Anda di halaman 1dari 22

LUMUT (BRYOPHYTA)

Oleh:
Fazry
180101110208
Kelompok 6

Dosen Pengampu:
Sari Indriyani, M. Pd

Asisten Dosen:
Maulida
Puteri Ameliani Alicia Wijaya

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN TADRIS BIOLOGI
BANJARMASIN
APRIL
2020
PRAKTIKUM VII
LUMUT (BRYOPHYTA)

Tujuan : Mengenal morfologi dan anatomi kelas Hepaticae (Lumut Hati)


dan kelas Musci (Lumut Daun)
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 April 2020
Tempat : Laboratorium Tadris Biologi UIN Antasari Banjarmasin
A. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Mikroskop
b. Kaca benda
c. Kaca penutup
d. Silet/cutter
e. Pipet tetes
f. Gelas kimia
g. Loupe
h. Kain planel/tisu
i. Baki
2. Bahan :
a. Lumut hati (Hepaticae)
b. Lumut daun (Musci) Min. 3 jenis
c. Aquadest

B. Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambar bentuk morfologi dan anatomi lumut hati dan lumut daun.
3. Mengamati dibawah mikroskop dan menggambar hasil pengamatan
tersebut serta memberi keterangannya.
C. Teori Dasar
Bryophta kadang-kadang dapat di anggap sebagai moyang tumbuhan
berpembuluh. Kesederhanaan strukturnya, tidak ada jaringan pembuluh dan
pembatas pada tempat-tempat basah menyetakan bahwa mereka dalah bentuk
intermediet di antara algae dan tumbuhan berpembuluh.
Bryophta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-
tempat lembab. Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit
diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi
dapat dibidakan dengan gametofit, tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan
tumbuhan yang mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam
ikatan gametofit yang berupa tumbuhan mandiri, menyedikan nutrisi bagi
sporofit. Pada Bryophta alat-alat kelamin yang berupa anteridium dan
arkegonium, sporangium, selalu terdiri atas banyak sel. Berlainan dengan
gametangium dan sporangium thallopyta, organ-organ itu selalu berdinding
yang terdiri atas banyak sel mandul.
Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai talus, tidak mempunyai
akar, batang, dan daun. Bryophta yang dapat dibedakan batang dan daunnya
belum memiliki akar sejati tetapi hanya memiliki akar rhizoid.
Bryophta bereproduksi secara aseksual dan secara seksual. Aseksual
terjadi melalui pembentuka spora. Spora ini dihasilkan dengan sporangium
melaluli pembelahan secara miosis. Spora yang dihasilkan adalah spora
haploid (n). spora ini kemudian akan tumbuh menjadi protonema. Adapun
secara seksual Bryophta yaitu, dengan cara penyatuan gamet betina yang
dihasilkan arkegonia berupa sel telur dan gamet jantan yang dihasilkan oleh
antheridia berupa sperma. Sperma bergerak menuju sel telur di arkegonia
dengan perantara air. Pertemuan sel telur dan sperma menyebabkan terjadinya
fertilisasi yang menghasilkan zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi
protonema. Protonema tersebut berkembang menjadi sporofit yang diploid
(2n).
Bryophta dibagi atas dua kelas yaitu:
1. Kelas Hepaticiae (Lumut Hati)
Hepticiae berupa lumut yang primitive, hidup di teristerial (darat),
di tempat-tempat lembab, dan berbentuk thallus. Jika terdapat bagian
menyerupai batang dan daun maka daun-daunnya terdapat dalam dua
baris yang berhadapan atau berseling, dan baris ketiga kadang-kadang
terdapat pada sisi bawah batang. Daun ini terletak hanya satu sel dan
tanpa urat daun tengah: sel-sel daun memiliki ukuran yang sama disebut
isodiametris. Sebagian besar ditemukan di daerah tropik, tidak
mempunyai akar hanya rhizoid yang masuk ke dalam subtract. Rhizoid
uniseluler dan tidak bercabang, sporofit berumur pendek. Pada kapsul
sporangium ada atau tidak ada benang-benang elater yang berfungsi
mengeluarkan spora.
Ciri-ciri morfologi lumut hati yaitu bentuk tubuh beupa lembaran
dan banyak lekukan atau tepi berkuping (membelah dua), memiliki
struktur serupa akar, batang dan daun filoid, tidak mempunyai urat daun,
reproduksi lumut hati terjadi secara seksual dan aseksual. Seksual dengan
peleburan gamet yang berbeda, lumut hati mengalami metagenesis.
Aseksual dengan cara fragmentasi, pembentukan kuncup eram,
pembentukan tunas-tunas cabang, pembentukan umbi, dan penebalan
ujung thallus.
2. Kelas Musci (Lumut Daun)
Lumut yang termasuk kelas musci adalah tanaman darat yang
tumbuh di tempat-tempat lembab dan memiliki thallus simetri radial.
Gametofit merupakan tumbuhan yang tegak yang terdiri atas batang dan
daun yang tebalnya satu lapis sel dan umumnya uruat daun di tengah.
Ciri-ciri lumut daun yaitu, memiliki daun semu dan batang semu,
mempunyai akar semu, sporofit dan gametofit menyatu, bersifat
homotalik dan heterotalik. Repdoduksi vegetative lumut daun dengan
membentuk kuncup di cabang-cabang batang. Jika dari batang terbentuk
kuncup muncullah lumut yang baru, lumut ini juga mengalami fase
sporofit dan gametofit. Alat reproduksi seksual terdapat pada bagian
pucuk berupa anteredium dan arkegonium.
D. Hasil Pengamatan
1. Marchantia polymorpha
a. Literatur morfologi

a Keterangan:
a. Gametofit
b. Thallus

(Sumber: Badrut, 2016)


b. Literatur Anatomi
a
Keterangan:
b a. Dinding sel
b. Inti sel
c. Kloroplas
c

(Sumber: Badrut, 2016)


2. Polytrichum sp.
a. Literatur morfologi
a Keterangan:
a. Sporangium
b. Seta
b
c. Daun
c

(Sumber: Badrut, 2016)


b. Literatur anatomi

a Keterangan:
a. Epidermis
b. Kloroplas
b

(Sumber: Badrut, 2016)


3. Sphagnum fimbriatum
a. Literatur morfologi
a
Keterangan:
a. Daun
b. Batang
b c. Rhizoid

(Sumber: Badrut, 2016)


b. Literatur anatomi
a
Keterangan:
b a. Dinding sel
b. Kloroplas
4. Pogonatum sp.
a. Literatur morfologi

Keterangan:
a a. Sporangium
b. Seta
b c. Daun

(Sumber: Badrut,
2016)
b. Literatur anatomi
a Keterangan:
a. Epidermis
b. Kloroplas
b c. Parenkim

c
E. Analisis
1. Marchantia polymorpha
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Marchantiophyta
Kelas : Marchantiopsida
Ordo : Marchantiales
Famili : Marchantiaceae
Genus : Marchantia
Spesies : Marchantia polymorpha
(Sumber : Cronquist 1981)

Berdasarkan hasil pengamatan pada literature bahwa pada


Marchantia polymorpha terlihat jelas baik dari segi warna dan
strukturnya. Warnanya yaitu hiaju dan memiliki tangkai, sedangkan
morfologinya terdiri dari sporangium dan seta yang mana ke dua
morfologi ini merupakan sporofit atau penghasil spora. Sporagium adalah
tempat pembentukan spora. Sporangium bisa terdiri dari satu sel atau bisa
juga merupakan multisel. Semua tanaman, jamur, dan banyak makhluk
lainnya menghasilkan sporangium pada waktu tertentu dalam siklus
kehidupan mereka. Sporangium dapat menghasilkan spora dengan cara
mitosis, namun pada hampir semua tanaman darat dan banyak jenis fungi,
sporangium merupakan tempat berlangsungnya meiosis dan secara
genetis menghasilkan spora dengan haploid yang berbeda. Fungsi
sporangium yaitu sebagai tempat pembentukan spora. Sporagium adalah
tempat pembentukan suatu spora. Jadi awal spora terbentuk adalah dari
sporagium. Sporangium adalah tempat berlangsungnya meiosis dan
secara genetis yang menghasilkan spora dengan haploid yang berbeda.
Sporangium itu tempat pembentukan spora, jadi fungsinya dia bisa
menghasilkan spora dari hasil mitosis. Tapi hampir semua tanaman darat
dan jenis lumut menggunakan sporangium sebagai tempat pembentukan
meiosis dan secara genetis menghasilkan spora dengan haploid yang
berbeda. Sedangkan seta adalah tangkai sporangium pada tumbuhan
lumut yang berfungsi sebagai penopang sporangium.
Morfologinya ini membentuk roset dari tali yang diratakan dengan
bercabang-cabang. Warna tumbuhan ini biasanya hijau kusam dengan
gelap, namun jika sudah berumur tua maka akan menjadi warna cokelat
atau keunguan. Tubuhnya terbagi atas dua lobus sehingga tampak seperti
lobus pada hati. Permukaan atas lumut ini tertutup oleh pori-pori yang
memungkinkan udara dan karbondioksida untuk mampu mencapai sel-sel
bagian dalam tallus. Pori-pori ini berupa dengan stomata yang ditemukan
pada tumbuhan tingkat tinggi.
Anatomi spesies Marchantia polymorpha ini tidak mempunyai
spora. Pada permukaan atas terdapat lapisan kutikula yang semuanya
hampir tidak dilalui oleh air. Terdapat sel yang dorman dan dinding sel
pada lumut ini mengalami penebalan ke dalam yang berbentuk seperti
sekat-sekat yang tidak sempurna. Sistem reproduksi dapat bereproduksi
dengan baik secara seksual maupun aseksual. Reproduksi seksual
melibatkan sperma dari tanaman jantan dan ovarium dari tanaman betina.
Sebuah sel telur yang dibuahi berkembeng menjadi kecil sporofit tanaman
yang masih melekat pada yang lebih besar disebut gametofit tanaman.
Habitat spesies ini ditemukan di seluruh dunia, mulai dari tropis hingga
dengan iklim kutub. Tumbuh di tanah lembab, bebatuan di tempat yang
lembab seperti tepi sungai dan tepi kolam renang dan rawa. Peranan
memiliki peranan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai
obat radang hati,. Selain itu, lumut ini juga dapat bersimbiosis dengan
alga membentuk lichen yang merupakan tumbuhan pionir bagi tempat
yang gersang.
Menurut (Eddy, 1988) lumut hati (Marchantia polymorpha)
memiliki sistem reproduksi yaitu secara seksual dan aseksual. Secara
seksual karena pada lumut ini memiliki anteridium dan arkegonium
sehingga dapat melakukan oogami. Oogami adalah salah satu jenis proses
seksual anisogami. Hal ini dapat didefinisikan sebagai peleburan sel telur
besar yang immotil dengan sel sperma kecil dan motil untuk
menghasilkan zigot. Gamet jantan dan betina sebagian besar berbeda
dalam ukuran, bentuk, penampilan dan motilitas. Gamet jantan memiliki
flagel oleh karena itu, sangat cepat. Sel telur terdiri dari banyak nutrisi
untuk penggunaan masa depan selama perkembangan keturunan. Oogami
ditunjukkan oleh semua tanaman dan hewan yang tingkatnya lebih tinggi.
Sedangkan secara aseksual karena memiliki spora. Spora yang matang
akan pecah dan keluar mencari tempat yang dapat mendukung untuk
hidup menjadi individu baru. Peranan lumut hati (Marchantia
polymorpha) yaitu sangat penting karena merupakan salah satu jenis
lumut yang dapat menyerap air sebagai secara berlebihan sehingga dapat
mencegah terjadinya banjir. Selain itu peranan lumut hati (Marchantia
polymorpha) yaitu sebagai dijadikan obat hepatitis (radang hati) dan juga
menjaga kelembapan tanah, selain kedua hal tersebut marchantia
polymorpha juga dapat dijadikan sebagai penyembuh luka terbuka,
penawar racun dan mematikan jentik demam berdarah.
2. Polytricum sp.
Klasifikasi Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus
Species
: Plantae
: Bryophyta
: Musci
: Bryales
: Polytrichaceae
: Polytricum
: Polytricum sp.

(Sumber : Cronquist, 1981)

Berdasarkan hasil pengamatan pada literatur bahwa pada


Polytricum sp terlihat jelas baik dari segi warna dan struktur morfologi
maupun anatomi. Dalam morfologinya Polytricum sp berwarna hijau yang
terdiri dari sporangium, seta, dan daun. Sporagium adalah tempat
pembentukan spora. Sporangium bisa terdiri dari satu sel atau bisa juga
merupakan multisel. Semua tanaman, jamur, dan banyak makhluk lainnya
menghasilkan sporangium pada waktu tertentu dalam siklus kehidupan
mereka. Sporangium dapat menghasilkan spora dengan cara mitosis,
namun pada hampir semua tanaman darat dan banyak jenis fungi,
sporangium merupakan tempat berlangsungnya meiosis dan secara genetis
menghasilkan spora dengan haploid yang berbeda. Fungsi sporangium
yaitu sebagai tempat pembentukan spora. Sporagium adalah tempat
pembentukan suatu spora. Jadi awal spora terbentuk adalah dari
sporagium. Sporangium adalah tempat berlangsungnya meiosis dan
secara genetis yang menghasilkan spora dengan haploid yang berbeda.
Sporangium itu tempat pembentukan spora, jadi fungsinya dia bisa
menghasilkan spora dari hasil mitosis. Tapi hampir semua tanaman darat
dan jenis lumut menggunakan sporangium sebagai tempat pembentukan
meiosis dan secara genetis menghasilkan spora dengan haploid yang
berbeda. Sedangkan seta adalah tangkai sporangium pada tumbuhan
lumut yang berfungsi sebagai penopang sporangium. Polytricum sp
berwarna hijau dan tata letak daun yang tersebar.
Polytricum sp memiliki morfologi yang pada umumnya, spesies ini
ada yang sangat tinggi dengan batang yang seringkali melebihi 30 cm.
Tetapi yang paling sering ditemukan pada jarak yang lebih dari 5-10 cm.
Spesies iniberwarna hijau gelap tetapi menjadi kecokelatan dengan seiring
waktu. Batangnya dapat terjadi baik dalam jumbai yang longgar atau
cukup padat sehingga sering membentuk koloni yang luas. Spesies ini
memiliki batang yang tegak lurus tidak bercabang. Sedangkan anatominya
yaitu sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari
selulosa. Sel daunnya terdiri atas bebrapa lapis sel dimana sel-sel tersebut
mengandung banyak klorofil sehingga Polytricum sp bersifat autotrof.
Letak klorofil tersebut tersusun menurut poros panjang daun. Akarnya
berupa rhizoid yang tampak seperti rambut.
Menurut (Latifah, 2004) Polytricum sp berkembangbiak dengan
spora. Spora tumbuh menjadi Protonema, kemudian menjadi tumbuhan
lumut. Tumbuhan ini terbagi menjadi anteridium yang menghasilkan
sperma dan akegonoium yang akan menghasilkan ovum. Peleburan
keduanya akan menghasilkan zigot dan tumbuh menjadi embrio. Embrio
terus tumbuh menjadi sporangium dan menghasilkan spora. Dapat
mencegah erosi dan sebagai penterap juga menyimpan air. Sedangkan
Polytricum sp memiliki peranan untuk menyerap air yang berlebih
sehingga mencegah terjadinya banjir

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Bryophyta
Kelas: Sphagnopsida
Ordo: Sphagnales
Famili: Sphagnaceae
Genus: Sphagnum
Spesies: Sphagnum fimbriatum
(Sumber : Cronquist 1981)

3. Sphagnum fimbriatum
Berdasarkan hasil pengamatan pada literature pada Sphagnum
fimbiriatum memiliki spora bersifat fototrop positif, banyak bercabang-
cabang, dan terlihat seperti hifa cendawan yang berwarna hijau. Alat
kelamin terkumpul di ujung batang atau cabang, dan dikelilingi oleh
daun-daun yang letaknya di paling atas. Hidup di tempat-tempat berawa-
rawa dan membentuk rumpun atau bantalan, pada bagian bawah yang ada
di dalam
n air mati dan berubah menjadi gambut. Protonema merupakan
suatu badan berbentuk daun kecil, tepinya bertoreh-toreh dan hanya
terdiri dari satu sel saja. Batangnya bercabang-cabang dan membentuk
roset pada ujungnya. Setelah pembuahan, kaki selau memanjang seperti
tangkai dan dinamakan pseudopodium. Kapsul spora mempunyai tutup
yang akan membuka, jika spora sudah masak.
Morfologi lumut Sphagnum fimbriatum ini juga memiliki daun
yang lebar berawarna hijau, pada bagian atas terdapat kaliptra, dan
dibawahnay terdapat kapsul sebagai tempat penyimpanan spora, pada
bagian bawahnya terdapat rhizoid. Anatomi lumut ini memiliki kulit
batang sphagnum yang terdiri atas selapis sel yang telah mati. Jaringan sel
kulitnya bersifat seperti spon. Dinding yang membujur dan melintang
memiliki liang yang bulat. Memiliki spora sebagai alat
perkembangbiakan. Reproduksi sistem reproduksi dari lumut ini, secara
aseksula dan seksual dmana fase seksual lebih lama daripada fase
aseksual, fase pertama yaitu fase gametofit, dmana gamet muda
menghasilkan anteridium dan arkegonium kemudian terjadi ferilisasi,
kemudian menghasilkan zigot , kemudian tumbuhan muda, dari sini
dihasilkan spora dari kaliptra. Peranan lumut ini memiliki peranan
penting, dalam menjaga kelembapan udara dan pengikat air. Habitat
lumut ini dapat ditemukan pada melekat pada cadas, dan ada yang
melekat pada pepohonan.
Kulit batang Sphagnum fimbriatum terdiri atas selapis sel-sel yang
telah mati dan kosong. Jaringan kulit bersifat seperti spon, dapat
menghisap banyak air. Dinding-dinding yang membujur maupun yang
melintang mempunyai liang-liang yang bulat, juga dalam daunnya
terdapat sel-sel yang menebal berbentuk cincinatau spiral dan merupakan
idioblas di antara sel-sel lainnya yang membentuk susunan seperti jala,
terdiri atas sel-sel hidup, berbentuk panjang dan banyak mengandung
klorofil. Susunan yang merupakan aparat kapilar itu berguna untuk
memenuhi keperluan akan air dan garam-garam makanan.Cabang-cabang
batang ada yang mempunyai bentuk dan warna khusus, yaitu cabangyang
menjadi pendukung alatalat kelamin. Cabang-cabang betina mempunyai
antheridium yang bulat danbertangkai di ketiak-ketiak daunnya. Cabang
jantan mempunyai arkhegonium pada ujungnya. Cabang pendukung
arkegonium itu tidak mempunyai sel pemula yang berbentuk limas pada
ujungnya, jadi seperti lumut hati,dan berbeda dengan lumut daun
umumnya. Sporogonium hanya membentuk tangkai pendek dengan kaki
yang membesar, dan sampai lama diselubungi oleh dinding arkegonium.
Akhirnya dinding arkegonium itu pecah pada kaki sporogonium. Kapsul
spora berbentuk bulat, di dalamnya terdapat kolumela berbentuk setengah
bola yang diselubungi oleh jaringan sporogen. Arkespora pada Sphagnum
fimbriatum tidak berasal dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan
terdalam amfitesium. Kapsul spora mempunyai tutup yang akan
membuka, jika spora sudah masak.

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Musci
Ordo : Bryales
Famili : Bryalececie
Genus : Pogonatum
Spesies : Pogonatum sp.
(Sumber : Cronquist 1981)

4. Pogonatum sp.
Berdasarkan hasil pengamatan pada literature bahwa paA
Pogonatum sp merupakan tumbuhan lumut yang memiliki bentuk thallus
seperti tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu tegak dan lembaran
daun tersusun spiral. Hidupnya berkelompok, menempel pada tembok,
batu dan tanah atau banyak ditemukan pada tempat yang lembab atau
basah. Pogonatum sp generasi gametofitnya terbentuk dari protonema
yang tumbuh menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, yang dapat dibedakan
bentuk daun, batang dan akarnya. Organ pada tumbuhan Pogonatum sp
terdiri atas daun semu, batang semu, dan akar semu (rhizoid). Pogonatum
sp ini mempunyai bagian yang menyerupai batang dan daun berklorofil.
Baik batang maupun daun belum mempunyai jaringan pengangkut.
Daunnya berwarna hijau, karena mengandung klorofil yang berguna
untuk berfotosintesis, bentuknya kecil dan tersusun selapis sel yang kecil,
sempit dan panjang seperti jala. Daun pada lumut ini hanya mempunyai
satu sel saja, kecuali dibagian tengah ibu tulang daun yang terdiri atas
lebih dari selapis sel. Diantaranya terdapat sel-sel mati yang berbentuk
spiral berfungsi sebagai tempat persediaan air. Batang pada Pogonatum sp
berbentuk silindris, belum terdapat jaringan pembuluh, sel-sel batang
tersusun memanjang, pada bagian dasar batang terdapat rhizoid yang
berupa benang halus dan berfungsi sebagai akar yang merupakan tempat
untuk melekatkan diri, pada ujung/pucuk tumbuhan terdapat alat
perkembangbiakan seksual berupa kotak spora (spora) yang terdiri dari
anteridium dan arkogenium, pada ujung batang terlihat adanya
sporangium, yaitu kapsul yang mencuat ke atas pada arkogenium, sebagai
tempat pembelahan meosis terjadi dan spora haploid berkembang. Alat
kelaminnya terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabangnya, alat
kelaminnya dan dikelilingi daun-daun yang letaknya paling atas. Daun-
daun ini memiliki susunan yang khusus, biasanya disebut periantum.
Perkembangbiakan Pogonatum sp bisa terjadi secara vegetatif maupun
generatif. Perkembangbiakan vegetatif berlangsung dengan pembebasan
spora dari kapsula sebagai hasil dari pembelahan sel induk spora secara
meosis yang menghasilkan tempat spora atau tetraspora. Jika sporangium
(sporofit) telah masak, kaliptra dan opeculum lepas dan jatuh. Ketika
penutup sporangium membuka, spora akan menyebar. Jika udara
disekitarnya kering, gigi-gigi peristom akan menggulung keluar sehingga
spora dapat keluar. Spora tersebut akan diterbangkan oleh angin. Jika
spora jatuh di tempat yang sesuai atau jatuh pada tempat lembab akan
membentuk lumut baru melalui pembelahan mitosis. Perkembangbiakan
generatif atau secara kawin dengan menghasilkan sel telur dan sel
spermatozoid, sel telur dan sel spermatozoid yang diproduksi oleh
antheridium dan arkhigenium. Dengan pembuahan sel telur oleh sel jantan
dengan medium air karena gaya tarik kimia (kemotaksis), pembuahan ini
menghasilkan zigot. Zigot akan membelah beberapa kali sehingga
terbentuk embrio yang tumbuh menjadi sporongium (badan penghasil
spora) atau tumbuhan penghasil spora (sporofit). Jadi, sporofit merupakan
tumbuhan generatif.
Pogonatum sp, Mempunyai batang tunggal dan tumbuh tegak,
daun sempit dan menyebar secara spiral, kapsul tertutup kaliptra yang
berambu. Berbentuk silisndris terdapat di ujung tangkai yang muncul
pada ujung batang. Lumut daun berdasarkan kepada habitusnya bentuk
thallusnya adalah seperti tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu
tegak dan lembaran daun yang tersusun spiral. Lumut daun mempunyai
batang dan daun yang mengandung klorofil. Baik batang maupun daun
belum mempunyai jaringan pengangkut yaitu dalam hal ini berarti tidak
mempunyai pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Pada
bagian dasar batang semu terdapat rhizoid yang berupa benang halus dan
berfungsi sebagai akar. Rhizoid terdiri atas satu deret sel yang memanjang
dengan sekat yang tidak sempurna. Seperti halnya fungsi dari akar,
rhizoid juga berfungsi untuk melekatkan tumbuhan lumut daun pada
tempat tumbuhnya, serta menyerap air dan zat hara. Pada bagian pucuk
terdapat alat perkembanganbiakan seksual yaitu berupa anteridium dan
arkhegonium. Anteridium adalah merupakan organ jantan berbentuk
tongkat yang tidak memiliki lapisan pelindung. Anteridium dapat
menghasilkan sejumlah gamet jantan berflagela (sel sperma), dimana pada
saat akan mengadakan pembuahan gamet jantan tersebut akan dilepaskan
dari anteridium. Sedangkan arhegonium adalah merupakan organ betina
yang berbentuk botol yang memiliki sel-sel pelindung yang melindungi
sel telur yang terbentuk di dalamnya. Akhegonium menghasilkan satu
gamet betina yang berukuran besar (sel telur) yang pada saat pembuahan
sel telur tersebut tetap melekat pada arkhegonium. Pada lumut daun ini
gametofit keluar dari masa yang terdiri dari benang-benag hijau
menyerupai ganggang, biasanya tegak dengan struktur seperti daun yang
tersusun secara simetri radial mengelilingi tangkai, tumbuhnya melekat
pada tumbuhan di permukaan tanah yang lembab. Perkembangbiakan
pada lumut daun dapat terjadi secara generatif dan vegetatif.
Perkembangan secara generatif berlangsung dengan pembuahan sel telur
oleh sel jantan dengan medium air oleh karena gerak pada tumbuhan yang
berupa gerak kemetaksis. Pembuahan ini akan menghasilkan zigot yang
akan membelah beberapa kali sehingga terbentuk embrio yang kemudian
tumbuh menjadi sporangium atau tumbuhan spora. Perkembangbiakan
secara vegetatif berlangsung dengan pembebasan spora dari kapsula yang
akan menghasilkan empat spora (tetraspora). Pada perkembangbiakan
secara vegetatif ini sangat berperan adalah angina, karena dengan bantuan
angin, spora dapat keluar dari gigi-gigi peristom dan jatuh ditempat yang
sesuai. Bagian –bagian sporofit adalah seta (tangkai sporofit) , kapsul
(sporangium), kaliptra / tudung (berasal dari arkegonium yang robek
akibat pertumbuhan memanjang sporofit), annulus (terdapat dibagian atas
kapsul), operkulum (penutup, terdapat dipuncak kapsul).

F. Kesimpulan
1. Marchantia polymorpha memiliki morfologi membentuk roset dari tali
yang diratakan dengan bercabang-cabang. Warna tumbuhan hijau kusam
dengan gelap. Tubuhnya terbagi atas dua lobus sehingga tampak seperti
lobus pada hati. Permukaan atas lumut ini tertutup oleh pori-pori yang
memungkinkan udara dan karbondioksida untuk mampu mencapai sel-sel
bagian dalam tallus. Anatomi spesies lumut Marchantia polymorpha ini
tidak mempunyai spora. Pada permukaan atas terdapat lapisan kutikula
yang semuanya hampir tidak dilalui oleh air
2. Polytricum sp. morfologi terdiri dari sporangium, seta, dan daun. Fungsi
sporangium yaitu sebagai tempat pembentukan spora. Seta berfungsi
penopang sporangium. Daun dari lumut ini memiliki tata letak yang
tersebar dan terdiri dari epidermis dan kloroplas.
3. Sphagnum fimbriatum morfologi ini juga memiliki daun yang lebar
berawarna hijau, pada bagian atas terdapat kaliptra, dan dibawahnay
terdapat kapsul sebagai tempat penyimpanan spora, pada bagian
bawahnya terdapat rhizoid. Anatomi lumut ini memiliki kulit batang
sphagnum yang terdiri atas selapis sel yang telah mati. Jaringan sel
kulitnya bersifat seperti spon. Dinding yang membujur dan melintang
memiliki liang yang bulat. Memiliki spora sebagai alat
perkembangbiakan.
4. Pogonatum sp. memiliki morfologi yaitu mempunyai batang tunggal dan
tumbuh tegak, daun sempit dan menyebar secara spiral, kapsul tertutup
kaliptra yang berambu. Berbentuk silisndris terdapat di ujung tangkai
yang muncul pada ujung batang. Anatomi Lumut daun ini mempunyai
batang dan daun yang mengandung klorofil. Baik batang maupun daun
belum mempunyai jaringan pengangkut yaitu dalam hal ini berarti tidak
mempunyai pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Pada
bagian dasar batang semu terdapat rhizoid yang berupa benang halus dan
berfungsi sebagai akar.

G. Daftar Pustaka
Bambang,dkk.2006. BIOLOGI JILID 1.Jakarta:Erlangga

Campbell, Neil A, J.B Reece dan L.G Mitchell. Biologi Jilid 1. Jakarta :
Erlangga, 2003.

Deswaty. 2005. BIOLOGI INTERAKTIF. Bandung: Azka

Firman R, Mawardi A, Riandi U. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1. Jakarta:


Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2009.

Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jember : Institut


Keguruan Ilmu Pendidikan PGRI Jember.

Kimball, J.W. 1983.Biologi Jilid 3 Edisi 5. Jakarta. Erlangga.

Suwarno. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional. 2009.

Tjirosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 2014.

Tjitrosoepomo, Gembong, 2018. Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta, Gadjah Mada


Universitas Press Anggota IKAPI
H. Evaluasi
1. Jelaskan ciri-ciri tumbuhan pada lumut hati!
Jawab :
a. Reproduksi seksual berlangsung dengan melalui sebuah peleburan
dua sel spermatozoid dan ovum.
b. Kemudian Reproduksi aseksual berlangsung dengan cara
fragmentasi serta pembentukan gema. Yang nantinya pada gema
tersebut dapat terlepas dari talusnya jika terkena oleh tetesan air dan
juga dengan sentuhan serangga. Maka jika nantinya gema tersebut
terjatuh pada tempat yang sesuai, maka akan menjadi tumbuhan
yang baru.
c. Pada umumnya terdapat di tempat yang lembap terutama hutan hujan
tropis.
d. Seperti yang sudah disampaikan bahwa Lumut hati ialah sebuah
tumbuhan talus yang tubuh berbentuk berlobus, pipih dan lembaran,
e. Secara umumnya jenis ini tidak mempunyai daun.
f. Talus berbentuk pita, berdaging, berwarna hijau, tubuhnya tersusun
atas struktur berbentuk hati pipih, siklus hidup mirip dengan lumut
daun, menempel pada permukaan tanah,pohon atau tebing.

2. Jelaskan pergiliran keturunan pada lumut daun!


Jawab :
Reproduksi tumbuhan lumut mengalami Metagenesis yaitu pergiliran
keturunan dari fase gametofit ke fase sporofit. Perkembangbiakan
tumbuhan lumut terjadi melalui fase generatif (gametofit) dan fase
vegetatif (sporofit) yang disebut metagenesis. Fase generatif tumbuhan
Lumut disebut sebagai fase gametofit karena pada fase tersebut lumut
menghasilkan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Fase
generatif pada tumbuhan lumut adalah tumbuhan lumut itu sendiri, karena
tumbuhan lumut memiliki anteridium ( alat kelamin jantan) untuk
menghasilkan sperma dan arkegonium (alat kelamin betina) untuk
menghasilkan ovum. Pada fase sporofit menghasilkan spora sebagai alat
perkembangbiakan vegetatif. Ciri-ciri yang mencolok pada fase sporofit
yaitu munculnya sporangium sebagai kotak spora. Sifat sporofit
tumbuhan lumut adalah diploid (2n) yang memiliki koromosom
berpasangan. Pada tumbuhan Lumut, spora yang jatuh ke tanah
membentuk Protonema kemudian tumbuh menjadi tumbuhan Lumut
(sebagai fase gametofit karena menghasilkan sel gamet). Pada fase
gametofit lumut hidup lebih lama dibandingkan fase yang lainnya
(dominan). Selanjutnya tumbuhan Lumut membentuk Anteridium untuk
menghasilkan sperma dan Arkegonium untuk menghasilkan ovum.
Kemudian sperma membuahi ovum membentuk zigot – sporogonium -
sporangium (sebagai fase sporofit karena membentuk spora) - spora.

Anda mungkin juga menyukai