkan oleh perubahan
resistensi inang dan modifikasi mikrobiota inang, bila ketahanan tubuh pasien rendah
akibat luka berat, operasi,maka pathogen dapat berkembang biak dan menyebabkan
sakit.

39. Apa yang dimaksud ruang isolasi ?


Jawaban:
Ruang Isolasi adalah dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi
menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang atau binatang yang
terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang
atau binatang yang rentan.Sebaliknya, karantina adalah tindakan yang dilakukan
untuk membatasi ruang gerak orang yang sehat yang di duga telah kontak dengan
penderita penyakit menular tertentu. Disini sangat berguna ruang isolasi dalam
penyembuhan infeksi nosokomisl. Karena tempat dimana untuk memisahkan orang
yang terkena infeksi nosokomial , maka diperlukan tempat khusus untuk penyebuhan
infeksi tersebut. Misalnya pada orang yang terkena infeksi nosokomial yaitu infeksi
pada saat operasi.

40. Apa faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial dan berikan contohnya ?
Jawaban:
Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
1) Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah
sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu
menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi
tergantung pada :
a. Karakteristik mikroorganisme,
b. Resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
c. Tingkat virulensi,
d. Banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit
dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection)
atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous

253
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih


disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang
penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-
bahan yang tidak steril.Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini
kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu
ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan
penyakit pada orang normal.
2) Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan
infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap
mikroorganisme.Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara
sporadik maupun endemik.Contohnya :
- Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
- Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung
dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah
serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
- Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang
dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
- Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru,
dan peritoneum.

3) Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus,
termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis,
suntikan dan endoskopi.Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan
enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute
faecal-oral.Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan
transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya.
Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari
darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah
cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-
zoster virus, juga dapat ditularkan.

4) Parasit dan Jamur


Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang
dewasa maupun anak-anak.Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama
pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi
dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans,
Cryptosporidium.

254
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk, 1993, Mikrobiologi Kedokteran, Penerbit Staf Pengajar Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Albar, Erdjan, Rustam Mochtar, Djaffar Siddik: Kursus Fantom. Medan, 1974.

Ali Baziad, T-Z. Jacob, H. Enud J.Surjana, H.Zain Al kaff, 1993, Endokrinologi Ginokologi,
Jakarta,

Anik Maryunani, 2002, Biologi Reproduksi, Jakarta, Trans Info Media

Atlas teknik kebidanan, farook al – azzawi

Barrett, james T, Ph.D., text book of immunology, 5th Cd, the c.v mosby company.
Missouri,1998

Bedah kebidaan Ed, XII, G. Martus

Bonang, Gerard., Koeswardono, Enggar S. (1982). Mikrobiologi Kedokteran untuk


Laboratorium dan Klinik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

Catatan ringkasan maternal-neonatal, jennifer meyering, RN, BSN,MS,CCRN

Chatim, Aidilfiet dkk. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.

Cunningham, F. Gary, M.D. : Obstetri Williams E/18. Jakarta, ECG, 1995.

Cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?...Hot+Topic.

Dengan Gangguan Sistem Reproduksi, Jakarta, Departemen Kesehatan RI


Sarwono Prawirohardjo

Depkes RI (1989). Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat.pedoman bagi para


petugas Kesehatan. Jakarta.

Dr.Edi Nugroho dkk, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Pener,bit Buku Kedokteran, Jakarta

Dr.Julius E.S.1982:Ahli Mikrobiologi & Imunologi.Jakarta.Binarupa Aksara

Dr. med. Ali Baziad, SpOG-KFER, 2002, Kontrasepsi Hormonal, Yayasan Bina Pustaka

Dra. Jumiati Ilyas, Dra. Marasih, Dra.Erna Mesra, Atiah, Skp. 1992, Asuhan Kebidanan Pada
Ibu

255
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Drs. H. Syaiffuddin, AMK, Anatomi Fisiologi, penerbit buku kedokteran

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta

Ferial, Eddyman, W.2013. Biologi Reproduksi.Jakarta:Erlangga

Gangguan Perkembangan. Jakarta: RSAB HK –Yayasan Surya Kanti

Generasibiologi.blogspot.co./2009/.../matkul-reproduksi-dan-embriologi.html-

Goelam (1990). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Balai Pustaka

Gunardi,S (2005). Anatomi Sistem Reproduksi.Jakarta:FKUI.

Gupte, Satish, Mikrobiologi dasar, edisi 3

Gupte, Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara.

Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia

Hartamto, H (2001). Struktur dan Fungsi Sel dalam Tingkat Seluler dan subseluler. Jakarta :

Hartono 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta : EGC
BB FKUI.

Hasyimi, M. 2010. Mikrobiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Heller, Luz: Gawat Darurat Ginekologi dan Obatetri. Jakarta, EGC, 1991.
Gramedia.

https://suyasadarma.wordpress.com/2013/03/08/43/#more-43

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuahan.Anonymous,2008.

http://Harunyahya.merenungi penciptaan.html.Anonymous,2008.

http://Biologikehamilandanpersalinan.html.

http://biologimediacentre.com/asal-usul-kehidupan-biogenesis-versus-abiogenesis-1-2/

http://biologi-nasyif.blogspot.co.id/2010/10/konsep-dasar-mikrobiologi.html

http://sondy-kun.blogspot.co.id/2015/01/taksonomi-klasifikasi-dan-tata-nama.html

H t t p : / / s t s f f. U i. A.c.i d/ i t e r n a l / 1 3 2 1 4 7 4 5 4 / . . . /

http://arispurnomo.com/anatomi-dan-fisiologis-saluran-reproduksi-wanita

256
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

http://tiarakasih.wordpress.com/fertilisasi-nadasi-tumbuh-krmbang-fetus/

http://mikrolaborat.blogspot.co.id/2011/10/laporan-pewarnaan-bakteri.html

https://budyes.wordpress.com/2014/12/11/pewarnaan-sederhana/

http://rikedianhusada.blogspot.co.id/p/cara-pewarnaan-bakteri.html

http://insanimj.blogspot.co.id/2010/10/struktur-makroskopis-dan-mikroskopis.html

http://aylabreastcareku.blogspot.co.id/2015/01/tahap-perkembangan-payudara-wanita.html

https://olalababies.files.wordpress.com/2013/08/warna-warni-asi1.jpg

https://www.google.co.id/search?q=kista&biw=1366&bih=634&source=lnms&tbm=isch&sa
=X&sqi=2&ved=0ahUKEwiq1tbmksDPAhUHr48KHSDzDGgQ_AUIBigB#imgrc=V4gPTL
wYYKWFeM%3A

https://www.google.co.id/search?q=kista&biw=1366&bih=634&source=lnms&tbm=isch&sa
=X&sqi=2&ved=0ahUKEwiq1tbmksDPAhUHr48KHSDzDGgQ_AUIBigB#tbm=isch&q=Fi
broadenoma&imgrc=tOkPGO8p_qurcM%3A

https://www.google.co.id/search?biw=1366&bih=634&tbm=isch&sa=1&q=mastitis+pada+p
ayudara&oq=mastiti&gs_l=img.1.2.0l8j0i30k1l2.99982.103136.6.105275.18.10.0.1.1.0.207.
1308.0j4j3.7.0....0...1c.1.64.img..10.8.1317.Ytn5MlrM3Ho&bav=on.2,or.&bvm=bv.1344957
66,d.c2I&dpr=1&ech=1&psi=1xnzVKfNJmcvQSRtoyICA.1475636700276.7&ei=Dx3zV9y
gIYvbvATJjYnYDA&emsg=NCSR&noj=1#imgrc=hnVOpHcErAcS0M%3A

https://www.google.co.id/search?biw=1366&bih=634&noj=1&tbm=isch&q=kanker+payuda
ra+stadium+3&sa=X&ved=0ahUKEwjhrODTl8DPAhXIOI8KHW43BYIQhyYIGSgB&dpr
=1#imgrc=ptmlsDyVSnh0hM%3A

http://image.slidesharecdn.com/anatomitubafalopiiovariumdanpayudara-120425090633-
phpapp02/95/anatomi-tubafalopiiovarium-dan-payudara-23-728.jpg?cb=1335344870

http://rockypanjaitan.blogspot.co.id/2011/07/masalah-pada-payudara.html

Indrasanto, E (1994). Kelainan pada Masa Neonatus Yang Dapat Mengakibatkan

Irene M Bobak (1996).buku Ajar Keperawatan Maternitas. Alih Bahasa: Maria A


Wijayani. Jakarta : EGC

Jawetz, E., Melnick, J.L., & Adelberg, E.A.(1984). Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan:
Penerbit Buku Kedokteran.

Joklik, wolfgang k.,D. Phil. Zinsser microbiology, 19 th ed. Prentice – hall internasional
inc.,USA, 1998

257
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Kelompok Study Endokrinologi Reproduksi Indonesia (KSERI)

Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Ledewig, P et all (2002). Contemporary Maternal-Newborn Nursing Care. New

Jersey:Prentice Hall.

Letzenberg, J.C, et al: Synopsis of Obstetrics 5/E. St. Louis, Mosby, 1957.

Lili, S (2009). Asuhan pada Bayi dengan Bayi Baru Lahir Jakarta:M

Linda J. Heffner and Danny J. Schust., At a Glance Sistem Reproduksi, Jakarta: EGC, 2008.

Male, david, Ma. Ph.D, advanced immunology, JB Lippincot company, philadelphia, 1991.

Marimbi Hanum. 2010. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Maryunani (1990). Catatan Kuliah Kebidanan. Jakarta

Maryunani (2001). Catatan Kuliah Biologi. Jakarta

Medicine.uii.ac.id/indek.php/Download.../1-Blok-Biomedis.html

Michael J. Pelczar, Jr., dan E.C.S. Chan. 1988:Dasar-Dasar

Mikrobiologi.Jakarta.Universitas Indonesia (UI-Press)

Modul Ajar Biologi Dasar Manusia

Musrifatul Uliyah, A. Aziz Alimul Hidayat.2006:Keterampilan Dasar Praktik Klinik

Kebidanan.Jakarta.Salemba Medika

M. Hasyimi dkk, 2010, Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, Penerbit Trans Info

M, Hasyimi. 2011. Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Trans Info Media

M, Ridwan. Bahan Ajar Konsep Kebidanan.

Nisonoff, A., Introduetion to moleuler immunology 2nd ed, Toppan company, Umited,
Tokyo, 1987.

NyeriManNonFarmakologik.pdf

Obstetri dan ginekologi, ben – zion taber MD

Obstetri willianmst penuntun belajar, cunningham - macDonaid - gant


258
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Operasi kebidanan kandungan dan KB untuk dokter umum, prof. dr. IBG manuaba

Penata laksanaan bedah obsteri, ginekologi, ortepedi dan traumat logi di rumah sakit, john
Cook

Penuntun belajar obstetri williams, thomas M. Julian MD

Penuntun diskusi obsetri dan ginekologi, prof, dr. IBG Manuaba

Petunjuk pratissterilisasi, British medical ASC

Prawiroharjo, Sarwono: Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 1976.

Prawirohardjo Sarwono.2004: Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan


Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Prof. Dr. Ida Bagus Gede Manub, SpOG, 1998, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita,
Jakarta, Arcan

Pujianto, Sri. (2008). Menjelajah dunia Biologi 2. Platinum. Solo

Pusdiknakes (2003). Konsep Asuhan Kebidanan, Jakarta

Reader,S.J (1987). Maternity Nursing:Family, Newborn and Woman’s Healt Care.


Pennsylvania, J.B Lippincott Company.

Roberts, J.A. Fraser. 1995. Genetika Kedokteran. Jakarta. EGC


Roitt, luan, et.al. essential immunology, 5 th ed, PG publishing pte. Ltd. Singapore 1986

Roitt. Ivan, et.al.immunology, gower medical publishing, london, 1985

Rose, N.R, manual of Clinical Immunology, american society for microbiology, washington
D.C, 1976

Sacharin,Rosa M.(1993). Prinsip Keperawatan Pendiatrik (edisi dua). Jakarta.

Sadikin,Dr. H. Mohammad, Dsc. (2002). Biokimia Darah. Widia Medika. Jakarta


Sarwono P (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan BP Sarwono P.

Satish Gupte MD dkk, 1990, Mikrobiologi dasar, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta

Satmoko (1990). Catatan Kuliah Biologi. Jakarta:Akper Depkes.

Sinopsis Obstetri Jilid 1 edisi 2, prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH

Sinopsis Obstetri Jilid 2 edisi 2, prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH


259
Modul Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi DIV Kebidanan Metro TP. 2016/2017

Slametprawirahartono.1993.Mikrobiologikedokteran oleh staf pelajar FK UI.


Jakarta.binarupa aksara.

Soedarmo Sumarno S. Poorwo.2002:Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI

Soetjiningsih (1997). ASI: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:EGC.

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI.(1993). Mikrobiologi Kedokteran: Penerbit Binapura


Aksara.

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI.(1994). Mikrobiologi Kedokteran (edisi revisi):


Penerbit Binapura Aksara

Staf pengajar FKUI. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta :
Penerbit Binarupa Aksara

Sugeng Mashudi. 2011. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika

Suherni 2007, Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta : Fitramaya


Suryo. (1998). Genetika Strata 1. Yogyakarta

Syaifuddin. 2002. Struktur & Komponen Tubuh Manusia. Jakarta: Widya Medika.

Syaifudin. 2010. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kopetensi Untuk Keprawatan &

Kebidanan, Ed. 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syaifuddin 2012, Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan &
Kebidanan, Ed. 4, Jakarta : EGC

Syaifuddin 2002, Fungsi Sistem Tubuh Manusia, Jakarta : Widya Medika

Syaifuddin 2002, Struktur dan Komponen Tubuh Manusia, Jakarta : Widya Medika
1982.mikrobiologidasar edisi 3 oleh satishguptemd. Jakarta. Binarupa aksara

1995.mikrobiologikedokteran edisi refisi staf pengajar FK UI. Jakarta. Binarupa aksara

260

Anda mungkin juga menyukai