Anda di halaman 1dari 25

TUGAS RESUME MATA KULIAH KEBIDANAN KOMUNITAS

WEBINAR(5) TANGGAL 2 MEI 2020


“Pelayanan Kesehatan Maternal di Era Pandemi Covid -19”
“ANTISIPASI BABY BOOM PASCA PANDEMI”

(Resume ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan Komunitas)

Dosen Pengampu : dr. Muljo Hadi Sungkono, Sp.OG(K)

Disusun oleh:

Anissa Ermasari 196070400111021


Tri Ratna Juita 196070400111022
Ni Putu Sri Haryati 196070400111023
Maria Gabriela Yuniati 196070400111024
Rusmiati 196070400111025

PRODI MAGISTER KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
RESUME WEBINAR (5) Tanggal 2 MEI 2020
“ANTISIPASI BABY BOOM PASCA PANDEMI”

Bagian I
1. Pemateri
Prof. DR. dr. Dwiana Ocviyanti. Sp.OG (K). M.P.H
2. Judul Materi
Manajemen Holistik, Komunikasi tentang KB di Era Pandemi
3. Durasi
Menit ke 13:00 –54.25
4. Inti Materi
Masalah yang dihadapi saat ini yaitu:
a. Masih rendahnya pemahaman masyarakat secara umum tentang konsep
perencanaan keluarga untuk kualitas generasi mendatang yang lebih baik
b. Masih rendahnya kepercayaan diri keluarga untuk membentuk keluarga
yang kecil dari segi jumlah, terkait masih tinginya angka kematian perinatal
dan anak serta masih rendahnya jaminan untuk keamanan serta pendidian
anak dalam masa tumbuh kembang.
Berikut ini adalah hal – hal yang perlu dicermati/pahami dikutip dari pidato
sambutan Ketua BKKBN dalam acara “Konsolidasi Nasional Program Bangga
Kencana Bidang Pengendalian Penduduk Tahun 2020”:
a. Penduduk sebagai human capital (subjek) dan human resource (objek)
harus menjadi titik sentral dalam pembangunan kependudukan
berkelanjutan di Indonesia yang mencakup seluruh siklus hidup manusia
(life cycle approach).
b. Penduduk tidak hanya diperlakukan sebagai penerima manfaat hasil
pembangunan tetapi juga sebagai subjek yang berpartisispasi secara aktif
dalam pembangunan.
Visi Pemerintah tahun 2020-2024 yaitu “Terwujudnya Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri dan berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”.
BKKBN dalam hal ini akan berkontribusi dalam upaya “Terwujudnya
Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan Penduduk yang Seimbang”.
Renstra BKKBN 2020-2024 ditetapkan sasaran strategis, yaitu:
a. Menurunnya TFR dapat mencapai 2,26 pada tahun 2020 dan ditargetkan
menjadi 2,1 pada tahun 2024
b. Meningkatnya angka prevalensi pemakaian kontrasepsi modern (mCPR)
61,78% pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 63,41% pada tahun 2024
c. Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/unmet nee 8,6% ada
tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 7,4% pada tahun 2024
d. Menurunnya angka kelahiran menurut kelompok umur 15-19 tahun (ASFR
15 – 19 tahun) dengan target 25/1000 kelahiran pada tahun 2020 dan
ditargetkan menjadi 18/1000 kelahiran pada tahun 2024
e. Meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (IPK) sebesar 53,57 pada
tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 61,00 pada tahun 2024
f. Meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) 21,9 tahun pada tahun
2020 dan diargetkan menjadi 22,1 pada tahun 2024.
Tinjauan holistik dalam perencanaan keluarga haruslah melibatkan aspek bio-
psiko-sosio-kultural-religi (penambahan). Semua aspek tersebut sangat penting
untuk dipahami. Hal – hal yang menjadi bagian dalam aspek tersebut, meliputi:
a. Aspek biologis : kemampuan bereproduksi, keberadaan metode kontrasepsi
b. Aspek psikologis: kebutuhan seksual
c. Aspek sosial : konsep perencanaan keluarga terkait pendidikan dan
ekonomi
d. Aspek kultural : konsep keluarga terkait adat dan budaya
e. Aspek religi : konsep keluarga terkait agama
Apabila dicermati dari kelima aspek tersebut, hal yang dapat kita
intervensi secara cepat saat ini adalah pendidikan, walaupun pendidikan juga
terkait dengan aspek lainnya. Namun dengan situasi seperti saat ini, peluang
untuk memberikan dan menerima pendidikan semakin terbuka. Untuk
melakukan komunikasi, perlu mempelajari piramida penduduk Indonesia 2020.
Yang perlu diperhatikan yaitu kelompok perempuan usia reproduksi yang
berpotensi untuk hamil, misalkan mulai kelompok usia 10 sampai 50 tahun.Hal
ini berdasarkan fenomena mundurnya usia menopause sehingga
memungkinkan wanita usia 50 tahun untuk hamil. Sedangkan kelompok
pasangan yang berpotensi untuk memiliki anak lagi berada pada rentang usia
15 sampai 49 tahun. Kemudian disebutkan kelompok remaja usia sekolah yaitu
pada rentang usia 10 sampai 19 tahun yang berpotensi menjadi orang tua yang
menghasilkan anak-anak yang berkualitas apabila terlah dipersiapkan
sebelumnya. Komunikasi tentang keluarga berencana telah bergeser menjadi
komunikasi tentang perencanaan keluarga. Sehingga komunikasi sangatlah
penting/esensial.Komunikasi terkait dengan keterampilan dan pengetahuan
yang dimiliki (dalam bentuk instruksi), ide (arahan), lingkungan (publik). Hal
yang perlu diperhatikan lberikutnya adalah advokasi, kebutuhan oleh setiap
generasi yang terus mengalami perubahan, pelayanan (farmasi, pelayanan
klinik).
Penelitian yang dilakukan oeh USAID menunjukkan perubahan sosial
dan perilaku seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku sesorang muda
untuk menerima upaya family planning. Perubahan sosial dan perilaku juga
dapat mempengaruhi keluarga berencana melalui intervensi terintegrasi, serta
mempengaruhi keinginan untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang
namun reversible.
Bagaimana berkomunikasi di era pandemi Covid-19? Pahamilah era
digital saat ini. Terdapat tujuh cara untuk dapat melakukan komunikasi online
yaitu: video conferencing, email, social network, audio conferencing, VoIP
(Voice Over Internet Protocol), chat room, forum.
Simpulan:
a. Pemahaman secara holistik sangat diperlukan dalam upaya komunikasi
terkait perencanaan keluarga
b. Era pandemi Covid-19 menjadi pemicu upaya komunikasi intensif
perencanaan keluarga via komunikasi berbasis daring (internet)
c. Perlu kreativitas, strategi dan kerjasama anatara pemerintah dan profesi
untuk melakukan komunikasi berbasis daring di era pandmi dan seterusnya
dalam perencanaan keluarga.
5. Diskusi
Tingkat pendidikan maupun usia memang merupakan hal yang krusial
dalam komunikasi. Namun, dapat disadari saat ini teknologi semakin
berkembang pesat. Pemerintah dapat berkontribusi dalam penyampaian
informasi melalui digital, seperti mengidentifikasi seseorang terindikasi Covid-
19 atau tidak. Konsentrasi saat ini adalah bagaimana mengedukasi sejak dini
tentang kebersihan maupun kedisiplinan, bukan hanya kemampuan anak-anak
usia sekolah dalam berhitung dan sebagainya.
Masukan dari Dr. dr. Hanny Rono Sulistyo, SpOG(K), MM yaitu
HOGSI aktif dalam sosial media untuk memberikan edukasi seperti pembuatan
video atau powerpoint yang positif. Prof Dwiana Ocviyanti menyebutkan saat
ini udah ada video-video pendidikan namun jumlahnya masih sedikit, sehingga
perlu dilakukan lebih profesional. Kerja sama dari beberapa organisasi
diperlukan untuk dapat memberikan kelas edukasi rutin yang dapat dirasakan
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Masukan dari Dr. dr. H. Leo Prawirodihardjo, SpOG(K), M.Kes.,MM,
MARS,Ph.D yaitu pada era Covid-19 ini merupakan saat yang tepat untuk
memberikan edukasi tentang metode kontrasepsi jangka panjang melalui
media-media yang telah dibahas. Ditanggapi oleh Prof Dwiana Ocviyanti
bahwa telah ada pembicaraan terkait pembuatan leaflet komunikatif yang
membahas “apa yang anda lakukan jika hamil”. Berdasarkan masukan dari dr
Leo, maka nantinya akan diperlukan pembuatan leaflet tentang “apa yang anda
lakukan jika butuh kontrasepsi”. Perlu strategi atau embahasan lebih lanjut
untuk memecahkan masalah cara mendapatkan pelayanan kontrasepsi tersebut.
Bagian II
1. Pemateri
Prof. dr. Samsulhadi, Sp.OG (K)
2. Judul Materi
Kontrasepsi Saat Laktasi di Era Pandemi Covid-19
3. Durasi
56:00 s/d 1:43:00
4. Inti Materi
Diawali dengan peyimpulan materi sebelum nya yaitu penting KIE guna
merubah behavior pola pikir masyarakat bahwa kontrasepsi adalah kebutuhan
dan pentingnya sex education dimana perlu merencanakan keluarga, yaitu
keluarga yang baik dan sehat. Selain itu seiring perkembangan zaman,
teknologi dan khususnya pada kondisi pandemic saat ini masyarakat butuh
kemudahan baik kemudahan logistic, distribusi dan monitoring.
Prof. dr. Samsulhadi, Sp.OG (K) menyampaikan materi kontrasepsi saat
laktasi di era pandemic covid-19. Pemilihan kata kontrasepsi dipilih oleh Prof.
dr. samsulhadi, Sp.OG (K) karena dianggap lebih spesifik jika di bandingkan
penggunaan kata keluarga berencana, karena perencanaan keluarga tentunya
dilakukan oleh ibu dengan banyak anak maupun pada kasus infetilitas.
 Kontrasepsi laktasi pada saat pandemi. Kontrasepsi pada kasus ini
dihadapkan pada dua kondisi yang penting yaitu laktasi dan pandemi.
1. Pandemi Covid-19
Terdapat beberapa pertanyaan yang diperlukan pemecahan masalahnya
terkait pandemic covid-19 ini, yaitu adalah sebagai berikut:
- Apakah diperbolehkan hamil pada kondisi pandemic covid-19?
Pada kondisi pandemi saat ini hal yang perlu diperhatikan adalah perlunya
penundaan kehamilan baik kehamilan yang terjadi secara alamiah maupun
direncanakan.Penundaan kehamilan dianggap lebih baik karena
pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dikhawatirkan ibu hamil tidak
melakukan antenatalcare yang dapat berakibat pada kehamilan yang tidak
terpantau sehingga dikhawatirkan terjadi komplikasi.
- Apakah Boleh memakai Kontrasepsi?
Sesuai dengan rekomendasi POGI bahwa semua metode kontrasepsi
modern aman diigunakan semala pandemi.Bila tidak dapat mengakses
pelayanan KB karena pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dapat
memilih metode yang tersedia tanpa resep (kondom, spermisida,
diafragma, pila tau kontrasepsi darurat) yang dapat dibeli di apotek atau
toko obat.
- Apakah Boleh memberikan Laktasi?
adanya laporan 6 kasus Covid 19 di China yang menyatakan tidak
ditemukan virus dalam ASI. Penularan covid 19 dari ibu ke bayi adalah
akibat droplet udara (kontak Langsung), manfaat Laktasi lebih tinggi
dibandingkan potensi penularan via ASI.Selain itu rekomedasi IDAI, baik
PDP maupun pasien terkonfirmasi Covid 19 dapat menyusui bayinya
dengan catatan ibu dan bayi menggunakan alat pelindung. Ibu
menggunakan masker N95 dan Face shield sedangkan bayi menggunakan
gace shield khusus neonates. Tetapi tidak diperkenankan malakukan
inisiasi menyusi dini (IMD), bayi dirawat di ruang isolasi. Kondisi saat
pasien masih dalam jangkauan Nakes (saat setelah persalinan), sehingga
dapat diberikan KIE “Butuh Kontrasepsi”
Kesimpulan :
Kehamilan harus ditunda maka kontrasepsi harus tetap dilakukan dan
laktasi memiliki manfaat yang lebih besar daripada risiko maka
Kontrasepsi Laktasi Esensial nampaknya merupakan sebuah soulusi tetapi
memiliki kendala PSSB maka solusinya adalah memberikan KIE
bagaimana masyarakat dapat mandiri dalam melakukan Kontrasepsi
Laktasi dengan seminimal mungkin melakukan monitoring (bertemu
Nakes).
 Syarat Kontrasepsi Laktasi
Beberapa syarat kontrasepsi laktasi adalah sebagai berikut :
1. Diterima Mayarakat perlu adanya KIE kepada masyarakat( yang perlu
ditekankan gangguang menstruasi baik menstruasi sedikit, banyak atau
tidak menstruasi, serta pemilihan POP perlu ditekankan cara
konsumsinya)
2. Gangguan ASI tidak ada baik Produksi maupun Kualitas
3. Cepat Kembali subur (POP cepat kembali subur, DMPA 1-1,5 tahun)
4. Mudah (mudah dipakai, mudah didapat, tidak perlu monitoring)
5. Aman (dari efeksamping)
6. Rasional
7. Efektif/efisien (Kegagalan rendah)
8. Terjangkau atau Murah
- Kontrasepsi yang dapat memenuhi syarat tersebut :
1) LAM (Laktasi Aminore)
Apabila dilakukan Mandiri maka efektif pada 3 bulan Pertama
2) Barier (Kondom)
3) Hormonal :
a. POP (Progestin Only Pill)
b. Suntik DMPA
c. Implan
d. LNG-IUS
4) Lainnya
a. IUD
b. MOW/MOP
 POP (Progestin Only Pills)
Berisi progestin dosis rendah, cara mengkonsumsinya adalah
diminum setiap hari pada jam yang sama (tetap). Terdapat beberapa jenis
POP di pasaran namun secara klinis hasilnya tidak ada beda. Dipasaran
yang beredar dan sering digunakan adalah Microlut (levonorgestrel
0,030mg) dan Exluton (lynestrenol 0,500 mg)
Pemberian Pil Kombinasi berakibat pada adanya lonjakan
esterogen pada awal siklus yang dapat menekan FSH sehingga tidak
terjadi pertumbuhan folikel dan adanya progesterone menekan LH
sehingga tidak terjadi ovulasi. Sementara pada POP hanya menghambat
lonjakan LH sehingga masih terdapat pertumbuhan Folikel tetapi tidak
pecah. Masih ada 40% kemungkinan ibu dengan POP mengalami ovulasi.
- Mekanisme Kerja POP :
1. Lendir serviks pekat
2. Perkembangan endometrium terhambat
3. Ovulasi terhambat
4. Motilitas tuba terganggu, akan tetapi hal in masih diperlukan lebih
lanjut.
- Siklus menstrusi dengan POP :
Adanya penghambat ovulasi (40-50%) dan tidak terjadinya penebalan
endometrium (endometrium tipis) maka terjadi gangguan siklus mentruasi
diantara nya (penting untuk di berikan KIE) :
a. Irregular : 40%
b. Spotting/ Amenorrhea : 10 %
- Bagi naskes jika terjadi gangguan menstruasi pada penggunaan POP
jangan memberikan estrogen karena dapat mengganggu efektifitas POP.
Pada POP pil berjumlah 28-35 yang semua nya efektif tidak ada placebo.
- Inisiasi Pemakaian KB Hormon-Progestin-Pasca Persalinan
Gunakan The Rule Of 3 karena pada ibu hamil terdapat
gangguankoagulasi akan menurun pada minggu pertama minggu pasca
persalinan dan akan berangsur membaik pada minggu ke 4 pasca bersalin
sehingga tidak dianjurkan memberikan pil KB atau kontrasepsi hormonal
segera setelah persalinan. Pada awal pemakaian aturannya adalah sebagai
berikut :
1. Tanpa/Partial Laktasi : 3 minggu pasca persalinan
2. Laktasi penuh: 3 bulan pasca persalinan (PP)
3. Riwayat Abortus :
a. Pasca abortus < 12 minggu : Langsung diberikan
b. Pasca Abortus > 12 minggu : 3 minggu pasca abortus
- Cara Minum POP
1. Diminum Non Stop
2. Diminum tiap hari pada jam yang sama (Beda ≤3 jam)
Dibutuhkan waktu 4 jam dari waktu minumnya pil baru terjadi
pengentalan lender serviks, sedangkan pengentalan lender serviks
mulai menurun pada jam ke 22 dan pada jam ke 24 penetrasi telah
hilang, sehingga harus minum pil baru sebelum 3 jam
3. Bila minum :
a. > 3jam, harus dibantu kontrasepsi lain 48 jam
b. Lupa/gangguan usus (Absorbsi/diare)
- Pil segera diminum dan gunakan kontrasepsi lain minimal 2
hari
- ≥ 2 pil lupa dan tidak haid selama 4-6 minggu lakukan tes
kehamilan
- Beberapa hal terkait POP
1. Tidak mengganggu pertumbuhan bayi
2. Pop tidak menyebabkan hipertensi (penelitian 10 tahun
mengungkapkan POP tidak mempengaruhi tekanan darah dan berat
badan tetapi pada normotensi perlu dilakukan penggunaan setelah 2
tahun
3. Progestin tidak mengganggu koagulasi
4. Progestin tidak berhubungan dengan seksualitas
- Kesimpulan
Pada Kondisi pandemi diperlukan adanya penundaan kehamilan karena
akan diberlakukannya beberapa pembatasan interaksi secara langsung
diantara nya adalah social distancing, dan PSBB. Pembatasan tersebut
juga berlaku untuk pelayanan kesehatan maternal yang dikhawatirkan
apabila ibu hamil di pandemic covid-19 ini terbatas untuk melakukan
Antenatal Care sehingga kehamilannya tidak terpantau dengan baik yang
dapat mengakibatkan tingginya resiko menglami komplikasi pada
kehamilan. Maka dari itu kontrasepsi harus dilakukan, akan tetapi
memerlukan edukasi, logistic, dan distribusi untuk mencapai keberhasilan
kontrasepsi. POP merupakan solusi yang tepat untuk kontrasepsi saat
laktasi di era pendemi covid-19, karena minimalnya efek samping,
terjangkau atau murah dan mudah didapat, mekanisme kerja yang jelas,
dapat di gunakan secara mandiri tidak membutuhkan bantuan nakes dan
tidak perlu dating ke yankes (tetapi dibutuhkan KIE), serta efektif dan
efisien dimana tingkat kegagalannya rendah.
 Pembahas :
1. (Dr. dr. R. Soerjo Hadjono, Sp.OG (K)
Perlunya Edukasi ke masyarakat tentang penggunaan kontrasepsi
yang benar.Penggunaan kontrasepsi hormonal tetap menimbulkan efek
samping sehingga tetap dibutuhkan kontak dengan nakes, terutama
bagi akseptor baru.Masyarakat perlu diedukasi tentang MAL yang
ketat.
- Tanggapan Prof. dr. Samsulhadi, Sp.OG(K).
Akseptor laktasi dapat diambil sejak persalinan, data persalinan
dapat menskrining pasien harus menggunakan kb apa. Ibu Pasca
bersalin langsung dapat diedukasi nakes tentang POP. Penggunaan
POP dianggap efektif kerena efeksamping pada ibu minim
dibandingkan penggunaan esterogen.Rekomendasi POGI POP dapat di
beli bebas di apotek/ toko obat tanpa resep.
 Pertanyaan
1. Penyuluh KB : Bolehkan memberikan KIE tentang pil KB pada saat
memberikan KIE Kespro Remaja?
- Tanggapan Prof. dr. Samsulhadi, Sp.OG(K). : Pendapat pribadi : POP
tidak krn remaja tidak ada yang menyusui. Tetapi sek edukasi dini
perlu diberikan mulai dari tentang menstruasi, bagaimana kehamilan
terjadi dan bagaimana dasar-dasar kontrasepsi tetapi hanya dasar-
dasarnya saja.
2. Pertnyaan Bidan : Bagaimana membedakan spooting efek
menggunakan kb hormonal (POP) berapa hari batasannya?
- Tanggapan Prof. dr. Samsulhadi, Sp.OG(K). : untuk membedakannya
tanyakan apakah ibu lupa minum? Apakah ada diare?
Jika tidak lupa minum pil atau diare maka ini spooting : efeksamping
POP
Bagian III
1. Pemateri
dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) : Kepala BKKBN RI
2. Judul Materi
Strategi BKKBN Dalam Mengantisipasi Baby Boom Pasca Pandemi Covid-19
3. Inti Materi
Tren Nasional Covid-19, kondisi penularannya terus meningkat sejak
maret 2020 sampai sekarang. Salah satu dampak dari pandemi ini adalah
Program pelayanan KB seolah terabaikan dengan kondisi bencana.Saat ini
masyarakat tidak bisa mengakses layanan kontrasepsi di fasilitas kesehatan
jika tidak dalam kondisi darurat. Pada kondisi pelayanan yang normal, maka
jumlah kelahiran sebanyak 4,7 juta pada tahun 2020. Dengan adanya pandemi,
persoalan pada pelayanan maka potensi terjadinya kelahiran atau kehamilan
yang tidak diinginkan akan meningkat. Hasil pelayanan KB pada bulan
februari vs maret terjadi penurunan jumlah pelayanan KB secara Nasional dari
masing-masing jenis alat kontrasepsi.
a. Dampak Covid-19 terhadap program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan, dan Keluarga Berencana “Bangga Kencana” yaitu
penurunan peserta KB MKJP (keterbatasan akses dan adanya
kemungkinan perubahan pola/ ganti cara, penurunan aktivitas dalam
kelompok kegiatan (BKB, BKR, BKL, PIK R dan UPPKS), dan
penurunan mekanisme operasional di lini lapangan termasuk di kampung
KB (pertemuan pokja dan pemantauan oleh OPD-KB tidak bisa optimal).
Program Bangga Kencana ini untuk menyonsong bonus demografi,
dimana penduduk Indonesia lebih didominasi oleh generasi milenial.
“Pembangunan keluarga dan pembentukan KB tidak semata-mata
kelahiran dengan jumlah. Tapi dengan BanggaKencana memberikan
penekanan bahwa BKKBN memfokuskan kepada pembangunan
keluarga”,termasuk di dalamnya keluarga berkualitas, utuh, tahan,
harmonis. Cukup dua atau mungkin lebih dengan rencana. Ini harus
dipahami bahwa orientasi BKKBN adalah pembangunan keluarga.
Dampak lain kegiatan BKKBN adalah penyesuaian alokasi anggaran
dalam skema refocusing untuk penanganan Covid-19 sebesar 408,6 M,
pelayanan KB menurun (pelayanan KB, Baksos, Sosialisasi oleh PKB dan
Kader), penundaan pendataan 2020, work from home dengan data yang
terbatas.
b. Dampak covid-19 untuk mengakhiri kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk
keluarga berencana yaitu banyak klinik yang tidak siap menghadapi
pandemi dengan APD, banyak yang tutup karena menghindari Covid-19,
bisa jadi rantai pasok alat kontrasepsi terganggu, produksi alat kontrasepsi
terbatas dan pelatihan bagi provider berhenti dang anti cara metode jangka
pendek yang kegagalannya tinggi atau bahkan diskontinyu.
c. Upaya/ strategi BKKBN dalam mencegah dampak Covid-19 terhadap
program BKKBN yaitu pemberian penggunaan alat kontrasepsi jangka
pendek selama masa pandemi bagi akseptor aktif sehingga kondisi putus
pakai dapat diminimalisir, pendekatan oleh PLKB terhadap semua
akseptor baik PA maupun PB di wilayah binaannya (nama, NIK, alamat,
metode kontrasepsi) dan menggerakan secara aktif pola KIE
(mediadaring/media sosial) yang gencar untuk dapat memberikan
pemahaman terhadap pengendalian situasi calon akseptor untuk menjaga
kondisi reproduksi hingga tiba masa pelayanan, melakukan refocussing
dana penggerakan pelayanan KB MKJP untuk mendukung pemberian
APD, dan melaksanakan cegah putus pakai pemakaian kontrasepsi pada
masa pandemic Covid-19 “pelayanan serentak 1 juta aseptor di
HARGANAS”.
Di masa pandemi Covid-19 ini rentan terjadinya Kehamilan Tidak
Diinginkan (KTD) seperti unwanted pregnancy (kehamilan yang sama sekali
tidak diinginkan) dan mistimed pregnancy (kehamilan yang diinginkan
kemudian). Dampak yang terjadi pada KTD yaitu aborsi, meningkatkan risiko
kematian ibu dan anak, anemia pada ibu hamil, malnutrisi pada ibu hamil dan
janin (stunting), bayi lahir prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan
kurangnya kasih sayangdan pengasuhan karena anak tidak diinginkan.
Kebijakan yang dilakukan oleh Se Kepala BKKBN No. 8 tahun 2020 tentang
Pembinaan Kesertaan Ber-KB pada situasi Corona Virus Disease (Covid-19)
adalah :
 Kebijakan 1 : BKKBN (Pusat dan Provinsi) maupun DPPAPP DKI Jakarta
berkoordinasi dengan OPD bidang Dalduk dan KB Kab/ Kota dalam
melakukan pembinaan kesertaan ber-KB dan pencegahan putus pakai
melalui berbagai media terutama media daring.
 Kebijakan 2 : PKB/ PLKB bekerjasama dengan kader Institusi masyarakat
pedesaan melakukan analisis dari (R/1/PUS) untuk mengetahui jumlah dan
persebaran PUS yang memerlukan pelayanan KB yaitu suntik, pil, IUD
dan implant.
 Kebijakan 3 : PPB/ PLKB dapat mendistribusikan kontrasepsi ulangan pil
dan kondom di bawah supervise puskesmas/ Dokter/ Bidan setempat.
 Kebijakan 4 : PKB/ PLKB melakukan koordinasi dengan faskes terdekat
serta PMB dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan
KB, serta pembinaan kesertaan ber-KB termasuk KIE dan konseling
menggunakan media daring dan medsos atau kunjungan langsung dengan
memperhatikan jarak ideal.
 Kebijakan 5 : mengajak PMB (Bidan) berperan sebagai pengawas dan
pembina dalam hal distribusi alat kontrasepsi yang dilakukan oleh PKB/
PLKB.
Kesimpulan :
Ada berbagai peran yang dilakukan BKKBN dalam pandemic Covid-19
yaitu memastikan keberlangsungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi
selama masa krisis bencana seperti pelayanan KB bergerak dan kunjungan ke
PUS yang memerlukan kontrasepsi, menurunkan angka putus pakai alat obat
kontrasepsi sehingga mencegah Kehamilan Tidak Diinginkan dengan
mengoptimalkan peran PKB/ PLKB, dan penggerakan mobil unit penerangan
KB ke masyarakat untuk KIE pencegahan Covid-19.
Pelayanan KB yang dapat diberikan oleh BKKBN saat pandemic adalah
pada saat pelayanan Bidan/ Dokter memakai APD dan masker, menunda
pelayanan MOW dan MOP sementara diganti dengan kontrasepsi lainnya,
menerapkan physical distancing. Sedangkan penerima pelayanan (pasien)
harus membuat perjanjian sebelum mendatangi tempat praktek Bidan/ Dokter
dan memakai masker.

4. Diskusi
 Prof. dr. Samsulhadi, Sp.OG (K)
Saat ini PPDS Obgyn kepedulian mereka terhadap kontrasepsi masih
minimal.Pendidikan reproduksi pada remaja diberikan secara Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE).Tetapi KIE yang diberikan tersebut hanya
memberikan informasi saja, seharusnya konseling dan edukasi harus selalu
dilakukan untuk mengetahui seberapa paham ilmu tersebut telah
diberikan.KIE ini sering dianggap suatu hal yang sepele kenyataannya
dampak yang ditimbulkan sangat besar.
 Dr. dr. Mochammad Moerad, Sp.OG (K), M.M
Tidak hanya tentang kepedulian Nakes (dokter) terhadap kontrasepsi yang
minim tetapi kepedulian Nakes pada ibu-ibu untuk ikut dalam keluarga
berencana juga sangat minim.Hal ini sangat perlu di evaluasi mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Jika kita membicarakan “masyarakat”, maka secara
sosiologis dibagi 2 yaitu masyarakat desa dan kota. Bukan masalah
geografis akan tetapi hal ini berhubungan dengan pola pikir dari
pendidikan. Kesukses’an Keluarga Berencana (KB) secara langsung
melibatkan pejabat daerah yaitu Bupati, Dinas Kesehatan (RS, PKM, dan
PMB).Karena adanya kebijakan tentang jaminan kesehatan yang mana ibu
yang hamil dan melahirkan di gratiskan sehingga orang tua tidak berpikir
tentang KB. Sebaiknya bagi pelayanan KB di lapangan seperti Bidan di
berikan reward terstuktur sebagai bentuk penghargaan. Suksesnya KB
merupakan upaya untuk menurunkan AKI, dengan kata lain KB adalah
salah satu pilarpenting untuk kitamelangkah menurunkan AKI pada tahun
2030 yang angkanya mencapai 70 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
 Dr. dr. H. Leo Prawirodihardjo, Sp.OG (K), M.Kes, MM, MARS, PhD
Pelayanan sosial dasar bukan saja tentang pendidikan kesehatan tetapi KB
yang merupakan pelayanan dasar.Saat ini peminatan masyarakat untuk ber-
KB sangat menurun, padahal KB merupakan salah satu faktor mengatasi
kemiskinan.Informasi ini mungkin bisa disampaikan oleh BKKBN baik
secara ofline/ online.
 Prof. DR. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG (K), M.P.H
“Jargon” BKKBN adalah “Berencana itu keren”. Dari segi agama
“Berencana, berdoa dan yang menentukan ALLAH SWT”, dan akan di
tambahkan dengan “Follow Your Dream”. Kita sangat menghargai dan
mengupayakan agar anak-anak untuk selalu berencana, akan lebih baik jika
dari kecil sudah didik untuk merencanakan pendidikannya, kesehatannya
dll. Maka hal tersebut bisa terwujud dari salah satu Kementerian yaitu
Menteri Pendidikan. Saat pandemi Covid-19 angka kehamilan meningkat,
padahal masyarakat paham tetapi sangat sulit mendapatkan alat kontrasepsi,
apalagi jika alat kontrasepsi pil/ suntik untuk mendapatkannya harus di
validasi terlebih dulu oleh Dokter/ Bidan apakah alkon ini dapat di gunakan
sehingga tidak dapat dibeli sembarangan di apotik/ di aplikasi online.
 Perwakilan USAID
Pada masa Covid-19 kita masyarakat di minta untuk melakukan physical
distancingsehingga pelayanan yang diberikan berubah menjadi “Tele
Medicine/ Tele Health” yang telah di bahas oleh Menteri Kesehatan. Tetapi
hal ini tidak diberlakukan di beberapa daerah, pelayanan mash dilakukan
secara tatap muka tetapi tetap dengan prinsipphysical distancing, hygiene
dan perlengkapan APS yang sesuai standart. Bagaimana strategi/
implementasinya nanti untuk pelayanan KB, apakah saat ini BKKBN telah
menyusun SOP pelayanan KB dengan Tele Medicine, bagaimana
mekanismenya dan sudahkah dilakukan penge’test’an?
 dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)
 Sejak awal memang kita harus selalu merangkul masyarakat dal
melakukan pelayanan kesehatan. Konseling sangat penting, karena saat
kita memberikan suatu ilmu kita akan berharap masyarakat tersebut
paham, mindset akan berubah sehingga perilaku mereka dapat berubah
setelah itu dengan sendirinya tingkat kepedulian terhadap kesehatan akan
meningkat.
 Perhatian para Povider terhadap pelayanan KB berkurang. BKKBN
menemukan hasil yang kurang memuaskan yaitu masih banyak remaja
yang tidak mengetahui tentang KB, istilah BKKBN, manfaat KB dll.
Masyarakat yang menjadi perhatian khusus adalah kelompok pendiidkan
rendah, sosial ekonomi rendah dan daerah yang tertinggal. BKKBN
memang harus mempererat kerjasama dengan dinas-dinas pemerintahan
terkait. Karena anggaran dana untuk menggaji Nakes (Dokter/Bidan) dan
menggratiskan pasien KB (suntik dan pil) sudah ada.
 Pelayanan kontrasepsi merupakan pelayanan sosial dasar, BKKBN pusat
telah bekerja sama dengan Bupati dan walikota pada setiap daerah untuk
meningkatkan pelayanan kontrasepsi. Pada indeks pembangunan
keluarga ada yang perlu diperhatikan yaitu masalah kesehatan kaitannya
dengan angka harapan hidup, masalah ekonomi kaitannya dengan
pendapatan perkapita dan masalah sekolah/pendidikan kaitannya dengan
partisipan sekolah.
 Metode pendidikan secara online/ daring saat ini bisa dijadikan
alternative saat pandemi Covid-19.
 BKKBN sedang merintis Tele Medicineyang di bantu oleh Taiwan tetapi
saat ini telah dilakukan maping/ mendata Bidan/Dokter.
Bagian IV
1. Pemateri
dr. Wahdi Sirayudin, SpOG : Ketua P2PK Kota Metro, Lampung
2. Judul Materi
Pengalaman Implementasi Pelayanan KB pada Era Pandemi Covid di Metro
Lampung
3. Durasi
Menit ke 3:12:34-3:31:53, dilanjutkan diskusi menit ke 4:03:58 – 4:10:01
4. Inti Materi
Dokter Wahdi mengawali presentasi dengan menyajikan kondisi geografis
dan data demografis Kota Metro. Dengan luas wilayah 68,74 km2 dan jumlah
penduduk 169.570 orang, pelayanan kesehatan di kota ini berjalan ddengan
lancar. Fasilitas kesehatan (faskes) yang ada antara lain rumah sakit umum
maupun rujukan, puskesmas, serta klinik termasuk klinik keluarga berencana
(KKB) yang berjumlah 29 (11 pemerintah, 18 swasta).
Selanjutnya Dokter Wahdi menjelaskan mengenai data faskes KB dan
jejaring KB, serta SDM pemberi layanan KB yang terdiri dari bidan, dokter
SpOG, dan dokter umum.Kota ini juga memiliki 11 kampung keluarga
berencana yang mendukung pelayanan KB. Dokter Wahdi sebagai ketua
P2KB (Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan)
menginformasikan mengenai kegiatan pelatihan-pelatihan bagi tenaga
kesehatan yang mendukung program KB, seperti CTU. Minat untuk mengikuti
CTU menunjukkan peningkatan dari tahun 2018 dengan puncaknya di tahun
2019, namun tahun 2020 batal diadakan oleh karena pandemi Covid19.
Pandemi Covid mengakibatkan sejumlah daerah menerapkan PSPB,
namun tidak di Kota Metro.Pelayanan kesehatan termasuk KB masih dapat
berjalan lancar.Mengenai jumlah akseptor KB Baru, tidak berbeda secara
signifikan baik sebelum maupun pada masa pandemi ini.Metode suntik
menjadi yang terfavorit, diikuti dengan IUD sebagai kontrasepsi jangka
panjang.
Berdasarkan hasil evaluasi, pancapaian kontrasepsi di Metro rata-rata
sudah mencapai target, bahkan ada yang melebihi target.Promosi dan
monitoring KB di metro juga tersedia dalam bentuk aplikasi, sehingga mudah
diakses oleh masyarakat.Beliau menekankan kelancaran pelayanan KB
berhubungan dengan pencegahan masalah lainnya yakni baby boom. Upaya
untuk mencapai keberhasilan KB dengan harapan pada 2020 akan mencapai
target diantaranya Total Fertility Rate menjadi 2,24 dan menurunnya unmer
need dari 13 menjadi 12,30.
5. Diskusi
a. Prof., Dr., Samsulhadi, SpOG (K)
Secara singkat Prof. Samsulhasi menanggapi bahwa dokter SpOG, Bidan,
dan dokter umum merupakan garda terdepan dalam pelayanan KB bagi
masyarakat.
b. Dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K)
Dokter Hasto mengapresiasi kolaborasi antara Bidan dan Dokter yang
telah bekerja secara sinergis.Beliau berrharap sistem dan program padda
masa pandemic ini yang sudah berjalan dengan baik dapat berlanjut terus
setelah pandemi berakhir.
c. Dr. Ari Kusuma Januarto, SpOG (K)
Sependapat dengan tanggapan sebelumnya, dokter Ari mendukung
kolaborasi antar tenaga kesehatan khususnya bidan dan dokter dalam
pelayanan KB khususnya di Metro yang dapat menjadi contoh bagi
daerah-daerah lainnya di Indonesia.

6. Kesimpulan
Keberhasilan pelayanan KB sangat bergantung pada berbagai hal, seperti
demografi, geografis yang berkaitan dengan transportasi, sarana dan prasarana
yakni faskes yang memadai, serta yang paling penting tenaga kesehatan yang
kompeten dan profesional.Pada masa pandemi ini, kolaborasi yang baik
antarprofesi terkait KB yakni dokter dan bidan berhubungan dengan
kelancaran pelayanan KB.Terpenuhinya kebutuhan masyarakat khususnya KB
dapat mencegah terjadinya masalah yang mungkin terjadi yaitu baby boom.
Bagian V
1. Pemateri
Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes : Ketua Umum Pengurus Pusat IBI
2. Judul Materi
Implementasi Program KB oleh bidan di era Pandemi Covid-19 dalam
mengatasi Baby Boom
3. Durasi : menit ke 3.32.00 – 4.13.00
4. Inti Materi
Tugas dan wewenang bidan : Pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi, pelaksanaan tugas
berdasarkan pelimpahan kewenangan, pelaksanaan tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu. Tugas dan wewenang bidan dilakukan di tempat
praktik mandiri bidan dan atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
dilakukan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan serta mematuhi
kode etik, standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur
operasional.
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
pperempuan dan KB bidan berwenang :
1. Melakukan Komunikasi
2. Memberikan Informasi
3. Melakukan edukasi
4. Melakukan konseling
5. Memberikan pelayanan kontrasepsi
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tempat
memperoleh pelayanan KB yang tertinggi difasilitas pemerintah adalah
di Puskesmas sebesar 55,23% dan difasilitas swasta yaitu di Bidan
sebesar 35,3 %. Kontribusi Bidalam dalam memberikan pelayanan KB
sebesar 55,90%.
Di Indonesia 4% perempuan yang menikah mengalami kehamilan
memiliki riwayat keguguran, AKI masih Tinggi yaitu 305/100.000 KH,
Kematian ibu pada kehamilan < 20 minggu akibat aborsi/keguguran 7,2 %
dari 1.057 kasus. Keguguran juga berkontribusi terhadap angka morbiditas
sehingga memerlukan konseling dan dukungan psikososial yang
berkelanjutan.
Data tempat Praktek Mandiri bidan :
 Jumlah Tempat PMB 36.996
 Jumlah PMB murni 19.590
 Jumlah PMB + bekerja difaskes lain (PKM,RS) 17.406 ( Data PP
IBI,Jan 2020)
Sistem Pengawasan mutu PMB melalui standarisasi kualitas pelayanan
dengan penekanan pada kegiatan monitoring dan evaluasi serta kegiatan
pembinaan dan pelatihan yang rutin dan berkesinambungan (Continuity
Quality Improvement).
Peran Praktek Mandiri Bidan :
 Menyediakan tempat praktek terstandar
 Memberikan pelayanan KIA, KB, dan Kespro sesuai standar dan
ketentuan berlaku.
 Mencatat data pasien dan pelayanan yang diberikan serta
melaporkan ke puskesmas/BKKBN setempat setiap bulan
 Mencatat asuhan yang lengkap sebagai bukti pelayanan profesional
 Memberikan penyuluhan KIA&KB
 Memfasilitasi kelas Bumil dan ibu balita
 Melakukan kunjungan rumah jika diperlukan
 Melakukan skrining dan merujuk kasus-kasus beresiko
Rekomendasi pelayanan KIA & KB pada PMB selama masa pandemi
Covid-19 :
 Pastikan semua peralatan dan perlengkapan sudah di desinfeksi
 Semua pelayanan dilakukan dengan membuat janji terlebih dahulu
melalui telpon/WA
 Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, termasuk
informasi yang berkaitan dengan kewaspadaan penularan covid-19.
Jika diperlukan bidan dapat berkoordinasi dengan
RT/RT/Kades/Lurah setempat khususnya untuk informasi tentang
status ibu apaakah termasuk dalam isolasi mandiri (
ODP/PDP/Covid-19)
 Bidan menerapkan prosedur pencegahan covid-19 : cuci tangan
pakai sabun dengan air mengalir, jaga jarak minimal 1 meter,
semua pasien, pendampingan dan tim kesehatan menggunakan
masker
 Pastikan bidan dan tim yang bertugas selalu menggunakan APD
sesuai kebutuhan pelayanan, terapkan cara pemasangan dan
pelepasan APD yang benar
 Jika bidan tidak siap dengan APD sesuai kebutuhan dan tidak
memungkinkan untuk memberikan pelayanan, segera lakukan
kolaborasi dengan merujuk passien ke PKM/RS
 Lakukan skrining terhadap faktor resiko termasuk resiko infeksi
covid-19. Apabila ditemukan resiko segera merujuk ke PKM/RS
terdekat sesuai standar
 Pelayanan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, serta
KB pada masa pandemi covid-19 mengacu pada panduan dari
kemenkes, PB. POGI, PP. IDAI, dan PP IBI
Panduan pelayanan KB oleh Bidan pada mmasa Pandemi covid-19
 Jika tidak ada keluhan akseptor IUD/Implant dapat menunda untuk
kontrol kebidan
 Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, termasuk
informasi berkaitan dengan kewaspadaan penularan covid-19. Jika
diperlukan bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RT/Kades/Lurah
setempat khususnya untuk informasi tentang status ibu apaakah
termasuk dalam isolasi mandiri ( ODP/PDP/Covid-19)
 Bidan tetap memberikanpelayanan KB sesuai standar dan
menggunakan APD sesuai kebutuhan, Jika bidan tidak tersedia
APD sesuai kebutuhan segera lakukan kolaborasi dengan merujuk
passien ke PKM/RS
 Untuk kunjungan ulang akseptor KB suntuik/Pil membuat janji
dahulu melalui telpon/WA, jika tidak memungkinkan mendapatkan
pelayanan, untuk semntara ibu diminta menggunaan
kondom/pantang berkala/senggama terputus
 Akseptor, pendamping dan semua tim kesehatan yang bertugas
menggunakan masker dan tetap menerapkan prosedur pencegahan
covid-19
 Konsultasi KB, penyuluhan dan konseling dilakukan secara
online/melalui telpon/WA
Prinsip penyelenggaraan pelayan KB pada masa pandemi covid-19 :
1. Pra Pelayanan : Penyuluhan dan pemberian informasi yang lebih
detail, melakukanpenapisan kondisi kesehatan klien-diagram lingkaran
kriteria kelayakan medis
2. Pelaksanaan pelayanan kontrasepsi (Suntik,pil,implant,IUD
interval/pasca persalinan,dll)
Harus didahului konseling dan Informed consent, konseling mencakup
pemberian kIE lengkap, Penapisan kondisi kesehatan, keputusan
metode kontrasepssi tetap ada pada klien
3. Pasca pelayanan : dilakukan emantauan melalui konsultasi lewat
telpon/WA kecuali ada keluhan dapat datang ke PMB dengan
membuat janji terlebih dahulu
Peran Bidan sangat menentukan keberhasilan program KB, termasuk: 1)
pendidikan dan konseling kesehatan reproduksi pada remaja dan calon
pengantin, 2) konseling dan pelayanan KB pada PUS, 3) promosi KB
pasca persalinan pada bumil, 4) pelayanan KB pasca persalinan pada ibu
bersalin dan nifas 5) pelayanan KB interval.
Alat Bantu Pengambil Keputusan ( ABPK ): Membantu pengambil
keputusan metode KB, Membantu pemecahan masalah penggunaan KB,
Sebagai alat bantu pelatihan tenaga kesehatan, Sebagai sumber referensi
(BKKBN, 2011)
Strategi Konseling Berimbang KB ( SKB KB ) : Metode SKB berorientasi
pada keputusan klien, meningkatkan interaksi antara Konselor dan klien
(client-provider interaction)
Alat Bantu Metode SKB KB :
 Diagram bantu Konseling SKB KB, untuk membantu keputusan
(Diagram Lingkaran Kriteria Kelayakan Medis)
 Kartu konseling SKB KB yang berisikan informasi dasar dan
metode KB
 Brosur metode KB yang berisi infomasi lengkap untuk setiap
metode
- Pandemi covid-19 & pelayanan KIA & KB
Dampak pandemi covid-19 terhadap upaya penurunan AKI & AKB:
1. Berkurangnya ketersediaan layanan KIA&KB
2. Berkurangnya akses terhadap layanan KIA&KB
3. Kurangnya pelayanan yang tepat, sesuai kebutuhan dan komprehensif
4. Meningkatnya resiko infeksi pada tenaga kesehatan
Pada saat wabah Ebola di Afrika Barat (2014-2016), Penggunaan
layanan kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi sangat menurun sehingga
kematian ibu dan bayi baru lahir yang secara tidak langsung disebabkan
oleh epidemi lebih banyak dari pada kematian yang langsung disebabkan
oleh infeksi Ebola itu sendiri.
Sebuah studi yang didukung oleh program Health Policy+
memperkirakan peningkatan angka kematian ibu dan bayi baru lahir secara
total di India, Indonesia, Nigeria dan Pakistan sampai 31% bila gangguan
layanan KIA tidak tertangani dengan efektif.
- Saran :
 Dalam masa pandemi Covid-19 perlu dikembangkan pelayanan
KIA, Kespro dan KB di shelter / pusat2 isolasi mandiri
 Menjaga suplay Alokon dan dukungan APD secara terus menerus
 Mengembangkan aplikasi sistim informasi yg menjembatani
komunikasi antar fasyankes, antar provider kesehatan, maupun
antara provider kesehatan dengan pasien.
 Mengembangkan media penyuluhan, KIE tentang Kespro & KB
secara Digital.
Komitmen IBI dalam mendukung dan memfasilitasi anggota dalam
keberlanjutan pelayanan kebidanan diera pandemi covid-19 :
1. Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan PD & PC secara berkala
dengan virtual meeting.
2. Mengupayakan bantuan bagi bidan untuk keberlangsungan pelayanan
KIA & KB
3. Melakukan advokasi kepada berbagai stakeholders untuk memperoleh
dukungan dan bantuan bagi anggota IBI
4. Mendukung peningkatan pengetahuan dan kapasitas anggota melalui
webinar / modul – modul on-line
5. Mendistribusikan panduan / pendoman pencegahan dan pelayanan
KIA&KB pada situasi pandemi covid -19
6. Mengidentifikasi PMB yang tutup
- Usulan – usulan :
1. Prof. Dr. Dr. Samsulhadi : PLKB, Bidan, Dokter umum, merupakan
front terdepan karena syarat pemakaian, indikasi, kontra indikasi, efek
samping, cara pemakaian banyak menjadi kendala. dr. Hasto dari
BKKBN telah banyak memfasilitasi dan cukup baik.
2. Dr. Hasto wardoyo, Sp.OG (K) : Teman-teman Bidan dan dokter dapat
berkolaborasi tidak hanya saat pandemi tetapi hal-hal positif yang
dilakukan saat pandemi dapat dilanjutkan.
3. Dr. Ari Kusuma Januarto, Sp.OG(K) :
 Apresiasi dr. Hasto yang telah melakukan revolusi di BKKBN
 Usulan kepada BPJS untuk persalinan anak > 3 tidak ditanggung,
namun dianggap melanggar Undang-undang tentang kesejahteraan
untuk semua masyarakat
 Kepada seluruh anggota POGI, Bidan, dokter Umum, mari
mendukung program-program dari BKKBN, advokasi Pemda tempat
tinggal masing-masing untuk peduli terhadap program KB dari
BKKBN.

Anda mungkin juga menyukai