Anda di halaman 1dari 60

KARYA TULIS ILMIAH

PERAN ORANG TUA DALAM PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT PADA ANAK USIA DINI MASA PANDEMI COVID – 19

DI DESA JOMBANGAN KECAMATAN PARE

KABUPATEN KEDIRI

Oleh :

DIAH AYU WAHYU RAHMADANTI


NIM :201803018

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar belakang

Introduction

Menjaga kesehatan pada anak sangatlah penting di terapkan sejak dini

yaitu khususnya pada anak - anak usia dini hal ini penting karena pada anak - anak

seusia ini rawan sekali terkena penyakit karena daya tahan tubuh anak usia dini

belum sekuat orang dewasa pada umumnya. (Mardhiati 2019: 20).

Selain itu anak-anak biasanya sering memasukkan tangan kedalam mulut

mereka, benda apapun yang ia pegang. kemudian mereka mencoba untuk

memakan, sehingga tidak tahu benda itu kotor apa tidak mereka tidak mengetahui,

hal itu yang menjadi bahaya ketika anak-anak tidak di ajarkan dan dibiasakan

hidup bersih. (Aulina 2018).

Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan

perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.

Pembelajaran yang dilakukan bertujuan menjadikan anak - anak mampu

menolong diri sendiri di bidang kesehatan (Kemenkes, 2011:7).

Selain itu pola tersebut (PHBS) dapat memotivasi anak - anak untuk

berperan penting dalam mewujudkan kesehatan kebugaran (jasmani) atau

kesehatan tubuhnya, guna terwujudnya hal tersebut maka di laksanakan

pengembangan sistem kesehatan yang baik. salah satu yang menjadi sasaran

pengembangan lingkungan kesehatan tidak lain adalah sekolah dan di lingkungan

rumah tangga, karena lingkungan rumah tangga merupakan tempat yang


memberikan edukasi anak - anak serta sebagai pengembangan sistem kesehatan

lingkungan sosial akan membentuk perilaku sehat pada anak.

Untuk pembentukan suatu perilaku sehat anak di perlukan adanya peran

orang tua dalam membimbing dan mengajarkan anak. Dan orang tua memiliki

peran memastikan lingkungan rumah dan anak - anaknya dalam keadaan bersih

dan sehat. Selain itu, orang tua juga harus mampu membentuk perilaku hidup

bersih dan sehat pada anaknya. (Pratama Widya , 2020).

Terutama pada masa pandemi ini mengajarkan perilaku hidup bersih dan

sehat sangatlah penting di ajarkan pada anak guna mengantisipasi penularan virus

Covid – 19 oleh karena itu orang tua sangat berperan sekali terhadap penerapan

perilaku hidup bersih dan sehat, apalagi jika di liat dari fenomena yang telah

terjadi di lapangan saat ini yaitu masih banyaknya anak - anak yang beraktivitas

dan bermain dengan tidak memperhatikan kebersihan serta tanpa memperhatikan

resiko penularan penyakit yang timbul dari akibat perilaku yang tidak sehat

tersebut.

Menurut BKKBN, mengatakan bahwa peran orang tua yaitu sebagai

pendidik, sebagai panutan, pendamping, konselor dan komunikator. Peran orang

tua yang penting adalah menjadi manajer yang efektif yaitu orang tua yang dapat

memberikan informasi, membantu menyusun pilihan - pilihan dan memberikan

bimbingan kepada anak. (Sujarwati, 2015)

Sedangkan menurut (Tori, 2016) yang mengatakan bahwa peran orang tua

juga sebagai pendidik, motivator, role model dan fasilitator. dan di harapkan

kedua orang tua dapat melaksanakan peran - peran tesebut dengan baik sehingga

kebiasaan seorang anak akan menjadi lebih baik juga.


Dari hal tersebut dapat di simpulkan bahwa, peran orang tua sangat

penting yaitu sebagai panutan (role model) bagi anak, dan dalam hal ini orang tua

perlu mengajarkan hal positif pada anak, salah satunya dengan menerapkan

perilaku hidup bersih dan sehat pada anak. terutama pada anak usia dini.

Orang tua memiliki peran menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat

dalam hal membiasakan anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,

memotong kuku, menyikat gigi sebelum tidur, membuang sampah pada

tempatnya serta mengajarkan toilet training (Pratama widya, 2020).

Orang tua juga berperan aktif dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan

sehat pada anak karena orang tua merupakan orang pertama yang dilihat dalam

lingkungan anak, dimana perilaku dan perbuatan orang tua selalu dicontoh dan

menjadi role model bagi anak. (Novi et al 2016).

justifikasi.

Golden Age (Usia keemasan) merupakan masa dimana suatu tahap

perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni

mencapai 80% pada perkembangan otak. Di masa usia dini kemampuan memori

otak mencapai tingkat maksimal. Sehingga stimulasi perkembangan dilakukan

keluarga setiap saat dalam suasana menyenangkan, dan pemantauan (deteksi)

perkembangan dilakukan keluarga setiap bulan sesuai umur anak, informasi yang

terdapat pada Buku KIA. Bahwa tools pemantauan perkembangan anak dalam

Buku KIA tersedia dalam rentang umur 0 - 3 bulan, 3 - 6 bulan, 6 -12 bulan, 1 - 2

tahun, 2 - 3 tahun, 3 - 5 tahun dan 5 - 6 tahun ( Kemenkes, 2020). Oleh karena itu

di masa perkembangan anak dengan se-usia ini orang tua punya peranan penting
dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia dini apalagi

pada masa pandemi Covid – 19 yang terjadi saat ini.

Banyaknya kasus positif covid – 19 pada anak yang terdapat dari data

seacara nasional yaitu pravelensi anak dengan usia 0 – 5 tahun sebanyak 2,2 %

telah terkonfirmasi positif covid – 19 dari total kasus tersebut atau sekitar 525

orang dari 23,851 ribu jiwa.

Sedangkan angka kematian yang di dapat dari data secara nasional yaitu

dengan pravelensi pada anak usia 0 – 5 tahun mencapai 12 kematian atau 0,8 %

persen dari total kematian 1.437 ribu kematian, serta anak usia 6 – 17 tahun

dengan pravelensi 0,6 persen (9 kematian), kemudian kasus yang terdapat pada

daerah jawa timur dengan pravelensi 1, 7 % (70) dan pada anak dengan usia

6 – 17 tahun mencapai 5, 2 %. dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

covid – 19 tidak hanya menyerang lansia dan orang dewasa saja tetapi juga dapat

menyerang pada anak – anak.

Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa, dari kejadian tersebut

perlu adanya peran orang tua dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

guna mengurangi pravelensi persebaran penularan covid- 19 pada anak.

Kronologis

Menurut BKKBN, mengatakan bahwa peran orang tua yaitu sebagai

pendidik, sebagai panutan, pendamping, konselor dan komunikator. Peran orang

tua yang penting adalah menjadi manajer yang efektif yaitu orang tua yang dapat

memberikan informasi, membantu menyusun pilihan-pilihan dan memberikan

bimbingan kepada anak. (Sujarwati, 2015).


Peran orang tua juga sebagai pendidik, motivator, role model dan

fasilitator. dan diharapkan kedua orang tua dapat melaksanakan peran - peran ini

dengan baik sehingga kebiasaan seorang anak akan menjadi lebih baik

(Tori. 2016)

Kondisi Pandemi Covid-19 mewujudkan kesadaran orang tua untuk

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai rutinitas bahkan menjadi

suatu keharusan. Bagaimana tidak, ancaman penyebaran Covid-19 yang sangat

mudah meluas. Sehingga di masa pandemi ini peran orang tua sangat diperlukan

bahkan sudah menjadi keharusan bagi orang tua untuk menerapkan Perilaku hidup

bersih dan sehat pada anak khususnya anak usia dini.

Kondisi kedaruratan kesehatan seperti yang terjadi saat ini akan menjadi

risiko kerentanan kesehatan global di masa depan (Bello, 2020). Virus covid - 19

yang mewabah di Indonesia menyebabkan perlunya upaya pencegahan salah

satunya dengan penerapan PHBS di lingkungan masyarakat khususnya di

lingkungan rumah tangga.

Upaya PHBS jika tidak dilakukan oleh masing-masing keluarga dan

anggota keluarganya akan menjadi factor risiko untuk timbulnya penyakit, baik

infeksi atau penyakit tidak menular. Namun, jika upaya PHBS dilaksanakan

dengan baik, maka upaya ini akan menjadi upaya yang efektif untuk mencegah

penyakit menular seperti penyakit akibat dampak perubahan iklim. Dapat

dikatakan bahwa upaya PHBS dapat menjadi determinan penyakit dan juga

pencegahan penyakit (Ardini S ,2020).


Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya penerapan PHBS di

anggota keluarga sangat penting sekali dan apabila upaya PHBS tidak

dilaksanakan dengan baik akan menyebabkan timbulnya suatu penyakit.

Terutama saat ini sedang musim pandemi Covid – 19 yang

mengaharuskan masyarakat ‘untuk menerapkan upaya PHBS khususnya di

lingkungan keluraga dan jika apabila PHBS tidak laksanakan dimasa pandemi

covid ini maka hal tersebut dapat berisiko menularkan virus covid – 19.

Tentunya hal tersebut dapat mengganggu kesehatan anak . Oleh sebab itu

peran orang tua diperlukan untuk mengajarkan pada anak tentang perilaku hidup

bersih dan sehat pada anak guna untuk mencegah penularan virus Covid- 19 pada

anak.

Dampak masalah yang muncul apabila PHBS tidak diterapkan dengan

baik adalah akan berdampak timbulnya penyakit menular dan tidak menular.

Meskin penerapannya sederhana namun, masih banyak para orang tua yang

mengabaikan penerapan PHBS di dalam lingkungan rumah tangga (ahmad, 2018)

solusi

Orang tua dituntut untuk bisa menjaga kesehatan anak selama masa

pandemic corana ini sehingga anak dalam kondisi yang sehat.Cara yang bisa

dilakukan oleh orang tua dalam menjaga kesehatan anak adalah dengan

pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah. Pengalaman

orang tua dalam mengikuti kegiatan-kegiatan parenting di sekolah sudah harus

diterapkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi dan kesehatan anak selama masa

pendemi corona ini.


Selain itu orang tua dapat melibatkan anak usia dini dalam kegiatan -

kegiatan terkait dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan seperti membereskan

mainan, menyapu rumah, mengepel rumah, menyapu halaman, dan lain-lain

(Apriliana Kuntoro Astuti, 2016).

Selain itu upaya pencegahan covid - 19 anak - anak dapat di berikan

contoh dan di ajarkan untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun di air

yang mengalir atau menggunakan hand sanitizer, membuang sampah pada

tempatnya, menggosok gigi bersama, pemberian makanan tambahan, pemeriksaan

kesehatan secara berkala, menjaga lingkungan dan olah raga yang meliputi,

senam, renang dan jalan sehat. Hal ini penting diterapkan pada anak usia dini

sebagai edukasi terkait dengan kesehatan serta pencegahan virus covid – 19 sejak

dini (Ahmad tabi’in 2020)

konklusi

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengambil penilitian

yang berjudul“ PERAN ORANG TUA DALAM PENERAPAN PERILAKU

HIDUP DAN BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA DINI MASA

PANDEMI COVID – 19 DI DESA JOMBANGAN KECAMATAN PARE

KABUPATEN KEDIRI

1.2 Rumusan masalah

Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan

perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran.Pembelajaran yang dilakukan bertujuan menjadikan anak-anak

mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan penelitiannya adalah


“ Bagaimana Pentingnya Peran Orangtua dalam Penerapan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat Pada Anak Usia Dini Masa Pandemi Covid – 19 di Desa Jombangan

Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pentingnya peran orang tua dalam menerapkan perilaku

hidup bersih dan sehat pada anak usia dini saat masa pandemi di desa jombangan

kecamatan pare , kabupaten kediri.

1.4 Manfaat

1.4. 1 Bagi Peniliti

Peniliti dapat menambah informasi tentang penerapan perilaku

hidup bersih dan sehat pada anak usia dini .

1.4.2 Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

wawasan orangtua dalam penerepan perilaku hidup bersih dan sehat pada

anak usia dini.

1.4.3 Bagi institusi pendidikan

Dapat menjadi dokumentasi ilmiah mengembangkan pendidikan

dan menamabah referensi

1.4.4 Bagi tempat penelitian

Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi penduduk desa

khusus nya bagi orang tua dan sebagai acuan untuk sarana pendidikan

orang tua dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat khususnya di

anak usia dini .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

2.1.1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam

melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena

adanya nilai yang diyakini.Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan

atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh

interaksi manusia dengan lingungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap, dan tindakan.Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan

sebagai respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek

tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif

dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif

yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung (Triwibowo,2015)

2.1.2. Pengertian Perilaku Sehat

Menurut World Health Organization (WHO) sehat keadaan sempurna

meliputi sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan spiritual.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, sehat adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara

sosial dan ekonomi. Secara luas sehat berarti suatu keadaan dinamis di mana

individu dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internal (seperti

psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan lingkungan eksternal (seperti


lingkungan fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya

(Saam & Wahyuni, 2012).

Menurut Lukaningsing (2011) pada kesehatan fisik seringkali dipengaruhi

oleh pikiran atau non-fisik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sehat secara fisik

maka non-fisik harus mendukung.Dengan demikian sehat adalah kesejahteraan

individu meliputi fisik, psikis, sosial dan spiritual.

Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang

berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari penyakit dan mencegah atau

menghindari penyebab datangnya penyakit ataumasalah kesehatan (preventif),

sertaperilaku dalam mengupayakan, mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan (promotif). Berbeda dengan perilaku sakit yangmencakup respon

individu terhadap sakit dan penyakit. Perilaku sehat merupakan perilaku preventif

dan promotif.

Menurut Becker (dalam Marmi & Margiyati, 2013) perilaku sehat adalah

perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku tersebut mencakup;

menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras

dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup

lain yang positif bagi kesehatan.

Menurut Marmi & Margiyati (2013) perilaku sehat adalah tindakan yang

dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya, termasuk

pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui

olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang
merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul - betul

sehat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, perilaku sehat adalah

perilaku individu yang berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari

penyakit danpenyebab masalah kesehatan (preventif), dan perilaku dalam

mengupayakan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan (promotif).

Perilaku kesehatan tersebut mencakup, makan dengan menu seimbang, olahraga

teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup,

mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi

kesehatan, misalnya menjaga kebersihan lingkungan.

2.1.3. Definisi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadapstimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,sistem

pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Luthviatin,

2012):

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), adalah perilaku

atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan

agar tidaksakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab

itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek:

a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila

sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakit.
b) Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan

sehat

c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

2. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior), adalah upaya

atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.

Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari

pengobatan keluar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan, adalah upaya seseorang merespons

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dapat

disimpulkan bahwa perilaku kesehatan lingkungan adalah upaya-upaya

yang dilakukan seseorang dalam mengelola lingkungannya sehingga

telahmenyebabkan sakit baik bagi dirinya sendiri ataupun anggota

keluarga yanglain serta masyarakat sekitar. Misalnya, bagaimana

mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah,

pembuangan limbah dan sebagainya.

2.1.4. Pengertian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara umum merupakan

perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya ataukegiatan seseorang untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Menurut Lily S. Sulistyowati

(2011:7) perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri


(mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat.

Sedangkan menurut Atikah Proverawati & Eni Rahmawati (2012: 2),

perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang

senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.

Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota

keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan

dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

Lebih lanjut Atikah Proverawati & Eni Rahmawati (2012: 29),

menjelaskan bahwa pola hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan

memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain

makanan dan olahraga.

Menurut Ahmad Kholid (2012: 29) Perilaku hidup bersih dan sehat adalah

suatu respon seseorang (organism) terhadap stimulus obyek yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman,

serta lingkungan. Definisi lain menyebutkan bahwa PHBS adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga

dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan Kesehatan di masyarakat. (Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes

RI, 2016). Mencegah lebih baik dari pada mengobati, prinsip kesehatan inilah

dasar dari pelaksanaan PHBS. Kegiatan PHBS tidak dapat terlaksana apabila

tidak adakesadaran dari seluruh anggota keluarga itu sendiri. Pola hidup bersih

dan sehat harus diterapkansedini mungkin agar menjadi kebiasaan positif dalam

memelihara kesehatan(Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati,2012).


Keluarga yang melaksanakan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

maka setiap rumah tangga akan meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten atau

Kota di bidang kesehatan adalah pelaksanaan PHBS. PHBS juga bermanfaat

untuk meningkatkan citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan, sehingga

dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat dan bagi daerah lain (Atikah

Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012).

2.1.5. Ruang Lingkup PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Ruang lingkup merupakan batasan banyaknya subjek yang tercakup dalam

sebuah masalah. Berikut ini ad adalah Ruang lingkup menurut (Atikah

Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012). Sekumpulan kegiatan perilaku seseorang

dalam kegiatan sehari-hari dengan pedoman perilaku hidup bersih sehat meliputi

lima ruang lingkup yaitu :

A. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya

untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan di masyarakat.

1. Di dalam Rumah tangga Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ada 10

PHBS yaitu :

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

b. Memberi ASI ekslusif

c. Menimbang balita setiap bulan

d. Menggunakan air bersih


e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

f. Menggunakan jamban sehat

g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

h. Makan buah dan sayur setiap hari

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

j. Tidak merokok di dalam rumah

2. Sasaran Perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) di Rumah Tangga adalah

seluruh anggota keluarga yaitu:

a. Pasangan Usia Subur

b. Ibu Hamil dan Menyusui

c. Anak dan Remaja ini yng kita teliti

d. Usia Lanjut

e. Pengasuh Anak

3. Manfaat Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

a). Bagi Rumah Tangga :

1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.

2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.

3) Anggota keluarga giat bekerja.

4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi

gizi keluarga, pendidikan modal usaha untuk menambah

pendapatan keluarga.

b) Bagi Masyarakat :

1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.


2. .Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-

masalah kesehatan.

3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan

Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu

bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Kesehatan

Institusi Kesehatan adalah sarana yangtelahdiselenggarakan

pemerintah swasta atau perorangan untuk kegiatan pelayanan kesehatan

bagi kesehatan masyarakat seperti rumah sakit, Puskesmas dan Klinik

Swasta.

Menurut (Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012) PHBS di

Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,

masyarakat pengujung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk

mempraktikan Perilaku Hidup Besih dan Sehat dan berperan aktif dalam

mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit

di Institusi Kesehatan.

1) Ada beberapa faktor ukuran untuk menilai PHBS di Institusi Kesehatan

yaitu :

a. Menggunakan air bersih.

b. Menggunakan jamban.

c. Membuang sampah pada tempatnya.

d. Tidak merokok di institusi kesehatan.


e. Tidak meludah sembarangan

f. Memberantas nyamuk

2) Tujuan PHBS di Institusi Kesehatan:

a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di Institusi

Kesehatan.

b. Mencegah terjadinya penularan penyakit Institusi Kesehatan.

c. Menciptakan Institusi Kesehatan yang sehat.

d. Sasaran PHBS di Institusi Kesehatan

e. Pasien.

f. Keluarga pasien.

g. Pengunjung.

h. Petugas kesehatan di institusi kesehatan

i. Karyawan di Institusi Kesehatan.

3) Manfaat PHBS di Institusi Kesehatan bagi Pasien/Keluarga

Pasien/Pengunjung :

a. Memperoleh pelayanan kesehatan di institusi kesehatan.

b. Kesehatan yang sehat.

c. Terhindar dari penularan penyakit.

d. Mempercepat proses penyembuhan penyakit dan peningkatan

kesehatan pasien.

4) Manfaat bagi institusi kesehatan :

a. Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan.


b. Meningkatkan citra institusi kesehatan yang baik sabagai tempat

untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan

bagi masyarakat.

5) Manfaat bagi pemerintah daerah :

a. Peningkatan presentase institusi kesehatan sehat menunjukkan kinerja

dan citra Pemerintah Kabupaten/Kota yang baik.

b. Kabupaten/Kota dapat dijadikan pnusat pembelajaran bagi daerah

lain yang dalam pembinaan PHBS di institusi kesehatan

C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat-tempat Umum.

Menurut (Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012) Penularan

penyakitdapatterjadi di tempat-tempat umum karena kurang tersedianya

airbersih dan jamban, kurang baiknnya pengelolaan sampah dan air limbah,

kepadatan vector berupa lalat dan nyamuk, kurangnya ventilasi dan

pencahayaan, kebisingan dan lain-lain. Tempat-tempat umum yang tidak sehat

dapat menimbulkan berbagai penyakit, yang selanjutnya dapat menurunkan

kualitas sumber daya manusia.

Menurut (Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012) PHBS

ditempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat

pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, kamu dan mampu

untuk mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-

tempat umum sehat. Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselengarakan

oleh pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi

masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana

perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosisal lainnya.


1) Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai

PHBS di tempat-tempat umum yaitu :

a. Menggunakan air bersih.

b. Menggunakan jamban.

c. Membuang sampah pada tempatnya.

d. Tidak merokok di tempat umum.

e. Tidak meludah sembarangan.

f. Memberantas jentik nyamuk.

2) Sasaran PHBS di Tempat-tempat Umum

a. Masyarakat pengunjung/pembeli

b. Pedagang

c. Petugas Kebersihan, Keamanan Pasar

d. Konsumen

e. Pengelola (Pramusaji)

f. Jamaah

g. Pemeliharaan /pengelola tempat ibadah

h. Remaja Tempat Ibadah

i. Penumpang

j. Awak Angkutan Umum

k. Pengelola Angkutan Umum

3) Manfaat PHBS di tempat-tempat umum bagi masyarakat :

a) Masyarakat mampu lebih sehat dan tidakmudah sakit.


b) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, serta

mampu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang

dihadapi.

4) Manfaat PHBS di tempat-tempat umum bagi tempat umum :

a) Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebih

bersih, indah dansehat, sehingga meningkatkan citra tempat

umum.

b) Meningkatkan pendapatan bagi tempat-tempat umum sebagai

akibat dari meningkatnya kunjungan pengguna tempat umum.

5) Manfaat PHBS di tempat-tempat umum bagi pemerintah

Kabupaten/Kota:

a) Peningkatan presentase tempat umu sehat menunjukkan kinerja

dan citra pemerintah kabupaten/kota yang baik.

b) Kabupaten/kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah

lain dalam membina PHBS di tempat-tempat umum

D. Perilaku Hidup Bersihdan Sehat (PHBS) di Sekolah

PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan

oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu

mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat.

Menurut (Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012) PHBS

disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar mengetahui, mau dan mampu


mempraktikkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah

sehat.

A. Indikator PHBS di Sekolah :

a) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan

sabun.

b) Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.

c) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.

d) Olahraga yang teratur dan terukur.

e) Memberantas jentik nyamuk.

f) Memberantas jentik nyamuk.

g) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6

bulan.

h) Membuang sampah pada tempatnya

B. Sasaran pembinaan PHBS di sekolah :

a) Siswa.

b) Warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah,

komite sekolah dan orang tua siswa).

c) Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dan

lain-lain).

C. Manfaat pembinaan PHBS di sekolah :

a) Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru

dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai

gangguandan ancaman penyakt.


b) Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang

berdampak pada prestasi belajar siswa.

c) Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat

sehingga mampu menarik minat orang tua.

d) Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan

e) Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja

Banyaknya industri kecil dan jenis usaha sector informal serta

jumlah tenaga kerja yang terserap, memerlukan perhatian serta

penanganan kesehatan dan keselamatan kerjayang baik sehingga terhindar

dari gangguan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja,yang pada

akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja

Menurut (Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012) PHBS di

Tempat Kerja adalah Upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tau,

mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta

berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. `

1) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tempat kerja antar lain :

a. Tidak merokok di tempat kerja.

b. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.

c. Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik.

d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan

dan sesudah baung air besar dan buang air kecil.

e. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.


f. Menggunakan air bersih.g)Menggunakan jamban saat buang air

kecil dan besar.

g. Mabuang sampah pada tempatnya.

h. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis

pekerjaan.

2) Tujuan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja

a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat

kerja.

b. Meningkatkan produktivitas kerja.

c. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

d. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.

e. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja

dan masyarakat.

3) Manfaat PHBS di tempat kerja bagi pekerja :

a. Setiap pekerja meningkat kesehatannya dam tidak mudah sakit.

b. Produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada

peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga.

c. Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditunjukkan untuk

peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.

4) Bagi masyarakat :

a. Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di

sekitar tempat kerja.

b. Dapat mencontoh perilaku hidup besih dan sehat yang diterapkan

oleh tempatkerja setempat


5) Bagi tempat kerja :

a. Meningkatnyaproduktivitas kerja pekerja yang berdampak positif

terhadap pencampaian target dan tujuan.

b. Menurunkan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan.

c. Meningkatkan citra tempat kerja yang positif.

6) Bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota :

a) Peningkatan tempat kerja sehat menunjukkan kinerja dan citra

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik.

b) Anggaran pendapatan dan belanja daerah dapat dialihkan untuk

peningkatan kesehatan bukan untuk menanggulangi masalah

kesehatan.

c) Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam

pembinaan PHBS di rumah tangga.

d) Instansi terkait

e) Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di

tempat kerja.

f) Dukungan buku panduan dan media promosi.

2.2 Konsep Orang Tua

2.2.1 Pengertian Orang Tua

Orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “Orang tua

artinya ayah dan ibu. Banyak beberapa pendapat dari para ahli yang

mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami

dalam Zaldy Munir (2010) bahwa “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat
dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah

dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya” dalam kutipan Hendri (2019).

Menurut (Suparyanto 2011) yang mendefinisikan “Orang tua adalah

komponen keluarga yang terdiri dari dua jenis individu yang terikat dengan

hubungan sah sehingga membentuk suatu keluarga” .

Orang tua merupakan pendidik utama di dalam suatu keluarga. orang tua

yang terdiri dari ayah dan ibu. Ayah merupakan orang yang berperan sebagai

kepala keluarga, dalam keluarga ayah yang bertugas mengatur dan mengayomi

keluarga.Ayah mempunyai pengaruh besar dalam membimbing dan mendidik

anaknya. Bagi sang anak ayah adalah sosok yang paling di kagumi dan dihormati

dalam anggota keluarga, karena ayah mempunyai kedudukan paling tinggi di

dalam keluarga. Oleh karena itu ayah diharapkan dapat memberikan contoh yang

baik,seperti contoh perilaku ayah yang pekerja keras dalam mengejarkan

perkerjaan sehari – harinya, dalam hal ini ayah dapat menjadi panutan bagi anak

dalam melakukan suatu perkerjaan. Sedangkan ibu yang selalu berada di samping

anaknya dari lahir hingga anak dewasa. ibu merupakan orang yang paling terdekat

dengan Sang anak, oleh karena itu anak sering meniru perilaku ibunya, dalam hal

ini ibu juga sangat berperan besar dalam mendidik dan membimbing anaknya

untuk menuju proses kedewasaan anak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang

tua mempunyai peran penting dalam upaya mengembangkan aspek – aspek

positif pada anak. Dengan perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan

cintasehingga menumbuhkan rasa simpati dan empati pada anak . orang tua juga

mengajarkan nilai – nilai sosial , budaya serta sebagaimana cara beriteraksi


dengan orang lain hal ini bertujuan supaya anak dapat menyesuaikan dengan

keadaan masyarakat di sekitar serta membentuk anak dengan karakter baik.

2.2.2. Pengertian Peran Orang Tua

Orang tua yaitu terdiri dari ayah dan ibu. yang mempunyai peranan

penting dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya baik secara formal

maupun non formal. Peran orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak

baik dari aspek kogniftif , psikomotor , bahasa , serta sosio dan emosional.

Menurut Lestari (2012:153) “peran orang tua merupakan cara yang

digunakan oleh orang tua berkaitan dengan pandangan mengenai tugas yang harus

dijalankan dalam mengasuh anak “.Peran ayah dan ibu merupakan satu kesatuan

peran yang sangat penting dalam sebuah keluarga. Macam-macam Peran Orang

Tua di dalam BKKBN dijelaskan bahwa peran orang tua terdiri dari :

a. Peran sebagai pendidik ini sebagai parameter nya terutama dalam phbs

pada anak dan remaja

Orang tua perlu menanamkan kepada anak-anak arti penting dari

pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah.

Selain itu nilai-nilai agama dan moral, terutama nilai kejujuran perlu

ditanamkan kepada anaknya sejak dini sebagi bekal dan benteng untuk

menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.

b. Peran sebagai pendorong

Sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan, anak

membutuhkan dorongan orang tua untukmenumbuhkan keberanian dan

rasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

c. Peran sebagai panutan


Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi anak, baik dalam

berkata jujur maupun ataupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

dan bermasyarakat.

d. Peran sebagai teman

Menghadapi anak yang sedang menghadapi masa peralihan. Orang tua

perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat

menjadi informasi, teman bicara atau teman bertukar pikiran tentang

kesulitan atau masalah anak, sehingga anak merasa nyaman dan

terlindungi.

e. Peran sebagai pengawas

Kewajiban orang tua adalah melihat dan mengawasi sikap dan perilaku

anak agar tidak keluar jauh dari jati dirinya, terutama dari pengaruh

lingkungan baik dari lungkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan

masyarakat.f.Peran sebagai konselorOrang tua dapat memberikan

gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif sehingga anak

mampu mengambil keputusan yang terbaik

2.2.3. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan peran Orang tua


1. Usia

Usia Terdapat tiga periode usia dewasa, yaitu periode dewasa awal

(18 - 40 tahun), dewasa madya (40 - 60 tahun), dan dewasa lanjut (di atas

60 tahun). Usia sangat mempengaruhi perkembangan daya tangkap dan

pola pikir.Semakin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu.Bertambahnya

proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur

belasan tahun. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh dengan


pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, tetapi umur-umur tertentu

atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan bahkan mengingat

suatu pengetahuan akan berkurang. Bisa diperkirakan bahwa IQ akan

menurun sejalan bertambahnya usia, khususnya beberapa kemampuan

yang lain seperti kosa kata dan pengetahuan umum.Hal ini terbukti

dengan beberapa penelitian yang melaporkan bahwa orang yang lebih

muda akan lebih mudah menerima inovasi baru daripada orang yang lebih

tua.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan. Beberapa orang

menganggap bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh jenis

kelaminnya. Hal ini sudah tertanam sejak jaman penjajahan. Namun pada

zaman sekarang sudah terbantahkan karena apapun jenis kelamin

seseorang, bila dia masih produktif, berpendidikan, atau berpengalaman

maka ia akan cenderung mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi.

3. Tingkat pendidikan

Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, dimana

diharapkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan semakin luas

pengetahuannya. Namun seseorang yang berpendidikan rendah tidak

berarti mutlak memiliki pengetahuan yang rendah pula.

Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan

seseorang mulai dari dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi

individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun nonformal.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian


dan kemampuan yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar seseorang, semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin mudah ia dalam memperoleh dan menerima

informasi.

4. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan seseorang juga akan menentukan tersedianya

suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga tingkat

pendapatan ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Badan Pusat

Statistik (BPS) membedakan pendapatan penduduk menjadi empat

golongan, yaitu rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan rincian

sebagai berikut:

1. Rendah : Pendapatan rata-rata kurang dari Rp 1.500.000,00 per

bulan

2. Sedang : Pendapatan rata-rata Rp 1.500.000,00 s.d. Rp 2.500.000,00

per bulan

3. Tinggi : Pendapatan rata-rata Rp 2.500.000,00 s.d. Rp 3.500.000,00

per bulan

4. Sangat tinggi: Pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000,00 per

bulan.

5. Paparan informasi

Informasi dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non

formal. Sumber informasi dapat berupa media cetak maupun media

elektronik, seperti televisi, radio, komputer, surat kabar, buku, dan

majalah. Seseorang yang mudah mengakses informasi akan lebih cepat


mendapat pengetahuan. Majunya teknologi dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru yang dapat memberi

pengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.

6. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, pengalaman juga

bisa menjadi suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Pengalaman dapat berupa pengalaman sendiri atau orang lain. Oleh sebab

itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa lalu. Melakukakan konsultasi ke profesional

akan memudahkkan orang tua untuk mendapat pengetahuan dan

pemahaman tentang disabilitas intelektual yang diderita anaknya.

7. Sosial dan budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang

lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan

memperoleh suatu pengetahuan. Unsur budaya diantaranya adalah

keagamaan, sistem dan organsasi masyarakat (sistem kekerabatan, sistem

kenegaraan, kesatuan hidup, asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan),

bahasa lisan dan tulisan), kesenian, mata pencaharian, teknologi dan

peralatan. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang kebanyakan

tanpa melalui penalaran, apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan.

8. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal - hal yang baik dan

juga halhal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam

lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan

berpengaruh pada cara berfikir seseorang. Lingkungan terdiri dari

lingkungan fisik dan lingkungan sosial dimana keduanya berpengaruh

terhadap proses memperoleh pengetahuan. Lingkungan sosial dapat berupa

lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya. Salah satu lingkungan fisik

adalah lingkungan geografis yang mempengaruhi kemampuan seseorang

untuk memperoleh pengetahuan, contoh mudahnya adalah perbedaan

lingkungan kota dan desa, dimana seseorang yang tinggal di daerah

perkotaan akan lebih mudah mengakses informasi dibandingkan orang

yang tinggal di daerah pedalaman.

2.2.4. Kriteria Penilaian Peran Orang Tua

Skor kriteria peran:

1. Berperan aktif : 31 – 48

2. Berperan kurang aktif : 12 – 30

( Hidayat, 2010)
2.3. Konsep Anak Usia Dini

2.3.1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0 - 8 tahun. Menurut

Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang

berusia antara 3 - 6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta, 2012)

adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan

komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh

anak tersebut. Masa usia dini (0 - 6 tahun) merupakan masa keemasan (golden

age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas

perkembangan selanjutnya. Masa awal kehidupan anak merupakan masa

terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. Pada masa ini pertumbuhan

otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif)

Dari berbagai definisi, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah

anak dengan usia 0 - 8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan

perkembangan, baik fisik maupun mental. Masa anak usia dini sering disebut

dengan masa golden age (masa keemasan). Pada masa ini anak mengalami masa

peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat.

Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki

perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi

yang intensif membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Apabila anak

diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu

menjalani tugas perkembangannya dengan baik.


Masa kanak - kanak merupakan masa saat anak belum mampu

mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang

bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah

aturan main untuk kepentingan diri sendiri.

Dengan demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai

optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun

perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan.

Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan

fisik dan lain sebagainya.

2.3.2. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki beberapa karakteristik yang khas baik secara

fisik, sosio moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah, dkk (2010: 1.4 - 1.9)

karakteristik anak usia dini antara lain;

a) memiliki rasa ingin tahu yang besar,

b) merupakan pribadi yang unik,

c) suka berfantasi dan berimajinasi,

d) masa paling potensial untuk belajar

e) menunjukkan sikap egosentris,

f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek,

g) sebagai bagian dari makhluk sosial, penjelasannya adalah sebagai berikut.

Usia dini merupakan masa emas, masa dimana anak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling peka dan

potensial dalam mempelajari sesuatu di masa ini rasa ingin tahu anak sangat besar.

Hal ini dapat di lihat dari anak yang sering bertanya tentang apa yang mereka
lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan terus bertanya

sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap anak memiliki

keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor

lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan faktor

lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak. Anak usia dini suka berfantasi dan

berimajinasi. Hal ini penting bagi pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak

usia dini suka membayangkan dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi

yang nyata. Salah satu khayalan anak misalnya kardus, dapat dijadikan anak

sebagai mobil-mobilan.

Menurut Berg, rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk

tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal - hal yang

biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan dengan satu kegiatan saja.

Bahkan anak mudah sekali mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang

dianggapnya lebih menarik. Anak yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir

dan berbicara tentang diri sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk

menguntungkan dirinya, misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis

ketika keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan teman-teman di

lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi. Apabila

anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka anak anak akan

dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar menyesuaikan diri

dan anak akan mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain di sekitarnya. 10

Pendidik perlu memahami karakteristik anak untuk mengoptimalkan kegiatan

pembelajaran. Pendidik dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan

perkembangan anak.
Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini (Hibama S Rahman,

2002: 43-44) adalah sebagai berikut :

a. Usia 0–1 tahun

Perkembangan fisik pada masa bayi mengalami pertumbuhan yang paling

cepat dibanding dengan usia selanjutnya karena kemampuan dan

keterampilan dasar dipelajari pada usia ini. Kemampuan dan keterampilan

dasar tersebut merupakan modal bagi anak untuk proses perkembangan

selanjutnya. Karakteristik anak usia bayi adalah sebagai berikut:

a) keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling,

merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.

b) keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak melihat atau

mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan

memasukkan setiap benda ke mulut.

c) komunikasi sosial anak yaitu komunikasi dari orang dewasa akan

mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.

b. Anak Usia 2–3 tahun

Usia ini anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat pada

perkembangan fisiknya. Karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun

antara lain:

1. anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada di

sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda yang

ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif,

2. anak mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu

dengan berceloteh. Anak belajar berkomunikasi, memahami


pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan

pikiran,

3. anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada faktor

lingkungan karena emosi lebih banyak ditemui pada lingkungan.

c. Anak usia 4–6 tahun

Anak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki TamanKanakkanak.

Karakteristik anak 4 - 6 tahun adalah:

1. perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan

sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak,

2. perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami

pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya,

3. perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan

dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya.

Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya,

4. bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun

dilakukan anak secara bersama-sama.

d. Anak usia 7 – 8 tahun

Karakteristik anak usia 7 - 8 tahun adalah:

1) perkembangan kognitif, anak mampu berpikir secara analisis dan

sintesis, deduktif dan induktif (mampu berpikir bagian per bagian).

2) perkembangan sosial, anak mulai ingin melepaskan diri dari

orangtuanya. Anak sering bermain di luar rumah bergaul dengan

teman sebayanya.
3) anak mulai menyukai permainan yang melibatkan banyak orang

dengan saling berinteraksi.

4) perkembangan emosi anak mulai berbentuk dan tampak sebagai

bagian dari kepribadian anak

Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Richard D.Kellough (Kuntjojo,

2010) adalah sebagai berikut:

a) egosentris,

b) memiliki curiosity yang tinggi,

c) makhluk sosial,

d) the unique person,

e) kaya dengan fantasi,

f) daya konsentrasi yang pendek,

g) masa belajar yang paling potensial.

Egosentris adalah salah satu sifat seorang anak dalam melihat dan memahami

sesuatu cenderung dari sudut pandang dan kepentingan diri sendiri. Anak mengira

bahwa semuanya penuh dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Melalui

interaksi dengan orang lain anak membangun konsep diri sehingga anak dikatakan

sebagai makhluk sosial. Anak memiliki daya imajinasi yang berkembang melebihi

apa yang dilihatnya. Anak juga memiliki daya perhatian yang pendek kecuali

terhadap hal-hal yang bersifat menyenangkan bagi anak. Berbagai perbedaan yang

dimiliki anak penanganan yang berbeda mendorong pada setiap anak. Pada masa

belajar yang potensial ini, anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan

berkembang dengan cepat. Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai
aspek perkembangan yaitu masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik,

bahasa, sosial emosional, serta kognitif.

Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 13 2003: 56 - 72), anak memiliki 4

tingkat perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori motorik (0 - 2 tahun), pra

operasional konkrit (2 - 7 tahun), operasional konkrit (7 - 11 tahun), dan

operasional formal (11 tahun ke atas). Dalam tahap sensori motorik (0 - 2 tahun),

anak mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan

mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan fisik. Anak lebih banyak

menggunakan gerak reflek dan inderanya untuk berinteraksi dengan

lingkungannya.

Pada perkembangan pra operasional, proses berpikir anak mulai lebih

jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada

di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Pada tahap

operasional konkrit, anak sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan

sederhana yang bersifat konkrit dan dapat memahami suatu pernyataan,

mengklasifikasikan serta mengurutkan. Pada tahap operasional formal, pikiran

anak tidak lagi terbatas pada benda-benda dan kejadian di depan matanya. Pikiran

anak terbebas dari kejadian langsung. Bisa dilihat dari perkembangan kognitif,

anak usia dini berada pada tahap pra operasional.

Anak mulai mempunyai proses berpikir yang lebih jelas dan

menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar

pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Anak mampu

mempertimbangkan tentang besar, jumlah, bentuk dan benda-benda melalui

pengalaman konkrit. Kemampuan berfikir ini berada saat anak sedang bermain.
2.3.3. Prinsip – prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini Menurut Bredekamp dan

Coople (Siti Aisyah dkk, 2010: 1.17 - 1.23), beberapa prinsip perkembangan anak

usia dini yaitu sebagai berikut: Aspek-aspek perkembangan anak seperti aspek

fisik, sosial, emosional, dan kognitif satu sama lain saling terkait secara erat.

Perkembangan anak tersebut terjadi dalam suatu urutan yang berlangsung dengan

rentang bervariasi antar anak dan juga antar bidang perkembangan dari

masingmasing fungsi.

Perkembangan berlangsung ke arah kompleksitas, organisasi, dan

internalisasi yang lebih meningkat. Pengalaman pertama anak memiliki pengaruh

kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak. Perkembangan dan belajar

dapat terjadi karena dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural yang merupakan

hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial tempat anak tinggal.

Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan

untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan ketika

mereka mengalami tantangan. Sarana penting bagi perkembangan sosial,

emosional, dan kognitif anak serta merefleksikan perkembangan anak yaitu

dengan bermain. Melalui bermain anak memiliki kesempatan dalam pertumbuhan

dan perkembangannya sehingga anak disebut dengan pembelajar aktif. Anak akan

berkembang dan belajar dengan baik apabila berada dalam suatu konteks

komunitas yang aman (fisik dan psikologi), menghargai, memenuhi

kebutuhankebutuhan fisiknya, dan aman secara psikologis.


Anak menunjukkan cara belajar yang berbeda untuk mengetahui dan

belajar tentang suatu hal yang kemudian mempresentasikan apa yang mereka tahu

dengan cara mereka sendiri. Dari berbagai uraian, dapat disimpulkan bahwa

prinsip-prinsip anak usia dini adalah anak merupakan pembelajar aktif.

Perkembangan dan belajar anak merupakan interaksi anak dengan lingkungan

antara lain melalui bermain. Bermain itu sendiri merupakan sarana bagi

perkembangan dan pertumbuhan anak. Melalui bermain anak memiliki

kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru diperoleh sehingga

perkembangan anak akan mengalami percepatan

2.4. Konsep COVID – 19

2.4.1. Definisi COVID – 19

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus

ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan

unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat

menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus229E, alphacoronavirus NL63,

betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, (SARS-CoV) Severe Acute

Respiratory Illness Coronavirus, dan (MERS-CoV) Middle East Respiratory

Syndrome Coronavirus. (Aditya Susilo et al , 2020).

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses

(Cov) adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut

COVID. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang

lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom

Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Virus ini menular dengan cepat dan telah
menyebar ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Seseorang dapat tertular

COVID-19 melalui berbagai cara ( Silpa 2020).

Coronavirus (COVID – 19) merupakan keluarga besar virus yang

menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti

penyakit flu biasa. Banyak orang yang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali

dalam hidupnya.Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan

penyakit yang lebih serius, seperti: Severe Acute Respiratory Syndrome(SARS-

CoV).

Pneumonia.SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok,

menyebar ke beberapa negara lain. Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura,

Indonesia, Malaysia, Inggris, Italia, Swedia, Swiss, Rusia, hingga Amerika

Serikat. Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan 2003 itu menjangkiti

8.098 orang di berbagai negara. Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa

akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut.Sampai saat ini terdapat

tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi,yaitu:

 HCoV-229E.

 HCoV-OC43.

 HCoV-NL63.

 HCoV-HKU1.

 SARS-COV(yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).

 MERS-COV(sindrom pernapasan Timur Tengah).

 COVID-19atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan

wabah pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, dan


menyebar ke negara lainnya mulai Januari 2020. Indonesia sendiri

mengumumkan adanya kasus covid 19 dari Maret 2020 (Ari Fadly, 2020)

2.4.2. Etiologi COVID – 19

Para peneliti di Institute of Virology di Wuhan telah melakukan analisis

metagenomics untuk mengidentifikasi virus corona baru sebagai etiologi

potensial. Mereka menyebutnya novel coronavirus 2019(nCoV-2019). (Zhou,et al

2020).

Selanjutnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC)

menyebut virus corona sebagai 2019 novel coronavirus(2019-nCoV) dan sekarang

penyakitnya populer dengan istilah coronavirus disease-19(COVID-19).

Virus corona termasuk superdomain biota, kingdom virus. Virus corona

adalah kelompok virus terbesar dalam ordo Nidovirales.Semua virus dalam ordo

Nidovirales adalah non-segmented positive-sense RNA viruses. Virus corona

termasuk dalam familia Coronaviridae, sub familia Coronavirinae, genus

Betacoronavirus, subgenus Sarbecovirus.Pengelompokan virus pada awalnya

dipilah ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan serologi tetapi sekarang

berdasar pengelompokan filogenetik. Lebih jauh dijelaskan bahwa subgenus

Sarbecovirus meliputi Bat-SL-CoV, SARS-CoV dan 2019-nCoV.Bat-SL-

CoVawalnya ditemukan di Zhejiang, Yunan, Guizhou, Guangxi, Shaanxi dan

Hubei, China. (Ferh et al ,2015).

Pengelompokan yang lain memperlihatkan bahwa virus corona grup beta

meliputi Bat coronavirus (BcoV), Porcine hemagglutinating

encephalomyelitisvirus (HEV), Murine hepatitis virus (MHV), Human

coronavirus 4408 (HCoV-4408), Human coronavirus OC43 (HCoV-OC43),


Human coronavirus HKU1 (HCoV-HKU1), Severe acute respiratory syndrome

coronavirus (SARS-CoV) dan Middle Eastern respiratory syndrome coronavirus

(MERS-CoV). (Shcoeman,2020)

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus

betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk

dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe

Acute Respiratory Illness(SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. (Zhu

et al ,2020). Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of

Virusesmengajukan nama SARS-CoV-2. (Gorbalenya et al 2020)

Sampel yang diteliti menunjukkan etiologi coronavirus baru.Awalnya,

penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV),

kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu

Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). (Adityo et al, 2020)

2.4.3. Manisfestasi Klinis COVID – 19

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.

Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan

bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala

gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien

timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan

progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan

perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa

pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.

Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi
kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.

(PDPI, 2020)

a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul

berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti

demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung,

malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien

dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala

menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui

tidak disertai dengan demam dan gejala relatifringan. Pada kondisi ini

pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau

napas pendek.

b. Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak.

Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan

pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas

c. Pneumonia berat.

Pada pasien dewasa:

 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran

napas

 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),

distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.

2.4.4. Patofisiologi COVID – 19


Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.

Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan

kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda,

kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang

ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa

patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar,

tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk

Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk

kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory

syndrome (MERS) (PDPI, 2020). Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri

melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari

Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama,

penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada

dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya

serta penentu tropisnya (Wang, 2020).

Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu

enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada

mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit,

timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel

enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil

masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus.

Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui

translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah

perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015).Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke
saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas

(melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada

infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut

meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa

inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).

2.4.5. Penatalaksanaan COVID – 19

Beberapa upaya pencegahan dan kontrol infeksi perlu diterapkan prinsip-

prinsip yaitu hand hygiene, penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah

kontak langsung dengan pasien (darah, cairan tubuh, sekret termasuk sekret

pernapasan, dan kulit tidak intak), pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam,

managemen limbah medis, pembersihan dan desinfektan peralatan di RS serta

pembersihan lingkungan RS. Pembersihan dan desinfektan berdasarkan

karakteristik Coronavirusyaitu sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat

diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56°C

selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat dan klorofor. Berikut ini

adalah penatalaksanaan COVID – 19 menurut PDPI ,2020 :

1. isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang muncul,

baik ringan maupun sedang.

2. .Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit

4. Suplementasi oksigen :

Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan, distress

napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar


5L/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥

92-95% pada pasien hamil

5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat

6. Terapi cairan :

Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok

Pasien dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya,

karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat

kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan

cairan dan elektrolit.

7. Pemberian antibiotik empiris

8. Terapi simptomatik :

Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan

lainnya jika memang diperlukan.

9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada

tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.

10. Observasi ketat

11. Pahami komorbid pasien

Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada COVID-19

Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif.

Pada studi terhadap SARSCoV, kombinasi opinavir dan ritonavir dikaitkan dengan

memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan ritonavir masih diteliti

terkait efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-19.

Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi hanya boleh diberikan dalam

situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui Monitored
Emergency Use of Unregistered InterventionFramework (MEURI), dengan

pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah

pneumonia COVID-19 ini (PDPI, 2020).


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konsep

3.1.1. Definisi

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat di

komunikasikan dan membentuk suatu teori dan menjelaskan keterkaitan

antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti).

Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil

penemuan dengan teori (Nursalam, 2017).

Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau

landasan teori yang disesuaikan dengan tujuan khusus perhatian yang akan

dicapai, yakni sesuai dengan apa yang telah ditulis dalam rumusan

masalah (Sugiyono, 2015).


3.1.2 Kerangka Konsep

Covid - 19 Peran Orang Tua PHBS (Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat )

Peran Orang tua Peran Ruang Lingkup PHBS :


sebagai pendidik 1. PHBS di rumah tangga
1. Peran sebagai pendorong
2. Peran sebagai panutan 2. PHBS di Institusi kesehatan
3. Peran sebagai pengawas 3. PHBS di tempat umum
4. Peran sebagai konselor 4. PHBS di Sekolah
5. PHBS di tempat kerja

Faktor yang mempengaruhi


peran orang tua :

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendapatan
4. Tingkat pendidikan
5. Paparan informasi
6. Pengalaman
7. Sosial dan budaya
8. lingkungan

Tua Kriteria Penilaian Peran :


Skor kriteria peran:

1. Berperan aktif : 31 – 48
2. Berperan kurang aktif : 12 – 30
( Hidayat, 2010)

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

: menghubungkan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Peran Orang Tua Dalam Penerapan Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat Pada Anak Usia Dini Masa Pandemi Covid – 19 Di Desa Y
BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah yang pada dasarnya

menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo, 2012).

4.1. Rencana Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua

hal : pertama, rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian digunakan

dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum digunakan untuk mendefinisikan

struktur penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2017).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

bertujuan untuk mendiskripsikan (memaparkan) peristiwa - peristiwa penting

yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis yang

lebih menekankan pada aktual dari pada penyimpulan. Fenomena yang disajikan

secara apa adanya tanpa manipulasi dan penelitian tidak mencoba menganalisis

bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi. Oleh karena itu penelitian

jenis ini tidak memerlukan adanya suatu hipotesis (Nursalam, 2017).

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan deskriptif, yaitu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Disini peneliti akan

menggambarkan Peran Orang Tua Dalam Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat Pada Anak Usia Dini Masa Pandemi di Desa “Y”


4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data,

kedua, kerangka kerja digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian yang

akan digunakan (Nursalam, 2017).


Kerangka kerja :

Latar belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Metode Penelitian

Teknik
Desain sampling:
Variabel Populasi
penelitian:
penelitian: penelitian: Sampel penelitian:
Purposive
Deskriptif peran orang tua sampling
Semua orang tua sebagian orang
terhadap yang memiliki tua yang memiliki
penerapan PHBS anak usia dini anak usia dini
pada anak usia
dini

Instrument pengumpulan data : kuesioner

Teknik analisa data :

Skala likert

Hasil :

1. Berperan aktif : 31 – 48
2. Berperan kurang aktif : 12 – 30

Bagan 4.1: Kerangka Kerja Peran Orang Tua Dalam Penerapan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat pada Anak Usia Dini Masa Pandemi di
Desa Jombangan Kec. Pare Kab.Kediri.
4.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah subjek (misalnya manusia : klien) yang

memenuhi kriteria yang telah di tetapkan (Nursalam, 2017)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. jadi populasi bukan hanya

orang,tetapi juga obyek dan benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar

jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi

seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono,

2014)

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua orang tua yang mempunyai

anak usia dini di desa “ Y “

4.4 Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling

. 4.4.1 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono,2014).

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian orang tua.” yang memiliki

anak dengan usia 2 – 4 Tahun ”. Dalam penelitian ini pengambilan sempel yang

digunakan purposive sampling adalah mengacu pada kriteria penelitian.

Kriteria inklusi meliputi :

a) Orang tua yang memiliki anak usia 2 - 6 th

b) Orang tua yang bertempat tinggal di desa jombangan


c) Orang tua yang bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi meliputi :

a. Orang tua yang tidak memiliki anak dengan usia 2 – 4 tahun

b. Orang tua yang tidak bertempat tinggal di desa jombangan

4.4.2 Besaran Sampel

Besar Sampel merupakan suatu menetapkan besarnya atau jumlah sampel

suatu penelitian tergantung pada dua hal yaitu pertama, adanya sumber-sumber

yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya sampel.

Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari

besarnya sampel (Notoatmodjo, 2012).

4.4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses penyeleksian porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik samling nerupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel (Nursalam,2017). Pada penelitian ini teknik pengambilan

sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling.

Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2017).

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian

4.5.1 Tempat Penelitian : Di Desa “ Y” Kec “ P” Kab “K”

4.5.2 Waktu Penelitian : Oktober – November 2020


4.6 Variabel, Cara Pengukuran, dan Definisi Operasional

4.6.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberi nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain).

Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang

didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu

penelitian (Nursalam, 2017) Variabel penelitian ini adalah Tentang Peran Orang

Tua Dalam Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada anak usia dini di

Desa “Y” Kecamatan “ P”

4.6.2 Pengukuran

Pengukuran adalah fenomena dengan maksud agar dilakukan analisa

menurut aturan tertentu. Dua karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan

peneliti adalah validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur dan reliabilitas

(keadaan) (Nursalam, 2014).

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner.

4.6.3 Definisi operasional

Definisi oprasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamatai

dari suatu yang didefinisikan tersebut, karakteristik yang dapat diamati (diukur)

itulah yang merupakan kunci definisi oprasional. Dapat di amati artinya

memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau venomena yang kemudian dapat dimulai lagi

oleh orang lain (Nursalam 2017).


Tabel 4.1 Definisi operasional

Variabel Definisi Parameter Instrumen Skala Skor


Penelitian Operasional
Peran orang tua Peran aktif dan 1. Sesuia kan dengan 4 kuesioneroo Ordinal Kriteria peran
terhadap tidaknya dan peran ortu
penerapan segala Sebagi model
PHBS. pengetahuan orang Sebagi,,,,
tua dalam
penerapan PHBS
pada anak

4.7 Teknik, Instrumen dan proses Pengumpulan Data

4.7.1 Proses atau Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2017).

4.7.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2014).

Jenis instrumen penelitian yang dapat dipergunakan pada ilmu

keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian, yang meliputi pengukuran :

biofisiologis, observasi, wawancara, koesioner dan skala (Nursalam,2017).

Dalam penelitian Instrumen data penelitian ini adalah kuesioner

4.8 Analisa Data


Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul.

Kegiatan dalam analisa data adalah mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh

responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan

untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2014).

Data yang telah terkumpul kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data

dengan teknik deskriptif, yaitu suatu teknik pengolahan data yang berfungsi

untuk meringkas, mengklasifikasi dan menyajikan data (Hidayat, 2011) dengan

skor tidak pernah dengan skor 1 , kadang – kadang dengan skor 2, jarang dengan

skor 3 , selalu dengan skor 4.

Dari skor di intrepetasikan penilaian peran yaitu :


1) Hasil Berperan Aktif : 31 – 48
2) Berperan kurang aktif : 18 – 30

Kemudian hasil dimasukkan kedalam rumus presentase.


Rumus yang digunakan adalah

P=

Keterangan:
P :Presentase
SP :Skor perolehan
SM :Skor maksimal
Data yang telah diketahui kemudian diinterpretasikan dengan
ketentuan sebagai berikut
100% :Seluruh responden
76%-99% :Hampir seluruh responden
51%-75% :Sebagian besar responden
50% :Setengah dari responden
26%-49% :Hampir setengah dari responden
1%-25% :Setengah kecil dari responden
(Nursalam, 2015)

4.9 Etika Penelitian

Etik penelitian berfungsi untuk melindungi hak–hak responden sehingga

masalah etik yang ditekankan pada penelitian ini adalah :

4.9.1 Lembar persetujuan (Informed Concent) “Informed Consent”

merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan informed consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden (Hidayat, A. Aziz. Alimul, 2011).

4.9.2 Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etik keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar alatukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, A. Aziz. Alimul, 2011).

4.9.3 Kerahasiaan (Confidentially)

Masalah ini merupakan masalah etik yang memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat,A.Aziz Alimul, 2011)

Anda mungkin juga menyukai