Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH 

PRESBIKUSIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


“Sistem Sensori Persepsi”

Disusun oleh :
KELOMPOK 4
1. Ade Deni Hidayat
2. Anggi Taufik
3. Fahmi M. Anfar
4. Hudi Solahudin
5. Meydik Sudrajat
6. Yangai Ngabehi Naga

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2016
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah SISTEM
SENSORI PERSEPSI dengan judul ” PRESBIKUSIS “ dengan baik dan tepat
waktu.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mahasiswa
dalam memahami tentang penyakit dari presbikusis tersebut. Isi dari makalah ini,
terdapat uraian dan penjelasan tentang defenis, penyebab serta penatalaksanaan
dari presbikusis yang akan kami uraikan dalam bentuk tulisan yang ringkas dan
jelas.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas kesempatan dan masukan positif
yang diberikan oleh dosen medical bedah bagi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah
bekerja sama dan terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan.Kami
sebagai penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi kita semua.
“Lepas dari segala kekurangan yang ada semoga makalah ini dapat bermanfaat”

Tasikmalaya, April 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Umum........................................................................... 2
C. Tujuan Khusus.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    KONSEP DASAR PENYAKIT............................................ 3
1. Anatomi Fisiologi Telinga............................................... 3
2. Definisi............................................................................ 5
3. Etiologi ........................................................................... 5
4. Klasifikasi ....................................................................... 6
5. Patofisiologi  ................................................................... 7
6. Manifestasi Klinis............................................................ 9
7. Derajat Presbikusis.......................................................... 9
8. Penatalaksanaan............................................................... 10
B.    PROSES KEPERAWATAN.................................................. 10
1. Pengkajian ..................................................................... 10
2. Diagnosa keperawatan................................................... 12
3. Intervensi keperawatan.................................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran pada
usia lanjut. Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya pendengaran, dari
derajat yang ringan sampai dengan yang berat. Bila kekurang pendengaran ini
berat, akan menimbulkan banyak masalah bagi penderita dengan orang-orang
sekitarnya. Misalnya salah faham dalam komunikasi. Penderita sering membantah
karena mengira orang lain-lain marah-marah kepadanya, tak perduli kepadanya,
atau malah mentertawakannya, mengejeknya atau lain-lain lagi. Dalam perjalanan
mencapai usia lanjut, alat pendengaran dapat mengalami berbagai gangguan, salah
satunya presbikusis.
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose
degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang
terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi
serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum.
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan
pendengaran yaitu Kesulitan mengerti pembicaraan, Ketidakmampuan untuk
mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi, Kesulitan membedakan
pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam, Masalah pendengaran
pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising, Latar
belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan, Perubahan kemampuan
mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g, Suara vokal yang frekuensinya rendah
seperti a, e, i, o, u umumnya relatif diterima dengan lengkap.
Schuknecht membagi klasifikasi presbikusis menjadi 4 jenis : sensori
(outer hair-cell), neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea
konduktif (stiffness of the basilar membrane). Schuknecht menambahkan dua
kategori : mixed and indeterminate, terdapat 25% kasus, dimana terjadi akibat
perubahan patologi yang bermacam-macam. Prevalensi terbanyak menurut

1
penelitian adalah jenis metabolik 34,6%, jenis lainyan neural 30,7%, mekanik
22,8% dan sensorik 11,9%.
Berdasarkan besarnya angka insiden terjadinya presbiakusis dan resiko
insiden yang dapat terjadi, maka pemakalah tertarik membahas masalah Asuhan
keperawatan pada klien dengan presbiakusis.

B.    Tujuan Umum


Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan ASKEP pada klien
dengan Presbikusis dengan menggunakan metode proses keperawatan.

C.  Tujuan Khusus
1.      Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit Presbikusis
2.      Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan Presbikusis
3.      Mampu membuat Diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
4.      Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan.

  

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Anatomi Fisiologi Telinga
Telinga sebagai organ pendengaran, berisi reseptor-reseptor yang
menghantarkan gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf dan reseptor
yang berespon pada gerakan kepala. Telinga terbagi dalam tiga bagian :
telinga luar, tengah dan dalam.
a.    Telinga luar
Terdiri dari aurikula (pinna) dan kanal auditorius eksternal. Fungsinya
untuk menerima suara. Aurikel tersusun atas sebagian besar kartilago yang
tertutup dengan kulit. Lobus satu-satunya bagian yang tidak disokong oleh
kartilago. Sesuai pertambahan usia kartilago terus dibentuk dalam telinga
dan kulit telinga berkurang elastisitasnya; kemudian aurikel tampak lebih
besar dari lobulus. Perubahan-perubahan yang menyertai proses penuaan
ini adalah pengeriputan lobulus dalam suatu pola oblique linier. 
Saluran auditorius berbentuk S panjangnya 2,5 cm dari aurikel sampai
membran timpani. Serumen disekresi oleh kelenjar yang menangkap
benda asing dan melindungi epitelium kanalis. Pada proses penuaan,
saluran menjadi dangkal sebagai akibat lipatan ke dalam, pada dinding
kanalis silia menjadi lebih kasar dan lebih kaku dan produksi serumen
agak berkurang dan lebih kering.

3
 
Gambar 1. Anatomi Telinga
b.   Telinga tengah
Ruangan berisi udara terletak dalam tulang temporal. Fungsinya
memperkuat bunyi yang ditangkap. Terdiri dari 3 tulang artikulasi :
maleus, inkus dan stapes yang dihubungkan ke dinding ruang timpanik
oleh ligamen. Membran timpani memisahkan telinga tengah dari kanalis
auditorius eksternal. Vibrasi membran menyebabkan tulang-tulang
bergerak dan mentransmisikan gelombang bunyi melewati ruang ke
jendela lonjong. Vibrasi kemudian bergerak melalui cairan dalam telinga
tengah dan merangsang reseptor pendengaran. Bagian membran yang
tegang yaitu pars tensa sedangkan sedikit tegang adalah pars flaksida.
Perubahan atrofik pada membran karena proses penuaan mengakibatkan
penampilan dangkal, teregang, putih atau abu-abu. Perubahan ini tidak
mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran.
c.    Telinga dalam
Labirin tulang dibagi dalam tiga area : vestibula, kanalis semisirkularis
dan koklea. Koklea adalah struktur yang menggulung berisi organ Corti,
unit fungsional pendengaran. Sel-sel rambut organ Corti dibengkokkan
dan diubah oleh vibrasi kemudian diubah menjadi impuls-impuls

4
elektrokimia. Perubahan-perubahan degeneratif pada koklea dan neuron
jaras auditorius mengakibatkan presbikusis, bilateral, penurunan
pendengaran sensorineural yang dimulai pada usia pertengahan.

2. Definisi
Presbiakusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan
dengan lanjutnnya usia.
Presbiakusis adalah penurunan pendengaran normal berkenaan dengan
proses penuaan.
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose
degenerasi[1] organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga)
yang terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau
tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara
umum.

3. Etiologi
Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada presbikusis
antara lain :
a.     Degenerasi primer aferen[2] dan eferen[3] dari koklea, degenerasi ini
dimulai dengan terjadinya atrofi[4] dibagian epitel dan saraf pada organ
corti. Lambat laun secara progresif terjadi degenerasi sel ganglion spiral
pada daerah basal hingga kedaerah apeks yang pada akhirnya terjadi
degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan manifestasi gangguan
pemahaman bicara karena penurunan vascularisasi dari reseptor neuro
sensorik yang mengalami gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan
lobus temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia.
(Schuknecht)
b.    Penelitian tentang penyebab presbiakusis sebagian besar menitik beratkan
pada abnormalitas genetik yang mendasarinya (Dilaporkan bahwa salah
satu strain yang berperan terhadap terjadinya prebikusis, yaitu C57BL/6J

5
sebagai penyandi saraf ganglion spiral dan sel stria vaskularis pada
koklea), dan  salah satu penemuan yang paling terkenal sebagai penyebab
potensial presbikusis adalah mutasi genetik pada DNA mitokondrial.
Faktor resiko yang dapat memperberat penurunan pendengaran pada
presbikusis antara lain :
a)        Usia dan jenis kelamin
b)        Hipertensi
c)        Diabetes Melitus
d)       Merokok
e)        Hiperkolesterol
f)        Riwayat Bising

4. Klasifikasi
Presbiakusis diklasifikasikan menjadi 4, antara lain :
a.    Presbiakusis Sensori
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai dengan hilangnya sel
rambut dan sel penyokong organ corti di membrana basalis koklea dan
karena itu khas berupa hilangnya pendengaran nada tinggi, yang dimulai
setelah usia pertengahan. Ciri khas dari tipe presbikusis sensori ini adalah
terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi.
b.   Presbiakusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf
pusat. Tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi
bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata
dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran. Efeknya
tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan
timbul sampai 90% neuron akhirnya hilang. Bila neuron ini berkurang
dibawah yang dibutuhkan untuk transmisi getaran, maka terjadilah
resbikusis neural. Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih parah
terjadi pada basal koklea. Dan atrofi yang luas pada ganglion spiral.

6
c.    Presbikusi Strial (metabolik)
Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang
pendengaran yang mulai timbul pada dekade ke-6 dan berlangsung
perlahan-lahan. Kondisi ini diakibatkan terjadinya abnormalitas strial
vaskularis berupa atropi daerah apikal dan tengah dari koklea. Strial
vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik,
kimiawi, dan metabolik koklea, proses ini berlangsung pada usia 30-60
tahun.
d.   Presbikusis Kondusif Koklea
Pada Presbiakusis jenis ini diduga diakibatkan oleh terjadinya perubahan
mekanisme pada membran basalis koklea sebagai akibat proses menua.
Secara audiogram[5] ditandai dengan penurunan progresif[6] dari
sensitifitas di seluruh daerah tes. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari
duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum spiral.

5. Patofisiologi 
Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti
berupa hilangnya sel epitel saraf yang dimulai pada usia pertengahan (60
tahun keatas). juga dilaporkan bahwa keadaan yang sama terjadi pula pada
serabut aferen dan eferen sel sensorik dari koklea. Terjadi pula perubahan
pada sel ganglion siralis di basal koklea. Di samping itu juga terdapat
penurunan elastisitas membran basalais di koklea dan membrana timpani.
Di samping berbagai penurunan yang terjadi pada organ pendengaran,
pasokan darah dari reseptor neurosensorik mungkin mengalami gangguan,
sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu
akibat lanjutnya usia. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa gangguan
pendengaran pada usia lanjut dapat disebabkan oleh berbagai sebab, di
samping kenyataan bahwa jenis kelainan pendengran itu sendiri yang bisa
berbagai jenis.

7
PATHWAY Presbikusis ...

Faktor Usia


Degenerasi tulang-tulang
pendengaran bagian dalam

Hilangnya sel-sel rambut


pada basal kokhlea

Gangguan neuron-
neuron kokhlea

Fungsi pendengaran
Menurun
 

Pendengaran terhadap             menarik              tidak mau mengikuti


kata-kata/rangsang                  diri dari                kegiatan dirumah
suara menurun                       lingkungan            maupun masyarakat

                                        Harga diri rendah

            Gangguan
            komunikasi verbal 

                                                                                       lebih banyak istirahat


  
                                                                                             Kurang aktivitas 

8
6. Manifestasi Klinis
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan
pendengaran : 
a. Kesulitan mengerti pembicaraan
b. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi.
c. Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau
bergumam
d. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar
belakang yang bising
e. Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan
f. Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g
g. Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u umumnya
relatif diterima dengan lengkap.(Luekenotte, 1997)

7. Derajat Presbikusis
Derajat kurang pendengaran dihitung dengan menggunakan indeks
Fletcher yaitu :
Ambang Dengar = AD 500 HZ (Hertz) + AD 1000 Hz +AD 2000 Hz
3
Menetukan derajat kurang pendengaran yang dihitung hanya ambang
dengar hantaran udaranya (AC/Air Conduction) saja.
Derajat menurut Jerger :
a.       0 – 20 dB (desibel)          : Normal
b.      >20 – 40 dB                     : Tuli ringan
c.       >40 – 55 dB                     : Tuli sedang
d.      >55 – 70 dB                     : Tuli sedang berat
e.       >70 – 90 dB                     : Tuli berat
f.       >90 dB                             : Tuli sangat berat

9
8. Penatalaksanaan
Melihat dampak dari gangguan atau menurunnya pendengaran pada
lansia, maka penggunaan alat bantu dengar perlu dianjurkan pada mereka yang
membutuhkannya.
Terdapat berbagai jenis alat bantu dengar yang disesuaikan dengan
keperluan dari penggunanya. Apabila kedua telinga terganggu lebih baik
menggunakan dua buah alat bantu dengar ( masing-masing satu untuk setiap
telinga yang akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding hanya satu
buah saja ).

B.    PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, golongan darah dan lain
sebagainya.
b. Riwayat Kesehatan
a)   Keluhan utama
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara
b)   Riwayat kesehatan sekarang
- Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah mendengar
pesan atau rangsangan berupa suara.
- Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti
terhadap pembicaraan.
- Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi
pembicaraan.
- Keluarga klien mengatakan lebih senang menyendiri dan
dengan kesendiriannya itu klien mengekspresikan kesepian dan
keluarga klien mengatakan bahwa klien sering menarik diri
dari lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota
keluarga.

10
- Untuk mengisi kebosanannya, keluarga klien mengatakan
bahwa klien  lebih banyak tidur dan tidak mau melakukan
aktivitas apapun.
- Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui
pesan-pesan  tertulis. 
c)  Riwayat penyakit dahulu
- Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit
akut maupun kronis.
- Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien ?
biasanya prebikusis sering muncul pada umur 60 tahun
keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu bagi klien.
- Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan
mengalami alergi terhadap berbagai makanan dan minuman.
- Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok
berat atau tidak.
- Apakah Klien sering terpajan dengan suara bising ?
d)   Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada
sistem pendengaran, apakah ada kelurga yang menderita DM.
c. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Daun telinga
a)   Inspeksi: 
1) Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)
2) Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak
3) Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak
atau tidak)
4) Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau tidak.
b)   Palpasi: 
1) Apakan terdapat nyeri raba
2) Apakah ada pembengkakan 

11
d. Pemeriksaan Penunjang
a)   Pemeriksaan otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus
eksternus dan membran timpani dengan cara inspeksi: 
Hasil: 
1)      Serumen berwarna kuning, konsistensi kental. 
2)      Dinding liang telinga berwarna merah muda 
b)   Tes ketajaman pendengaran
1)   Tes penyaringan sederhana 
Hasil:
- Biasanya klien tidak mendengar secara jelas angka-angka
yang disebutkan
- Klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada
jarak 1–2 inchi. 
2)   Uji rinne 
Hasil:  Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran
garpu tala dan tidak jelas mendengar adanya bunyi dan saat
bunyi menghilang.

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang
pendengaran bagian dalam.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.

3. Intervensi keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi
tulang pendengaran bagian dalam
a) Tujuan : komunikasi verbal klien berjalan dengan baik

12
b) Kriteria Hasil
Dalam 1 hari klien dapat :
1) Menerima pesan melalui metode alternatif
2) Mengerti apa yang diungkapkan
3) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk
berkomunikasi
4) Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
c) Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2) Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran
3) Bicara dengan pelan dan jelas
4) Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5) Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6) Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik
7) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga

b. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi


pendengaran.
a) Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya
b) Kriteria Hasil
Secara bertahap klien dapat :
1) Mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
2) Berhubungan sosial dengan orang lain
3) Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan
klien untuk berhubungan dengan orang lain
4) Membina hubungan saling percaya dengan perawat
c) Intervensi :
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik diri

13
3) Diskusi bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang mungkin
4) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan
5) Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan
kerugian dari perilaku menarik diri
6) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
7) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien
8) Bina hubungan saling percaya dengan klien
9) Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian
mengunjungi klien
10) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
11) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
hubungan terpeutik

c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan


lingkungan.
a) Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan
b) Kriteria Hasil
Secara bertahap klien dapat :
1) Menceritakan perasaan-perasaan bosan
2) Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang
menyenangkan.
3) Menceritakan metode koping terhadap perasaan marah atau
depresi yang disebabkan oleh kebosanan.
c) Intervensi :
1) Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan
pengalaman
2) Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
3) Variasikan rutinitas sehari-hari

14
4) Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
5) Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
6) Beri alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas

  

15
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose
degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang
terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi
serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum.
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan
pendengaran yaitu Kesulitan mengerti pembicaraan, Ketidakmampuan untuk
mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi, Kesulitan membedakan
pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam, Masalah pendengaran
pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising, Latar
belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan, Perubahan kemampuan
mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g, Suara vokal yang frekuensinya rendah
seperti a, e, i, o, u umumnya relatif diterima dengan lengkap

B.      Saran
1. Untuk rumah sakit
a. Rumah sakit mampu memberikan pelajaran yang baik pada klien
b. Rumah sakit membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan
2. Untuk  sesama profesi / perawat
a. Perawat selalu melakukan pengawasan pada klien
b. Perawat harus mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan klien
c. Perawat harus memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan
bertanggung jawab
3. Untuk keluarga / klien
a. Keluarga harus memberi dukungan  dan motivasi pada klien untuk
mengembangkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
b. Keluarga harus memotivasi klien untuk selalu menjaga kebersihan
telinganya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Lynda, J. Carpenito, Diagnosa Keperawatan, ECG, Jakarta, 2006


Ida Samidah, Pengkajian Keperawatan, Makassar, 2013
Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, FK-UI, Jakarta, 2007
Boles, Buku Ajar Penyakit THT, EGC, Jakarta, 2010

[1] Degenerasi adalah kemunduran, perubahan dr bentuk yg berderajat lebih


tinggi ke bentuk yg lebih rendah (penurunan fungsi)
[2] Aferen atau menghantar ke satu pusat, sentripetal
[3] Eferen atau membawa pergi dari pusat atau titik tertentu
[4] Atropi adalah kemunduran keadaan gizi jaringan/lisutnya sel,jaringan atau alat
[5] Audiogram merupakan rekaman ketajaman pendengaran yang diperoleh
dengan audiometer; alat untuk menguji daya dengar
[6] Progresif atau maju; tentang penyakit : bertambah berat, makin memburuk

17

Anda mungkin juga menyukai