Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu keuangan merupakan sebuah ilmu yang dinamis dan

prakteknya melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

ilmu ini mutlak diperlukan oleh setiap orang supaya dapat secara optimal

menggunakan produk-produk financial dan dapat membuat keputusan

keuangan yang tepat pada keuangan pribadi. Pengetahuan dan

implementasi atas praktek keuangan pribadi yang sehat perlu dimiliki dan

dilakukan oleh setiap orang. Pengetahuan dan implementasi seseorang

atau masyarakat dalam mengelola keuangan pribadinya ini sering dikenal

sebagai literasi (kemelekan) keuangan (financial literacy), (Warsono,

2010).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III tahun 2017 sebesar

5.06%, mengalami kenaikan sebesar 0.05% dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2016 yang hanya sebesar 5.01%

(BPS, 2017). Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan

dalam masyarakat. Peningkatan kesejahteraan ini mendorong mayarakat

untuk lebih memahami perencaan, pengelolaan, serta pengendalian

keuangan yang baik. Setiap individu maupun kelompok harus dapat

mengetahui bagaimana seharusnya uang itu dikelola dan melakukan

perencanaan terhadap keuanganagar dapat meningkatkan kesejahteraan

keuangan mereka.

1
2

Namun, banyak ditemukan orang yang belum mampu mengelola

keuangan dengan baik. Masyarakat lebih tergiur ke pengelolaan

keuangan yang malah menjerumuskan mereka dalam permasalahan

keuangan. Akibatnya, banyak lapisan masyarakat dengan latar belakang

yang berbeda-beda yang memilih untuk melakukan investasi bodong. Hal

ini menunjukkan masih rendahnya kemampuan pengelolaan keuangan

dalam masyarakat.

Ulfatun,Udhma, Dewi (2016) menyatakan bahwa pengetahuan

keuangan yang dimiliki berkaitan dengan kecerdasan pribadi untuk

bersikap efektif demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang

berkaitan dengan globalisasi yang tidak dapat kita hindari misalnya dalam

hal menetukan keputusan masa depan yang berkaitan dengan keputusan

jangka pendek atau pun jangka panjang secara tidak langsung.

Financial literacy bukan merupakan suatu hal yang mudah untuk

dikuasai oleh seseorang. Seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan yang semakin

kompleks sehingga memaksa individu untuk cerdas dalam

menggunaanuang demi tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, maka

perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang dapat menentukan perbedaan

tingkat financial literacy pada seseorang (Rohmah, 2014).

Ulfatun, Udhma, Dewi (2016) menyebutkan bahwa literasi keuangan

merupakan suatu hal yang seharusnya menjadi kebutuhan dasar tiap-tiap

individu atau masyarakat dalam mengelola keuangan. Hal ini dikarenakan


3

apabila terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan akan

menimbulkan masalah dalam keuangan, contoh yang paling konkret

adalah terjadinya kesulitan ekonomi. Kesulitan ekonomi ini tidak hanya

disebabkan oleh pengaruh pendapatan namun juga bisa disebabkan oleh

kesalahan dalam pengelolaan keuangan (miss management). Oleh

karena itu, literasi keuangan penting bagi masyarakat yang tidak ingin

mengalami kesulitan ekonomi.

Keterbatasan finansial dapat menyebabkan stres, dan rendahnya

kepercayaan diri, bahkan untuk sebagian keluarga kondisi tersebut dapat

berujung pada perceraian. Memiliki literasi keuangan, merupakan hal vital

untuk mendapatkan kehidupan sejahtera, dan berkualitas (Khrisna, et al.,

2010). Maka dari itu, dengan hidup sejahtera dan berkualitas berarti

individu atau keluarga sudah dapat menerapkan literasi keuangan yang

baik dalam kehidupannya.

Literasi keuangan sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan

seorang individu. Pengetahuan keuangan dan keterampilan dalam

mengelola keuangan pribadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari

(Margaretha & Pambudhi, 2015). Dengan demikian, setiap individu

maupun kelompok dalam kehidupan sehari-harinya tidak akan terlepas

dari yang namanya mengelola uang, uang yang didapatkan kemudian

dikelola sedemikian rupa sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi dan

bahkan setiap individu maupun kelompok dapat menabung.


4

Literasi keuangan mempengaruhi hampir semua aspek yang

berhubungan dengan perencanaan dan pengeluaran uang seperti

pendapatan, penggunaan kartu kredit, tabungan,investasi manajemen

keuangan dan pembuatan keputusan keuangan (Nujmatul Laily, 2014).

Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan mengelola

keuangan dengan baik jika dia dapat mengalokasikan kelebihan

keuangannya untuk diinvestasikan maupun untuk perencanaan yang

lainnya.

Bijak tidaknya pengelolaan keuangan pribadi ini erat kaitannya

dengan kemampuan serta pengetahuan akan konsep-konsep keuangan

yang dikenal dengan literasi keuangan. Literasi keuangan didefinisikan

sebagai kecerdasan atau kemampuan seseorang dalam mengelola

keuangannya. Literasi keuangan merupakan suatu keharusan bagi tiap

individu agar terhindar dari masalah keuangan karena individu seringkali

dihadapkan pada trade offyaitu situasi dimana seseorang harus

mengorbankan salah satu kepentingan demi kepentingan demi

kepentingan lainnya. Masalah trade off terjadi karena seseorang dibatasi

oleh kemampuan finansialnya (pendapatan) untuk memperoleh semua

barang yang diinginkan. Literasi keuangan mempengaruhi hampir semua

aspek seperti pendapatan, penggunaaan kartu kredit, tabungan,investasi,

manajemen keuangan dan pembuatan keputusan keuangan (Nujmatul

Laily, 2014).
5

Literasi keuangan juga diartikan sebagai serangkaian proses atau

aktivitas guna meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan

konsumen serta masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola

keuangan dengan lebih baik (OJK,2014). Seseorang yang dikatakan

memiliki kemampuan pengelolaan keuangan yang baik akan terhindar dari

berbagai permasalahan keuangan. Semua aktivitas perencanaan,

pengelolaan, dan pengendalian keuangan merupakan aplikasi dari konsep

manajemen keuangan.

Literasi keuangan erat kaitannya dengan manajemen keuangan

dimana semakin tinggi tingkat literasi keuangan seseorang maka makin

baik pula manajemen keuangan seseorang tersebut. Manajemen

keuangan pribadi merupakan salah satu aplikasi dari konsep manajemen

keuangan pada level individu. Aktivitas perencanaan meliputi kegiatan

untuk merencanakan alokasi pendapatan yang diperoleh akan digunakan

untuk apa saja. Pengendalian merupakan kegiatan untuk mengevaluasi

apakah pengelolaan keuangan sudah sesuai dengan yang

direncanakan/dianggarkan (Nujmatul Laily, 2014). Sedangkan aktivitas

pengelolaan keuangan merupakan suatu kegiatan pengelolaan dana

dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh seorang individu atau

kelompok yang memiliki tujuan untuk memperoleh kesejahteraan

keuangan (Zahrian, 2016).

Sobaya, Hadiyanto, safitri (2016) menyatakan bahwa individu yang

berpengetahuan tinggi, melek akan teknologi dan memiliki uang cukup


6

akan memilih kebutuhan konsumsi sesuai prioritas . Namun tidak sedikit

pula masyarakat yang terlena dalam zona nyaman atas kemapanan

finansial lantas membelanjakan uang secara berlebihan. Faktanya,

individu yang menerima gaji lebih besar belum tentu dapat menyisihkan

sebagian uangnya untuk investasi dan cenderung mengabaikan prioritas

dalam pemenuhan kebutuhan dibandingkan individu dengan gaji yang

lebih rendah.

Saat ini, banyak individu atau keluarga yang terbelit hutang. Maka

dari itu, untuk mengatasi masalah tersebut setiap individu membutuhkan

kemampuan atau pengetahuan pengelolaan keuangan guna

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup. Pengetahuan keuangan

sangat penting agar setiap individu tidak salah dalam mengambil

keputusan keuangan. Selain itu, setiap individu perlu memilih dengan bijak

investasi yang akan dilakukan kedepan, menggunakan kartu kredit, dan

rencana asuransi bagi tiap individu.

Dalam meningkatkan kesejahteraan hidup baik individu maupun

kelompok harus mempunyai perilaku yang baik dalam mengelola

keuangannya. Perilaku keuangan merupakan kebiasaan, emosi, dan sifat

yang dimiliki seorang manusia dalam mengelola dan merencanakan dana

keuangan yang didapatkan.Menurut Rino (2016) pengalaman setiap

karyawan dalam mengelola keuangan berbeda-beda, seperti dalam

merencakan investasi, dana pensiun, asuransi dan kredit. Andrew dan

Linawati (2014) menyatakan pengeluaran rumah tangga, penggunaan


7

kredit dan stres telah berubah sangat dalam beberapa dekade ini. Bukti

nyata dalam laporan media saat ini menunjukan bahwa proporsi yang jauh

lebih tinggi dari orang yang mengalami stress tentang masalah keuangan.

Dalam hal ini setiap individu diwajibkan untuk memiliki pengetahuan

keuangan meskipun pengetahuan keuangan tersebut hanyalah

pengetahuan keuangan dasar. Menurut Rino (2016) pengetahuan

keuangan masyarakat dapat dilihat dari berapa besar tingkat literasi

keuangan yang dimilikinya. Banyak penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui faktor-fator yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan.

Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Andrew dan Linawati (2014)

dengan judul Hubungan Faktor Demografi dan Pengetahuan Keuangan

Dengan Perilaku Keuangan Karyawan Swasta di Surabaya. Hasil

penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

faktor demografi dengan perilaku karyawan swasta , khususnya pada

variabel jenis kelamin dan pendapatan. Karyawan wanita cenderung lebih

tidak bijak dalam perilaku keuangannya daripada pria. Namun, Khrisna, et

al., (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Tingkat Literasi

Keuangan Dikalangan Mahasiswa dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya menyatakan bahwa faktor demografi seperti jenis

kelamin, usia, asal program studi dan pengalaman kerja mempengaruhi

tingkat literasi keuangan responden. Responden wanita memiliki tingkat

literasi keuangan lebih tinggi dibandingkan pria. Dan mahasiswa yang

berasal dari program studi Ekonomi memiliki tingkat literasi finansial lebih
8

tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari program studi

non ekonomi. Adanya perbedaan hasil penelitian diatas maka perlu

dilakukan penelitian lanjutan.

Permasalahan lain dalam penelitian ini adalah dimana banyak

ditemukan kasus penipuan yang beredar di media sosial yang dilakukan

oleh oknum pegawai PLN untuk memperoleh keuntungan pribadi. Seperti

yang dikeluhkan oleh akun Reza Yusda Al games dalam akun facebook

miliknya. Pemilik akun yang bernama Reza Al games tersebut

mengeluhkan soal pulsa listrik yang digunakan tiba-tiba diblokir oleh pihak

PLN dikarenakan telah terjadi penunggakkan, padahal Reza tidak pernah

menunggak pembayaran listrik. Kejadian lainnya juga terjadi saat seorang

petugas dari PLN melakukan pencatatan besaran penggunaan listrik

pelanggan kerumah-rumah, salah satu pelanggan mendapati pencatatan

yang dilakukan oleh petugas PLN tersebut tidak sesuai dengan besaran

penggunaan listrik yang tertera dalam meteran miliknya, bahkan saat dia

mengeluhkan hal tersebut ke PLN, pihak PLN mengatakan itu kesalahan

petugas tetapi dirinya tetap diminta untuk membayar sesuai dengan

pencatatan besaran penggunaan listrik yang dilakukan oleh petugas.(Cari

contoh kasus yang digorntalo diportal). Kecurangan-kecurangan yang

terjadi yang dilakukan oleh karyawan yang sudah memiliki pengahasilan

yang memadai mengindikasikan bahwa karyawan tersebut tidak memiliki

pengetahuan keuangan yang cukup sehingga dia tidak mampu untuk

menerapkan perencanaan keuangan yang baik. Hal ini juga menunjukan


9

bahwa masih rendahnya tingkat literasi keuangan yang ada pada

karyawan PT PLN Persero Gorontalo.

Perilaku karyawan yang kurang baik yang berkaitan dengan literasi

keuangan yakni permasalahan pengelolana keuangan pribadi yang

kurang tepat yang berasal dari gaji. Dimana berdasarkan wawancara tidak

terstruktur ditemukan beberapa pegawai yang seringkali cenderung

mengedepankan keinginan dibandingkan kebutuhan dalam menggunakan

pendapatan yang diperoleh kemudian terdapat pula pegawai yang berjiwa

sosialita sehingga banyak menghabiskan pendapatan untuk hal-hal yang

kurang penting. Pada aspek literasi keuangan, seorang pegawai yang

paham dengan keuangan tentu saja akan sangat memperdulikan

pendapatannya yang akan digunakan untuk hal-hal yang sifatnya

kebutuhan dan menyisihkan sebagai untuk tabungan baik untuk

pendidikan maupun untuk keperluan lain misalnya mengalami sakit dan

kebutuhan tak terduga di masa depan.

Berdasarkan uaraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

literasi keuangan terhadap perilaku keuangan karyawan. Penelitian ini

dilakukan pada karyawan PT PLN Persero Cabang Gorontalo

dikarenakanpeneliti melihat masih kurangnya penelitian-penelitian

terdahulu terkait permasalahan tentang literasi keuangan terhadap

perilaku karyawan dalam mengelola keuangan. Peneliti juga berasumsi

bahwakaryawan pada PT. PLN Persero Cabang Gorontalo memiliki


10

penghasilan tetap serta latar belakang pendidikan yang memadai. Selain

itu peneliti juga berasumsi apakah ada pendapatan lain diluar pendapatan

tetap pada sampel yang peneliti ambil dalam hal ini Karyawan PT. PLN

Persero Cabang Gorontalo. Peneliti ingin mengatahui sejauh mana

pemahamankaryawan PT PLN Persero Gorontalo terhadap pengelolaan

keuangannya. Maka penelitian ini mengangkat judul tentang “Pengaruh

Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Karyawan dalam Mengelola

Keuangan. (Studi Kasus Pada Karyawan PT. PLN Persero Cabang

Gorontalo)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1 Pegawai atau karyawan di PT. PLN Persero Cabang Gorontalo

memiliki perilaku konsumtif yang tidak sesuai dengan pemahaman

konsep dalam literasi keuangan sehingga karyawan seringkali

menghabiskan pendapatan yang diperoleh, padahal idealnya

pendapatan bisa digunakan untuk keperluan tabungan.

2 Kurangnya literasi keuangan sehingga dapat mempengaruhi stabilitas

keuangan nasional serta pembangunan ekonomi

3 Indikasi adanya ketidakmampuan karyawan dalam mengelola

keuangannya

4 Adanya perbedaan hasil penelitian-penelitian terdahulu.


11

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis

mengemukakan rumusan masalah yakni apakah literasi keuangan

berpengaruh terhadap perilaku karyawan dalam mengelola keuangan?”

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yakni untuk

mengetahui Apakah literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku

keuangan karyawan dalam mengelola keuangan?”

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Bagi karyawan, dimana hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai salah satu sumber informasi

2. Manfaat Praktis

Bagi akademisi, penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai

bahan referensi baik pada penelitian yang relevan dan bagi pihak-

pihak yang berkepentingan

Anda mungkin juga menyukai