Anda di halaman 1dari 25

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa
tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan
deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis.
Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua penggal kata, hypo=di bawah;
thesa=kebenaran, artinya kebenaran yang masih diragukan. Contoh: Apabila terlihat awan
hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga)
berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka…) sebentar lagi hujan
akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudian hujan benar turun, maka dugaan
terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak
turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Jadi, hipotesis dapat disimpulkan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang relevan, yang didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan
dapat ditemukan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh
peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statisktik.
Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis
statistik itu ada bila, penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan
sampel, maka tidak ada hipotesis statistik.
2. Jenis-jenis Hipotesis
Hipotesis dapat di bagi atas dua jenis yaitu :
a. Hipotesis penelitian (Hipotesis alternatif) atau hipotesis kerja yang bisa di lambangkan
dengan Ha, menyatakan adanya saling hubungan antara dua variable atau lebih, atau
menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda.
Pada umumnya, kesimpulan uji statistic berupa penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal
yang benar.
b. Hipotesis Nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan antara
dua variable atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

3. Bentuk-bentuk Hipotesis
Bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat
dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu : rumusan
masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif (hubungan).
Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif,
komparatif, dan asosiatif.
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang
berkenaan dengan variabel mandiri. Contoh:
1) Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh coffe. Peneliti ingin mengetahui apakah ada
pengaruh cafein terhadap susahnya tidur seseorang.
- Rumusan masalah : Seberapa semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri?
- Ho : Semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri = 75% dari kriteria ideal yang
ditetapkan.
- H1 : Semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri ≠ 75% dari kriteria ideal yang
ditetapkan.
2) Kepala desa ingin mengetahui sikap penduduk desanya. Kepala desa ingin mengetahui
apakah terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di masyarakat dalam menerima kebijakan
baru.
- Rumusan masalah : apakah terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di masyarakat dalam
menerima kebijakan baru?
- Ho : tidak terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di masyarakat dalam menerima
kebijakan baru.
- H1 : terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di masyarakat dalam menerima kebijakan
baru

b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampel yang berbeda, atau keadaan
itu terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh :
1) Sebuah toko yang menjual donat yang berasa coklat dan strawbery. Penjual ingin mengetaui
apakah konsumen lebih menyukai donat berasa coklat atau stawbery. Dari semua pembeli
dihari senin berjumlah 50 orang. Dari semua pembeli diketahui 35 orang menyukaidonat
berasa coklat dan 15 orang menyukai donat berasa strowbery.
- Rumusan masalah : apakah konsumen lebih menyukai donat berasa coklat atau stawbery?
- Ho : tidak ada perbedaan minat konumen yang lebih menyukai donat berasa coklat atau
strawbery.
- H1 : ada perbedaan minat konsumen yang lebih menyukai donat berasa coklat atau
strawberry.
2) Peneliti ingin mengetahui manfaat mind map terhadap hafalan siswa di suatu SMA . Peneliti
berasumsi akan ada perbedaan hafalan siswa setelah dan sebelum memakai mind map dalam
menghafal pelajaran.
- Rumusan masalah : Apakah akan ada perbedaan hafalan siswa setelah dan sebelum memakai
mind map dalam menghafal pelajaran.
- Ho: Tidak ada perbedaan hafalan siswa setelah dan sebelum memakai mind map dalam
menghafal pelajaran.
- Ha: Ada perbedaan hafalan siswa setelah dan sebelum memakai mind map dalam menghafal
pelajaran.

c. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh :
1) Seorang peneliti ingin mengetahui sikap sombong terhadap kekayaan. Peneliti ingin
mengetahui apakah ada pengaruh kekayaan dengan sifat sombong.
- Rumusan masalah : apakah ada hubungan kekayaan dengan sifat sombong?
- Ho: tidak ada hubungan kekayaan dengan sifat sombong.
- Ha : ada hubungan kekayaan dengan sifat sombong.
2) Peneliti ingin mengetahui sikap anak terhadap minat belajar. Apakah ada pengaruh game
online terhadap minat belajar anak.
- Rumusan masalah : apakah ada pengaruh game online terhadap kurangnya minat belajar
seorang anak?
- Ho: tidak ada pengaruh game online terhadap kurangnya minat belajar seorang anak.
- Ha : ada pengaruh game online terhadap kurangnya minat belajar seorang anak.

4. Kriteria dan Kegunaan Hipotesis


Hipotesis yang baik hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
b. Harus jelas, tidak membingungkan, dan dalam bentuk deklaratif (pernyataan).
c. Harus dapat di uji secara empires, artinya seseorang mengumpulkan data yang tersedia di
lapangan guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.
d. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan para ahli atau hasil penelitian
yang relevan.
Sedangkan perumusan hipotesis berguna untuk :
a. Memfokuskan masalah.
b. Mengidentifikasikan data-data yang relevan untuk di kumpulkan.
c. Menunjukan bentuk desain penelitian, termasuk teknis analisis yang akan di gunakan.
d. Menjelaskan gejala sosial.
e. Mendapat kerangka penyimpulan, dan
f. Merangsang penelitian lebih lanjut.

5. Tahap-Tahap Pembentukan Hipotesis Secara Umum


Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:
1) Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena
sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan
hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya
dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah
tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2) Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis)
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesis preliminer, observasi tidak akan
terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan
suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan
secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan
penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji
coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3) Pengumpulan fakta
Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih
fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis preliminer yang perumusannya didasarkan pada
ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4) Formulasi hipotesis
Pembentukan hipotesis dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesis diciptakan saat terdapat hubungan tertentu diantara
sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat
hipotesisnya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5) Pengujian hipotesis
Artinya mencocokkan hipotesis dengan keadaan yang dapat diobservasi dalam istilah ilmiah
hal ini disebut verifikasi (pembenaran). Apabila hipotesis terbukti cocok dengan fakta maka
disebut konfirmasi. Terjadi falsifikasi (penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam
pengujian hipotesis tidak sesuai dengan hipotesis, dan jika usaha itu tidak berhasil, maka
hipotesis tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesis
yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6) Aplikasi/penerapan
Apabila hipotesis itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut
prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.

6. Kesalahan pengambilan keputusan


Dalam pengujian hipotesis selalu dihadapkan pada suatu kesalahan pengambilan keputusan.
Ada dua jenis pengambilan keputusan dalam uji statistik:
a. Kesalahan jenis I
Kesalahan ini merupakan kesalahan menolak Ho, padahal sesungguhnya Ho benar. Artinya
menyimpulkan adanya perbedaan, padahal sesungguhnya tidak ada perbedaan.
b. Kesalahan jenis II
Kesalahan ini merupakan kesalahan tidak menolak Ho, padahal sesungguhnya Ho salah.
Artinya menyimpulkan tidak adanya perbedaan, padahal sesungguhnya ada perbedaan.
Tabel kesalahan pengambilan keputusan
Keputusan Populasi
Ho benar Ho salah
Menerima Ho Tepat Keslahan jenis II
Menolak Ho Kesalahan jenis I Tepat

BAB III
PENUTUP

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana


rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, yang
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
jawaban yang empirik dengan data. Hipotesis dapat di bagi atas dua jenis yaitu ; hipotesis
penelitian (Hipotesis alternatif) atau hipotesis kerja yang bisa di lambangkan dengan Ha,
dan hipotesis Nol (Ho).
Bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila
dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu :
rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif
(hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis
deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Hipotesis yang baik hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut; harus dengan
nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel, harus jelas, tidak
membingungkan, dan dalam bentuk deklaratif (pernyataan), harus dapat di uji secara empires,
artinya seseorang mengumpulkan data yang tersedia di lapangan guna menguji kebenaran
hipotesis tersebut, dan hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan para ahli
atau hasil penelitian yang relevan.
Perumusan hipotesis berguna untuk; memfokuskan masalah, mengidentifikasikan data-
data yang relevan untuk di kumpulkan, menunjukan bentuk desain penelitian, termasuk teknis
analisis yang akan di gunakan, menjelaskan gejala sosial, mendapat kerangka penyimpulan,
dan merangsang penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian. Alfabeta. Bandung

Mualim, Asep Saipul. 2011. Perumusan Hipotesis (Online).


http://moegrafis.blogspot.com/2011/05/perumusan-hipotesis.html. 7 April 2015.

Wikipedia : Uji Hipotesis. Diakses tanggal 7 April 2015.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Tujuan penelitian
adalah menemukan atau mengembangkan teori. Teori membuat manusia mempunyai ilmu
pengetahuan. Tanpa teori, tidak ada ilmu pengetahuan di dunia ini, karena tidak pernah ada
kegiatan pengumpulan dan pembuktian. Melalui penelitian, teori mendorong ilmu mencapai
kemjauan secara berkesinambungan. Dengan dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai
macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan
penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian
ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu
hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan
hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga
alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan
untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik
dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah
alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat
keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar
atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk
menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria perumusan
hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang
penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui
bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam
pengujian hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas
mengenai hakikat teori dan hipotesis dalam sebuah penelitian sehingga mengurangi
kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
1.2. Rumusan Masalah
Teori Penelitian
a. Apa pengertian teori penelitian?
b. Apa peran dan kriteria teori penelitian?
c. Apa sumber dan langkah-langkah pendiskripsian teori penelitian?
Hipotesis Penelitian
a. Apa pengertian hipotesis?
b. Apa manfaat dan karakteristik hipotesis penelitian?
c. Apa jenis-jenis hipotesis?
d. Apa bentuk rumusan hipotesis?
e. Bagaimana cara merumuskan h
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. PENGERTIAN TEORI DAN DESKRIPSI


a. Pegertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generelisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.
(Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52).

Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk
melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga
dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam Sugiyono,
2010:52).

Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk
menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono,
2010:52).

Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang
penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang
ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan
data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:

1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran
spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.

2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim
titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.

3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan
teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali
mempengaruhi data.

Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang
sebagai berikut.
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini
biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara
variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.

2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum
yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang
diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif).

3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di
sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.

Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu
teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini
diperoleh malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila
tidak, dia bukan suatu teori.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep,
definisi, dan proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga
fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian
(control) suatu gejala (Sugiyono, 2010).

Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan


umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi merupakan
suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya lebih kompleks dari arti,
makna, atau pengertian suatu hal. Sedangkan proposisi merupakan pernyataan yang
membenarkan atau menolak suatu perkara.

b. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
(bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan
tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel
yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu
dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu
kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh karena
itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang
dikemukakan (Sugiyono, 2010:58).
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang
diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai dari
berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar
variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2010:58).

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:

1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya

2. Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang diteliti.

3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian permasalahan yang
digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan
saran yang diberikan.

4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, kemudian
bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih definisi yang sesuai
dengan penelitian yang akan dilakukan.

5. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan analisis
renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang
dibaca.

6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan
dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai
landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

2.2. HIPOTESIS

a. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “sebelum” dan “thesis” yang berarti
“pernyataan/pendapat”. Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang
kebenarannya masih harus di uji, atau rangkuman teoritis yang diperoleh dari tinjauan
pustaka.

Istilah hipotesis telah didefinisikan dalam beberapa definisi diantaranya adalah:

1. James E. Greighton, hipotesis merupakan sebuah dugaan tentative atau sementara yang
memprediksi situasi yang akan diamati.
2. Lungberg, hipotesis merupakan sebuah generalisasi yang bersifat tentative, sebuah
generalisasi tentative yang valid yang masih harus diuji.
3. John W. Best, hipotesis merupakan prediksi yang baik atau kesimpulan yang dirumuskan dan
bersifat sementara, hipotesis diadopsi untuk menjelaskan fakta-fakta atau kondisi yang
diamati dan untuk membimbing dalam penyelidikan lebih lanjut.
4. Goode dan Han, hipotesis merupakan sebuah proporsi yang harus diuji.

b. Menyusun Hipotesis

1. Deduktif
Penyusunan hipotesis secara deduktif adalah penyusunan hipotesis yang ditarik dari
teori. Suatu teori terdiri dari proposisi-proposisi (hubungan antara dua konsep). Misalnya,
teori A terdiri atas proposisi-proposisi X-Y, Y-Z dan X-Z dari ketiga proposisi itu dipilih
proposisi yang diminati dan relevan dengan peristiwa pengamatan, misalnya proposisi X-Y.
bertitik tolak dari proposisi itu diturunkan hipotesis secara deduksi. Konsep-konsep yang
terdapat dalam proposisi diturunkan dalam pengamatan menjadi variable-variabel, yang
nantina menjadi hipotesis.

Contoh:
Proposisi : makin cepat perkembangan komunikasi, makin tinggi kecerdasan penduduk.
Konsep : X = komunikasi Y = Kecerdasan

Kemudian setelah proposisi dan konsep dilakukan pengamat dipemukiman penduduk


(x) terdapat alat komunikasi apa saja dan bagaimana tingkat pemakaiannya, ditemukan (x1)
surat kabar, (x2) pesawat radio, (x3) pesawat TV. Karena pemanfaat yang berbeda maka
disebut variable (bervariasi dan beragam) yaitu variable x. kemudian kita mengamati tingkat
pengetahuan umum mereka, misalnya dalam bidang politik, hukum dan ekonomi, dan ini
dinamakan dengan variable y.

Karena x dan y beragam maka hipotesis dapat disusun, ada hubungan positif antara x
dan y. karena disusun secara deduktif, maka hipotesis seperti ini disebut hipotesis deduktif.

2. Induktif
Penyusunan hipotesis secara induktif adalah penyusunan hipotesis yang berangkat dari
pengalaman kita dimasa lampau. Contoh : kita mengetahui bahwa kecelakaan –kecelakaan
kendaraan bermotor dijalan raya kebanyakan disebabkan oleh supir yang mengemudikan
kendaraan dalam kecepatan tinggi, bertolak dari pengalaman ini kita menyusun hipotesis :
ada hubungan positif antara kecepatan laju kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas.

c. Syarat Penyusunan Hipotesis


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada penyusunan hipotesis:

a. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan tidak normative.
Istilah-istilah seperti seharusnya atau sebaiknya tidak terdapat dalam kalimat hipotesis.
Contoh: anak-anak harus hormat kepada orang tua, kalimat ini bukan hipotesis. Lain halnya
jika dikatakan kepatuhan anak-anak kepada orang tua mereka makin menurun.
b. Operasional. Variable-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variable yang
operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
c. Menyatakan hubungan, hipotesis harus menunjukkan hubungan tertentu diantara variable-
variabel.

d. Karakteristik Hipotesis
Kriteria-keriteria tersebut untuk menilai kelayakan hipotesis yang diajukan:

1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas


Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang
seharusnya diterangkan. Ini adalah ktriteria yang sudah jelas dan penting. Sebagi contoh,
misalkan anda mencoba menstater mesin mobil anda, ternyata mesin tidak mau hidup.
Hipotesis yang menyatakan bahwa mesin tidak mau hidup karena anda membiarkan air
dikamar madi mengalir keselokan, bukan merupakan penjelasan tepat. Hipotesis yang
mengatakan bahwa akinya mati adalah penjelasan yang tepat dan perlu diuji.

2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel


Suatu hipotesis harus mampu menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih
variabel. Dalam contoh kita diatas, tidak ada gunanya kita menyatakan bahwa anak-anak
berbeda satu sama lain dalm konsep diri, mereka akan berbeda satu sama lain pula dalam
hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Pernyataan ini tampaknya seperti suatu hipotesis,
sampai anda sadar bahwa tidak ada pernyataan apapun tentang hubungan yang diharapkan.
Hubungan yang diharapkan dapat dituliskan dalam bentuk pernyataan konsep diri yang tinggi
merupakan penyebab hasil belajar yang lebih tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan sosial.
Hipotesis itu kemudian dirumuskan akan terdapat hubungan positif atara konsep diri dan hasil
belajar ilmu pengetahuan sosial.
3. Hipotesis harus dapat diuji
Dikatakan bahwa sifat terpenting dari hipotesis yang baik adalah kemampuannya
untuk diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji berarti dapat ditahkikan (verifiable) artinya,
deduksi, kesimpulan, dan prakiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut, sehingga dapat
dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis
tersebut. Hipotesis yang dapat diuji memungkinkan peneliti menetapkan, berdasarkan
pengamatan, apakah akibat yang tersirat. Agar dapat diuji hipotesis harus menghubungkan
variabel-variabel yang dapat diukur.

4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada


Hipotesis yang dikemukakan hendaknya tidak bertentangan dengan hipotesis, teori,
dan hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan. Didalam sejarah ilmu pengetahuan
diketahui bahwa orang-orang seperti Einstein, Newton, Darwin, Copernicus, dan lain-lainnya
telah mengembangkan hipotesis yang benar-benar revolusioner dan bertentangan dengan
pengetahuan yang telah diterima orang pada masa itu. Tetapi, harus diingat bahwa karya para
pelopor itu bukan merupakan penolakan sama sekali terhadap pengetahuan sebelumnya,
karena penemuan mereka merupakan penataan kembali pengetahuan terdahulu menjadi teori
yang lebih memuaskan.

5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin


Menyatakan hipotesis secara sederhana bukan saja memudahkan pengujian hipotesis
tersebut, melainkan juga dapat menjadi dasar bagi penyusunan laporan yang jelas dan mudah
dimengerti pada akhir penyelidikan.

e. Jenis Hipotesis
Jenis hipotesis berdasarkan ada atau tidaknya hubungan adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Nol
Hipotesis Nol menyatakan lawan dari apa yang diharapkan atau diprediksi oleh
peneliti. Disebut dengan hipotesis nol karena menyatakan bahwa "tidak ada perbedaan",
"tidak berpengaruh", atau "tidak ada hubungan" antara hal yang diteliti. Hipotesis nol
diasumsikan bahwa perbedaan yang diamati terjadi hanya karena faktor kebetulan saja dan
tidak mewakili adanya perbedaan yang nyata.

2. Hipotesis Alternatif
Jika uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan yang diamati terjadi bukan karena
faktor kebetulan melainkan perbedaan yang nyata serta bukti-bukti yang ada telah
mencukupi, maka hipotesis nol tidak dapat diterima. Hipotesis alterbative yang banyak
dibangun dari literatur dan studi yang telah ada menjadi asumsi yang dapat diterima.

Ada dua macam hipotesis alternatif, yaitu:


a. Hipotesis Directional / Hipotesis Terarah
Directional hipotesis adalah hipotesis alternatif yang tidak hanya menunjukkan prediksi
tentang adanya perbedaan tetapi juga dengan jelas menyatakan arah hasil yang diharapkan
atau kelompok akan memiliki skor yang lebih besar.
b. Hipotesis non-directional / Hipotesis tidak Terarah
Non-directional hipotesis tidak menyebutkan kelompok mana skor rata-rata akan lebih besar,
meskipun menunjukkan bahwa ada perbedaan yang diharapkan oleh peneliti, tetapi tidak
menentukan arah perbedaan.

CONTOH:
Peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan antara tingkat kecemasan anak-anak yang memiliki
IQ tinggi dan rendah, maka hipotesis yang dapat dinyatakan adalah:
1. Hipotesis Nol : Tingkat kecemasan anak-anak ber-IQ tinggi tidak berbeda dengan tingkat
kecemasan anak-anak yang memiliki IQ rendah.
2. Hipotesis Alternatif: anak-anak dengan tingkat IQ tinggi akan menunjukkan lebih banyak
kecemasan daripada anak-anak dengan IQ rendah (hipotesis alternatif directional / terarah)
ATAU Tingkat kecemasan anak-anak ber-IQ tinggi berbeda dengan tingkat kecemasan anak
rendah IQ (hipotesis alternatif non-directional / tidak terarah).
Jenis Hipotesis berdasarkan macam hubungan antar variable adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis yang menggambarkan karakter sebuah kelompok
atau variable tanpa menghubungkannya dengan variable lain. Hipotesis jenis ini bertujuan
untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang sampel penelitian.
Contoh: 70% penduduk didaerah pedesaan bekerja sebagai petani.
2. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif merupakan jenis hipotesis yang menjelaskan hubungan antarvariabel.
Hipotesis ini dalam sebuah penelitian selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
menjelaskan hubungan antara dua variable atau lebih, baik secara eksplisit maupun implicit.
Contoh: jenis kelamin mempengaruhi prestasi belajar. (eksplisit) Perempuan memiliki
prestasi yang lebih baik dari pada laki-laki (implicit)

Berikut ini merupakan karakteristik hipotesis asosiatif:

a. Mempunyai minimal dua variable yang dihubungkan.


b. Menunjukan hubungan sebab-akibat atau pengaruh mempengaruhi antara dua variable atau
lebih.
c. Menunjukkan prediksi mengenai hasil yang diharapkan.
d. Menghubungkan secara logis antara masalah penelitian dengan teori.
3. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan hipotesis yang menyatakan perbandingan antara sampel atau
variable dengan sampel atau variable lain.
Contoh : terdapat perbedaan jenis pekerjaan yang disukai laki-laki dan perempuan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam melakukan suatu penelitian terhadap fenomena sosial, seorang peneliti tidak
dapat bekerja dengan baik tanpa suatu sistematika yang sesuai. Untuk menemukan jawaban
yang sesuai serta memuaskan, peneliti harus memahami kaidah dalam meneliti. Tahapan
awal dari suatu penelitian adalah menciptakan pertanyaan mengenai suatu fenomena yang
dipilih untuk diteliti. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan definisi, fakta dan nilai suatu
objek kajian.
Teori yang deduktif : Memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu kearah data yang akan diterangkan, Teori yang induktif : adalah
cara menerangkan dari data kearah teori. Teori yang Fungsional : disini tampak satu interaksi
pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan arah
dalam menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan mengambil
kesimpulan. Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk membuktikan
hipotesis.Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan
untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis berfungsi sebagai
kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja, dan mempermudah dalam penyusunan
laporan penelitian.
Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis alternatif
(Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis statistik. Sehubungan
dengan perumusan hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang kita buat:
a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha (ɑ).

b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta (β).


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
Cipta, 2010

Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R &
D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010
LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR,
DAN HIPOTESIS DALAM METODE
PENELITIAN *)
21/05/2013 Afid Burhanuddin 2 Komentar

Beberapa jenis karya ilmiah yang sering kita jumpai dan bahkan pernah kita tulis antara lain
Makalah, Laporan Praktik dan Tugas Akhir atau yang sering kita sebut Skripsi. Dari beberapa
jenis karya ilmiah diatas yang paling dianggap menjadi cobaan terberat bagi mahasiswa
adalah penulisan skripsi. Dalam skripsi terdapat bab-bab yang didalam nya berisi penjelasan
maupun hasil penelitian. Salah satu bab dalam skripsi adalah Bab II yang diberi judul
“Landasan Teori atau Tinjauan Pustaka”.

Landasan Teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi
peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin di temui di tempat penelitian jika
tidak memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya. Dalam skripsi landasan teori
layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh bila fondasinya kuat,
begitu pula dengan penulisan skripsi, tanpa landasan teori penelitian dan metode yang
digunakan tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak
memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh
Sugiyono (2012:52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai
dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).

Dalam penulisan makalah ini penulis mengumpulkan segala informasi dari referensi, literatur
yang sesuai dengan topik dan menggunakan media internet sebagai bahan referensi
tambahan.

PENGERTIAN DAN DESKRIPSI TEORI

Pengertian Teori

Menurut Jonathan Turner (dalam babbie,1992) menyatakan bahwa teori dalam ilmu sosial
adalah penjelasan sistematis tentang hukum-hukum dan kenyataan-kenyataan yang dapat
diamati, yang berkaitan dengan aspek khusus dari kehidupan manusia. Sedangkan Menurut
Neuman 2003 (dalam Sugiyono,2012) teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi,
dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena. Selanjutnya pengertian teori menurut Djojosuroto Kinayati & M.L.A Sumaryati,
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Kata teori sendiri memiliki arti yang berbeda-beda pada setiap bidang pengetahuan, hal itu
tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis
hubungan antara fakta/fenomena yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-
fakta.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu
teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena yang diperoleh melalui proses sistematis, dan harus dapat diuji
kebenarannya, bila tidak maka itu bukan teori. Teori semacam ini mempunyai dasar empiris,
dimana harus melalui proses eksperimen, penelitian atau observasi, sehingga teori dapat
dikatakan berhasil. Adapun pengertian dari Asumsi, konsep ,konstruk dan proposisi dalam
sebuah teori (menurut Djojosuroto kinayati & M.L.A Sumayati:2004) adalah sebagai berikut:

1. Asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang realita, harus diverivikasi secara
empiris. Asumsi dasar ini bisa memengaruhi cara pandang peneliti terhadap sebuah
fenomena dan juga proses penelitian secara keseluruhan, karena setiap penelitian pasti
menggunakan pendekatan yang berbeda sehingga asumsia dasarnya pun berbeda pada
setiap penelitian.
2. Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu
gejala atau menyatakan suatu ide ( gagasan ) tertentu.

Contoh: Konsep “Rumah”: adalah sebuah tempat bagi manusia yang digunakan untuk
berteduh, istirahat dan melakuan berbagai aktivitas sosial bersama anggota keluarga.

1. Konstruk adalah konsep yang ciri-cirinya dapat diam langsung seperti pemecahan
masalah.
2. Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep

Menurut Mark 1963, dalam ( Sugiyono,2012) membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga
teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris, teori ini antara lain:

1. Teori yang Deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan, atau
pikiran spekulatis tertentu kearah data akan diterangkan.
2. Teori Induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
3. Teori fungsional: disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan
teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali
mempengaruhi data.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan
proposisi yang disusun secara sistematis. Menurut (Sugiyono,2012) fungsi teori secara umum
adalah:

1. Menjelaskan (explanation)

Misalnya, Mengapa air yang mendidih pada suhu 100°C bisa menguap, dapat dijawab dengan
teori yang berfungsi menjelaskan.

1. Meramalkan (prediction)
Misalnya, bila air didihkan pada suhu 100°C berapa besar penguapannya, dapat dijawab
dengan teori yang berfungsi meramalkan/memperkirakan.

1. Pengendali (control)

Misalnya, berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai dengan kondisi iklim
indonesia, sehingga kereta api jalannya tidak terganggu, dapat dijawab dengan teori yang
berfugsi mengendalikan.

Deskripsi Teori

Deskripsi teori adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena atau
realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap dan atau
cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu yang
teraktualisasi dalam proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau hubungan
fungsional di antara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas tertentu. Dengan
menyelam jauh ke dalam deskripsi teori, akan diketahui kekuatan dan kelemahan suatu teori.

Dalam suatu penelitian, deskripsi teori merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil
penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah teori yang perlu
dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan jumlah
variabel yang diteliti.

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti,
melalui pendefisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga
ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti
menjadi lebih jelas dan terarah. Teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan
penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks
yang diteliti atau didak.

Berikut langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah:

1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.


2. Mencari sumber-sumber bacaan (buku,kamus,ensiklopedia,jurnal ilmia,laporan
penelitian,sekripsi,tesis,disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan relevan
3. Lihatlah daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang akan diteliti.
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan
antara satu sumber dengan umber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan
penelitian yang akan diadakan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan
analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang
digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
Tingkatan dan Fokus Teori

Menurut Neuman (Dalam artikel Prof. Dr. Mudjia Rahardjo) mengemukakan tentang teori
berdasarkan tingkatannya yaitu:

1. Teori tingkat Mikro Level

Dalam tingkat ini memberi penjelasan hanya terbatas pada peristiwa yang berskala kecil, baik
dari sisi waktu, ruang, maupun jumlah orang. Seperti dalam sosiologi dikenal dengan teori “
Face Work” Erving Goffman yang mengkaji kegiatan ritual dua orang yang saling
berhadapan atau bertatap muka.

1. Teori Meso Level

Teori ini menghubungkan tingkat mikro dan makro, misalnya teori organisasi, gerakan sosial,
atau komunitas teori Collin tentang kontrol organisasi.

1. Teori Makro Level

Teori ini menjelaskan objek yang lebih luas seperti lembaga sosial, sistem budaya,dan
masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, teori makro Lenski tentang stratafikasi sosial.

Selanjutnya fokus teori menurut (Moleong,2002) yaitu teori substantif dan teori formal.
(Gleser dan Strauss dalam Maleong, 2002:37-38) mengemukakan Teori substantif adalah
teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam ingkuiri dalam suatu
ilmu pengetahuan, misanya antropologi, sosiologi, dan psikologi. Sedangkan teori formal
adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang
ingkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, contohnya prilaku agresif, organisasi
formal, sosialisasi.

Kegunaan Teori dalam Penelitian

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam
sebuah penelitian teori yang digunakan harus sudah jelas karena fungsi teori dalam sebuah
penelitian menurut (Sugiyono,2012:57) adalah sebagai berikut:

1. Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk
variabel yang akan diteliti.
2. Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian
3. Memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang hendak
diteliti.

Secara ringkas, menurut Borg dan Gall (1989: 114-119), dan Latief (2012: 43-50) dalam
Website Prof. Dr. Mudjia Raharjo,M.Si menjelaskan setidaknya ada enam (6) alasan
mengapa kajian pustaka / Teori harus dilakukan, sebagaimana uraian berikut:

1. Sangat bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitian yang diajukan,


sehingga besar kemungkinan rumusan masalah yang sudah dibuat berubah setelah
peneliti membaca pustaka karena telah memiliki wawasan tentang tema yang diteliti
lebih luas daripada sebelumnya. Dengan demikian, rumusan masalah, terutama dalam
penelitian kualitatif, bersifat tentatif. Tidak sedikit penelitian gagal karena masalah
yang diteliti terlalu luas. Rumusan masalah yang spesifik dan dalam lingkup yang
kecil jauh lebih baik daripada yang luas dan umum. Umumnya, rumusan masalah
yang tidak jelas berakibat pada data yang diperoleh juga tidak jelas, sehingga antara
masalah yang hendak dijawab dan data yang ada tidak sambung. Ujungnya
kesimpulannya tidak berangkat dari data, tetapi pendapat pribadi peneliti. Tentu ini
tidak bisa dibenarkan. Hal demikian bisa dihindari melalui kajian pustaka dengan
serius.
2. Kajian pustaka tidak saja untuk mempelajari apa yang telah dilakukan orang lain,
tetapi juga melihat apa yang terlewatkan dan belum dikaji oleh peneliti sebelumnya.
3. Untuk melihat bahwa pendekatan penelitian yang kita lakukan steril dari pendekatan-
pendekatan lain. Sebab, pada umumnya kajian pustaka justru menyebabkan peneliti
meniru pendekatan-pendekatan yang sudah lama dipakai orang lain, sehingga tidak
menghasilkan temuan yang berarti. Mencoba pendekatan baru — walau mungkin
salah — lebih baik daripada mengulang hal yang sama berkali-kali walau benar.
Pengulangan justru menunjukkan peneliti tidak cukup melakukan pembacaan literatur
secara memadai. Kesalahan metodologis akan disusul dan dikoreksi oleh peneliti
selanjutnya, sehingga menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang. Karena itu,
dalam ilmu pengetahuan kesalahan bukan sesuatu yang aib. Proses demikian oleh
Polanyi disebut sebagai falsifikasi.
4. Memperoleh pengetahuan (insights) mengenai metode, ukuran, subjek, dan
pendekatan yang dipakai orang lain dan bisa dipakai untuk memperbaiki rancangan
penelitian yang kita lakukan. Rancangan penelitian, lebih-lebih untuk penelitian
kualitatif, bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan terus diperbaiki agar diperoleh
metode yang tepat untuk memperoleh data dan menganalisisnya. Kenyataan di
lapangan ditemukan racangan penelitian kualitatif seragam dari satu proyek penelitian
ke yang lain. Padahal, walaupun berangkat dari paradigma yang sama rancangan
penelitian kualitatif bisa berbeda dari penelitian ke penelitian lainnya, karena
penelitian kualitatif berangkat dari kasus atau fenomena tertentu.
5. Melalui kajian pustaka, bisa diperoleh pengetahuan berupa rekomendasi atau saran-
saran bagi peneliti selanjutnya. Informasi ini tentu sangat penting karena rekomendasi
atau saran merupakan rangkuman pendapat peneliti setelah melakukan penelitian.
Usai penelitian, kita juga diharapkan bisa memberikan rekomendasi atau saran bagi
peneliti selanjutnya, sebagaimana kita telah mengambil manfaat dari peneliti
sebelumnya. Karena itu, rekomendasi atau saran yang baik bukan sembarang saran,
melainkan usulan yang secara spesifik bisa diteliti.
6. Untuk mengetahui siapa saja yang pernah meneliti bidang yang sama dengan yang
akan kita lakukan. Orang yang sudah lebih dahulu meneliti bisa dijadikan teman
diskusi mengenai tema yang kita lakukan, termasuk membahas hal-hal yang menjadi
kekurangan atau kelemahan penelitian, sehingga kita bisa memperbaiki, karena dia
telah memperoleh pengalaman lebih dahulu.

KESIMPULAN

Teori merupakan seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan
gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-variabel, dengan
tujuan meramalkan dan menerangkan fenomena/gejala tersebut. Selanjutnya dalam penelitian
teori memiliki tiga tingkatan teori antara lain, Mikro level, Meso level, dan Makro level.
Sedangkan menurut perkembangannya teori memfokuskan pada teori subtantif dan teori
formal. Dalam penelitian fungsi teori adalah untuk memperjelas ruang lingkup yang diteliti,
untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, dan menampilkan
hubungan antarvariabel, konsep, dan menerangkan fenomena sebagai masukan dalam
mengambil persoalan dan informasi pembanding. Dari beberapa hal yang telah penulis
paparkan diatas menunjukkan bahwa, dalam suatu penelitian peneliti tidak hanya
mengumpulkan data, kemudian menulisnya tanpa suatu landasan, tetapi peneliti harus
mempunyai teori–teori yang cocok dengan rumusan masalah yang akan diteliti, hal ini
dilakukan supaya lebih mudah untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena, dengan adanya
teori dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa penelitian adalah kegiatan mencari data
secara ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kinayati,Djojosuroto& M.L.A Sumaryati.2004.Prinsip-prinsip Penelitian Bahasa dan


Sastra.Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Rahardjo,Mudjia.2012.http://www.mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/414-manfaat-kajian-
pustaka-dalam-penelitian.html (diakses tanggal 29 Maret 2013)

Rahardjo,Mudjia.2011.http://www.mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/329-fungsi-teori-dan-
state-of-the-arts-dalam-penelitian.html (diakses tanggal 29 Maret 2013)

_________________________

*) Tri Wahyu Setyowati, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan. Diajukan sebagai
tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Dosen Pengampu Afid Burhanuddin, M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai