Anda di halaman 1dari 14

2.

LANDASAN TEORI

2.1 Money Management


Pengelolaan keuangan merupakan suatu bentuk tanggung jawab
keuangan mengenai keputusan-keputusan atas keuangan pribadi yang berupa
manajemen terhadap kas, manajemen terhadap kredit, asurasi dan investasi selain
itu juga berupa retirement and estate planning (Tan et al., 2011). Menurut Dew &
Xiao (2011) money management adalah pengelolaan yang berkaitan dengan arus
kas, kredit, tabungan dan investasi terhadap keuangan pribadi. Lebih lanjut,
Gitman (2002) mendefiniskan bahwa pengelolaan keuangan adalah suatu proses
perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan (dalam Khrisna &
Rofi, 2010).
Perry & Morris (2005) mendefinisikan money management sebagai
tanggung jawab seseorang dalam keuangannya yang dilihat melalui kemampuan
seseorang dalam mengontrol pengeluran, membayar tagihan tepat waktu,
merencanakan keuangan masa depan, menabung, dan menyediakan kebutuhan
untuk diri sendiri dan keluarga. Atkinson & Messy (2015) menganggap bahwa
pengelolaan uang sebagai gabungan keahlian individu untuk mewujudkan,
menganalisis, menangani, dan mengkomunikasikan masalah keuangan pribadi
terhadap kesejahteraan finansial mereka. Menurut Senduk (2000), setiap individu
disarankan untuk dapat melakukan money management karena terdapat empat
faktor yang mempengaruhi pengelolaan keuangan pribadi yaitu (1) Naiknya biaya
hidup dari tahun- ke tahun, (2) Ada tujuan keuangan yang ingin dicapai, (3)
keadaan ekonomi yang tidak menentu, dan (4) Fisik manusia tidak selalu sehat.
Melalui money management yang baik, maka akan membuat individu terhindari
dari permasalahan kesejahteraan ekonomi di masa sekarang dan di masa yang
akan datang.

2.1.1 Aspek Money Management


Menurut Tan, Hoe, & Hung (2011) terdapat lima aspek yang
mempengaruhi money management, yaitu :

7
Universitas Kristen Petra
a. Manajemen terhadap Kas
Manajemen terhadap kas merupakan perencanaan jangka pendek yang berupa
pengelolaan dan pengalokasian uang yang dimiliki (Godwin, 1994). Salah satu
cara yang baik dalam melakukan pengelolaan dan pengalokasian uang adalah
dengan cara mengontrol pengeluaran yang dilakukan (Perry & Morris, 2005).
Pengontrolan terhadap pengeluaran dapat dilakukan dengan cara tidak melakukan
konsumsi yang berlebihan. Seseorang harus dapat membedakan antara kebutuhan
dan keinginan dalam konsumsinya, jika tidak dapat membedakan hal tersebut
maka akan berdampak pada tidak terkontrolnya konsumsi dan pada akhirnya
membuat seseorang tersebut menjadi konsumtif.
b. Manajemen terhadap Kredit
Manajemen terhadap kredit merupakan perencanaan mengenai
pemanfaatan dan pengelolaan hutang yang dapat meningkatkan kesejahteraan
individu (Sina, 2014). Hutang dalam satu sisi merupakan hal yang
menguntungkan, namun dapat menjadi sisi yang tidak menguntungkan ketika
seseorang tidak dapat mengelola hutang tersebut dengan baik. Hal ini tentu saja
akan menimbulkan permasalahan ekonomi bagi individu tersebut. Agar seseorang
dapat terhindar dari permasalahan ekonomi akibat hutang maka perlu menerapkan
beberapa hal seperti membayar tagihan tepat waktu, membayar tagihan secara
penuh dan tidak menambah hutang yang tidak terkontrol.
c. Asuransi
Asuransi merupakan perencanaan perlindungan terhadap diri sendiri serta
harta benda yang dimiliki. Dalam penelitian ini dapat dilihat melalui kepemilikian
individu pada asuransi yang mencakup kematian, cacat dan sakit serta
kepemilikan hanya pada asuransi jiwa dan tidak ada jenis lain.
d. Investasi
Investasi merupakan perencanaan mengenai komitmen untuk mengalokasikan
suatu dana dimiliki pada real asset atau financial asset dalam jangka waktu
tertentu dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang
(Sunariyah, 2003). Dalam penelitian ini dapat dilihat melalui kepemilikian
investasi pada instrumen yang berbeda-beda seperti pada tanah, bangunan, emas

8
Universitas Kristen Petra
dan lainnya. Serta dilihat dari pemanfaat terhadap hasil investasi yang
memberikan hasil secara lump sum.
e. Retirement and Estate Planning
Retirement and Estate Planning merupakan perencanaa keuangan yang
terkait dengan masa pensiun seseorang dan pendistibusian kekayaan berupa
warisan ke generasi berikutnya ketika orang tersebut meninggal dunia. Retirement
and estate planning dapat berupa perencanaan mengenai hari tua, menyediakan
dana utuk hari tua, memiliki ahli waris, dan opini mengenai pentingnya estate
planning (Tan et al., 2011)

2.2 Financial Literacy


Dalam mengelola keuangan, tingkat financial literacy yang baik akan
memberi banyak manfaat terhadap individu tersebut. Semakin tinggi financial
literacy seseorang, maka akan semakin bijak seseorang dalam menentukan
keputusan terkait keuangan (Sundarasen & Rahman, 2017). Financial literacy
mengacu pada suatu pemahaman mengenai keuangan dan kemampuan untuk
memanfaatkan pemahaman tersebut untuk membuat keputusan keuangan pribadi
yang baik (Hogart & Hilgert, 2002). Menurut Chen & Volpe (1998), financial
literacy merupakan pengetahuan untuk mengelola keuangan. Remund (2010)
mendefiniskan fianacial literacy sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan
kemampuan seseorang dalam mengelola keuangan pribadinya dan memahami
dampak dari pengelolaannya.
Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (2016) mendefinisikan financial literacy
sebagai rangkaian proses atau aktivitas yang meningkatkan pengetahuan,
keyakinan dan keterampilan konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka
mampu mengelola keuangan dengan baik. Lusardi & Mitchell (2007)
mendefinisikan literasi keuangan sebagai kebutuhan dasar bagi setiap orang agar
terhindar dari kesulitan keuangan dan bagaimana mengelola keuangannya.
Berdasarkan definisi yang sudah dijelaskan di atas maka, financial literacy dapat
disimpulkan sebagai suatu proses rangkaian aktivitas yang dapat menambah
pemahaman serta wawasan individu dalam mengelola keuangan sehingga dapat

9
Universitas Kristen Petra
menghasilkan keputusan keuangan yang baik serta dapat terhindar dari masalah
keuangan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

2.2.1 Aspek Financial Literacy


Menurut Chen & Volpe (1998) dalam mengukur tingkat financial literacy
seseorang, ada 4 aspek yang dapat dijadikan indikator pengukuran yaitu :
1. Pengetahuan umum keuangan pribadi adalah pengetahuan secara umum
yang meliputi pemahaman beberapa hal yang berkaitan dengan
pengetahuan dasar tentang keuangan pribadi. Sebagai contoh yaitu dengan
menyusun anggaran pengeluaran dan pemasukan, keputusan keuangan dan
melakukan perencanaan keuangaan.
2. Tabungan dan Pinjaman adalah pengetahuan terkait menabung dan
meminjam seperti perhitungan bunga, tingkat suku bunga, jenis bunga
compounding atau simple interest.
3. Asuransi adalah pengetahuan dasar mengenai asuransi, jenis asuransi,
manfaat asuransi, dan karakteristik asuransi. Sebagai contoh bahwa
asuransi adalah salah satu cara untuk mengurangi resiko keuangan yang
dimiliki individu.
4. Investasi adalah pengetahuan terkait investasi yang meliputi keputusan
dalam pemilihan jenis investasi, jangka waktu investasi dan likuiditas
berdasarkan profil resiko yang dimiliki. Sebagai contoh investasi jangka
pendek yaitu tabungan dan deposito, sedangkan investasi jangka
menengah dan panjang adalah emas, tanah dan bangunan.
Pengetahuan dan pemahaman mengenai keuangan atau yang juga bisa
disebut sebagai financial literacy, membutuhkan sebuah pengetahuan mengenai
keuangan pribadi. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber
pengetahuan seperti pendidikan formal yaitu program sekolah tinggi atau kuliah,
seminar dan kelas pelatihan di luar sekolah, serta seperti sumber-sumber informal
yaitu dari orang tua, teman, dan lingkungan pekerjaan (Ida & Dwinta, 2010)

10
Universitas Kristen Petra
2.3 Norma Orang Tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, norma adalah seperangkat
peraturan yang dijadikan sebagai pedoman, tatanan dan pengendali tingkah laku
seseorang. Menurut Niroobabakhsh (2008), norma sebagai bagian dari sistem
keluarga yang mengacu pada kewajiban orang tua terhadap anak sebagai model
dari tingkah perilaku anak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jailan (2014),
orang tua menjadi sumber utama untuk anak dalam memperoleh pendidikan, serta
menjadi pilar pendidik yang pertama dalam proses perkembangan kehidupan
anak. Penggabungan kata norma dan orang tua menjadi sebuah gabungan kata
yang bermakna sebagai seperangkat peraturan dari orang tua yang dijadikan
sebagai pedoman, tatanan dan pengendendali tingkah laku dengan tujuan untuk
mendidik anak dalam kontek penelitian ini adalah mengelola keuangan.
Menurut Bandura & Mischel (1965), ada 4 model cara mendidik anak yaitu
(1) Orang tua menjadi figur atau contoh dalam mengajarkan sebuah kebiasaan
pada anaknya, (2) Orang tua memberikan bimbingan dan penjelasan terkait
dengan keputusan keuangan yang akan diambil, sehingga hal ini mempengaruhi
perilaku anak dalam mengontrol pengeluarannya. Shim et al., (2009), anak yang
percaya diri dalam melakukan transaksi dan pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan uang cenderung memiliki bimbingan yang cukup dari orang
tua sejak dini, (3) Orang tua memberikan tanggung jawab kepada anaknya untuk
mengelola keuangannya sendiri dan mengatur segala jenis pendapatan yang
didapat, (4) Orang tua memberikan keleluasan kepada anaknya untuk membuat
keputusan sendiri.
Pada masa pengasuhan atau parenting yang dimulai sejak usia dini sampai
masa remaja, orang tua pada umumnya akan memberikan ajaran pada anak berupa
nilai-nilai yang mampu membantu anak untuk cerdas dalam mengelola
keuangannnya hal ini ditujukan sebagai bekal pengetahuan anak dalam
menghadapi kehidupan di tahap berikutnya, maka apa yang dilakukan orang tua
dikenal dengan istilah norma orang tua (Ivan & Dickson, 2008).
Keluarga, khususnya orang tua menjadi tempat paling dominan dalam
mengajarkan serta mensosialisasikan pengelolaan keuangan yang baik kepada
anak (Shalahuddinta, 2014). Pengaruh orang tua terhadap anak memiliki efek

11
Universitas Kristen Petra
yang besar. Anak belajar mengenai pengelolaan keuangan melalui pengamatan
dan partisipasi langsung dengan cara sengaja dan tidak sengaja dari orang tuanya
(Dannes, 1994). Maka orang tua menjadi panutan bagi anak dalam segala aspek
termasuk dalam hal keuangan, sebaliknya orang tua yang ceroboh secara finansial
menjadi panutan yang buruk bagi anak. Norma orang tua pada masa pengasuhan
mampu membantu anak untuk lebih cerdas dalam mengelola keuangannya
sehingga kedepannya kehidupan anak dapat teratur dan tidak boros. Pengetahuan
yang diperoleh dari orang tua pada masa pengasuhan ditambah dengan cara orang
tua mereka menangani masalah keuangan memainkan peran yang sangat penting
dalam keputusan pengelolaan uang dari anak. (Shim et al., 2009)
Pengukuran norma orang tua diindikasikan oleh lima indikator dari Shim
et al., (2009) yaitu:
1. Melacak pengeluaran, dimana orang tua mengajarkan kepada anaknya
untuk melakukan pelacakan pada pengeluarannya setiap bulan.
2. Memiliki pengeluaran yang sesuai dengan pendapatan, dimana orang tua
mengajarkan kepada anaknya untuk memiliki pengeluaran yang sesuai
dengan pendapatan.
3. Membayar tagihan setiap bulan secara penuh, dimana orang tua
mengajarkan kepada anaknya untuk membayar tagihan setiap bulan secara
penuh.
4. Menabung, dimana orang tua mengajarkan kepada anaknya untuk
menabung setiap bulan untuk masa depan.
5. Investasi, dimana orang tua mengajarkan kepada anaknya untuk investasi
untuk tujuan keuangan jangka panjang.

2.4 Theory of Planned Behavior


Theory of Planned Behavior (TPB) adalah sebuah teori perkembangan
lanjutan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dilakukan oleh Ajzen pada
tahun 1991. Theory of Reasoned Action (TRA) adalah teori yang terlebih dahulu
dilakukan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein pada 1980 (Ajzen, 1991). Theory
of Reasoned Action (TRA) menjelaskan bahwa sikap dipengaruhi oleh keyakinan
akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Sebagai contoh seseorang akan

12
Universitas Kristen Petra
melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan
percaya bahwa orang lain ingin agar melakukannya (Ajzen & Fishbein, 1980).
Theory of Planned Behavior (TPB) digunakan untuk memahami bagaimana
individu berperilaku dan bagaimana cara menunjukkan reaksi. Ajzen (1991),
menjelaskan bahwa perilaku seorang individu dipengaruhi oleh niat dari individu
terhadap perilaku tersebut. Niat individu untuk berperilaku salah satunya
dipengaruhi oleh sikap (Attitude).
Menurut Rahayuningsih (2008), sikap (attitude) adalah suatu perasaaan
umum suka atau tidak suka terhadap sesuatu yang pada akhirnya mempengaruhi
perilaku seseorang. Sikap terhadap suatu perilaku merupakan evaluasi positif atau
negatif mengenai perilaku yang relevan yang terbentuk dari keyakinan mengenai
hasil yang akan diterima atas perilaku tersebut. Dengan demikian, Theory of
Planned Behavior secara khsusus menghubungkan antara keyakinan dengan sikap
(Puta et al.,2013). Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa seseorang bersikap akan berpengaruh terhadap perilakunya
dengan dipengaruhi oleh keyakinan individu tersebut terhadap suatu hal atau
objek. Dalam penelitian ini digambarkan sikap terhadap uang yang dimiliki oleh
seorang individu akan berpengaruh pada money management individu tersebut.

2.4.1 Sikap terhadap Uang


Uang diakui sebagai alat dan motivator yang berpengaruh dalam
pembentukan kehidupan individu (Sundarasen & Rahman, 2017). Melalui uang
juga seseorang dapat berpikir dan bertindak secara irasional (Sohib, 2015). Hal ini
dikarenakan bagi indvidu-individu tertentu uang dianggap sebagai simbol status,
sementara bagi individu tertentu menganggap uang sebagai kekuatan, kemampuan
untuk menarik teman dan hubungan serta bagi indvidu lainnya dianggap sebagai
simbol pencapaian dan kesuksesan, kebebasan dan keamanan (Sheela et al., 2014)
Oleh karena itu sikap terhadap uang seseorang dipengaruhi oleh presepsi
masing-masing dari individu tersebut mengenai uang yang berdasarkan
pengalamannya (Taneja, 2012). Hong et al.,(2004), menyatakan bahwa sikap
terhadap uang memiliki pengaruh pada perilaku penganggaran keuangan. Sikap
terhadap uang menujukan bahwa uang memiliki banyak arti sesuai dengan tingkat

13
Universitas Kristen Petra
pemahaman dan kepribadian seseorang, diantaranya uang menjadi bagian penting
dalam hidup seseorang, sebagai sumber rasa hormat, kualitas hidup, kebebasan
bahkan kejahatan (Duravasula & Lysonski, 2007). Sebaliknya, sikap terhadap
uang juga memiliki arti bagaimana seseorang memaknai uang yang melekat pada
hidupnya dengan cara memahami dan menaksirkan peran uang dalam kehidupan
(Furham & Argyle, 1998).
Pengukuran sikap terhadap uang diindikasikan oleh indikator dari
Gasiorowska (2013), yaitu:
1. Control and planning, menunjukkan sikap seseorang terhadap uang
yang menggambarkan perilaku untuk mempersiapkan perencanaan masa
depan. uang merupakan faktor penting dalam kehidupan sehingga harus
dikelolah dengan baik untuk kepentingan masa depan yaitu melalui
perencanaan yang matang dan berhati-hati serta teliti dalam situasi yang
terkait dengan uang seperti pengambilan keputusan saat penggunaannya.
2. Power, menunjukkan sikap seseorang terhadap uang yang
menggambarkan uang sebagai alat untuk membuat kesan dalam
mempengaruhi orang lain, alat kekuasaan, prestige dan rasa hormat,
serta sebagai suatu ukuran keberhasilan hidup.
3. Anxiety, menunjukkan sikap seseorang terhadap uang yang
menggambarkan uang menjadi sumber keraguan, ketidak percayaan,
kecurigaan dan menimbulkan keraguan serta ketidak percayaan dalam
situasi yang terkait dengan uang seperti pengambilan keputusan saat
penggunaannya.
4. Aversion, menunjukkan sikap seseorang terhadap uang yang
menggambarkan suatu sikap keengganan untuk mengambil resiko terkait
uang. Sebagai contoh kengganan untuk meminjam uang sebagai bentuk
kehati-hatian.
5. Occasion seeking, menunjukkan sikap seseorang terhadap uang yang
menggambarkan kecenderungan untuk mencari dan memanfaatkan
acara-acara khusus yang berhubungan dengan uang, terutama yang dapat
menghasilkan uang. Hal ini terkait dengan perencanaan yang efektif dan

14
Universitas Kristen Petra
pengorganisasian seseorang, yang memungkinkan untuk memantau dan
mengeksploitasi kesempatan keuangan yang menguntungkan.

2.5 Dewasa Muda


Menurut Papalia, Olds & Feldman (1998); Lemme (1995); Hurlock
(1990), seseorang dewasa muda adalah individu yang telah berusia minimal 21
dan maksimal yang telah berusia 40 tahun. Dikatakan oleh Lemme (1995), masa
dewasa muda adalah masa yang ditandai dengan adanya rasa tanggung jawab
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan. Selain itu juga adanya tanggung
jawab terhadap sikap dan keinginan yang dimiliki (Andranita, 2008). Seseorang
dikatakan dewasa bila telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal, siap
berproduksi, dan telah dapat diharapkan memiliki kesiapan secara kognitif,
afektif, dan psikomotor. Serta dapat diharapkan memainkan peranannya bersama
dengan individu-individu lain dalam masyarakat (Hurlock, 1990). Seseorang yang
sudah dianggap dewasa maka selanjutnya dianggap sudah mempunyai tanggung
jawab terhadap perbuatan-perbuatannya (Monks, 2001: 291). Dalam hal ini
Hurlock (1990), membagi masa dewasa menjadi tiga periode, yaitu:
1. Masa Dewasa Muda (21-40 tahun)
Masa dewasa muda merupakan masa perpindahan dari remaja menjadi
dewasa dan merupakan masa pengaturan. Pada masa ini individu
menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Masa dewasa muda
memiliki perubahan antara lain dalam hal penampilan, fungsi-fungsi
tubuh, minat, sikap, serta tingkah laku sosial. Monks et al.,(2001)
membagi masa dewasa muda menjadi 3 bagian yaitu yang pertama usia
21-28 dimana struktur hidup menjadi semakin penting, kedua yaitu usia
>28-33 dimana struktur kehidupan ini menjadi lebih tetap dan stabil dan
yang ketiga yaitu usia >33-40 dimana orang dengan kematangannya
mampu menemukan tempatnya dalam masyarakat dan berusaha untuk
memajukan karier sebaik-baiknya.

15
Universitas Kristen Petra
2. Masa Dewasa Madya (41-60 tahun)
Masa dewasa madya merupakan masa perpindahan dari dewasa ke masa
tua. Pada masa ini mulai terjadi penuruan pada kemampuan fisik dan
psikologis seseorang mulai menurun.
3. Masa Dewasa Akhir (61- meninggal)
Pada masa dewasa akhir atau lansia, kemampuan fisik maupun psikologis
mengalami penurunan yang sangat cepat, sehingga seringkali seseorang
tergantung pada orang lain. Timbul rasa tidak aman karena faktor ekonomi
yang menimbulkan perubahan pada pola hidup maupun keuangannya.

Individu dewasa muda dapat digolongkan sebagai kelas menengah


berdasarkan pendapatan perbulan yang dimiliki. Menurut Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan (BPPK) Menteri Keuangan (2015) kelas menengah adalah
seseorang yang memiliki pendapatan per bulan sebagai berikut :
Tabel 2.1. Penggolongan Kelas Menengah Berdasarkan Jumlah Pendapatan
Jumlah Pendapatan Kategori
Rp. 2.600.000 - Rp. 5.200.000 Kelas menengah 1
>Rp. 5.200.000 - Rp. 7.800.000 Kelas menengah 2
>Rp. 7.800.000 - Rp. 13.000.000 Kelas menengah 3
>Rp. 13.000.000 – Rp. 26.000.000 Kelas menengah 4
Sumber : Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Menteri Keuangan (2015)

2.6 Hubungan Antar Konsep


Penelitian ini memiliki 4 variabel, yaitu financial literacy dan norma orang
tua sebagai independent variabel, yang mempengaruhi money management
dewasa muda kelas menengah di Surabaya sebagai variabel dependen, dan sikap
terhadap uang sebagai variabel mediasi. Faktor digunakannya populasi dewasa
muda dan kelas menengah dalam penelitin ini karena pada tahapan ini seseorang
yang telah menginjak dewasa telah memiliki tanggung jawab lebih terhadap
dirinya sendiri termasuk tindakan-tindakan yang dilakukan baik dari segi
ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan
(Ritonga, 2016).

16
Universitas Kristen Petra
Ketika seseorang telah memasuki masa dewasa muda diharapkan dapat
melakukan money management dengan baik karena jika salah dalam melakukan
money management pada tahapan ini, maka tentunya akan berdampak pada
kesejahteraan hidup dikemudian hari, serta akan sulit untuk diperbaiki (Navickas,
Gudaitis, & Krajnakova, 2014). Menurut BPPK menteri keuangan (2015),
individu dewasa muda dapat digolongkan sebagai kelas menengah berdasarkan
pendapatan per bulannya yaitu sebesar Rp. 2.600.000 – Rp. 26.000.000 per bulan.
Kusumo & Simanjuntak (2009) menyatakan dengan besaran pendapatan yang
dimiliki tersebut jika dikelola dengan baik maka memungkinkan bagi indvidu
untuk dapat melakukan investasi, menabung, bahkan membeli asuransi ataupun
proteksi diri untuk mempersiapankan masa berikutnya, jika dibandingkan dengan
kelas bawah yang penghasilannya rata-rata habis hanya untuk kebutuhan sehari-
hari.

2.6.1 Pengaruh Financial Literacy pada Money Management


Tan et al.,(2011), meneliti tingkat financial literacy mempengaruhi money
management, orang yang memiliki tingkat financial literacy lebih tinggi akan
lebih memiliki money management yang baik. Hal ini dikarenakan seseorang
dengan pengetahuan yang tinggi akan melakukan praktek pengelolaan keuangan
yang baik. Selanjutnya Hogart & Hilgert (2002) ; Lusardi et al.,(2009),
menemukan financial literacy memiliki peranan penting dalam money
management, seseorang yang memiliki tingkat financial literacy yang rendah
memiliki kemungkinan kurang mampu untuk mengumpulkan dan mengelola uang
secara efektif. Lebih lanjut, (Hilgert et al.,2003) menjelaskan bahwa seseorang
yang memiliki financial literacy lebih, cenderung berperilaku keuangan dengan
cara-cara yang bertanggung jawab secara keuangan.

2.6.2 Pengaruh Norma Orang tua pada Money Management


Norma-norma berupa ajaran terkait keuangan yang diberikan orang tua
pada masa parenting yaitu sejak usia dini sampai masa remaja memberikan
pengaruh yang positif dalam pengelolaan keuangan individu (Clarke et al.,2005).
Hal ini ditujukan sebagai bekal pengetahuan anak dalam menghadapi kehidupan

17
Universitas Kristen Petra
ditahap berikutnya. Shim et al.,(2009) menyatakan bahwa orang tua mengambil
peran yang lebih besar dalam mengajarkan pengelolaan keuangan pada anak.
Seorang anak yang memiliki keahlian mengelola keuangan tidak terlepas dari
didikan orang tua disetiap tahapan kehidupannya.

2.6.3 Pengaruh Sikap Terhadap Uang pada Money Management


Teori dari Ajzen (1991) yang disebut sebagai Theory of Planned Behavior
menyatakan bahwa sikap secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku
seseorang dalam mengelola keuangannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Hong et al.,(2004) mengatakan bahwa sikap terhadap uang individu memiliki
pengaruh pada perilaku penganggaran keuangan. Sikap terhadap uang berisikan
nilai dan keyakinan individu terhadap uang, individu yang memiliki sikap
terhadap uang positif maka akan secara aktif mencari pengetahuan terkait
pengelolaan keuangan sebagai cara untuk meningkatkan keahlian individu
tersebut dalam melakukan money management (Sheela et al.,2016). Oleh karena
itu penting bagi indvidu untuk mengupayakan dalam mengubah persepsi atau
sikap terhadap uang sehingga dengan demikian hal tersebut akan semakin
meningkatkan praktik pengelolaan uang positif dalam kehidupan individu tersebut
(Kim, 2003)

2.6.4 Pengaruh Financial Literacy pada Money Management dengan Sikap


Terhadap Uang sebagai Variabel Mediasi
Financial literacy akan mempengaruhi sikap terhadap uang seseorang
(Sang et al, 2012). Sikap terhadap uang individu berpengaruh pada perilaku
penganggaran keuangan (Hong et al.,2004). Sikap terhadap uang dapat berfungsi
sebagai stimulus bagi perilaku individu dalam hal memperoleh pengetahuan
mengenai uang yang mempengaruhi tingkat informasi dan praktik pengelolaan
terkait uang (Norvilitis et al.,2006; Roberts & Jones, 2001). Individu yang
memiliki memiliki sikap positif terhadap uang akan secara aktif mencari mencari
informasi mengenai keuangan yang akan meningkatkan financial literacynya
sebagai cara untuk meningkatkan keahlian dalam mengelola keuangan
(Kim,2003). Grable (2009) mengatakan bagaimana individu menerapkan

18
Universitas Kristen Petra
pengetahuannya dalam mengelola keuangan akan didasari oleh sikap terhadap
uang individu yaitu yang berisikan nilai dan keyakinan individu terhadap uang.
Sikap terhadap uang dapat memediasi pengaruh financial literacy terhadap money
management.

2.6.5 Pengaruh Norma Orang Tua pada Money Management dengan Sikap
Terhadap Uang sebagai Variabel Mediasi
Perbedaan persepsi mengenai uang yang dipegang individu mencerminkan
perbedaan dalam sikap seseorang terhadap uang yang mempengaruhi pengelolaan
keuangannya (Manchanda, 2014). Norma orang tua berupa nilai-nilai terkait
keuangan yang diajarkan oleh orang tua di tahun-tahun awal kehidupan anak
memainkan peran penting membentuk sikap terhadap uang anak karena hal
tersebut akan tercermin dalam sikap terhadap uang yang terlihat di sepanjang
hidup seorang anak (Shim et al.,2009; Bandura, 1986; Moschis, 1985).
Orang tua adalah sumber utama bagi anak untuk belajar mengenai uang di
mana hal ini mempengaruhi perkembangan bagaimana sikap terhadap uang dan
perilaku keuangan anak (Chowa et al., 2012). Penelitian yang di lakukan
Dilworth et al.,(2000) menyadari bahwa hutang memberi dampak buruk pada
pengelolaan keuangan, namun hal tersebut baru disadari setelah individu tersebut
ada pada tahap kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu menurut Wong (2010), jika
orang tua secara aktif menanamkan nilai-nilai terkait keuangan pada inividu
mengenai pengelolaan keuangan di tahun awal kehidupan, maka hal tersebut akan
berpengaruh dan banyak membantu dalam pengelolaan keuangan pribadi anak.
Sekaligus membentuk presepsi dan nilai-nilai uang yang positif dari anak. Hal
tersebut yang nantinya akan menghasilkan sikap terhadap uang yang positif.
Sehingga sikap terhadap uang memediasi pengaruh norma orang tua terhadap
money management.

2.7 Kerangka Berpikir


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, landasan teori, dan hubungan
antar konsep, maka kerangka dalam penelitian ini adalah sebai berikut:

19
Universitas Kristen Petra
Financial
Literacy

Sikap Money
terhadap Management
uang

Norma Orang
Tua

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


(Sundarasen & Rahman, 2017)

2.8 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Financial literacy berpengaruh secara signifikan pada money management.
2. Norma orang tua berpengaruh secara signifikan pada money management.
3. Sikap terhadap uang berpengaruh secara signifikan pada money
management.
4. Financial literacy berpengaruh secara signifikan pada money management
dengan sikap terhadap uang sebagai variabel mediasi.
5. Norma orang tua berpengaruh secara signifikan pada money management
dengan sikap terhadap uang sebagai variabel mediasi.

20
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai