Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA POSTER


TERHADAP PENERAPAN PHBS DI LINGKUNGAN SEKOLAH
DASAR INPRES OTTO KECAMATAN
NUNKOLO KABUPATEN TTS

1.

OLEH:

2.
MARKUS SIOH
171111029

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan dimasa
depan, oleh karena itu perlu dijaga, dilindungi haknya untuk mendapatkan
kesehatan serta ditingkatkan kesehatannya (Wayan Sugandi, dkk, 2020). Anak
yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan
wajar yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki
kemampuan sesuai standar kemampuan anak seusianya (Ratna Julianti, dkk,
2018). Usia sekolah dasar rentan terhadap serangan penyakit yang diakibatkan
kurangnya menjaga kebersihan dan juga kesehatan (Iwan Shalahuddin, dkk,
2019).
Penerapan PHBS pada tatanan sekolah yang kurang baik sangat mungkin
menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan pada anak, masalah kesehatan
yang sering terjadi yaitu diare karena disebabkan sering konsumsi jajan di sekolah
(Lita, H. K,. & Arindi, A. S, 2020). Sekolah sebagai instansi pendidikan yang
dapat menjadi sasaran dalam penerapan PHBS perlu untuk diperhatikan
pelaksanaannya, karena tidak menutup kemungkinan jika masalah kesehatan yang
terjadi pada siswa disebabkan karena PHBS yang rendah (Widia 2022).
Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat disekolah perlu ditanamkan oleh guru
sehingga siswa menjadi terbiasa melaksanakannya. Pendidikan kesehatan
disekolah sangat efektif dilakukan karena sebagian besar waktu anak-anak berada
disekolah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat diterapkan pada semua
golongan masyarakat termasuk anak usia sekolah (Gunawan & Asep Saepullah,
2020).
World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2019,
pneumonia dan diare adalah penyebab kematian utama pada anak di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Kedua penyakit ini masing-masing tercatat dengan
persentase 36% dan 10% sebagai penyebab kematian pada anak di Dunia. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan adanya
peningkatan prevalensi penyakit menular seperti diare dari 4,5% menjadi 6,8%.
Perilaku cuci tangan di Indonesia hanya mencapai 49,8% dan Provinsi Nusa
Tenggara Timur menempati peringkat paling rendah perilaku mencucui tangan
yaitu sebanyak 20,4%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eureka pada
tahun 2020 anak sekolah dasar di Desa Lifuleo Kabupaten Rote Ndao menyatakan
bahwa data prevalensi PHBS di kabupaten Kupang yaitu 44,5%. Eureka, 2020.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ragu Theodolfi 2018 di SD kota
kupang, menjelaskan terdepat 28% siswa yang memiliki pengetahuan baik
tentang upaya pencegahan diare 89%, siswa berperilaku hidup bersih dan sehat
42% siswa mengggunakan fasilitas sanitasi disekolah. Sekolah tidak menyediakan
air minum yang dapat digunakan oleh siswa, 82% siswa membawa air minum dari
rumah. Akses siswa terhadap fasilitas air bersih diperoleh dari perpipaan (46%)
dan tangki air (36%), hanya 60% fasilitas air bersih yang berfungsi. Akses
sanitasi sekolah belum menjadi prioritas, seperti ketersediaan sarana belajar
PHBS bagi siswa sekolah dasar. Kondisi sanitasi menyebutkan 70% toilet siswa
kategori kurang baik, sedangkan toilet guru kategori sangat baik (25%) dan
(75%). Data sarana cuci tangan pakai sabun (CPTS) menunjukan 85% kurang
baik, sarana air bersih 30% tidak memenuhi syarat kesehatan, pengelolaan
sampah dan saluran drainase masi kategori buruk. Penerapan PHBS pada tatanan
sekolah yang kurang baik sangat mungkin menjadi penyebab berbagai masalah
kesehatan pada anak. Hasil Riskesdas Nasional tahun 2018 menyebutkan bahwa
terjadi penurunan PHBS pada anak usia sekolah dasar atau SD (6-12 tahun),
seperti perilaku cuci tangan yang baik dan benar hanya 43%. Dilaporkan pula
perilaku jajan sembarangan seperti konsumsi makanan manis lebih dari 1 kali
sehari sebanyak 50,4%, kebiasaan konsumsi minuman manis lebih dari 1 kali
sehari bahkan lebih tinggi yaitu sebanyak 61,86%. Angka-angka tersebut
menunjukan rendahnya PHBS pada anak usia sekolah dasar yang sejalan dengan
meningkatnya prevalensi penyakit diare pada anak SD yaitu 14,8%. Bahkan lebih
memperihatinkan bahwa 1,76% anak Indonesia mulai merokok pada usia 10
tahun (Riskesda, 2018).
Beberapa indikator untuk menilai PHBS di sekolah yaitu mencuci
tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan
sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat,
olahraga yang teratur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah,
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan. Salah
satu indikator PHBS adalah perilaku cuci tangan. Perilaku cuci tangan yang tepat
dilakukan yaitu pada saat sebelum dan sesudah makan kemudian setelah
buang air besar. Perilaku cuci tangan juga harus dilakukan secara
benar dengan menggunakan sabun untuk memastikan bakteri pada tangan
akan mati. Penelitian membuktikan bahwa perilaku cuci tangan dapat
mencegah kejadian diare. Penyakit diare pada anak lebih banyak
disebabkan karena bakteri. Kondisi tangan yang terkontaminasi bakteri
pada saat makan menjadi pemicu terjadinya diare. Diare pada anak sekolah
menyebabkan kerugian yaitu anak tidak bisa mengikuti pelajaran, orang tua
juga tidak bisa bekerja dan jika terlambat penanganannya bisamenyebabkan
kematian. Orang yang tidak cuci tangan dengan sabun berisiko 6,6 kali lebih
besar terkena diare dibandingkan orang yang cuci tangan dengan sabun
(Nurmahmudah et al., 2018).
Media paling banyak digunakan untuk mempromosikan,
mensosialisasikan kesehatan adalah media poster. Poster adalah media gambar
yang mengkombinasikan unsur-unsur visual seperti garis, gambar dan kata-kata
untuk dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikan pesan secara singkat.
Poster sering digunakan untuk memudahkan proses penyampaian informasi, saran
atau ide tertentu sehingga dapat merangsang keinginan orang yang melihatnya
untuk melaksanakan isi pesan tersebut. Poster memiliki kelebihan diantaranya,
dapat diproduksi dalam jumlah besar, dapat disebarluaskan ke pelosok wilayah
terpencil, dilengkapi dengan gambar yang dapat menarik perhatian dan dapat
ditempelkan di tempat-tempat umum. Salah satu kelebihan poster adalah
dilengkapi dengan gambar yang menarik. Media yang menarik ini akan
merangsang perhatian dari pembaca di lingkungan sasaran. Selain kelebihan,
media poster juga memiliki kelemahan yaitu, sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan orang yang melihatnya, dapat menimbulkan interpretasi yang
beragam, menarik bagi kalangan tertentu namun bisa jadi tidak menarik bagi
kalangan lainnya, serta dapat menimbulkan kebosanan apabila terpasang terlalu
lama ditempat yang sama. Kekurangan media poster yang tidak dapat menstimulir
efek suara dan gerak inilah yang bagi sebagian orang menyebabkan kebosanan
(Yusandika et al., 2018).
Pencegahan terhadap penyakit diare bisa dilakukan oleh semua orang
baik anak maupun orang dewasa. Perilaku cuci tangan sebelum dan sesudah
makan serta setelah menggunakan toilet merupakan tindakan untuk mencegah
penyakit diare. Upaya penerapan PHBS memerlukan kemitraan dan peran serta
dengan semua pihak. Anak sekolah dasar adalah salah satu mitra yang sangat
berpotensi untuk mendukung perubahan perilaku yang sehat. Perilaku anak
sekolah sangat mudah dipengaruhi untuk memiliki perilaku yang benar. Penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku cuci
tangan, oleh karena itu penting untuk melakukan pengabdian untuk
meningkatkan pengetahuan anak sekolah terkait perilaku cuci tangan sebagai
upaya pencegahan kejadian diare (Gunawan & Asep Saepullah, 2020 ).
Berdasarkan pernyatan di atas ini maka peniliti tertarik untuk melakukan
penilitian tentang ‘‘Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Poster
Terhadap Penerapan PHBS Di Lingkungan Sekolah Dasar Inpres Otto Kecamatan
Nunkolo Kabupaten TTS’’.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media poster
terhadap penerapan PHBS di lingkungan sekolah Dasar Inpres Otto Kecamatan
Nunkolo Kabupaten TTS?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
pendidikan kesehatan dengan media poster terhadap penerapan phbs di
lingkungan sekolah Dasar Inpres Otto Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi penerapan phbs di lingkungan sekolah Dasar Inpres Otto
Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dengan media poster di.
2. Mengidentifikasi penerapan phbs di lingkungan sekolah Dasar Inpres Otto
Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS sesuda diberikan pendidikan
kesehatan dengan media poster.
3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan media poster
terhadap penerapan PHBS di lingkungan sekolah Dasar Inpres Otto
Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Toritis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan informasi kepada Guru,
dan siswatentang pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media poster
terhadappenerapan phbs di lingkungan sekolah Dasar Inpres Otto Kecamatan
Nunkolo Kabupaten TTSsehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam
kehidupan sehari-hari.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan dan
informasi tentang penarapan PHBS sehingga dapat dijadikan sumber
referensi bagi penelitian selanjutnya tentang penerapan PHBS.
2. Bagi OrangTua
Diharapkan kepada orang tua dapat memahami atau menambah
wawasan pengetahuan melalui informasi tentang pengaruh pendidikan
kesehatan menggunakan media poster terhadap pengetahuan ibu tentang
penerapan PHBS.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk bahan
pertimbangan bagi sekolah guna menyusun strategi lebih lanjut dan arah
kebijakan penanggulangan sehingga para siswa mampu menerapkan PHBS
dilingkungan sekolah.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Poster Terhadap Penerapan Phbs Di
Lingkungan Sekolah Dasar Inpres Otto Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS.

No Nama Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan


Peneliti
dan Tahun
1 Riesti Tingkat Pengetahuan Perilaku Tingkat pengetahuan siswa kelas IV dan V tentang Perilaku 1. Teknik 1. Design penelitian
Cahyaning Hidup Bersih Sehat (PHBS) Hidup Bersih Sehat dapat dikategorikan menjadi 3 kategori, sampling 2. Teknik Analisis
ru, 2016. Terhadap Kebersihan Pribadi yaitu baik, cukup, dan kurang. Hasil penelitian bahwa 2.Instrume Data
Siswa Kelas IV Dan V Sd sebanyak 66,7% atau 28 siswa masuk kategori baik; 31,0% n berupa
Negeri Kraton Yogyakarta. atau 13 siswa masuk kategori cukup; dan 2,4% atau 1 siswa tes
masuk kategori kurang. 3. Sebagian
variabel
2 Hanafi. S. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pendidikan 1. Design 1. Teknik sampling 2.
A., 2013, dengan Metode Audiovisual kesehatan menggunakan metode audiovisual pada perilaku penelitian Teknik Analisis Data
terhadap Perilaku Cuci Tangan cuci tangan anak pra sekolah di TK ABA Notoyudan, 2. 3. Media yang
pada Anak Pra Sekolah di TK Ygyakarta Instrumen dipakai
ABA Notoyudan Yogyakarta berupa tes 4. Subyek penelitian
3. Variabel
bebas
3 Hanifa. A. Perbedaan Pengaruh Media Hasil: 1. Design 1. Teknik sampling 2.
P., 2016, Pembelajaran Lagu Dan Slide 1) Ada perbedaan pengaruh media pembelajaran lagu dan penelitian Teknik Analisis Data
Pada Praktik Mencuci Tangan slide terhadap praktik mencuci tangan, dengan nilai p=0,005; 2.Instrume 3. Media yang
Ditinjau Dari Jenis Kelamin 2) Ada perbedaan pengaruh kelamin lakilaki dan perempuan n berupa dipakai
terhadap praktik mencuci tangan, dengan nilai p=0,000; checklist 4. Subyek penelitian
3) Tidak ada interaksi antara media pembelajaran terhadap
praktik mencuci tangan ditinjau dari jenis kelamin, dengan
nilai p=0,377. Kesimpulan: Tidak ada interaksi antara media
pembelajaran lagu dan slide terhadap praktik mencuci tangan
ditinjau dari jenis kelamin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan kesehatan
2.1.1 Pengertian pendidikan kesehatan
Pendidikan Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Pendidikan
kesehatan merupakan penambah pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau intruksi secara individu untuk meningkatkan
kesadaran akan nilai kesehatan sehingga sadar mau mengubah perilakunya
menjadi perilaku sehat (Novita, dkk 2016).
Pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan sadar
untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar
memperbaiki kesadaran (literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya (life skills) demi kepentingan kesehatannya (Nursalam, 2018).
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok,
atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan atau promosi kesehatan dan batasan ini tersirat unsur-unsur input
(sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil
yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku
kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif oleh sasaran dari kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan
(Notoadmojo, 2014).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Menurut Notoadmojo, Soekidjo (2014), Pendidikan kesehatan
mempengaruhi 3 faktor yaitu:
a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi
Promosi kesehatan bertujuan untuk mengubah kesadaran, memberikan
atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun
masyarakat. Disamping itu dalam konteks promosi kesehatan juga
memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan
sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan
kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan kesehatan,
pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, billboard dan
sebagainya.
b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat).
Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat
memberdayakan masyarakat agar mampu megadakan sarana dan
prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan cara
bantuan teknik, memberikan arahan, cara-cara mencari dana untuk
pengadaan sarana dan prasarana.
c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan
pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan
sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi
teladan contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.
2.1.3 Strategi pelaksanaan pendidikan kesehatan
Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi dalam lingkungan pendidikan kesehatan yang meliputi
sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman
belajar kepada klien. Strategi pendidikan kesehatan tidak hanya terbatas pada
prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket
pendidikan kesehatannya.
Strategi diperlukan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan kegiatan
pendidikan kesehatan yang efektif dan efisien. Strategi pendidikan kesehatan
ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi pendidikan kesehatan
terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin klien betul-betul
akan mencapai tujuan, strategi lebih luas dari pada metode atau teknik
pendidikan kesehatan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan
kesehatan dilakukan strategi kegiatan sebagai berikut:
a. Penyebarluasan informasi kesehatan.
b. Pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
c. Pengembangan penyelenggaraan penyuluhan (Novita, dkk 2016).
2.1.4 Metode pendidikan kesehatan
Menurut Notoadmojo, Soekidjo (2014) metode pendidikan kesehatan terdiri
dari:
a. Metode individual (perorangan)
Dalam promosi kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku
baru atau seseorang yang telah tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Metode ini dapat dikemukakan antara lain metode bimbingan dan
wawancara.
b. Metode kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Efektifitas
suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan.
Metode ini mencakup ceramah dan minat.
c. Metode massa
Dalam metode ini penyampaian infromasi ditujukan kepada masyarakat
yang sifatnya massa dan publik. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam
arti tidak membedakan golongan umur, pekerjaan status ekonomi, tingkat
pendidikan dan sebagainya., maka pesan kesehatan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Beberapa
contoh dari metode ini adalah ceramah umum, berbincang-bincang (talk
show), simulasi tulisan majalah atau koran, spanduk dan poster.
2.1.5 Pendidikan kesehatan di masyarakat
Pendidikan kesehatan di masyarakat dilaksanakan melalui pembinaan
dalam mengatasi masalah kesehatan sebagai bentuk implementasi asuhan
keperawatan. Fokus program pendidikan kesehatan ini adalah masyarakat
sebagai sistem sosial dan subsistemnya adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.
Metode pendidikan kesehatan ini, menekankan pada peningkatan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit (Novita, dkk 2016).
2.1.6 Media untuk promosi kesehatan
Promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi
kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium untuk
memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi. Dengan alat peraga
maka dapat membantu promotor untuk menyampaikan pesan atau informnasi
kepada masyarakat (Novita, dkk 2016).
2.1.6.1 Pengertian media
Kata media berasal dari bahasa Latin “medius” yang berarti tengah,
perantara, atau pengantar. Secara harfiah dalam bahasa Arab, media berarti
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media atau
alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (Novita, dkk 2016).
Media promosi kesehatan merupakan salah satu upaya untuk
mendukung keberhasilan proses pembelajaran sehingga lebih menarik
perhatian dan materi yang disampaikan akan lebih menyenangkan, kreatif dan
tidak membosankan (Haryani dkk, 2015). Media mampu memberikan
keuntungan apabila digunakan secara baik diantaranya adalah menghindari
salah pengertian lebih mudah ditangkap lebih lama diingat, menarik atau
memusatkan perhatian dan dapat memberikan dorongan yang kuat untuk
melakukan apa yang dianjurkan (Wibowo dkk, 2014).
Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat
peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat
sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat
diterima oleh sasaran. Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan
keuntungan-keuntungan, antara lain:
a. Dapat menghindari kesalahan pengertian atau pemahaman atau salah
tafsir.
b. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah
ditangkap.
c. Apa yang diterangkan akan kebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melekukan apa yang
dianjurkan (Novita, dkk 2016).
2.1.6.1.1 Media poster
Yusandika et al., (2018) menjelaskan bahwa poster yaitu sajian
kombinasi visual yang jelas, menyolok dan menarik dengan maksud untuk
menarik perhatian orang yang lewat. Berdasarkan pendapat di atas, dapat
peneliti simpulkan bahwa media poster secara umum adalah suatu pesan
tertulis baik itu berupa gambar maupun tulisan yang ditujukan untuk
menarik perhatian banyak orang sehingga pesan yang disampaikan dapat
diterima orang lain dengan mudah
Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambarr dengan tujuan
untuk mempengaruhi sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau
mempengaruhi agar seseorang bertindak akan sesuatu hal. Poster tidak
dapat member pelajaran dengan sendirinya, karena keterbatasan kata-kata.
Poster lebih cocok kalau diperuntukan sebagai tindak lanjut dari suatu
pesan yang sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu. Dengan
demikian poster bertujuan untuk mengingat kembali dan mengarahkan
pembaca kearah tindakan tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
komunikator.
2.1.6.1.2 Ciri-Ciri Media Poster
Ciri-ciri poster yang baik menurut Musfiqon, (2018) yaitu:
1. Sederhana
2. Menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok
3. berwarna
4. Slogannya
5. Tulisannya jelas
6. Motif dan tulisannya bervariasi.
2.1.6.1.3 Fungsi Dan Manfaat Media Poster
Sri Anitah (2019) mengatakan manfaat poster adalah sebagai berikut:
1. Sebagai penggerak perhatian
2. Sebagai petunjuk
3. Sebagai peringatan dan pengalaman kreatif untuk kampanye.
2.1.6.2 Tujuan Media Promosi Kesehatan
1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
Dengan adanya media atau alat peraga maka masyarakat yang mendengar
atau melihat menjadi ada
bayangan tentang infotmasi atau pengetahuan yang disampaikan.
2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
Media dapat memberi gambaran yang jelas mengenai informasi atau
pengetahuan yang diberikan.
3. Dapat memperjelas informasi.
Dengan melihat dan mendengar maka informasi yang diberikan akan lebih
mudah dimengerti.
4. Media mempermudah pengertian.
Dengan melihat dan mendengar maka informasi yang diberikan lebih
mudah dimengerti.
5. Mengurangi komunikasi yang verbalistik.
Dengan adanya media maka komunikasi bisa terjadi tidak hanya verbal
namun bisa secara lisan juga.
6. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
Adanya alat bantu atau media, masyarakat dapat melihat bentuk informasi
atau pengetahuan dengan menggunakan indra penglihatannya.
7. Memperlancar komunikasi.
Informasi atau pengetahuan yang diberikan bisa sampai ke masyarakat,
sehingga komunikasi berjalan dengan baik. Bidan atau petugas kesehatan
dapat memberikan informasi dengan mudah sesuai tujuan dari penyuluhan
tersebut (Novita, dkk 2016).
2.1.6.3 Jenis media promosi kesehatan
1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoadmojo, Soekidjo 2014)
a. Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah,
buletin dan sebagainya.
b. Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide,
film dan seterusnya.
2. Pembagian alat peraga berdasarkan fungsinya
a. Booklet: merupakan media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.
Sasaran booklet adalah masyarakat yang dapat membaca. Booklet
adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam
bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat bantu, sarana
dan sumber daya pendukung untuk menyampaikan pesan harus
menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan (Novita, dkk
2016).
Menurut Kemm dan Close (2017) booklet memiliki beberapa
kelebihan yaitu:
a) Dapat dipelajari setiap saat, karena desain berbentuk buku.
b) Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan dengan
poster.
Menurut Ewles (2017), media booklet memiliki keunggulan sebagai
berikut :
a) Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.
b) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.
c) Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.
d) Mengurangi kebutuhan mencatat.
e) Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah.
f) Awet.
g) Daya tampung lebih luas.
h) Dapat diarahkan pada segmen tertentu.
Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan
adalah:
a) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
b) Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.
c) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan
cepat.
d) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima kepada orang lain.
e) Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
f) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.
g) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami
dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
h) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
b. Leaflet: merupakan selembar kertas terdiri dari 200-400 kata dengan
tulisan cetak yang berisi tentang informasi atau pesan-pesan kesehatan.
Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar atau kombinasi. Leaflet
berukuran 20 x 30cm dan biasanya disajikan dalam bentuk dilipat.
Biasanya leaflet diberikan kepada sasaran setelah selesai kuliah atau
ceramah agar dapat digunakan sebagai pengingat pesan atau dapat juga
diberikan sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang sedang
disampaikan.
c. Poster merupakan bentuk media yang berisi pesan-pesan singkat atau
informasi kesehatan yang biasanya menempel di dinding, tempat-
tempat umum atau kendaraan umum dan dalam bentuk gambar. Ukuran
poster biasanya sekitar 50-60cm, karena ukurannya sangat terbatas
maka tema dalam poster tidak terlalu banyak biasanya hanya ada satu
tema dalam satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster
hendaknya menarik. Kata-kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata
dan hurufnya dapat dibaca oleh orang lewat dari jarak 6 meter.
Biasanya isinya bersifat pemberitahuan atau propaganda. Poster sesuai
untuk tindak lanjut dari pesan yang sudah disampaikan pada waktu lalu.
Jadi tujuan poster adalah untuk mengingatkan kembali dan
mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu atau sebagai bahan
diskusi kelompok.
2.2 Tinjauan Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS )
2.2.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sehat merupakan sebuah karunia yang diberikan tuhan yang
sepantasnya disyukuri, dan sehat juga merupakan hak asasi manusia yang
harus dimiliki setiap orang. Harus dijaganya kesehatan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup saat ini. Sehat memang bukan segalanya, akan tetapi
tanpa sehat diri kita tidak berarti. Kesehatan harus tetap dijaga dan diperlihara
serta ditingkatkan oleh setiap manusia.
Pola hidup sehat yaitu suatu konsep untuk menjaga kesehatan baik dari
penjagaan pola makan yang dikonsumsi dan juga olahraga serta istirahat yang
cukup. Perilaku hidup bersih dan sehat yang diartikan sekumpulan perilaku
yang dilakukan oleh peserta didik, guru, masyarakat atas dasar kesadaran
sehingga secara mandiri dapat mencegah penyakit dan juga bisa mengubah
dan mewujudkan kehidupan yang lebih baik lagi. Gani (2013) menyatakan
bahwa “Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk
perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan. Keluarga dan
masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual maupun
sosial”. Menurut Aswadi et al (2017) berpendapat bahwa “ Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga yang dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya”.
Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia
sekolah (usia 6-10) ternyata umumnya berkaitannya dengan PHBS. Oleh
karena itu, penanaman kebutuhan mutlak dan dapat diketahui melalui
pendekatan usaha kesehatan.Perilaku hidup bersih dan sehat disekolah adalah
upaya untuk memberdaya siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
agar tahu dan mampu mempraktikkan PHBS, dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat (Menurut Aswadi et al., 2017)
Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis, karena pada
usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Selain rentan
terhadap masalah kesehatan, anak usia sekolah juga berada pada kondisi yang
sangat peka terhadap stimulus, sehingga mudah dibimbing, diarahkan, dan
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan berperilaku
hidup bersih dan sehat. Pada umumnya, anak-anak seusia ini juga memiliki
sifat selalu ingin menyampaikan apa yang diterima dan diketahuinya dari
orang lain (Menurut Aswadi et al (2017)
Menurut Kemenkes (2019) menyatakan bahwa “Perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat”. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), maka dapat disimpulkan bahwa Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang
atau keluarga yang dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan pada masyarakat.
2.2.2 Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu upaya
preventif (pencegahan terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan) dan
promotif (peningkatan derajat kesehatan) pada seseorang, sehingga dapat
dikatakan sebagai pilar Indonesia.
Menurut Gunawan & Asep Saepullah, (2020). mengemukakan bahwa
“Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini pada garis besar dikelompokkan
menjadi dua, yakni:
1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat.
Oleh karena itu perilaku ini disebut perilaku sehat (healty behavior), yang
mencakup perilakuperilaku (overt and convert behavior) dan mencegah
atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah atau
penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam
mengupayakan peningkatan kesehatan (perilaku promotif).
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan
Merupakan perilaku untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatannya. Oleh karena itu perilaku ini disebut perilaku
pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini
mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila
sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan dan
terlepasnya dari masalah kesehatan tersebut. Tempat pencarian
kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan, baik fasilitas atau
pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe atau paranormal), maupun
modern, atau professional (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan
sabagainya).
2.2.3 Indikator PHBSA
Ada beberapa indikator PHBS di sekolah dasar menurut Kemenkes
2019 menyatakan bahwa:
1) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,
2) Mengonsumsi jajanan sehat,
3) Menggunakan jamban bersih dan sehat
4) Olahraga yang teratur
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Tidak merokok di lingkungan sekolah
7) Membuang sampah pada tempatnya, dan
8) Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk
menciptakan lingkungan yang sehat.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai indikator phbs di
sekolah maka dapat disimpulkan bahwa indikator PHBS di sekolah yaitu
seperti mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan sehat,
berolahraga secara teratur, menggunakan toilet bersih dan sehat, membuang
sampah di tempat sampah, tidak merokok di lingkungan sekolah,
memberantas jentik nyamuk, dan lain-lainnya.
3.2 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Sekolah dasar merupakan awal dari pendidikan, pada masa ini adalah
perpindahan anak dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah, yaitu
lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jasmani dan rohani.
Sekolah dasar dibagi menjadi dua tingkatan yaitu tingkat kelas rendah dan tingkat
kelas tinggi. Adapun tingkat kelas rendah dimulai dari kelas satu, kelas dua, dan
kelas tiga, sedangkan tingkat kelas tinggi dimulai dari kelas empat, kelas lima,
dan kelas enam. Di Indonesia anak sekolah dasar dimulai dari usia 6 atau 7 tahun
hingga usia 12 tahun. Anak sekolah dasar relatif sama, namun bisa dilihat dari
perkembangan fisik ataupun jasmani anak berbedabeda. Hal ini antara lain
disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak,
kebiasaan hidup, dan lain-lain.
Menurut Permendikbud (2014) mengemukakan bahwa “Lingkup
perkembangan sesuai tingkat usia anak meliputi:
a. Aspek Nilai Agama dan Moral Kemampuan mengenal nilai agama yang
dianut, mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat,
sportif, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengetahui hari besar agama,
menghormati, dan toleran terhadap agama orang lain.
b. Aspek Nilai Fisik-Motorik
Adapun aspek nilai fisik-motorik meliputi:
1. Motorik kasar (mencakup kemampuan gerakan tubuh secara terkoordinasi,
lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor dan mengikuti aturan)
2. motorik halus (mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan
alat mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk)
3. kesehatan dan perilaku kesehatan (mencakup berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala sesuai usia serta kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat,
dan peduli terhadap keselamatannya).
c. Aspek Nilai Kognitif Meliputi:
1. belajar dan pemecahan masalah (mencakup kemampuan memecahkan
masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan
diterima oleh sosial serta menerapkanpengetahuan atau pengalaman dalam
konteks yang baru)
2. berfikir logis (mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif,
berencana dan mengenal sebab-akibat)
3. berfikir simbolik (mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan
menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu
merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar).
d. Aspek Nilai Bahasa Meliputi:
1. memahami bahasa reseptif (mencakup kemampuan memahami cerita,
perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan)
2. mengekspresikan bahasa (mencakup kemampuan bertanya, menjawab
pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang
diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide dan
keinginan dalam bentuk coretan)
3. keaksaraan (mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi
huruf, meniru bentuk huruf serta memahami kata dalam cerita).
e. Aspek Nilai Sosial-emosional Meliputi
1. kesadaran diri (terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri mengenal
perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta mampu menyesuaikan diri
dengan orang lain)
2. rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain (mencakup kemampuan
mengetahui hak-haknya, mentaati aturan, mengatur diri sendiri, serta
bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama)
3. perilaku prososial (mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya,
memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak dan pendapat
orang lain, bersikap kooperatif, toleran dan berperilaku sopan).
f. Aspek Nilai Seni Meliputi kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan
diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni
lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan) serta mampu mengapresiasi karya
seni, gerak dan tari, serta drama.
Menurut Harjatmo, dkk. (2017) menyatakan bahwa “Pertumbuhan
tubuh manusia dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik merupakan penentu sifat yang diturunkan dari
kedua orang tuanya. Sifat-sifat yang diturunkan dalam genetik setiap individu
berbeda dan tergantung sifat bawaannya. Faktor lingkungan merupakan faktor
yang penting mempengaruhi tercapainya pertumbuhan tubuh. Lingkungan
yang baik akan memungkinkan tercapainya potensi pertumbuhan, sebaliknya
lingkungan yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat”.
Anak usia sekolah dasar sangat mudah dipengaruhi oleh teman ataupun
lingkungan anak bermain. Pada anak usia sekolah sudah dapat memilih
makanan yang anak sukai, anak sudah dapat meminta kepada orang tua
berbeda pada anak yang belum mulai sekolah, anak masih bergantung kepada
orang tuanya dalam makanan yang anak makan. Dalam kegiatan sehari-hari
anak usia sekolah dasar tergolong sangat aktif. Sehingga anak sangat
memerlukan banyak energi untuk tubuhnya.Pola makan dan jenis makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh anak harus diperhatikan oleh orang tua, tidak
hanya menuruti makanan yang diinginkan oleh anak (Harjatmo, dkk., 2017)
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang perkembangan anak yaitu
tumbuh kembangnya fisik anak dari sejak lahir hingga dewasa dan dengan
bertumbuh kembangnya fisik maka moral anak juga akan berkembang, dapat
dilihat ketika anak berada dilingkungan sosialnya dengan adanya moral maka
anak bisa dikatakan suka berfikir, namun anak berfikir dengan cara logis yaitu
dengan melihat konkret apa yang dialaminya. Tumbuh kembang anak sangat
tergantung pada faktor genetik yaitu keturunan dari kedua orang tuanya dan
faktor lingkungan yang mana setiap harinya dijalani anak tersebut. Dengan
terus tumbuh kembang maka akan mengalami aspek moral agama, aspek fisik
motorik, aspek kognitif, aspek bahasa, aspek sosial-emosional dan aspek seni
(Menurut Aswadi et al (2017).
2.3 Kerangka teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Metode pendidikan kesehatan


Bersih dan Sehat. 1. Metode individual (perorangan)
1. Faktor predisposisi (predisposing factor) 2. Metode kelompok
2. Faktor pemungkin (enabling factor ) 3. Metode massa
3. Faktor penguat (reinforcing factor ) (Notoadmojo, Soekidjo (2014)
(Notoadmojo, Soekidjo (2014)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Indikator PHBS 1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan
Ada beberapa indikator PHBS di sekolah dasar meningkat.
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena
1) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah masalah kesehatan.
makan,
(Hidayat dan Julismin, 2013)
2) Mengonsumsi jajanan sehat,
3) Menggunakan jamban bersih dan sehat
4) Olahraga yang teratur
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Tidak merokok di lingkungan sekolah
7) Membuang sampah pada tempatnya, dan
8) Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan
sekolah untuk
(Kemenkes 2019)

Gambar 2.1 Kerangka teori Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Poster Terhadap Penerapan
PHBS Di Lingkungan Sekolah Dasar Inpres Otto Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS
2.4 Kerangka konsep

Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1. Baik menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan


Pengaruh Pendidikan Kesehatan Sehat
2. Cukup menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
3. Kurang menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Pengaruh

: Berhubungan

Gambar 2.1 Kerangka konsep Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Poster Terhadap Penerapan
PHBS Di Lingkungan Sekolah Dasar Inpres Otto Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS
2.5 Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan (Susilawati & Mulyana, 2018)
H1 : Terdapat Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Poster Terhadap
Penerapan PHBS Di Lingkungan Sekolah Dasar Inpres Otto Kecamatan
Nunkolo Kabupaten TTS
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain yang di
pakai dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design atau desain
eksperimen semu. Penelitian Quasi Experimen merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang
dikenakan pada subjek selidik (Notoadmodjo, 2010). Desain penelitian ini
menggunakan desain One group pre test design withhout control group design
atau pra tes pos tes tanpa kelompok kontrol.
Subyek Sebelum intervensi Intervensi Setelah
intervensi
R O I OI
Tabel 3.1 Tabel Rancangan Penelitian

Keterangan :
R: Subyek yaitu siswa SD kelas IV dan kelas V SD Inpres Otto
O: Observasi pengetahuan, sikap perilaku hidup bersih sehat sebelum ada
perlakuan pendidikan kesehatan menggunakan media poster
I: Intervensi berupa pendidikan kesehatan menggunakan media poster tentang
PHBS tatanan sekolah
OI: Observasi pengetahuan setelah dilakukan intervensi berupa pendidikan
kesehatan menggunakan media poster
3.2 Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2012) defenisi operasional adalah penentuan konstrak
atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.
Tabel 3.2 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi operasional Parameter instrumen Skala
1 Variabel pendidikan kesehatan dengan SAP (Satuan acara Media -
Independen : media poster adalah suatu pembelajaran) tentang poster
pendidikan proses pembelajaran tentang perilaku hidup bersih
kesehatan dengan kesehatan menggunakannalat sehat tatanan sekolah
media poster bantu poster agar siswa lebih
mudah dalam menerima
informasi kesehatan dan
termotifasi melakukan
perilaku hidup bersih
2 Variabel penerapan PHBS yang 1. Memelihara Kuesioner ordinal Penerap
dependen: dimaksud adalah kebiasaan rambut bersih dan p
penerapan PHBS untuk bertindak atau rapi
mengaplikasikan pola hidup 2. Memakai pakaian 3 =
bersih dan sehat dilingkungan bersih dan rapi r
sekolah. 3. Memelihara kuku m
pendek dan bersih d
4. Membuang 7
sampah pada 2 =
tempatnya

1 =
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling
3.3.1 Popolasi
Populasi adalah subjek yang memnuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Pembagian populasi meliputi populasi target dan populasi terjangkau Susilawati
& Mulyana (2018).
3.3.1.1 Populasi target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan
menjadi sasaran akhir penelitian. Populasi target bersifat umum dan biasanya
pada penelitian klinis dibatasi oleh demografis Susilawati & Mulyana (2018).
Pada penelitian ini memeliki populasi target yaitu semua siswa-siswi yang
berada di SD Inpres Otto Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS
3.3.1.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian
dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya Susilawati &
Mulyana (2018). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah 38 siswa
kelas 4, 5 dan 6 yang berada di SD Inpres Otto Kecamatan Nunkolo
Kabupaten TTS.
Kriteria inklusi penelitian adalah:
1. Siswa yang berbahasa indonesia yang baik dan benar
2. Siswa yang sudah lancar membaca dan menulis
3. Siswa kelas 4, 5 dan 6
4. Siswa yang bersedia menjadi responden
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan objek yang dapat mewakili populasi yang ada.
Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih
berdasarkan kemampuan mewakilinya Susilawati & Mulyana (2018). Untuk
menentukan sampel, peneliti mengggunakan populasi siswa kelas 4, 5, dan 6
sebanyak 38 siswa yang berada di SD Inpres Otto Kecamatan Nunkolo
Kabupaten TTS.
3.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili seluruh populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-
benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian Susilawati & Mulyan,
(2018). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling.Purposive Sampling merupakan suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti
(tujan atau masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya Susilawati & Mulyana
(2018).
3.4 Rencana Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada januari-febuari 2023. Lokasi penelitian
dilakukan di SD Inpres Otto Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS.
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
Susilawati & Mulyana (2018).
3.3.1 Proses Pengumpulan Data
Setelah mendapatkan ijin dari Rektor, Dekan Fakultas Kesehatan, Ketua
Program Studi Ners Universitas Citra Bangsa Kupang. Kemudian peneliti
meminta surat pengantar dari institusi yang berhubungan dengan penelitian
yang akan dilakukan. Peneliti membawa surat pengantar tersebut yang
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten TTS, kemudian Kepala
Dinas Kesehatan kabupaten TTS membuat surat pengantar dengan tembusan
kepada Kepala sekolah SD Inpres Otto Kecamatan Nunkolo Kabupaten TTS.
Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan pendekatan dengan calon
responden dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Setelah
calon responden mengerti dan setuju kemudian peneliti memberikan lembar
informed consent untuk di tandatangani. Kemudian peneliti memberikan
kuisioner kepada responden yang telah memenuhi kriteria inklusi. Dalam
penelitian ini peneliti dibantu oleh satu orang asisten penelti yang sebelumnya
telah dilakukan persamaan persepsi dalam proses pengambilan data.
Setelah lembar kuesioner diisi, selanjutnya peneliti akan memeriksa
kembali kelengkapan jawaban responden pada setiap pertanyaan. Apabila ada
pertanyaan yang terlewatkan atau belum dijawab, peneliti akan melakukan
validasi pada saat itu juga. Setelah semua data diisi kemudian kuesioner
dikumpulkan kembali untuk dilakukan pengolahan data sesuai urutan
pengolahan data, setelah itu dilakukan analisa dan penyajian data hasil
penelitian.
3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati Sugiyono, (2017) dalam Susilawati
& Mulyana (2018). Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah media poster dan kuesioner penerapan PHBS kuesioner
penerapan PHBS.
3.6 Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk tujuan pokok
penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkap
fenomena. Data mentah yang didapat, tidak dapat menggambarkan informasi
yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian (Nursalam, 2015)
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2009).
2. Coding
Coding kegiatan memberi kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri
atas bebrapa kategori. Biasanya dalam pemberian kode dan dalam satu buku
(code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode
dari suati variabel (Hidayat, 2009).
3. Scoring
Scoring adalah memberikan score atau penilaian pada tiap item pertanyaan
dan menentukan nilai terendah dan tertinggi (Setiadi, 2016). Scoring disini
menilai variabel yang diteliti yaitu pengaruh pendidikan kesehatan dan
kuesioner penerapan PHBS.
Untuk kepatuhan pendidikan kesehatan:
1. Pengaruh = > 50%
2. Tidak pengaruh = < 50%
Dan penerapan PHBS:
3. Baik: bila responden menjawab benar dengan skore 76-100%
2. Cukup:bila responden menjawab benar dengan skore 56-75%
1. Kurang: bila responden menjawab benar dengan skore <56%
4. Tabulating
Tabulating adalah penyajian dalam bentuk tabel yang terdiri dari beberapa
baris dan beberapa kolom. Tabulasi digunakan untuk memaparkan sekaligus
beberapa variabel hasil observasi, survey atau penelitian sehingga dapat
mudah dibaca dan dimengerti Sugiyono (2014) dalam Susilawati & Mulyana
(2018). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji chi square
3.7 Kerangka Kerja (Frame Work)
Kerangka kerja atau kerangka operasional adalah tahapan atau langkah-
langkah dalam aktivitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian dari
awal sampai akhir kegiatan Nursalam (2015).

Populasi target : siswa kelas 4, 5, dan 6 di SD Inpres Otto Kecamatan Nunkolo Kabupaten
TTS yang berjumlah 38 siswa

Populasi terjangkau siswa kelas 4, 5, dan 6 di SD Inpres Otto Kecamatan Nunkolo Kabupaten
TTS yang berjumlah 38 siswa dengan kriteria inklusi.
. Kriteria inklusi pada penelitian ini yakni :
1. Siswa yang berbahasa indonesia yang baik dan benar
2. Siswa yang sudah lancar membaca dan menulis
3. Siswa kelas 4, 5 dan 6
4. Siswa yang bersedia menjadi responden

Total sampling

Sampel : 38 orang

Informed consen

Pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner

Editing, Coding, Scoring dan Tabulating

Uji statistik:Uji chi square

Hasil

Kesimpulan
3.8 Etika Penelitian
Masalah etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
Etika Penelitian dibagi menjadi tiga (3) yang terdiri dari :
1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons)
Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat
manusia sebagai pribadi (personal) yang memiliki kebebasaan berkehendak
atau memilih dan sekaligus bertanggungjawab secara pribadi terhadap
keputusan-nya sendiri.
Secara mendasar prinsip ini bertujuan untuk :
a. Menghormati otonomi, yang mempersyaratkan bahwa manusia yang
mampu menalar pilihan pribadinya harus dihormati kemampuannya untuk
mengambil keputusan mandiri (self-determination).
b. Melindungi manusia yang otonominya terganggu atau kurang,
mempersyaratkan bahwa manusia yang berketergantungan (dependent)
atau rentan (vulnerable) perlu diberikan perlindungan terhadap kerugian
atau penyalahgunaan (harm and abuse).
2. Prinsip berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non-maleficence)
Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain
dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian
minimal.Diikutsertakannya subjek manusia dalam penelitian kesehatan
dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan penelitian kesehatan yang
benar-benar sesuai untuk diaplikasikan kepada manusia.
Prinsip etik berbuat baik, mempersyaratkan bahwa:
a. Risiko penelitian harus wajar (reasonable) dibanding manfaat yang
diharapkan.
b. Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah (scientifically
sound).
c. Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu
menjaga kesejahteraan subyek penelitian.
d. Diikuti prinsip do no harm (non maleficence - tidak merugikan), yang
menentang segala tindakan yang dengan sengaja merugikan subyek
penelitian. Prinsip tidak merugikan menyatakan bahwa jika tidak dapat
melakukan hal-hal yang bermanfaat, maka setidak-tidaknya jangan
merugikan orang lain. Prinsip tidak merugikan bertujuan agar subyek
penelitian tidak diperlakukan sebagai sarana dan memberikan perlindungan
terhadap tindakan penyalahgunaan.
3. Prinsip keadilan (justice).
Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk memperlakukan
setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dengan moral yang benar dan
layak dalam memperoleh haknya. Prinsip etik keadilan terutama menyangkut
keadilan distributif (distributive justice) yang mempersyaratkan pembagian
seimbang (equitable), dalam hal beban dan manfaat yang diperoleh subyek
dari keikutsertaan dalam penelitian. Ini dilakukan dengan memperhatikan,
distribusi usia dan gender, status ekonomi, budaya dan konsiderasi etnik.
3.3.1 Surat Persetujuan (Informed Consent)
Subjek harus mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian, mempunyai hak untuk bersedia atau menolak menjadi responden.
Pada informet consent juga dicantumkan untuk mengembangakan ilmu. Lembar
persetujuan untuk menjadi responden diedarkan sebelum riset dilakukan.
Tujuan agar subjek mengetahui maksud dan tujuan riset. Serta mengetahui
dampak yang akan teerjadi selama dalam pengumpulan data. Jika subjek
bersedia diteliti maka peneliti harus menghormati hak-hak responden
(Nursalam, 2015).
3.3.2 Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kearhasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan
mencantumkan identitas subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner)
yang diisi oleh banyak. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu (Nursalam,
2015).

Anda mungkin juga menyukai