Oleh
DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ners. Dian Rosdiana, S.Kep, M.Kep sebagai
dosen pengampu mata kuliah metodologi yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ( PEMERIKSAAN FISIK AUSKULTASI )....................................
2.1. Pengertian Pemeriksaan Fisik Auskultasi.........................................................................
2.2. Cara Memakai Stetoskop...................................................................................................
2.3. Posisi Pemeriksaan............................................................................................................
2.4. Lingkup Pemeriksaan Fisik...............................................................................................
2.5 Cara Melakukan Auskultasi...............................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDULUAN
Menurut WHO (2006) yang dikutip oleh Ely (2008) pemeriksaan fisik
merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
proses yang sistematis untuk pengumpulan data dalam mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pada Negara-negara yang sudah maju
seperti Australia pasien mengharapkan perawat memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk mengetahui kondisi penyakit dan mampu
mengatasi keluhan yang dialami klien. Namun pengkajian fisik yang akurat masih
jarang dilakukan oleh para klinikus. Salah satu pengkajian fisik yang dilakukan
kurang sesuai dengan prosedur adalah pengkajian fisik system pencernaan. Hal
ini menyebabkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien kurang tepat
4
BAB II
PEMBAHASAN
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh. Auskultasi dilakukan
di dada untuk mendengarkan suara nafas dan suara jantung, dilakukan di abdomen untuk
mendengarkan bising usus .
Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-
suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru,
terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem
kardiovaskular. Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya),
durasi, kualitas (timbre) dan waktunya. Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara
tekanan darah (suara Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara
organ tubuh.
5
Auskultasi dilakukan dengan stetoskop (Gambar 4-5). Stetoskop regular tidak
mengamplifikasi suara. Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece),
tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang ke telinga (earpiece), menghilangkan suara
gangguan eksternal dan demikian memisahkan dan meneruskan satu suara saja. Stetoskop
khusus yang mengamplifikasi suara juga tersedia dengan akuitas suara yang lebih rendah.
Yang penting diperhatikan adalah kesesuaian dan kualitas stetoskop. Ujung yang ke telinga
harus diletakkan pas ke dalam telinga, dan tabung/pipa tidak boleh lebih panjang dari 12-18
inci.
1. Diafragma datar: respons paling baik dengan suara frekwensi tinggi, menghilangkan
suara nada rendah
2. Bel: mengumpulkan bunyi nada rendah pada tekanan ringan.
Bila ditekankan lebih keras, nada frekwensi tinggi terdengar lebih keras (kulit dibawahnya
teregang, menjadi semacam diafragma). Hindari kebocoran suara antara lain dengan
menggunakan ujung stetoskop cocok dengan lubang telinga (ukuran, lengkungan, arah
disesuaikan dengan lubang). Sebelum menempelkan stetoskop pada tubuh pasien, hangatkan
dulu (misalnya dengan menggosok gosokkan dengan baju kita).
6
kepala, leher, dada depan belakang jantung, paru, mama, ekstrimitas atas,
landa vital, ekspansi paru dapat diperiksa
1) Supine position (baring) kepala diberi bantal kepala, leher dada depan paru mamma,
jantung, abdomen, ekstrimitas, nadi perifer dapat diperiksa
2) Dorsal reccumbent position baring. lutut ditekuk, telapak kaki menyentuh tempat tidur
3) Sims position tidur miring, untuk pemeriksaan rectum atau vagina
4) Prone position telungkup untuk evaluasi sendi pinggul, punggung
5) Lithotomy position: telentang, fleksi lutut, untuk pemeriksaan rektum,vagina
6) Knee-chest position: pemeriksaan rektal
7) Erect position: evaluasi abnormalitas postural, langkah, keseimbangan
Secara sistematik, pemeriksa melakukan pemeriksaan -Tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,
respirasi, kesadaran.
Kulit
Kepala, mata, telinga, hidung, kerongkongan, Leher
Dada, aksila, paru, jantung
Abdomen
Ekstremitas
Disamping pemeriksaan tersebut maka terdapat cara pemeriksaan fisik yang spesifik yaitu
pemeriksaan pada anak-anak, penderita penyakit saraf atau penderita tertentu lainnya.
Gunakan stetoskop dengan pipa pendek (25-30 cm). pasangkan kedua "ear pieces" ke
dalam telinga, sehingga betul-betul masuk, tetapi tidak menekan.
Gunakan bagian bel dari stetoskop untuk memeriksa toraks dan bagian dalam
diafragma untuk memeriksa abdomen.
Kegiatan pemeriksaaan auskultasi merupakan salah satu cara yang sering digunakan oleh
petugas medis untuk menganalisa penyakit pasien selain dengan cara mendengar keluhan
pasien, tes darah, rontgen, dan lain sebagainya. Contohnya adalah pemeriksaan auskultasi
pada ibu hamil dan pemeriksaan auskultasi paru.
7
2.5.1 Lingkungan yang Optimal
a. Minta pasien untuk melepaskan pakaian, karena ini akan memungkinkan stetoskop
ditempatkan langsung di dada.
b. Pastikan pasien duduk tegak dalam posisi rileks, jika memungkinkan.
c. Anda kemudian harus menginstruksikan pasien untuk bernapas sedikit lebih dalam
dari biasanya melalui mulut.
d. Bel / diafragma stetoskop kemudian ditempatkan di dada.
e. Auskultasi paru harus sistematis, termasuk semua lobus dada anterior, lateral dan
posterior
f. Pemeriksa harus mulai dari atas, membandingkan sisi dengan sisi dan bekerja menuju
dasar paru.
g. Pemeriksa harus mendengarkan setidaknya satu siklus ventilasi di setiap posisi
dinding dada.
h. Pemeriksa harus mengidentifikasi empat karakteristik suara nafas: frekuensi,
kekerasan, kualitas, dan durasi.
1) Frekuensi atau jumlah siklus gelombang per detik yang dihasilkan oleh benda yang
bergetar. Semakintinggi frekuensinya, semakin tinggi nada bunyi dan sebaliknya.
2) Kekerasan atau amplitudo gelombang bunyi. Bunyi terauskultasi digambarkan
sebagai keras atau pelan.
3) Kualitas, atau bunyi-bunyian dengan frekuensi dan kekerasan yang sama dari sumber
berbeda. Istilahseperti tiupan atau gemuruh menggambarkan kualitas bunyi.
4) Durasi, atau lamanya waktu bunyi itu berlangsung. Durasi bunyi adalah pendek,
sedang dan panjang.Lapisan jaringan lunak mengendapkan durasi bunyi dari organ
internal dalam.
8
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ yang
berbeda,sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk mendeteksi suara
diperlukan suatualat yang disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan
dan memilih frekuensi suara
Dalam melakuakn auskultasi tidak hanya sekedar mendengarkan suara dari dalam tubuh saja
tetapi juga memperhatikan beberapa hal yang yaitu frekuensi suara yang meliputi jumlah
getaran suara yang dihasilkan tubuh permenit, durasi atau lamanya suara yang terdengar.
Intensitas suara atai ukuran kuat atau lemahnya suara, serta kualitas suara yang meliputi
warna atau variasi suara yang dihasilkan. Dari faktir-faktor inilah dianalisa apakah suara yang
terdengar dari dalam tubuh pasien normal atau tidak.
2.5.4 Berikut ini Anda akan pelajari bagaimana auskultasi sistem pernafasan
meliputi :
Tujuan dari auskultasi paru ialah untuk menilai pergerakan udara pada jalan nafas besar
sampai sedang dan untuk membuat kesimpulan tentang jalan nafas, parenkim dan rongga
pleura. Diafragma stetoskop (dihangatkan dengan memegang atau menggenggamnya dengan
kuat pada telapak tangan) digunakan untuk auskultasi paru rutin. Tiga jenis bunyi nafas
terdengar pada paru dewasa normal: vesikular, bronkovesikular dan bronkial.
Minta pasien untuk bernafas melalui mulut dengan mulut cukup terbuka.
Posisi stetoskop pada dinding dada sesuai dengan pola yang diberikan pada perkusi.
Bunyi nafas dibandingkan dari sisi satu ke sisi lainnya dan masing-masing dinilai
pada satu siklus pernafasan sempurna.
Auskultasi yang dilakukan harus mencakup masing-masing apeks paru, yang berada pada
fosa supraklavikularis. Jika ruangan ini terlalu sempit untuk memungkinkan aposisi lengkap
diafragma stetoskop pada kulit, pemeriksa dapat menggunakan bell yang lebih kecil dengan
lebih ketat pada kulit dan mendapatkan hantaran bunyi yang serupa.
Lapangan paru anterior diauskultasi dan diperkusi lebih jauh mulai dari bawah klavikula
dampai tingkat batas diafragma (pada sekitar ruang interkosta ke lima). Biasanya, bagian
"supradiafragma" kubah hepar membuat toraks kanan anterior bawah redup. Sesuai dengan
kebiasaan tubuh, payudara dapat mengganggu, pemeriksa dapat menemukan pekak jantung
pada hemitoraks anterior kiri sebelum mencapai batas diafragma atau keduanya dapat terjadi.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara
penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk
oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular.
auskultasi merupakan salah satu cara yang sering digunakan oleh petugas medis untuk
menganalisa penyakit pasien selain dengan cara mendengar keluhan pasien, tes darah,
rontgen, dan lain sebagainya.
3.2 Saran
Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan , baik dari segi bahasa
maupun dari seri penyusunan kalimatnya. Dari segi isi juga masih terdapat banyak
kekurangan dan kurang lengkapnya penjelasan dan pemaparan dari segi isi tersebut. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat
memberikan kritk dan saran yang bersifat membangun untuk masa depan yang cerah bagi
generasi muda saat ini.
10
Daftar Pustaka
Manalu, N. V. (2016). Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh Perawat Rumah Sakit Advent
Bandar Lampung. Jurnal Skolastik Keperawatan, 2(1), 13-13.
A Guide to Physical Examination and History taking. Harper International Edition: Barbara
Bates, JB Lippincott Company, Philadelphia.
DeGowin & deGowin Diagnostic Examination 6th edition. Mc Graw Hill Inc, New York;
1994
Physical Examination. The Medex Primary Health Series. Kealth Manpowers Development
Staff. John A Burns School of Medicine, University of Hawaii, Honolulu,
Hawaii, USA Activate W
11