SKENARIO 1
KLINEFELTER SYNDROME
OLEH :
KELOMPOK 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1. Organella
a. Nukleus/Inti Sel Eukariot:
- Nuclear envelope memisahkan materi genetik dari sitoplasma yang
terdiri dari sepasang membran konsentris (terpisah oleh intermebrane
space)
- Dua nuclear envelope fusi membentuk “nuclear pore” sebagai pintu
perlintasan RNA dan protein.
b. Retiulum Endoplasma :
- RE kasar : sebagai alat transportasi, terdapat ribosom.
- RE halus : tempat sintesis lipid.
c. Apparatus Golgi :
Sebagai pusat sintesis gula untuk digabungkan dengan gula ( starches),
lipid atau protein, dan sebagai tempat akhir protein melipat (folding), serta
pengumpul (collect) dan pengepakan produk-produk sekretoris.
d. Lysosome :
Mengandung enzim hidrolitik untuk digesti intraselluler dan mendaur ulang
(recycle) isi sel; melimpah di hati untuk membongkar toxin.
e. Mitokondria :
Sebagai tempat reaksi siklus Krebs, phosphorilasi oksidatif dan sistem
transport elektron (melepaskan energi dari nutrient)
f. Khloroplast :
Plastida yang mempunyai DNA sendiri, mengandung klorofil untuk
fotosintesis.
g. Peroxisome :
Mengandung enzim oksidatif untuk membongkar lipid dan senyawa yang
jarang (toksin) serta mendetoksifikasi senyawa hasil pengeksposan dengan
O2 berlebih menghancurkan hydrogen peroxide. Melimpah di hati dan
ginjal.
h. Vesicle :
Tempat sementara atau transport substansi.
i. Ribosome :
Sebagai tempat sintesis protein.
j. Sitoskeleton :
Memberi bentuk sel dan kapasitas dasar gerakan sel.
k. Membran Plasma :
Membran luar dari sebuah sel. Tebal 5 – 10 nm (0.001 tebal selembar
kertas). Tidak tampak ketika dilihat dengan mikroskop cahaya. Struktur
Membran Plasma :
◦ Sebagian besar membran plasma terdiri dari lipid dan protein.
◦ Membran plasma terdiri lembaran phospholipid bimolekuler
lipid bilayer (yang mencegah gerakan “water soluble material”
masuk atau keluar sel).
PERBANDINGAN ORGANEL PROKARYOTE DAN EUKARYOTE :
Prokaryote Eukaryote
Organisme Bakteri dan Cyanobacteria Protista, fungi, tumbuhan, hewan
Ukuran 1 – 10 m 5 – 100 m
Metabolisme Anaerob dan aerob Aerob
Organella Sedikit/tanpa Nukleus, mitokondria, Apparatus
golgi, RE
DNA Sirkular dalam sitoplasma Linear panjang dalam nuclear
envelope (nukleus)
RNA dan Disintesis dalam sitoplasmaRNA disintesis dalam nukleus,
protein protein disintesis di sitoplasma
Sitoplasma Tanpa sitoskeleton Dengan sitoskeleton dari protein
Pembelahan sel Amitosis Mitosis
Organisasi Uniselluler Sebagian besar multiselluler
selluler dengan differensiasi banyak tipe
sel
1. Interfase
- Dalam keadaan tidak aktif membelah atau dianggap sebagai stadium
istirahat walaupun tejadi saat replikasi DNA dan sintesis protein aktif.
Interfase merupakan suatu proses yang memakan waktu antara 10-20
jam.
Interfase dibagi lagi menjadi 3 periode yang berbeda :
- Stadium G1, periode pada saat sel beristirahat setelah menjalani mitosis
- Stadium G2, periode pada saat sel secara aktif membentuk protein,
lemak, dan potongan-potongan RNA
- Stadium S, periode sewaktu terjadi penyalinan DNA
2. Mitosis
Mitosis adalah proses yang jauh lebih singkat daripada interfase dan
berlangsung sekitar satu jam. Sel, yang telah mengalami duplikasi pada
interfase, terbelah menjadi dua sel anak yang mengandung 23 pasang
kromosom. Proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel tubuh
makhluk hidup, kecuali pada jaringan yang menghasilkan sel gamet.
Mitosis terdiri dari stadium-stadium profase, metafase, anafase, dan
telofase.
- Profase, adalah stadium dimana strukur-struktur protein (sentriol) yang
terdapat di sitoplasma sel mulai bergerak di sisi atau kutub yang
berlawanan di dalam sel. Hal ini akan meregangkan membran inti dan
menyebabkan pecah.
- Metafase, adalah stadium selama kromosom secara jelas tampak menjadi
dua set pasangan yang berdampingan satu sama lain di bagian tengah sel.
Terdapat mikrotubulus yang memanjang dari sentriol ke masing-masing
pasangan kromosom.
- Anafase, adalah stadium selama mikrotubulus mulai menarik pasangan
kromosom agar terpisah. Satu pasang menuju salah satu kutub sentriol dan
pasangan lainnya menuju kutub sentriol yang lain.
- Telofase, adalah stadium selama sel terbelah ditengahnya dan terbentuk
membran inti yang baru di kedua sel baru tersebut yang membungkus ke
23 pasang kromosom (total 46) yang terdapat di dalam sel.
3. Meiosis
Meiosis adalah proses dimana sel-sel seks pada ovarium atau testis
menghasilkan sel telur atau sperma yang matang. Meiosis melibatkan
replikasi DNA dalam seks, diikuti oleh pembelahan dua sel. Terbentuk sel
anak , masing-masing hanya memiliki n kromosom yaitu 23 kromosom.
Selama pembuahan (fertilisasi), informasi genetik yang terkandung dalam
23 kromosom telur menyatu dengan informasi genetik yang terkandung
dalam 23 komosom sperma. Hal ini menghasilkan embrio dengan
komosom total 46.
(http://tutorialkuliah.wordpress.com/)
Karyotipe : Khromosom diurutkan berdasar ukuran dalam peta dari yang terbesar
sampai yang terkecil. Lengan pendek (p) di atas dan lengan panjang (q) di bawah.
2. DNA
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris:
deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong
biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA
umumnya terletak di dalam inti sel.
3. GEN
• Sequence/segmen DNA yang mengkode produk fungsional (polypeptide).
• Genome manusia terdiri dari 14.000 – 129.000 gen
• Genom: Jumlah seluruh DNA dalam sel/ Total informasi genetik dalam
sel.
• “Gen pasti DNA, Gen adalah DNA yang khusus.”
BAB III
PEMBAHASAN
Ada banyak varian pada Sindrom klinefelter yaitu 47XXY, 48XXXY, dan
49XXXXY. Tapi sebagian besar kariotipe untuk sindrom klinefelter yang muncul
adalah 47XXY.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Anak yang dibawa ke rumah sakit tersebut mengalami pembesaran
payudara seperti wanita dikarenakan terkena sindrom klinefelter .
1 Sindrom klinefelter tersebut merupakan kelainan genotip yang
memiliki sindrom X ekstra ,47XXY.
2 Sindrom klinefelter menyebabkan produksi hormon estrogen lebih
besar dari testosteron .
4.2 Saran
Sebaiknya dokter dalam mendiagnosis sindrom klinefelter bedasarkan
pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan kariotipe. Selain itu dokter
sebaiknya mengetahui patogenesis dan patofisiologis dari penyakit
tersebut.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA