Anda di halaman 1dari 3

Hubungan Inisiasi Manajemen Kesehatan Mental Pada Sekolah Berbasis Pesantren

Terhadap Pengelolaan Manajemen Keuangan Keluarga Berbasis Kearifan bagi Ibu-Ibu


PKK

Alasannya :

Pandemi COVID-19 tidak hanya secara fisik membahayakan manusia namun juga
secara mental meningkatkan kecemasan, depresi, dan trauma (Kaligis et al., 2020; Saptandari,
2020; Winurini, 2020). World Health Organization (WHO) merekomendasikan The WHO
Service Organization Pyramid for an Optimal Mix of Services for Mental Health untuk
merencanakan pelayanan kesehatan mental di semua jenjang (primer, sekunder, tersier)
(Bhugra et al., 2017; World Health Organization, 2007). Kerangka ini dapat mengurangi
stigma, kekurangan sumber daya manusia, dan meningkatkan akses pada pelayanan
kesehatan mental (World Health Organization, 2009). Sayangnya, hingga saat ini belum ada
panduan dari pemerintah bagaimana menerjemahkan kerangka ini pada berbagai fasilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia (Idaiani, 2018; Kambey et al., 2019).

Kesehatan mental merupakan masalah nyata dalam usia sekolah. Pelajar cenderung
mengalami kecemasan dan melemahnya motivasi belajar selama awal pandemi (Nisa & Putri,
2020). Walapun kondisi ekonomi pelajar tidak berpengaruh terhadap kondisi depresi yang
dimiliki, pelajar yang berasal dari keluarga dengan ekonomi lemah ternyata memiliki tingkat
depresi yang lebih tinggi daripada siswa yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi
tinggi (Alkaff et al., 2018).

Di lain sisi, pelajar cenderung tidak mendapatkan perawatan kesehatan mental yang
adekuat dan sesuai kebutuhan. Faktor malu, stigma, hingga ketakutan jika kondisi mereka
yang membutuhkan pelayanan kesehatan mental diketahui orang lain membuat pelajar
menjadi tidak berkenan menggunakan pelayanan kesehatan mental (Lumaksono et al., 2020).
Selain tekanan mental karena pandemi, perundungan menjadi isu utama penyebab masalah
mental pada remaja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pengelola sekolah
berbasis pesantren Al Amin Tunggul, risiko perundungan juga ditemukan pada santri.

Krisis bukan pertama kali terjadi, oleh karena itu kita tidak perlu panik. Saran ini
sepertinya sangat mudah untuk dilakukan. Namun dalam praktiknya sulit untuk tidak
terjebak dalam kepanikan saat kita berada dalam situasi krisis. Terlebih lagi, jika kita
baru pertama kali mengalaminya. Berbagai macam krisis telah dialami oleh bangsa
Indonesia, antara lain: krisis 1965, krisis moneter 1998, krisis ekonomi global 2008 yang
berdampak pada bangsa Indonesia, hingga kini krisis karena pandemi Covid-19 yang masih
berlangsung.Agar hidup menjadi berarti dan terarah, maka setiap orang harus mempunyai
tujuan hidup yang jelas. Dengan adanya tujuan akan menuntun dan membantu kita untuk
tetap fokus pada apa yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu
tujuan adalah terkait masalah keuangan. Sayangnya, tidak semua orang menyadari
pentingnya menetapkan tujuan keuangan yang jelas. Alhasil banyak orang yang telah
bertahun-tahun bekerja, namun belum memiliki asset, atau sudah bekerja keras tetapi saldo
tabungan tidak kunjung bertambah.

Menentukan tujuan keuangan sama dengan merancang masa depan, untuk


mewujudkannya tidak bisa hanya mengandalkan dan niat semata, tetapi harus
mempunyai perencanaan dan gambaran yang jelas, menurut Richard
Mahaputra(2021)tujuan keuangan merupakan perencanaan yang membutuhkan
persiapan dana dalam jangka waktu tertentu, selanjutnya Richard mengungkapkan
bahwa setiap tujuan keuangan harus memiliki muatan, agar yang sedang diupayakan saat
ini bermanfaat, tujuan keuangan bersifat sangat personal artinya tujuan keuangan seseorang
dengan orang lain bisa sangat berbeda-beda, sehingga cara untuk mencapainya pun
dapat berbeda-beda.Pandemik Covid-19 yang terjadi mengakibatkan hampir semua
negara menimbulkan gejolak perekonomian dan berdampak pada sektor rumah tangga,
seperti naik turunnya barang-barang kebutuhan pokok, pemberlakuan pembatasan
kegiatan masyarakat (PPKM) mengakibatkan usaha kecil dan menengah banyak
yang mengalami gulung tikar. Hal tersebut sudah barang tentu berdampakpada kondisi
keuangan dalam rumah tangga yang umumnya didominasi oleh kaum perempuan atau
ibu-ibu rumah tangga, melihat peran yang begitu besar dari kaum ibu-ibu maka,
diperlukan pengetahuan serta pemahaman mengenai konsep keuangan keluarga agar dapat
terhindar dari kesalahan dalam pengambilan keputusan keuangan dalam keluarga
(Kartawinata & Mubaraq, 2018).

Salah satu tujuan penting yang ingin dicapai dalam menentukan tujuan keuangan
adalah dapat meraih kebebasan finansial, kebanyakan orang mendifinisikan
kebebasan finansial berdasarkan definisi secara umum. Padahal kebebasan finansial
seharusnya diartikan secara pribadi oleh tiap-tiap individu, bisa saja bebas secara finansial
menurut seseorang adalah mampu melunasi tagiaha-tagihan bulanan tanpa rasa hawatir,
dalam arti bebas dari lilitan utang, mampu membantu orang lain yang membutuhkan, bisa
memyekolahkan anak hingga Pendidikan tinggi, bahkan bisa traveling ke luar negeri, atau
memiliki asset senilai yang diinginkan. Berdasarkan dari definisi kebebasan finansial tersebut
diatas, ternyata fenomena yang ada pada Mitra yaitu ibu-ibu PKK.

Hipotesa

Terdapat Hubungan Inisiasi Manajemen Kesehatan Mental Pada Sekolah Berbasis


Pesantren Terhadap Pengelolaan Manajemen Keuangan Keluarga Berbasis Kearifan bagi Ibu-
Ibu PKK.

Anda mungkin juga menyukai