Anda di halaman 1dari 15

CENDEKIA UTAMA P-ISSN 2252-8865

Jurnal Keperawatan dan E-ISSN 2598-4217


Kesehatan Masyarakat Vol…., No…… Bulan, Tahun
ITIKES Cendekia Utama Kudus Tersedia Online:
htpp://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE


STORYTELLING TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PADA ANAK
USIA PRASEKOLAH DI TK PERTIWI UNDAAN TENGAH

Kiki Livia Ningrum1, Nila Putri Purwandari2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan ITEKES Cendekia Utama Kudus Jl. Lingkar Raya Kudus-
Pati KM 5 Jepang Kecamatan Mejobo Kudus
Email: kikilivia99@gmail.com

ABSTRAK

Mencuci tangan merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah
menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan.
Anak usia prasekolah mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan perlunya mencuci tangan
dalam kehidupan sehari-hari terutama di lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metose storytelling terhadap
perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian Quasy Experimental Design dengan pendekatan pre and
post test design with control group. Jumlah sampel dalam penelitian ini 30 responden yang
dibagi menjadi dua kelompok yaitu 15 responden pada kelompok eksperimen dan 15
responden pada kelompok kontrol dengan teknik total sampling. Analisa data dalam
penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok
eksperimen sebelum diberikan storytelling memiliki perilaku yang efektif sebanyak (46,7%),
dan pada kelompok kontrol perilaku yang efektif sebanyak (26,7%). Sedangkan sesudah
diberikan storytelling pada kelompok eksperimen perilaku yang efektif sebanyak (93,3%),
dan pada kelompok kontrol perilaku yang efektif sebanyak (53,3%). Terdapat perbedaan
perilaku cuci tangan pada kelompok eksperimen sesudah diberikan storytelling dan kelompok
kontrol sesudah diberikan penyuluhan leaflet dengan p value 0.000 < 0,05.
Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Storytelling, Perilaku Cuci Tangan.
ABSTRACT

Washing hands is one of the Clean and Healthy Behaviors (PHBS) which has become a
worldwide concern, this is due to the problem of the lack of practice of hand washing
behavior. Preschoolers have a habit of not paying attention to the need to wash their hands
in daily life, especially in the school environment. The purpose of this study was to determine
the effect of health education with the storytelling method on hand washing behavior in
preschool-aged children in TK Pertiwi Undaan Tengah. This study uses a Quasy
Experimental Design research design with a pre and post test design approach with a control
group. The number of samples in this study was 30 respondents who were divided into two
groups, namely 15 respondents in the experimental group and 15 respondents in the control
group with total sampling technique. Data analysis in this study used the Wilcoxon test. The
results of this study showed that the experimental group before being given storytelling had
as much effective behavior (46.7%), and in the control group as effective behavior (26.7%).
Meanwhile, after being given storytelling in the experimental group, the effective behavior
was (93.3%), and the effective behavior control group was (53.3%). There are differences in
hand washing behavior in the experimental group after being given storytelling and the
control group after being given leaflet counseling with p value 0.000 <0.05.
Keywords :Health Education, Storytelling, Handwashing Behavior

LATAR BELAKANG
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan kumpulan perilaku berbasis
kesadaran yang dipraktikkan sebagai hasil pembelajaran yang memungkinkan individu,
kelompok, keluarga, dan masyarakat melakukan kegiatan peningkatan kesehatan secara
mandiri. Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya pemerintah
untuk menciptakan dan mengembangkan perilaku hidup sehat yang berfokus pada kebersihan
dan kesehatan masyarakat, yang bertujuan agar masyarakat mampu mencegah serta
menanggulangi penyakit secara mandiri. Pelaksanaan PHBS berfokus pada kegiatan
pendidikan kesehatan agar masyarakat umum dapat mengetahui dan mampu mempraktikkan
PHBS melalui proses pembelajaran (Kemenkes RI, 2011).
Perilaku cuci tangan merupakan kegiatan membersihkan bagian telapak tangan,
punggung tangan dan jari-jari tangan agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman
penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum
baunya. Mencuci tangan membantu meningkatkan kesehatan masyarakat, namun cuci tangan
sering dianggap sebagai hal yang sepele di masyarakat. Berdasarkan fenomena yang
menunjukkan bahwa anak usia prasekolah mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan
perlunya mencuci tangan dalam kehidupan sehari-hari terutama di lingkungan sekolah.
Mereka biasanya langsung memakan makanan yang mereka beli di sekitar sekolah tanpa cuci
tangan terlebih dahulu, padahal sebelumnya mereka bermain-main. Perilaku ini tentunya
berpengaruh dan dapat berkontribusi terhadap perkembangan terjadinya penyakit diare
(Fajriyati, 2013). Dampak yang dapat terjadi akibat tidak mencuci tangan pakai sabun dengan
benar yaitu seperti penyakit Diare dan ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) yang sering
menyebabkan kematian pada anak-anak, serta penyakit hepatitis A, demam tifoid, dan flu
burung. Hal ini karena tangan yang kotor memudahkan bakteri masuk ke dalam tubuh
(Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
tahun 2018, disebutkan bahwa setiap tahun 100.000 anak usia prasekolah meninggal akibat
diare, angka kejadian kecacingan mencapai angka 40-60%, anemia pada anak prasekolah
23%. Menurut data Riskesdas tahun 2017, jumlah penderita diare semua umur yang dilayani
di sarana kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2018
yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau 62,93% dari perkiraan diare di sarana kesehatan.
Insiden diare semua umur secara nasional adalah 270/1.000 penduduk (Rapid Survey Diare
Tahun 2015). Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, pravelensi penduduk
umur kurang dari 10 tahun yang berperilaku cuci tangan dengan benar di Indonesia telah
meningkat dari 47,0% pada tahun 2013 menjadi 49,8% pada tahun 2018. Sedangkan data dari
Badan Pusat Statistik tahun 2020, di Provinsi Jawa Tengah pravenlensi yang berperilaku cuci
tangan dengan benar sebesar 84,42%. Di Kota Kudus pada tahun 2018, pravenlensi anak usia
prasekolah dengan berperilaku cuci tangan dengan benar sebesar 65,8%.
Anak usia prasekolah berada pada usia “golden age” yaitu kurang lebih 4 sampai 6
tahun, dalam masa ini anak-anak membutuhkan bahasa dan interaksi sosial yang lebih luas,
mempelajari standar peran, dan penguasaan diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan
kemandirian serta mulai membentuk konsep diri. Anak dalam fase ini, rasa ingin memahami
dan minat bereksplorasi terhadap lingkungan semakin meningkat sehingga anak usia
prasekolah rentan menderita penyakit yang berhubungan dengan hygiene (Juliawan et al,
2019). Personal hygiene menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan individu karena
dengan personal hygiene yang baik akan mencegah masuknya mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit. Salah satu upaya dalam peningkatan personal hygiene yaitu dengan
menjaga kebersihan tangan dengan cara menerapkan cuci tangan yang baik dan benar
(Yudiarini et al, 2020).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran anak melakukan cuci
tangan dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku cuci
tangan. Informasi mengenai pentingnya cuci tangan dengan ini perlu disosialisasikan melalui
media yang tepat. Dilihat dari sasaran pemberian pendidikan kesehatan ini, yakni anak usia
prasekolah maka media pembelajaran yang tepat yaitu dengan melalui metode storytelling.
Storytelling merupakan suatu penyampaian informasi dengan cara bercerita atau mendongeng
yang bisa dilakukan secara berkelompok atau perorangan, biasanya teknik bercerita ini sangat
berpengaruh dan disukai anak usia prasekolah. Storytelling dianggap mampu menstimulasi
otak menjadi pusat pengaturan motivasi anak untuk melakukan personal hygiene cuci tangan
pakai sabun. Informasi kesehatan dengan menggunakan media storytelling sangat menarik
dan mudah dipahami, dan mengaplikasinya (Yudiarini et al, 2020).
Hasil survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 09 November 2021 di TK Pertiwi
Undaan Tengah yaitu kurangnya pengetahuan dan kesadaran anak-anak dalam berperilaku
mencuci tangan. Hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah di TK Pertiwi
Undaan Tengah yaitu sebagian besar siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah sudah melakukan
cuci tangan sebelum makan, sesudah makan, dan juga apabila tangan dalam keadaan kotor
habis bermain-main. Namun belum menerapkan langkah-langkah mencuci tangan dengan
enam langkah dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang teknik mencuci tangan dengan
enam langkah. Hasil observasi terhadap siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah sebanyak 10
siswa yang dilakukan observasi saat mencuci tangan hanya 5 anak yang mampu melakukan
cuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan mampu menerapkan teknik mencuci
tangan dengan enam langkah, sedangkan 3 anak hanya mencuci tangan menggunakan hand
sanitizer yang dibawa oleh masing-masing anak di TK Pertiwi Undaan Tengah dan 2 anak
hanya mencuci tangan menggunakan air yang mengalir saja tanpa memakai sabun dan belum
bisa menerapkan langkah-langkah mencuci tangan dengan enam langkah yang benar

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif Quasi Eksperimen
dengan rancangan penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah sebanyak 30 siswa.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 siswa. Sampel dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok intervensi 15 responden dan kelompok kontrol 15 responden dengan
menggunakan teknik total sampling dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisa
univariat menggunakan distribusi frekuensi dan presentase sedangkan analisa bivariat
menggunakan uji Wilcoxon.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur anak usia prasekolah di TK
Pertiwi Undaan Tengah pada Kelompok Eksperimen
Variabel Mean Median Mode Sum Min Maks

Umur Siswa 5.53 6.00 6 83 5 6

Tabel 1 hasil dari 15 siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah pada kelompok eksperimen
didapatkan nilai rata-rata umur siswa adalah 5.53 tahun, terdapat umur siswa termuda 5 tahun
dan umur siswa tertua 6 tahun.
Tabel 2
Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur anak usia prasekolah di TK
Pertiwi Undaan Tengah pada Kelompok kontrol
Variabel Mean Median Mode Sum Min Maks

Umur Siswa 5.20 5.00 6 78 4 6

Tabel 2 hasil dari 15 siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah pada kelompok kontrol
didapatkan nilai rata-rata umur siswa adalah 5.20 tahun, terdapat umur siswa termuda 4 tahun
dan umur siswa tertua 6 tahun.
Tabel 3
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik jenis kelamin anak usia prasekolah di
TK Pertiwi Undaan Tengah.
Jenis Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Kelamin Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Laki-laki 3 20.0 6 40.0
Perempuan 12 80.0 9 60.0
Total 15 100.0 15 100.0

Tabel 3 diketahui bahwa jenis kelamin siswa di TK Pertiwi Undaan Tengah pada
kelompok eksperimen adalah laki-laki sebanyak 3 responden (20.0%), dan perempuan
sebanyak 12 responden (80.0%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang laki-laki sebanyak
6 responden (40.0%), dan perempuan sebanyak 9 responden (60.0%).
Analisa Univariat
Tabel 4
Komposit Perilaku Pada Kelompok Eksperimen
Kelompok Pretest Posttest
Eksperimen Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Efektif 7 46,7 14 93,3
Tidak Efektif 8 53,3 1 6,7
Total 15 100.0 15 100.0

Tabel 4 setelah dikompositkan diketahui pada kelompok eksperimen pretest yang


dilakukan perlakuan dengan storytelling perilaku yang efektif sebanyak 7 responden (46,7%),
sedangkan perilaku yang tidak efektif sebanyak 8 responden (53,3%). Posttest yang diberikan
perlakuan dengan storytelling perilaku yang efektif sebanyak 14 responden (93,3%), dan
perilaku yang tidak efektif sebanyak 1 responden (6,7%).
Tabel 5
Komposit Perilaku Pada Kelompok Kontrol

Kelompok Pretest Posttest


Kontrol Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Efektif 4 26,7 8 53,3
Tidak Efektif 11 73,3 7 46,7
Total 15 100.0 15 100.0

Tabel 5 setelah dikompositkan diketahui pada kelompok kontrol pretest yang


diberikan penyuluhan dengan leaflet perilaku yang efektif sebanyak 4 responden (26,7%),
dan perilaku yang tidak efektif sebanyak 11 responden (73,3%). Sedangkan posttest yang
diberikan penyuluhan dengan leaflet perilaku yang efektif sebanyak 8 responden (53,3%),
dan perilaku yang tidak efektif sebanyak 7 responden (46,7%).
Analisa Bivariat
Tabel 6
Pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling di TK Pertiwi
Undaan Tengah.
Kelompok eksperimen
N Mean SD P value
Pre Test 15 4.53 .834
.001
Post Test 15 6.60 .632

Hasil nilai uji wilcoxon pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah yang
diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling di Tk Pertiwi Undaan Tengah
menunjukkan bahwa nilai p-value yaitu 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p value
=0,001 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh
perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling di TK Pertiwi Undaan Tengah.
Tabel 7
Pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok kontrol
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet di TK Pertiwi
Undaan Tengah.
Kelompok kontrol
N Mean SD P value
Pre Test 15 4.07 .704
.088
Post Test 15 4.87 1.767

Hasil nilai uji Wilcoxon pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah
yang diberikan pendidikan kesehatan dengen leaflet di TK Pertiwi Undaan Tengah
menunjukkan bahwa nilai p value yaitu 0,088 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p value
0,088 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak ada pengaruh perilaku cuci
tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan leaflet di TK Pertiwi Undaan Tengah.
Tabel 8
Pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling dan pada kelompok
kontrol sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet.
Pre Test
N Mean SD P value
Kelompok
15 4.53 .834
Eksperimen
.117
Kelompok
15 4.07 .704
Kontrol
Tabel 8 diketahui bahwa pengaruh pendidikan kesehatan sebelum diberikan
storytelling pada kelompok eksperimen dan sebelum diberikan penyuluhan pada kelompok
kontrol diperoleh nilai p value 0,117 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling dan pada kelompok kontrol
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet. Dikarenakan sama-sama belum
mendapatkan perlakuan.
Tabel 9
Pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling dan pada kelompok
kontrol sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet.
PostTest
N Mean SD P value
Kelompok
15 6.60 .632
Eksperimen
.021
Kelompok
15 4.87 1.767
Kontrol

Tabel 9 diketahui bahwa pengaruh pendidikan kesehatan sesudah diberikan


storytelling pada kelompok eksperimen dan sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok
kontrol diperoleh nilai p value 0,021 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan storytelling dan pada kelompok kontrol sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan leaflet
Pembahasan
1. Perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah sebelum
diberikan storytelling pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet.
Hasil penelitian pretest menunjukkan perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah
di TK Pertiwi Undaan Tengah pada kelompok eksperimen sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dengan storytelling sebagian besar yang memiliki perilaku yang efektif
sebanyak 7 responden (46,7%), sedangkan perilaku yang tidak efektif sebanyak 8
responden (53,3%). Dan pada kelompok kontrol sebelum diberikan penyuluhan dengan
media leaflet perilaku yang efektif sebanyak 4 responden (26,7%), dan perilaku yang tidak
efektif sebanyak 11 responden (73,3%).
Hasil peneliti sebelum diberikan storytelling pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet sebagian
besar responden mempunyai perilaku cuci tangan yang tidak efektif. Hal ini disebabkan
karena faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan seperti pengetahuan, sikap,
motivasi dan lingkungan tersebut membuat anak berperilaku tidak sehat, terutama terkait
dengan cuci tangan. Banyak responden yang melakukan perilaku cuci tangan cukup
membilas telapak tangan dengan air yang mengalir saja tanpa menggunakan sabun
dikarenakan kurangnya pengetahuan responden terkait dengan pentingnya cuci tangan dan
kurangnya dorongan dari faktor penguat (peran orang tua) dan sikap yang baik dan benar
dalam melakukan perilaku cuci tangan pada kehidupan sehari-hari. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku sehat seseorang terdapat tiga faktor utama yaitu faktor
predisposisi (pengetahua, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi), faktor
pemungkin (sarana dan prasarana), dan faktor penguat (peran orang tua dan petugas
kesehatan) (Notoatmojo, 2012).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembentukan suatu
perilaku seseorang bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih baik dari
pada perilaku yang tanpa didasari dengan pengetahuan (Notoatmojo, 2014).
2. Perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah sesudah
diberikan storytelling pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan leaflet.
Hasil penelitian posttest menujukkan ada pengaruh perilaku cuci tangan pada anak
usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah pada kelompok eksperimen sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling perilaku yang efektif sebanyak 14
responden (93,3%), dan perilaku yang tidak efektif sebanyak 1 responden (6,7%).
Sedangkan pada kelompok kontrol sesudah diberikan penyuluhan dengan leaflet perilaku
yang efektif sebanyak 8 responden (53,3%), dan perilaku yang tidak efektif sebanyak 7
responden (46,7%).
Perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling pada kelompok eksperimen
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet pada kelompok kontrol
mengalami perubahan perilaku cuci tangan menjadi lebih efektif daripada sebelumnya.
Perubahan perilaku cuci tangan yang dialami responden disebabkan karena adanya
rangsangan atau stimulasi yang diberikan kepada responden, berupa storytelling atau
bercerita tentang perilaku cuci tangan. Anak usia prasekolah sangat menyukai adanya
rangsangan dalam bentuk bermain yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,
pada saat diberikan storytelling atau bercerita anak sangat berantusias dalam mengikuti
aturan main serta anak-anak sangat kooperatif dalam menirukan atau mempraktikkan
enam langkah cara cuci tangan yang baik dan benar. Hal ini yang membuat perilaku cuci
tangan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah mengalami perubahan
yang lebih baik.
Stimulus yang dapat diterapkan kepada anak usia prasekolah sesuai dengan
karakteristik tumbuh kembang anak yaitu dengan menggunakan metode storytelling atau
dengan cara menceritakan dan mendongengkan perilaku cuci tangan kepada anak-anak,
permainan ini sebagai media pembelajaran melakukan cuci tangan dengan baik dan benar
dengan aturan main serta memodifikasikan dengan alat peraga seperti boneka tangan dan
permainan anak-anak, dan beberapa sisipan materi yang menjadi media pembelajaran.
Sehingga anak lebih tertarik untuk memperagakan cara mencuci tangan dengan baik dan
benar menggunakan 6 langkah (Sunarto, 2017).
3. Pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling di TK Pertiwi
Undaan Tengah.
Hasil nilai uji wilcoxon pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah yang
diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling di Tk Pertiwi Undaan Tengah
menunjukkan bahwa nilai p-value yaitu 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p value
=0,001 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh
perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok eksperimen sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling di TK Pertiwi Undaan
Tengah.
Terjadinya pengaruh pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode storytelling adalah sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dengan storytelling responden banyak yang belum mengetahui pentingnya
berperilaku cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak tau cara melakukan cuci
tangan dengan baik dan benar menggunakan enam langkah. Sedangkan pada kelompok
eksperimen setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling responden mampu
melakukan cuci tangan dengan baik dan benar menggunakan enam langkah dan mampu
membiasakan berperilaku cuci tangan dalam kehidupan sehari-harinya.
Pada saat pelaksanaan penelitian, karena media yang digunakan yaitu dengan
storytelling atau bercerita dengan alat peraga seperti boneka tangan dan permaian anak-
anak kepada responden adalah hal yang baru dalam proses penyampaian informasi. Oleh
karena itu, dapat menumbuhkan rasa ketertarikan lebih besar pada responden, sehingga
responden memperhatikan informasi yang terdapat dalam cerita berperilaku cuci tangan
dengan baik dan benar menggunakan enam langkah sampai selesai dengan serius. Hal ini
didukung oleh penelitian perdani 2018, yang menjelaskan bahwa pada kelompok
eksperimen yang diteliti, diperoleh data sebelum diberikan storytelling sejumlah 20
responden (74,1%) kurang baik, kemudian sesudah diberikan storytelling terjadi
peningkatan perilaku cuci tangan menggunakan sabun dengan benar sejumlah 23
responden (85,2%). Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh storytelling dengan
perilaku cuci tangan.
Storytelling atau mendongeng merupakan salah satu media pendidikan kesehatan
yang efektif bagi anak-anak, terutama anak pada usia prasekolah yang berusia sekitar 4
sampai 6 tahun. Dunia anak-anak adalah dunia bermaian dan berimajinasi. Imajinasi anak
dapat dilatih dengan cara mendongeng kepada mereka, bercerita sebagai salah satu karya
sastra yang mengandung eksplorasi mengenai kebenaran manusia (Nadia et al, 2021).
4. Pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah
pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan
leaflet.
Hasil nilai uji Wilcoxon pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah
yang diberikan pendidikan kesehatan dengen leaflet di TK Pertiwi Undaan Tengah
menunjukkan bahwa nilai p value yaitu 0,088 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p value
0,088 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak ada pengaruh perilaku
cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet di TK Pertiwi Undaan Tengah.
Pengaruh ini berdasarkan peningkatan kategori pada perilaku cuci tangan pada anak
usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah pada saat posttest. Namun masih tingginya
responden pada kelompok kontrol yang memiliki perilaku cuci tangan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan leaflet sebanyak 8 responden (53,3%) mungkin dikarenakan
dengan media leaflet kurang efektif karena hanya dengan membaca saja masih banyak
responden yang tidak paham dengan tindakan langkah-langkah mencuci tangan dengan
baik dan benar menggunakan enam benar yang dilakukan. Sehingga memungkinkan bagi
responden untuk kurang menerima informasi yang disampaikan. Faktor lain adalah karena
pada saat pemberian informasi lewat leaflet mungkin ada faktor mempengaruhi
pendidikan kesehatan diantaranya faktor penyuluhan yang meliputi kurang menguasai
materi, kurang persiapan, bahasa yang digunakan kurang begitu dimengerti oleh anak usia
prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah.
Notoatmodjo (2014), menjelaskan dalam pembentukan atau perubahan perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar individu itu sendiri
diantaranya : faktor intern yang mencakup seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, emosi,
dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor ekstern yang
mencakup seperti lingkungan sekitar, baik fisik atau non fisik seperti iklim, sosial
ekonomi, manusia, kebudayaan dan sebagainya. Salah satu strategi perubahan perilaku
merupakan dengan pemberian infromasi. Maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar
perilaku mereka dapat diperoleh secara maksimal, dimana pada akhirya perilaku yang
terbentuk juga dapat lebih maksimal (Fitriani & Maryati, 2021).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Hasil penelitian pretest menunjukkan perilaku cuci tangan pada anak usia
prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah pada kelompok eksperimen sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling sebagian besar yang memiliki
perilaku yang efektif sebanyak 7 responden (46,7%), sedangkan perilaku yang
tidak efektif sebanyak 8 responden (53,3%). Dan pada kelompok kontrol sebelum
diberikan penyuluhan dengan media leaflet perilaku yang efektif sebanyak 4
responden (26,7%), dan perilaku yang tidak efektif sebanyak 11 responden
(73,3%).
2. Hasil penelitian posttest menujukkan ada pengaruh perilaku cuci tangan pada
anak usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah pada kelompok eksperimen
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan storytelling perilaku yang efektif
sebanyak 14 responden (93,3%), dan perilaku yang tidak efektif sebanyak 1
responden (6,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol sesudah diberikan
penyuluhan dengan leaflet perilaku yang efektif sebanyak 8 responden (53,3%),
dan perilaku yang tidak efektif sebanyak 7 responden (46,7%).
3. Ada pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah pada kelompok
eksperimen sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan
storytelling di TK Pertiwi Undaan Tengah menunjukkan bahwa nilai p-value
yaitu 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p value 0,001 lebih kecil dari
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak
ada pengaruh perilaku cuci tangan pada anak usia prasekolah sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan leaflet di TK Pertiwi Undaan
Tengah menunjukkan bahwa nilai p value yaitu 0,088 maka dapat disimpulkan
bahwa nilai p value > 0,05 dapat disimpulkan tidak ada pengaruh pendidikan
kesehatan dengan metode storytelling terhadap perilaku cuci tangan pada anak
usia prasekolah di TK Pertiwi Undaan Tengah.
Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan refensi
untuk peneliti selanjutnya dan bisa mengembangkan dengan metode yang
berbeda supaya dapat meningkatkan perilaku cuci tangan dalam kehidupan
sehari-hari dengan baik dan benar
2. Bagi Sekolah
Diharapkan dari hasil penelitian ini hendaknya dapat bekerja sama
dengan instansi yang terkait dalam upaya meningkatkan perilaku cuci tangan
pada anak usia prasekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Sisi Oktavia, & Wiwit Febrina. (2021). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dalam Upaya Pencegahan Covid-19. Research
of Education and Art Link in Nursing Journal, 04(02), 77–88.
Adiputra, I Made Sudarma, dkk. (2021). metodologi penelitian kesehatan . yayasan kita
menulis.
Azhar Ade Wahyuni, & Hasnan Nasrun. (2020). Menulis Laporan Penelitian. ICM Publisher.
Sumatra Barat.
Eddy, Roflin, Iche Andriyani Liberty, & Pariyana. (2021). Populasi, Sampel, Variabel Dalam
Penelitian Kedokteran. PT. Nasya Expanding Management. Pekalongan.
Fitria, Evy & Mukhlisoh. (2021). Peran Orangtua Dalam Pembiasaan Mencuci Tangan Pada
Anak di Masa pandemi covid-19 di kecamatan kalideres jakarta barat. Jurnal
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, 13(02), 40–45.
Gede Juliawan, D., Ketut Ayu Mirayanti, N., & Ayu Parwati, N. (2019). The Effect of Health
Education by Singing Handwashing Songs to Hand Wash Techniques. In CARING
(Vol. 3, Issue 1).
Hulu Victor Trismanjaya, & dkk. (2020). Promosi Kesehatan Masyarakat. yayasan kita
menulis.
Johan, H., Reni, D. P., Noorbaya, S. (2018). Pengaruh Penyuluhan Media Audio Visual
Video Terhadap Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Kelas III Di Sdn
027 Samarinda. In Jurnal Husada Mahakam: Vol. IV (Issue 6).
Kemenkes, RI. (2014). Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Di Indonesia.
infoDATIN:Pusat Data Dan Informsasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Listiadesti, A. U., Noer, S. M., & Maifita, Y. (2020). Efektivitas Media Vidio Terhadap
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Sekolah: A Literature Review. Jurnal
Menara Medika, 3(1). https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index
Masturoh Imas, & Nauri Anggita T. (2018). metodologi penelitian kesehatan (1st ed.).
kementerian kesehatan ri. Jakarta.
Nadia, H., Hermina, C., & Hamidah, J. (2021). Pemberdayaan guru PAUD TK ABA
Banjarmasin melalui keterampilan big book storytelling. Community Empowerment.
06(10). https://doi.org/10.31603/ce.5264
Notoadmojo, Soekidjo. (2012). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kepearwatan (Tim
Editor Salemba Medika, Ed.; 2nd). Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Padila, Agusramon, Y. (2019) ‘Terapi Story Telling Dan Menonton Animasi Kartun
Terhadap Ansietas’, journal of telenursing, 1(1), pp. 51–66. doi:
https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.51
Perdani, A. P. N. (2018). Pengaruh Storytelling Terhadap Perilaku Cuci Tangan
Menggunakansabun Dengan Benar Padaanak Di Tk Al-Qodiri Jember. Jurnal MID-
Z (Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan, 01(02), 13-18.
Saragih S. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cuci Tangan Terhadap
Tingkatpengetahuan Cuci Tangan Siswa/I Kelas V Di Sd Negeri 060971
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan Tahun 2018. Excellent Midwifery
Journal, 02(01), 19–28.
Sani Fathnur. (2018). Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental (Ed. 1).
Yogjakarta : Deepublish Publisher.
Simatupang, R., & Simatupang, M. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Air Mengalir Anak Sd Di Sekolah Dasar
Negeri 157019 Pinangsori 12 Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2018. Jurnal
keperawatan dan fisioterapi (Jkf), 2(1),67–73. https://doi.org/10.35451/jkf.v2i1.295
Siyoto Sandu, & Ali Sodik. (2015). dasar metodologi penelitian (1st ed.). literasi media
publishing. Yogjakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
Wahyuni, W., & fatmawati, S. (2020). Peningkatan Pengetahuan Pbhs Dan Penerapan Cuci
Tangan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19 Pada Santri Di Lingkungan Pondok
Pesantren. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 04(02).
Widayati aris. (2019). PERILAKU KESEHATAN (HEALTH BEHAVIOR) Aplikasi Teori
Perilaku untuk promosi kesehatan. Yogjakarta: SANATA DHARMA UNIVERSITY
PRESS.
Yudiarini, N. N., Agustini, I. G. A., & Prihandini, C. W. (2020). Storytelling Dalam
Pendidikan Personal Hygiene Mempengaruhi Kepatuhan Cuci Tangan Pakai Sabun
Pada Anak Usia 6-7 Tahun Di SD Negeri 13 Sesetan. Jurnal Keperawatan Terapan
(e-Journal),06(01).

Anda mungkin juga menyukai