Pendahuluan
A. Tata Tertib Praktikum
Agar praktikum berjalan dengan tertib, aman, dan sesuai dengan tujuannya, maka perlu
ditetapkan tata tertib praktikum. Tata tertib praktikum tersebut antara lain :
1. Setiap peserta wajib siap hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai dan mengikuti semua
kegiatan praktikum.
2. Praktikum terdiri dari 3 sesi
a. Sesi pemaparan materi kuliah dari dosesn
b. Sesi Pengamatan praktikum
c. Presentasi hasil praktikum minggu sebelumnya dan diskusi
3. Selama praktikum berlangsung, suasara harap di mute dan selama sesi diskusi mahasiswa
harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut.
4. Laporan praktikum dan tugas di upload paling lambat 7 hari setelah praktikum
dilaksanakan sesuai dengan kelompok kelas paralelnya dengan mancantumkan
Judul- Nama peserta beserta NIM, Dosen pengampu praktikum dan tahun pelaksanaan
5. Segala hal yang belum tercakup dalam tata tertib tersebut diatas ini dan dianggap
perlu untuk menjaga tata tertib praktikum, akan diberikan secara lisan oleh
penanggung jawab ujian
Pendahuluan
Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Respon tubuh yang muncul
terhadap obat sangat beragam tergantung pada target kerja obat, sifat fisiko kimia obat dan
kondisi tubuh target.Sarat utama untuk memunculkan efek obat adalah adanya interaksi
langsung antara obat dengan target untuk kemudian menginisisasi terjadinya perubahan.sifat
fisiko kimia obat dan target obat yang berbeda menyebabkan cara pemberian obatpun
berbeda.
Beberapa cara pemberian obat yang dikenal selamaini diantaranya peroral, parenteral,
perinhalasi, perektal dan topikal.Hal yang tidak kalah pentingnya dengan teknik pemberian
obat adalah handling hewan.
Cara handling hewan dan teknik pemberian obat juga harus diperhatikan ketika kita
dihadapkan dengan hewan percobaan yang digunakan untuk menguji khasiat dan kemanan
obat. Seringkali kedua teknik yang tidak memadai menyebabkan sebaran data yang diperoleh
mempunyai bias yang cukup besar dan dampaknya pada pengambilan keputusan tentang hasil
percobaan tersebut cukup besar. Ada beberapa hewan laboratorium yang digunakan selama
ini yaitu katak, mencit, tikus, kelinci, kucing dan anjing, babi. Katak, mencit dan tikus adalah
hewan yang paling sering digunakan dalam percobaan terkait pengujian obat secara prklinis
dibandingkan dengan hewan lainnya.
Mengenal cara handling dan dan teknik pemberian obat pada hewan percobaan
Katak, Mencit, tikus dan kelinci, kandang hewan, sonde lambung, spoit, lap dan sarung
tangan.
1. Cara handling mencit dan tikus
2. Cara m
, maka obat sering digunakan untuk pencegahan, diagnosis dan pengobatan penyakit.
Pemberian obat dapat diberikan secara peroral, parenteral, perinhalasi, perektal dan topical.
Pemberiannya tergantung pada jenis obat dan jenis penyakit yang diobati.
Pemilihan hewan coba harus diketahui sifat – sifat hewan coba maupun cara penanganannya
serta cara pemberian obat. Seorang dokter hewan harus memiliki kemampuan dalam hal cara
pemberian obat yang baik sesuai dengan jenis hewan coba tersebut.
Katak merupakan hewan percobaan yang jarang dipakai dalam penelitian – penelitian
farmakologik, namun dalam praktikum untuk mahasiswa di laboratorium, katak memiliki
peran yang penting, antara lain karena harga katak relatif murah dibandingkan dengan hewan
– hewan percobaan lainnya. Meskipun susunan saraf pusat katak lebih sederhana
dibandingkan dengan mamalia, tetapi prinsip – prinsip dasar susunan saraf pusat dapat
dipelajari dengan menggunakan katak. Seperti halnya pada hewan yang berderajat tinggi,
susunan saraf pusat katak dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu prosensefalon,
mesensefalon, rombensefalon, dan medulla spinalis. Lebih lanjut prosensefalon masih dapat
di bagi lagi menjadi dua, yaitu telensefalon dan diensefalon. Telensefalon setelah melampaui
masa embrional akan berkembang menjadi serebrum. Daerah serebrum merupakan pangkal
dari saraf otak I (nervus olfaktorius) dan saraf otak II (nervus optikus). Bagian kulit serebrum
(korteks serebri) terdiri atas berpuluh – puluh area dengan fungsi yang berbeda – beda, antara
lain sebagai pusat sensorik, pusat motorik, pusat asosiasi, pusat kesadaran, pusat penerima
rangsang penglihatan, pusat pengatur tingkah laku dan pada hewan yang berderajat lebih
tinggi, juga merupakan pusat refleks bersyarat.
Tujuan
Mahasiswa mengetahui dan mempelajari tata cara handling dan pemberian obat pada hewan
labortorium, serta mengetahui fungsi cerebellum, cerebrum dan medulla oblongata terhadap
fungsi fisiologis pada tubuh.
Metodologi
Perhatikan katak normal yang diletakkan bebas di atas papan katak atau di dalam wadah yang
agak luas. Jangan diikat atau di tempatkan di wadah yang terlampau sempit sehingga tidak
dapat bergerak secara bebas dan spontan. Amati dan catat keadaan dan sifat – sifat katak
sebagai berikut :
Metodologi
Penekanan mekanis susunan saraf pusat katak dilakukan dengan merusak bagian – bagian
susunan saraf pusat mulai dari bagian cranial ke caudal, dengan menggunakan jarum
penusuk. Perhatikan dan lakukan seperti percobaan 1 setiap kali setelah merusak suatu bagian
susunan saraf pusat. Isilah tabel yang tersedia.
a. Perusakan serebrum
Rusaklah serebrum katak dengan jarum penusuk, dengan cara merusak kepala
ditengah bagian tepat di belakang mata dan gerakkan ujung jarum kearah cranial dan
kiri kanannya agar seluruh bagian serebrum rusak. Dapat pula dengan menggunting
bagian kepala di atas ruang mulut secara melintang tepat di belakang mata.
Perubahan – perubahan yang terjadi setelah perusakan susunan saraf pusat secara bertahap
Gerakan Spontan
Frekuensi Denyut
Jantung
Frekuensi Pernapasan
Keseimbangan
Tonus Otot
Refleks – Refleks
Lain-lain
PERCOBAAN : HANDLING DAN PEMBERIAN OBAT PADA TIKUS.
Tikus dikeluarkan dari kandang dengan memegang ekornya (setelah itu dengan menggunakan
kain lap bagian muka tikus ditutup). Kemudian dengan tetap memegang ekor bagian tekuk
tikus difiksir dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V. Jika cara pegang
benar, tikus tersebut tidak akan dapat bergerak lagi. Dengan sonde lambung yang telah
dipasangkan pada ujung spuid obat dimasukkan melalui mulut ke esophagus masuk ke
lambung. Proses memasuk kan sonde lambung harus secara perlahan dengan mengikuti gerak
menelan dari hewan. Jika hewan tersebut memberikan refleks batuk, maka sonde ditarik
keluar kembali karena masuk ke saluran pernapasan. Setelah itu obat dimasukkan, sonde
ditarik keluar dan tikus kembali ke kandangnya.
Kelinci adalah hewan yang mudah stress, karena itu harus dipegang dengan hati – hati.
Pemberian obat dilakukan dengan perinjeksi intravena pada vena auricularis atau perinjeksi
intra peritoneal. Setelah mendapatkan letak vena auricularis obat dapat disuntikkan.
Tanda tangan :