Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam
rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak
usia sekolah yang berada di sekolah (TIM Esensi, 2012). Sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2009 pasal 79
menyebutkan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas
(Undang-Undang RI, 2009)Program UKS yang berupa TRIAS UKS terdiri dari pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat diharapkan dapat membentuk manusia
yang sehat, yaitu sehat fisik dan, mental dan sosial. UKS dalam ruang lingkup dan tujuannya tidak lain
mengarah pada praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah. Berbagai penyakit yang sering
menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun) ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS (Suplemen, 2011)

PHBS menurut Kementerian Kesehatan merupakan sebuah upaya untuk menularkan pengalaman
mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur-jalur
komunikasi sebagai media berbagai informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan
sepertimateri edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara
hidup yang bersih dan sehat (Kemenkes, 2016)

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa kebijakan PHBS
disetiap kabupaten/kota dalam 34 provinsi di Indonesia 60,89% diantaranya sudah memiliki kebijakan
PHBS, provinsi yang memenuhi 100% yang memiliki kebijakan PHBS hanya ada sembilan (9) provinsi.
Lampung sendiri sudah memenuhi 93,33% dari total 15 kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS
(Kemenkes, 2017). Kabupaten/kota di Lampung yang belum memiliki kebijakan terkait PHBS yaitu
Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan data kebijakan terkait PHBS di Provinsi Lampung sampai dengan
tahun 2014 (Dinkes Lampung, 2014). Melihat data tersebut tentunya kebijakan tentang PHBS masih
perlu ditingkatkan, agar promosi tentang PHBS dapat tersampaikan secara merata pada setiap tatanan
seperti rumah tangga, tempat kerja, sarana kesehatan, tempat umum dan sekolah (Kemenkes, 2017).

PHBS yang kurang tersampaikan dengan baik akan menimbulkan berbagai penyakit di masyarakat,
tempat kerja, rumah tangga dan sekolah. Secara nasional Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
menunjukkan bahwa PHBS yang kurang tersampaikan dengan baik diantaranya 28,8% prosentase
penduduk masih merokok setiap hari, 26,1% rumah tangga belum terdapat akses sanitasi, 53,2% rumah
tangga membuang air limbah tidak pada tempatnya dan 22,40% rumah tangga menguras bak mandi 1-3
kali sebulan (Riskesdas, 2018)

PHBS sangat berkaitan dengan terjadinya masalah kesehatan anak usia sekolah, data Riskesdas 2018
menyebutkan permasalahan yang berkaitan dengan indikator PHBS diantaranya perilaku mencuci
tangan menggunakan sabun 49,8%, aktivitas fisik 66,5%, kejadian diare pada usia 5-14 tahun 6,2%,
masalah gigi dan mulut usia 5-9 tahun 67,3% dan 10-14 tahun 55,6% dengan perilaku menyikat gigi pada
usia 5-9 tahun 93,2% dan 10-14 tahun 96,5%. Beberapa permasalahan tersebut menunjukkan kesadaran
masyarakat untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungan masih rendah (Riskesdas, 2018)
Permasalahan penyakit akibat PHBS pada anak sekolah dapat dicegah dengan meningkatkan
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan terhadap dirinya sendiri. Pengetahuan atau cognitive
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dalam
penerimaan perilaku baru bagi diri seseorang melalui tahap-tahap kesadaran, merasa tertarik menilai
dalam mencoba serta mengadopsi perilaku yang disadari atas pengetahun dan sikap positif yang akan
menimbulkan perilaku yang baik (Chandra, 2016)

Perilaku yang dibekali dengan pengetahuan yang cukup dan baik akan berdampak baik bagi dirinya.
Perilaku seseorang yang positif akan berdampak pada kesehatan diri yang optimal, karena perilaku yang
positif cenderung akan lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan diri dibandingkan seseorang
yang berperilaku negatif. Perilaku yang positif merupakan perilaku sehat yangdilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannnya,termasuk pencegahan penyakit. Perilaku yang positif
juga perlu didukung oleh pengetahuan yang mencukupi (Yayuk Kusumawati, 2019)

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek. Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya informasi,
media, keluarga maupun lingkungan. Sedangkan perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar), aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons
serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku juga merupakan determinan
kesehatan yang menjadi sasaran dari promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan (Notoatmodjo,
2014).

Pemberian pendidikan kesehatan sangatlah penting untuk mewujudkan PHBS pada anak sekolah, karena
dapat menunjang pengetahuan dan perilaku anak mengenai pola hidup sehat. Pendikan kesehatan
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media
yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok anak sekolah dasar adalah
dengan metode ceramah dan diskusi yang akan berdampak pada proses perubahan perilaku kearah
yang diharapkan melalui peran aktif sasara dan saling ukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo,
2014).

Penelitian Erlisa Candrawati, E.W. (2015), menjelaskan pelaksanaan program UKS dengan PHBS siswa
mempunyai keeratan hubungan. Hal ini terjadi dengan adanya pelaksanaan UKS di sekolah yang baik,
yang didukung oleh pemberian pengetahuan yang cukup tentang PHBS kepada para siswa. Pelaksanaan
progran UKS sebagian besar tergolong baik (96,95%) yang berdampak kepada perilaku hidup bersih dan
sehat siswa kelas 5 yang berjumlah 159 siswa dengan kategori sebagian besar (143 siswa) baik (93%).
Nilai uji penelitian memiliki nilai signifikan antara program UKS dengan PHBS sebesar 0,014 (p<0,005),
yang artinya terdapat hubungan signifikan antara pelaksanaan program UKS dengan PHBS siswa SD
(Erlisa Candrawati, 2015)

Menurut penelitian Muhammad Arif Budiono dan Muji Sulistyowati (2012), dijelaskan bahwa
pelaksanaan Trias UKS di lokasi penelitian sudah dilaksanakan dengan baik, meski dalam pengetahuan
terkait Trias UKS masih belum cukup baik untuk mendefinisikannya. Dilokasi penelitian terdapat banyak
sekali media yang berkaitan dengan kesehatan, namun alat-alat yang ada hanya digunakan ketika ada
kegiatan penyuluhan atau pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah. Diketahui sebanyak 78% opini
terhadap peran UKS dalam penyampaian informasi kesehatan di lokasi penelitian responden
menyatakan mendukung terhadap peran UKS dalam penyampain informasi (Muhammad Arif Budiono,
2012)Penelitian Ryan Kendi Okta Pratama, A. W., Dewi Listyorini (2013) terhadap 52 siswa SD
didapatkan hasil uji perilaku sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 28,8%
siswa dengan perilaku baik meningkat menjadi 53,8%. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap perubahan pengeahuan, sikap dan perilaku tentang kebiasaan berperilaku hidup
bersih dan sehat (Ryan Kendi Okta Pratama, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ary Kurniawan, R. M. P., Esti Widiani (2019) terhadap 42 siswa kelas 4 dan 5 sebelum diberikan promosi
kesehatan sebagian besar responden dengan sikap baik sebanyak 26 siswa (61,9%) dan pengetahuan
cukup sebanyak 17 siswa (40,5%), terjadi peningkatan sesudah diberikan promosi kesehatan dengan
sikap baik sebanyak 36 siswa (85,7%) dan pengetahuan baik sebanyak 21 siswa (50%). Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap tentang perilaku
hidup bersih dan sehat (Ary Kurniawan, 2019)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri 01 Panca Karsa Purna Jaya pada tanggal 2
Maret 2020 diperoleh data bahwa jumlah siswa kelas 5 adalah 60 siswa. Hasil observasi dan wawancara
terhadap 10 siswa pada saat jam istirahat didapatkan 8 siswa tidak melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah makan, 10 siswa tidak mengetahui apa saja indikator PHBS di sekolah, sebanyak 6 siswa
berpakaian tidak rapi, dan 5 siswa berkuku panjang dan kotor, selain itu juga ditemukan siswa yang jajan
diluar sekolah dan sembarangan.

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan UKS SDN 01 Panca Karsa Purna Jaya, dalam 1 tahun
terkahir penyakit yang sering timbul adalah diare dan influenza, penyakit tersebut terjadi pada murid
yang kebiasaan jajan sembarangan dan tidak mencuci tangan sebelum makan, jarang berolahraga dan
tidak menjaga lingkungan bersih. Sejalan dengan observasi yang dilakukan hal ini disebabkan salah
satunya karena SDN 01 Panca Karsa Purna Jaya juga belum terdapat fasilitas cuci tangan yang memadai
bagi siswa-siswinya sehingga menjadi kendala bagi anak-anak untuk menerapkan cuci tangan. Informsi
yang didapat dari UKS SDN 01 Panca Karsa Purna Jaya bahwa dalam kurun waktu 1 tahun terakhir belum
dilakukan pendidikan kesehatan oleh UKS terkait PHBS kepada para siswa di sekolah.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Efektifitas Edukasi Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Perilaku Murid SD untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Anda mungkin juga menyukai