Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PEMBUATAN NATA DE COCO


MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat nata dari air kelapa segar.
2. Mengetahui prinsip proses fermentasi oleh bakteri pembuatan nata.

B. LANDASAN TEORI
Nata berasal dari bahasa Spanyol yaitu nadar yang artinya berenang,
istilah tersebut juga berasal dari bahasa latin yaitu natere yang artinya
terapung. Nata sudah lama populer di Filipina dan merupakan hidangan yang
sangat digemari oleh masyarakatnya. Nata termasuk makanan rendah kalori
sehingga cocok digunakan penderita diabetes. Nata dapat dibuat dari bahan-
bahan seperti: sari kelapa, air kelapa, sari nanas dan sari buah lainnya.
Nata de coco adalah sejenis makanan fermentasi yang dibuat dengan
bahan dasar air kelapa. Nata tersusun dari senyawa yang dihasilkan oleh
bakteri Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum dapat hidup dalam air
kelapa dan juga dalam buah-buahan yang mengandung glukosa dalam cairan
buah nanas, yang kemudian diubah menjadi selulosa dan dikeluarkan
kepermukaan sel. Lapisan selulosa ini terbentuk selapis demi selapis pada
permukaan sari buah, sehingga akhirnya menebal inilah yang disebut nata.
Acetobacter xylinum adalah bakteri asam asetat, bersifat aerobik, gram
negatif dan berbentuk batang pendek. Dalam medium cair Acetobacter
xylinum membentuk suatu lapisan (massa) yang dapat mencapai ketebalan.
Acetobacter xylinum merupakan bakteri yang menguntungkan manusia.
Artinya dapat digunakan untuk membuat suatu produk yang bermanfaat bagi
manusia. Misalnya seperti bakteri asam laktat yang menghasilkan yoghurt,
asinan dan lainnya. Acetobacter xylinum dapat hidup pada larutan dengan
derajat keasaman atau kebasaan 3,5-7,5 pH. Namun Acetobacter xylinum
akan lebih tumbuh dengan optimal pada derajat keasaman 4,3 pH. Idealnya
bakteri Acetobacter xylinum hidup pada suhu 28°– 31°C.
Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam sari
buah yang mengandung glukosa yang kemudian diubah menjadi asam asetat
dan benang-benang selulosa. Lama-kelamaan akan terbentuk suatu massa
yang kokoh dan mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Selulosa yang
dikeluarkan kedalam media itu berupa benang-benang yang bersama-sama
dengan polisakarida membentuk jalinan yang terus menebal menjadi lapisan
nata. Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika
ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon (C) dan
nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri
tersebut akan menghasilkan enzim ekstra seluler yang dapat menyusun zat
gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh
pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang
selulosa yang akhirnya Nampak padat berwarna putih hingga transparan
(Misgiyarta, 2007).
Nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas
yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi
standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan dengan cara yang
benar berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
aktivitas Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio antara karbon
dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik,
maka semua cairan akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu
sedikitpun.
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari
kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan
tambahan yang diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana,
sumber nitrogen, dan asam asetat. Pada umumnya senyawa karbohidrat
sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan nata de coco,
diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan
manosa. Dari beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan
senyawa yang paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan
dan perkembangan bibit nata. Adapun dari segi warna yang paling baik
digunakan adalah sukrosa putih (gula rafinasi). Sukrosa coklat akan
mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik.
Air kelapa banyak mengandung zat yang bermanfaat seperti
makronutrien, vitamin, asam amino, berbagai mineral, dan bahkan hormon
pertumbuhan. Pada air kelapa juga terkandung asam amino dan enzim yaitu
asam folat, catalase, dehydrogenase, diastase, peroxidase, dan RNA
polymerase (Putri, 2013)
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau
\meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam
asetat glasial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat
digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu
pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-
asam organic dan anorganik lain bisa digunakan. Seperti halnya pembuatan
beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga
memerlukan bibit. Bibit nata de coco disebut starter nata. Bibit nata de coco
merupakan suspensi sel Acetobacter xylinum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter xylinum mengalami
pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat
keasaman media temperature, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang
dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida.
Sumber dari karbon ini yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber
nitrogen yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas
bakteri nata dapat berasal dari nitrogen organik, seperti misalnya protein dan
ekstrak yeast, maupun nitrogen anorganik seperti misalnya ammonium fosfat,
urea, dan ammonium sulfat. Acetobacter xylinum ini sangat memerlukan
oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya
ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat
mengakibatkan kontaminasi.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Teko ukur 1 liter b. Saringan plastik c. Panci

d. Gelas arloji e. Timbangan f. Spatula

g. Pengaduk kayu h. Baskom i. Pipet ukur 10 ml

j. Ball filler k. Baki persegi empat l. Indikator universal

m. Gelas ukur 50 ml n. inkubator o. kompor

Gambar I.1 Alat Percobaan Pembuatan Nata De Coco


Menggunakan Acetobacter xylinum

2. Bahan
a. Air kelapa segar 1 liter
b. Pupuk ZA 0,4 gram
c. Gula pasir 30 gram
d. Asam asetat glasial 10 ml
e. Bibit cair 50 ml

D. SKEMA KERJA

Air kelapa Penyaringan


segar Air kelapa bersih

Pemanasan Gula
pasir
Larutan
mendidih
ZA Pencampuran CH3COOH

Pengecekan pH
larutan

Pendinginan
Larutan
dingin
Bibit Pembibitan
cair

Inkubasi

Nata de
coco
Gambar I.2 Skema Kerja Pembuatan Nata De Coco
Menggunakan Acetobacter xylinum

E. DATA PENGAMATAN
Tabel I.1 Data Pengamatan Pembuatan Nata De Coco Menggunakan
Acetobacter xylinum
N Perlakuan Hasil Pengamatan
o
1 1 liter air kelapa segar disaring. Air kelapa 1 liter yang
semula ada sedikit
kotoran serabut
kelapa menjadi
bening.
2 Air kelapa dimasukkan ke dalam Campuran air kelapa
panci dan menambahkan 30 dengan gula agak
gram gula pasir keruh.
3 Merebus campuran selama 5 - 10 Campuran menjadi
menit larut.
4 Campuran dituang ke dalam Campuran dengan pH
baskom, dan ditambahkan 0,4 4.
gram pupuk ZA dan 10 ml asam
asetat glasial.
5 Campuran didinginkan pada suhu Campuran menjadi
ruangan. dingin.
6 Tuang campuran ke baki.
7 Campuran ditambah dengan 50 Tinggi campuran
ml bibit nata cair secara merata dalam baki = 1 cm
dan diaduk.
8 Campuran yang telah Terbentuk nata de
ditambahkan bibit dimasukkan di coco dengan:
inkubator selama 7 hari. Berat = 720 gram
Tebal = 0,8 cm
ARIF HIDAYAT
F. PEMBAHASAN (5213414058)

Pada percobaan pembuatan nata de coco digunakan


air kelapa yang telah disaring terlebih dahulu. Tujuan dari
peyaringan ini yaitu untuk memisahkan air kelapa dengan
pengotornya, kemudian air kelapa direbus hingga mendidih
agar bakteri-bakteri yang ada pada air kelapa dapat hilang
atau mati. Kemudian ditambahkan gula pasir. Tujuan dari
penambahan gula pasir ini adalah sebagai nutrisi bagi bibit
nata. Setelah itu, campuran tersebut dipindahkan pada
baskom dan ditambahkan pupuk ZA. Penambahan ini
bertujuan sebagai sumber nitrogen bagi bibit nata agar dapat
berkembang. Selain itu ditambahan juga asam asetat glasial.
Penambahan asam asetat glasial ini agar pH dari air kelapa
dapat turun dikarenakan bibit nata yaitu Acetobacter xylinum
dapat hidup atau berkembang pada pH asam. Pada
percobaan ini pH dari air kelapa yaitu 4. Setelah penambahan
pupuk ZA dan asam asetat glasial dilakukan pendinginan agar
bibit atau bakteri dapat maksimal dalam membuat nata.
Suhu optimal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum
yaitu berkisar pada suhu 28-31°C (Fitria, 2010).
Apabila bakteri Acetobacter xylinum hidup pada suhu
kurang dari 28°C, pertumbuhan dari bakteri akan terhambat
dan apabila bakteri hidup pada suhu diatas 31°C maka akan
mengalami kerusakan, sehingga bakteri tidak dapat
memproduksi nata atau tidak dapat berkembang.
Bakteri Acetobacter xylinum sangat memerlukan
oksigen, sehingga dalam fermentasi tidak ditutup rapat
namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk ke
dalam media yang dapat menyebabkan kontaminan (Fitria,
2010).
Sehingga dapat proses fermentasi, loyang atau wadah
untuk pembentukan nata hanya ditutup dengan koran dan
diikat dengan menggunakan tali. Penutupan ini dilakukan
agar kontak air kelapa dengan udara supaya terhambat.
Proses fermentasi ini dilakukan didalam inkubator bertujuan
untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dengan air
kelapa yang akan difermentasi menjadi nata de coco. Selain
itu agar air kelapa yang telah diberi bibit bakteri bisa bebas
dari guncangan. Getaran dan guncangan dapat menyebabkan
aktivitas bakteri terhambat. Selain itu guncangan dapat
menyebabkan membran atau lapisan nata yang sudah
terbentuk bisa rusak (Rochinta, 2012).
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu lama
fermentasi selama 7 hari didapatkan nata de coco sebesar
720 gram dengan ketebalan sebesar 0,8 cm, yang
sebelumnya pada saat pemberian benih/bibit pada air kelapa
dengan ketinggian 1 cm. Namun, didapatkan air kelapa yang
belum membentuk nata. Hal ini disebabkan karena lama
fermentasi yang kurang lama, sehingga nata yang diproduksi
belum maksimal.
Waktu yang digunakan dalam pembuatan nata
umumnya 2-4 minggu. Minggu ke 4 dari waktu fermentasi
merupakan waktu yang maksimal untuk produksi nata. Hal ini
berarti apabila fermentasi lebih dari 4 minggu, maka kualitas
nata yang diproduksi akan menurun (Pramesti, 2007).
Sehingga apabila didapatkan nata dengan kadar air
yang masih tinggi dapat disimpulkan bahwa bakteri belum
memproduksi nata secara maksimal yang diakibatkan oleh
kurang lamanya proses fermentasi, jadi nata dengan kadar air
yang sedikit lebih baik karena bakteri memproduksi nata
secara maksimal.
Hal yang perlu diperhatikan pada percobaan dalam
membuat nata yaitu: air kelapa yang baik adalah yang tidak
terlalu tua dan tidak terlalu muda. Dalam air kelapa tua
terkandung minyak dari kelapa yang dapat menghambat
pertumbuhan bibit Acetobacter xylinum. Sebaliknya air
kelapa yang masih muda belum mengandung mineral yang
cukup didalamnya, sehingga kurang baik apabila digunakan
sebagai bahan pembuatan nata de ccoco (Ramadani, 2011).

Dari hasil percobaan pembuatan nata de coco,


didapatkan data sebagai berikut:
Bibit nata de coco = 720 gram
= 720 x 10-3 kg
Volume air kelapa = 1 liter
= 10-3 m3
Dari data tersebut dapat digunakan untuk mencari %
yield. Rumus untuk mencari % yield yaitu:
Berat nata
x 100
% yield = Berat air kelapa

Berat air kelapa = ρ xV

ρ air kelapa yaitu 1018,26 kg/m3 (S.S, 2012)


−3
720. 10 kg
% yield = x 100
( ρ. V ) air kelapa
720.10−3 kg
x 100
= kg
1018,26 3 .10−3 m 3
m

= 70,70%

Praktikum kali ini yaitu pembuatan nata de coco


dengan starter bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco
adalah produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan
bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Air kelapa yang
digunakan sebaiknya air kelapa segar dan disaring terlebih
dahulu untuk memisahkan dengan kotoran yang ada. Air
kelapa yang digunakan tidak terlalu muda dan terlalu tua. Air
kelapa yang sedang ketuaannya mengandung berbagai
mineral yang sangat diperlukan oleh Acetobacter xylinum.
Kemudian air kelapa direbus dengan gula pasir, gula pasir
ditambahkan agar dapat mencair dan menyatu dengan air
NI’MATUL AZIZAH
kelapa. Air kelapa dan gula (5213414016)
dibiarkan mendidih hingga
beberapa saat guna membunuh bakteri pada air kelapa.
Kemudian ditambah pupuk ZA yang berfungsi sebagai
sumber nitrogen, lalu ditambahkan asam asetat glasial yang
berfungsi untuk menurunkan pH. Setelah campuran dingin,
dituang ke baki, kemudian ditambah bakteri Acetobacter
xylinum, dimaksudkan agar bakteri dapat maksimal dalam
membentuk nata.
Suhu optimal pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum berkisar antara 28-30°C. Pada suhu kurang dari
28°C, pertumbuhan dari bakteri akan terhambat dan apabila
bakteri hidup pada suhu diatas 31°C maka akan mengalami
kematian. Sehingga pembibitan dan fermentasi air kelapa
diletakkan dalam ruang yang suhunya stabil (suhu ruang).
Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada
kisaran pH 4-4,3. Namun bakteri Acetobacter xylinum sangat
cocok tumbuh pada suasana asam dengan pH 4, maka
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dapat optimum
dikarenakan bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh
optimal dalam keadaan udara yang sedikit dan harus
terhindar dari sinar matahari langsung, loyang wadah ditutup
dengan koran dan diikat. Penutupan dengan koran koran agar
kontak air kelapa dengan udara menjadi terhambat.
Fermentasi dilakukan didalam inkubator untuk
mengurangi intensitas sinar matahari dengan air kelapa. Agar
produksi nata yang dihasilkan optimal, air kelapa yang sudah
diberi bibit harus terhindar dari getaran atau guncangan
karena dapat menghambat aktivitas bakteri selain itu
guncangan akan menenggelamkan lapisan nata yang sudah
terbentuk dan menyebabkan terbentuknya lapisan nata yang
baru yang terpisah dari nata yang pertama.
Dari percobaan, terlihat bahwa nata yang dihasilkan
kurang sempurna. Air kelapa yang ingin dijadikan nata masih
ada yang berupa air kelapa tidak terbentuk nata. Nata yang
terbentuk berada pada bagian atas sedangkan air kelapa
yang belum terbentuk menjadi nata berada pada bagian
bawah. Dalam membentuk nata, bakteri Acetobacter xylinum
akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat
menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa.
Dari jutaan renik yang tumbuh dari air kelapa tersebut akan
terbentuk/dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa
yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan yang disebut nata. Faktor kekurangberhasilan dari
percobaan yang kami lakukan adalah lama fermentasi. Jika
waktu fermentasi diperpanjang lagi, maka akan terbentuk
nata yang sempurna karena waktu fermentasi pembentukan
nata umumnya adalah 2-4 minggu. Jika lebih lama maka
seluruh air kelapa akan menjadi nata de coco. Dari hasil
percobaan pembuatan nata de coco, didapatkan data sebagai
berikut:
Bibit nata de coco = 720 gram
= 720 x 10-3 kg
Volume air kelapa = 1 liter
= 10-3 m3
Dari data tersebut dapat digunakan untuk mencari %
yield. Rumus untuk mencari % yield yaitu:
Berat nata
x 100
% yield = Berat air kelapa

Berat air kelapa = ρ xV


ρ air kelapa yaitu 1018,26 kg/m3 (S.S, 2012)

720. 10−3 kg
% yield = x 100
( ρ. V ) air kelapa

−3
720.10 kg
x 100
= kg −3 3
1018,26 3 .10 m
m

= 70,70% GALIS RIZA PERMANA


(5213414078)
Pada praktikum pembuatan nata de coco, bahan utama
yang digunakan adalah air kelapa yang amsih segar.
Pembuatan nata de coco merupakan fermentasi pada fase
cair oleh bakteri Acetobacter xylinum, air kelapa sebagai
medium pertumbuhan bakteri sekaligus sebagai sumber
nutrisi bagi bakteri tersebut. Dalam air kelapa memiliki
potensi yang baik untuk difermentasikan karena memiliki
kandungan gizi yang lengkap sehingga sesuai untuk
pertumbuhan mikroba. Air kelapa yang digunakan adalah air
kelapa yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua karena
air kelapa tua mengandung minyak yang dapat menghambat
pertumbuhan bibit nata, apabila terlalu muda belum
mengandung mineralk yang cukup.
Pada proses pembuatan nata de coco, langkah pertama
adalah air kelapa disaring untuk memisahkan dengan
kotoran. Kemudian air kelapa direbus gengan gula pasir
hingga mendidih. Tujuan perebusan ini adalah agar gula larut
dalam air kelapa dan membunuh bakteri yang ada pada air
kelapa. Campuran ditambahkan pupuk ZA yang berfungsi
sebagai sumber nitrogen, lalu ditambah asam asetat glasial
untuk menurunkan pH hingga pH 4, karena Acetobacter
xylinum akan optimal tumbuh pada pH 4,3 dengan suhu 28-
30°C. Pada suhu kurang dari 28°C pertumbuhan bakteri akan
terhambat, sedangkan apabila diatas 30°C bibit nata akan
rusak dan mati.
Peran Acetobacter xylinum adalah membentuk serat
nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah
diperkaya dengan karbon dan nitrogen. Proses dari
pembentukan nata de coco yaitu bakteri mengambil glukosa
dari larutan air kelapa kemudian glukosa bergabung dengan
asam lemak membentuk perkusor pada membran sel.
Perkusor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi
dan bersam enzim mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa
diluar sel.
Acetobacter xylinum mempunyai sifat jika ditambahkan
gula pada mediumnya akan membentuk polisakarida dalam
bentuk selulosa ekstraseluler. Selulosa yang terbentuk dalam
media berupa benang-benang yang bersama polisakaridaa
membentuk ikatan yang terus menerus menjadi lapisan yang
rata.
Penambahan bibit nata dilakukan didalam baki, setelah
ditambahkan bibit nata, larutan diaduk agar homogen.
Setelah homogen baki ditutup dengan koran dan diikat untuk
mencegah terjadinya kontaminasi, karena jika larutan
tercemar oleh bakteri pembentuk asam, bibit nata akan
kekurangan nutrisi dan sulit untuk tumbuh.
Fermentasi dilakukan didalam inkubator karena bakteri
Acetobacter xylinum dapat tumbuh optimal dalam keadaan
sedikit udara dan harus terhindar dari sinar matahari
langsung. Proses ini dinamakan proses inkubasi.
Inkubasi adalah suatu teknik fermentasi bagi
mikroorganisme yang telah diinokulasi pada media baru
dimana suhunya dijaga agar tetap stabil. Selama proses
inkubasi, baki tidak boleh digeser atau diguncang karena jika
diguncang, campuran air kelapa akan gagal membentuk
selulosa dan lapisan permukaannya karena kristalin yang
terbentuk sangat kecil akibat terpencar oleh pengguncangan.
Kristalin yang seharusnya berkumpul menjadi serat-serat
terpecah akibat pengguncangan yang kemudian terisolasi
akibat sel-sel bakteri kemudian mengelilingi kristalin
tersebut.
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu selama tujuh
harifermentasi didapatkan nata de coco sebesar 720 gram
dengan ketebalan 0,8 cm yang semula pada saat
pembenihannya ketinggian 1 cm. Didapat juga air kelapa
yang tidak membentuk nata hal ini disebabkan kurang
lamanya proses fermentasi sehingga nata yang diproduksi
belum maksimal.
Dari hasil percobaan pembuatan nata de coco,
didapatkan data sebagai berikut:
Bibit nata de coco = 720 gram
= 720 x 10-3 kg
Volume air kelapa = 1 liter
= 10-3 m3
Dari data tersebut dapat digunakan untuk mencari %
yield. Rumus untuk mencari % yield yaitu:
Berat nata
x 100
% yield = Berat air kelapa

Berat air kelapa = ρ xV

ρ air kelapa yaitu 1018,26 kg/m3 (S.S, 2012)


−3
720. 10 kg
% yield = x 100
( ρ. V ) air kelapa
720.10−3 kg
x 100
= kg
1018,26 3 .10−3 m 3
m

= 70,70%

G. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
a. Nata de coco dibuat dengan bahan baku air kelapa
segar yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
Dalam percobaan ini didapatkan nata de coco sebanyak
720 gram dengan ketebalan 0,8 cm dan % yield
sebanyak 70,70%.
b. Prinsip proses fermentasi oleh bakteri pembuat nata
yaitu bakteri Acetobacter xylinum mengambil glukosa
dari larutan gula dalam air kelapa oleh sel-sel bakteri,
kemudian glukosa tersebut bergabung dengan asam
lemak membentuk perkusor pada membran sel.
Perkusor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk
ekskresi dan bersama enzim mempolimerisasi glukosa
menjadi selulosa diluar sel.

2. Saran
a. Pada saat pemberian bibit, pastikan larutan campuran sudah dalam
keadaan suhu yang berkisar 28-30°C dikarenakan bakteri tumbuh
optimum pada suhu tersebut. Apabila suhu masih diatas 30°C bakteri
dapat mengalami kematian.
b. Pilihlah kelapa yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
c. Kelapa yang digunakan diutamakan yang memiliki kandungan mineral
yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nurlaila. 2010. Bakteri Acetobacter xylinum.


http://nurlailafitria79.blogspot.com/2010/10/bakteri-acetobacter-xylinum/.
Diakses pada 31 maret 2015.
Misgiyarta. 2007. Teknologi Pembuatan Nata de Coco. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.
Pramesti, Novita. 2007. Faktor Pertumbuhan Nata.
http://novitapramesti.blogspot.com/2007/05/faktor-pertumbuhan-nata.
Diakses pada 31 maret 2015.
Putri, Berta, Aiqal Vickry H, Henni Wijayanti Maharani. 2013. Pemanfaatan Air
Kelapa Sebagai Media Pertumbuhan Mikroalga Tetraselmis sp. Lampung:
FMIPA Universitas Lampung.
Ramadani, Murniati. 2011. Air Kelapa dan Manfaatnya.
http://artikelilmu.blogspot.com/2011/09/air-kelapa-dan-manfaatnya/.
Diakses pada 31 maret 2015.
Rochinta niawati, Diana. 2012 . Pembuatan Nata de Coco. Bandung: Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung.
S.S, Manjunatha, Raju P.S. 2012. Modelling the Rheological Behavior of Tender
Coconut (Cococs nucifera L) Water and its Concentrates. India:
Departement of Fruits and Vegetables Technology, Defence Food Research
Laboratory.

Anda mungkin juga menyukai