Oleh:
Fazry
180101110208
Kelompok 6
Dosen Pengampu:
Sari Indriyani, M. Pd
Asisten Dosen:
Maulida
Puteri Ameliani Alicia Wijaya
B. Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambar bentuk morfologi dan anatomi lumut hati dan lumut daun.
3. Mengamati dibawah mikroskop dan menggambar hasil pengamatan
tersebut serta memberi keterangannya.
C. Teori Dasar
Bryophta kadang-kadang dapat di anggap sebagai moyang tumbuhan
berpembuluh. Kesederhanaan strukturnya, tidak ada jaringan pembuluh dan
pembatas pada tempat-tempat basah menyetakan bahwa mereka dalah bentuk
intermediet di antara algae dan tumbuhan berpembuluh.
Bryophta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-
tempat lembab. Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit
diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi
dapat dibidakan dengan gametofit, tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan
tumbuhan yang mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam
ikatan gametofit yang berupa tumbuhan mandiri, menyedikan nutrisi bagi
sporofit. Pada Bryophta alat-alat kelamin yang berupa anteridium dan
arkegonium, sporangium, selalu terdiri atas banyak sel. Berlainan dengan
gametangium dan sporangium thallopyta, organ-organ itu selalu berdinding
yang terdiri atas banyak sel mandul.
Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai talus, tidak mempunyai
akar, batang, dan daun. Bryophta yang dapat dibedakan batang dan daunnya
belum memiliki akar sejati tetapi hanya memiliki akar rhizoid.
Bryophta bereproduksi secara aseksual dan secara seksual. Aseksual
terjadi melalui pembentuka spora. Spora ini dihasilkan dengan sporangium
melaluli pembelahan secara miosis. Spora yang dihasilkan adalah spora
haploid (n). spora ini kemudian akan tumbuh menjadi protonema. Adapun
secara seksual Bryophta yaitu, dengan cara penyatuan gamet betina yang
dihasilkan arkegonia berupa sel telur dan gamet jantan yang dihasilkan oleh
antheridia berupa sperma. Sperma bergerak menuju sel telur di arkegonia
dengan perantara air. Pertemuan sel telur dan sperma menyebabkan terjadinya
fertilisasi yang menghasilkan zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi
protonema. Protonema tersebut berkembang menjadi sporofit yang diploid
(2n).
Bryophta dibagi atas dua kelas yaitu:
1. Kelas Hepaticiae (Lumut Hati)
Hepticiae berupa lumut yang primitive, hidup di teristerial (darat),
di tempat-tempat lembab, dan berbentuk thallus. Jika terdapat bagian
menyerupai batang dan daun maka daun-daunnya terdapat dalam dua
baris yang berhadapan atau berseling, dan baris ketiga kadang-kadang
terdapat pada sisi bawah batang. Daun ini terletak hanya satu sel dan
tanpa urat daun tengah: sel-sel daun memiliki ukuran yang sama disebut
isodiametris. Sebagian besar ditemukan di daerah tropik, tidak
mempunyai akar hanya rhizoid yang masuk ke dalam subtract. Rhizoid
uniseluler dan tidak bercabang, sporofit berumur pendek. Pada kapsul
sporangium ada atau tidak ada benang-benang elater yang berfungsi
mengeluarkan spora.
Ciri-ciri morfologi lumut hati yaitu bentuk tubuh beupa lembaran
dan banyak lekukan atau tepi berkuping (membelah dua), memiliki
struktur serupa akar, batang dan daun filoid, tidak mempunyai urat daun,
reproduksi lumut hati terjadi secara seksual dan aseksual. Seksual dengan
peleburan gamet yang berbeda, lumut hati mengalami metagenesis.
Aseksual dengan cara fragmentasi, pembentukan kuncup eram,
pembentukan tunas-tunas cabang, pembentukan umbi, dan penebalan
ujung thallus.
2. Kelas Musci (Lumut Daun)
Lumut yang termasuk kelas musci adalah tanaman darat yang
tumbuh di tempat-tempat lembab dan memiliki thallus simetri radial.
Gametofit merupakan tumbuhan yang tegak yang terdiri atas batang dan
daun yang tebalnya satu lapis sel dan umumnya uruat daun di tengah.
Ciri-ciri lumut daun yaitu, memiliki daun semu dan batang semu,
mempunyai akar semu, sporofit dan gametofit menyatu, bersifat
homotalik dan heterotalik. Repdoduksi vegetative lumut daun dengan
membentuk kuncup di cabang-cabang batang. Jika dari batang terbentuk
kuncup muncullah lumut yang baru, lumut ini juga mengalami fase
sporofit dan gametofit. Alat reproduksi seksual terdapat pada bagian
pucuk berupa anteredium dan arkegonium.
D. Hasil Pengamatan
1. Marchantia polymorpha
a. Literatur morfologi
a Keterangan:
a. Gametofit
b. Thallus
a Keterangan:
a. Epidermis
b. Kloroplas
b
Keterangan:
a a. Sporangium
b. Seta
b c. Daun
(Sumber: Badrut,
2016)
b. Literatur anatomi
a Keterangan:
a. Epidermis
b. Kloroplas
b c. Parenkim
c
E. Analisis
1. Marchantia polymorpha
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Marchantiophyta
Kelas : Marchantiopsida
Ordo : Marchantiales
Famili : Marchantiaceae
Genus : Marchantia
Spesies : Marchantia polymorpha
(Sumber : Cronquist 1981)
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Bryophyta
Kelas: Sphagnopsida
Ordo: Sphagnales
Famili: Sphagnaceae
Genus: Sphagnum
Spesies: Sphagnum fimbriatum
(Sumber : Cronquist 1981)
3. Sphagnum fimbriatum
Berdasarkan hasil pengamatan pada literature pada Sphagnum
fimbiriatum memiliki spora bersifat fototrop positif, banyak bercabang-
cabang, dan terlihat seperti hifa cendawan yang berwarna hijau. Alat
kelamin terkumpul di ujung batang atau cabang, dan dikelilingi oleh
daun-daun yang letaknya di paling atas. Hidup di tempat-tempat berawa-
rawa dan membentuk rumpun atau bantalan, pada bagian bawah yang ada
di dalam
n air mati dan berubah menjadi gambut. Protonema merupakan
suatu badan berbentuk daun kecil, tepinya bertoreh-toreh dan hanya
terdiri dari satu sel saja. Batangnya bercabang-cabang dan membentuk
roset pada ujungnya. Setelah pembuahan, kaki selau memanjang seperti
tangkai dan dinamakan pseudopodium. Kapsul spora mempunyai tutup
yang akan membuka, jika spora sudah masak.
Morfologi lumut Sphagnum fimbriatum ini juga memiliki daun
yang lebar berawarna hijau, pada bagian atas terdapat kaliptra, dan
dibawahnay terdapat kapsul sebagai tempat penyimpanan spora, pada
bagian bawahnya terdapat rhizoid. Anatomi lumut ini memiliki kulit
batang sphagnum yang terdiri atas selapis sel yang telah mati. Jaringan sel
kulitnya bersifat seperti spon. Dinding yang membujur dan melintang
memiliki liang yang bulat. Memiliki spora sebagai alat
perkembangbiakan. Reproduksi sistem reproduksi dari lumut ini, secara
aseksula dan seksual dmana fase seksual lebih lama daripada fase
aseksual, fase pertama yaitu fase gametofit, dmana gamet muda
menghasilkan anteridium dan arkegonium kemudian terjadi ferilisasi,
kemudian menghasilkan zigot , kemudian tumbuhan muda, dari sini
dihasilkan spora dari kaliptra. Peranan lumut ini memiliki peranan
penting, dalam menjaga kelembapan udara dan pengikat air. Habitat
lumut ini dapat ditemukan pada melekat pada cadas, dan ada yang
melekat pada pepohonan.
Kulit batang Sphagnum fimbriatum terdiri atas selapis sel-sel yang
telah mati dan kosong. Jaringan kulit bersifat seperti spon, dapat
menghisap banyak air. Dinding-dinding yang membujur maupun yang
melintang mempunyai liang-liang yang bulat, juga dalam daunnya
terdapat sel-sel yang menebal berbentuk cincinatau spiral dan merupakan
idioblas di antara sel-sel lainnya yang membentuk susunan seperti jala,
terdiri atas sel-sel hidup, berbentuk panjang dan banyak mengandung
klorofil. Susunan yang merupakan aparat kapilar itu berguna untuk
memenuhi keperluan akan air dan garam-garam makanan.Cabang-cabang
batang ada yang mempunyai bentuk dan warna khusus, yaitu cabangyang
menjadi pendukung alatalat kelamin. Cabang-cabang betina mempunyai
antheridium yang bulat danbertangkai di ketiak-ketiak daunnya. Cabang
jantan mempunyai arkhegonium pada ujungnya. Cabang pendukung
arkegonium itu tidak mempunyai sel pemula yang berbentuk limas pada
ujungnya, jadi seperti lumut hati,dan berbeda dengan lumut daun
umumnya. Sporogonium hanya membentuk tangkai pendek dengan kaki
yang membesar, dan sampai lama diselubungi oleh dinding arkegonium.
Akhirnya dinding arkegonium itu pecah pada kaki sporogonium. Kapsul
spora berbentuk bulat, di dalamnya terdapat kolumela berbentuk setengah
bola yang diselubungi oleh jaringan sporogen. Arkespora pada Sphagnum
fimbriatum tidak berasal dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan
terdalam amfitesium. Kapsul spora mempunyai tutup yang akan
membuka, jika spora sudah masak.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Musci
Ordo : Bryales
Famili : Bryalececie
Genus : Pogonatum
Spesies : Pogonatum sp.
(Sumber : Cronquist 1981)
4. Pogonatum sp.
Berdasarkan hasil pengamatan pada literature bahwa paA
Pogonatum sp merupakan tumbuhan lumut yang memiliki bentuk thallus
seperti tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu tegak dan lembaran
daun tersusun spiral. Hidupnya berkelompok, menempel pada tembok,
batu dan tanah atau banyak ditemukan pada tempat yang lembab atau
basah. Pogonatum sp generasi gametofitnya terbentuk dari protonema
yang tumbuh menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, yang dapat dibedakan
bentuk daun, batang dan akarnya. Organ pada tumbuhan Pogonatum sp
terdiri atas daun semu, batang semu, dan akar semu (rhizoid). Pogonatum
sp ini mempunyai bagian yang menyerupai batang dan daun berklorofil.
Baik batang maupun daun belum mempunyai jaringan pengangkut.
Daunnya berwarna hijau, karena mengandung klorofil yang berguna
untuk berfotosintesis, bentuknya kecil dan tersusun selapis sel yang kecil,
sempit dan panjang seperti jala. Daun pada lumut ini hanya mempunyai
satu sel saja, kecuali dibagian tengah ibu tulang daun yang terdiri atas
lebih dari selapis sel. Diantaranya terdapat sel-sel mati yang berbentuk
spiral berfungsi sebagai tempat persediaan air. Batang pada Pogonatum sp
berbentuk silindris, belum terdapat jaringan pembuluh, sel-sel batang
tersusun memanjang, pada bagian dasar batang terdapat rhizoid yang
berupa benang halus dan berfungsi sebagai akar yang merupakan tempat
untuk melekatkan diri, pada ujung/pucuk tumbuhan terdapat alat
perkembangbiakan seksual berupa kotak spora (spora) yang terdiri dari
anteridium dan arkogenium, pada ujung batang terlihat adanya
sporangium, yaitu kapsul yang mencuat ke atas pada arkogenium, sebagai
tempat pembelahan meosis terjadi dan spora haploid berkembang. Alat
kelaminnya terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabangnya, alat
kelaminnya dan dikelilingi daun-daun yang letaknya paling atas. Daun-
daun ini memiliki susunan yang khusus, biasanya disebut periantum.
Perkembangbiakan Pogonatum sp bisa terjadi secara vegetatif maupun
generatif. Perkembangbiakan vegetatif berlangsung dengan pembebasan
spora dari kapsula sebagai hasil dari pembelahan sel induk spora secara
meosis yang menghasilkan tempat spora atau tetraspora. Jika sporangium
(sporofit) telah masak, kaliptra dan opeculum lepas dan jatuh. Ketika
penutup sporangium membuka, spora akan menyebar. Jika udara
disekitarnya kering, gigi-gigi peristom akan menggulung keluar sehingga
spora dapat keluar. Spora tersebut akan diterbangkan oleh angin. Jika
spora jatuh di tempat yang sesuai atau jatuh pada tempat lembab akan
membentuk lumut baru melalui pembelahan mitosis. Perkembangbiakan
generatif atau secara kawin dengan menghasilkan sel telur dan sel
spermatozoid, sel telur dan sel spermatozoid yang diproduksi oleh
antheridium dan arkhigenium. Dengan pembuahan sel telur oleh sel jantan
dengan medium air karena gaya tarik kimia (kemotaksis), pembuahan ini
menghasilkan zigot. Zigot akan membelah beberapa kali sehingga
terbentuk embrio yang tumbuh menjadi sporongium (badan penghasil
spora) atau tumbuhan penghasil spora (sporofit). Jadi, sporofit merupakan
tumbuhan generatif.
Pogonatum sp, Mempunyai batang tunggal dan tumbuh tegak,
daun sempit dan menyebar secara spiral, kapsul tertutup kaliptra yang
berambu. Berbentuk silisndris terdapat di ujung tangkai yang muncul
pada ujung batang. Lumut daun berdasarkan kepada habitusnya bentuk
thallusnya adalah seperti tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu
tegak dan lembaran daun yang tersusun spiral. Lumut daun mempunyai
batang dan daun yang mengandung klorofil. Baik batang maupun daun
belum mempunyai jaringan pengangkut yaitu dalam hal ini berarti tidak
mempunyai pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Pada
bagian dasar batang semu terdapat rhizoid yang berupa benang halus dan
berfungsi sebagai akar. Rhizoid terdiri atas satu deret sel yang memanjang
dengan sekat yang tidak sempurna. Seperti halnya fungsi dari akar,
rhizoid juga berfungsi untuk melekatkan tumbuhan lumut daun pada
tempat tumbuhnya, serta menyerap air dan zat hara. Pada bagian pucuk
terdapat alat perkembanganbiakan seksual yaitu berupa anteridium dan
arkhegonium. Anteridium adalah merupakan organ jantan berbentuk
tongkat yang tidak memiliki lapisan pelindung. Anteridium dapat
menghasilkan sejumlah gamet jantan berflagela (sel sperma), dimana pada
saat akan mengadakan pembuahan gamet jantan tersebut akan dilepaskan
dari anteridium. Sedangkan arhegonium adalah merupakan organ betina
yang berbentuk botol yang memiliki sel-sel pelindung yang melindungi
sel telur yang terbentuk di dalamnya. Akhegonium menghasilkan satu
gamet betina yang berukuran besar (sel telur) yang pada saat pembuahan
sel telur tersebut tetap melekat pada arkhegonium. Pada lumut daun ini
gametofit keluar dari masa yang terdiri dari benang-benag hijau
menyerupai ganggang, biasanya tegak dengan struktur seperti daun yang
tersusun secara simetri radial mengelilingi tangkai, tumbuhnya melekat
pada tumbuhan di permukaan tanah yang lembab. Perkembangbiakan
pada lumut daun dapat terjadi secara generatif dan vegetatif.
Perkembangan secara generatif berlangsung dengan pembuahan sel telur
oleh sel jantan dengan medium air oleh karena gerak pada tumbuhan yang
berupa gerak kemetaksis. Pembuahan ini akan menghasilkan zigot yang
akan membelah beberapa kali sehingga terbentuk embrio yang kemudian
tumbuh menjadi sporangium atau tumbuhan spora. Perkembangbiakan
secara vegetatif berlangsung dengan pembebasan spora dari kapsula yang
akan menghasilkan empat spora (tetraspora). Pada perkembangbiakan
secara vegetatif ini sangat berperan adalah angina, karena dengan bantuan
angin, spora dapat keluar dari gigi-gigi peristom dan jatuh ditempat yang
sesuai. Bagian –bagian sporofit adalah seta (tangkai sporofit) , kapsul
(sporangium), kaliptra / tudung (berasal dari arkegonium yang robek
akibat pertumbuhan memanjang sporofit), annulus (terdapat dibagian atas
kapsul), operkulum (penutup, terdapat dipuncak kapsul).
F. Kesimpulan
1. Marchantia polymorpha memiliki morfologi membentuk roset dari tali
yang diratakan dengan bercabang-cabang. Warna tumbuhan hijau kusam
dengan gelap. Tubuhnya terbagi atas dua lobus sehingga tampak seperti
lobus pada hati. Permukaan atas lumut ini tertutup oleh pori-pori yang
memungkinkan udara dan karbondioksida untuk mampu mencapai sel-sel
bagian dalam tallus. Anatomi spesies lumut Marchantia polymorpha ini
tidak mempunyai spora. Pada permukaan atas terdapat lapisan kutikula
yang semuanya hampir tidak dilalui oleh air
2. Polytricum sp. morfologi terdiri dari sporangium, seta, dan daun. Fungsi
sporangium yaitu sebagai tempat pembentukan spora. Seta berfungsi
penopang sporangium. Daun dari lumut ini memiliki tata letak yang
tersebar dan terdiri dari epidermis dan kloroplas.
3. Sphagnum fimbriatum morfologi ini juga memiliki daun yang lebar
berawarna hijau, pada bagian atas terdapat kaliptra, dan dibawahnay
terdapat kapsul sebagai tempat penyimpanan spora, pada bagian
bawahnya terdapat rhizoid. Anatomi lumut ini memiliki kulit batang
sphagnum yang terdiri atas selapis sel yang telah mati. Jaringan sel
kulitnya bersifat seperti spon. Dinding yang membujur dan melintang
memiliki liang yang bulat. Memiliki spora sebagai alat
perkembangbiakan.
4. Pogonatum sp. memiliki morfologi yaitu mempunyai batang tunggal dan
tumbuh tegak, daun sempit dan menyebar secara spiral, kapsul tertutup
kaliptra yang berambu. Berbentuk silisndris terdapat di ujung tangkai
yang muncul pada ujung batang. Anatomi Lumut daun ini mempunyai
batang dan daun yang mengandung klorofil. Baik batang maupun daun
belum mempunyai jaringan pengangkut yaitu dalam hal ini berarti tidak
mempunyai pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Pada
bagian dasar batang semu terdapat rhizoid yang berupa benang halus dan
berfungsi sebagai akar.
G. Daftar Pustaka
Bambang,dkk.2006. BIOLOGI JILID 1.Jakarta:Erlangga
Campbell, Neil A, J.B Reece dan L.G Mitchell. Biologi Jilid 1. Jakarta :
Erlangga, 2003.