Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK AUSKULTASI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : metodologi

Dosen Pengampu : Ners. Dian Rosdiana, S.Kep, M.Kep

Oleh

1. Putri Triyanti 8801220051 6. Nida Khoirotul ummah 8801220058


2. Meyanda Alyzah Pratiwi 8801220036 7. Hazizi 8801220056
3. Siva Khoirunnisa Azachra 8801220053 8. Ilham Ramadhan 8801220034
4. Sri Ayu F 8801220044 9. Zaidaan Hidayatullah 8801220050
5. Kinanty Ira L 8801220047

DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ners. Dian Rosdiana, S.Kep, M.Kep sebagai
dosen pengampu mata kuliah metodologi yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ( PEMERIKSAAN FISIK AUSKULTASI )....................................
2.1. Pengertian Pemeriksaan Fisik Auskultasi.........................................................................
2.2. Cara Memakai Stetoskop...................................................................................................
2.3. Posisi Pemeriksaan............................................................................................................
2.4. Lingkup Pemeriksaan Fisik...............................................................................................
2.5 Cara Melakukan Auskultasi...............................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat dalam melaksanakan tugas profesinya dituntut untuk memiliki


kemampuan intelektual, interpersonal, dan kemampuan teknis agar dapat melayani
pasien secara efisien. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang perawat
adalah keterampilan untuk melakukan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data
tentang keadaan kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik merupakan langkah awal
yang harus dilakukan agar perawat dapat merumuskan diagnosa keperawatan dan
membuat rencana asuhan keperawatan. Hidayat (2004:98) mengemukakan bahwa
pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam
rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota
gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test
neurologi. Oleh sebab tiu perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan proses kerepawatan yang termasuk proses
pengumpulan data dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh perawat.

Menurut WHO (2006) yang dikutip oleh Ely (2008) pemeriksaan fisik
merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
proses yang sistematis untuk pengumpulan data dalam mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pada Negara-negara yang sudah maju
seperti Australia pasien mengharapkan perawat memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk mengetahui kondisi penyakit dan mampu
mengatasi keluhan yang dialami klien. Namun pengkajian fisik yang akurat masih
jarang dilakukan oleh para klinikus. Salah satu pengkajian fisik yang dilakukan
kurang sesuai dengan prosedur adalah pengkajian fisik system pencernaan. Hal
ini menyebabkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien kurang tepat

1.2 Rumusan Masalah


 Apa pengertian pemeriksaan fisik Auskultasi?
 Apa saja lingkup pemeriksaan fisik auskultasi?
 Apa saja teknik untuk melakukan fisik Auskultasi?
1.3 Tujuan Penulisan
 Membantu mahasiswa untuk mengentahui mengenai pengertian pemeriksaan,
lingkup pemeriksaan, Auskultasi dan teknik untuk melakukan Auskultasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penegertian Pemeriksaan Fisik Aulkultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh. Auskultasi dilakukan
di dada untuk mendengarkan suara nafas dan suara jantung, dilakukan di abdomen untuk
mendengarkan bising usus .

Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-
suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru,
terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem
kardiovaskular. Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya),
durasi, kualitas (timbre) dan waktunya. Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara
tekanan darah (suara Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara
organ tubuh.

Auskultas dilakukan dengan stetoskop (Gambar 4-5).


Stetoskop regular tidak mengamplifikasi suara.
Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung alat
(endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian ujung
yang ke telinga (earpiece), menghilangkan suara
gangguan eksternal dan demikian memisahkan dan
meneruskan satu suara saja. Stetoskop khusus yang
mengamplifikasi suara juga tersedia dengan akuitas
suara yang lebih rendah. Yang penting diperhatikan
adalah kesesuaian dan kualitas stetoskop. Ujung yang
ke telinga harus diletakkan pas ke dalam telinga, dan
tabung/pipa tidak boleh lebih panjang dari 12-18 inci.

Penilaian pada pemeriksaan auskultasi meliputi:

1) Frekwensi jumlah getaran per menit


frekwensi tinggi → bunyi nada tinggi frekwensi rendah → nada rendah
2) Intensitas: lama bunyi terdengar
3) Durasi : ukuran kuat lemahnya suara
4) Kualitas: wama nada, variasi suara

5
Auskultasi dilakukan dengan stetoskop (Gambar 4-5). Stetoskop regular tidak
mengamplifikasi suara. Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece),
tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang ke telinga (earpiece), menghilangkan suara
gangguan eksternal dan demikian memisahkan dan meneruskan satu suara saja. Stetoskop
khusus yang mengamplifikasi suara juga tersedia dengan akuitas suara yang lebih rendah.
Yang penting diperhatikan adalah kesesuaian dan kualitas stetoskop. Ujung yang ke telinga
harus diletakkan pas ke dalam telinga, dan tabung/pipa tidak boleh lebih panjang dari 12-18
inci.

 Kemampuan mendengarkan bunyi terbatas:


 makin rendah frekwensi, perlu intensitas makin keras
 lebih mudah mendengar siulan lemah dari pada bunyi nada rendah Pada waktu
auskultast: ruangan harus tenang

2.2 Cara memakai stetoskop

Stetoskop berfungsi: menghantarkan, mengumpulkan, memilih frekwensi. Pada waktu


menggunakan stetoskop, kepala stetoskop diletakkan diatas kulit untuk mengumpulkan suara
dari bagian tubuh dibawahnya.

Terdapat 2 jenis kepala stetoskop:

1. Diafragma datar: respons paling baik dengan suara frekwensi tinggi, menghilangkan
suara nada rendah
2. Bel: mengumpulkan bunyi nada rendah pada tekanan ringan.

Bila ditekankan lebih keras, nada frekwensi tinggi terdengar lebih keras (kulit dibawahnya
teregang, menjadi semacam diafragma). Hindari kebocoran suara antara lain dengan
menggunakan ujung stetoskop cocok dengan lubang telinga (ukuran, lengkungan, arah
disesuaikan dengan lubang). Sebelum menempelkan stetoskop pada tubuh pasien, hangatkan
dulu (misalnya dengan menggosok gosokkan dengan baju kita).

2.3 Posisi Pemeriksaan


Duduk di kursi, di tempat tidur

6
 kepala, leher, dada depan belakang jantung, paru, mama, ekstrimitas atas,
landa vital, ekspansi paru dapat diperiksa
1) Supine position (baring) kepala diberi bantal kepala, leher dada depan paru mamma,
jantung, abdomen, ekstrimitas, nadi perifer dapat diperiksa
2) Dorsal reccumbent position baring. lutut ditekuk, telapak kaki menyentuh tempat tidur
3) Sims position tidur miring, untuk pemeriksaan rectum atau vagina
4) Prone position telungkup untuk evaluasi sendi pinggul, punggung
5) Lithotomy position: telentang, fleksi lutut, untuk pemeriksaan rektum,vagina
6) Knee-chest position: pemeriksaan rektal
7) Erect position: evaluasi abnormalitas postural, langkah, keseimbangan

2.4 Lingkup Pemeriksaan Fisik

Secara sistematik, pemeriksa melakukan pemeriksaan -Tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,
respirasi, kesadaran.

 Kulit
 Kepala, mata, telinga, hidung, kerongkongan, Leher
 Dada, aksila, paru, jantung
 Abdomen
 Ekstremitas

Disamping pemeriksaan tersebut maka terdapat cara pemeriksaan fisik yang spesifik yaitu
pemeriksaan pada anak-anak, penderita penyakit saraf atau penderita tertentu lainnya.

2.5 Cara melakukan Auskultasi :

 Gunakan stetoskop dengan pipa pendek (25-30 cm). pasangkan kedua "ear pieces" ke
dalam telinga, sehingga betul-betul masuk, tetapi tidak menekan.
 Gunakan bagian bel dari stetoskop untuk memeriksa toraks dan bagian dalam
diafragma untuk memeriksa abdomen.

Kegiatan pemeriksaaan auskultasi merupakan salah satu cara yang sering digunakan oleh
petugas medis untuk menganalisa penyakit pasien selain dengan cara mendengar keluhan
pasien, tes darah, rontgen, dan lain sebagainya. Contohnya adalah pemeriksaan auskultasi
pada ibu hamil dan pemeriksaan auskultasi paru.

7
2.5.1 Lingkungan yang Optimal

Untuk mengoptimalkan efektivitas auskultasi, lingkungan sekitar harus:

 Tenang – kebisingan sekitar dapat mengganggu suara jantung dan paru-paru.


 Hangat – agar pasien merasa nyaman saat bagian atas tubuh terbuka. Selain itu, untuk
menghindari menggigil yang dapat menambah kebisingan.
 Pencahayaan yang tepat – untuk memungkinkan koordinasi yang baik antara temuan
visual dan auskultasi.

2.5.2 Teknik Auskultasi

Berikut teknik dalam melakukan auskultasi yang benar:

a. Minta pasien untuk melepaskan pakaian, karena ini akan memungkinkan stetoskop
ditempatkan langsung di dada.
b. Pastikan pasien duduk tegak dalam posisi rileks, jika memungkinkan.
c. Anda kemudian harus menginstruksikan pasien untuk bernapas sedikit lebih dalam
dari biasanya melalui mulut.
d. Bel / diafragma stetoskop kemudian ditempatkan di dada.
e. Auskultasi paru harus sistematis, termasuk semua lobus dada anterior, lateral dan
posterior
f. Pemeriksa harus mulai dari atas, membandingkan sisi dengan sisi dan bekerja menuju
dasar paru.
g. Pemeriksa harus mendengarkan setidaknya satu siklus ventilasi di setiap posisi
dinding dada.
h. Pemeriksa harus mengidentifikasi empat karakteristik suara nafas: frekuensi,
kekerasan, kualitas, dan durasi.

2.5.3 Karakteristik Bunyi Auskultasi

Melalui auskultasi, perawat memerhatikan beberapa karakteristik bunyi berikut ini:

1) Frekuensi atau jumlah siklus gelombang per detik yang dihasilkan oleh benda yang
bergetar. Semakintinggi frekuensinya, semakin tinggi nada bunyi dan sebaliknya.
2) Kekerasan atau amplitudo gelombang bunyi. Bunyi terauskultasi digambarkan
sebagai keras atau pelan.
3) Kualitas, atau bunyi-bunyian dengan frekuensi dan kekerasan yang sama dari sumber
berbeda. Istilahseperti tiupan atau gemuruh menggambarkan kualitas bunyi.
4) Durasi, atau lamanya waktu bunyi itu berlangsung. Durasi bunyi adalah pendek,
sedang dan panjang.Lapisan jaringan lunak mengendapkan durasi bunyi dari organ
internal dalam.

8
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ yang
berbeda,sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk mendeteksi suara
diperlukan suatualat yang disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan
dan memilih frekuensi suara

Dalam melakuakn auskultasi tidak hanya sekedar mendengarkan suara dari dalam tubuh saja
tetapi juga memperhatikan beberapa hal yang yaitu frekuensi suara yang meliputi jumlah
getaran suara yang dihasilkan tubuh permenit, durasi atau lamanya suara yang terdengar.

Intensitas suara atai ukuran kuat atau lemahnya suara, serta kualitas suara yang meliputi
warna atau variasi suara yang dihasilkan. Dari faktir-faktor inilah dianalisa apakah suara yang
terdengar dari dalam tubuh pasien normal atau tidak.

2.5.4 Berikut ini Anda akan pelajari bagaimana auskultasi sistem pernafasan

meliputi :

 Auskultasi Paru Posterior dan Lateral

Tujuan dari auskultasi paru ialah untuk menilai pergerakan udara pada jalan nafas besar
sampai sedang dan untuk membuat kesimpulan tentang jalan nafas, parenkim dan rongga
pleura. Diafragma stetoskop (dihangatkan dengan memegang atau menggenggamnya dengan
kuat pada telapak tangan) digunakan untuk auskultasi paru rutin. Tiga jenis bunyi nafas
terdengar pada paru dewasa normal: vesikular, bronkovesikular dan bronkial.

Tehnik auskultasi paru adalah sebagai berikut:

 Minta pasien untuk bernafas melalui mulut dengan mulut cukup terbuka.
 Posisi stetoskop pada dinding dada sesuai dengan pola yang diberikan pada perkusi.
 Bunyi nafas dibandingkan dari sisi satu ke sisi lainnya dan masing-masing dinilai
pada satu siklus pernafasan sempurna.

 Auskultasi dada Anterior

Auskultasi yang dilakukan harus mencakup masing-masing apeks paru, yang berada pada
fosa supraklavikularis. Jika ruangan ini terlalu sempit untuk memungkinkan aposisi lengkap
diafragma stetoskop pada kulit, pemeriksa dapat menggunakan bell yang lebih kecil dengan
lebih ketat pada kulit dan mendapatkan hantaran bunyi yang serupa.

Lapangan paru anterior diauskultasi dan diperkusi lebih jauh mulai dari bawah klavikula
dampai tingkat batas diafragma (pada sekitar ruang interkosta ke lima). Biasanya, bagian
"supradiafragma" kubah hepar membuat toraks kanan anterior bawah redup. Sesuai dengan
kebiasaan tubuh, payudara dapat mengganggu, pemeriksa dapat menemukan pekak jantung
pada hemitoraks anterior kiri sebelum mencapai batas diafragma atau keduanya dapat terjadi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara
penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk
oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular.
auskultasi merupakan salah satu cara yang sering digunakan oleh petugas medis untuk
menganalisa penyakit pasien selain dengan cara mendengar keluhan pasien, tes darah,
rontgen, dan lain sebagainya.

3.2 Saran

Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan , baik dari segi bahasa
maupun dari seri penyusunan kalimatnya. Dari segi isi juga masih terdapat banyak
kekurangan dan kurang lengkapnya penjelasan dan pemaparan dari segi isi tersebut. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat
memberikan kritk dan saran yang bersifat membangun untuk masa depan yang cerah bagi
generasi muda saat ini.

10
Daftar Pustaka

Hidayati, R. (2019). Teknik Pemeriksaan Fisik. Jakad Media Publishing.

Manalu, N. V. (2016). Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh Perawat Rumah Sakit Advent
Bandar Lampung. Jurnal Skolastik Keperawatan, 2(1), 13-13.

A Guide to Physical Examination and History taking. Harper International Edition: Barbara
Bates, JB Lippincott Company, Philadelphia.

MH Swartz, WB Saunders, Philadelphia, Text Book of Physical Diagnosis; History and


Examination International Edition 1989

DeGowin & deGowin Diagnostic Examination 6th edition. Mc Graw Hill Inc, New York;
1994

JW Burnside, Williams & Wilkins Physical Diagnosis, 16 edition;Baltimore/London, 1981.

Physical Examination. The Medex Primary Health Series. Kealth Manpowers Development
Staff. John A Burns School of Medicine, University of Hawaii, Honolulu,
Hawaii, USA Activate W

11

Anda mungkin juga menyukai