Anda di halaman 1dari 70

PRAKTEK LABORATORIUM

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

NAMA : ……………………..

NPM : ……………………..

[DOK. NS. TUTY’S] Page 2


KATA PENGANTAR

Buku Modul praktek laboratorium Keperawatan medical bedah I merupakan panduan


bagi mahasiswa D3 Keperawatan Untirta dalam melakukan praktek tindakan
keperawatan di laboratorium.

Buku modul ini berisi panduan standar prosedur operasional tindakan keperawatan yang
termasuk dalam lingkup Keperawatan Medikal Bedah I yang meliputi sistem pernapasan,
kardiovaskuler, pencernaan, penglihatan,dan pendengaran .

Buku modul ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan terkait mata ajar KMB I yang meliputi tindakan-tindakan keperawatan baik
mandiri maupun yang bersifat pendelegasian. Dalam buku modul ini dijabarkan definisi,
tujuan dan tindakan yang sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang telah
dibakukan, sehingga menjadi panduan Mahasiswa dalam melakukan
praktek/demonstrasi secara mandiri maupun kelompok di Ruang zoom meeting/ spade
dengan sama2 melihat video/Laboratorium.

Buku modul ini juga dibuat dalam rangka panduan saat mahasiswa melakukan ujian
praktek dilaboratorium terkait tindakan-tindakan keperawatan dalam lingkup
keperawatan medical bedah 1 .

Serang, September 2022

Penyusun

[DOK. NS. TUTY’S] Page 3


PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
YANG DIUJIKAN DI LABORATORIUM

DOSEN PENGAJAR/PEMBIMBING
No TINDAKAN
1 Sistem pernapasan
1. Pengkajian dan pemeriksaan fisik
sistem pernapasan
2. Tindakan keperawatan pada
gangguan kebutuhan oksigen :
a. Memberikan posisi semi fowler NsTuti Sulastri, Skep,.MKep
b. Memberikan oksigen dengan
nasal canul, simple mask
c. Melakukan chest fisioterapi dada
(posisi postural drainage, batuk
efektif, claping, fibration)
d. Inhalasi (nebulizer)
e. Suction

2 Sistem Kardiovaskuler
1. Pengkajian dan Pemeriksaan fisik
sistem kardiovaskuler
2. Perekaman EKG
3. Pengambilan spicemen darah vena
dan arteri
4. Memonitor transfusi darah Ns. Mussadad Kamal, M.Kep. SP.
KMB
3 Sistem Endoktrin
4 1. Pengkajian dan pemeriksaan fisik
sistem endokrin Epi Rustiawati, MKep, Sp. KMB
2. Penyuntikan Insulin
3. Pemeriksaan GDS
5 1. Pengkajian dan Pemeriksaan fisik
sistem pencernaan Ns. Tuti Sulastri, Skep.,M.Kep
2. Merawat NGT dan memberi makan
serta obat lewat NGT
3. Melakukan manual fecal
4. Merawat Colostomi

6 1. Pemeriksaan fisik perkemihan Epi Rustiawati, MKep, Sp. KMB


2. Pemeriksaan masalah ganggan
cairan elektrolit
3. Perawatan Infus
4. Pemasangan & Perawatan catheter
5. Bladder training
6. Persiapan Pasien Hemodialisa

[DOK. NS. TUTY’S] Page 4


TATA TERTIB UJIAN LAB. KMB I
1. MEMAKAI UNIFORM LENGKAP / BAJU LAB.KHUSUS
2. TAMPIL RAPI (Tidak berkumis dan tidak berjengkot) , RAMBUT TIDAK
PANJANG, KUKU TIDAK PANJANG, TIDAK MENGGUNAKAN PERHIASAN.
3. BERKOORDINASI DENGAN PETUGAS LAB. UNTUK PEMAKAIAN TEMPAT
DAN ALAT-ALAT YANG DIBUTUHKAN.
4. TELAH MENGIKUTI PERKULIAHAN TEORI KMB I
5. TELAH MENGIKUTI DEMONTRASI DARI KETRAMPILAN YANG AKAN
DIUJIKAN.
6. TELAH MELAKSANAKAN PRAKTEK MANDIRI SESUAI KETENTUAN
(DIBUKTIKAN DENGAN TANDA-TANGAN PETUGAS LAB DAN SIPEN)
7. LULUS TEST / PRE TEST SEBELUM UJIAN LAB. TERKAIT MATERI
KETRAMPILAN YANG AKAN DIUJIKAN.
8. MENGISI ABSEN
9. MENJAGA KETENANGAN LAB
10. MENJAGA KETERTIBAN DAN KEBERIHAN LAB.
11. MENJAGA KEAMANAN ALAT, MENGGANTI BILA MENGHILANKAN ALAT.
12. MEMBERESKAN LAB SEBELUM DAN SESUDAH UJIAN.
13. MENYIAPKAN ALAT-ALAT YANG AKAN DIGUNAKAN SECARA
INDIVIDU/PRIBADI.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 5


SISTEM PENILAIAN UJIAN

A. Penilaian didasarkan kompetensi yang dilakukan oleh mahasiswa dengan


kreteria (Afektif dan psikomotor ):

5 : Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali diarahkan)
3 : Dibantu (sering diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)

Lulus apabila memenuhi nilai > 70 ( 3.0)

B. Penilaian yang didasarkan dengan kemampuan menjawab dan menganalisa


(Kognitif) yang berkaitan dengan tindakan keperawatan yang dilakukan,
dengan kreteria
1. Mampu menjawab dengan benar dan tepat 80 – 100
2. Mampu menjawab dengan bimbingan 62 – 79
3. Tidak bisa menjawab < 62

[DOK. NS. TUTY’S] Page 6


I. SISTEM PERNAPASAN/RESIRASI

I. Pengkajian dan pemeriksaan fisik sistem pernapasan

Pemeriksaan sistem pernapasan merupakan aspek esensial dalam mengevaluasi kesehatan


klien. Fungsi sistem respirasi melibatkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru
dan jaringan serta pengaturan keseimbangan asam basa. Perubahan sistem pernapasan
mempengaruhi sistem lainnya. (Cox, 2004)
Pengkajian keperawatan sistem pernapasan meliputi riwayat kesehatan yang
komprehensive dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengumpulkan data subjektif
dan data objektif. Pengumpulan data subjektif dilakukan melalui anamnese, terkait (Dillon M,
2007, p: 400)
1. Keluhan klien
2. Riwayat kesehatan
a. Data biografi
b. Riwayat kesehatan saat ini
Tanda dan Gejala : Batuk, sesak, nyeri dada, dan gejalan-gejala yang berhubungan.
3. Riw ayat kesehatan masa lalu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Aktivitas, istirahat, dan kebiasaan
6. Diet, alergi dan konsumsi obat
Pengumpulan data objektif dilakukan dengan beberapa teknik pemeriksaan meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
A. Tujuan
1. Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan kulit dinding dada.
2. Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernapasan.
3. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan, taktil fremitus.
4. Mengetahui keadaan paru, rongga pleura.
5. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya.
6. Mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkial.
7. Mengetahui adanya sumbatan aliran udara, dll .
B. Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan
1. Persiapan alat
a. Stetoskop
b. Penligh
c. Termometer
d. Spekulum nasal (bila perlu)
e. Tissu disenfektan
f. Tempat cuci tangan yang mengalir

[DOK. NS. TUTY’S] Page 7


2. Pemeriksaan fisik sistem respirasi
No Kegiatan Hasil Temuan
Pemeriksaan Umum
1. Mengobservasi keadaan/penampilan umum dan tanda adanya disfungsi
pernapasan
a. Memeriksa konsistensi penampilan dengan usia kronologis
b. Menimbang BB, dan komposisi otot
c. Mengevaluasi status nutrisi
d. Mencatat adanya cemas, stres atau nyeri
e. Mengobseravasi postur klien dan posisi nyaman klien (klien dengan COPD
atau sesak lebih senang memilih tegak)
f. Mengukur TTV (peningkatan suhu, dapat merupakan indikasi infeksi
bakteri, virus, atau jamur).
g. Mengobservasi adanya sianosis, hipoksia, clubbing, pernapasan bibir, dan
distensi vena jugularis.
Inspeksi
Dada Anterior
2. Mengobservasi Normal :
frekuensi napas, irama,  Wanita : gerakan dada
kedalaman, pola napas, lebih cenderung
dan kesimetrisan pernapasan dada
gerakan dada, serta  Pria dan bayi : gerakan
bentuk dada. dada lebih pernapasan
perut
3. Mengobservasi rasio Normal
anterposterior (AP) ke  Rasio AP;Latera
lateral, sudut kosta,  l = 1:2
deformitas spinal, dan  Sudut kosta <900
kondisi kulit.  Kulit utuh, tidak ada
luka

Dada Lateral
4. Mengobservasi Normal :
frekuensi napas, irama,  Wanita : gerakan dada
kedalaman, dan lebih cenderung
kesimetrisan gerakan pernapasan dada
dada  Pria dan bayi : gerakan
dada lebih pernapasan
perut
5. Mengobservasi rasio Normal
anterposterior (AP) ke Rasio AP;Lateral = 1:2
lateral

Dada Posterior
6. Mengobservasi
frekuensi napas, irama,
kedalaman, dan
kesimetrisan gerakan
dada
7. Mengobservasi rasio
anterposterior (AP) ke
lateral

Palpasi
Posisi Trakea

[DOK. NS. TUTY’S] Page 8


8. Menempatkan ibu jari Normal :
dan jari telunjuk dikesua  Posisi trakea di tengah
sisi trakea. perhatikan
posisi dan jarak trakea Abnormal (Deviasi Trakea)
dan otot  Tumor/
sternocleidomastoid  Tension pneumotoraks

Kelamahan dada dan krepitasi


9. Melakukan palpasi Normal :
ringan untuk menilai Tidak ada kelemahan dan
kelemahan dan adanya deformitas atau krepitasi
krepitasi pada dada
anterior dan posterior

Ekspansi dada
10. Menempatkan tangan Normal :
secara vertikal (pada  Simetris
dada anterior) pada
batas kosta
11. Menempatkan tangan
secara vertikal (pada
dada anterior) pada
batas kosta
12. Merasakan
kesimetrisan

ekspansi dada (ada atau


tidak ada, menurun,
tidak seimbang, atau
bergerak di atas dada)

Taktil fremitus
13. Menempatkan telapak Normal :
2 tangan dengan jari-jari  Seimbang bilateral dan
hiperekstensi pada berkurang pada
dada klien midthorax
14. Meminta klien  Penyebab taktil fremitus
menyebutkan “99” berkurang : dinding dada
(sembilan puluh yang tebal atau suara
sembilan) yang lembut.
15. Menilai level fremitus
yang terpalpasi
meningkat, berkurang
atau tidak ada

[DOK. NS. TUTY’S] Page 9


Perkusi
Dada Anterior
16. Melakukan perkusi Normal :
tidak langsung untuk  Resonan pada ICS II dada
menilai ruang kiri, redup antara ICS IV
interkosta sampai V sekitar area
17. Mencatat area resonan, organ jantung
hiperresonan, atau Abnormal :
redup  Redup : eksudat, cairan,
tumor, pneumonia,
edema pulmo, efusi
pleura.
 Hyperesonan :
emphisema

Dada Lateral
18. Melakuka Normal :
n perkusi tidak langsung  Resonan pada ICS VIII
untuk menilai ruang
interkosta
19. Mencatat area resonan,
hiperresonan, atau
redup
Dada Posterior
20. Melakukan perkusi Normal :
tidak langsung untuk  Resonan pada T10-t12
menilai ruang dengan inspirasi dalam
interkosta
21. Mencatat area resonan, Abnormal :
hiperresonan, atau  Hiperresonan : infiltrate
redup paru

Ekskursi diafragma
22. Meminta klien untuk Normal :
menarik napas dalam  Ekskursi diafragma 3- 6
dan ekshalasi maksimal, cm
kemudian perkusi
diafragma dan beri Abnormal :
tanda  Penurunan ekskursi
23. Meminta klien untuk diafragma unilateral atau
menarik napas dalam bilateral : ateletaksis,
dan menahannya, COPD dengan infiltrasi
kemudian perkusi paru, paralisis diafragma
diafragma dan beri
tanda
24. Mengukur jarak antara
kedua tanda

Auskultasi

[DOK. NS. TUTY’S] Page 10


Menilai suara napas normal
25. Menggunakan Normal :
diafragma stetoskop,  Suara napas Brocnhial :
untuk mendengarkan keras, nada tinggi, dan
suara napa pada dada hampa dengan fase
anterior, posterior dan inspirasi pendek dan fase
lateral ekspirasi yang panjang.
Biasa terdengar di leher
anterior dan posterior.
 Suara napas
Bronchovesikuler:
moderate, nada
menengah, dengan fase
inspirasi dan ekpirasi yang
seimbang. Biasa terdengar
di ICS 1 dan 2 dada
anterior, dan scapula di
posterior.
 Suara napas vesicular :
halus, nada rendah,
dengan fase inspirasi
panjang dan fase ekspirasi
yang pendek. Terdengar
hampir di semua lapang
paru.
 Tidak terdengar
adventitious sound. Tidak
ada krekels, wheezing,
rubs
Abnormal :
 Suara napas Brocnhial:
terdengar diluar area
normal dapat disebabkan
karena akumulasi cairan,
konsolidasi jaringan atau
pneumonia
 Suara napas yang menurun
: obstruksi jalan napas,
pneumothoraks,
 Krekels/rales : edema
pulmo, pneumonia,
ateletaksis.
 Nada tinggi (high pitched :
inflamasi pleura.
 Nada rendah sonor,
wheez/ronchi : bronchitis,
pneumonia, toumor
 Stridor : obstruksi laring
atau trakea, epiglotistis.
 Rub friksi pleura : infalamsi
pleura
 Egophony : meminta klien
mengucapkan “ee”, maka
yang terdengar seperti
“aa”, pada area yang
terkena
 Bronchopony: meminta
klien mengucapkan
“1,2,3”, transmisi suara
jelas pada area yang
terkena

UJIAN I
[DOK. NS. TUTY’S] Page 11
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAPASAN

PENILAIAN PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK


SISTEM PERNAPASAN

Nama Mhs :
NIM :
Tanggal Ujian :
No. Tindakan 1 2 3 4 5
A Persiapan Alat :
1. Stetoskop
2. Penligh
3. Termometer
4. Spekulum nasal (bila perlu)
5. Tissu disenfektan
6. Tempat cuci tangan yang
mengalir/Handsscraf
B Persiapan Pasien dan perawat
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Melakukan validasi
3. Melakukan kontrak waktu
4. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
5. Mengatur posisi yang nyaman, lingkungan
yang aman dan bersih.
6. Mencuci tangan dengan tehnik 6 langkah
C Pelaksanaan
1. Observasi keadaan umum pasien
(Penampilan, /postur tubuh, usia
kronologis)
2. Ukur suhu (indikasi infeksi bakteri dll)
3. Observasi adanya sesak sianosis, clubbing,
pernapasan bibir, cuping hidung dan
distensi vena jugularis)
Inspeksi :
1. Frekuensi napas, kesimetrisan dada,
gerakan dada dan kedalam pernapasan.
2. Observasi tulang costa dan deformitas
spinal, kesimterisan dada anterior dan
posterior.
3. Observasi keadaan dada lateral, frekuensi,
otot2 pernapasan dan rasio AP ke lateral
(1:2)
Palpasi :
1. Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk
dikedua sisi trakhea dan otot
sternokledomastoid. (Tumor, pnemothorak)
2. Palpasi dengan kedua telapak tangan untuk
merasakan kesimetrisannya.
3. Palpasi adanya benjolan, nyeri
4. Palpasi adanya kemungkinan krepitasi pada
dada anterior dan posterior.
5. Lakukan TAKTIL FREMITUS dengan
menempelkan telapak tangan dengan jari2
hiperekstensi pada dada klien baik anterior
dan posterior dan anjurkan pasien untuk
menyebukan "77" / "99""
Perkusi :

[DOK. NS. TUTY’S] Page 12


1. Perkusi scr tdk langsung pada ruang
intercosta secara bersilang kana-kiri (mulai
redup pada ICS II- V kiri, sekitr jantung).
2. Kaji nyeri pada area perkusi
3. Lakukan perkusi pada setiap ICS dada
anterior dan posterior, secara bergantian
bagian kana-kiri, bandingkan antar kedua
sisi yg diperkusi.
Auskultasi :
1. Gunakan diafragma stetoskop untuk
mendengarkan suara napas pada dada
anterior , lateral dan posterior.
2. Dengarkan secara bergantian kana-kiri (3
type suara paru normal)
3. Jika mendengar suara tambahan suruh
pasien untuk batuk
4. Anjurkan klien untuk mengucapkan "ee" (
terdengar aa pd area Egophony)
5. Anjurkan klien untuk mengucapkan "1 2 3
" Transmisi suara jelas pada area yg
terkena bronkhopony..
C Dokumentasikan:
Catat semua data yang abnormal dan tindakan
D Evaluasi Keadaan Pasien secara Umum
E Rapihkan pasien dan Alat
F Cuci tangan

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang
dibuat berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak perlu) Tanda Tangan :
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang
diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 13


II. Tindakan keperawatan pada gangguan kebutuhan
oksigen
1. Posisi semi fowler
a. Definisi
Posisi berbaring dengan menaikkan kepala dan dada/badan
bagian atas setinggi 450 – 600 tanpa fleksi lutut.
Fowler (600 – 900)
b. Tujuan
1) Memberikan rasa nyaman
2) Meringankan masalah kesulitan bernapas pada kasus
kardiovaskuler dan respiratori
3) Agar ekpansi /pengembangan paru-paru lebih maksimal
4) Membantu mempermudah tindakan-tindakan keperawatan
atau tindakan medis lainnya. ( suction, NGT )

c. Indikasi
1) Pasien dengan gannguan pernapasan
2) Pasien yang immobilisasi lama dengan tidak ada kontra
indikasi.
3) Pasien yang mengalami gangguan pernapasan dengan
hiperproduksi sputum (tanpa kontra indikasi)

d. Alat
1) Penopang/bantal 3-4 buah/tempat tidur khusus
2) Bantalan untuk kaki.
3) Handscoon bila diperlukan

UJIAN 2
[DOK. NS. TUTY’S] Page 14
MEMBERI POSISI SEMIFOWLER

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


MEMBERI POSISI SEMIFOWLER
NO Score
Prosedur
1 2 3 4 5
1 Siapkan pasien : komunikasi terapetik dan
tujuan pelaksanaan.
2 Cuci tangan
3 Tinggikan tempat tidur/beri bantal 2-3 bagian
tubuh atas dan kepala pasien 45 – 600 (semi
fowler) atau 60-900 (fowler).
4 Topang kepala dengan bantal kecil
5 Gunakan bantal untuk menyokong lengan
dan tangan bila pasien tidak sadar/terjadi
kelemahan.
6 Tempatkan gulungan handuk dibawah lutut
dan pergelangan kaki.
7 Observasi posisi pasien
8 Cuci Tangan
9 Dokumentasikan

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan Nama Penguji :


diinformasikan hasil penilaian/uji kompetensi serta
penjelasan terhadap keputusan yang dibuat berdasarkan
hasil penilaian tersebut, peserta : Tanda Tangan :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang
tidak perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi
yang diujikan

2. Memberikan oksigen dengan nasal canul dan simple mask

[DOK. NS. TUTY’S] Page 15


a. Tujuan
Memberikan konsentrasi oksigen tambahan pada klien untuk
meningkatkan oksigenasi jaringan, dengan kreteria :
- Klien tidak memperlihatkan masalah pernapasan
- Rentang frekuensi pernapasan normal 14-20 x/mnt, kedalam napas
normal, suara napas vesikuler, lapang paru bersih dan tidak ada sianosis
b. Alat-alat
1. Tabung oksigen/dinding sumber oksigen
2. Humidifier oksigen, flowmeter dan air steril
3. Canula nasal atau masker wajah yg sesuai
4. Sarung tangan bersih
5. Bola kapas, kain lap

c. Pengkajian
Pengkajian harus berfokus pada hal-hal :
1. Program dokter yang berisi konsentrasi oksigen, metode pemberian
dan parameter pengaturan (kadar AGD, saturasi)
2. Data Dasar : tingkat kesadaran, status pernapasan, kedalam (distress),
tekanan darah dan Nadi.
3. Warna kulit dan membrane mukosa
d. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d distribusi oksigen yang buruk
3. Ansietas b.d ketidakmampuan bernapas
4. Dst.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 16


UJIAN 3
PEMBERIAN OKSIGEN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL DAN FACE MASK
Nama Mahasiswa :
Tempat Ujian :
Hari/Tgl Ujian :
No Tindakan Score
1 2 3 4 5
1 Mengecek program terapi medik
2 Mengucapkan salam terapetik
3 Melakukan evaluasi/validasi
4 Melakukan kontrak waktu
5 Menjelaskan langkah2 tindakan dan tujuan
6 Mencuci tangan
7 Mempersiapkan alat :
-dekatkan tabung oksigen, pasang flow meter dan humidifier.
8 Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoksia dan secret pada jalan
nafas
9 Menentukan kebutuhan oksigen pasien sesuai dengan program
medis
10 Menyambungkan nasal kanul atau face mask ke selang oksigen
dan ke sumber oksigen yang sudah dihumidifikasi
11 Memberikan oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada
program medis dan pastikan berfungsi dengan baik
a. Selang tidak tertekuk, sambungan paten
b. Ada gelembung udara pada humidifier
c. Terasa aliran oksigen dari kanul atau masker
12 Nasal kanul :
a. Meletakkan ujung kanul pada lubang hidung pasien
b. Mengatur pitaelastis atau selang plastic ke kepala atau ke
bawah dagu sampai kanula pas dan nyaman
c. Memberi plester pada kanul di kedua sisi wajah
13 Face mask
a. Meletakkan face mask mulai dari hidung ke arah bawah
dagu
b. Menyesuaikan masker dengan bentuk wajah pasien,
c. Mengatur pita elastis dikepala sehingga posisi masker
nyaman bagi pasien
14 Cek kanul/face mask setiap 8 jam
15 Mempertahankan level air pada botol humidifier setiap waktu
16 Mengecek jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi
setiap diperlukan
17 Pada nasal kanul
Mengkaji membrane mukosa hidung dari adanya iritasi dan
memberi jelly untuk melembabkan membrane mukosa jika
diperlukan
18 Pada face mask
Mengkaji kelembaban kulit wajah dari kekeringan
19 Merapihkan alat
20 Mencuci tangan
21 Mengevaluasi Respon pasien
22 Merencanakan tindak lanjut
23 Melakukan kontrak yang akan datang
24 Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien.

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang dibuat
berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta : Tanda Tangan :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak perlu)

[DOK. NS. TUTY’S] Page 17


Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang diujikan

3. Melakukan chest fisioterapi dada (posisi postural


drainage, batuk efektif, claping, fibration)

A. Tujuan
1. Mengeluarkan secret dari jalan nafas
2. Mengalirkan dan mengeluarkan secret yang berlebihan
3. Menurunkan akumulasi secret pada klien yang tidar sadar atau lemah

B. Indikasi untuk Postural Drainase :


1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
a. Pasien yang memakai ventilasi
b. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
c. Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau
bronkiektasis
d. Pasien dengan batuk yang tidak efektif
2. Mobilisasi sekret yang tertahan :
a. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
b. Pasien dengan abses paru
c. Pasien dengan pneumonia
d. Pasien pre dan post operatif
e. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau ba tuk.

C. Kontra indikasi untuk postural drainase :


a. Tension pneumotoraks
b. Hemoptisis
c. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark
miokard akutrd infark dan aritmia.
d. Edema paru
e. Efusi pleura yang luas

D. Pengkajian
Pengkajian berfokus pada hal-hal sebagai berikut ;
1. Bunyi nafas bilateral
2. Frekuensi dan karakter pernafasan
3. Program terapi tentang pembatasan aktivitas dan posisi
4. Kemampuan untuk mentoleransi perubahan posisi
5. Toleransi terhadap fisioterapi sebelumnya
6. Hasil radiologi terbaru
7. Tanda-tanda vital

E. Diagnosa Keperawatan
1. Inefektif bersihan jalan nafas b.d akumulasi secret
2. Resiko Infeksi b.d secret yang menetap
3. Gangguan pertukaran gas O2 dan CO2 b.d akumulasi secret di area paru
4. Defiensi pengetahuan yang berhubungan dengan tujuan dan teknik fisioterapi
dada.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 18


UJIAN 4
FISIOTERAPI DADA

STANDAR PROCEDUR OPERASIONAL


FISIOTERAPI DADA
Nama Mhs :
NIM :
Tanggal Ujian :
NO Tindakan PD / CLAPPING DAN VIBRATING 1 2 3 4 5
A Alat dan bahan :
1. Bantal 2-4
2. Tisu wajah
3. Segelas air hangat
4. Masker
5. Sputum pot
6. Handuk
B Persiapan pasien
1. Terangkan cara dan tujuan tindakan kepada pasien
secara ringkas tetapi lengkap
2. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher
dan pinggang.
3. Periksa nadi dan tekanan darah.
4. Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau
memerlukan suction untuk mengeluarkan sekret.
1 Mengecek program terapi medik *)
2 Mengucapkan salam terapetik *)
3 Melakukan validasi
4 C uci Tangan
5 Auskultasi pernafasan Klien
6 Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan
yang terjadi selama Postural Drainase
7 Dekatkan sputum pot

8 Berikan minum air hangat

9 Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan


didrainage
10 Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-
15 menit. Sambil PD bisa dilakukan clapping saat inspirasi
dan vibrating saat ekspirasi.(alasi tubuh pasien dengan
handuk).

11 Berikan tisu untuk membersihkan sputum.

12 Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif


(tarik nafas 3-4 x tahan dan batukkan dengan keras)

13 Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume,


suara pernafasan)
14 Cuci tangan

15 Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien)

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan Nama Penguji :


hasil penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap
keputusan yang dibuat berdasarkan hasil penilaian tersebut,
peserta : Tanda Tangan :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak
perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang
diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 19


4. Inhalasi (nebulizer)

A. PENGERTIAN
Inhalasi adalah menghirup uap obat/tanpa obat melalui
saluran pernafasan bagian atas.
B. TUJUAN
 Mengobati peradangan saluran pernapasan bagian
atas
 Jalan nafas lancer
 Mucus mudah dikeluarkan
 Pembengkakan selaput lender berkurang.
C. INDIKASI
 SESAK NAFAS
 Brochopneumonia
 Rhinitis dan sinusitis
 Asma
 Post trakheastomi
D. MACAM –MACAM INHALASI
 Iinhalasi Uap
 Inhalasi Oksigen
 Nebulizer

INHALASI UAP
1. Persiapan Alat
a. Meja kecil, Baki dan alas
b. Baskom besar berisi air mendidih dan alas
c. Obat yang mengandung menthol, Vicks
d. Bengkok
e. Handuk dua buah
f. Tissue
g. Gelas ukur
h. Vaselin
i. Peniti/jepitan
2. Persiapan Klien
a. Siapkan klien dan beritahu tentang tindakan yang akan
dilakukan
b. Beri penjelasan tentang tujuan tindakan.
3. Pelaksanaan
a. Meja kecil letakkan didepan klien
b. Letakkan baskom berisi air panas dengan alasnya diatas meja
c. Cuci Tangan
d. Dada klien ditutup rapat dengan handuk yang diberi peniti
dibelakangnya
e. Sekitar mulut dan hidung oleskan vaselin
f. Obat/menthol/vikcs masukkan kedalam baskom yang berisi
air panas.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 20


g. Kepala klien menunduk diatas baskom sehingga dapat diisap.
h. Seluruh permukaan baskom ditutup dengan handuk
i. Klien disuruh menghirup/bernafas dalam-dalam dengan
hidung berulang-ulang selama 10-15 menit.
j. Setelah selesai klien dirapihkan
k. Peralatan dibereskan.
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan.

NEBULIZER (INHALASI OBAT DENGAN ALAT KHUSUS)


A. PENGERTIAN
Pengangkutan gas dalam bentuk partikel aerosol ke jalan
pernapasan atas.
B. INDIKASI ( Sama dengan inhalasi uap)
C. CARA PEMBERIAN
1. Continous
 Obat banyak terbuang
 Diberikan pada bayi/anak dan orang tua
2. Intermitten
 Klien harus kooperatif
 Menggunakan mouth piece dan menekan tombol sesuai
pernapasan dan keinginan.
3. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Nebulizer
a. Usia
b. Volume isian
c. Property fisik Obat
d. Pola Nafas
e. Dosis Obat
4. Monitoring Selama Pemberian Nebulizer
a. Waktu atau lama pemberian
b. Cara pengisapan
c. Lakukan deep breathing-interval
d. Posisi semi fowler/duduk/side lying sesuai nyaman
menurut pasien.
e. Efek samping Obat : Tremor, pusing dan semakin sesak.
5. Jenis Nebulizer
a. Kompressor
b. Jet nebulizer 5-20 mikron
c. Ultrosonic nebulizer 1 – 5 mikron

[DOK. NS. TUTY’S] Page 21


UJIAN 5
PEMBERIAN NEBULEZER
STANDAR PROCEDDURAL OPERASIONAL NEBULIZER

No. Prosedur SCORE


1 2 3 4 5
A PERSIAPAN ALAT
1.Nebulizer kit sesuai jenisnya
2.NaCl 0.9 %, disposible 5 cc,
3.Obat larutan yang telah ditentukan sesuai
advis dokter
4.Tissu
5.Masker nebu
5.Handuk
B PERSIAPAN kLIEN
1.Komunikasi terapetik, jelaskan tentang
tindakan dan tujuan.
2. Posisikan klien dengan posisi yang
nyaman, semi fowler/fowler
C PELAKSANAAN
1.Siapkan nebulizer
2.Cuci tangan
3.Masukan Nacl 0.9%, obat sesuai dosis
4. Atur Posisi klien
5.Nyalakan nebulizer dan cek sistem
pengeluaran asap
6.Bila sudah keluar pasang masker ke hidung
dan mulut klien, ikat ke belakang kepala
7.Anjurkan klien untuk menghirup dalam-
dalam sesuai program atau waktu yang
ditentukan (10-15 menit)
8.Observasi keadaan klien
9. Setelah selesai klien rapihkan bersihkan
bagian hidung dan mulut klien.
10.Setelah selesai bereskan alat-alat, dan
kembalikan pada tempatnya.
11. Cuci Tangan
12. Dokumentasi

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang
dibuat berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak perlu) Tanda Tangan :
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang
diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 22


5. Suction

a. Tujuan
1) Jalan nafas oral bersih dari secret
2) Memfasilitasi pernapasan
3) Menurunkan halisitosis dan anoreksia dengan mengeluarkan
secret yang berlebihan dimulut.
b. Pengkajian
Pengkajian berfokus pada :
1) Status pernapasan ( frekuensi, bunyi, karakter)
2) Membaran mukasa dan bibir
3) Indikator sirkulasi
4) Kemampuan dan kemauan klien untuk melakukan prosedur
pengisapan secara mandiri
5) Karakteristik secret .

c. Diagnosa keperawatan :

1). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d ketidakmampuan


batuk lemah.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 23


UJIAN 6
SUCTION

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENGHISAPAN LENDIR/SUCTION PADA CAVUM OROFARINGEAL

Nama Mahasiswa :
Tempat Ujian :
Hari/Tgl Ujian :
No Tindakan score

1 2 3 4 5
1 Mengecek program terapi medik
2 Mengucapkan salam terapetik
3 Melakukan evaluasi/validasi: identitas pasien
4 Melakukan kontrak waktu
5 Menjelaskan langkah2 tindakan dan tujuan
6 Mempersiapkan alat:
Sarung tangan steril
Kom steril
NaCl 0,9%
Handuk bersih
Selang suction
Mesin suction
OPA
APD
7 Menaikkan tempat tidur dengan ketinggian yang sesuai
(posisi semi fowler bila memungkinkan), beri handuk
didada pasien
8 Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih,
siapkan air bersih dalam com/gelas.
9 Menginspeksi kavum oral/faringeal, siapkan selang
sucion steril
10 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril*)
11 Menghubungkan suction tip, tubing dan mesin penghisap,
tangan dominan memegang tip steril dan tangan non
dominan memegang tip yg berasal dr mesin (on-steril).
Mempertahankan tangan dominan tetap steril. Menguji
mesin pengisap dengan mencoba menghisap air.
12 Meminta pasien untuk menarik nafas panjang beberapa
kali atau memberi oksigen.
13 Dengan tangan dominan memasukan kateter tanpa
menutup tubing.
14 Memasukkan kateter melalui mulut sampai ada halangan
dan timbul*) stimulasi batuk. Vakum suction ditutup
tubingnya lalu keluarkan dengan cara berputar . (10-15
detik, jangan >15 ")
15 Melepaskan sarung tangan dengan kateter lalu buang ke
tempat sampah infekction.(bila kateter msh digunakan
rendam dalam cairan desinfektan)
16 Memberi perawatan mulut dan mengembalikan pasien
pada posisi yang nyaman dan aman.
17 Mencuci tangan
18 Mengevaluasi Respon pasien
19 Merencanakan tindak lanjut
20 Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 24


Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang
dibuat berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak perlu) Tanda Tangan :
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang
diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 25


SISTEM KARDIOVASKULER

Gejala dan definisi yang sering dijumpai pada penyakit jantung


Gejala Penyebab Kardiovaskuler Penyebab lain
Rasa tidak nyaman di dada Infark miocard Spasme esofagus
Pneumothoraks
Nyeri muskuloskeletal
Sesak nafas Gagal jantung (CHF) Penyakit respirasi
Angina pectoris Anemia
Hipertensi pulmonal Ansietas
Obesitas
Palpitasi Takiaritmia Ansietas
Hipertiroid
Sinkop/pusing Aritmia Pingsan sederhana
Hipotensi postural Epilepsi
Ansietas
Edema Gagal jantung (CHF) Sindrom nefrotik
Statis vena Penyakit hati
Obat-obatan
Gahal ginjal kronik
Sumber: Douglas, Nicol and Robertson. Macleod.Pemeriksaaan Klinis.2013. Elsivier.

Anamnesis Pada Penyakit Kardiovaskuler


1. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat dikaji oleh perawat. Banyak penyakit kardiovaskuler datang
atau dirawat dengan keluhan nyeri dada, perasaan tidak nyaman pada dada, sesak nafas, lemas,
edema tungkai.
Keluhan utama dikembangan dalam prinsif PQRST pada riwayat kesehatan sekarang.
P: Provokatif (apa penyebab)
Q:Quality (kualitas/ karakteristik, sifat)
R: Region dan Referral (Tempat/lokasi dan penyebarannya)
S: Severity
T: Time

Contoh dengan keluhan utama nyeri dada, maka riwayat kesehatan dikembangkan keluhan
utama dengan PQRST
P : Nyeri dada
Q: tertimpa beda berat
Q: dada kiri menyebar ke lengan kiri
S: Skala nyeri 8
T: nyeri 10 menit

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan mengenai riwayat demam reumatik, bising jantung atau penyakit lain diantaranya:
a. Hipertensi
b. Diabetes Mellitus
c. Penyakit Ginjal
d. Tirotoksikosis

3. Riwayat Obat-obatan
Obat dapat menyebabkan atau memperberat gejala seperti sesak nafas, nyeri dada, edema,
palpitasi, atau sinkop. Obat-obat rekreasi seperti kokain dan amfetamin juga dapat menyebabkan
aritmia, nyeri dada. Tanyakan riwayat minum obat bebas, obat-obatan herbal, obat-obat
alternatif, beta blokers dan antihipertensi.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

[DOK. NS. TUTY’S] Page 26


Banyak kelainan jantung yang memiliki komponen genetik. Tanyakan mengenai penyakit arteri
koroner prematur pada kerabat derajat pertama (< 60 tahun pada wanita atau <55 tahun pada
laki-laki) atau kematian mendadak tanpa sebab yang jelas pada usia muda, yang meningkatkan
kemungkinan kardiomiopati atau kelainan aritmia bawaan.

5. Riwayat Sosial
Merokok merupakan faktor resiko terkuat untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan
penyakit perifer. Alkohol dapat mengindikasi fibrilasi atrium

6. Riwayat Pekerjaan.
Penyakit jantung dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan pekerjaan.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 27


UJIAN 7
PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER
1. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER
Nama :
Tanggal Ujian :
SKOR
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5
A. 1. Persiapan Alat:
a. Stetoscop e. 2 bh penggaris
b. Spygmanometer
c. Jam detik
d. Selimut Pasien
B. 2. Persiapan Pasien
a. Ucapkan salam
b. Cek identitas pasien
d. Kontrak dengan pasien (jelaskan maksud tujuan)
e. Posisi pasien tidur terlentang, dada terbuka
C 3. Ukur tekanan darah
4. Raba Denyut Nadi
a. Kekuatan
b. Frekuensi dan kualitas
5. Tangan
a. Sianosis
b. CRT < 2 detik
c. Bentuk kuku perhatikan sudut antara kuku dan dasar
kuku ( penurunan perpusi jaringan yang lama terdapat
jari tabuh : clubbing finger)
d. Area kuku dingin

6. Wajah:
Inspeksi:
Conjungtiva adanya anemis/tidak
Bibir ada tanda sianosis/tidak
7. Leher
Identifikasi vena jugularis
Posisikan pasien 45-600
Observasi denyut nadi vena jugularis
Ukur tinggi denyut vena jugularis dari sudut sternum bila
tinggi lebih dari 3,5 cm maka JVP meninggi (terjadi pada
CHF, obstruksi vena cava superior)

[DOK. NS. TUTY’S] Page 28


8. Dada:
Inspeksi
a. buka pakaian dan atur posisi pasien terlentang, kepala
ditinggikan 15-30
b. Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien setinggi bahu
pasien
c. Motivasi pasien tenang dan bernapas biasa
d. Amati dan catat bentuk precordial jantung
Normal  datar dan simetris pada kedua sisi,
Abnormal  Cekung, Cembung ( bulging precordial
)
e. Amati dan catat pulsasi apeks cordis
Normal  nampak pada ICS 5 MCL selebar 1-2 cm
( selebar ibu jari ).
Sulit dilihat payudara besar, dinding toraks yang
tebal, emfisema, dan efusi perikard.
Abnormal --> bergeser kearah lateroinferior , lebar >
2 cm, nampak meningkat dan bergetar ( Thrill ).
f. Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal,
trikuspidalis, dan ephygastrik
NormaL  Hanya pada daerah ictus
Auskultasi
a. Irama dan frekwensi jantung
Normal : reguler ( ritmis ) dengan frekwensi 60 – 100
X/mnt
b. Intensitas bunyi jantung
Normal :
 Di daerah mitral dan trikuspidalis intensitas BJ1
akan lebih tinggi dari BJ 2
 Di daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ1 akan
lebih rendah dari BJ 2
e. Sifat bunyi jantung
Normal :
- bersifat tunggal.
- Terbelah/terpisah dikondisikan ( Normal Splitting )
 Splitting BJ 1 fisiologik
 Normal Splitting BJ1 yang terdengar saat “ Ekspirasi
maksimal, kemudian napas ditahan sebentar” .

[DOK. NS. TUTY’S] Page 29


 Splitting BJ 2 fisiologik
 normal Spliting BJ2, terdengar “ sesaat setelah
inspirasi dalam “:
Abnomal:
 Tedengar bunyi “ fruction Rub”  gesekan perikard dg
ephicard.
 Adanya Bising ( Murmur ) jantung
 adalah bunyi jantung ( bergemuruh ) yang
dibangkitkan oleh aliran turbulensi ( pusaran
abnormal ) dari aliran darah dalam jantung dan
pembuluh darah.
Normal : tidak terdapat murmur
Abnormal : terdapat murmur  kelainan katub ,
shunt/pirau
 Irama Gallop ( gallop ritme )
 Adalah irama dimana terdengar bunyi S3 atau S4
secara jelas pada fase Dyastolik, yang disebabkan
karena darah mengalir ke ventrikel yang lebih lebar
dari normal, sehingga terjadi pengisian yang cepat
pada ventrikel
Gallop akan terdengar bila ada kelainan pada CHF
akan terdengar pada apeks.
Normal : tidak terdapat gallop ritme
Abnormal :
 Gallop ventrikuler ( gallop S3 )
 Gallop atrium / gallop presystolik ( gallop S4 )
 Gallop dapat terjadi S3 dan S4 ( Horse gallop )

Cara Kerja :
1. Periksa stetoskop dan gosok sisi membran dengan
tangan
2. Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah
pulmonal, kemudian ke daerah aorta, simak Bunyi
jantung terutama BJ2, catat : sifat, kwalitas di banding
dg BJ1, splitting BJ2, dan murmur Bj2.
3. Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah
Tricus, kemudian ke daerah mitral, simak Bunyi jantung
terutama BJ1, catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ2,
splitting BJ1, murmur Bj1, frekwensi DJ, irama gallop.
4. Bila ada murmur ulangi lagi keempat daerah, catat mana
yang paling jelas.

- Daerah aorta : ruang IC 2 padastrenum kanan


- Daerah Pulmonal : ruang IC 2 pada sternum kiri
- Daerah tricuspidalis atau ventrikel kanan : IC 4 dan IC 5
pada sternum kiri
- Daerah Apec atau ventrikel kiri: Ruang IC5 pada sternum
kiri
9. Palpasi
Cara Kerja :
a. Dengan menggunakan 3 jari tangan dan dengan tekanan
ringan, palpasi daerah aorta, pulmo dan trikuspidalis. catat
: adanya pulsasi.
Normal  tidak ada pulsasi
1) Geser pada daerah mitral, catat : pulsasi, tentukan
letak, lebar, adanya thrill, lift/heave.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 30


2) Normal  teraba di ICS V MCL selebar 1-2cm ( 1
jari ) atau letakkan impuls normal berada di
midklavikula sinistra pada ICS V bila terjadi
peningkatan diameter pada dilatasi ventrikel kiri
akibat kongestif jantung maka amplitudo menyebar
ke arah axila kiri dan bila raba impuls lebih kuat dan
bergeser ke kanan lebih dari 3 cm menunjukkan
adanya pembesaran jantung.
3) Abnormal  ictus bergeser kea rah latero-inferior,
ada thriil / lift
4) Geser pada daerah ephigastrik, tentukan besar
denyutan.
Normal : teraba, sulit diraba
Abnormal : mudah / meningkat
10. Perkusi
Cara Kerja :
a. Lakukan perkusi mulai intercota 2 kiri dari lateral ( Ant.
axial line ) menuju medial, catat perubahan perkusi redup
b. Geser jari ke ICS 3 kiri kemudian sampai ICS 6 , lakukan
perkusi dan catat perubahan suara perkusi redup.
c. Tentukan batas-batas jantung
Batas jantung kiri yang dapat dideteksi pada perkusi.
Memanjang dari garis mid klavicula di ruang IC 3 sampai
IC 5
11. Abdomen bila dicurigai adanya asites
12. Ekstremitas bawah (kaki)
Edema:
a. Palpasi edema dengan tekan kuat selama 5 detik dan
lepaskan
b. Ukur cekungan

Jumlah Nilai:

Jumlah total x 100%


48

[DOK. NS. TUTY’S] Page 31


2. PEMERIKSAAN ELEKTRO KARDIOGRAFI (EKG)

A. Tujuan pembelajaran:
1) Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dan peralatan EKG
2) Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan EKG

B. Definisi EKG
EKG adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik
jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang
pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung akan menimbulkan kelainan gambar
EKG seperti gangguan irama jantung (disritmia), pembesaran atrium, gangguan elektrolit
atau penilaian pacu jantung.

C. Teori Dasar EKG


a. Sistem Konduksi Jantung
Jantung merupakan organ tubuh yang unik yang memiliki muatan listrik, dan kegiatan
listrik jantung dalam tubuh dicatat dan direkam melalui electrode.

Sistem konduksi jantung yaitu sistem jaringan yang menghantarkan impuls dari atrium
sampai vantrikel. Sistem konduksi tersebut terdiri dari SA node, AV node, Berkas his
dan serabut purkinje.

Impuls dan frekuensi sel pace maker sebagai berikut:


1) SA node (sino atrial node)
SA node sebagai pacemaker dominan secara normal, terletak pada pertemuan
antara vena cava superior dengan atrium kanan. SA node mengeluarkan impuls
dengan frekuensi 60-100 kali per menit.
2) AV node V node terletak diatas sinus koronarius pada dinding posterior atrium
kanan. Sel AV node mengeluarkan impuls lebih rendah dari SA node yaitu 40-60
kali per menit
3) Berkas his (His Bundle)
Menembus jaringan pemisah miokardium atrium dan menuju ventrikel kanan-kiri.
4) Serabut Purkinje
Menyebarkan impuls keseluruh otot ventrikel dengan impuls frekuensi 20-40 kali
per menit
b. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan ventrikel dengan
jarak 1 mm. Setiap 5 mm garis pada kertas EKG akan lebih tebal. Garis horizontal
menggambarkan waktu 1 mm=0,04 detik, 5 mm = 0,20 detik. Garis ventrikal
menggambarkan amplitude, 1 mm=0,1 millivolt dan 10 mm = 1 millivolt

[DOK. NS. TUTY’S] Page 32


Gambar Kertas EKG

c. Sistematika Membaca EKG


1) Irama
Irama EKG teratur atau tidak, irama sinus atau bukan. Dikatakan sinus bila didahului
gelombang P dan diikuti QRS pada setiap lead. Dikatakan teratur bila jarak R-R
interval sama.

2) Frekuensi
Laju QRS pada irama sinus antara 60 – 100 x/mt. Laju jantung dihitung dengan cara:
a). 300 : jumlah kotak besar antara R-R’
b) 1500: jumlah kotak kecil anatara R-R’
Catatan mengunakan rumus bila irama sinus dan teratur

3) Gelombang P
Gelombang p diikuti gelombang QRS. Tinggi 0,25 milivolt dan lebar 0,11 detik. Selalu
positif di lead II dan negative di lead aVR

4) Interval PR
Normal interval 0,12 sampai 0,20

5) Lebar QRS
Nilai Q lebar < 0,04 detik dan dalamnya < 1/3 detrik. Gelombang positif R semakin
membesar dari lead V1 ke V6.

6) Segment ST
Segmen ST dari titik J point jika naik 1 mm titik J disebut ST segmen elevasi dan jika
turun 1 mm titik J disebut ST elevasi. Normalnya isoelektris.

7) Gelombang T
Gelombong T tinggi minimal I mm, bila kurang disebut datar dan tidak boleh tinggi
lebih 10 mm di lead precordial dan tidak boleh lebih dari 5 mm di lead ekstremitas

[DOK. NS. TUTY’S] Page 33


[DOK. NS. TUTY’S] Page 34
UJIAN 8
PEMERIKSAAN EKG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN EKG

Nama :
Tanggal Ujian :
SKOR
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5
A. 1. Persiapan Alat:
e. Alat EKG, sebelumnya lakukan pengecekan
fungsi kerja alat
f. Jelly (optional)
g. Tissu
h. Selimut Pasien
B. 2. Persiapan Pasien
a. Ucapkan salam
b. Cek identitas pasien
d. Kontrak dengan pasien
e. Posisi pasien tidur terlentang, dada terbuka,
pasien melepasakan perhiasan gelang dan jam,
bersihkan, keringkan tempat pemasangan area
electroda dengan dengan tisu
C 9. Perekaman EKG Lead I, II, III, AVR, AVL,
AVF, V1-V6
a. Pemasangan elektroda pada ektremitas
- Warna merah untuk tangan kanan
- Warna kuning untuk tangan kiri
- Warna hitam untuk kaki kanan
- Warna hijau untuk kaki kiri

b. Pemasangan electrode pada dada


- Merah di v1: ICS 4, garis sternum kanan
- Kuning di v2 : ICS 4, garis sternum kiri
- Hijau di v3: pertengahan antara V2 &
V4
- Coklat di v4 : ICS 5, garis midklavikula
kiri
- Hitam di v5 : sejajar dengan V4 garis
aksila depan
- Ungu d v6 ; sejajar V4 garis aksila tengah

[DOK. NS. TUTY’S] Page 35


10. Selesai perekaman, elektroda dilepas dari
pasien dan dibersihkan.
11. Berikan nama, usia, no medrec, TD pasien,
jam pemeriksaan.
D Interpretasi hasil perekamnan EKG
12. Irama Jantung: sinus / tidak; regular/tidak
13. Hitung frekuensi jantung: normal/tidak
14. Tentukan gelombang P; normal/tidak
15. Hitung PR interval
16. Hitung QRS
17. Tentukan ST segmen: isoelektrik atau
elevasi/depresi
18. Tentukkan gelombang T: normal/tidak
19. Kesimpulan

Jumlah Nilai:

Jumlah total x 100%


52

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang
dibuat berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak perlu) Tanda Tangan :
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang
diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 36


UJIAN 9
PEMASANGAN TRANSFUSI
PROSEDUR PEMASANGAN TRANSFUSI DARAH
Nama :
Tanggal Ujian :
SKOR
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5
A. Persiapan Alat:
1. Set transfuse
2. Cairan NaCl 0,9 %
3. Bengkok
4. Persediaan Darah : PRC, WBC, Trombosit (golongan
darah sesuai golongan darah pasien, jumlah sesuai dan
kadarluarsa)
5. Sarung tangan bersih
6. Jam tangan detik
B. Persiapan Pasien
1. Ucapkan salam
2. Cek identitas pasien
3. Kontrak dengan pasien (jelaskan maksud tujuan

C Prosedur tindakan
1. Cuci Tangan
2. Kenakan Sarung Tangan Bersih
3. Ukur ulang suhu tubuh, nadi dan tekanan darah
4. Buat jalur intravena dengan blood set.
5. Berikan cairan NaCl 0,9% terlebih dahulu
6. Setelah persediaan darah teraba hangat / sudah
disimpan di blood warmer sesuai suhu normal ,
pasangkan darah dan perhatikan:
a.Raba sebelumnya cek ulang kembali etiket/ identitas
pasien dan identitas persediaan darah sesuai format
permintaan
b.Perhatikan keadaan darah
7. Atur kecepatan aliran darah per menit sesuai program
8. Awasi reaksi pasien terhadap transfuse : reaksi menggil,
sesak nafas, urtikaria, peningkatan suhu. Bila reaksi
muncul maka hentikan transfuse dan lapor pada dokter.
Lakukan 15 menit pertama, selesai transfusi dan 4 jam
berikutnya setelah darah habis.
9. Setelah darah selesai pemberiannya, bersihkan selang
infus dengan NaCl 0,9% atau ganti selang infus / blood
set yang baru.
10. Buka Sarung tangan
11. Rapihkan alat-alat
12. Cuci Tangan.
13. Dokumentasikan : waktu, jumlah dan sediaan darah
yang diberikan, golongan darah yang diberikan dan
reaksi pasien saat dan setelah diberikan transfusi.

Jumlah Nilai:
Jumlah total x 100%
56
Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil penilaian/uji Nama Penguji :
kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang dibuat berdasarkan hasil
penilaian tersebut, peserta :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang diujikan Tanda Tangan :

[DOK. NS. TUTY’S] Page 37


PENGAMBILAN DARAH ARTERI

Pengertian
Pengambilan darah melalui arteri dengan tujuan mendapatkan sampel untuk dilakukan analisis gas
darah yang meliputi oksigen, karbondioksida dan pH darah dan derajat asidosis atau alkalosis,
kadar oksigen dan karbondioksisa

Tujuan:
1. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
2. Untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh
3. Mengetahui kadar CO2 dalam tubuh.

Indikasi
Pemeriksaan AGD dilakukan pada pasien dengan:
1. Penyakit paru-paru, misalnya asma, PPOK, pneumonia, dan lain-lain.
2. Penyakit ginjal, misalnya gagal ginjal.
3. Penyakit metabolik, misalnya diabetes melitus atau kencing manis
4. Cedera kepala atau leher yang mempengaruhi pernapasan

Tabel 1 Hasil Normal AGD

Nilai
pH 7,35-7,45
PaO2 80-100 mmHg
PaCO2 35-45 mmHg
HCO3 22-26 mmol/L
SaO2 95-100 %

[DOK. NS. TUTY’S] Page 38


UJIAN 10
PENGAMBILAN DARAH ARTERI

Nama :
Tanggal Ujian :
SKOR
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5
A. Persiapan Alat:
1. Disposible arteri jika tidak ada dapat mengunakan 3 cc
2. Disposible 1 cc+ heparin bila bila tidak ada disposible arteri
3. Alkohol swab
4. Bak disposible
5. Penutup karet
6. Cool box + icepack
7. Perlak
8. Plester
9. Bengkok
Bobot : 10
B. Persiapan Pasien
1. Ucapkan salam
2. Cek identitas pasien
3. Kontrak dengan pasien (jelaskan maksud tujuan
Bobot:10
C Prosedur tindakan
1. Cuci Tangan
2. Kenakan Sarung Tangan Bersih
3. Lakukan Allen’s test, bila terjadi gangguan kolateral
daerah tersebut tidak dilakukan pengambilan darah
4. Pasang perlak
5. Letakkan lengan ekstensi 30 derajat agar terpiksasi, bantu
dengan menyimpan gulungan handuk kecil dibawah
pergelangan tangan
6. Bila disposible belum terdapat heparin maka berikan
heparin dengan jumlah 0,1 atau 0,5 cc
7. Palpasi arteri radialis untuk menentukan denyut nadi yang
kuat
8. Lakukan desinfektan dengan alkohol swab biarkan kering
9. Lakukan insersi dengan posisi jarum 30-40 derajat bila
disposible 3 cc dan 90 derajat bila disposible 1 cc di arteri
radialis apabila area femoralis posisi insersi disposible 90
derajat. Perhatikan naiknya darah ke dalam disposible.
10. Pengambilan darah 0,5-2 cc
11. Tekan area insersi dengan kapas selama 5 menit atau
sampai perdarahan berhenti.
12. Keluarkan udara dalam disposible
13. Berikan label identitas pada disposible
14. Simpan sample darah di cooling box
15. Rapihkan alat
16. Lepaskan sarung tangan
17. Terminasi
18. Dokumentasikan

Bobot 30

Jumlah Nilai:
Jumlah total x 100%
50x4
Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil penilaian/uji Nama Penguji :
kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang dibuat berdasarkan hasil
penilaian tersebut, peserta :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang diujikan Tanda Tangan :

[DOK. NS. TUTY’S] Page 39


1. PENGKAJIAN DAN PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM PENCERNAAN

A. PENGKAJIAN NUTIRI KLIEN MELIPUTI :


1. RIWAYAT SEBELUM SAKIT
2. INTAKE MAKANAN DAN CAIRAN
3. DATA-DATA LABORATORIUM (ALBUMIN DLL)
4. INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN
5. RIWAYAT PEMERIKSAAN FISIK DAN KESEHATAN
6. PENGUKURAN ANTROPOMETRI
7. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

B. SKRINING AWAL STATUS NUTRISI


1. PEMERIKSAAN PANDANGAN (PROPOSI TUBUH)
2. PEMERIKSAAN BERAT DAN TINGGI BADAN
3. RIWAYAT BERAT BADAN SEBELUMNYA
4. POLA MAKAN
5. PERUBAHAN INTAKE DAN NAFSU MAKAN

C.PENGUKURAN ANTROPOMETRI
1. MENIMBANG BERAT BADAN DAN TINGGI

2. MASUKKAN KE RUMUS RBW : BB X 100%


TB – 100
3. BB NORMAL, BILA NILAI RBW 90 – 110 %
4. BB KURANG, BILA NILAI RBW < 90 %
5. BB LEBIH NILA NILAI RBW > 110%

D. PENGUKUR KETEBALAN OTOT


1. KLIEN DUDUK ATAU BERDIRI
2. ANGKAT OTOT TRICEPS ATAU SKAPULA DENGAN TANGAN KIRI
3. DENGAN TANGAN KANAN, TARUH CALIPERS DITITIK TENGAH OTOT
(TRICEPS/SKAPULA)
4. LIHAT KETEBALAN OTOT YANG TERJEPIT CALIPERS
5. NORMAL 1,5 – 2 CM

E.PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS


1. DILAKUKAN UNTUK MENGETAHUI MASSA OTOT.
2. LAZIM DILAKUKAN PADA TANGAN NON DOMINAN
3. INSTRUKSIKAN KLIEN UTK MERELAKSASI LENGAN YANG AKAN DIPERIKSA
4. TENTUKAN TITIK TENGAH ANTARA PROSESUS OLECRANON DAN ACROMIAL
5. GUNAKAN METERLINE UTK MENGUKURNYA
6. Lingkar Lengan Atas (LLA)
7. LLA < 12 cm : Gizi Buruk
8. LLA 12 – 13,5 cm : Gizi Kurang
9. LLA > 13,5 cm : Normal

F.STATUS CAIRAN DAN ELEKTROLIT


 NORMAL JUMLAH CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH ORANG DEWASA 45-70 %
PADA WANITA 55% DAN PRIA 60%, PADA ANAK2 DAN BAYI 75-90%
 CAIRAN TUBUH :
1. EKSTRA SELULER : PLASMA 5 % DR BB DAN INTERSTISIAL 15 % Dr. BB
2. INTRASELULER : 40% DARI BB
3. TRANSELULER :1-3 % DARI BB

G. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

[DOK. NS. TUTY’S] Page 40


1. KEBUTUHAN CAIRAN SESUAI BERAT BADAN
2. NATRIUM DIBUTUHKAN 3 MG./KG/HR
3. KALIUM DIBUTUHKAN 1.5 MG/KG/HARI
4. KALSIUM DIBUTUHKAN 1.2-1.3 GR/HARI.

H. TEHNIK PEMERIKSAAN

[DOK. NS. TUTY’S] Page 41


[DOK. NS. TUTY’S] Page 42
[DOK. NS. TUTY’S] Page 43
[DOK. NS. TUTY’S] Page 44
[DOK. NS. TUTY’S] Page 45
UJIAN 11
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN
Nama mahasiswa :
Nim :
Tanggal Ujian :
Score
No Tindakan 1 2 3 4 5
A Persiapan Alat :
1. Stetoskop
2. Bath Scale
3. Meterline
4. Tongue spatel
5. Pen light
6. Calipers
7. Handscon
8. Bengkok

B Persiapan Pasien dan perawat :


7. Mengucapkan salam terapeutik
8. Melakukan validasi
9. Melakukan kontrak waktu
10. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
11. Mengatur posisi yang nyaman, lingkungan yang aman dan
bersih.
12. Mencuci tangan dengan tehnik 6 langkah
13. Memakai handscoon
C Pelaksanaan
I.Pemeriksaan umum
a. BB
b. TB
c. Pengukuran antropometri
d. Pengukuran ketebalan otot
e. Pengukuran Lingkar lengan
II. Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi dan palpasi Mulut dan orofaring
2. Inspeksi abdomen
3. Auskultasi area abdomen :
- Bising Usus dan Bruit/desiran pada keempat kuadran
- Succutio sflash
4. Perkusi pada semua kuadran, perkusi area batas hepar , limpha
dan lambung.
5. Palpasi setiap kuadran mulai dari palpasi ringan sampai dalam.
6. Pemeriksaan tanda Murphy
7. Pemeriksaan untuk menentukan Acites
a. Cara fluktuasi
b. Cara Shiffting Dulness
8. Test Apendik
9. Memeriksa/Palpasi hepar
10. Memeriksa/Palpasi limpha
11. Pemeriksaan Anus
12. Cuci Tangan
D Dokumentasikan:
1. Catat semua data yang abnormal dan tindakan
2. Evaluasi Keadaan Pasien secara Umum
3. Rapihkan pasien dan Alat

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang Ns. TUTI SULASTRI
dibuat berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak Tanda Tangan :
perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang
diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 46


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
PEMASANGAN DAN PERAWATAN NGT

1. Pemasangan NGT
A.Definisi
Pemasangan NGT merupakan pemasangan selang plastik lunak melalui
nasofaring klien kedalam lambung Dilakukan pada pasien :
1. Pasien yang tidak mampu menelan/disfagia, atau pasien tidak sadar
2. Pasien yang terus muntah
3. Bagi bayi premature atau BBLR

B. Tujuan
1. Pemberian nutrisi melalui saluran gastrointestinal
2. Memungkinkan evakuasi isi lambung/decompresi
3. Meredakan mual

C. PENGKAJIAN
Pengkajian harus berfokus :
1. Program dokter mengenai jenis dan penggunaan selang
2. Riwayat penggunaan selang sebelumnya, ukuran dll
3. Riwayat masalah kesehatan bagian nasal atau sinus
4. Status gastro intestinal meliputi musl, muntah, deare, bunyi usus, distensi,
keluarannya/flatus dll

D. Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan


1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d disfagia
2. Mual b.d obstruksi usus ( ketiadaan peristaltik usus)

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (NOC)


1. Terpenuhi Nutrisi dengan kreteria :
 Klien Tidak mendapatkan penurunan berat badan.
 Kenaikan BB 0.5 sampai 1 kg /minggu
2. Klien tidak mengeluhkan mual-muntah dan kembung

[DOK. NS. TUTY’S] Page 47


UJIAN 11
PEMASANGAN NGT

FORMAT SPO PEMASANGAN NASA GASTRIC TUBE (NGT)


No. Prosedur Tindakan 1 2 3 3 4 5
A alat-alat :
1. Selang NGT (14 -18)
2. Pelumas larut dalam air ( Jellim )
3. Srynge / Disposible 50 ml
4. Stetoskop
5. Lakmus
6. Plester
7. Gunting plester
8. Kom berisi air
9. Spatel lidah
10. Handuk
11. Sarung tangan/pinset
12. Tissue
B Pasien
1. jelaskan prosedur lengkap pada klien dan
tujuan pemasangan NGT
2. Pasien dalam posisi semiflower
3. Lepaskan gigi palsu jika pasien menggunakan
gigi palsu
4. Periksa kepatenan nasal :
a. Minta klien untuk bernapas melalui salah
satu lubang hidung d engan menutup
lubang hidung yang lain , ulangi dengan
bagian hidung sebelahnya.
b. Minta klien untuk menghembuskan napas
melalui kedua lubang hidung.
c. Bersihkan secret dan lender dari lubang
hidung dengan tisu basah/lembab.
C TINDAKAN
1 Cuci tangan dan letakan alat-alat dekat pasien

2 Posisikan kiln semi fowler

3 Letakan handuk diatas dada klien, dekatkan bengkok dan


gunting plester dan tuangkan sedikit pelumas
4 Perawatan berdiri disebelah kanan tempat tidur pasien
bila perawat pengguna tangan kanan.

5 Minta klien untuk relaks dan bernafas secara normal saat


menutup satu lubang kemudian ulangi untuk lubang lain.
Pilih salah satu dengan aliran udara paling lancar
6 Gunakan Handscon dengan benar (steril/on steril)
Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan dan
ditandai
a. Metode tradisional :
ukur panjang selang dari ujung hidung
ketelinga lalu hingga prossesus xypoidius
sampai sternum. Lalu tandai batas dg
plester.
b. Metode Baru :
pertama tandai 50 cm pada selang,
kemudian lakukan ukuran ukuran
8 pengukuran tradisional, lalu tentukan
9 panjang selang antara ukuran tradisional dan
10 tanda 50 cm
11 Ujung NGT dilicinkan dengan pelumas
Siapkan NGT untuk dimasukan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 48


12 Ingatkan klien bahwa selang akan dimasukan.
13 Masukan selang dengan perlahan melalui lubang
hidung sampai tenggorokan..
14 Periksakan dengan stapel lidah untuk melihat posisi
selang.
Fleksikan kepala klien kearah dada setelah selang
15 melewati nasofaring, biarkan klien untuk rileks sebentar
Dorong klien untuk menelan dan memasukan selang
setiap kali klien menelan sampai panjang yang diingkan
16 masuk
Jangan dorong paksa selang jika ada tahanan terjadi atau
klien batuk dan hentikan dan tarik kembali selang jika
pasiejn sianosis (anjurkan klien untuk nafas dalam)
Periksa letak selang
a). Sambungkan dengan disposible lalu letakan
diafragma Stetoskop diatas abdomen klien
tepat dibawah garis costa bawah. Suntikan
10-20 ml udara dan auskultasi. Posisi benar
jika terdengar desiran dilambung saat
menyuntikan udara.
- Aspirasi cairan lambung periksa dengan
kertas lakmus.
b) Masukan ujung selang kedalam kom
berisi air, perhatikan adakah gelembung.Posisi
17 benar terlihat tidak ada gelembung, jika ada posisi
18 masuk keparu.
c). Bila selang tidak dilambung, masukan 2,5 cm
sampai 5 cm lagi dan periksa kembali posisinya.
Lepaskan sarung tangan
Amankan selang dengan plester/fixsasi
19  Bila selang utk nutrisi, tempelkan selang
20 kesamping wajah dengan plester.
 Bila selang untuk drainage maka selipkan ke
pakaian bgn samping pasien.
Cuci Tangan
Dokumentasikan prosedur : catat jenis selang, toleransi
pasien terhadap prosedur

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang Ns. TUTI SULASTRI
dibuat berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak Tanda Tangan :
perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang
diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 49


2. PERAWATAN dan PELEPASAN

A.Tujuan
Perawatan slang NGT
1. Meminimalkan kerusakan lubang hidung akibat selang NGT
2. Mempertahankan penempatan selang yang Benar
3. Meningkatkan pengisapan lambung dengan benar atau pemberian makan melalui
selang.

Pelepasan NGT
Mengakhiri terapi Nasogastrik berdasarkan indikasi bahwa fungsi gastrointestinal
yang adekuat telah didapatkan kembali.

B. PENGKAJIAN

Pengkajian berfokus pada :


1. Ukuran dan Jenis Selang
2. Tujuan pemasangan selang
3. Program dokter mengenai jenis dan frekuensi irigasi selang
4. Jenis dan kecepatan dalam pemberian makan melalui selang
5. Adanya Mual-muntah….fungsi gastrointestinal
6. Status kulit ditempat insersi selang.

C. Diagnosis Keperawatan Yang bisa ditegakkan


1. Ketidak seimbangan Nutrisi, Kurang dari kebutuhan tubuh b.d disfagia,
kelemahan otot menelan, mual-muntah.
2. Resiko aspirasi b.d kesalahan posisi selang
3. Resiko kerusakan integritas kulit area hidung b.d tekanan pada lubang
hidung oleh selang naso gastrik.
4. Penigkatanan tekanan abdominal b.d adanya obstruksi

D. NOC/ hasil yang diharapkan :


Contoh hasil yang diharapkan :

1. Klien tidak memiliki episode mual dan muntah


2. Kepatenan selang dapat dipertahankan
3. Tidak ada tanda-tanda aspirasi
4. Tidak terjadi kerusakan kulit di area penempatan selang
5. Klien merasa nyaman tidak kembung.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 50


UJIAN 12
PEMELIHARAAN NGT & PELEPASAN
MEMELIHARA SLANG NASOGASTRIK TUBE
NO TINDAKAN 1 2 3 4 5
A PERSIAPAN PASIEN
 Validasi pasien dan pastikan identitas
 Komunikasi terapetik jelaskan tujuannya
 Tanyakan apakah ada ketidaknyamanan dari
pemasangan slang
 Inspeksi tempat insersi slang, apakah ada
iritasi/lesi .
B PERSIAPAN ALAT
1. Paket irigasi (disposible, kateter dan cairan
NaCl)
2. Plester
3. Waslap, kasa lembab
4. Jeli. Salep
5. Handuk dan Pelindung spray
6. Pelembab mulut
7. Paket oral hygiene
8. Sarung tangan non steril
C TINDAKAN
1. Cuci Tangan
2. Pasang sarung Tangan
3. Periksa penempatan slang sebelum irigasi atau
pemberian obat dan setiap 4 sampai 8 jam
pemberian makan melalui slang.
4. Membersihkan lubang hidung dengan kasa
lembab dan berikan salep atau minyak disekitar
lubang hidung.
5. Berikan Perawatan Oral Hygine
6. Lakukan Irigasi slang jika diprogramkan dengan
20 – 30 cc air Salin/NaCl :
a. Masukkan disposible berisi NaCl ke slang
secara pelan dan lembut….kemudian
b. Aspirasi cairan dengan hati2 perhatikan
penampakan cairan, ulangi irigasi dan
aspirasi cairan jika perlu.
c. Tutup kembali ujung slang.
7. Lepaskan plester dihidung jika tampak
kotor/longgar ganti dengan plester baru.
8. Pantau warna, konsistensi dan bau drainage
dalam slang dan wadah.
9. Bila NGT untuk decompresi dan telah penuh
(75%-100%) maka lepas ujung slang yg
menempel wadah/penampungan cairan dan
passng lagi dengan wadah yang ada.(saat
mengganti tempat penampungan slang
diklem/tutup ujung slang.
10. Catat semua karakteristik cairan
11. Buang peralatan yang telah dipakai/wadah,
lepas sarung tangan buang tempat sampah
infeksius (kuning)
12. Cuci tangan

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang dibuat Ns. TUTI SULASTRI
berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi yang diujikan Tanda Tangan :

[DOK. NS. TUTY’S] Page 51


SSPO PELEPASAN SLANG NGT

No Prosedur 1 2 3 4 5
A Peralatan
1. Sarung Tangan
2. Perlak
3. Handuk
4. Pincet
5. Tissue/waslap
6. Kasa
7. Bengkok/plastic sampah
8. Minyak/salep/pelumas
B Tindakan
1. Salam terapeutik
2. Jelaskan Prosedur pada pasien
3. Dekatkan peralatan
4. Cuci Tangan
5. Posisikan pasien dengan semi fowler
6. Letakkan perlak /handuk diatas dada
7. Pasang sarung tangan
8. Lepaskan Plester yang memfiksasi
dengan kapas dibasahi.
9. Letakkan kasa dibawah hidung
10. Klem selang dengan
melipatnya/menekan
11. Secara perlahan tarik slang dalam satu
gerakan sampai slang kelauar secara
komplet.
12. Letakkan slang di bengkok/kantong
sampah.
13. Lakukan perawatan hidung dan mulut.
14. Rapihkan Pasien posisikan dalam posisi
yang nyaman,
15. Observasi bising usus dan adanya
flatulensi
16. Dekatkan bel pemanggil dan intruksikan
pada pasien untuk memanggil bila ada
mual atau tidak nyaman.
17. Simpan atau buang peralatan
18. Cuci Tangan
19. Dokumentasikan

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang Ns. TUTI SULASTRI
dibuat berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta :
Tanda Tangan :
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak
perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit k ompetensi yang
diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 52


MENGELUARKAN IMPAKSI FECAL
(MANUAL FECAL)

A. DEFINISI
Feces yang mengeras dan menyumbat bagian bawah colon.

B. TUJUAN
1. Mengeluarkan feses yang menyumbat bagian bawah kolon secara manual
2. Meredakan nyeri dan ketidaknyamanan
3. Memfasilitasi peristalsis normal
4. Mencegah cidera rectal dan anal

C. Alat-alat
1. 3 pasang sarung tangan bersih
2. Pelumas larut air
3. Pispot, Waskom berisi air hangat
4. Sabun, waslap dan handuk
5. Alas/perlak
6. Pengharum ruangan.
7. Alat-alat vital sign

D. PENGKAJIAN
Pengkajian berfokus pada hal-hal :
1. Kebijakan instansi dan program dokter
2. Waktu terakhir defekasi dan pola evaluasi usus yang dilakukan
3. Status dan keadaan anus
4. Indikator impaks
5. Status abdomen
6. Diet Klien
7. Pengetahuan klien
8. Obat2 yang dikonsumsi yang terkait.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG DAPAT DITEGAKKAN


1. Konstipasi berhubungan dengan imobi;isasi, penurunan asupan cairan dan
pembedahan.
2. Nyeri abdomen akut berhubungan dengan distensi usus bawah, impaksi
atau akabiat prosedur.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 53


UJIAN 13
MANUAL IMPAKSI FECAL
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL MANUAL IMPAKSI FECAL

NO TINDAKAN 1 2 3 4 5

1 Komunikasi terapetik (perkenalan &Tujuan


tindakan )
2 Validasi identitas pasien
3 Cuci tangan
4 Dekatkan alat ke pasien
5 Kaji tekanan darah dan ritme nadi pasien
6 Amankan tempat tidur pasien dan lingkungan
7 Posisikan pasien dengan posisi sim kiri
8 Pakai sarung tangan satu ditangan non
dominan dan dua rangkap pada tangan
dominan.
9 Pasang perlak dibawah bokong pasien dan
pispot didekat tangan
10 Pasang selimut utk privasi pasien dan hy
area bokong saja yg terlihat
11 Berikan pelumas pada jari telunjuk tangan
dominan
12 Secara perlahan buka/renggangkan bokong
pasien dengan tangan non dominan
13 Anjurkan pasien untuk relaks dan tarik napas
14 Masukkan jari telunjuk ke rectum sampai
feces terpalpasi
15 Secara perlahan hancurkan feses dan
keluarkan sepotong bagian per bagian
sampai semua bagian dapat dikeluarkan dan
letakkan di pispot.
16 Keluarkan jari dari area rectum
17 Observasi kondisi pasien
18 Kosongkan pispot dan lepas sarung tangan
19 Cuci Tangan dan pakai sarung tangan bersih
20 Bersihkan area bokong kerinkan dan
posisikan pasien dlm posisi nyaman
21 Kembalikan alat pada tempatnya, lepas
sarung tangan
22 Semprotkan pewangi/pengharum ruangan
23 Cuci tangan
24 Dokumentasikan

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan diinformasikan hasil Nama Penguji :
penilaian/uji kompetensi serta penjelasan terhadap keputusan yang Ns. TUTI
dibuat berdasarkan hasil penilaian tersebut, peserta : SULASTRI
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang tidak
Tanda Tangan :
perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit k ompetensi yang
diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 54


PERAWATAN COLOSTOMI

1. DEFINISI COLOSTOMI
Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)

PERAWATAN COLOSTOMI
Merupakan perawatan yang dilakukan pada pasien dan keluarga meliputi :
mencegah iritasi, infeksi dengan cara mengganti balutan dengan tehnik aseptic
dan cara mengganti kantong colostomy.
2. TUJUAN
1). Menjaga kebersihan pasien
2). Mencegah terjadinya infeksi
3). Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
4). Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

3. PENGKAJIAN
 Monitor tanda vital dan intake output, meliputi drainase lambung, dan
lainnya dari drain luka.
 Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan perineal, kolostomi, atau anus,
evaluasi komplikasi luka lainnya, dan pertahankan integritas psikologis.
 Monitor bising usus dan derajat distensi abdomen. Manipulasi
pembedahan dari usus menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus.
Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi kembalinya peristaltic
 Kaji status pernafasan. Pemotongan kanker colorectal dengan
anastomosis usus atau kolostomi adalah bedah mayor abdominal.
 Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. NGT digunakan
postoperatif untuk dekompresi gastrointestinal dan fasilitas
penyembuhan dari anastomosis. Memastikan kelancaran penting untuk
rasa nyaman dan penyembuhan klien
 Kaji Stomanya meliputi :
 Type Stoma
 Stoma Viability
 Ketinggian Stoma
 Konstruksi Stoma
 Lokasi Stoma
 Ukuran Stoma
 Jahitan Mucocutaneus
 Produksi/Keluaran

4. DIAGNSOASA KEPERAWATAN
1). Kerusakan integritas kulit b.d aliran feses dari stoma, reaksi terhadap
produk/kimia, pemakaian atau pengangkatan adhesif yang tidak tepat
2). Berduka antisipasi
3). Kerusakan body image b.d adanya stoma di abdomen dan perubahan
saluran eliminasi BAB
4). Kerusakan interaksi sosial b.d takut akan bau dan kebocoran drainase usus

5).Kecemasan b.d kurang pengetahuan tentang rutinitas perawatan kolostomi

6). Rasa takut b.d diagnosa malignansi mendatang yang tidak pasti

7). Risiko inefektif koping individual b.d sistem dukungan


8). Risiko disfungsi sosial
[DOK. NS. TUTY’S] Page 55
9). Pendidikan klien dan keluarga

5. PRINSIP PERAWATAN COLOCTOMI

1). Merawat kolostomi prinsipnya bersih, cepat dan rapih

2). Segera ganti kantong kolostomi bila telah terisi fases 1/3 bagian atau jika
kantong kolostomi bocor dan fases cair mengotori abdomen

3). Pertahankan kulit pasien di sekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk
menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien

4). Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau
jika pasien alergi, modifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak
teriritasi.

5). Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang perawatan kolostomi

5. PENKES
a. Teknik penggantian/pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar
b. Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
c. Teknik irigasi kolostomi dan manfatnya bagi pasien
d. Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk
menyesuaikan
e. Pengeluaran fases agar tidak mengganggu aktifitas pasien
f. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
g. Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan
h. Kontrol ke dokter secara teratur
i. Makanan tinggi serat

[DOK. NS. TUTY’S] Page 56


UJIAN 14
PERAWATAN COLOSTOMI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN COLOSTOMI
NO PROSEDUR TINDAKAN 1 2 3 4 5
A PERSIAPAN PASIEN
1. Salam terapeutik (identitas gelang pt)
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur.
3. Mengatur posisipasien dengan nyaman
(supine)
4. Mengatur tempat tidur pasien dan
lingkungan (tutup jendela, pintu, pasang
penyekat)
B PERSIAPAN ALAT
1. Colostomy bag
2. Kapas basah
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Barakschort
7. Zink salep
8. Perlak dan alasnya
9. Plester dan gunting
10. Bengkok berisi desinfectan, bengkok
untuk sampah
11. Set ganti balutan
C PROSEDUR TINDAKAN
1. Cuci tangan kemudian gunakan sarung
tangan bersih
2. Letakkan perlak dan alasnya di bagian
kanan atau kiri pasien sesuai letak
stoma
3. Meletakkan bengkok diatas perlak dan
didekatkan ke tubuh pasien
4. Mengobservasi produk stoma (warna,
konsistensi)
5. Membuka kantong kolostomi secara
hati-hati dengan menggunakan pinset
dan tangan kiri menekan kulit pasien
6. Meletakkan kolostomi bag kotor dalam
bengkok
7. Melakukan observasi terhadap kulit dan
stoma
8. Membersihkan kolostomi dan kulit di
sekitar kolostomi dengan sangat hati-
hati dengan kapas hangat (air
hangat/NaCl)
9. Mengeringkan kulit sekitar kolostomi
dengan sangat hati-hati menggunakan
kassa steril
10. Memberikan zink salep tipis-tipis jika
terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
11. Menyesuaikan lubang kantong kolostomi
dengan stoma kolostomi
12. Menempelkan kantong kolostomi
dengan posisi vertikal/horizontal/miring
sesuai kebutuhan pasien

[DOK. NS. TUTY’S] Page 57


13. Memasukkan stoma melalui lubang
kantong kolostomi
14. Merekatkan/memasang kantong
kolostomi dengan tepat tanpa ada udara
di dalamnya
15. Merapikan klien dan lingkungannya
16. Membereskan alat-alat dan membuang
kotoran
17. Melepas sarung tangan
18. Mencuci tangan
19. Dokumentasi

Peserta telah diberi umpan balik/masukan dan Nama Penguji :


diinformasikan hasil penilaian/uji kompetensi serta
penjelasan terhadap keputusan yang dibuat berdasarkan Ns. TUTI SULASTRI
hasil penilaian tersebut, peserta :
Tgl………………….
Direkomendasikan/tidak direkomendasikan (coret yang Tanda Tangan :
tidak perlu)
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap unit kompetensi
yang diujikan

[DOK. NS. TUTY’S] Page 58


SISTEM ENDOKTRIN

1) PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH/GDS

KOMP.
PRODI NERS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


MEMERIKSA KADAR GULA DARAH SEWAKTU
AREA PROSEDUR TINDAKAN/BUKTI
KOMPETENSI 1 2 3 4 5
Pengertian Memeriksa kadar gula darah sewaktu pada arteri perifer.
Kebijakan Pasien yang memerlukan pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu.
Menyiapakan 1. Glucometer
peralatan 2. Jarum
3. Alkohol swab
4. Sarung tangan bersih
5. Baki
6. Alas baki
7. Bengkok
Pra Interaksi 1. Verifikasi/validasi pasien* yang akan dilakukan
pemeriksaan kadar gula darah sewaktu

Tahap Orientasi 1. Memberikan salam terapetik*


2. Menjelaskan kepada klien beserta keluarga mengenai
tujuan & prosedur tindakan yg akan segera dilakukan.
3. Menjamin atas pemenuhan kebutuhan privacy klien.
4. Mengatur ketinggian tempat tidur, posisi senyaman
mungkin untuk memudahkan tindakan yang akan
dilakukan.

Tahap Kerja 1. Mencuci tangan.


2. Menyiapkan alat glucometer
 Menghidupkan alat glucometer
 Memasukkan strip indikator
3. Mengoleskan alcohol swab pada ujung jari. Tunggu
kering.
4. Menyuntikan jarum di ujung jari.
5. Menekan daerah sekitar ujung jari agar darah keluar.
6. Mengoleskan darah yang keluar pada strip indikator.
7. Menunggu alat indicator bekerja
8. Melihat kadar gula darah yang tertera pada display alat
glukometer
9. Buang jarum beserta spuit dan letakkan ke dalam
tempat yang telah disediakan
10. Lepaskan sarung tangan
11. Rapihkan klien dan atur posisi senyaman mungkin
12. Membereskan alat-alat.
13. Cuci tangan

Tahap Terminasi 1. Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama, &


sesudah prosedur.
2. Mengevaluasi kadar gula darah sewaktu.

DOKUMENTASI 1. Mencatat tanggal dan waktu pemeriksaan kadar gula


darah sewaktu pada lembar catatan perawat.

Keterangan.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 59


2. Mencatat nilai kadar gula darah sewaktu hasil
pemeriksaan pada lembar catatan perawat.

5 : Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali diarahkan)
3 : Dibantu (sering diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)

PENILAIAN: ∑TOTAL ITEM X BOBOT NILAI x 100%


220

nILAI : > 70: LULUS

REFLEKSI NAMA MAHASISWA

PENGUJI :
TANDA TANGAN :

[DOK. NS. TUTY’S] Page 60


KOMP.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMBERIAN TERAPI INSULIN
AREA
KOMPETENSI
PROSEDUR TINDAKAN/BUKTI
1 2 3 4 5
Pengertian Memberikanterapi insulin sesuai kadar gula darah.
Kebijakan Pasien Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah > 200
mg/dl.
Menyiapakan 8. Insulin pen
peralatan 9. Jarum insulin
10. Alkohol swab
11. Sarung tangan bersih
12. Baki
13. Alas baki
14. Bengkok
Pra Interaksi 2. Verifikasi/validasi pasien* yang akan dilakukan
pemberian terapi insulin

Tahap Orientasi 5. Memberikan salam terapetik*


6. Menjelaskan kepada klien beserta keluarga mengenai
tujuan & prosedur tindakan yg akan segera dilakukan.
7. Menjamin atas pemenuhan kebutuhan privacy klien.
8. Mengatur ketinggian tempat tidur, posisi senyaman
mungkin untuk memudahkan tindakan yang akan
dilakukan.

Tahap Kerja 14. Mencuci tangan.


15. Menyiapkan Novo Flex pen
 Pemberian pertama kali: merolling pen (menggulung
pen) diantara telapak tangan selama 10 kali.
Kemudian gerakkan pen ke atas dan ke bawah,
lakukan sampai suspensi cairan tercampur rata.
 Pemberian berulang: lakukan hanya
yang menggerakkan pen ke atas dan ke bawah,
tanpa yang menggulung pen diantara telapak
tangan. Lakukan itu sampai suspen cairan tercampur
rata.Menyiapkan & mendekatkan peralatan.
16. Memasang jarum .
17. Mengecek aliran insulin (priming).
18. Mengatur dosis .
19. Memakai sarung tangan bersih
20. Desinfeksi daerah suntikan dengan kapas alkohol.
21. Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit
(subkutan). Kulit dicubit. Suntikan dengan sudut 90
derajat. Menekan tombol push-button .
22. Menghitung 6 detik sebelum mencabut jarum.
23. Mencabut jarum. Setelah dicabut jarumnya, tidak usah
diusap-usap
24. Tutup jarum luar dipasang kembali tapi tanpa
menyentuhnya. Ketika jarum sudah tertutupi dengan
tutup jarum luar, tarik tutup jarum luar beserta
jarumnya.
25. Buang jarum beserta spuit dan letakkan ke dalam
tempat yang telah disediakan
26. Lepaskan sarung tangan
27. Rapihkan klien dan atur posisi senyaman mungkin
28. Membereskan alat-alat.
29. Cuci tangan

Tahap Terminasi 3. Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama, &


sesudah prosedur.
4. Mengevaluasi kebutuhan terapi insulin.
Keterangan.
[DOK. NS. TUTY’S] Page 61
5. Mengevaluasi adanya tanda-tanda alergi terhadap terapi
insulin.

DOKUMENTASI Mencatat tanggal dan waktu pemberian obat pada lembar


catatan perawat.

5 : Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali diarahkan)
3 : Dibantu (sering diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)

PENILAIAN: ∑TOTAL ITEM X BOBOT NILAI x 100%


220

nILAI : > 70: LULUS

REFLEKSI NAMA MAHASISWA

PENGUJI :
TANDA TANGAN :

Keterangan.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 62


SISTEM PERKEMIHAN

KOMP. D3 KEPERAWATAN FK UNTIRTA

STANDAR PROSEDUR OPEREASIONAL


PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KEMIHAN
AREA
KOMPETENSI PROSEDUR TINDAKAN/BUKTI
1 2 3 4 5
Pengertian Melakukan pemeriksaan fisik perkemihan

Kebijakan Pasien yang mengalami gangguan sistem perkemihan

Menyiapakan 1. Sphygnomanometer dan manset


peralatan 2. Jam tangan
3. 2 penggaris
4. Midline
Pra Interaksi
3. Melakukan verifikasi /validasi klien* (identitas
pasien/barcode, keluhan pasien).
4. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi 9. Memberikan salam terapetik*
10. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga.*
11. Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya
12. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja 30. Cuci tangan*


31. Jaga privacy*
32. Ukur tanda-tanda vital:

33. Rambut: Lakukan inspeksi rambut : distribusi/tipis dan


palpasi untuk mengetahui kerontokan
34. Mata:
a. Periorbital : palpebra edema atau tidak
b. Conjungtiva anemis/pucat atau tidak

35. Mulut:
a. Stomatistis
b. Bau uremic
c. Keluhan sensasi rasa lidah berkurang
d. Mual dan muntah
36. Lehar : inspeksi dan ukur peningkatan JVP
37. Dada
a. Pergerakan dada
b. Frekuensi pernafasan
c. Adanya otot bantu nafas tambahan
d. Palpasi : taktil fremitus : kelebihan cairan di paru
e. Perkusi cardiomegali, redup bila kelebihan cairan
masuk ke paru
f. Auskultasi : ronki/rales bila kelebihan cairan masuk
ke parU
38. Abdomen
a. Inspeksi : asites /massa
b. Auskultasi bruit aorta abdomen
c. Ukur lingkar perut bila ada asites
d. Lakukan perkusi : shifting dullness bila ada asites
e. Palpasi : vesika urinaria : bundar rata distensi
urin, bila keras adan tidak beraturan dicurigai
massa

39. Ketuk CVA :


a. Anjurkan pasien duduk
b. Latakkan satu tangan pada sudut kostavertebra dan
pukullah dengan sisi ulnar pemeriksa
c. Perhatikan respon nyeri saat ginjal diketuk
40. Integumen

[DOK. NS. TUTY’S] Page 63


a. Bibir : kering, pecah-pecah
b. Rasa gatal
41. Ektremitas: cek adanya edema dengan pitting
edema
Tahap Terminasi 6. Mengevaluasi hasil tindakan
7. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
8. Mencuci tangan*
9. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
(hasil tindakan, keluhan pasien).

* Wajib Dilakukan

5 : Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali diarahkan)
3 : Dibantu (sering diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)

TOTAL ITEM MEMANDIKAN 45


PENILAIAN :
∑TOTAL ITEM X BOBOT NILAI x 100%
(200)

Nilai lulus ≥ 70
REFLEKSI NAMA MAHASISWA

PENGUJI :
TANDA TANGAN :

Ket.
* Wajib Dilakukan

5 : Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali diarahkan)
3 : Dibantu (sering diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)

PENILAIAN :

∑TOTAL ITEM X BOBOT NILAI x 100%


(125)

Nilai Lulus ≥ 70

REFLEKSI NAMA MAHASISWA

PENGUJI :
TANDA TANGAN :

[DOK. NS. TUTY’S] Page 64


[DOK. NS. TUTY’S] Page 65
SPO PADA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

KOMP.
PRODI D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

STANDAR PROSEDUR OPEREASIONAL


PERAWATAN KATETER
AREA
KOMPETENSI PROSEDUR TINDAKAN/BUKTI
1 2 3 4 5
Pengertian Membersihkan sekitar pemasangan kateter urin dan kateter
urin.
Kebijakan Pasien yang terpasang kateter urin

Menyiapakan 5. Sarung tangan bersih


peralatan 6. Kapas
7. Washlap 2 buah
8. Sabun mandi
9. Handuk kecil
10. Selimut mandi
11. Alas
12. Air hangat dengan tempatnya
13. Bengkok atau plastic sampah medis
14. Larutan klorin 5%

Pra Interaksi
5. Melakukan verifikasi /validasi klien* (identitas
pasien/barcode, keluhan pasien).
6. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi 13. Memberikan salam terapetik*
14. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga.*
15. Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya
16. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja 42. Mencuci tangan*


43. Menjaga privacy*
44. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
45. Ganti selimut mandi
46. Pasang alas
47. Bantu posisi pasien
48. Wanita
a. Posisi dorsal rekumben (terlentang dengan kedua
kaki ditekuk) bila tidak mampu/ada gangguan
sekitar sendi tungkai maka bantu pasien dengan
posisi sims kiri
b. Pria
Supinasi (terlentang)
49. Gunakan sarung tangan bersih
50. Lepaskan plester (fiksasi eksternal kateter urin)
51. Dengan tangan yang tidak dominan, buka/ekpos area
urethral meatus dan kulit sekitarnya. Tanyakan pada
pasien ada rasa terbakar, gatal dan observasi area kulit,
rabas dan inflamasi. Perhatikan warna, baud an jumlah
rabas.
52. Lakukan pembersihan area sekitar meatus
a. Wanita:
Bersihkan area pubis, labia mayora, labia minora
dan selang kateter dengan mengunakan kapas yang
sudah dibasahi sabun dan air.
b. Lelaki:
Cuci penis dan kateter dengan sabun dan air
mengunakan kapas sesuai kebutuhan pasien pria.
53. Bilas dengan air hangat dengan mengunakan washlap
dan keringkan dengan handuk kecil.

Ket.

[DOK. NS. TUTY’S] Page 66


54. Bersihkan dilanjutkan pada area bokong dengan
mengunakan washlap yang sudah dibasahi sabun, bilas
dengan air dan keringkan dengan handuk.
55. Kaji kembali area meatus bila ada inflamasi atau luka
berikan salep antibiotic sesuai program dokter.
56. Bersihkan selang kateter dari area meatus dengan air
sabun dan bilas dengan air dengan gerakan melingkar
sepanjang kateter 10 cm
57. Pasang kembali fiksasi plester (eketernal kateter urin)
58. Rapihkan pasien
59. Observasi urin, warna, bau dan jumlah.
60. Buang urin setiap ½ atau 2/3 penuh atau 3 sampai 6 jam
61. Buka kemasan kateter sesuai petunjuk prosedur dengan
membiarkan ujung kemasan tetap tertutup rapat.
62. Bersihkan kantung urin bag dengan washlap yang sudah
dibasahi larutan klorin.

Tahap Terminasi 10. Mengevaluasi hasil tindakan : kondisi perineal,


respon pasien.
11. Berpamitan dengan pasien
12. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
13. Mencuci tangan*
14. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan (kondisi perineal, waktu dan prosedur
dilakukan, respon pasien).

* Wajib Dilakukan

5 : Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali diarahkan)
3 : Dibantu (sering diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)

PENILAIAN :

∑TOTAL ITEM X BOBOT NILAI x 100%


(215)

Nilai Lulus ≥ 70

REFLEKSI NAMA MAHASISWA

PENGUJI :
TANDA TANGAN :

[DOK. NS. TUTY’S] Page 67


KOMP.
PRODI D3 KEPERAWATAN
STANDAR PROSEDUR OPEREASIONAL
PERAWATAN INFUS
AREA
PROSEDUR TINDAKAN/BUKTI
KOMPETENSI
1 2 3 4 5
Pengertian Membersihkan dan mengobservasi area sekitar pemasangan
infus
Kebijakan Pasien yang terpasang terapi infus
Menyiapakan 1. Transparan dressing atau balutan infus
peralatan 2. Perlak
3. Sarung tangan bersih
4. Bengkok/plastic sampah medis
5. Ballpoint
6. Alkohol swab
Pra Interaksi 7. Melakukan verifikasi /validasi klien* (identitas
pasien/barcode, keluhan pasien).
8. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi 9. Memberikan salam terapetik*
10. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga.*
11. Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya
12. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja 13. Mencuci tangan*
14. Menjaga privacy*
15. Observasi insersi dan keadaan pemasangan infus (infus
set) setiap pemberian obat injeksi, kecepatan tetesan,
pergantian cairan infus.
16. Gunakan sarung tangan bersih
17. Pasang alas
18. Dekatkan bengkok atau plastic sampah medis
19. Buka balutan infus yang lama dengan mengunakan
alcohol swab.
20. Observasi keadaan insersi IV chateter dari tanda
kemerahan, nyeri, bengkak.*
21. Bila tidak ada tanda-tanda phlebitis, pasang balutan
infus baru
22. Tulis kembali tanggal dan jam pemasangan IV chateter.*
Tahap Terminasi 23.Mengevaluasi hasil tindakan : kondisi perineal, respon
pasien.
24.Berpamitan dengan pasien
25. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
26.Mencuci tangan*
27.Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
(kondisi perineal, waktu dan prosedur dilakukan, respon
pasien).

Ket.
* Wajib Dilakukan
5 : Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali diarahkan)
3 : Dibantu (sering diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)

PENILAIAN :
∑TOTAL ITEM X BOBOT NILAI x 100%
(135)
REFLEKSI NAMA MAHASISWA

[DOK. NS. TUTY’S] Page 68


PENGUJI :
TANDA TANGAN :

KOMP.
PRODI D3 KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPEREASIONAL


PERAWATAN KATETER
AREA
KOMPETENSI PROSEDUR TINDAKAN/BUKTI
1 2 3 4 5
Pengertian Membersihkan sekitar pemasangan kateter urin dan kateter
urin.
Kebijakan Pasien yang terpasang kateter urin

Menyiapakan 15. Sarung tangan bersih


peralatan 16. Kapas
17. Washlap 2 buah
18. Sabun mandi
19. Handuk kecil
20. Selimut mandi
21. Alas
22. Air hangat dengan tempatnya
23. Bengkok atau plastic sampah medis
24. Larutan klorin 5%

Pra Interaksi
7. Melakukan verifikasi /validasi klien* (identitas
pasien/barcode, keluhan pasien).
8. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi 17. Memberikan salam terapetik*
18. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga.*
19. Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya
20. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja 63. Mencuci tangan*


64. Menjaga privacy*
65. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
66. Ganti selimut mandi
67. Pasang alas
68. Bantu posisi pasien
69. Wanita
a. Posisi dorsal rekumben (terlentang dengan kedua
kaki ditekuk) bila tidak mampu/ada gangguan
sekitar sendi tungkai maka bantu pasien dengan
posisi sims kiri
b. Pria
Supinasi (terlentang)
70. Gunakan sarung tangan bersih
71. Lepaskan plester (fiksasi eksternal kateter urin)
72. Dengan tangan yang tidak dominan, buka/ekpos area
urethral meatus dan kulit sekitarnya. Tanyakan pada
pasien ada rasa terbakar, gatal dan observasi area kulit,
rabas dan inflamasi. Perhatikan warna, baud an jumlah
rabas.
73. Lakukan pembersihan area sekitar meatus
a. Wanita:
Bersihkan area pubis, labia mayora, labia minora
dan selang kateter dengan mengunakan kapas yang
sudah dibasahi sabun dan air.
b. Lelaki:

[DOK. NS. TUTY’S] Page 69


Cuci penis dan kateter dengan sabun dan air
mengunakan kapas sesuai kebutuhan pasien pria.
74. Bilas dengan air hangat dengan mengunakan washlap
dan keringkan dengan handuk kecil.
75. Bersihkan dilanjutkan pada area bokong dengan
mengunakan washlap yang sudah dibasahi sabun, bilas
dengan air dan keringkan dengan handuk.
76. Kaji kembali area meatus bila ada inflamasi atau luka
berikan salep antibiotic sesuai program dokter.
77. Bersihkan selang kateter dari area meatus dengan air
sabun dan bilas dengan air dengan gerakan melingkar
sepanjang kateter 10 cm
78. Pasang kembali fiksasi plester (eketernal kateter urin)
79. Rapihkan pasien
80. Observasi urin, warna, bau dan jumlah.
81. Buang urin setiap ½ atau 2/3 penuh atau 3 sampai 6 jam
82. Buka kemasan kateter sesuai petunjuk prosedur dengan
membiarkan ujung kemasan tetap tertutup rapat.
83. Bersihkan kantung urin bag dengan washlap yang sudah
dibasahi larutan klorin.

Tahap Terminasi 15. Mengevaluasi hasil tindakan : kondisi perineal,


respon pasien.
16. Berpamitan dengan pasien
17. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
18. Mencuci tangan*
19. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan (kondisi perineal, waktu dan prosedur
dilakukan, respon pasien).

Ket.
* Wajib Dilakukan

5 : Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali diarahkan)
3 : Dibantu (sering diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)

PENILAIAN :

∑TOTAL ITEM X BOBOT NILAI x 100%


(190)

Nilai Lulus ≥ 70

REFLEKSI NAMA MAHASISWA

PENGUJI :
TANDA TANGAN :

[DOK. NS. TUTY’S] Page 70

Anda mungkin juga menyukai