Anda di halaman 1dari 36

TUGAS DAN TANGGUNG BIDAN DI KOMUNITAS

Oleh :
Ririn Khoirina : 1615371013
Ria Ayu Marvina : 1615371037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
terdiri dari pokok pembahasan mengenai Tugas Dan Tanggung Bidan di
Komunitas. Setiap pembahasan dibahas secara sederhana sehingga mudah
dimengerti.
Dalam penyelesaian Makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada semua dosen yang membimbing kami.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi yang masih dalam
proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Metro, 06 Oktober 2018

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bentuk-bentuk
pelayanan kebidanan yang dilakukan diluar bagian atau pelayanan berkelanjutan
yang diberikan dirumah sakit dengan menekankan kepada aspek-aspek psikososial
budaya yang ada di masyarakat (Karwati dkk.Asuhan Kebidanan Komunitas
V.2010.Jakarta:Trans Info Media). Bidan memandang pasiennya sebagai mahluk
social yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi,
politik social, budaya dan lingkungan sekitarnya.

Setiap petugas kesehatan yang bekerja dimasyarakat perlu memahami


masyarakat yang di layaninya, baik keadaan budaya maupun tradisi setempat
sangat menetukan pendekatan yang di tempuh. Pendekatan yang akan digunakan
oleh bidan harus memperhatikan strategi pelayanan kebidanan dan tugas dan
tanggung jawab bidan agar masyarakat mau membuka hatinya untuk bekerja sama
dengan bidan sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu di masyarakat.

B. Tujuan Penulisan
1. Memahami tentang tugas utama bidan di komunitas
2. Memahami tentang tugas tambahan bidan di komunitas
3. Kewenangan bidan dikomunitas bidan praktik mandiri dan bidan delima
4. Peran dan fungsi bidan dikomunitas
5. Tanggungjawab bidan dikomunitas

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TUGAS UTAMA BIDAN DIKOMUNITAS

Tugas pokok Bidan sebenarnya adalah memberikan pelayanan kebidanan


komunitas. Bidan komunitas bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan.
Sebagai pelaksana Bidan harus mengetahui dan menguasai pengetahuan dan
teknologi kebidanan yang selalu berkembang serta melakukan kegiatan sebagai
berikut:

1. Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.


2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, nifas, menyusui dan masa interval
(antara dua persalinan) dalam keluarga.
3. Pertolongan persalinan di rumah.
4. Tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatan obstetric di
keluarga.
5. Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
6. Pemeliharaan kesehatan anak balita.

Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek


mandiri. Bidan dapat menolong sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran
Bidan disini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan diunit kesehatan ibu
dan anak, puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola
bidan memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang
pendidikannya lebih rendah.

Bidan yang bekerja di komunitas harus mengenal kondisi kesehatan masyarakat


yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komunitas dipengaruhi oleh
perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-kabijakan yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Bidan harus tanggap terhadap perubahan tersebut. Oleh karena itu,
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan klien yang dilayaninya

2
perkembangan keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini mau tidak mau Bidan
harus memiliki kemampuan meneliti.

Peran peneliti yang dilakukan Bidan bukan dimaksudkan seperti peneliti yang
dilakukan oleh peneliti professional. Dasar-dasar penelitian perlu diketahui oleh
Bidan seperti pencatatan, pengolahan dan analisa data. Secara sederhana Bidan
dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan
data ia dapat menyusun rencana dan tindakan sesuai dengan permasalahan yang
ditemui, ia juga harus mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang
dilakukannya tersebut.

Tugas Bidan komunitas :

1. Antenatal
2. Berbagai cara mengelola ibu hamil di komuniti
3. Antenatal care dan persalinan dilakukan dirumah oleh bidan.
4. Antenatalcare kombinasi (bidan dan deleter dan persalinan di rumah).
5. Antenatalcare dan persalinan di rumah sakit
6. Pelaksanaan antenatal di komuniti antara lain
7. Pada awalnya ibu perlu konsultasi dengan SpOG/dokter untuk
mengidentifikasi apakah Ibu ada kontra indikasi untuk persalinan di RB,
pondok bersalin atau di rumah.
8. Bidan merujuk kepada SpOG / Dokter bila ada komplikasi yang timbul.
9. Bidan menggunakan seluruh keterampilannya bukan hanya untuk memberi
asuhan pada keadaan fisik normal tetapi juga membantu Ibu bagaimana
cara beradaptasi dengan perubahan akibat kehamilan dan kesiapan menjadi
Ibu.
10. Mendorong atau memotivasi Ibu untuk membicarakan tentang perasaan,
kecemasannya dengan suasana yang mendukung dan terjamin
kerahasiaannya.
11. Jika memungkinkan selama kehamilannya Ibu dapat bertemu dengan
semua Bidan yang akan menolongnya di kamar bersalin dan selama masa
post partum.

3
Keterampilan Dasar yang harus dimiliki oleh Bidan komunitas adalah:

1. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan
KB masyarakat.
2. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
3. Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes.
4. Mengelola pondok bersalin desa (polindes)
5. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi, bayi
dan balita
6. Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat
untuk mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak.

Keterampilan Tambahan yang harus dimiliki Bidan komunitas adalah:

1. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA


2. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi
3. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya
4. Menggunakan teknologi kebidanan tepat guna.

Jadi tugas utama bidan dikomunitas adalah:

1. Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan


a. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional.
b. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil normal dengan komplikasi,
patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
c. Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan komplikasi, patologis
dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal dengan
komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan
klien/keluarga.
e. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui normal
dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan
klien/keluarga.

4
f. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan klien/keluarga.
g. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan
gangguan sistem reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga.
h. Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan klien/keluarga.
i. Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan
klien/keluarga.
j. Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan kebidananan

2. Pengelola pelayanan KIA/KB.


a. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
diwilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan
program sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan
kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan lain
yang berada diwilayah kerjanya.

3. Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.


Melaksanakan bimbingan/penyuluhan, pendidikan pada klien, masyarakat
dan tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan, kader, dan
dukun bayi yang berhubungan dengan KIA/KB.

4. Penelitian dalam asuhan kebidanan.


Melaksanakan penelitian secara mandiri atau bekerjasama secara
kolaboratif dalam tim penelitian tentang askeb.

5
B. TUGAS TAMBAHAN BIDAN DIKOMUNITAS

Tugas tambahan bidan dikomunitas adalah:


1. Upaya Perbaikan Kesehatan Lingkungan
Peran bidan kini tidak lagi terbatas pada penanganan kesehatan reproduksi ibu
saja, tetapi ia harus mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat
pedesaan untuk terlibat di kesehatan komunitasnya.
Masyarakat pedesaan harus diposisikan sebagai mitra dalam kegiatan
pengawasan kebutuhan gizi, kesehatan lingkungan, penyakit menular dan
penanganan akibat bencana. Minimal satu tenaga bidan akan ditempatkan di
setiap desa di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Desa Siaga. Sehingga,
dibutuhkan sekitar 69.957 bidan untuk desa dengan jumlah yang sama. Bidan
akan menjadi salah satu komponen Desa Siaga untuk ditempatkan di pos-pos
kesehatan desa. Setiap bidan diharapkan akan memiliki dua orang kader untuk
mendampinginya di pos kesehatan desa.

2. Mengelola dan Memberikan Obat–obatan Sederhana Sesuai dengan


Kewenangannya
Pemanfaatan teknologi dan obat-obatan sudah sejak lama digunakan dalam
dunia kebidanan. Penyediaan dan penyerahan obat-obatan:
a. Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Contohnya : obat-obatan yang diperbolehkan digunakan oleh bidan yang
dosisnya tidak harus menggunakan resep dokter

b. Bidan diperkenankan memberikan obat kepada pasien sepanjang untuk


keperluan darurat.
Contohnya : jika disuatu keadan hanya ada bidan dan jauh dari rumah sakit
bidan boleh memberikan obat yang bukan hak nya seorang bidan tetapi
dalam keadaan darurat saja

6
3. Surveilance (Pengamatan) Penyakit yang Timbul di Masyarakat
SurveilaHH/ Ance adalah suatu kegiatan pengamatan terus menerus terhadap
kejadian kesakitan dan faktor lain yang memberikan
kontribusi yang menyebabkan seseorang menjadi sakit dan upaya
tindakan yang diperlukan, dengan kegiatan mencakup:
a. Mendiagnosis secara klinis atau laboratories
b. Mengidentifikasi penyebab terjadinya sakit atau faktor risiko terjadinya
sakit
c. Pencatatan hasil anamnesa klinis dan identifikasi kasus menurut variable
orang, tempat, dan waktu.
d. Analisis hasil identifikasi kasus
e. Tindakan penanganan kasus
f. Melakukan tindakan observasi di rumah kasus dan sekitar kasus dengan
konsep wilayah satu kelompok Rukun Tetangga (RT) atau satu wilayah
Posyandu.
g. Analisis hasil identifikasi kasus dan hasil observasi lapangan di wilayah
kasus.
Surveilance merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau
masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari
perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita
sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh
kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat,
radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang
berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan
Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.

4. Menggunakan Tehnologi Tepat Guna Kebidanan


Dalam peranannya bidan mampu memberikan pelayanan kepada klien secara
tepat baik secara manual maupun dengan memanfaatkan teknologi kebidanan
yang memadai guna menunjang kelancaran serta keakuratan dalam pelayanan.
Berbagai macam teknologi yang sudah kita kenal sering digunakan baik mulai

7
dari awal proses kehamilan sampai proses persalinan. Penggunaan teknologi tepat
guna dalam kebidanan antara lain:
a. Fetal Doppler
Adalah merupakan alat yang
digunakan untuk mendeteksi denyut
jantung bayi, yang menggunakan
prinsip pantulan gelombang
elektromagnetik, alat ini sangat
berguna untuk mengetahui kondisi
kesejahteraan janin.
b. Staturmeter
Adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tinggi badan, alat ini
sangat sederhana karena hanya
ditempelkan pada tembok bagian atas
dan ketika akan digunakan hanya
perlu untuk menariknya sampai ke
bagian kepala teratas, sehingga dapat
diketahui tinggi badan orang
tersebut.
c. Alat Pengukur Panjang Bayi

Adalah merupakan peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan


dan petugas posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari
waktu ke waktu, terbuat dari kayu dengan mistar yang mudah dibaca.

8
d. Reflek Hammer / Reflek Patela

Hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk mengetahui


respon syaraf dari anggota tubuh biasanya kaki.

e. Umbilical Cord Clem Nylon

Adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi
sesaat setelah bayi dilahirkan.

f. Breast Pupm

Biasanya digunakan oleh para ibu yang berkarier diluar rumah, agar ASI
tidak terbuang dengan percuma, sehingga tetap bisa mendapatkan ASI dari
bundanya.

9
g. Lingkar Lengan Ibu Hamil

Adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah mengidentifikasi bayi


dan bundanya, pada umumnya dipakaikan pada bayi dan bundanya di
rumah sakit bersalin.

h. Alat Cek Darah

Alat cek darah biasanya memiliki tiga fungsi dalam satu alat. Selain untuk
mengecek kadar gula darah, juga dapat digunakan untuk mengecek asam
urat dan kolesterol dalam darah. Dipergunakan pada pemeriksaan penyakit
kolesterol, asam urat, diabetes, dan lain sebagainya.

i. Ultrasonography (USG)

USG sering dipergunakan untuk melihat perkembangan janin dalam tubuh


ibu hamil, untuk mengecek adanya penyakit lain dalam tubuh seperti
kanker, miom, dan lain sebagainya.

10
C. KEWENANGAN BIDAN DI PRAKTIK MANDIRI DAN BIDAN
DELIMA
1. BIDAN PRAKTEK MANDIRI
a. Pengertian BPM
Bidan Praktek Mandiri ( BPM ) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di
bidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu,
keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya.Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin
Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada saran
kesehatan atau program. (Imamah, 2012:01)
Bidan Praktek Mandiri memiliki berbagai persyaratan khusus untuk
menjalankan prakteknya, seperti tempat atau ruangan praktek, peralatan,
obat – obatan. Namun pada kenyataannya BPM sekarang kurang
memperhatikan dan memenuhi kelengkapan praktek serta kebutuhan
kliennya.Di samping peralatan yang kurang lengkap tindakan dalam
memberikan pelayanan kurang ramah dan bersahabat dengan klien.
Sehingga masyarakat berasumsi bahwa pelayanan kesehatan bidan praktek
mandiri tersebut kurang memuaskan
( Rhiea, 2011 : 01)
Praktek pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia layanan kesehatan,
yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan,
khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.Supaya
masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan
yang bermutu, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas
persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek seperti
perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan
administrasi semuanya harus sesuai dengan standar.

11
b. Persyaratan Pendirian Bidan Praktek Mandiri
a) Menjadi anggota IBI
b) Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta Perorangan
c) Surat Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat Praktek
d) Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.
e) Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah
f) Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan secara
perorangan dengan pelayanan pemeriksaan pertolongan persalinan dan
perawatan.
g) Membuat Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian yang tertulis
h) Bidan dalam menjalankan praktek harus :
1) Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
2) Menyediakan tempat tidur untuk persalinan minimal 1 dan maksimal 5
tempat tidur.
3) Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan
prosedur tetap (protap) yang berlaku.
4) Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang berlaku.
i) Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan izin praktek
bidannya atau foto copy prakteknya diruang praktek, atau tempat yang
mudah dilihat.
j) Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang
memiliki SIPB untuk membantu tugas pelayanannya
k) Bidan yang menjalankan praktek harus harus mempunyai peralatan
minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan harus
tersedia ditempat prakteknya.
l) Peralatan yang wajib dimilki dalam menjalankan praktek bidan sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan .
m) Dalam menjalankan tugas bidan harus serta mempertahankan dan
meningkatkan keterampilan profesinya antara lain dengan :
1) Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar
informasi dengan sesama bidan .

12
2) Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun
oleh organisasi profesi.
3) Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek
agar tetap siap dan berfungsi dengan baik.

c. Selain itu harus memenuhi persyaratan bangunan yang meliputi :


1. Papan nama
a. Untuk membedakan setiap identitas maka setiap bentuk pelayan medik
dasar swasta harus mempunyai nama tertentu, yang dapat diambil dari
nama yang berjasa dibidang kesehatan, atau yang telah meninggal atau
nama lain yang sesuai dengan fungsinya.
b. Ukuran papan nama seluas 1 x 1,5 meter.
c. Tulisan blok warna hitam, dan dasarnya warna putih.
d. Pemasangan papan nama pada tempat yang mudah dan jelas mudah
terbaca oleh masyarakat.
2. Tata ruang
a. Setiap ruang priksa minimal memiliki diameter 2 x 3 meter.
b. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang priksa, ruang
adsministrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu, dan kamar
mandi/WC masing-masing 1 buah.
c. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan.
3. Lokasi
a. Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah
setempat (tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti
pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan sejenisnya.
b. Tidak dekat dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar
sesuai fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
4. Hak dan Guna Pakai
a. Mempunyai surat kepemilikan (Surat hak milik / surat hak guna pakai)
b. Mempunyai surat hak guna (surat kontrak bangunan) minimal 2 tahun.

13
5. Planning Pembukaan Bidan Praktek Mandiri (BPM)
Sebelum memulai suatu perencanaan, sebaiknya kita membuat planning
terlebih dahulu itu sangatlah penting bagi seorang bidan sebelum
mendirikan sebuah klinik mandiri atau yang biasa dikenal dengan nama
BPM . karena dengan adanya suatu perencanaan yang fokus maka akan
sangat membantu kita dalam merealisasikan langkah-langkah yang
nantinya akan kita jumpai sehingga BPM yang kita dirikan nantinya dapat
diterima oleh masyarakat sekitar dan pastinya akan menguntungkan bagi
semua pihak baik bagi bidan, klien/pasien bahkan lingkungan masyarakat
sekitar kita.
Apabila nanti saya sudah menjadi seorang bidan yang professional maka
sebelum saya mendirikan sebuah BPM disekitar lingkungan masyarakat
saya, maka sebaiknya saya juga harus memperhatikan berbagai aspek-
aspek yang ada disana mulai dari keadaan lingkungan yang akan saya
tempati, kondisi masyarakat yang ada disana, dan aspek keterjangkauan
dimana harapan saya klinik itu nantinya bisa menjangkau semua keluhan
yang dihadapi oleh pasien dan bisa dengan mudah dijangkau oleh
masyarakat yang lainnya juga sehingga masyarakat tersebut dapat merasa
puas dengan pelayanan kebidanan yang akan saya berikan nantinya kepada
mereka dan bisa merasakan kenyamanan dengan fasilitas dari klinik yang
saya dirikan tersebut.
Dan selanjutnya Analisis yang akan saya gunakan ini untuk membuat
perencanaan tersebut lebih mudah sebelum merumuskan perencanaan itu
yaitu dengan memakai analisis “SWOT” yang terdiri dari beberapa aspek
yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. S= Srtength ( kekuatan yang berasal dari internal)
a. Lingkungan sekitar saya termasuk lingkungan yang bersih.
b. BPM yang sudah ada disana lumayan jauh jaraknya dari penduduk
sekitar..
c. Lingkungan sekitar tempat tinggal saya termasuk masyarakat yang padat
penduduk.
d. Banyak masyarakat yang suka dan sering memeriksakan kehamilannya

14
kebidan.
Dengan melihat kondisi yang seperti ini maka planning saya untuk
mendirikan BPM sesuai dengan strength /kekuatan yaitu:
1. Saya akan mencari lokasi yang sekiranya mudah dijangkau oleh
masyarakat sekitar
2. Mengumpulkan dana yang ada
3. Mengumpulkan data dan Menganalis berbagai kekurangan atau keluhan
masyarakat terhadap BPS yang sudah ada kemudian berusaha mencari
penyebab dan solusinya sehingga berusaha untuk melengkapi semua
kekurangan tersebut
2. W= Weakness ( kelemahan yang berasal dari internal)
a. Masyarakat masih beranggapan kalau periksa kebidan itu biayanya
terlalu mahal.
b. Kurangnya transportasi/ kondisi jalan yang masih sulit untuk dijangkau
oleh masyarakat sekitar (seperti: jalannya becek, berlumpur, dan berbatu).
c. Banyaknya BPM yang sudah berdiri dan dikelola oleh bidan yang sudah
berpengalaman.
Dengan melihat kondisi yang seperti ini maka planning saya untuk
mendirikan BPM sesuai dengan weakness /kelemahan yaitu:
1. Meminta bantuan atau kolaborasi dengan bidan bidan yang sudah
praktik agar bisa membantu memberi masukan
2. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sadar kesehatan
3. Mendirikan BPS dengan desain senyaman mungkin untuk pasien/ klien
yang diantaranya dengan memberi fasilitas yang baik, menyediakan ruang
tunggu yang nyaman, membuat taman kecil sebagai wahana pemandangan
dan tempat bermain untuk si kecil, menyediakan mushola, dan
membangun tempat makan dan belanja perlengkapan di dekatnya .
3. O= Opportunity ( kesempatan yang dari eksternal)
a. Dengan adanya kemauan dari diri sndiri untuk meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan.dukungan dari keluarga
b. Dengan adanya dukungan dari kelurga juga.
Dengan melihat kondisi yang seperti ini maka planning saya untuk

15
mendirikan BPM sesuai dengan opportunity /kesempatan yaitu:
1. Menyediakan kotak saran di depan tempat praktik, selalu menjaga
kebersihan tempat praktik dan melayani dengan ramah
2. Setelah BPS tersebut berdiri saya juga ingin menyediakan Apotek serta
ruang khusus untuk pertemuan ibu- ibu hamil,penyuluhan kesehatan dll.
4. T= Threats ( Ancaman yang berasal dari eksternal)
a. Sudah banyakanya praktik bidan praktik mandiri yang sudah
professional dan berpengalaman.
b. Sudah banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan
pembangunan.
Dengan melihat kondisi yang seperti ini maka planning saya untuk
mendirikan BPM sesuai dengan threats /ancaman yaitu:
1. Menjaga dan Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.
2. Mengembangkan lagi pembangunan BPM yang ada di lingkungan
sekitar agar lebih luas lagi nantinya.

6. Analisa Kondisi Calon Lokasi Dan Memilih Lokasi Usaha Yang Tepat
Dalam membuat rencana usaha bidan praktek mandiri, pemilihan lokasi
usaha adalah hal utama yang perludipertimbangkan. lokasi strategis
menjadi salah satu faktor penting dan sangatmenentukan keberhasilan
suatu usaha. banyak hal yang harus dipertimbangkan dalammemilih lokasi,
sebagai salah satu faktor mendasar, yang sangat berpengaruh
padapenghasilan dan biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel. lokasi
usaha juga akanberhubungan dengan masalah efisiensi transportasi, sifat
bahan baku atau sifat produknya,dan kemudahannya mencapai konsumen.
Lokasi juga berpengaruh terhadap kenyamananpembeli dan juga
kenyamanan anda sebagai pemilik usaha. bagi wirausahawan
pemula,sebaiknya berhati-hati dalam menentukan lokasi usaha, jangan
sampai asal pilih lokasi.karena hal tersebut bisa berdampak buruk pada
usaha kita.beberapa pakar wirausaha menyarankan, agar dalam memilih
lokasi usaha sepertiruko, kios, rumah atau kaki lima harus pas dengan
jenis usaha yang ditekuni. karena adausaha yang cocok didirikan di satu

16
lokasi tapi tidak cocok di tempat lain.
Untuk itu pendiriusaha disarankan untuk melakukan survei untuk mencari
tempat yang sesuai bagi usahanya.amati kondisi pasarnya, potensi
permintaannya dan jangan lupa cari juga informasibagaimana prospek
perkembangan daerah itu ke depannya, karena hal ini bisamempengaruhi
kelangsungan usaha itu sendiri.
Lokasi yang “strategis” dalam teori wirausaha ditafsir kan sebagai lokasi
di manabanyak ada calon pembeli, dalam artian lokasi ini mudah
dijangkau, mudah dilihatkonsumen, dan lokasi yang banyak dilalui atau
dihuni target konsumen yang berpotensimembeli produk atau jasa yang
dijual. lokasi seperti ini cocok untuk usaha perdaganganbarang atau jasa
yang harus berhubungan langsung dengan pelanggan.
Itu sebabnya pasar,pusat pertokoan, atau pusat perbelanjaan menjadi
lokasi-lokasi usaha perdagangan yangpaling diincar orang. karena, di area
seperti itu calon konsumen tumpah tersedia. parapemilik usaha tinggal
mencari strategi untuk memasarkan usahanya.
Usaha-usaha yangsangat tergantung dengan lokasi strategis misalnya;
rumah sakit, praktek swasta, apotek,rumah makan, mini market, bengkel,
toko pakaian, juga salon kecantikan. mendapatkan lokasi yang strategis
beberapa usaha malahan dapat dilakukan di rumah. beberapa pengusaha
suksesternyata memulai usahanya di ruang tamu rumahnya sendiri. dokter,
bidan, konsultan,teknisi elektronik, biro jasa dan internet marketer banyak
menggunakan bagian rumahnyauntuk tempat usaha dengan memanfaatkan
rumah, anda bisa berhemat modal jutaan
7. Bahan-bahan bidan praktek mandiri
1) Peralatan Tidak Steril
1. Tensimeter
2. Stetoskop biokuler
3. Stetoskop monokuler
4. Timbangan dewasa
5. Timbangan bayi
6. Pengukuran panjang bayi

17
7. Thermometer
8. Oksigen dalam regulator
9. Ambu bag dengan masker resusitasi (ibu+bayi)
10. Penghisap lender
11. Lampu sorot
12. Penghitung nadi
13. Sterilisator
14. Bak instrument dengan tutup
15. Reflek Hammer
16. Alat pemeriksaan Hb (Sahli)
17. Set pemeriksaan urine (protein + reduksi)
18. Pita pengukur
19. Plastik penutup instrument steril
20. Sarung tangan karet untuk mencuci alat
21. Apron / celemek
22. Masker
23. Pengaman mata
24. Sarung kaki plastic
25. Infus set
26. Standar infuse
27. Semprit disposable
28. Tempat kotoran / sampah
29. Tempat kain kotor
30. Tempat
31. Plasenta
32. Pot
33. Piala ginjal / bengkok
34. Sikat, sabun dan tempatnya
35. Kertas lakmus
36. Semprit glyserin
37. Gunting verband
38. Spatel lidah

18
39. Suction
40. Gergaji implant

2) Peralatan Steril
1. Klem pean
2. Klem ½ kocher
3. Korentang
4. Gunting tali pusat
5. Gunting benang
6. Gunting episiotomy
7. Kateter karet / metal
8. Pinset anatomis
9. Pinset chirurgic
10. Speculum vagina
11. Mangkok metal kecil
12. Pengikat tali pusat
13. Pengisap lendir
14. Tampon tang dan tampon vagina
15. Pemegang Jarum
16. Jarum kulit dan otot
17. Sarung tangan
18. Benang suter + catgut
19. Doek steril

3) Bahan Habis Pakai


1. Kapas
2. Kain kasa
3. Plester
4. Handuk
5. Pembalut wanita
4) Formulir Yang Disediakan
1. Formulir Informed Consent

19
2. Formulir ANC
3. Partograf
4. Formulir persalinan / nifas dan KB
5. Formulir rujukan
6. Formulir surat kelahiran
7. Formulir permintaan darah
8. Formulir kematian

5) Obat-obatan
1. Roborantia
2. Vaksin
3. Syok anafilaktik
4. Adrenalin 1:1000
5. Anti histamine
6. Hidrokortison
7. Aminophilin 230 mg / 10ml
8. Dopamine
9. Sedatife
10. Antibiotik
11. Uterotonika
12. Antipiretika
13. Koagulantika
14. Anti kejang
15. Glyserin
16. Cairan infus
17. Obat luka
18. Cairan desinfektan
19. Obat penanganan asphiksia pada BBL
6) Papan Nama
di depan bangunan akan kami pasang papan nama dengan tulisan “ rumah
bersalin sehat hypno birthing ”. praktek setiap hari. juga tidak lupa
mencantumkan nomor sipb yang dimiliki.

20
7) kerjasama dengan dokter spesialiskami bekerjasama dengan dokter
spesialis dalam hal kegawat daruratan.
8) Jenis pelayanan
1. Konsultasi kehamilan
2. ANC
3. Pelatihan hypno birthing untuk ayah dan bunda
4. Persalinan Normal dan Hypno Birthing
5. KB
6. Pemasangan anting, imunisasi, memandikan bayi.

2. PROGRAM BIDAN DELIMA


1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diwarnai oleh


rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling
rentan yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan nifas, serta bayi pada masa perinatal, yang
ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Perinatal (AKP).

Salah satu upaya yang mempunyai dampak relatif cepat terhadap penurunan
AKI dan AKP adalah dengan penyediaan pelayanan kebidanan berkualitas yang
dekat dengan masyarakat dan didukung dengan peningkatan jangkauan dan
kualitas pelayanan rujukan. Sebanyak 30% bidan memberikan pelayanan praktek
perorangan (IBI, 2002), dengan berbagai jenis pelayanan yang diberikan yaitu
pelayanan kontrasepsi suntik 58%, kontrasepsi pil, IUD dan implant 25%, dan
pelayanan pada ibu hamil dan bersalin masing-masing 93% dan 66%. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa bidan mempunyai peran besar dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di masyarakat.

Mengingat peran besar dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan


reproduksi tersebut maka berbagai program telah dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan Bidan Praktek Swasta agar sesuai dengan
standar pelayanan yang berlaku.

21
Salah satu upaya IBI ialah bekerja sama dengan BKKBN dan Departemen
Kesehatan serta dukungan dan bantuan teknis dari USAID melalui program
STARH (Sustaining Technical Assistance in Reproductive Health) tahun 2000 –
2005 dan HSP (Health Services Program) tahun 2005 – 2009 mengembangkan
program Bidan Delima untuk peningkatan kualitas pelayanan Bidan Praktek
Swasta dan pemberian penghargaan bagi mereka yang berprestasi dalam
pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

2. Kerangka Pikir Bidan Delima

Pelayanan bidan di Indonesia mempunyai akar yang kuat sejak zaman


Belanda, dan mengalami pasang surut sepanjang zaman kemerdekaan terutama
ditinjau dari segi penyelenggaraan pendidikan sebagai institusi yang
mempersiapkan bidan sebelum diterjunkan untuk memberikan pelayanan di
masyarakat. Riwayat pendidikan bidan di Indonesia sangat fluktuatif dan
mengalami pasang surut, dengan sendirinya menghasilkan kinerja pelayanan
bidan yang bervariasi.
Kemajuan dunia global yang pesat baik di bidang teknologi informasi,
pengetahuan dan teknologi kesehatan termasuk kesehatan reproduksi berdampak
pada adanya persaingan yang ketat dalam bidang pelayanan kesehatan. Tuntutan
masyarakat pada saat ini adalah pelayanan yang berkualitas, aman, nyaman, dan
terjangkau. Hal ini mendorongbidan untuk siap, tanggap serta mampu merespon
dan mengantisipasi kemajuan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Disisi lain IBI sebagai organisasi profesi yang dalam tujuan filosofisnya
melakukan pembinaan dan pengayoman bagi anggotanya juga terus berupaya
untuk mencari terobosan guna tercapainya peningkatan profesionalisme para
anggotanya.

3. Pengertian Bidan Delima


Bidan Delima adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup:
a. Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup
Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.
b. Merk Dagang/Brand.

22
c. Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap,
dan memiliki hak paten.
d. Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan
proses baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan.
e. Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan
semangat tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri,
mempertahankan dan meningkatkan kualitas, dapat memuaskan klien
beserta keluarganya.
f. Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam
pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

4. Tujuan
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
b. Meningkatkan profesionalitas Bidan.
c. Mengembangkan kepemimpinan Bidan di masyarakat.
d. Meningkatkan cakupan pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana.
e. Mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian Ibu, Bayi dan
Anak.

5. Logo Bidan Delima

23
a. Makna yang ada pada Logo Bidan Delima adalah:

Bidan :
Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas, ramah-tamah,
aman-nyaman, terjangkau dalam bidang kesehatan reproduksi, keluarga berencana
dan kesehatan umum dasar selama 24 jam.
Delima :
Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan cairan manis
yang melambangkan kesuburan (reproduksi).
Merah :
Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan pengambilan
keputusan yang cepat, tepat dalam membantu masyarakat.
Hitam :
Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani kaum
perempuan (ibu dan anak) tanpa membedakan.
Hati :
Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih sayang (sayang
Ibu dan sayang Bayi) dalam semua tindakan/ intervensi pelayanan.

b. Bidan Delima melambangkan:

Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan
yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar dan kode
etik profesi.
Logo/branding/merk Bidan Delima menandakan bahwa BPS tersebut telah
memberikan pelayanan yang berkualitas yang telah diuji/diakreditasi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, memberikan pelayanan yang berorientasi
pada kebutuhan dan kepuasan pelanggannya (Service Excellence).

6. Landasan Hukum
a. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
b. Anggaran Dasar IBI, Bab II Pasal 8 dan Anggaran Rumah Tangga IBI Bab
III Pasal 4.

24
c. Permenkes No.900/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan.
d. SPK (Standar Pelayanan Kebidanan) IBI 2002.

7. Kompetensi minimal bidan praktik swasta meliputi


a. Ruang lingkup profesi
b. Diagnostic (klinik, laboratorik)
c. Terapy (promotif, preventif)
d. Merujuk
e. Kemampuan komunikasi interpersonal

(1) Mutu pelayanan


a. Pemeriksaan seefisien mungkin
b. Internal review
c. Pelayanan sesuai standar pelayanan dan etika profesi
d. Humanis (tidak diskriminatif)
(2) Kemitraan
a. Sejawat/kolaborasi
b. Dokter, perawat, petugas kesehatan lain, psikolog, sosiolog
c. Pasien, komunitas
(3) Manajemen
a. Waktu
b. Alat
c. Informasi/MR
d. Obat
e. Jasa
f. Administrasi/ regulasi/ undang-undang
(4) Pengembangan diri
a. CME (continue Midwifery Education)
b. Information Search

25
8. Jenis pelayanan
a. Pelayanan rawat jalan dan inap
Pelayanan rawat jalan dan rawat inap adalah satu bentuk dari pelayanan
kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud rawat jalan adalah pelayanan
kedokteran yang disediakan untuk pasien yang tidak dalam bentuk rawat
inap (hospitalization)

Dibandingkan dengan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan ini


memang tampak berkembang lebih pesat. Roemer (1981) mencatat bahwa
peningkatan angka mutilasi pelayanan rawat jalan di RS. Misalnya adalah
dua sampai tiga kali lebih tinggi dari peningkatan angka mutilasi
pelayanannya.

b. Pelayanan rawat jalan oleh klinik mandiri

Bentuk kedua dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh
klinik yang mandiri yakni yang tidak ada hubungan organisasi dengan
rumah sakit (free standing ambulatory center). Bentuk klinik mandiri ini
banyak macamnya yang secara umum dapat dibedakan atas dua macam:

1) Klinik mandiri sederhana

Bentuk mandiri sederhana (simple free standing ambulatory center) yang


popular adalah praktik dokter umum atau praktik dokter spesialis secara
perseorangan (solo practitioner). Untuk Indonesia ditambah lagi dengan
praktik bidan.

2) Klinik mandiri institusi

Bentuk mandiri institusi (institutional free standing ambulatory center)


banyak macamnya mulai dari praktik berkelompok (group practitioner)
poliklinik (klinik) BKIA (MCH center), puskesmas (community health
center).

26
9. Tanggung Jawab Bidan di Komunitas
1. Melaksanakan kegiatan Puskesmas berdasarkan urutan prioritas masalah
sesuai dengan kewenangan bidan
2. Menggerakan dan membina masyarakat desa berperilaku sehat.

D. PERAN DAN FUNGSI BIDAN KOMUNITAS


Peran dan fungsi bidan dalam Kebidanan Komunitas
meliputi,berkemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu,
keluarga dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai
mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang sensitive gender
dan tidak, nilai – nilai masyarakat yang adil gender dan tidak dan hukum
serta norma yang ternyata masih melanggar hak asasi manusia.

Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya
dikomunitas, yaitu :

a. Sebagai Pendidik

Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai


pendidik, bidanberupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai
dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan
oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain
dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu,
anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara
tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang
tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.

b. Sebagai Pelaksana (Provider)

Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan


kepadakomunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan.
Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan
serta melakukan kegiatan sebagai berikut :

27
1) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.

2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui

dan masa interval dalam keluarga.

3) Pertolongan persalinan di rumah.

4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko

tinggi di keluarga.

5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.

6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.

7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.

c. Sebagai Pengelola

Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek


mandiri.Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya.
Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit
puskesmas, polindes, posyandu dan praktekbidan. Sebagai
pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga
kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.

Contoh : praktek mandiri/ BPS

d. Sebagai Peneliti

Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,


perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat
memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran
ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang
permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera
melaksanakan tindakan.

e. Sebagai Pemberdaya

28
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan
permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan
masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri
sendiri, keluarga maupun masyarakat.

f. Sebagai Pembela klien (advokat)

Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi


dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang
terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.

g. Sebagai Kolaborator

Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.

h. Sebagai Perencana

Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta


berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu
kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan
Hamidah, 2009 : 8)

Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu


bekerja dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu
anggotanya adalahbidan.

E. PERAN DAN FUNGSI BIDAN SESUAI KOMPETENSI

Kompetensi adalah pengetahuan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan,


dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek
kebidanan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara aman dan
bertanggung jawab sesuai standar sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat.(PP,IBI,2004:hal145)
Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kompetensi inti
atau dasar merupakan kompetansi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan dan
kompetensi tambahan atau lanjutan merupakan pengembangan dari pengetahuan
dan keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan

29
atau kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta pengembangan
iptek.(PPIBI,1997:hal5)
Dengan mengacu pada Permenkes 572 tahun 1996 tentang registrasi dan praktek
bidan serta memperhatikan kompetensi bidan yang disusun oleh ICM. Februari
1999 disusun kompetensi bidan Indonesia yang disahkan pada KONAS IBI ke XII
diDenpasar,Bali.

F. TANGGUNGJAWAB BIDAN DI KOMUNITAS


Bidan di masyarakat adalah sesuai dengan tanggung jawab, mempunyai kategori
sebagai berikut:

Sesuai dengan peran mandiri:

1. Menetapkan manjemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang


dimulai dari pengkajian status kesehatan baik individu maupun
masyarakat.
2. Menentuka diagnosa
3. Menyusun rencana tindakan
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana
5. Mengevalusi tindakan
6. Rencana tindak lanjut
7. Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan.
Memberikan pelayanan dasar pada remaja:

1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan remaja dan wanita pranikah baik
individu maupun di masyarakat.
2. Menentukan diagnosa.
3. Menyusun rencana tindakan.
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana
5. Mengevaluasi tindakan.
6. Rencana tindak lanjut.
7. Membuat catatandalam laporan kegiatan/tindakan

30
Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal :

1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan ibu hamil baik individu maupun
masyarakat.
2. Menentukan diganosa.
3. Menyusun rencana tindakan.
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana.
5. Mengevaluasi tindakan.
6. Rencana tindak lanjut.
7. Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan.
Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dengan melibatkan keluarga

1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan ibu hamil baik individu maupun
masyarakat.
2. Menentukan diganosa.
3. Menyusun rencana tindakan.
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana.
5. Mengevaluasi tindakan.
6. Rencana tindak lanjut.
7. Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan.
Di masyarakat bidan harus menetukan jadwal kunjungan rumah pada keluarga.
Adapun dalam pelaporan bidan wajib melaporkan tindakan dalam persalinan baik
di desa, kecamatan, puskesmas, maupun dinas kesehatan kabupaten/kota

Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan ibu hamil baik individu maupun
masyarakat.
2. Menentukan diganosa.
3. Menyusun rencana tindakan.
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana.
5. Mengevaluasi tindakan.

31
6. Rencana tindak lanjut.
7. Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan.
Langkah yang harus diambil adalah jadwal kunjungan pada BBL, laporan tentang
kelahiran dan kelengkapan surat kelahiran.

Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan melibatkan keluarga:

1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan ibu hamil baik individu maupun
masyarakat.
2. Menentukan diganosa.
3. Menyusun rencana tindakan.
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana.
5. Mengevaluasi tindakan.
6. Rencana tindak lanjut.
7. Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan.
Informasi yang diberikan pada klien da masyarakat adalah:

1. Maslah gizi yang berkaitan dengan pemulihan kesehatan pada ibu nifas
2. Informasi yang berkaitan dengan pemberian makanan baik ASI maupun
pendamping ASI (PASI)
3. Informasi tentang latihan bagi ibu nifas, salah satunya senam nifas
4. Informasi tentang keluarga berencana
Memberikan asuhan pada pasangan usia subur yang membutuhkan pelayanan KB

1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan ibu hamil baik individu maupun
masyarakat.
2. Menentukan diganosa.
3. Menyusun rencana tindakan.
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana.
5. Mengevaluasi tindakan.
6. Rencana tindak lanjut.
7. Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan.

32
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Keterampilan dasar bidan di komunitas dalam melakukan pengelolaan


pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi, balita, & KB di masyarakat dapat
mengidentifikasi status KIA serta dapat melakukan pertolongan persalinan ibu di
rumah & polindes juda dapat mengelola polindes, melakukan kunjungan rumah
pada ibu hamil, nifas, laktasi, bayi, balita. Melakukan penggerakan & pembinaan
peran serta masyarakat untuk mendukung upaya – upaya kesehatan ibu
&anak melakukan penyuluhan dan konseling kesehatan melaksanakan pencatatan
& pelaporan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Retna, Ery dan Sriati. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Numed :
Jakarta

https://monicahardiani.wordpress.com/2017/04/18/tugas-utama-bidan-di-
komunitas/ [diakses tanggal 06 Oktober 2018)

http://anysws.blogspot.com/2015/03/makalah-tugas-tambahan-bidan-di.html
[diakses pada tanggal 06 Oktober 2018)

Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Ambarwati, Rismintari. 2011.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta:Nuha


Medika

Meilani, niken, dkk. Kebidanan Komunitas. 2009. Yogyakarta: Fitramaya

34

Anda mungkin juga menyukai