Anda di halaman 1dari 12

ESAI ILMIAH POPULER MPHC 2021

Subtema: Inovasi Media KIE dan Komunikasi Kesehatan dalam


Penguatan Implementasi PHBS pada Anak di Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru
MONOLING (MONOPOLY AND STORY TELLING): MEDIA
EDUKASI BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA
ANAK USIA SEKOLAH DI MASA ADAPTASI KEBIASAAN
BARU

Oleh:
Ni Putu Nita Aristania Dewi / EIP006

Universitas Udayana
Denpasar
2021
MONOLING (MONOPOLY AND STORY TELLING): MEDIA
EDUKASI BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA
ANAK USIA SEKOLAH DI MASA ADAPTASI KEBIASAAN
BARU
Ni Putu Nita Aristania Dewi

Hari-hari yang dibalut ketidakpastian. Entah kapan keadaan akan kembali


berteman. Mungkin besok, lusa, atau bulan depan. Tak ada yang tahu kapan akan
dikabulkan. Walau keluar rumah diizinkan, di keramaian pun tak ada
kenyamanan. Melihat anak-anak bahagia berlarian di taman, apakah mereka bebas
dari penularan? Rangkaian kalimat tersebut mungkin dapat menggambarkan
kondisi masyarakat saat ini di tengah pandemi Covid-19. Sudah hampir setahun
sejak kasus pertama terkonfirmasi di Indonesia, pandemi belum juga berakhir.
Pandemi Covid-19 berhasil membuat masyarakat seakan tak berdaya dengan
membatasi langkah mereka dalam menjalani kehidupan. Pemerintah telah
menerapkan berbagai kebijakan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19,
mulai dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berdampak pada
berbagai bidang kehidupan hingga masa adaptasi kebiasaan baru yang
mengharuskan masyarakat berdamai dengan Covid-19.

Masa adaptasi kebiasaan baru dikenal masyarakat luas dengan istilah new
normal. Masa adaptasi kebiasaan baru (new normal) merupakan sebuah tatanan
kehidupan baru yang memerlukan toleransi manusia untuk menjadikan
keberadaan Covid-19 sebagai bagian dari kehidupan (Waluyati, 2020). Sesuai
dengan namanya, kehidupan normal baru yang dimaksud tidaklah sama dengan
yang masyarakat jalani sebelum merebaknya penularan Covid-19. Pada masa ini,
masyarakat dapat bekerja, belajar, beraktivitas dengan tujuan agar aktivitas
masyarakat berlangsung secara produktif di masa pandemi (Kemenkes, 2020).
Namun, hal yang terpenting yang perlu diperhatikan adalah kedisiplinan untuk
hidup sehat dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat adalah kunci
kesuksesan menghadapi tatanan hidup baru ini. Berbagai kebiasaan lama yang
mampu meningkatkan penularan Covid-19 seperti rasa malas mencuci tangan,
bersalaman, mencium tangan, hingga berkerumun wajib dihindari.

Kesadaran masyarakat mengenai tingginya risiko penularan Covid-19


menyebabkan istilah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang awalnya
asing di telinga menjadi semakin menggema dibicarakan di berbagai kalangan
masyarakat (Ilman, Qutni, dan Nahdiyah, 2019). PHBS didefinisikan sebagai
perilaku yang didasarkan pada kesadaran keluarga untuk melindungi diri di
bidang kesehatan (Kemenkes, 2018). Berdasarkan definisi tersebut, hal terpenting
dari PHBS bukan hanya tentang istilahnya yang banyak dibicarakan, tetapi
implementasi nyata dari setiap individu. Untuk mengembangkan kebiasaan PHBS,
rumah tangga dijadikan sebagai salah satu unit pengembangan perilaku bersih dan
sehat karena permasalahan terkait kesehatan saling berhubungan antar anggota
keluarga (Erna and Wahyuni, 2011).

Penerapan PHBS sebagai benteng menghadapi masa adaptasi kebiasaan


baru tidak hanya perlu dibiasakan oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak usia
sekolah. Kebiasaan berperilaku bersih dan sehat akan membantu melindungi anak
dari penularan Covid-19 mengingat anak-anak adalah kelompok yang berisiko
tinggi terhadap penularan Covid-19 (Anggraeni dan Daryati, 2020). Anak-anak
menjadi korban tersembunyi dari pandemi ini akibat adanya pengaruh jangka
pendek maupun panjang pada kesehatan dan perkembangan hidupnya di masa
depan (UNICEF, 2020). Hal ini menjadi tantangan baru bagi orang tua untuk
mempersiapkan anak beradaptasi dalam menghadapi kehidupan baru di masa
pandemi. Orang tua dituntut untuk bisa menjaga kesehatan termasuk mendidik
anak agar mereka dapat melindungi diri dengan melakukan perilaku yang bersih
dan sehat.

Pemberian edukasi mengenai PHBS bisa dilakukan orang tua untuk


membiasakan perilaku yang bersih dan sehat pada anak. Pembiasaan perilaku
yang baik akan lebih mudah diterapkan oleh orang tua di lingkungan keluarga
sebagai pihak yang terdekat dengan kehidupan anak (Anita Rahman, 2020).
Edukasi perilaku hidup dan bersih yang bisa diajarkan kepada anak, misalnya
kebiasaan mencuci tangan, memotong kuku, ataupun menyikat gigi. Edukasi anak
melalui lingkungan keluarga akan efektif mengingat pemerintah menjadikan
rumah tangga sebagai unit pengembangan PHBS. Namun, tidak semua orang tua
mengetahui cara mengedukasi anak dengan baik dan benar karena edukasi PHBS
terhadap anak usia sekolah berbeda dengan edukasi kepada orang dewasa
(Mashitah dan Ispriantari, 2017).

Di samping itu, program PHBS pada rumah tangga yang dilakukan


pemerintah belum cukup optimal. Hal ini terlihat dari data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2010 yang menunjukkan indikator PHBS yang masih
minim dilakukan oleh masyarakat dengan rumah tangga yang memiliki jamban
sehat hanya sekitar 55,4% dan penimbangan balita selama 6 bulan terakhir sebesar
67,1% (Kemenkes, 2010). Hal ini menunjukkan kesadaran keluarga dalam
menerapkan PHBS perlu ditingkatkan. Faktor rendahnya pengetahuan dan
kesadaran orang tua dalam suatu keluarga untuk menerapkan PHBS akan
berpengaruh pada rendahnya perilaku bersih dan sehat anak mereka.

Edukasi PHBS di lingkungan keluarga pada anak usia sekolah sangatlah


penting dilakukan untuk menanamkan pemahaman dan kebiasaaan dalam
mengimplementasikan perilaku PHBS di masa adaptasi kebiasaan baru. Maka dari
itu, diperlukan suatu media edukasi yang dapat meningkatkan perhatian dan
pemahaman anak usia sekolah dalam menerima berbagai informasi. Penulis
menggagas media edukasi bernama Monoling (Monopoly and Story Telling) yang
menyampaikan informasi mengenai PHBS melalui permainan monopoli dan
penyampaian cerita dari kegiatan story telling. Media edukasi ini memerlukan
kolaborasi yang aktif antara orang tua dan anak sesuai prinsip metode Montessori.

Monoling (Monopoly and Story Telling) sebagai Media Edukasi

Media didefinisikan sebagai pengantar atau alat bantu yang dapat berupa
kejadian atau manusia yang membentuk suatu keadaan yang membuat orang lain
mendapatkan ilmu pengetahuan maupun keterampilan (Prananta, Setyosari, dan
Santoso, 2020). Edukasi diartikan sebagai suatu proses belajar untuk memperoleh
pengetahuan (Anita Rahman, 2020). Untuk mencapai hasil yang diinginkan,
media edukasi perlu disesuaikan dengan sasaran dan tujuan. Sasaran dari media
edukasi Monoling adalah anak usia sekolah yang berusia 6-12 tahun. Pada usia
ini, anak memiliki karakteristik yang baik untuk memahami proses belajar melalui
permainan (Anggraheni, 2018). Mereka juga memiliki dorongan dan motivasi
untuk mengenal konsep dan komunikasi yang lebih luas. Anak dengan usia ini
juga dikatakan sebagai sasaran yang tepat dalam meningkatkan pengetahuan dan
perilaku yang berkaitan dengan kesehatan terutama PHBS (Khamidah, 2011). Hal
ini berhubungan dengan pengaruh faktor psikologis anak usia sekolah.

Media edukasi Monoling mengadopsi kegiatan bermain dan bercerita ke


dalam suatu proses belajar. Hal ini dilakukan karena bermain dan bercerita
merupakan kegiatan yang memberikan suasana yang menyenangkan dan
melibatkan interaksi dengan orang lain. Hal ini berguna bagi proses pemahaman
dan praktik PHBS di lingkungan keluarga yang melibatkan interaksi anak dengan
orang tuanya. Permainan monopoli dan story telling yang diterapkan sebagai
media edukasi akan menyediakan lingkungan belajar yang baru dan tidak
membosankan. Selain membangun suasana, teori Frobbel menyebutkan bahwa
kegiatan bermain juga memiliki keterkaitan dengan belajar karena dapat melatih
konsentrasi anak (Anggraheni, 2018).

Monopoli merupakan permainan yang telah dikenal luas di seluruh dunia.


Permainan ini dimainkan oleh empat sampai lima orang yang melibatkan
penggunaan dadu dan papan yang terdiri atas banyak kotak dengan nama negara
yang berbeda pada setiap kotaknya (Anggraheni, 2018). Dalam media edukasi
Monoling, kotak-kotak dalam papan monopoli akan dimodifikasi menjadi
perilaku-perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan, menggosok gigi
dan memotong kuku. Permainan monopoli dalam Monoling menyediakan
pengetahuan umum tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada anak sekaligus
orang tuanya. Informasi yang terdapat di dalamnya disajikan dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami.

Tidak hanya berupa pemberian informasi yang sifatnya teori, Monoling


juga memberikan kesempatan bagi anak untuk mendapatkan pengalaman nyata
dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pengalaman nyata ini
diperoleh dari praktik yang diperintahkan oleh kotak tertentu pada papan
monopoli. Dalam proses pembelajaran ini, peran orang tua sangatlah penting.
Orang tua berperan dalam mendampingi anak bermain sekaligus menjelaskan
informasi yang disampaikan dalam permainan apabila anak belum bisa membaca
ataupun mengerti hal yang disampaikan. Orang tua juga berperan dalam
menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh anak untuk
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Selain permainan monopoli, media edukasi Monoling juga mengadopsi


kegiatan story telling ke dalam proses belajar. Story telling merupakan kegiatan
menceritakan sebuah cerita yang umumnya mengandung nilai-nilai dalam
kehidupan sehari-hari (Turahmat, Wardani, dan Wijayanti, 2019). Dalam media
edukasi Monoling, story telling berperan dalam menanamkan nilai-nilai mengenai
PHBS melalui perilaku yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita. Cerita akan
disampaikan oleh orang tua dan dengan judul yang berbeda-beda, tetapi tetap
mengenai PHBS.

Cerita yang disampaikan melalui story telling mampu memperkenalkan


perilaku yang bersih dan sehat serta perilaku yang tidak bersih dan sehat. Makna
dalam cerita akan mudah tersampaikan kepada anak yang nantinya dapat
menanamkan karakter baik pada anak dalam penerapan PHBS. Melalui cerita,
anak dapat menerima pesan-pesan dengan lebih menyenangkan dan tanpa merasa
tertekan (Prananta, Setyosari, dan Santoso, 2020). Hal ini akan membentuk emosi
yang lebih baik daripada dinasihati secara langsung oleh orang tuanya.
Penyerapan nilai-nilai yang baik dari cerita secara terus-menerus pada anak akan
membantu mereka dalam membiasakan diri untuk menerapkan PHBS.

Monoling (Monopoly and Story Telling) Berbasis Metode Montessori

Media edukasi Monoling menerapkan metode Montessori. Metode ini


diterapkan oleh seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter dari Italia yang
bernama Maria Montessori. Metode pembelajaran ini dikembangkan pada tahun
1870. Metode Montessori menekankan bahwa lingkungan yang nyaman dan bebas
akan membuat anak-anak belajar lebih baik (Elytasari, 2017). Melalui lingkungan
tersebut, mereka lebih mudah menyerap informasi yang disampaikan. Metode ini
juga memiliki pandangan bahwa anak memiliki keinginan secara alami untuk
belajar. Bersamaan dengan itu, mereka juga memiliki keinginan yang besar untuk
mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Dengan berbasis metode Montessori,
Monoling membentuk lingkungan yang nyaman dalam pembelajaran melalui
permainan monopoli dan story telling. Monoling juga melibatkan sarana yang
mudah dijangkau dan aman bagi anak. Hal ini sesuai dengan penerapan metode
Montessori.

Metode Montessori meyakini bahwa pendidikan sejak usia dini sangat


baik diterapkan pada anak karena masa peka berada pada tahun-tahun awal
kehidupan anak. Pada masa ini, anak-anak memiliki potensi yang berkembang
pesat dan akan hilang atau mati jika tidak diberikan peluang untuk berkembang
pada waktu yang sesuai (Elytasari, 2017). Hal ini juga diterapkan pada media
edukasi Monoling dengan menyasar pada anak usia sekolah agar pengetahuan dan
kebiasaan untuk menerapkan PHBS telah tertanam sejak kecil dan akan mereka
bawa hingga dewasa. Dengan demikian, mereka akan mampu berhadapan dengan
segala kondisi lingkungan terutama masa adaptasi kebiasaan baru seperti yang
terjadi saat ini.

Implementasi Media Edukasi Monoling (Monopoly and Story Telling)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, media edukasi Monoling terdiri


atas dua kegiatan, yaitu permainan monopoli dan story telling. Kegiatan ini
dilakukan secara berurutan dengan permainan monopoli yang dilakukan lebih
awal daripada story telling. Permainan monopoli dilakukan lebih awal sebagai
proses pengenalan, penerimaan informasi, dan praktik anak mengenai PHBS
untuk menghadapi masa adaptasi kebiasaan baru. Selanjutnya, story telling
dilakukan sebagai refleksi informasi dan nilai-nilai yang diperoleh dari permainan
monopoli. Dalam kegiatan story telling, anak dapat meningkatkan pemahamannya
mengenai PHBS yang nantinya anak diharapkan dapat menanamkan perilaku
PHBS dalam kehidupannya.

Monopoli dimainkan oleh anak dan orang tua dengan posisi yang sama
sebagai peserta. Namun, orang tua tetap bertugas untuk membantu anak dalam
menjelaskan informasi dalam permainan ataupun saat anak mengalami kesulitan.
Orang tua dan anak memulai permainan dari dengan sebuah pion di kotak start
yang kemudian berjalan searah jarum jam sesuai dengan jumlah dadu yang
didapatkan. Setiap mendarat di kotak tertentu, pemain akan mendapatkan
informasi baru mengenai PHBS yang meliputi deskripsi, tujuan, dan cara
melakukan PHBS yang ada pada kotak. Pada permainan ini juga terdapat dua
jenis kartu, yaitu kartu dana umum dan kartu kesempatan. Dalam Monoling,
kedua kartu ini dimodifikasi menjadi kartu let’s do it dan kartu remember it. Kartu
let’s do it berisi perintah mengenai perilaku bersih dan sehat apa yang harus
dilakukan pemain yang mendapatkannya. Dalam hal ini, anak akan dibantu oleh
orang tua untuk melaksanakan perintah tersebut. Apabila orang tua yang
mendapatkan kartu ini, maka orang tua wajib mengikutsertakan anak dalam
praktik yang dilakukan. Kartu remember it berisi mengenai informasi sederhana
yang harus diingat oleh pemain yang mendapatkannya dan
mengkomunikasikannya dengan pemain lain. Dalam hal ini, anak juga akan
dibantu oleh orang tua.

Setelah permainan monopoli selesai, orang tua akan menyampaikan cerita


yang terdapat pada buku yang tersedia bersama dengan papan monopoli. Buku
tersebut berisi banyak cerita mengenai penerapan PHBS. Pada kegiatan ini, orang
tua berperan dalam menceritakan kisah sebaik mungkin sehingga anak dapat
memahaminya. Dalam kegiatan ini, terdapat interaksi dua arah antara anak dan
orang tua. Anak dapat bertanya mengenai cerita tersebut dan orang tua berperan
untuk menjawab pertanyaan. Dengan demikian, pengetahuan dan nilai-nilai PHBS
akan lebih mudah diterima oleh anak-anak.

Media edukasi Monoling diharapkan dapat menjadi sebuah terobosan dalam


meningkatkan pemahaman dan implementasi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) pada anak usia sekolah di masa adaptasi kebiasaan baru. Manfaat dari
media edukasi Monoling tentu akan dapat dirasakan apabila media edukasi ini
dapat direalisasikan dan diterapkan dengan sungguh-sungguh melalui keterlibatan
yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat. Penerapan metode Montessori
dengan melibatkan peran orang tua dapat berperan sebagai formula baru agar
pengetahuan dan nilai-nilai terkait PHBS dapat tertanam dalam diri anak serta
dapat diimplementasikan dalam kehidupan terutama untuk menghadapi masa
adaptasi kebiasaan baru (new normal).
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, L. D. dan Daryati, E. I. (2020) ‘Optimalisasi Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru’, Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 3(2), pp. 495–500.

Anggraheni, N. (2018) ‘Pengembangan Media Permainan Monopoli Merah-Putih


pada Pembelajaran Tematik Integratif Peserta Didik Kelas V SD/MI Tahun
Ajaran 2017/2018’, pp. 1–26.

Anita Rahman, S. (2020) ‘Penguatan Peran Orang Tua dalam Mendampingi


Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Golden
Age, 4(02), pp. 322–331. doi: 10.29408/jga.v4i02.2520.

Elytasari, S. (2017) ‘Esensi Metode Montessori dalam Pembelajaran Anak Usia


Dini’, Jurnal Arraniry, 3(1), pp. 59–73.

Erna, I. dan Wahyuni (2011) ‘Gambaran Karakteristik Keluarga Tentang Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Desa
Karangasem Wilayah Kerja Puskesmas Tanon II Sragen’, Gaster : Jurnal
Kesehatan, 8(2), pp. 741–749.

IDNTIMES (2021) 'Sejarah Permainan Monopoli', available at:


https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/sejarah-
permainan-monopoli.

Ilman, A. A. N., Qutni, A. A., dan Nahdiyah, A. (2019) ‘Peningkatan


Pengetahuan Diri pada Masyarakat Desa Jatibarang Lor Terkait Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai Upaya Preventif, Kkn.Unnes.Ac.Id,
pp. 1–9.

Media Indonesia (2016) '1935: Permainan Monopoli Diproduksi Luas', available


at: https://mediaindonesia.com/internasional/75718/1935-permainan-
monopoli-diproduksi-luas-1

Kemenkes (2010) 'Keluarga Sehat, Investasi Bangsa', available at:


https://www.kemkes.go.id/article/view/1309/keluarga-sehat-investasi-
bangsa.html.

Kemenkes (2018) 'Perilaku Hidup Bersih Sehat', available at:


https://promkes.kemkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-sehat

Kemenkes (2020) 'Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru', available at:


https://promkes.kemkes.go.id/menuju-adaptasi-kebiasaan-baru.

Khamidah, D. A. N. (2011) ‘Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Tentang


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Antara Metode Permainan
Monopoli dan Ceramah pada Siswa SDN Kebandingan Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010/2011’, p. 68.

Mashitah, M. W. dan Ispriantari, A. (2017) ‘Pengaruh Metode Course Review


Horay Terhadap Pengetahuan , Sikap dan Praktik Perilaku Hidup Bersih
Dan’, Jurnal Kesehtan Hesti Wira Sakti, Volume 5, pp. 1–6.

Prananta, Y. R., Setyosari, P. dan Santoso, A. (2020) ‘Pemanfaatan Digital Story


Telling sebagai Media Pembelajaran Tematik di SD’, Springer Series on
Cultural Computing, pp. 547–558.

Turahmat, Wardani, O. P., dan Wijayanti, R. (2019) ‘Semarang Bermuatan Nilai


Karakter’, pp. 176–186.

UNICEF (2020) 'COVID-19 and Children in Indonesia', available at:


https://www.unicef.org/indonesia/sites/unicef.org.indonesia/files/2020-05/
COVID-19-and-Children-in-Indonesia-2020_0.pdf.

Waluyati, I. (2020) ‘Penerapan New Normal dalam Masa Pandemi Covid 19 di


Sekolah’, (2), pp. 50–61.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kotak Permainan Monopoli


Sumber: mediaindonesia.com

Lampiran 2. Proses dalam Permainan Monopoli


Sumber: idntimes.com
BIODATA PENULIS

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Ni Putu Nita Aristania Dewi
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Program Studi Sarjana Kedokteran dan
Profesi Dokter
4. NIM 2002511138
5. Tempat dan Tanggal Lahir Tabanan, 28 November 2001
6. E-mail nitaaristaniaaa@gmail.com
7. Nomor Telepon/HP 081337570950
B. Penghargaan Yang Pernah Diterima
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1. Juara I Lomba Esai Universitas 2021
Galenica Competition Mahasaraswati
2021 Denpasar

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.

Denpasar, 30 April 2021

(Ni Putu Nita Aristania Dewi)

Anda mungkin juga menyukai