ABSTRAK
Mencuci tangan merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah
menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan.
Anak usia prasekolah mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan perlunya mencuci tangan
dalam kehidupan sehari-hari terutama di lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metose storytelling terhadap
perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian Quasy Experimental Design dengan pendekatan pre and
post test design with control group. Jumlah sampel dalam penelitian ini 30 responden yang
dibagi menjadi dua kelompok yaitu 15 responden pada kelompok eksperimen dan 15
responden pada kelompok kontrol dengan teknik total sampling. Analisa data dalam
penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok
eksperimen sebelum diberikan storytelling memiliki perilaku yang efektif sebanyak (46,7%),
dan pada kelompok kontrol perilaku yang efektif sebanyak (26,7%). Sedangkan sesudah
diberikan storytelling pada kelompok eksperimen perilaku yang efektif sebanyak (93,3%),
dan pada kelompok kontrol perilaku yang efektif sebanyak (53,3%). Terdapat perbedaan
perilaku cuci tangan pada kelompok eksperimen sesudah diberikan storytelling dan kelompok
kontrol sesudah diberikan penyuluhan leaflet dengan p value 0.000 < 0,05.
Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Storytelling, Perilaku Cuci Tangan.
ABSTRACT
Washing hands is one of the Clean and Healthy Behaviors (PHBS) which has become a
worldwide concern, this is due to the problem of the lack of practice of hand washing
behavior. Preschoolers have a habit of not paying attention to the need to wash their hands
in daily life, especially in the school environment. The purpose of this study was to determine
the effect of health education with the storytelling method on hand washing behavior in
preschool-aged children in TK Pertiwi Undaan Tengah. This study uses a Quasy
Experimental Design research design with a pre and post test design approach with a control
group. The number of samples in this study was 30 respondents who were divided into two
groups, namely 15 respondents in the experimental group and 15 respondents in the control
group with total sampling technique. Data analysis in this study used the Wilcoxon test. The
results of this study showed that the experimental group before being given storytelling had
as much effective behavior (46.7%), and in the control group as effective behavior (26.7%).
Meanwhile, after being given storytelling in the experimental group, the effective behavior
was (93.3%), and the effective behavior control group was (53.3%). There are differences in
hand washing behavior in the experimental group after being given storytelling and the
control group after being given leaflet counseling with p value 0.000 <0.05.
Keywords :Health Education, Storytelling, Handwashing Behavior
LATAR BELAKANG
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan kumpulan perilaku berbasis
kesadaran yang dipraktikkan sebagai hasil pembelajaran yang memungkinkan individu,
kelompok, keluarga, dan masyarakat melakukan kegiatan peningkatan kesehatan secara
mandiri. Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya pemerintah
untuk menciptakan dan mengembangkan perilaku hidup sehat yang berfokus pada kebersihan
dan kesehatan masyarakat, yang bertujuan agar masyarakat mampu mencegah serta
menanggulangi penyakit secara mandiri. Pelaksanaan PHBS berfokus pada kegiatan
pendidikan kesehatan agar masyarakat umum dapat mengetahui dan mampu mempraktikkan
PHBS melalui proses pembelajaran (Kemenkes RI, 2011).
Perilaku cuci tangan merupakan kegiatan membersihkan bagian telapak tangan,
punggung tangan dan jari-jari tangan agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman
penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum
baunya. Mencuci tangan membantu meningkatkan kesehatan masyarakat, namun cuci tangan
sering dianggap sebagai hal yang sepele di masyarakat. Berdasarkan fenomena yang
menunjukkan bahwa anak usia prasekolah mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan
perlunya mencuci tangan dalam kehidupan sehari-hari terutama di lingkungan sekolah.
Mereka biasanya langsung memakan makanan yang mereka beli di sekitar sekolah tanpa cuci
tangan terlebih dahulu, padahal sebelumnya mereka bermain-main. Perilaku ini tentunya
berpengaruh dan dapat berkontribusi terhadap perkembangan terjadinya penyakit diare
(Fajriyati, 2013). Dampak yang dapat terjadi akibat tidak mencuci tangan pakai sabun dengan
benar yaitu seperti penyakit Diare dan ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) yang sering
menyebabkan kematian pada anak-anak, serta penyakit hepatitis A, demam tifoid, dan flu
burung. Hal ini karena tangan yang kotor memudahkan bakteri masuk ke dalam tubuh
(Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
tahun 2018, disebutkan bahwa setiap tahun 100.000 anak usia prasekolah meninggal akibat
diare, angka kejadian kecacingan mencapai angka 40-60%, anemia pada anak prasekolah
23%. Menurut data Riskesdas tahun 2017, jumlah penderita diare semua umur yang dilayani
di sarana kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2018
yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau 62,93% dari perkiraan diare di sarana kesehatan.
Insiden diare semua umur secara nasional adalah 270/1.000 penduduk (Rapid Survey Diare
Tahun 2015). Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, pravelensi penduduk
umur kurang dari 10 tahun yang berperilaku cuci tangan dengan benar di Indonesia telah
meningkat dari 47,0% pada tahun 2013 menjadi 49,8% pada tahun 2018. Sedangkan data dari
Badan Pusat Statistik tahun 2020, di Provinsi Jawa Tengah pravenlensi yang berperilaku cuci
tangan dengan benar sebesar 84,42%. Di Kota Kudus pada tahun 2018, pravenlensi anak usia
prasekolah dengan berperilaku cuci tangan dengan benar sebesar 65,8%.
Anak usia prasekolah berada pada usia “golden age” yaitu kurang lebih 4 sampai 6
tahun, dalam masa ini anak-anak membutuhkan bahasa dan interaksi sosial yang lebih luas,
mempelajari standar peran, dan penguasaan diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan
kemandirian serta mulai membentuk konsep diri. Anak dalam fase ini, rasa ingin memahami
dan minat bereksplorasi terhadap lingkungan semakin meningkat sehingga anak usia
prasekolah rentan menderita penyakit yang berhubungan dengan hygiene (Juliawan et al,
2019). Personal hygiene menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan individu karena
dengan personal hygiene yang baik akan mencegah masuknya mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit. Salah satu upaya dalam peningkatan personal hygiene yaitu dengan
menjaga kebersihan tangan dengan cara menerapkan cuci tangan yang baik dan benar
(Yudiarini et al, 2020).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran anak melakukan cuci
tangan dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku cuci
tangan. Informasi mengenai pentingnya cuci tangan dengan ini perlu disosialisasikan melalui
media yang tepat. Dilihat dari sasaran pemberian pendidikan kesehatan ini, yakni anak usia
prasekolah maka media pembelajaran yang tepat yaitu dengan melalui metode storytelling.
Storytelling merupakan suatu penyampaian informasi dengan cara bercerita atau mendongeng
yang bisa dilakukan secara berkelompok atau perorangan, biasanya teknik bercerita ini sangat
berpengaruh dan disukai anak usia prasekolah. Storytelling dianggap mampu menstimulasi
otak menjadi pusat pengaturan motivasi anak untuk melakukan personal hygiene cuci tangan
pakai sabun. Informasi kesehatan dengan menggunakan media storytelling sangat menarik
dan mudah dipahami, dan mengaplikasinya (Yudiarini et al, 2020).
Hasil survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 09 November 2021 di TK Pertiwi
Undaan Tengah yaitu kurangnya pengetahuan dan kesadaran anak-anak dalam berperilaku
mencuci tangan. Hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah di TK Pertiwi
Undaan Tengah yaitu sebagian besar siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah sudah melakukan
cuci tangan sebelum makan, sesudah makan, dan juga apabila tangan dalam keadaan kotor
habis bermain-main. Namun belum menerapkan langkah-langkah mencuci tangan dengan
enam langkah dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang teknik mencuci tangan dengan
enam langkah. Hasil observasi terhadap siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah sebanyak 10
siswa yang dilakukan observasi saat mencuci tangan hanya 5 anak yang mampu melakukan
cuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan mampu menerapkan teknik mencuci
tangan dengan enam langkah, sedangkan 3 anak hanya mencuci tangan menggunakan hand
sanitizer yang dibawa oleh masing-masing anak di TK Pertiwi Undaan Tengah dan 2 anak
hanya mencuci tangan menggunakan air yang mengalir saja tanpa memakai sabun dan belum
bisa menerapkan langkah-langkah mencuci tangan dengan enam langkah yang benar
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif Quasi Eksperimen
dengan rancangan penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah sebanyak 30 siswa.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 siswa. Sampel dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok intervensi 15 responden dan kelompok kontrol 15 responden dengan
menggunakan teknik total sampling dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisa
univariat menggunakan distribusi frekuensi dan presentase sedangkan analisa bivariat
menggunakan uji Wilcoxon.
Tabel 1 hasil dari 15 siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah pada kelompok eksperimen
didapatkan nilai rata-rata umur siswa adalah 5.53 tahun, terdapat umur siswa termuda 5 tahun
dan umur siswa tertua 6 tahun.
Tabel 2
Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur anak usia prasekolah di TK
Pertiwi Undaan Tengah pada Kelompok kontrol
Variabel Mean Median Mode Sum Min Maks
Tabel 2 hasil dari 15 siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah pada kelompok kontrol
didapatkan nilai rata-rata umur siswa adalah 5.20 tahun, terdapat umur siswa termuda 4 tahun
dan umur siswa tertua 6 tahun.
Tabel 3
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik jenis kelamin anak usia prasekolah di
TK Pertiwi Undaan Tengah.
Jenis Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Kelamin Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Laki-laki 3 20.0 6 40.0
Perempuan 12 80.0 9 60.0
Total 15 100.0 15 100.0
Tabel 3 diketahui bahwa jenis kelamin siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah pada
kelompok eksperimen adalah laki-laki sebanyak 3 responden (20.0%), dan perempuan
sebanyak 12 responden (80.0%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang laki-laki sebanyak
6 responden (40.0%), dan perempuan sebanyak 9 responden (60.0%).
Analisa Univariat
Tabel 4
Komposit Perilaku Pada Kelompok Eksperimen
Kelompok Pretest Posttest
Eksperimen Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Efektif 7 46,7 14 93,3
Tidak Efektif 8 53,3 1 6,7
Total 15 100.0 15 100.0
Hasil nilai uji wilcoxon pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah yang
diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling di Tk Pertiwi Undaan Tengah
menunjukkan bahwa nilai p-value yaitu 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p value
=0,001 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh
perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling di TK Pertiwi Undaan Tengah.
Tabel 7
Pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok kontrol
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet di TK Pertiwi
Undaan Tengah.
Kelompok kontrol
N Mean SD P value
Pre Test 15 4.07 .704
.088
Post Test 15 4.87 1.767
Hasil nilai uji Wilcoxon pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah
yang diberikan pendidikan kesehatan dengen leaflet di TK Pertiwi Undaan Tengah
menunjukkan bahwa nilai p value yaitu 0,088 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p value
0,088 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak ada pengaruh perilaku cuci
tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan leaflet di TK Pertiwi Undaan Tengah.
Tabel 8
Pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling dan pada kelompok
kontrol sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet.
Pre Test
N Mean SD P value
Kelompok
15 4.53 .834
Eksperimen
.117
Kelompok
15 4.07 .704
Kontrol
Tabel 8 diketahui bahwa pengaruh pendidikan kesehatan sebelum diberikan
storytelling pada kelompok eksperimen dan sebelum diberikan penyuluhan pada kelompok
kontrol diperoleh nilai p value 0,117 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling dan pada kelompok kontrol
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet. Dikarenakan sama-sama belum
mendapatkan perlakuan.
Tabel 9
Pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling dan pada kelompok
kontrol sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet.
PostTest
N Mean SD P value
Kelompok
15 6.60 .632
Eksperimen
.021
Kelompok
15 4.87 1.767
Kontrol
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Sisi Oktavia, & Wiwit Febrina. (2021). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dalam Upaya Pencegahan Covid-19. Research
of Education and Art Link in Nursing Journal, 04(02), 77–88.
Adiputra, I Made Sudarma, dkk. (2021). metodologi penelitian kesehatan . yayasan kita
menulis.
Azhar Ade Wahyuni, & Hasnan Nasrun. (2020). Menulis Laporan Penelitian. ICM Publisher.
Sumatra Barat.
Eddy, Roflin, Iche Andriyani Liberty, & Pariyana. (2021). Populasi, Sampel, Variabel Dalam
Penelitian Kedokteran. PT. Nasya Expanding Management. Pekalongan.
Fitria, Evy & Mukhlisoh. (2021). Peran Orangtua Dalam Pembiasaan Mencuci Tangan Pada
Anak di Masa pandemi covid-19 di kecamatan kalideres jakarta barat. Jurnal
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, 13(02), 40–45.
Gede Juliawan, D., Ketut Ayu Mirayanti, N., & Ayu Parwati, N. (2019). The Effect of Health
Education by Singing Handwashing Songs to Hand Wash Techniques. In CARING
(Vol. 3, Issue 1).
Hulu Victor Trismanjaya, & dkk. (2020). Promosi Kesehatan Masyarakat. yayasan kita
menulis.
Johan, H., Reni, D. P., Noorbaya, S. (2018). Pengaruh Penyuluhan Media Audio Visual
Video Terhadap Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Kelas III Di Sdn
027 Samarinda. In Jurnal Husada Mahakam: Vol. IV (Issue 6).
Kemenkes, RI. (2014). Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Di Indonesia.
infoDATIN:Pusat Data Dan Informsasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Listiadesti, A. U., Noer, S. M., & Maifita, Y. (2020). Efektivitas Media Vidio Terhadap
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Sekolah: A Literature Review. Jurnal
Menara Medika, 3(1). https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index
Masturoh Imas, & Nauri Anggita T. (2018). metodologi penelitian kesehatan (1st ed.).
kementerian kesehatan ri. Jakarta.
Nadia, H., Hermina, C., & Hamidah, J. (2021). Pemberdayaan guru PAUD TK ABA
Banjarmasin melalui keterampilan big book storytelling. Community Empowerment.
06(10). https://doi.org/10.31603/ce.5264
Notoadmojo, Soekidjo. (2012). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kepearwatan (Tim
Editor Salemba Medika, Ed.; 2nd). Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Padila, Agusramon, Y. (2019) ‘Terapi Story Telling Dan Menonton Animasi Kartun
Terhadap Ansietas’, journal of telenursing, 1(1), pp. 51–66. doi:
https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.51
Perdani, A. P. N. (2018). Pengaruh Storytelling Terhadap Perilaku Cuci Tangan
Menggunakansabun Dengan Benar Padaanak Di Tk Al-Qodiri Jember. Jurnal MID-
Z (Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan, 01(02), 13-18.
Saragih S. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cuci Tangan Terhadap
Tingkatpengetahuan Cuci Tangan Siswa/I Kelas V Di Sd Negeri 060971
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan Tahun 2018. Excellent Midwifery
Journal, 02(01), 19–28.
Sani Fathnur. (2018). Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental (Ed. 1).
Yogjakarta : Deepublish Publisher.
Simatupang, R., & Simatupang, M. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Air Mengalir Anak Sd Di Sekolah Dasar
Negeri 157019 Pinangsori 12 Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2018. Jurnal
keperawatan dan fisioterapi (Jkf), 2(1),67–73. https://doi.org/10.35451/jkf.v2i1.295
Siyoto Sandu, & Ali Sodik. (2015). dasar metodologi penelitian (1st ed.). literasi media
publishing. Yogjakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
Wahyuni, W., & fatmawati, S. (2020). Peningkatan Pengetahuan Pbhs Dan Penerapan Cuci
Tangan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19 Pada Santri Di Lingkungan Pondok
Pesantren. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 04(02).
Widayati aris. (2019). PERILAKU KESEHATAN (HEALTH BEHAVIOR) Aplikasi Teori
Perilaku untuk promosi kesehatan. Yogjakarta: SANATA DHARMA UNIVERSITY
PRESS.
Yudiarini, N. N., Agustini, I. G. A., & Prihandini, C. W. (2020). Storytelling Dalam
Pendidikan Personal Hygiene Mempengaruhi Kepatuhan Cuci Tangan Pakai Sabun
Pada Anak Usia 6-7 Tahun Di SD Negeri 13 Sesetan. Jurnal Keperawatan Terapan
(e-Journal),06(01).