Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN


TULI SENSORINEURAL

SUCI RAMADHANI
202001005

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN
SAINS MUHAMMADIYAH SIDRAP
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Tuli Sensorineural” dengan baik. Adapun maksud
dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak lain adalah untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan.

Dalam penyusunan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu penulis
baik secara langsung maupun tidak langsung, secara moril maupun materiil. Oleh sebab
itu, penulis mengucapkan terima dan mengharapkan saran yang menbangun
Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan makalah ini, banyak
kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Namun, penulis banyak belajar mengenai hal
tersebut. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Namun, penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak.

Pangkajenne , oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................................3
A. KONSEP MEDIS TULI SENSORINEURAL......................................................................................................4
1. DEFINISI...........................................................................................................................................................4
2. ETIOLOGI.........................................................................................................................................................4
3. KLASIFIKASI...................................................................................................................................................4
4. MANIFESTASI KLINIS...................................................................................................................................5
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.....................................................................................................................5
6. PENATALAKSANAAN...................................................................................................................................7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TULI SENSORINEURAL.................................................................10
1. PENGKAJIAN................................................................................................................................................10
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................................................................................10
3. INTERVENSI KEPERAWATAN..................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................................................14
A. KESIMPULAN................................................................................................................................................14
B. SARAN............................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................................15
A. KONSEP MEDIS TULI SENSORINEURAL

1. DEFINISI

Tuli sensorineural adalah kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan saraf otak
yang terbagi atas tuli sensorineural koklea dan tuli sensorineural retrokoklea.Tuli
sensorineural koklea disebabkan aplasia, labirinitis, intoksikasi obat ototaksik atau
alkohol.Dapat juga disebabkan tuli mendadak, tauma kapitis, trauma akustik dan
pemaparan bising tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neuoroma akustik, tumor sudut
pons serebellum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak, dan kelainan otak
lainnya. (Indro Soetirto: 2003)

2. ETIOLOGI
Faktor-faktor resiko tinggi yang penyebab tuli sensorineural yaitu:
a. Tuli Bawaan (Genetik).
b. Tuli Rubella.
c. Tuli dan Kelahiran Prematur
d. Tuli Ototosik.

3. KLASIFIKASI
Dibagi menjadi tuli sensori neural coklea atau retrokoklea.:
a. Tuli sensori neural coclea
- Aplasia (kongenital)
- Labirintitis oleh bakteri/virus
- Intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal
atau alkohol.
- Trauma kapitis
- Trauma akustik
- Pemaparan bising
- Presbicusis
b. Tuli sensori neural retrokoklea
- Neuroma akustik
- Tumor sudut pons serebellum
- Cidera otak
- Perdarahan otak
4. MANIFESTASI KLINIS
Rasa tidak enak di telinga, tersumbat, dan pendengaran terganggu. Rasa nyeri
akan timbul bila benda asing tersebut adalah serangga yang masuk dan bergerak serta
melukai dinding liang telinga. Pada inspeksi telinga dengan atau tanpa corong telingaakan
tampak benda asing tersebut.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Dengan Garputala
Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan
garputala yang telah digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara
agar sampai ke telinga.Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran
subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah,
telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak.Pada dewasa,
pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan
garputala yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di
belakang telinga).
Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di
telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi
gelombang saraf, yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran.
Pemeriksaan ini hanya menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf
pendengaran di otak. Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi
pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif.Jika
pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli
sensorineural. Kadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural
terjadi secara bersamaan

b. Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu
dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara
dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian
nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita
tidak lagi dapat mendengarnya.Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara
terpisah.Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone,
sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah
alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.

c. Audimetri Ambang Bicara


Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan
supaya bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari
2 suku kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu. Dilakukan
perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata
yang diucapkan dengan benar.

d. Diskriminasi
Dengan diskriminasi dilakukan penilaian terhadap kemampuan untuk
membedakan kata-kata yang bunyinya hampir sama. Digunakan kata-kata yang
terdiri dari 1 suku kata, yang bunyinya hampir sama.Pada tuli konduktif, nilai
diskriminasi (persentasi kata-kata yang diulang dengan benar)biasanya berada dalam
batas normal.Pada tuli sensori, nilai diskriminasi berada di bawahnormal.Pada tuli
neural, nilai diskriminasi berada jauh di bawah normal.

e. Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan
terhadap tekanan) pada telinga tengah.Timpanometri digunakan untuk membantu
menentukan penyebab dari tuli konduktif.Prosedur in tidak memerlukan partisipasi
aktif dari penderita dan biasanya digunakan padaanak-anak.Timpanometer terdiri
dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan
suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak
suara yang melalui telinga tengah dan berapabanyak suara yang dipantulkan kembali
sebagai perubahan tekanan di saluran telinga.Hasil pemeriksaan menunjukkan
apakah masalahnya berupa:
penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan
hidung bagian belakang) cairan di dalam telinga tengah
kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara
melalui telinga tengah. Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada
kontraksi otot stapedius, yangmelekat pada tulang stapes (salah satu tulang
pendengaran di telinga tengah).Dalam keadaan normal, otot ini memberikan respon
terhadap suara-suara yang keras/gaduh(refleks akustik) sehingga mengurangi
penghantaran suara dan melindungi telinga tengah.Jika terjadi penurunan fungsi
pendengaran neural, maka refleks akustik akan berubah ataumenjadi lambat. Dengan
refleks yang lambat, otot stapedius tidak dapat tetap berkontraksiselama telinga
menerima suara yang gaduh.

f. Respon Auditoris Batang Otak


Pemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat
rangsangan pada saraf pendengaran.Respon auditoris batang otak juga dapat
digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu pada penderita koma atau penderita
yang menjalani pembedahan otak.
g. Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf
pendengaran.Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari
penurunan fungsipendengaran sensorineural.Elektrokokleografi dan respon auditoris
batang otak bisa digunakan untuk menilaipendengaran pada penderita yang tidak
dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadarterhadap suara.Misalnya untuk
mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa hipakusis
psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).Beberapa pemeriksaan pendengaran bisa
mengetahui adanya kelainan pada daerah yang mengolah pendengaran di otak.
Pemeriksaan tersebut mengukur kemampuan untuk: mengartikan dan memahami
percakapan yang dikacaukan memahami pesan yang disampaikan ke telinga kanan
pada saat telinga kiri menerima pesan yang lain menggabungkan pesan yang tidak
lengkap yang disampaikan pada kedua telinga menjadi pesan yang bermakna
menentukan sumber suara pada saat suara diperdengarkan di kedua telinga pada
waktu yang bersamaan. Jalur saraf dari setiap telinga menyilang ke sisi otak yang
berlawanan, karena itu kelainan pada otak kanan akan mempengaruhi pendengaran
pada telinga kiri. Kelainan pada batang otak bisa mempengaruhi kemampuan dalam
menggabungkan pesan yang tidak lengkap menjadi pesan yang bermakna dan dalam
menentukan sumber suara. Beberapa pemeriksaan yang khusus dilakukan pada anak
– anak adalah:
- Free Field Test
Dilakukan pada ruangan kedap suara dan diberikan rangsangan suara dalam
berbagai frekuensi untuk menilai respons anak terhadap bunyi
- Behavioral Observation (0 – 6 bulan)
Pada pemeriksaan ini diamati respons terhadap sumber bunyi berupa perubahan
sikap atau refleks pada bayi yang sedang diperiksa
- Conditioned Test (2 – 4 tahun)
Anak dilatih untuk melakukan suatu kegiatan saat mendengar suara stimuli
tertentu.B.E.R.A (Brain Evoked Response Audiometry)
Dapat menilai fungsi pendengaran anak atau bayi yang tidak kooperatif

6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada
penyebabnya.Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya
cairan di telinga tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan
cairan dan kotoran tersebut.Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat
bantu dengar atau kadang dilakukan pencangkokan koklea.
a) Alat bantu dengar
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan
dengan batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga
komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara
- Sebuah amplifier untuk meningkatkan volume suara
- Sebuah speaker utnuk menghantarkan suara yang volumenya telah
dinaikkan.
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan
apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis
adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan
menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran). Alat bantu dengar sangat
membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita
penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam menentukan suatu alat bantu
dengar, seorang audiologis biasanya akan mempertimbangkan hal-hal berikut:
- kemampuan mendengar penderita
- aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja
- keterbatasan fisik
- keadaan medis
- penampilan
- harga

1. Alat Bantu Dengar Hantaran Udara


Alat ini paling banyak digunakan, biasanya dipasang di dalam saluran telinga
dengan sebuah penutup kedap udara atau sebuah selang kecil yang terbuka.
2. Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di Badan
Digunakan pada penderita tuli dan merupakan alat bantu dengar yang paling
kuat. Alat ini disimpan dalam saku kemeja atau celana dan dihubungkan
dengan sebuah kabel ke alat yang dipasang di saluran telinga.Alat ini seringkali
dipakai oleh bayi dan anak-anak karena pemakaiannya lebih mudah dan tidak
mudah rusak.
3. Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di Belakang Telinga
Digunakan untuk penderita gangguan fungsi pendengaran sedang sampai
berat.Alat ini dipasang di belakang telinga dan relatif tidak terlihat oleh orang
lain.
4. CROS (contralateral routing of signals)
Alat ini digunakan oleh penderita yang hanya mengalami gangguan fungsi
pendengaran pada salah satu telinganya.Mikrofon dipasang pada telinga
yang tidak berfungsi dan suaranya diarahkan kepada telinga yang berfungsi
melalui sebuah kabel atau sebuah transmiter radio berukuran mini.Dengan alat
ini, penderita dapat mendengarkan suara dari sisi telinga yang tidak berfungsi.
5. BICROS (bilateral CROS)
Jika telinga yang masih berfungsi juga mengalami penuruna fungsi
pendengaran yang ringan,maka suara dari kedua telinga bisa diperkeras dengan
alat ini.
6. Alat Bantu Dengar Hantaran Tulang
Alat ini digunakan oleh penderita yang tidak dapat memakai alat bantu dengar
hantaran udara, misalnya penderita yang terlahir tanpa saluran telinga atau jika
dari telinganya keluar cairan otore. Alat ini dipasang di kepala, biasanya di
belakang telinga dengan bantuan sebuah pita elastis.Suara dihantarkan melalui
tulang tengkorak ke telinga dalam. Beberapa alat bantu dengar hantaran tulang
bisa ditanamkan pada tulang di belakang telinga.

b) Pencangkokan koklea
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat
yang tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar.
Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
- Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara
yang tertangkap oleh mikrofon
- Sebuah transmiter dan stimulator/penerima yang berfungsi menerima
sinyal dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang
listrik Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan
mengirimnya ke otak.
- Suatu implan tidak mengembalikan ataupun menciptakan fungsi
pendengaran yang normal, tetapi bisa memberikan pemahaman auditoris
kepada penderita tuli dan membantu mereka dalam memahami percakapan.
Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar. Alat bantu dengar
berfungsi memperkeras suara. Implan koklea menggantikan fungsi dari
bagian telinga dalam yang mengalami kerusakan.
Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi
gelombang listrik oleh telinga dalam.Gelombang listrik ini lalu dikirim ke otak
dan kita menerimanya sebagai suara. Implan koklea bekerja dengan cara yang
sama. Secara elektronik, implan koklea menemukan bunyi yang berarti dan
kemudian mengirimnya ke otak.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TULI SENSORINEURAL

1. PENGKAJIAN
a. identitas pasien,
- Riwayat adanya kelainan nyeri, infeksi saluran nafas atas yang berulang,
- Riwayat infeksi : nyeri telinga, rasa penuh dan penurunan pendengaran,
suhu meningkat, malaise, vertigo, Aktifitas terbatas, Takut mengahadapi
tindakan pembedahan

b. Pemeriksaan fisik

B1(breathing) : infeksi saluran pernafasan atas yang berulang


B2(blood) : tidak ada kelainan pada sistem kardiovaskuler
B3(brain) : pusing, vertigo,nyeri, rasa penuh pada telingga
B4(bladder) : tidak ada kelainan
B5(bowel) : tidak ada kelainan
B6(bone&muskuluskeletal) : malaise, aktivitas terbatas, suhu meningkat

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2. Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan kerusakan pada
telingatengah
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
4. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore
5. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
6. Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan
pengobatan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnose Tujuan & ktiteria Intervensi
keperawatan hasil
1. Nyeri Setelah dilakukan 1. kaji nyeri , lokasi, karasteristik, mulai timbul,
Tindakan asuhakn frekuensi dan intensitas , gunakan tingkat ukuran
keperawatan nyeri
diharapkan nyeri Rasional : untuk mengukur tingkat / kualitas nyeri
yang dirasakan guna intervensi selajutnya
pasien menurun 2. ajarkan dan bantu dengan alternativ Teknik
hingga hilang pengurangan nyeri ( missal immajinasi , music dan
dengan kriteria relaksasi )
hasil : Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi
1. pasien nyeri
menggambarkan 3. ubah posisi setiap 2 jam sampai 4 jam
nyeri dalam Rasional : posisi yang nyaman dapat membantu
keadaan minimal mengurangi tingkat nyeri
atau tidak ada 4. berikan analgesic jika dipesankan
nyeri Rasional : analgesic dapat mengurangi nyeri
2. skala nyeri
normal

2. Gangguan Setelah dilakukan 1. kaji tingkat gangguan persepsi pendengaran


sensori Tindakan klien
keperawatan Rasional : untuk mengukur tingkat pendengaran
diharapkan tidak pasien guna intervensi selanjutnya
terjadi lagi 2. berbicara pada bagian sisi telinga yang baik
gangguan sensorik Rasional : berbicara pada bagian sisi telinga yang
dengan kriteria baik dapat membantu klien dalam proses
hasil : komunikasi
1. klien 3. bersihkan bagian telinga yang kotor
memperihatkan Rasional : telinga yang bersih dapat membantu
persepsi dalam proses pendengaran yang baik
pendengaran yang 4. kolaborasi dengan dokter Tindakan
baik pembedahan
2. gangguan Rasional : Tindakan pembedahan dapat membantu
sensori berkurang klien memperoleh pendengaran yang baik
sampai hilang
3. Intoleransi Setelah dilakukan 1. kaji tingkat intoleransi klien
aktivitas Tindakan asuhan Rasional : untuk mengetahui tingkat aktivitas klien
keperawatan guna intervnsi selanjutnya
diharapkan klien 2. bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari –
tidan mengalami hari
intoleransi Rasional : bantuan terhadap aktivitas klien dapat
aktivitas dengan mempermudah pemenuhan kebutuhan klien
kriteria hasil : 3 anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang
1 klien dapat ringan
melakukan Rasional : aktivitas yang ringan dapat membantu
aktivitas dengan mengurang energi yang keluar
baik 4 libatkan keluarga dalam proses perawatan dan
2. tidak tadanya aktivitas klien
Batasan bagi Rasional : keluarga memiliki peranan penting
paasien untuk dalam aktivitas sehari – hari klien selama
beraktivitas perawatan
5 anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
Rasional : istirahat yang cukup dapat
meminimalkan pengeluaran energy

4. Isolasi social Setelah dilakukan 1 kaji tingkat kopong klien terhadap penyakit yang
Tindakan asuhan dialami
keperawatan Rasional : untuk menetahui tingkat koping pasien
diharapkan klien terhadap penyakitnya guna intervensi selanjutnya
tidak mengalami 2. kaji tingkat pola koping keluarga terhadap
isolasi social penyakit yang dialami klien
dengan kritria hasil Rasional : pola koping keluarga mempengaruhi
: koping pasie terhadap penyakitnya
1 pola koping 3 berikan informasi yang adekuat mengenai
klien adekuat penyakit yang dialami klien
Rasional : infirmasi adekuat dapat memperbaiki
koping pasien terhadap penyakitnya
4 berikan motivasi pada klien dalam menghadapi
penyakitnya
Rasional : motivasi dapat membantu pasien dalam
menghadapi penyakitya dan menjalani pengobatan
sehingga klien tidak merasa sendirian
5 anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien
Rasional : motivasi dari keluarga sangat
membantu proses koping pasien
5. Kurang Setelah dilakukan 1 kaji tingkat Pendidikan klien
pengetahuan Tindakan asuhan Rasional : untuk mengetahui tingkat endidikan
keperawatan klien guna intervensi selanjutnya
diharapkan klien 2. kaji tingkat pengetahuan klien mengenai
memunyai prognosis penyakitnya
pengetahuan Rasional : untuk mengukur sejauh mana klien
mengenai mengetahui tentang penyakitnya
penyaktnya 3 beri informasi yang lengkap mengenai penyakit
dengan kriteria klien
hasil : Rasional : infirmasi yang lengkap dapat
1 klien dapat menambah pengetahuan klien sekaligus
mengatasi mengurangi kecemasan
penyakitnya 4 berikan informasi yang akurat
2 klien dapat Rasional : pemberi informasi yang akurat dapt
mengetahui cara menambah informasi klien tentang penyakitnya
mencegah
kembalinya
penyakitnya

6. Ansietas Setelah dilakukan 1. kaji tingkat ansietas klien guna intervensi


Tindakan asuhan selajutnya
keperawatan Rasional : untuk mengukur tingkat kecemasan
diharapkan klien klien terhadap penyakitnya guna implementasi
tidak mengalami 2. berikan dorongan pada klien dengan mengetahui
kecemasan dengan penyakitnya
kriteria hasil : Rasional : dorongan yang adekuat dapt
1 klien menurunkan tingkat kecemasan kien sekaligus
memperlihatkan memberi perhatian kepada klien berikan informasi
ekspresi wajah mengenai sumber – sumber dan alat – alat yang
yang ceria tersedia yang dapt membantu klien
2. tidak mengalami Rasional : agar klien menyadari bahwa sumber –
kecemasan lagi sumber apa saja yang ada disekitarnya yng dapt
mendukung dia untuk berkomunikasi
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ketuliandibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainanterletak


antara meatus akustikus eksterna sampai dengana tulangpendengaran stapes. Tuli di
bidang konduksi ini biasanya dapatditolong dengan memuaskan, baik dengan
pengobatan ataudengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli
persepsi (sensori neural hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di
kokleasampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi inibiasanya sulit dalam
pengobatannya.Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan,disebut
tuli campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan
pemeriksaanpendengaran.

B. SARAN

Untuk mencgah terjadinya tuli perepsi maupun tuli konduksi, sebaiknya :

1. Hindari suara keras, ramai dan kebisingan.


2. Hindari diet yang berlemak.Hal-hal lain yang dianjurkan ialah hindari dingin
yang berlebihan, rokok yang berlebihan dan stres. Anemia, kekuranganvitamin
dan insufisiensi kardiovaskular juga harus segera diobati.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta. George L,
Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu Penyakit
THT, FK UNAIR. Surabaya.

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Dr Soetomo Surabaya

Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta.
http://www.nezfine.files.wordpress.com20100520.pdf diakses pada tanggal 14
November 2011
http://www.scribd.com/doc/23723412/TULI-SENSORINEURALdiakses pada tanggal 14
November 2011

Soetirto, Indro.2003. Tuli Akibat Bising dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok

Ed.3 Editor: H. Efiaty A.Soepardi dkk. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai