Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR KESEIMBANGAN

Disusun Oleh:

Hasna Rashifah
3415151942

Juliana Mulia Sari


3415150362

Naili Noermilah
3415151034

Ockti Isnaeni Darise


3415150568

Raghib Azri Krisna


3415151099

PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR KESEIMBANGAN
Hasna Rashifah1, Juliana Mulia sari1, Naili Noermilah1, Ockti Isnaeni Darise1, Raghib Azri
Krisna1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda, Rawamangun, Jakarta 13220.
Telp/Fax : (021) 4894909

*email :

ABSTRACT

ABSTRAK
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu, 15 November 2017 di Laboratorium Fisiologi Hewan
Kampus B, Universitas Negeri Jakarta. Metode yang kami gunakan dalam kegiatan ini adalah
metode eksperimen. Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan labirin sebagai
reseptor keseimbangan. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui
mekanisme keseimbangan pada manusia dan katak. Alat dan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu: akuarium, alat bedah, papan fiksasi, jarum pentul, Rana tigrina, dan OP
manusia.
Berikut adalah penjelasan cara kerja yang kami lakukan pada percobaan:
1. Keseimbangan pada manusia (sebagai kontrol)
A. Kerja canalis semisirkularis lateral
- OP duduk di kursi yang dapat diputar dengan bebas
- Kepala ditundukan 30 dan mata dipejamkan
- OP diputar ke kanan secara perlahan dan lama-lama menjadi semakin cepat dan
kemudian melambat
- OP dipersilahkan mengatakan sensasi (perasaan berputar)
B. Kerja semisirkularis anterior dan posterior
- OP duduk di kursi yang dapat diputar dengan bebas
- Kepala dimiringkan 120 ke kanan dan mata dipejamkan
- OP diputar ke kanan sebanyak 10 putaran (searah jarum jam)
- Hentikan perputaran
- Tubuh OP terutama tangannya dipegang kuat-kuat dan dilanjutkan menegakkan
kepalanya dengan mata tetap terpejam
- OP dipersilahkan mengatakan sensasi (yang dirasakan)
2. Keseimbangan pada katak
- Rana tigrina diletakan di atas papan fiksasi dan tutup dengan baker glass atau sungkup
gelas
- Papan diangkat dan digerakan ke segala arah (diperhatikan sikap dan posisi katak)
- Papan diputar dan dilihat reaksinya
- Digerakan papan naik turun dan dilihat reaksinya
- Diletakan katak dalam wadah dan diperhatikan cara berenangnya
- Diamati fiksasi rahang atas sedangkan rahang bawahnya dibuka
HASIL
1. Keseimbangan pada manusia (sebagai kontrol)
A. Kerja canalis semisirkularis lateral
B. Kerja semisirkularis anterior dan posterior
Arah dan Sensasi Saat Sensasi Saat Berhenti
Posisi Kepala
Banyak Putaran Diputar

Tegak Ke kanan, 10 x Berputar ke kanan Berputar ke kiri

Menunduk Ke kanan, 10 x Berputar ke kanan Jatuh ke depan ke arah kiri

Dimiringkan ke Kanan Ke kanan, 10 x Berputar ke kiri Jatuh berguling-guling ke arah depan

Dimiringkan ke Kiri Ke kanan, 10 x Berputar ke kanan Jatuh ke belakang

2. Keseimbangan pada katak


Arah dan Banyak Efek yang Terjadi
Perlakuan
Putaran
Papan bedah diputar Searah jarum jam, 10 x Berenang dengan posisi miring ke kiri berlawanan

Papan naik turun Searah jarum jam, 10 x dengan arah diputar

Melompat dengan posisi miring ke kiri

Otak ditusuk Miring ke bawah Berenang dengan posisi miring ke kiri hingga
memutar balikkan badan.

PEMBAHASAN
1. Keseimbangan pada manusia (sebagai kontrol)
A. Kerja canalis semisirkularis lateral
B. Kerja semisirkularis anterior dan posterior
Salah satu reseptor pengatur keseimbangan rotasi dan gravitasi tubuh manusia adalah kanalis
semisirkularis yang berupa 3 saluran setengah lingkaran. Proses keseimbangan tubuh ketika
badan dalam posisi tegak dan kepala tegak, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis
semisirkularis lateral. Mata OP ditutup agar kesadaran visual terhadap kondisinya tidak
bekerja sehingga OP hanya dapat mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran
indera penglihatannya. Pada bagian dasar kanalis semisirkularis terdapat struktur yang
disebut ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut Krista
ampularis. Rambut-rambut sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin yang
memanjang, disebut kupula. Di dalam ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika tubuh dan
kepala dalam posisi tegak diputar serta mata dipejamkan kemudian tubuh diputar ke arah
kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis lateral akan ikut bergerak ke arah kanan.
Namun cairan endolimfe akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia juga akan
bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia bergerak ke arah
kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa bergerak ke arah kanan. Namun
saat putaran dihentikan, cairan endolimfe akan bergerak ke arah kanan, yang menyebabkan
stereosilia bergerak ke kanan, untuk mempertahankan kelembamannya. Karena itu saat mata
masih tertutup (kesadaran penglihatan tidak ada), OP akan merasa bergerak kea rah kiri.

Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi badan dan kepala merunduk, dan
tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis semisirkularis superior. Mata OP ditutup agar
kesadaran visual terhadap kondisi keseimbangannya tidak bekerja sehingga OP hanya dapat
mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran indera penglihatannya. Pada saat
kepala merunduk, posisi kanalis semisirkularis superior akan menjadi horizontal. Pada bagian
dasar kanalis semisirkularis ini juga terdapat struktur yang disebut ampula. Di dalam ampula
terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut Krista ampularis. Rambut-rambut sensorik
krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin yang memanjang, disebut kupula. Di dalam
ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi tegak dan kepala dalam posisi
merunduk diputar serta mata dipejamkan kemudian tubuh diputar ke arah kanan sebanyak 10
kali, maka kanalis semisirkularis superior akan ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan
endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia juga akan
bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia bergerak ke arah
kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa bergerak ke arah kanan. Namun
saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan (kanalis semisirkularis superior kembali tegak),
maka cairan endolimfe akan bergerak searah jarum jam (dalam posisi tegak), yang
menyebabkan stereosilia bergerak searah jarum jam, untuk mempertahankan
kelembamannya. Karena itu saat mata masih tertutup (kesadaran penglihatan tidak ada), OP
akan merasa bergerak seperti jatuh ke arah depan sebelah kiri.
Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi badan dan kepala dimiringkan ke
kanan, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis semisirkularis posterior. Mata OP
ditutup agar kesadaran visual terhadap kondisi keseimbangannya tidak bekerja sehingga OP
hanya dapat mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran indera penglihatannya.
Pada saat kepala dimiringkan ke kanan, posisi kanalis semisirkularis posterior akan menjadi
horizontal. Pada bagian dasar kanalis semisirkularis ini juga terdapat struktur yang disebut
ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut Krista ampularis.
Rambut-rambut sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin yang memanjang,
disebut kupula. Di dalam ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi tegak
dan kepala dalam posisi miring ke kanan diputar serta mata dipejamkan kemudian tubuh
diputar ke arah kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis posterior akan ikut
bergerak ke arah kanan. Namun cairan endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu
ke arah kiri. Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika
stereosilia bergerak ke arah kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa
bergerak ke arah kanan. Namun saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan (kanalis
semisirkularis porterior kembali tegak), maka cairan endolimfe akan bergerak ke depan
(dalam posisi tegak), yang menyebabkan stereosilia bergerak ke depan, untuk
mempertahankan kelembamannya. Karena itu saat mata masih tertutup (kesadaran
penglihatan tidak ada), OP akan merasa bergerak seperti jatuh ke arah depan.

Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi badan dan kepala dimiringkan ke kiri,
dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis semisirkularis posterior. Mata OP ditutup
agar kesadaran visual terhadap kondisi keseimbangannya tidak bekerja sehingga OP hanya
dapat mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran indera penglihatannya. Pada saat
kepala dimiringkan ke kiri, posisi kanalis semisirkularis posterior akan menjadi horizontal.
Pada bagian dasar kanalis semisirkularis ini juga terdapat struktur yang disebut ampula. Di
dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut Krista ampularis. Rambut-
rambut sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin yang memanjang, disebut
kupula. Di dalam ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi tegak dan
kepala dalam posisi miring ke kanan diputar serta mata dipejamkan kemudian tubuh diputar
ke arah kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis posterior akan ikut bergerak ke
arah kanan. Namun cairan endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah
kiri. Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia
bergerak ke arah kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa bergerak ke arah
kanan. Namun saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan (kanalis semisirkularis porterior
kembali tegak), maka cairan endolimfe akan bergerak ke belakang (dalam posisi tegak), yang
menyebabkan stereosilia bergerak ke belakang, untuk mempertahankan kelembamannya.
Karena itu saat mata masih tertutup (kesadaran penglihatan tidak ada), OP akan merasa
bergerak seperti jatuh ke arah belakang.

Pada saat mata terbuka OP tidak akan mengalami sensasi seperti yang terjadi pada table
pengamatan karena sensasi sadarnya telah bekerja dan tubuhnya telah menyadari bahwa ia
tidak lagi bergerak. Sensasi sadar lebih kuat daripada sensasi saat mata tertutup sehingga
sensasi tersebut dapat menggantikan sensasi saat mata tertutup.

Salah satu reseptor pengatur keseimbangan rotasi dan gravitasi tubuh manusia
adalah kanalis semisirkularis yang berupa 3 saluran setengah lingkaran, yang terdiri
dari kanalis semisirkularis lateral, anterior, dan posterior. Kanalis semisirkularis
memiliki peran untuk mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau
angular. Pada bagian dasar kanalis semisirkularis terdapat struktur yang disebut
ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut krista
ampularis. Rambut-rambut sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin
yang memanjang, disebut kupula. Di dalam ampula terdapat cairan endolimfe
(Ganong, 2003).

Gambar 1. Labirin pada manusia

Percobaan ini dilakukan dengan cara memutar OP pada kursi putar dengan
kondisi OP menundukkan kepalanya sekitar 300. Hal ini bertujuan agar kanalis
semisirkularis superior berada pada posisi horizontal. Pemejaman mata dilakukan agar
refleks pada mata dapat mempertahankan fiksasi penglihatan di titik-titik yang diam
pada saat tubuh berputar atau berotasi (Ganong, 2003), selain itu mata OP dipejamkan
agar kesadaran visual terhadap kondisinya tidak bekerja sehingga OP hanya dapat
mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran indera penglihatannya.
Berdasarkan hasil percobaan ketika tubuh dalam posisi tegak dan kepala dalam posisi
menunduk serta mata dipejamkan kemudian tubuh diputar searah jarum jam (kanan)
sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis lateral akan ikut bergerak ke arah
kanan. Namun cairan endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah
kiri. Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika
stereosilia bergerak ke arah kinosilium. Saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan,
maka cairan endolimfe akan bergerak searah jarum jam, yang menyebabkan stereosilia
bergerak searah jarum jam, untuk mempertahankan kelembamannya. Ketika OP
membuka matanya maka OP seperti melihat ruang berputar ke arah kanan dan
merasa tubuhnya seperti diputar ke arah kiri. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
nistagmus pada bola mata OP. Nistagmus merupakan gerak mata menyentak yang
khas pada mata yang tampak pada saat awal dan akhir rotasi atau putaran(Ganong,
2003). Bola mata OP bergerak cepat ke arah kiri dan bergerak lambat ke arah kanan.
Hal tersebut terjadi karena refleks gerakan mata dan akibat gangguan fungsi jaras
yang melewati flokulonodular serebelum dari kanalis semisirkularis (Guyton, 2006).
Namun mata OP terbuka hanya sesaat saja dan langsung menutup kembali karena
masih merasakan sensasi berputar yang membuat OP menjadi pusing.

Gambar 2. Gerak sel rambut yang berlawanan arah ketika terjadi


gerakan

Percobaan kedua yaitu OP diputar dengan kondisi kepala dimiringkan ke kanan


dengan sudut 1200. Posisi ini bertujuan agar kanalis semisirkularis posterior berada
pada posisi horizontal. Proses keseimbangan yang terjadi ketika tubuh dalam posisi
tegak dan kepala dalam posisi miring ke kanan serta mata dipejamkan kemudian
tubuh diputar ke arah kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis posterior
akan ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan endolimfe di dalamnya akan
bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena
mengalami depolarisasi ketika stereosilia bergerak ke arah kinosilium. Pada saat
putaran dihentikan, kepala ditegakkan, dan mata masih dalam keadaan tertutup, maka
cairan endolimfe akan bergerak ke arah belakang, yang menyebabkan stereosilia
bergerak ke belakang pula untuk mempertahankan kelembamannya, sehingga OP
merasakan tubuhnya seperti terbalik dan tertarik ke belakang dan OP akan menahan
dirinya ke arah depan.
Sama halnya dengan ketika posisi kepala dimiringkan ke kanan, pada saat posisi
kepala dimiringkan ke kiri akan melibatkan kanalis semisirkularis posterior akan
berada pada posisi horizontal. Proses keseimbangan tubuh yang terjadi pun sama,
tetapi pada posisi ini, ketika putaran dihentikan, kepala ditegakkan, dan mata masih
terpejam, maka cairan endolimfe akan bergerak ke arah depan, yang menyebabkan
stereosilia bergerak ke depan pula, untuk mempertahankan kelembamannya, sehingga
OP merasakan tubuhnya seperti tertarik ke depan dan OP akan menahan dirinya ke
arah belakang.
Pada saat mata terbuka OP tidak akan mengalami sensasi seperti yang terjadi
pada hasil percobaan karena sensasi sadarnya telah bekerja dan tubuhnya telah
menyadari bahwa ia tidak lagi bergerak. Sensasi sadar lebih kuat daripada sensasi saat
mata tertutup sehingga sensasi tersebut dapat menggantikan sensasi saat mata tertutup.

2. Keseimbangan pada katak


Telinga dalam memiliki komponen khusus, yakni apparatus vestibularis, yang memberikan
informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan-gerakan
kepala dengan gerakan mata dan postur tubuh. Apparatus vestibularis terdiri dari dua set
struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea kanalis semisirkularis dan
organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus. Semua komponen apparatus vestibularis
mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Komponen vestibuler masing-masing
mengandung sel-sel rambut yang berespons terhadap perubahan bentuk mekanis yang
dicetuskan oleh gerakangerakan spesifik endolimfe. Sel sel reseptor vestibularis dapat
mengaami depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan. Kanalis
semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotational kepala. Sel-sel
rambut reseptif di setiap kanalis semikularis terletak di suatu bumbungan ampula. Rambut-
rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi di atasnya, yaitu kupula. Kupula
bergoyang sesuai arah gerakan cairan. (Sherwood, 2001)
Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil bahwa dalam keadaan normal saat papan bedah
diputar searah jarum jam sebanyak 10x dan dinaikturunkan, Rana sp memperlihatkan
caraberenang dengan posisi miring ke kiri berlawanan dengan arah diputar. Hal ini
disebabkan karena pada struktur telinga dalam terdapat macula akustika (organ keseimbangan
statis) dan krista akustika (organ keseimbangan dinamis) melakukan koordinasi penyampaian
impuls sarafnya masing-masing. Sel reseptor pada macula akustika yang berupa sel-sel
rambut dan sel-sel penunjang melekat pada membran yang mengandung butir-butiran kecil
kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolith. Macula di sakulus dan utrikulus peka
terhadap gaya berat otolith ini. Perubahan posisi kepala menimbulkan tarikan gravitasi yang
menyebabkan pergerakan otolith dan otolith merangsang sel-sel rambut sehingga
menyebabkan depolarisasi sel reseptor yang berjalan ke otak kecil sebagai organ
keseimbangan. Sedangkan sel-sel reseptor dalam krista akustika yang juga berupa sel-sel
rambut dan sel-sel penunjang tidak melekat pada otolith. Sel-sel reseptor disini distimulasi
oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala Rana sp bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh,
endolimfe yang berasal dari saluran membranosa (labirin) akan mengalir di atas sel-sel
rambut. Sel-sel rambut menerima rangsangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls
saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkontraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh
pada posisi yang baru.
Namun saat diberi perlakuan yang kedua yaitu dirusak bagian otak besar (cerebrum), Rana sp
memperlihatkan respon yang berbeda. Kepalanya menunduk dengan mata yang terpenjam
dan tidak melakukan gerakan apapun. Hal ini disebabkan karena cerebrum sebagai pusat
penglihatan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan terganggunya penglihatan Rana
sp. Cerebrum selain sebagai pusat penglihatan, juga sebagai pengendali gerak tubuh
khususnya gerak volunter (gerak sadar) sehingga apabila otak ini rusak maka katak tidak
dapat mengendalikan gerak tubuhnya. Inilah yang menyebabkan Rana sp tidak bergerak
dengan kepala yang menunduk
Selanjutnya saat otak belakang dirusak, Rana sp melompat dan berenang dengan posisi
miring ke kiri hingga memutarbalikkan badan berulang-ulang. Hal ini disebabkan karena
batang otak di otak belakang yang terdiri dari medulla, pons dan otak tengah merupakan
organ penghubung penting bagi otak lainnya dengan medulla spinalis. Kerusakan ini
mengakibatkan sistem spinal tidak berfungsi lagi dan mengakibatkan terjadinya disorientasi
posisi pada Rana sp dan kompikiasi lain seperti terganggunya mekanisme denyut jantung,
dan pernapasan sehingga Rana sp mengalami kematian akibat kerusakan total pada sistem
koordinasi tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa dalam keadaan normal
saat papan bedah digerakkan ke segala arah (kanan-kiri) dan dinaikturunkan, katak
memperlihatkan gerakan yang selalu mengikuti arah gerakan dari papan bedah
tersebut. Hal ini disebabkan karena pada struktur telinga dalam terdapat macula
akustika (organ keseimbangan statis) dan krista akustika (organ keseimbangan
dinamis) melakukan koordinasi penyampaian impuls sarafnya masing-masing. Sel
reseptor pada macula akustika yang berupa sel-sel rambut dan sel-sel penunjang
melekat pada membran yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat
(CaCO3) yang disebut otolith. Macula di sakulus dan utrikulus peka terhadap gaya
berat otolith ini.
Pada saat diputar kesegala arah terjadi perubahan posisi kepala pada katak
yaitu menjadi lebih menunduk sedangkan saat gerakkan naik-turun kepala katak lebih
mendongak. Perubahan posisi kepala tersebut akan menimbulkan tarikan gravitasi
yang menyebabkan pergerakan otolith dan otolith merangsang sel-sel rambut sehingga
menyebabkan depolarisasi sel reseptor yang berjalan ke otak kecil sebagai organ
keseimbangan. Sedangkan sel-sel reseptor dalam krista akustika yang juga berupa sel-
sel rambut dan sel-sel penunjang tidak melekat pada otolith. Sel-sel reseptor disini
distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala katak bergerak akibat terjadinya
perputaran tubuh, endolimfe yang berasal dari saluran membranosa (labirin) akan
mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima rangsangan tersebut dan
mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru seperti yang terjadi saat
katak digerakkan naik turun, kaki depan katak posisinya menjadi lebih melebar untuk
mempertahankan kesimbangan tubuhnya.
Pada perlakuan kedua, yaitu menusuk otak katak. Otak yang ditusuk terlebih
dahulu adalah otak yang berada dibagian kiri, kemudian otak yang berada dibagian
kanan. ketika katak berenang memperlihatkan respon yang berbeda. Katak masih bisa
berenang saat otak bagian kiri ditusuk atau dirusak karena organ tubuh bagian kiri
masih berfungsi. Namun, setelah otak kanan juga ditusuk atau dirusak, katak berenang
dengan posisi miring ke kanan dan ke kiri atau tidak teratur sehingga tubuhnya
terbalik berulang-ulang. Hal ini disebabkan karena terjadi ganguan fungsi pada otak
katak.
Pada otak katak terdapat cerebrum yang berfungsi sebagai pusat penglihatan
dan pengendali gerak tubuh khususnya gerak sadar, sehingga apabila otak ini rusak
maka katak tidak dapat mengendalikan gerak tubuhnya dan menyebabkan
terganggunya penglihatan katak. Selain itu,batang otak di otak belakang yang terdiri
dari medulla, pons, dan otak tengah merupakan organ penghubung penting bagi otak
lainnya dengan medulla spinalis. Apabila terjadi kerusakan pada bagian tersebut
mengakibatkan sistem spinal tidak berfungsi lagi dan mengakibatkan terjadinya
disorientasi posisi katak dan komplikasi lain seperti terganggunya mekanisme denyut
jantung, dan pernapasan sehingga katak mengalami kematian akibat kerusakan total
pada sistem koordinasi tersebut. Hal inilah yang menyebabkan katak berenang ke satu
arah dengan salah satu bagian organ tubuh ketika otak kiri ditusuk atau dirusak dan
katak berenang dengan posisi yang tidak teratur sehingga tubuhnya terbalik ketika
otak bagian kanan juga ditusuk.

KESIMPULAN
1. Katak termasuk hewan poikiloterm, dimana suhu tubuhnya ditentukan oleh
keseimbangannya dengan kondisi lingkungannya, dan berubah-ubah seperti berubah-
ubahnya kondisi suhu lingkungan.
2. Labirin berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh karena memiliki organ-organ
vestibular (sakulus,utrikulus, dan kanalis semisirkularis).
3. Sakulus dan utrikulus dikhususkan untuk mendeteksi posisi kepala terhadap arah tarik
gravitasi bila kepala dalam posisi hampir vertikal.
4. Kanalis semisirkularis berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan akibat percepatan
sudut.
5. Pada saat objek berotasi dengan cepat terjadi nistagmus karena terjadi gerakan endolimfe
yang berlawanan arah dengan arah percepatan sudut.
6. Salah satu reseptor pengatur keseimbangan rotasi dan gravitasi tubuh manusia adalah
kanalis semisirkularis yang berupa 3 saluran setengah lingkaran.
7. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan kepala tegak melibatkan
kanalis semisirkularis lateral.
8. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan kepala merunduk
melibatkan kanalis semisirkularis superior.
9. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan kepala miring ke kanan
atau kiri melibatkan kanalis semisirkularis posterior.
10. Tangan dapat merasakan suhu panas atau dingin karena terdapat termoreseptor yang
berada di lapisan demis.
11. Tangan akan merasakan sensasi dingin ketika direndam dari air hangat (400C )ke air
ledeng (280C) karena adanya perpindahan panas dari tangan ke air ledeng yang di rasakan
oleh saraf krause.
12. Tangan akan merasakan sensasi panas ketika direndam dari air es (110C) ke air ledeng
(280C) karena adanya perpindahan panas dari air ledeng ke tangan.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell,Neil A., Jane B. Reece dan lawrence G.Mitchell.2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.

Erlangga: Jakarta

Duke,NH.1995.The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing: New York

Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 20). Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Guyton,D.C.1993.Fisiologi Hewan.EGC: Jakarta

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta:Kanisius.

Mescher L. Anthony. 2011. Histologi Dasar. Jakarta : EGC

Pinel,J.P.J.1993. Biopsycology.2nd ed. Massachusetts:Allyn and Bacon.

Puspita, I.1999. Psikologi faal.Depok: Universitas Gunadarma.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC


LAMPIRAN FOTO
LAMPIRAN JAWABAN

Jawaban Pertanyaan
Mekanisme jalannya impuls dari reseptor panas sampai integrasi korteks sensoris tempat
terbentuknya sensasi dan di area asosiasi tempat terbentuknya persepsi telapak tangan
merasakan panas:

Ketika memasuki medula spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer sebanyak
beberapa segmen di atas atau di bawah dan selanjutnya akan berakhir di
a. Area reticular batang otak
b. Kompleks ventrobasal talamus

Beberapa sinyal termal dari kompleks ventrobasal akan dipancarkan menuju ke korteks
somatosensorik. Adakalanya dengan penelitian mikroelektroda ditemkan adanya suatu
neuron ada area somatosensorik I yang dapat langsung berespon terhadap stimulus panas
pada daerah kulit yang spesifik. Selanjtnya telah diketahui bahwa pembuangan girus
postsentralis pada manusia dapat mengurangi kemampuan untuk membedakan gradasi suhu.

Anda mungkin juga menyukai