Anda di halaman 1dari 13

Standar Outcome

Out come adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien.
Petunjuk untuk mengukur mutu asuhan kesehatan. Indikator-indikator mutu yang mengacu
pada aspek pelayanan medis yang meliputi :
a. Angka infeksi nosokomial : 1-2 %
b. Angka kematian kasar (gross death rate) : 3-4 %
c. Kematian pasca bedah : 1-2 %
d. Kematian ibu melahirkan (MDR) : 1-2 %
e. Kematian bayi baru lahir (IDR) : 20/1000
f. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam) : 25 %
g. ADR (Anesthesia Death Rate) : max. 1/5000
h. PODR (Post Operation Death Rate) :1%
i. POIR (Poat Operative Infection Rate) :1%

1. Kepuasan Pelanggan

Ada beberapa model yang dipakai untuk menganalisa jasa yang terkait dengan kepuasan
pelanggan, tergantung dari tujuan analisisnya, jenis lembaga yang menyediakan jasa dan
situasi pasar.
Kepuasan pengguna jasa pelanggan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya. Dalam hal
ini, aspek komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan kesehatan adalah high
personal contact.
2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Faktor ini akan
berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (complience).
3. Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral
hazzard bagi pasien dan keluarganya. Sikap kurang peduli (ignorance) pasien dan
keluarganya “yang penting sembuh” menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan
dan teknologi kedokteran yang ditawarkan oleh petugas kesehatan.
4. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan
(tangibility).
5. Jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan (asurance).
6. Ketetapan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini.
7. Keandalan dan ketrampilan (reliability) petugas kesehatan dalam memberikan
perawatan.
8. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness).
Tujuan utama melakukan analisa kepuasan pasien selaku pengguna jasa pelayanan kesehatan
atau sebagai pelanggan rumah sakit/ puskesmas adalah untuk mengetahui sejauh mana
tingkat kepuasan mereka dan menghitung indeks kepuasan pelanggan yang nantinya
digunakan pihak manajemen rumah sakit untuk :
a. Alat kebijakan pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja rumah sakit/
puskesmas.
b. Alat untuk menyusun strategi pemasaran produk pelayanan
c. Alat untuk memantau, mengendalikan aktivitas sehari-hari staf memberikan pelayanan
kepada pasien.
d. Alat untuk mencapai misi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit/ puskesmas yaitu
memperoleh kepercayaan masyarakat melalui kepuasan pasien dan keluarganya.

Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan :
a. Jumlah keluhan dari pasien/ keluarganya
b. Surat pembaca di koran
c. Surat kaleng
d. Surat masuk di kotak saran

2. Ketetapan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi
bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Tenaga kesehatan
adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Salah satu jenis tenaga
kesehatan adalah tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan.
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah
diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Landasan hukum/ kebijakan umum ini disusun berdasarkan :
1. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
3. UU No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah
4. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai daerah Otonomi
6. Keputusan presiden No.136 tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Sususnan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen.
7. Instruksi Presiden No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 130/Menkes/SK/I/2000 tentang Prosedur
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.572 tahun 1996 tentang Registrasi dan praktek
Bidan yang kemudian diganti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.900/Menkes/SK/VII/2002
10. Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010

Dalam rangka desentralisai, Depkes melakukan peningkatan sumber daya manusia di daerah
dalam upaya peningkatan kinerja pelaksanaan kewenangan wajib dan standar pelayanan
minimum (KW-SPM) di bidang kesehatan di kabupaten/kota. Oleh karena itu untuk menjaga
agar daerah tidak mengabaikan pelayanan dasar kepada masyarakat, maka pemerintah
mewajibkan pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan suatu kewenangan wajib
yang wajib dijalankan oleh pemerintah daerah untuk menjamin hak-hak konstitusional
perorangan maupun masyarakat.
Berkaitan dengan itu menkes mengeluarkan SPM di bidang kesehatan di kabupaten/kota
melalui Kepmenkes No : 1457/X/2003 yang pada pasal 2 disebutkan bahwa kabupaten/kota
menyelenggarakan SPM meliputi :
1) Pelayanan kesehatan ibu dan bayi
2) Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah
3) Pelayanan KB
4) Pelayanan imunisasi
5) Pelayanan pengobatan /perawatan
6) Pemantauan pertumbuhan balita
7) Pelayanan gizi
8) Pelayanan obstetri dan neonatal emergency dasar dan komprehensif
9) Pelayanan gawat darurat
10) Penyuluhan perilaku kesehatan
11) Pelayanan pembiayaan obat dan pembekalan farmasi
12) Pelayanan pengunaan obat genetik

3. Efisiensi dan Efektifitas

Efisiensi adalah :
Pelayanan yang diberikan dilakukan secara efisien. Sumberdaya kesehatan itu sangat
terbatas, oleh sebab itu dimensi efisiensi ini sangat penting dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang efisien akan dapat melayani banyak pasien.
Pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar pelayanan kesehatan umumnya biayanya
mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama dan menimbulkan resiko lebih
besar kepada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektifitas kita akan dapat
memilih intervensi yang paling efisien.
Efektifitas adalah :
Pelayanan yang diberikan dengan cara yang benar berdasarkan ilmu pengetahuan dapat
mencapai hasil yang diinginkan. Pelayanan kesehatan itu harus efektif, artinya harus mampu
mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta
berkembangnya dan atau meluasnya penyakit yang ada.
Efektifitas pelayanan kesehatan ini tergantung dari bagaimana standar pelayanan
kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat.
Umumnya standar pelayanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi,
namun, pada tingkat pelaksanaan standar pelayanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat
digunakan sesuai kondisi setempat.
Efektifitas sangat terikat dengan kompetensi tehnik, terutama dalam pemilihan alternatif
dalam menghadapi ‘relatif risk’ serta ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat
dalam standar pelayanan kesehatan.
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit :
a. Unit cost untuk rawat jalan
b. Jumlah penderita yang mengalami decubitus
c. Jumlah penderita yang jauh dari tempat tidur
d. BOR : 70-85%
e. BTO (Bed Turn Over) : 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/ tahun
f. TOI (Turn Over Interval) : 1-3 hari Tempat Tidur yang kosong
g. ALOS (Avanage Leght Of Stay) : 7-10 hari
h. Normal Tissue Removal Rate : 10 %

Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien :


a. Pasien terjatuh dari tempat tidur
b. Pasien diberi obat salah
c. Tak ada obat/alat emergency
d. Tak ada oksigen
e. Tak ada alat penyedot lendir
f. Tak tersedia alat pemadam kebakaran
g. Pemakaian obat
h. Pemakaian air, listrik, gas dan sebagainya

B. Meningkatkan Kinerja Bidan


Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan
setiap pemakaian jasa pelayanan kebidanan yang sesuai tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
seta yang penyelenggaranya sesuai dengan kode etik dan standar profesi yang telah
ditetapkan. Salah satu implementasi dan pencapaian pelayanan kebidanan yang bermutu
adalah dengan cara meningkatkan kinerja bidan, langkah-langkah dengan urutan sebagai
berikut :
a. Memahami tujuan yang ingin dicapai, yaitu memahami tujuan dari kegiatan yang akan
dilakukan, uraikan tujuan tersebut sehingga jelas tolok ukurnya.
b. Memahami kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan dimaksud disini adalah dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, uraikan kegiatan tersebut sehingga jelas
kegiatan pokok (Mollar activities) dan kegiatan bukan pokok (Molululair activities)
mengelompokkan kegiatan yang akan dilakukan. Pengelompokan ini perlu dilakukan, karena
kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam rencana kerja sering tidak jelas kaitannya satu
dengan yang lain.
c. Menetapkan hirarki kelompok kegiatan yang akan dilakukan, yaitu menetapkan hirarki
manajerial. Untuk setiap kelompok kegiatan hirarki manajerial ini lazimnya dibedakan atas 3
tingkat yaitu top manajemen, middle manajemen dan lower manajemen. Perbedaan dari
masing-masing tingkat terletak pada keterampilan yang dibutuhkan. Jika keterampilan
manajerial (manajerial skill) yang telah dibutuhkan hirarki kegiatan termasuk dalam top
manajemen, tetapi jika ketrampilan teknis(technical skill) yang lebih dibutuhkan termasuk
dalam lower manajemen.
d. Membentuk kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan (positioon classification) untuk
ini secara bertahap dilakukan beberapa kegiatan :
Analisis tugas (job analysis)
Tujuannya untuk memperjelas tugas setiap kelompok dengan menyusun berbagai tugas
tersebut menurut kelompok dan urutannya
1. Uraian tugas (job discription)
2. Selanjutnya dengan melakukan uraian tugas, yang bertujuan untuk lebih menjelaskan
tugas-tugas yang telah disusun. Jadi pada uraian tugas ini setiap tugas telah dilengkapi
dengan berbagai keterangan yang dibutuhkan.
3. Penilaian tugas (job evaluation)
4. Bertujuan mengkaji ulang setiap tugas yang telah diperinci tersebut apakah ada yang
berlebihan dan ataupun yang masih kurang. Lakukan penyempurnaan seperlunya, apabila
tugas-tugas tersebut telah jelas, ubahlah ke dalam bentuk jabatan.
e. Melakukan pengelompokan jabatan
Jabatan yang dihasilkan darii pekerjaan klasifikasi dapat terlalu berlebih dan beraneka ragam.
Untuk itu sebagai langkah berikutnya dilakukan pengelompokan jabatan (position grouping)
f. Mengubah kelompok jabatan ke dalam bentuk satuan organisasi.
Cara membentuk satuan organisasi banyak macamnya, beberapa yang penting diantaranya:
1. Atas dasar kesamaan fungsi dari jabatannya
2. Atas dasar kesamaan proses atau cara kerja dan jabatan, misalnya pembentukan satuan
organisasi berdasarkan kesamaan proses atau cara kerja ialah bagian pencegahan penyakit,
perawatan penderita, rehabilitasi dan sebagainya yang seperti ini.
3. Atas dasar kesamaan hasil(produksi) dari jabatan. Satuan organisasi dapat pula dibentuk
berdasarkan kesamaan hasil. Misalnya bagian produksi obat, bagian bahan makanan, bagian
produksi bahan publikasi dan sebagainya yang seperti ini.
4. Atas dasar kesamaan kelompok masyarakat yang memanfaatkannya. Misalnya
pembentukan satuan organisasi berdasarkan kesamaan kelompok masyarakat yang
dimanfaatkan hasil ialah bagian KIA, bagian KB dan sebagainya yang seperti ini.
5. Atas kesamaan lokasi jabatan. Satuan organisasi dapat pula dibentuk atas dasar kesamaan
lokasi dimana kegiatan tersebut dilakukan. Misalnya kelompok bagian pelayanan di dalam
gedung, diluar gedung, di desa di kota dan sebagainya yang seperti ini.

Kombinasi dari berbagai cara di atas.


g. Membentuk struktur organisasi
Pada waktu membentuk struktur organisasi, perhatikanlah hirarkinya, pembagian tugas dan
wewenang masing-masing serta kemampuan pengawasan yang dimiliki (span of control)
h. Melakukan penilaian berkala untuk penyempurnaan
Penilaian secara berkala untuk penyempurnaan ini harus dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Peranan penilaian berkal amat penting, karena memang salah satu ciri dari pengorganisasian
harus dapat mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi. Tidak hanya yang berlangsung
dilingkungan tetapi dalam organisasi sendiri.
Untuk meningkatkan kinerja bidan di masyarakat, maka seorang bidan harus berperilaku
profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu :
1. Berpegang teguh pada filosofi, etiks profesi dan aspek legal
2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir
4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan strategi
pengendalian infeksi
5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan
6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan, kehamilan,
kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.
7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan waita/ibu agar mereka dapat
menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan
8. Bekerjasama dengan petugas kesehtan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
pada ibu dan keluarga
9. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan
(Etika profesi kebidanan 2005)

Upaya pengembangan dapat dilaksanakan meliputi :


1. Perluasan jangkauan
2. Peningkatan pelayanan
3. Peningkatan rujukan
4. Peningkatan management organisasi
5. Peningkatan peran serta masyarakat
Pola pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan struktural
1. Pada saat ini pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan
jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal
maupun non formal
2. Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti, bidan
koordinator, dan bidan penyelia.
Sedangkan karir bidan dalam jabatan struktur tergantunng di mana bidan bertugas,
apakah di rumah sakit, puskesmas, bidan di desa/ di swasta (sofyan, mustika 2004)
Secara singkat indikator dapat juga di artikan sebagai variabel yang dapat mengukur
perubahan. Agar tujuan indikator itu dapat di capai maka yang menjadi parameter pemilihan
suatu indikator ialah : waktu, biaya, dan kinerja
Syarat-syarat indikator :
a. Absah atau sahih
Absah masudnya indokator hanya akan mengukur yang seharusnya akan di ukur
b. Dapat dipercaya atau handal
Hasil pengukuran indikator harus selalu sama, jika diukuroleh siapapun, kapan saja dan
dalamlingkungan yang berbeda sekalipun
c. Relevan
Maksudnya indikator harus relevan terhadap kebutuhan dan terkait dengan masalah yang
akan dipecahkan
d. Realistis
Indikator harus dapat digunakan dengan mudah dan praktis. Pengumpulan data dapat
dilakukan dengan cara sederhana mungkin dan cocok dengan pengumpulan data rutin yang
telah ada, tidak memerlukan banyak waktu, tenagag dan biaya. Informasi yang diperlukan
dapat menjangkau data yang tersedia. Sumbernya yang diperlukan untuk pengumpulan data
harus mamapu disediakan oleh organisasi pelayanan kesehatan.
e. Dapat diukur dan diamati
Hasil indikator harus dapat dilihat dan diketahui atau dinyatakan dengan bilangan. Indikator
dapat dinyatakan dalam bentuk : bilangan atau frekuensi, rata-rata hitung atau prosentase
kejadian
f. Disetujui oleh petugas kesehatan
Indikator harus diketahui dan disetujui oleh semua petugas kesehatan yang kinerjana akan
diukur
g. Jelas
Artina indikator harus jelas dan mempunyai sasaran waktu yang yang ditentukan
e. Digunakan terus menerus
Indikator harus digunakan dalam penilaian secara berkesinambungan atau terus menerus
f. Mudah digunakan
Indikator harus efektif dan dengan mudah dapat digunakan dalam mengukur baik
keberhasilan, kegagalan, kekuatan ataupun melemahkan.
Sedangkan indikator pelayanan kesehtan termasuk didalamnya pelayan kebidanan adalah
empat tahap dalam pemyusunan indikator yang dianjurkan oleh Joint Commission For
Accreditation Of Health Care Organization (JCAHCO).
a. Tahap 1
Membentuk kelompok kerja
b. Tahap 2
Pelaksanaan uji coba indikator, untuk melihat tentang : ketersediaan kerja dan keakuratan
kerja.
c. Tahap 3
Uji coba indikator dalam skala yang lebih besar dan pada tahap ini diharapkan nereka yang
terkait dalam ujicoba memberi laporan pengelaman ujicoba dan laporan ini harus dipelajari
dengan seksama oleh kelompok kerja.

d. Tahap 4
Tahap indikataor ini benar-benar telah siap untuk digunakan dan perintah menganai
penerapan indikator ini akan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Jenis-jenis indikator
Indikator dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara dan disini akan dibahas 2 macam
indikator yaitu indikator yang berhubunan dengan pemantauan jaminan mutu pelayanan
kesehatan dan indikator yang berhubungan dengan pemantaun penatalaksanakan pasien atau
pengukuran luaran atau outcome pelayanan kesehatan.
Indikator yang terkait dengan kerangka pikir jaminan mutu pelayanan
1. Indikator struktur
2. Indikator proses
3. Indikator luaran atau outcome
Indikator pengukuran mutu pelayanan kesehatan primer
Meliputi indikator kebijaksanaan ksehatan dan indikator penyelenggaraan pelayanan
kesehatan primer yaitu :
Indikator kebijaksanaan kesehtan :
1. Komitmen politik terhadap health for all by year 2000
2. Indikator distribusi sumberdaya
3. Indikator distribusi pemerataan pelayanan kesehatan
4. Indikator peran serta serta masyarakat
5. Indikator pendidikan tenaga kesehatan
6. Indikator managemen dan organisasi
Indikator penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer :
1. Indikator ketersediaan
2. Indikator akses
3. Indikator pemanfaatan

Indikator kesehatan ibu


Misalnya : indikator reproduksi : fertilitas, umur kawin, jumlah anak, proporsi kawin, cerai
dan janda usia subur, jarak kelahiran dll. Indikator akses dan pemanfaatan , misalnya minimal
jumlah ANC.

Indikator kesehatan bayi dan balita


Misalnya indikator cakupan pelayanan prosentase dan balita yang berkunjung ke puskesmas
terhadap jumlah bayi dan balita.

Indikator kegiatan imunisasi


Misalnya: indikator cakupan imunisasi

Indikator pencegahan dan pengendalian penyakit menular


Biasanya digunakan indikator kematian dan indikator kesakitan.

Indikator obat esensial


Indikator obat esensial menyangkut cakupan pelayanan dan mutu struktur dan proses.

Indikator Sistem Rujukan


Misalnya indikator adanya sistem rujukan, indikator akses dan distribusi geografis fasilitas
rujukan (akses fisik, akses ekonomi, akses budaya, pemanfaatan rujukan dan mutu pelayanan
fasilitas rujukan).

Indikator Tenaga Kesehatan


Misalnya rasio penduduk terhadap berbagai jenis tenaga kesehatan : (rasio penduduk dokter,
rasio penduduk dokter gigi, rasio penduduk perawat ), dapat dibuat lebih spesifik (penduduk /
dokter puskesmas, penduduk perawat rumah sakit, antara pedesaan dan perkotaan, antar
daerah, antar kota, dll.) , perbandingan antar kategori tenaga (dokter / perawat) rasio antara
tenaga puskesmas dengan fasilitas lain dokter puskesmas / dokter rumah sakit, bidan
puskesmas/ bidan rumah sakit, perawat puskesmas/ perawat rumah sakit)
Indikator air bersih
Indikator keberadaan : proporsi penduduk akses dengan air bersih, proporsi penduuk yang
mempunyai volume air bersih yang cukup, indikator cakupan terhadap pelayanan kesehatan
primer : proporsi puskesmas yang mapu mengumpulkan sampel air. Indikator pembuangan
limbah, termasuk air kotor dan sampah, misalnya indikator ketersediaan : dalam rumah, di
luar rumah, drainase dan pengumpulan dan pembuangan akhir, indikator pelayanan : proporsi
puskesmas yang mempunyai paling sedikit seorang sanitarian, dll.

Indikator pertumbuhan
Ke dalam indikator ini termasuk : berat badan lahir, proporsi bayi berat badan kurang dari
2500 g per 1000 kelahiran. Pertumbuhan fisik misalnya berat badan-umur, tinggi badan-
umur, berat badan-tinggi badan, lingkar kepala, lingkar pertengahan lengan atas.

Iindikator fital yang penting


Kematian bayi, kematian balita, proporsi kematian balita terhadap semua kematian, umur
harapan hidup waktu lahir, umur 1 tahun, umur 5 tahun kematian ibu melahirkan
angka kelahiran kasar.

Indikator prosentase kejadian atau ‘rate-based’


Indikator prosentase kejadian ialah kejadian yang mengukur proporsi suatu kejadian per
satuan waktu dibandingkan terhadap kejadian yang diharapkan.

Indikator kejadian luar biasa


Indikator kejadian luar biasa akan mengukur kejadian yang tidak diharapkan atau diinginkan
dan seringkali merupakan proses atau luaran pelayanan kesehatan yang tidak dapat
dihindarkan.
Indikator diagnostik
Indikator diagnostik ini dapat berlaku terhadap perorangan atau masyarakat. Contoh tingkat
masyarakat, angka prevalen karies gigi diantara anak sekolah dasar, angka prevalen gondok
diantara wanita umur 15-45 tahun, dll. Contoh tingkat perorangan, misalnya pemeriksaan
laboratorium : (tes fungsi lever, kultur, laju endap darah, dll), pemeriksaan radiologis : (foto,
CAT Scan, MRI, dll), pemeriksaan histologis, paps smear dan biopsy).

Indikator prognostik
Indikator prognostik dapat dilakukan terhadap perorangan atau masyarakat, contoh
masyarakat misalnya menurunnya prevalansi karies gigi karena program flouridasi air minum
atau program pemeriksaan gigi anak sekolah dasar, meningkatnya kadar jodium dalam urin
merupakan indikasi keberhasilan program garam berjodium pada daerah yang sebelumnya
menderita kekurangan jodium.
Indicator pelayanan kesehatan menurut pohan (2003 : 265-274) adalah suatu ukuran
panatalaksanaan pasien atau luaran ‘Outcome’ pelayanan kesehatan

Cara membuat indikator pelayanan kesehatan adalah :


1. Penyusunan indikator pelayanan kesehatan akan dilakukan oleh suatu kelompok kerja
yang disebut kelompok menyusun
2. Kelompok penyusun harus membaca kepustakaan yang terkai dan kemudian
berkonsultasi dengan para profesi pelayanan kesehatan yang akan disusun indikatornya serta
fakultas kedokteran
3. Kemudian kelompok penyusun akan membuat rancangan atau draf indikator pelayanan
kesehatan
4. Kemudian dilakukan ulas balik terhadap hasil uji coba lapangan, setelah itu barulah
dibuat indikator pelayanan kesehatan berdasarkan format yang telah ditentukan.
5. Setiap tahun kelompok penyusun akan melakukan ulas balik terhadap indikator
pelayanan kesehatan, jika indikator memerlukan perubahan maka perubahan tersebut akan
dicantumkan dalam pencetakan dan penerbitan indikator pelayanan kesehatan yang berikut.
Format penulisan suatu indikator pelayanan kesehatan diperlukan unsur-unsur “
1. Bidang atauarea pelayanan kesehatan
2. Target aspek yang telah spesifik dari area pelayanan kesehatan
3. Alasan mengapa indikator pelayanan kesehatan dibuat
4. Pengertian istilah, jelaskan istilah yang digunakan dalam indikator pelayanan kesehatan
untuk kepentingan pengumpulan data
5. Jenis indikator, jelaskan tujuan indikator pelayanan kesehatan (apakah dalam bentuk
presentase atau dalam bentuk kejadian)
6. Pembilang, jelaskan kriteria angka pembilang bagi indikator pelayanan kesehatan yang
merupakan presentase
7. Penyebut, jelaskan kriteria nagka penyebut bagi indikator pelayan kesehatan yang
merupakan presentasi
8. Jumlah atau total, penjelasan kriteria untuk indikator pelayanan kesehatan yang
merupakan kejadian sentinel
9. Angka nilai ambang batas atau ‘threshold’ merupakan tingkat angka yang masih dapat di
terima berdasarkan nilai rata-rata hitung.
Bagaimana membuat atau menentukan suatu angka nilai ambang batas atau ‘threshold’ ?
Dapat terjadi bahwa selama kurun waktu penyusunan indikator pelayanan kesehatan, angka
nilai ambang batas sementara dapat ditentukan dari data hasil uji coba atau dengan
menggunakan angka-angka yang terdapat dalam kepustakaan atau rekomendasi dari
kelompok penyusun.

Anda mungkin juga menyukai