Out come adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien.
Petunjuk untuk mengukur mutu asuhan kesehatan. Indikator-indikator mutu yang mengacu
pada aspek pelayanan medis yang meliputi :
a. Angka infeksi nosokomial : 1-2 %
b. Angka kematian kasar (gross death rate) : 3-4 %
c. Kematian pasca bedah : 1-2 %
d. Kematian ibu melahirkan (MDR) : 1-2 %
e. Kematian bayi baru lahir (IDR) : 20/1000
f. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam) : 25 %
g. ADR (Anesthesia Death Rate) : max. 1/5000
h. PODR (Post Operation Death Rate) :1%
i. POIR (Poat Operative Infection Rate) :1%
1. Kepuasan Pelanggan
Ada beberapa model yang dipakai untuk menganalisa jasa yang terkait dengan kepuasan
pelanggan, tergantung dari tujuan analisisnya, jenis lembaga yang menyediakan jasa dan
situasi pasar.
Kepuasan pengguna jasa pelanggan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya. Dalam hal
ini, aspek komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan kesehatan adalah high
personal contact.
2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Faktor ini akan
berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (complience).
3. Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral
hazzard bagi pasien dan keluarganya. Sikap kurang peduli (ignorance) pasien dan
keluarganya “yang penting sembuh” menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan
dan teknologi kedokteran yang ditawarkan oleh petugas kesehatan.
4. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan
(tangibility).
5. Jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan (asurance).
6. Ketetapan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini.
7. Keandalan dan ketrampilan (reliability) petugas kesehatan dalam memberikan
perawatan.
8. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness).
Tujuan utama melakukan analisa kepuasan pasien selaku pengguna jasa pelayanan kesehatan
atau sebagai pelanggan rumah sakit/ puskesmas adalah untuk mengetahui sejauh mana
tingkat kepuasan mereka dan menghitung indeks kepuasan pelanggan yang nantinya
digunakan pihak manajemen rumah sakit untuk :
a. Alat kebijakan pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja rumah sakit/
puskesmas.
b. Alat untuk menyusun strategi pemasaran produk pelayanan
c. Alat untuk memantau, mengendalikan aktivitas sehari-hari staf memberikan pelayanan
kepada pasien.
d. Alat untuk mencapai misi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit/ puskesmas yaitu
memperoleh kepercayaan masyarakat melalui kepuasan pasien dan keluarganya.
Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan :
a. Jumlah keluhan dari pasien/ keluarganya
b. Surat pembaca di koran
c. Surat kaleng
d. Surat masuk di kotak saran
2. Ketetapan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi
bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Tenaga kesehatan
adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Salah satu jenis tenaga
kesehatan adalah tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan.
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah
diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Landasan hukum/ kebijakan umum ini disusun berdasarkan :
1. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
3. UU No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah
4. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai daerah Otonomi
6. Keputusan presiden No.136 tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Sususnan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen.
7. Instruksi Presiden No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 130/Menkes/SK/I/2000 tentang Prosedur
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.572 tahun 1996 tentang Registrasi dan praktek
Bidan yang kemudian diganti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.900/Menkes/SK/VII/2002
10. Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010
Dalam rangka desentralisai, Depkes melakukan peningkatan sumber daya manusia di daerah
dalam upaya peningkatan kinerja pelaksanaan kewenangan wajib dan standar pelayanan
minimum (KW-SPM) di bidang kesehatan di kabupaten/kota. Oleh karena itu untuk menjaga
agar daerah tidak mengabaikan pelayanan dasar kepada masyarakat, maka pemerintah
mewajibkan pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan suatu kewenangan wajib
yang wajib dijalankan oleh pemerintah daerah untuk menjamin hak-hak konstitusional
perorangan maupun masyarakat.
Berkaitan dengan itu menkes mengeluarkan SPM di bidang kesehatan di kabupaten/kota
melalui Kepmenkes No : 1457/X/2003 yang pada pasal 2 disebutkan bahwa kabupaten/kota
menyelenggarakan SPM meliputi :
1) Pelayanan kesehatan ibu dan bayi
2) Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah
3) Pelayanan KB
4) Pelayanan imunisasi
5) Pelayanan pengobatan /perawatan
6) Pemantauan pertumbuhan balita
7) Pelayanan gizi
8) Pelayanan obstetri dan neonatal emergency dasar dan komprehensif
9) Pelayanan gawat darurat
10) Penyuluhan perilaku kesehatan
11) Pelayanan pembiayaan obat dan pembekalan farmasi
12) Pelayanan pengunaan obat genetik
Efisiensi adalah :
Pelayanan yang diberikan dilakukan secara efisien. Sumberdaya kesehatan itu sangat
terbatas, oleh sebab itu dimensi efisiensi ini sangat penting dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang efisien akan dapat melayani banyak pasien.
Pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar pelayanan kesehatan umumnya biayanya
mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama dan menimbulkan resiko lebih
besar kepada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektifitas kita akan dapat
memilih intervensi yang paling efisien.
Efektifitas adalah :
Pelayanan yang diberikan dengan cara yang benar berdasarkan ilmu pengetahuan dapat
mencapai hasil yang diinginkan. Pelayanan kesehatan itu harus efektif, artinya harus mampu
mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta
berkembangnya dan atau meluasnya penyakit yang ada.
Efektifitas pelayanan kesehatan ini tergantung dari bagaimana standar pelayanan
kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat.
Umumnya standar pelayanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi,
namun, pada tingkat pelaksanaan standar pelayanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat
digunakan sesuai kondisi setempat.
Efektifitas sangat terikat dengan kompetensi tehnik, terutama dalam pemilihan alternatif
dalam menghadapi ‘relatif risk’ serta ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat
dalam standar pelayanan kesehatan.
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit :
a. Unit cost untuk rawat jalan
b. Jumlah penderita yang mengalami decubitus
c. Jumlah penderita yang jauh dari tempat tidur
d. BOR : 70-85%
e. BTO (Bed Turn Over) : 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/ tahun
f. TOI (Turn Over Interval) : 1-3 hari Tempat Tidur yang kosong
g. ALOS (Avanage Leght Of Stay) : 7-10 hari
h. Normal Tissue Removal Rate : 10 %
d. Tahap 4
Tahap indikataor ini benar-benar telah siap untuk digunakan dan perintah menganai
penerapan indikator ini akan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
Jenis-jenis indikator
Indikator dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara dan disini akan dibahas 2 macam
indikator yaitu indikator yang berhubunan dengan pemantauan jaminan mutu pelayanan
kesehatan dan indikator yang berhubungan dengan pemantaun penatalaksanakan pasien atau
pengukuran luaran atau outcome pelayanan kesehatan.
Indikator yang terkait dengan kerangka pikir jaminan mutu pelayanan
1. Indikator struktur
2. Indikator proses
3. Indikator luaran atau outcome
Indikator pengukuran mutu pelayanan kesehatan primer
Meliputi indikator kebijaksanaan ksehatan dan indikator penyelenggaraan pelayanan
kesehatan primer yaitu :
Indikator kebijaksanaan kesehtan :
1. Komitmen politik terhadap health for all by year 2000
2. Indikator distribusi sumberdaya
3. Indikator distribusi pemerataan pelayanan kesehatan
4. Indikator peran serta serta masyarakat
5. Indikator pendidikan tenaga kesehatan
6. Indikator managemen dan organisasi
Indikator penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer :
1. Indikator ketersediaan
2. Indikator akses
3. Indikator pemanfaatan
Indikator pertumbuhan
Ke dalam indikator ini termasuk : berat badan lahir, proporsi bayi berat badan kurang dari
2500 g per 1000 kelahiran. Pertumbuhan fisik misalnya berat badan-umur, tinggi badan-
umur, berat badan-tinggi badan, lingkar kepala, lingkar pertengahan lengan atas.
Indikator prognostik
Indikator prognostik dapat dilakukan terhadap perorangan atau masyarakat, contoh
masyarakat misalnya menurunnya prevalansi karies gigi karena program flouridasi air minum
atau program pemeriksaan gigi anak sekolah dasar, meningkatnya kadar jodium dalam urin
merupakan indikasi keberhasilan program garam berjodium pada daerah yang sebelumnya
menderita kekurangan jodium.
Indicator pelayanan kesehatan menurut pohan (2003 : 265-274) adalah suatu ukuran
panatalaksanaan pasien atau luaran ‘Outcome’ pelayanan kesehatan