Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

OTHEMATOMA
Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti kepaniteraan
klinik senior
di bagian Ilmu Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher RSUD Dr. Pirngadi
Medan

Disusun oleh:

Joice Putri Situmeang 21010001

Pembimbing:

dr. Sujahn Anto Pardede, Sp.THT-KL

SMF ILMU TELING HIDUNG TENGGOROK


KEPALA DAN LEHER
RSUD DR. PIRNGADI
MEDAN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan tanggal :

Nilai :

Dokter Pembimbing,

dr. Sujahn Anto Pardede, Sp.THT-KL


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
”Othemathoma”. Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr.Sujahn Anto Pardede, Sp.THT-KL selaku
pembimbing dalam penyusunan referat ini.
Tujuan dari pembuatan referat ini selain untuk menambah wawasan bagi
penulis dan pembacanya, juga ditujukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik THT-KL RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Penulis sangat berharap bahwa referat ini dapat menambah wawasan bagi
para pembacanya dapat meningkatkan kewaspadaan mengenai keadaan
kesehatan yang berhubungan dengan keadaan tersebut.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya
masukan, kritik maupun saran yang membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,
semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Medan, maret 2023

Joice P Situmeang
DAFTAR ISI
LEMBAR VERIFIKASI..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................3


2.1 Anatomi.....................................................................................................................3
2.2 Fisiologi Pendengaran...............................................................................................4
2.3 Othematoma..............................................................................................................5
2.4 Definisi......................................................................................................................6
2.5 Epidemiologi.............................................................................................................7
2.6 Etiopatologi...............................................................................................................8
2.7 Manifestasi Klinis.....................................................................................................9
2.8 Diagnosis.................................................................................................................10
2.9 Diagnosa Banding...................................................................................................11
2.10 Penatalaksanaan....................................................................................................11
2.11 Komplikasi...........................................................................................................12
2.12 Prognosis..............................................................................................................12

BAB III PENUTUP................................................................................................................13


3.1 Kesimpulan..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daun telinga merupakan suatu lempengan tulang rawan yang berlekuk-
lekuk ditutupi oleh kulit dan dipertahankan pada tempatnya oleh otot dan
ligamentum. Liang telinga luar 2/3 bagian dalam dibentuk oleh tulang. Kulit yang
melapisi tulang rawan liang telinga luar sangat longgar dan mengandung banyak
folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Gendang telinga dan kulit
liang telinga bagian dalam mempunyai sifat membersihkan sendiri yang
disebabkan oleh migrasi lapisan keratin epithelium dari membran timpani keluar,
kebagian tulang rawan.2
Hematoma auricular adalah kumpulan darah di bawah perikondrium
telinga dan biasanya terjadi sekunder akibat trauma. Deformitas auricular,
umumnya dikenal sebagai "telinga kembang kol" adalah hasil dari hematoma
auricular yang tidak diobati atau tidak diobati dengan baik. Penting untuk
mengenali dan mengeringkan hematoma auricular karena hematoma yang
persisten dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan dengan kelainan bentuk
telinga selanjutnya. Perawatan melibatkan drainase dan evakuasi hematoma.3
Penting untuk mengenali dan mengeringkan kumpulan ini karena
hematoma yang terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan yang
diikuti dengan kelainan bentuk telinga. Perawatan melibatkan drainase dan
evakuasi hematoma baik di samping tempat tidur atau di ruang operasi. Untuk
mencegah penumpukan kembali, penting untuk menempatkan prosedur drainase
pasca balutan guling untuk menutup ruang potensial. Konsultasi dengan THT atau
bedah plastik bermanfaat karena dapat memberikan rekomendasi mengenai
diagnosis, penatalaksanaan, dan tindak lanjut.10
Epidemiologi yang tepat belum dipelajari dengan baik. Olahraga kontak
seperti gulat, seni bela diri campuran, pertarungan pamungkas, rugby, dan tinju
mungkin lebih mudah menjadi predisposisi cedera tersebut. Dapat disimpulkan
bahwa laki-laki memiliki risiko yang lebih tinggi daripada perempuan; Namun,
rasio pastinya tidak diketahui. Dalam sebuah survei pegulat perguruan tinggi,
kejadian hematoma auricular ditemukan 52% untuk mereka yang menolak

1
memakai tutup kepala dibandingkan 26% yang memakai pelindung telinga. Hal
ini menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan
kuping kembang kol.10

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi2

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

Gambar 1: Anatomi Telinga dan Pembagian Telinga2

a. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga
sampai membran timpani.2
Aurikula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi
mengumpulkan getaran udara. Aurikula terdiri atas lempeng tulang rawan
elastik tipis yang ditutupi kulit. Aurikula mempunyai otot intrinsik dan
ekstrinsik, keduanya disarafi oleh N. Facialis.2

3
Gambar 2 : Anatomi Telinga Luar2

Meatus akustikus eksternus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang


terbentang antara aurikula sampai membaran timpani. Berfungsi menghantarkan
gelombang suara dari aurikula ke mebran timpani. Pada orang dewasa panjang
nya ± 1 inci (2,5 cm) dan dapat diluruskan untuk memasang otoskop dengan
menarik aurikula ke atas dan ke belakang. Pada anak, aurikula cukup ditarik lurus
ke belakang, atau ke bawah dan kebelakang. Daerah meatus yang paling sempit ±
5 mm dari membran timpani.2
Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastik
dan dua pertiga dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng timpani. Meatus

4
dilapisi kulit dan sepertiga bagian luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen. Yang terakhir ini adalah modifikasi kelenjar keringat, yang
menghasilkan lilin coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barier
yang lengket untuk mencegah masuknya benda-benda asing. Suplai saraf sensoris
ke kulit pelapisnya, berasal dari N. Aurikulo temporalis dan cabang N. Vagus.2
b. Telinga Tengah
kavum timpani adalah ruang berisi udara dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi membran mukosa. Di dalamnya didapatkan tulang-tulang
pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendangan)
ke perilimf telinga dalam. Merupakan suatu ruang mirip celah sempit yang miring,
dengan sumbu panjang terletak sejajar dengan bidang membran timpani.2
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar : Membran timpani
Batas depan : Tuba eustachius
Batas Bawah : Vena Jugularis
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis Batas
Dalam : Kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang berbentuk bundar
yang berwarna putih mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah,
depan, dan lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya
terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei.
Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan “kerucut
cahaya”, yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.2
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus
longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada jendela oval yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan
persendian.2
Tuba auditiva terbentang dari dinding anterior kavum timpani ke bawah,
depan, dan medial sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian posteriornya adalah
tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah kartilago. Tuba berhubungan
dengan nasofaring dengan berjalan melalui pinggir atas m. konstriktor faringes

5
superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam kavum timpani
dengan nasofaring.2

Gambar 3 : Anatomi telinga tengah2

6
7
b. Telinga Dalam1,2

Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis yaitu:
- Kanalis semisirkularis superior

- Kanalis semisirkularis posterior

- Kanalis semisirkularis lateral

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli disebelah atas, skala
timpani disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi
endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran
ini terletak organ korti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah

8
yang disebut membran tektoria dan pada membrane basalis melekat sel rambut
yang terdiri dari sel rambut dalam, luas dan kanalis korti, yang membentuk organ
korti.1,2

Gambar 4 : Anatomi Telinga Dalam1,2

9
2.2 Fisiologi Pendengaran

Proses pendengaran diawali oleh dengan ditangkapnya energi bunyi


(gelombang suara) oleh daun telinga dan melalui liang telinga diteruskan ke
membran timpani. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengaplikasikan
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian luas membran
timpani dan tingkap lonjong (oval window).1
Energi getar yang telah di amplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggetarkan oval window sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.
Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria.1
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi steresilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel.1
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis.1

10
Gambar 6 : Fisiologi Pendengaran1

2.3 OTHEMATOMA

DEFINISI

Hematoma adalah sekumpulan darah yang tidak normal diluar pembuluh


darah. Hematoma terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler,
telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak
pada tempatnya. Kondisi ini bisa hanya seukuran titik kecil,dengan hanya satu
titik darah atau ia dapat menjadi besar dan menyebabkan pembengkakan yang
signifikan.13

Hematoma aurikula (othematoma) merupakan keadaan terkumpulnya


darah di daun telinga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan terbentuknya
darah dalam ruang antara kartilago dan perikondrium.4

EPIDEMIOLOGI
Penelitian terkait othematoma ini masih terbatas. Olahraga kontak seperti
gulat, seni bela diri campuran, pertarungan bebas, rugby, dan tinju dapat lebih
mudah memicu cedera ini. Dapat disimpulkan bahwa pria memiliki risiko lebih
tinggi daripada wanita. Namun, rasio pastinya tidak diketahui. Dalam sebuah
survei terhadap pegulat, insiden hematoma aurikuler ditemukan 52% bagi mereka
yang menolak untuk memakai tutup kepala dibandingkan 26% yang mengenakan
pelindung telinga. Hal ini menempatkan mereka pada pada risiko lebih tinggi
terkena penyakit ini.5,7,10

11
ETIOPATOLOGI

Hematoma daun telinga biasanya disebabkan oleh trauma


tumpul. Selain karena trauma, hematoma daun telinga juga bisa
disebabkan oleh karena gigitan serangga sehingga terjadi penumpukan
darah diantara perikondrium dan tulang rawan daun telinga.3,8,10

Suplai darah pada tulang rawan berasal dari vaskularisasi


disekitar perikondrium secara difusi. Adanya tekanan yang kuat atau
berulang-ulang pada daun telinga akibat trauma menyebabkan
robeknya pembuluh darah di sekitar perikondrium sehingga
mengakibatkan perikondrium terlepas dari kartilago di bawahnya dan
terjadi pengumpulan darah pada ruang subperikondrial. Bila kumpulan
darah ini tidak segera dikeluarkan maka dapat terjadi pembentukan
hematoma.3,7,8,10

Jika kartilago tidak mendapat suplai darah dalam jangka panjang


maka kartilago tersebut akan mengalami nekrosis dan mengakibatkan
perubahan bentuk pada daun telinga akibat terpicunya sel-sel
masenkim perikondrium yang menghasilkan kartilago baru atau
neokartilago dan predisposisi untuk terjadinya infeksi di tempat bekuan
darah tersebut. Hal ini mengakibatkan hilangnya dukungan kartilago
untuk mempertahankan bentuk normal dari aurikula. Komplikasi yang
menakutkan tersebut dapat dihindari melalui penanganan dengan
sesegera mungkin setelah terjadinya kasus hematoma aurikula.3,8,10

MANIFESTASI KLINIS

Pada othematoma terjadi penumpukan darah diantara


perikondrium dan tulang rawan. Bila kumpulan ini tidak segera
dikeluarkan maka dapat terjadi pembentukan hematoma. Hematoma
dapat muncul segera setelah trauma atau beberapa saat kemudian.
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada orang dengan hematoma
daun telinga adalah sebagai berikut : pembengkakan,  nyeri, parestesia,
ekimosis, perubahan bentuk telinga, dan perubahan warna (tampak
masa berwarna ungu kemerahan).3,8,10,11,14

12
DIAGNOSIS3,5,7,8,10,14

1. ANAMNESIS

Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma. Misalnya


karena hantaman atau pukulan saat berolahraga seperti gulat dan
lainnya atau karena kecelakaan, penting untuk mengeksplorasi
mekanisme trauma yang terjadi pada pasien, yaitu untuk
mengetahui kemungkinan-kemungkinan apa saja organ yang
terlibat serta untuk mempertimbangkan pemeriksaan fisik dan
penunjang yang diperlukan . Telinga dapat terasa nyeri dan
bengkak di bagian depan telinga, adanya perubahan bentuk
telinga atau deformitas, perubahan warna dimana biasanya
tampak masa berwarna merah keunguan. Jika pembengkakan
berlanjut, pasien seringkali mengeluhkan pendengarannya
terganggu. Pemeriksa harus menyingkirkan kemungkinan
hubungan dengan trauma tulang temporal, liang telinga, dan
temporomandibular joint.

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan


kemerahan pada daun telinga. Pada palpasi terdapat fluktuasi
tanpa adanya nyeri tekan atau nyeri tekan yang ringan. Kemudian
dilakukan aspirasi dan bisa dijumpai cairan serohemoragis. Jika
mekanisme traumanya besar seperti kecelakaan, perlu dilakukan
pemeriksaan menggunakan otoskop dan mengevaluasi saluran
telinga dan membran timpani. Pada kasus yang telah lama dan
berulang dapat timbul pengerutan pada daun telinga (cauliflower
ear).5,7

DIAGNOSA BANDING

Penting untuk menyingkirkan sumber pembengkakan telinga


yang menular, autoimun, dan traumatis. Diagnosis banding yang paling
umum harus mencakup hematoma auricular, perichondritis, abses
auricular, selulitis, penyakit Winkler (perichondritis kambuhan),
gangguan temporomandibular yang menyebabkan nyeri telinga luar,

13
laserasi, variasi anatomi normal, erisipelas, kulit terbakar, dan kanker
kulit.3,8,10,14

1. Perikondritis

Perikondritis adalah radang akut pada tulang rawan yang menjadi


kerangka daun telinga. Biasanya terjadi akibat infeksi karena
trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga dan sebagai
komplikasi pseudokista daun telinga. Spesies yang paling sering
menyebabkan infeksi perikondritis yaitu Staphylococcus dan
Pseudomonas Sp. Perikondritis dibedakan dengan othematoma
yaitu perikondritis disebabkan oleh infeksi bakteri karena trauma
maupun setelah aspirasi hematoma, sedangkan othematoma
hanya disebabkan oleh trauma yang menimbulkan hematom
tanpa infeksi. Gejala klinis pada perikondritis berupa daun telinga
yang terasa sangat nyeri, disertai kemerahan dan pembengkakan
yang merata di seluruh daun telinga dan dapat timbul abses,
sedangkan othematoma hanya terjadi pembengkakan dan
kemerahan pada daerah tertentu, paling sering pada konka atau
tepi heliks.4,8,10,14

2. Pseudokista Aurikula

Pseudokista adalah terdapatnya benjolan didaun telinga


disebabkan oleh adanya kumpulan cairan kekuningan diantara
lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga. Biasanya pasien
datang ke dokter karena benjolan di daun telinga yang tidak nyeri

14
dan tidak diketahui penyebabnya. Pseudokista dibedakan dengan
othematoma yaitu pada pseudokista yang penyebabnya tidak
diketahui, serta gejala klinis yang muncul berupa benjolan yang
tidak nyeri, tidak ada perubahan warna, dan sering ditemukan
pada bagian fossa skafoid daun telinga, sedangkan othematoma
penyebabnya adalah trauma tumpul, dengan gejala berupa
benjolan yang disertai nyeri, perubahan warna dan sering
ditemukan di bagian konka atau tepi heliks. Untuk membedakan
keduanya juga dapat dilakukan aspirasi pada bagian yang paling
berfluktuasi, dimana pada pseudokista ditemuka cairan serosa
kekuningan, sedangkan pada othematoma ditemukan cairan
serohemoragis.8,10,14

PENATALAKSANAAN

Tujuan penanganan othematoma adalah mengevakuasi darah dari


ruang subperikondrial, untuk mencegah akumulasi berulang dan
mencegah infeksi. Terapi paling baik dilakukan setelah cedera,
sebelum terjadi pembentukan hematoma. Dahulu dilakukan aspirasi
sederhana pada hematoma, namun kini kebanyakan dokter mengajukan
terapi yang lebih ekstensif dengan insisi dan drainase dalam kondisi
steril, diikuti dengan pemasangan balutan tekan. Insisi dilakukan pada
lipatan kulit heliks guna meminimalisir bekas luka setelah tindakan.
Selanjutnya diberikan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi. Pada

15
pegulat juga perlu diingatkan untuk memakai pelindung kepala pada
saat berlatih.9,10,15
1. Aspirasi Jarum

Aspirasi dilakukan dengan menggunakan jarum ukuran 18 atau 20 G di


daerah yang paling berfluktuasi atau daerah yang paling edema. Aspirasi harus
dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting diberikan
antibiotik yang adekuat. Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan
hematom tidak berulang kembali dan terbentuknya deposit fibrous ataupun
infeksi. Walaupun secara luas masih sering digunakan, metode ini tidak lagi
direkomendasikan karena dapat menyebabkan akumulasi hematoma berulang.
Aspirasi seringkali tidak adekuat dan hematoma memerlukan penanganan yang
lebih lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan aspirasi terlebih dahulu yang
diikuti dengan metode insisi jika terjadi akumulasi berulang.12,13,15

Gambar . Tindakan aspirasi hematoma aurikula (ki) Hasil aspirasi berupa cairan kehitaman
(ka)12,13,15

1. Insisi dan drainase

Sebelum dilakukan insisi, terlebih dahulu bersihkan kulit dengan betadin


dan alkohol, kemudian dilakukan anestesi lokal dengan lidokain 1% dengan atau
tanpa epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang akan diinsisi.
Insisi dilakukan pada tepi hematom sejajar dengan lipatan kulit heliks, guna
meminimalisir bekas luka setelah tindakan. Pembukaan harus cukup luas untuk
mengeluarkan hematoma. Perlahan dipisahkan kulit dengan perikondrium. Bila
telah terjadi kumpulan bekuan darah karena keterlambatan tindakan, dapat
digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan bekuan darah. Selanjutnya dilakukan

16
irigasi dengan normal salin. Dapat dilakukan pemasangan drain pada kasus-kasus
dengan hematoma yang sangat luas. Namun, hal ini dapat menyebabkan luka pada
drain dan dapat menjadi predisposisi infeksi. Jika dilakukan pemasangan drain,
pasien harus diberikan antibiotik secara adekuat. Drain harus dilepas dalam 24
jam jika tidak terdapat perdarahan yang signifikan.12,13,15

Gambar. Insisi dan drainase hematoma aurikula12

2. Kompresi dan balut tekan

Untuk mencegah akumulasi berulang maka setelah aspirasi atau insisi


perlu dilakukan penekanan. Bahan yang digunakan untuk balut tekan antara lain;
bahan balut tekan sederhana yaitu kapas kering, kassa dengan vaselin, kasa
ukuran 4x4, dan perban elastik, serta bahan balut tekan khusus yaitu dental rolls
(cotton bolsters, silicone splint, plaster mold).10,12
Teknik yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat menyebabkan
akumulasi hematoma berulang. Kompresi dengan balut tekan dapat dilakukan
secara noninvasif atau secara invasif. Metode noninvasif meliputi kompresi
sederhana dengan menggunakan silicone splints atau plester mold pada bagian
medial atau lateral daun telinga. Metode invasif meliputi pemakaian cotton
bolters, buttons, thermoplastic splint dengan cara through and through suturing
pada bagian medial dan lateral daun telinga.7,10,12,15
Sebelum dilakukan tindakan kompresi dan balut tekan, dapat diaplikasikan
antibiotik topikal seperti basitrasin. Langkah dalam melakukan kompresi dan
balut tekan adalah:10,12

17
1. Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan kompresi dengan balut
tekan.
2. Kompresi dan balut tekan dapat dibuat dengan berbagai cara metode
sederhana,yaitu:
a. Letakkan kapas kering pada kanal eksternal.

Gambar . Kompresi dengan kapas kering yang diletakkan dikanal eksternal10

b. Isi celah aurikula eksternal dengan kassa yang lembab (yang telah direndam
dengan salin atau vasselin).9

Gambar. Kompresi dengan kassa vaselin pada aurikula anterior9

18
c. Tambahkan 3-4 lapis kassa dibelakang telinga sebagai tampon pada
bagian posterior, potong kassa menjadi bentuk V, sehingga pas untuk
diletakkan dibelakang telinga.10,12

Gambar . Kompresi dengan meletakkan kasa pada belakang telinga10

d. Tutup telinga dengan kassa berlapis dan balut dengan verban elastik.

Gambar. Kompresi kasa dengan verban elastik10

19
Gambar. Pemasangan bebat tekan dengan teknik bolster10

Tindakan bebat tekan teknik bolster yaitu dengan memakai 4 buah selang
plastik diameter 0,5 cm dengan panjang kira-kira 5 cm. Selang tersebut
dibungkus dengan kasa sedemikian rupa dan pada kedua ujungnya diikat
dengan benang non absorble. Setelah dilakukan insisi dan drainase,
Selanjutnya dipasang selang plastik dengan cara teknik bolster, benang yang
ada pada ujung selang plastic dipasang jarum dan jarum tersebut ditusukkan
mulai fossa scapoid ke bagian posterior daun telinga lalu dipasang selang
plastik pada bagian anterior dan posterior serta diikat Pada daerah konka
juga dilakukan dengan cara yang sama, selang plastic dipasang dengan
posisi vertical dan dioles antibiotik topikal pada permukaan daun telinga
serta ditutup dengan kasa steril mengitari daun telinga.12,13,15

Gambar. Bebat tekan khusus dengan Thermoplastic Splint15

20
KOMPLIKASI

Timbulnya komplikasi dari othematoma disebabkan oleh fibrosis akibat


infeksi, nekrosis kartilago, dan bekuan darah akibat evakuasi yang tidak
sempurna. Sehingga kumpulan darah harus segera dikeluarkan secara steril
guna mencegah terjadinya infeksi yang nantinya dapat menyebabkan
terjadinya perikondritis. Bila pengobatan dengan antibiotika gagal dapat
timbul komplikasi berupa mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang
rawan yang menjadi kerangka daun telinga sehingga berbentuk seperti bunga
kol (cauliflower ear).10

Gambar. Cauliflower ear (telinga berbentuk seperti bunga kol)10

PROGNOSIS
Prognosis dari auricular hematoma (othematoma) ini pada umumnya
baik, jika penatalaksanaan pada penyakit ini dilakukan dengan baik dan tepat
serta cepat. Dengan demikian hematomanya akan sembuh, deformitas dan
jaringan fibrosis dapat dicegah dan akhirnya penatalaksanaan kondisi-kondisi
diatas dapat mencegah kekambuhannya.10

21
BAB III
KESIMPULAN

Hematoma auricular adalah kumpulan darah di bawah perikondrium telinga


dan biasanya terjadi sekunder akibat trauma. Deformitas auricular, umumnya
dikenal sebagai "telinga kembang kol" adalah hasil dari hematoma auricular yang
tidak diobati atau tidak diobati dengan baik. Penting untuk mengenali dan
mengeringkan hematoma auricular karena hematoma yang persisten dapat
menyebabkan kerusakan tulang rawan dengan kelainan bentuk telinga
selanjutnya. Perawatan melibatkan drainase dan evakuasi hematoma.
Penting untuk menyingkirkan sumber pembengkakan telinga yang menular,
autoimun, dan traumatis. Diagnosis banding yang paling umum harus mencakup
hematoma auricular, perichondritis, abses auricular, selulitis, penyakit Winkler
(perichondritis kambuhan), gangguan temporomandibular yang menyebabkan
nyeri telinga luar, laserasi, variasi anatomi normal, erisipelas, kulit terbakar, dan
kanker kulit.
Penting untuk mengenali dan mengeringkan kumpulan ini karena hematoma
yang terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan yang diikuti
dengan kelainan bentuk telinga. Perawatan melibatkan drainase dan evakuasi
hematoma baik di samping tempat tidur atau di ruang operasi. Untuk mencegah
penumpukan kembali, penting untuk menempatkan prosedur drainase pasca
balutan guling untuk menutup ruang potensial. Konsultasi dengan THT atau
bedah plastik bermanfaat karena dapat memberikan rekomendasi mengenai
diagnosis, penatalaksanaan, dan tindak lanjut.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
2012. Hal.10.
2. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan regio.Edisi ke-9. Sinambela A, Ong HO,
Mandera LI, Haniyarti S, editor. Jakarta: EGC; 2013. Hal. 570-95
3. Krogmann RJ, King KC. Auricular Hematoma. [Updated 2019 Dec 13]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan- Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531499/
4. Adam GL, Boeis LR, Higler PA. BOEIS buku ajar penyakit tht.Edisi ke-6. Effendi
C, Santoso RAK, editor. Jakarta: EGC;1997. Hal. 75-86.
5. Probst R, Gerhard G, Heinrich I. Auricular Hematoma. Dalam : Basic
otorhinolaryngology A Step By Step Learning Guide. Thieme. 2006. Hal.212-13.
6. Chang C. Cauliflower ear /auricular hematoma. Available at:
https://www.fauquierent.net/cauliflowerear.htm. Accessed on 9 Juni 2020.
7. Mahendran JSEM. Intervention for Acute Auricular Hematoma (Review). The
Cochrane Collaboration. Willey. 2022
8. Leybell I, Meyers AD. Auricular Hematoma Drainage. [Online]. 2018 [cited 2020 Mei
9]. Available from : URL: http://emedicine.medscape.com/article.
9. Okolugbo NE. Treatment outcome of auricular hematoma using corrugated rubber
drain a pilot study. Ann. Med Health Scires. 2019;3(3):447-9
10. Krogman Ryan J, Jamal Zohaib, King Kevin C. Auricular Hematoma. 2022. StatPearls
Publishing; 2022 Jan. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30285394/
11. Dalal Prathana J, Purkey Matthew R, Price Caroline P E, Sidle Douglas M. Risk factors
for auricular hematoma and recurrence after drainage. 2019. StatPearls Publishing;
2020. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31621925/
12. Kim Yoonjoong, Choi Jin Woong, Park Yong-Ho. Management of an Inappropriately
Treated Case of Auricular Hematoma. 2021. StatPearls Publishing; 2020. Available
from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32829625/
13. Ryan Walsh, Tracy Fennessy, Emily Pauw, Michael Lajeunesse, Kyle Couperus. A
Novel Task Trainer for Auricular Hematoma Repair. 2022.  eCollection 2022.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35228958/

23
14. Ingvaldsen Christoffer Aam, Tonseth Kim Alexander. Auricular haematoma. 2017.
eCollection 2017. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28127072/
15. Yerlikaya Huseyin Serdar, Akyildiz Ilker, Ugurlu Burak Numan, Gulel Onur, Arslan
Necmi. Use of Thermoplastic Splint for the Treatment of Auricular Hematoma. 8.2020.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33136878/

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai