ISSN 2303-1433
Penasehat
Pardjono
PenanggungJawab
Magdalena Suharjati
PemimpinRedaksi
Hengky Irawan
RedakturPelaksana
Sucipto
Redaktur/Editor
Dyah Ika
M. Ali Mansur
Didik Susetiyanto A.
Puguh Santoso
Widodo
Usaha
Novita
Enggar Prayoningtyas
Atin Priyanto
DiterbitkanOleh
Akper Dharma Husada Kediri JawaTimur
Jl. Penanggungan No. 41 A Kediri, Telp&Fax (0354) 772628
Email :jurnalakperdharma@yahoo.com
AlamatRedaksi :
BagianHumas
Akper Dharma Husada Kediri
Jln. Penanggungan 41 A Kediri, JawaTimur, Telp&Fax (0354) 772628
Email :jurnalakperdharma@yahoo.com
ISSN 2303-1433
DAFTAR ISI
12
20
Hubungan Keteraturan Ibu Hamil Dalam Melaksanakan Kunjungan Antenatal Care (Anc) Terhadap
Hasil Deteksi Dini Risiko Tinggi Ibu Hamil Di Poli Kia RSUD Gambiran
35
Kota Kediri
Sumy Dwi Antono ,Dwi Estuning Rahayu
ISSN 2303-1433
Pendahuluan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
merupakan upaya pendidikan kesehatan
yang dilaksanakan secara perpadu, sadar,
berencana, terarah dan bertanggung jawab
dalam menanamkan dan menumbuhkan
sikap hidup sehat dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari. kenyataannya
pelaksanaan program UKS pada saat ini
tidak berjalan dengan baik. Hasil Tim
Pembina UKS (2007) Pusat teryata
pelaksanaan UKS sampai saat ini
dirasakan masih kurang sesuai dengan
yang diharapkan. saat ini baru sekitar
30% SLTP dan SMU di Indonesia yang
melaksanakan program UKS. Banyak
program-program UKS yang terdapat
disekolah berhenti atau macet. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahaman
UKS, bahkan program UKS tersebut tidak
dihiraukan oleh pihak sekolah (Saryono,
2007).
ISSN 2303-1433
ISSN 2303-1433
Diagram
4.1 pengetahuan siswa
sebelum penyuluhan 65% kurang dan
setelah dilakukan penyuluhan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan
sekolah 70% siswa meningkat menjadi
baik. Hasil uji wilxoson signed rangks test
diperolah hasil p value sebesar 0,00 <
a0,05 maka Ho ditolak artinya ada
pengaruh penyuluhan melalui metode
multimedia terhadap pengetahuan siswa
tentang perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) tatanan sekolah di SMA Negeri 1
Gondang Mojokerto.
Pembahasan
Sebelum
diberikan
penyuluhan
tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dapat diketahui bahwa dari 81
ISSN 2303-1433
2.
3.
Saran
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
ISSN 2303-1433
dan
Sehat
(PHBS).
Jakarta
Kementrian Kesehatan RI : s.n.,
2011.
nomor
2269/MENKES/PER/X/2011.11
april 2014
Frekuensi
Persentase (%)
0
9
25
34
0
26,5
73,5
100
pendidikan
N
o
1
Umur
(Tahun)
13-15
16-20
21-22
Total
2
3
Pendidikan
Pendidikan dasar
(SD, SMP)
Pendidikan
menengah (SMA)
Pendidikan tinggi
Total
Frekuensi
Persentase
(%)
7
27
34
20,6
79,4
100
pekerjaan
No
1
2
Pekerjaan Frekuensi
Bekerja
Tidak
bekerja
Total
27
7
34
Persentase
(%)
79,4
20,6
Persentase
(%)
23,5
26
34
76,5
100
Informasi Frekuensi
Pernah
Tidak
pernah
Total
Total
g. Faktor keluarga
Faktor
Persentase
No
Frekuensi
keluarga
(%)
1
Baik
4
11,8
2
Cukup
11
32,4
3
Kurang
19
55,9
Total
34
100
Faktor lingkungan
No
1
2
3
4
Sumber
Informasi
Petugas
kesehatan
Majalah
Radio/TV,
internet
Lain lain
Total
Frekuensi
Persentase
(%)
0
0
8
0
0
100
0
8
0
100
Status
Frekuensi
1
2
Sekolah
Kerja
7
27
Persentase
(%)
20,6
79,4
100
34
1
3
Faktor
lingkunga
n
Baik
Cukup
Kurang
Total
Frekuensi
Persentase
(%)
6
7
21
34
17,6
20,6
61,8
100
Melakukan
seks bebas
Tidak seks
bebas
Seks bebas
Total
Frekuensi
Persentase
(%)
12
35,5
22
34
64,7
100
keluarga
yang
mempengaruhi pasangan remaja
melakukan sex bebas
Menurut Panjaitan (2007) Keluarga
berantakan adalah keluarga yang cerai
berai (berserak-serak) tidak terpelihara
dengan baik dan pendidikan anak-anak
3. Faktor
Simpulan
1.
Faktor keluarga dengan kategori
kurang
mempengaruhi
pasangan
remaja melakukan seks bebas
2.
3.
4.
Saran
Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat menanyakan
ktp melihat hubungan dan status
pasangan pengunjung vila
Bagi orang tua
Diharapkan
orang
tua
lebih
meningkatkan pengawasan dengan
carakomunikasi pada anak-anaknya.
Bagi remaja.
Diharapkan
remaja
mampu
meningkatkan pengetahuan tentang
seks bebas dan dampak dari seks
bebas
Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya harus lebih
menggali faktorfaktor lain
yang
Berdasarkan
Diagram 1
Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Yang Mengalami Nyeri
Di RSUD dr. Harjono Ponorogo
Berdasarkan diagram 1 diketahui
bahwa hampir setengah dari responden
berusia 26 35 tahun, yaitu 11 responden
(42%).
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Berdasarkan
Diagram 2
Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien
Post Operasi Fraktur Yang Mengalami
Nyeri Di RSUD dr. Harjono Ponorogo
Pre
Tekanan
Darah
%
Normal
5
19,2
Pre hipertensi 14 53,8
Hipertensi
ringan
6
23,1
Hipertensi
sedang
1
3,8
Hipertensi
berat
0
0,0
Jumlah
26 100
p-value=0,000 =0,05
Post
%
13 50,0
10 38,5
3
11,5
0,0
0
26
0,0
100
Tabel 2
Pengaruh
Pemberian
Terapi Musik Terhadap Denyut Nadi pada
Pasien Post Operasi Fraktur yang
Mengalami Nyeri di RSUD dr. Harjono
Ponorogo
Pre Test
Post Test
No
Denyut
.
Nadi
%
1 Bradikardia
3
11,5
3 11,5
2 Normal
15 57,7 20 76,9
3 Takikardia
8
30,8
3 11,5
Jumlah
26
100
26 100
p-value=0,025 =0,05
Sumber : Hasil Analisa data penelitian
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
sebagian besar responden sebelum
mendapatkan pemberian terapi musik
memiliki denyut nadi dalam kategori
normal, yaitu 15 responden (57,7%) dan
setelah pemberian terapi musik sebagian
besar responden memiliki tekanan darah
dalam kategori normal yaitu 20 responden
(76,9%). Hasil analisis data dengan
menggunakan uji wilcoxon signed rank
test didapatkan p-value = 0,025 lebih
kecil dari pada ( = 0,05) maka H0
ditolak yang berarti ada pengaruh
pemberian terapi musik terhadap denyut
nadi pada pasien post operasi fraktur yang
mengalami nyeri di RSUD dr. Harjono
Ponorogo.
3. Pengaruh
%
1 Lambat
2
7,7
3 11,5
2 Normal
14 53,8 18 69,2
3 Cepat
10 38,5 5 19,2
Jumlah
26 100 26 100
p-value=0,014 =0,05
%
Rendah 2
7.7
3 11.5
Normal 11 42.3 12 46.2
Tinggi
13 50.0 11 42.3
Jumlah
26 100 26 100
p-value=0,180 =0,05
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
sebagian besar responden sebelum
mendapatkan pemberian terapi musik
memiliki suhu tubuh dalam kategori
tinggi, yaitu 13 responden (50,0%) dan
setelah pemberian terapi musik sebagian
besar responden memiliki suhu tubuh
dalam kategori normal yaitu 12 responden
(46,2%). Hasil analisis data dengan
menggunakan uji wilcoxon signed rank
test didapatkan p-value = 0,180 lebih
besar dari pada ( = 0,05) maka H0
diterima artinya tidak ada pengaruh
pemberian terapi musik terhadap suhu
tubuh pada pasien post operasi fraktur
yang mengalami nyeri di RSUD dr.
Harjono Ponorogo.
No
.
1
2
3
Pembahasan
1. Pengaruh
Terapi
Musik
Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Pasien Post Operasi
Fraktur Yang Mengalami Nyeri Di
RSUD dr. Harjono Ponorogo
Terapi musik yang dilakukan di
College of Notre Dame, Belmont,
California menggunakan stimulus suara
(bunyi, musik) untuk mengetahui dampak
suara terhadap kondisi stres dan rileks
yang dialami seseorang, sekarang sudah
mendunia (Satiadarma, 2008). Namun
penerapan terapi musik ini masih jarang
ditemukan, karena masih merupakan hal
yang baru, khususnya dalam keperawatan.
Terapi musik dapat berdampak positif
untuk mengatasi stress. Terapi musik
merupakan teknik yang sangat mudah
dilakukan dan terjangkau, tetapi efeknya
menunjukkan betapa besar dan musik
dalam mempengaruhi ketegangan atau
kondisi rileks pada diri seseorang, karena
dapat
merangsang
pengeluaran
endorphine dan serotonin, yaitu sejenis
morfin alami tubuh dan juga metanonin
sehingga kita bisa merasa lebih relaks
pada tubuh seseorang yang mengalami
stres (Mucci, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa terapi musik
memiliki pengaruh yang signifikan untuk
menstabilkan tekanan darah pasien post
operasi fraktur. Kondisi ini disebabkan
karena dengan mendengarkan musik yang
disukai oleh responden maka responden
akan mendapat efek relaksasi karena
dapat
merangsang
pengeluaran
endorphine dan serotonin. Kedua hormon
ini memiliki pengaruh pada kerja jantung
karena dapat membatasi produksi
aldosteron yang merupakan hormon yang
dapat meningkatkan tekanan darah. Saat
produksi aldosteron normal maka jantung
dapat bekerja secara normal dan tekanan
darah menjadi normal. Terapi musik
memberikan rasa nyaman dan rasa tenang
kepada pasien sehingga membawa kondisi
Terapi
Musik
Terhadap Perubahan Denyut Nadi
Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Yang Mengalami Nyeri Di RSUD
dr. Harjono Ponorogo
Hasil analisis data menunjukkan
adanya pengaruh pemberian terapi musik
terhadap denyut nadi pada pasien post
operasi fraktur yang mengalami nyeri di
RSUD dr. Harjono Ponorogo.
Musik adalah suara yang keluar dari
dalam
jiwa
manusia,
mampu
mengekspresikan emosi atau gairah yang
jauh lebih naik daripada kata kata hal ini
tidak dapat ditawar lagi (Frohnmayer
dalam Kirkland, 2007). Dengan musik,
remaja dapat bernyanyi, menari, menulis
syair sambil mendengarkan musik. Musik
menyentuh emosi yang mendalam di
dalam jiwa (Satiadarma, 2008). Musik
memiliki elemen elemen berupa ; ritme,
irama nada, melodi, timbre, tempo, pitch,
dan dinamika yang dapat menstimulasi
seseorang untuk berekspresi, berkreasi
dalam suatu interaksi sosial dengan penuh
rasa yang menyenangkan. Terapi musik
bermanfaat untuk memberikan rasa
nyaman, menurunkan stres, kecemasan
dan kegelisahan, melepaskan tekanan
emosional yang dialami, meningkatkan
kontrol diri dan perasaan berharga klien.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui
berbagai kegiatan yang dapat dilakukan
dalam terapi musik, seperti menyanyi,
bermain musik, mendengarkan musik,
menyaksikan video musik, menulis lagu
atau aransemen musik, dan berdiskusi
tentang musik (Lindberg, 2007).
Penelitian ini menunjukkan bahwa
setelah mendapatkan terapi musik
responden dapat memberikan rasa
nyaman sehingga detak jantung responden
menjadi teratur dengan jumlah detak per
menit dalam kategori normal. Di samping
musik dapat menyelaraskan iklim
emosional seseorang dengan cara
Terapi
Musik
Terhadap Perubahan Pernafasan
Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Yang Mengalami Nyeri Di RSUD
dr. Harjono Ponorogo
Hasil analisis data menunjukkan ada
pengaruh pemberian terapi musik
terhadap pernafasan pada pasien post
operasi fraktur yang mengalami nyeri di
RSUD dr. Harjono Ponorogo.
Terapi
Musik
Terhadap Perubahan Suhu Tubuh
Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Yang Mengalami Nyeri Di RSUD
dr. Harjono Ponorogo
Hasil analisis data menunjukkan
tidak ada pengaruh pemberian terapi
musik terhadap suhu tubuh pada pasien
post operasi fraktur yang mengalami nyeri
di RSUD dr. Harjono Ponorogo.
International Union of Physiological
Sciences Commission for Thermal
Physiology
mendefinisikan
demam
sebagai suatu keadaan peningkatan suhu
inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya)
merupakan
bagian
dari
respons
pertahanan organisme multiselular (host)
terhadap invasi mikroorganisme atau
benda mati yang patogenik atau dianggap
asing oleh host. Suhu tubuh dipengaruhi
oleh faktor individu dan lingkungan,
meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik
dan suhu udara ambien. Oleh karena itu,
tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh
normal (Rahdi, 2008).
Termoregulasi adalah proses fisiologis
yang merupakan kegiatan integrasi dan
koordinasi yang digunakan secara aktif
untuk mempertahankan suhu inti tubuh.
Mekanisme pengaturan suhu tubuh
merupakan penggabungan fungsi dari
organ-organ
tubuh
yang
saling
berhubungan. didalam pengaturan suhu
tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor
pengatur suhu, yautu sensor panas dan
sensor dingin yang berbeda tempat pada
jaringan sekeliling (penerima di luar) dan
jaringan inti (penerima di dalam) dari
tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat
yang diterima langsung dikirimkan ke
terapi
musik
berpengaruh terhadap tekanan darah
pada pasien post operasi fraktur yang
mengalami nyeri di RSUD dr.
Harjono Ponorogo.
2. Pemberian
terapi
musik
berpengaruh terhadap denyut nadi
pada pasien post operasi fraktur yang
mengalami nyeri di RSUD dr.
Harjono Ponorogo.
3. Pemberian
terapi
musik
berpengaruh terhadap pernafasan
pada pasien post operasi fraktur yang
mengalami nyeri di RSUD dr.
Harjono Ponorogo.
4. Pemberian terapi musik tidak
berpengaruh terhadap suhu tubuh
pada pasien post operasi fraktur yang
mengalami nyeri di RSUD dr.
Harjono Ponorogo.
Saran
1. Bagi Pasien
ABSTRACT
The high numbers of patients with an angry expression of asertif with a history of
violent behavior that average caused hallucinations, need to get attention and serious
handling for all parties concerned especially the nurse on duty in rsj dr. Radjiman
wediodiningrat lawang. This is because the patients in acute conditions as mentioned
above. may harm or threaten the safety of the patient or the safety of others. Research
purposes which is to dig experience nurse in giving an orphanage nursing in patients
behavior violence caused hallucinations in melati room rsj dr. Radjiman wediodiningrat
lawang. The method of this research is to use qualitative research designs with descriptive
phenomenology of approach. Participants who participated in this research as many as four
people room nurse melati rsj dr. Radjiman wediodiningrat lawang. The result of analisi
with the methods colaizzi against the transcript verbatim produce three themes the steps
the preformance of the process of nursing, self-awareness, and empathy. A conclusion that
obtained from the results of this research is a nurse in to treating a patient behavior
violence caused hallucinations there has been a cycle is turning which is that of selfawareness, empathy, and carry out steps in the process of nursing. The institution clinic
should increase the capability of perawatnya especially in treating patients in the condition
of acute or crisis
Key words: patients with violent behavior, nurse experience, qualitative
PENDAHULUAN
Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dewa Gede Anom di RSJ
Dr. Radjiman Wdiodiningrat lawang
(2005), didapatkan data bahwa dari
kapasitas rumah sakit 600 orang, pasien
yang masuk rumah sakit dirawat inap
dengan ekspresi marah yang tak asertif
dengan riwayat perilaku kekerasan yang
rata-rata disebabkan halusinasi cukup
banyak yaitu 41,6%, sedangkan sisanya
mengalami
gangguam
kemauan,
gangguan proses pikir, mental organik,
gangguan proses degeneratif, gangguan
sosial, distres spiritual, gangguan afek
emosi, penyalahgunaan napza, tidak
tergolongkan.
Tingginya angka pasien dengan
ekspresi marah yang tak asertif dengan
riwayat perilaku kekerasan yang rata-rata
disebabkan halusinasi (dalam kondisi
akut), perlu mendapatkan perhatian serta
penanganan yang serius bagi semua pihak
yang terkait khususnya perawat yang
berdinas
di
RSJ
Dr.
Radjiman
Wediodiningrat
Lawang.
Hal
ini
dikarenakan pasien yang dalam kondisi
akut seperti yang tersebut diatas, dapat
membahayakan
atau
mengancam
keselamatan pasien sendiri maupun
keselamatan orang lain.
Realita dilapangan sering ditemukan
bahwa tindakan
perawat dalam
menangani pasien perilaku kekerasan
yang disebabkan karena halusinasi selalu
mengedepankan tindakan managemen
krisis khususnya dilakukan tindakan
manset atau pengekangan pada pasien.
Ada
juga
perawat
yang
dalam
penanganannya
mengedepankan
kemampuan
komunikasinya
dengan
pasien, dan ada juga yang tetap
melakukan
tindakan
keperawatan
managemen halusinasi atau memaksakan
melakukan
tindakan
keperawatan
membimbing
pasien
mengontrol
halusinasi. Artinya setiap perawat
mempunyai cara yang berbeda dalam
merawat pasien perilaku kekerasan yang
disebabkan halusinasi.
Menurut
Iyus
bahwa
asuhan
keperawatan yang kompeten bagi perawat
jiwa salah satunya adalah melakukan
pengkajian biopsikososial yang peka
terhadap budaya (Iyus. 2009). Hal
tersebut selaras dengan apa yang
dijelaskan oleh Gail W, Stuart bahwa
pengkajian dilakukan dengan wawancara,
observasi, perilaku, tinjauan catatancatatan data dasar, dan pengkajian
komprehensif terhadap klien dan sistem
yang relevan (Gail W, Stuart. 2007)
Menentukan diagnosa keperawatan.
Dari hasil penelitian ini semua
partisipan dalam merawat pasien perilaku
kekerasan yang disebabkan halusinasi ini
telah melakukan tahap menentukan
diagnosa keperawatan, yang dinyatakan
dalam
bentuk
mengumpulkan
data,mengelompokkan data, analisa data,
sesuai
standart,
dan
cara
memeperioritaskan diagnosa.
Dalam menentukan prioritas belum
sepenuhnya sesuai dengan konsep yang
ada. partisipan dalam menentukan
prioritas hanya berdasar diagnosa yang
sering muncul atau yang tampak saat itu,
padahal dalam konsep seperti yang
disebutkan dalam Budi Anna Keliat
(2005) bahwa dalam memperioritaskan
suatu masalah keperawatan adalah dengan
mengutamakan yang mengancam nyawa
atau keselamatan pasien. Kemudian untuk
jenis diagnosa dari hasil penelitian ini
partisipan menyatakan bahwa diagnosa
yang sering muncul pada pasien perilaku
kekerasan yang disebabkan halusinasi
adalah diagnosa krisis, halusinasi,
gangguan proses pikir, dan perilaku
kekerasan. Hal ini sebenarnya juga kurang
tepat karena sesuai dengan keunikan
pasien gangguan jiwa yang mana
mempunyai sifat unik yaitu satu individu
pasien bisa memiliki masalah atau
diagnosa keperawatan yang banyak dalam
artian sangat komplek, dan hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan partisipan dalam
melakukan pengkajian tidak secara
menyeluruh. hal yang berkaitan dengan
Kepercayaan diri
Dalam penelitian ini sub tema
kepercayaan diri dinyatakan partisipan
dalam bentuk menilai kemampuan diri
dan perasaan aman. Partisipan merasa
yakin bahwa apa yang dia lakukan saat itu
dia memang harus dia lakukan. Di dalam
penelitian ini diantara empat partisipan
yang ada hanya satu partisipan yang
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi,
hal tersebut dapat dibuktikan dengan
pernyataan-pernyataan partisipan tersebut
tentang alasan dia melakukan suatu
prilaku itu apa dan pernyataan-pernyataan
partisipan tersebut tentang perasaan dia
saat melakukan perilaku tersebut. Dari
sini bisa kita nilai bahwa partisipan
tersebut adalah orang yang mengetahui
bahwa dirinya mampu berdasarkan
pengalaman dan perhitungannya dalam
melakukan suatu tindakan.
Sedangkaan untuk partisipan lain
tidak ditemukan pernyataan-pernyataan
yang menunjukan rasa percaya diri, tetapi
hal tersebut belum bisa kita nilai bahwa
mereka tidak percaya dir. Menurut
penilaiian
peneliti
berdasarkan
pernyataan-pernyataan
mereka
saat
dilakukan wawancara, mereka merasa
kurang percaya diri ketika menghadapi
situasi atau keadaan tertentu. Berdasarkan
praktek hidup, kita bisa mengatakan
bahwa yang terakhir itu normal dalam arti
dialami oleh semua manusia.
Menurut Thantaway dalam Kamus
istilah
Bimbingan
dan
Konseling
(2005:87), percaya diri adalah kondisi
mental atau psikologis diri seseorang
yang memberi keyakinan kuat pada
dirinya untuk berbuat atau melakukan
sesuatu tindakan. Orang yang tidak
percaya diri memiliki konsep diri negatif,
kurang percaya pada kemampuannya,
karena itu sering menutup diri.
Tema :Empati .
Menurut Bullmer (dalam sanjaya,
2009) empati adalah suatu proses ketika
seseorang merasakan perasaan orang lain
dan menangkap arti perasaan itu,
kemudian
mengkomunikasikannya
Akuntansi
(LPA),
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Diponegoro Semarang, 31 Juli
1 Agustus 2009
Cherill Stockmann, PhD, MSN(R), RN,
Assistant Professor. A Literature
Review Of The Progress Of The
Psychiatric
Nurse-Patient
Relationship As Described By
Peplau. Bradley University,
Department
of
Nursing,
Peoria,Illinois, USA
Creswell, J.W. 2010. Quality inquiry and
research design choosing among
5th ed.Thousand Oaks: Sage
Pub. Inc
Dewa Gede, A. 2005. Pengaruh Teapi
Aktivits Kelompok Latihan
Asertif
Terhadap
Ekspresi
Kemarahan Pada Klien Dengan
Riwayat Perilaku Kekerasan Di
RSJ
Dr.
Radjiman
Wediodiningrat Lawang, Tugas
Akhir. Universitas Brawijaya
Malang
Djaman Satori dan Aan Komariah . 2011.
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfa Beta.
Fontaine, K.L. 2009. Mental Health
Nursing. New Jersey. Pearson
Education. Inc
Gastmans
C.
1998.
Interpersonal
Relations
in
Nursing:
a
Philosophical-Ethical. Journal of
advanced nursing, 1998. 28 (6).
1312 - 1319
Gail Wiscarz. Sandra J Sundeen. 1998.
Keperawatan Jiwa. Terjemahan.
Edisi IV. Jakarta: EGC.
Gail W, Stuart. 2007. Keperawatan Jiwa.
Edisi 5. Jakarta: EGC. Hal 2, 247-249,
Hidayat. 2004. Pengantar Konsep dasar
Keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta
Isaacs
Ann.
2005.
Keperawatan
Kesehatan Jiwa & Psikiatrik.
Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal 151166
Iyus Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa,
Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama
Kelliat
Econtent
Management
Pty
Ltd.
Contemporary Nurse (2010)
34(2): 158166. Jakarta.
Moleong,
L.
J.2006.
Metodologi
penelitian kualitatif. Ed revisi.
Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Nanda, I. 2012. Nursing Diagnoses :
Definitions and Classification
2002-2014. T.Heather Herdman
(editor), 2010. EGC. Made
Sumarwati. Dwi Widiarti. Estu
Tiar.
Monica
Ester
(penterjemah). 2010. Diagnosis
Keperawatan : definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. p. 193
Polit, D.F. & Beck, C.T. 2010. Essenstials
of nursing research methods,
appraisal, & practice. 4th Ed.
Philadelphia: Mosby.
Potter & Perry. 2005. Buku ajar
Fundamental keperawatan. Volume 1.
EGC.
Prijana. 2005. Metode Sampling Terapan,
Bandung: Humaniora
Sanjaya, B. (2009.) Pasien Juga Butuh
Empati. Diperoleh tanggal 14
agustus
2013,
dari
http://.www.koran-jakarta.com./
berita-detail.php?id.
Sarwono. 2003. Perbedaan Dasar Antara
Pendekatan
Kualitatif
Dan
Kuantitatif,
http://www.w3.org/TR/REChtm1
40. dikunjungi 10 Juli 2012
Sugiyono.
2007.
Statistika
untuk
penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Steven J. Frucht and Lorin Bernsohn
(2012).
Neurology.
Visual
Hallucinations In PD. Neurology
is the official journal of the
American
Academy
of
Neurology.
Published
continuously since 1951, it is
now a weekly with 48 issues per
year. Copyright 2002 by AAN
Enterprises, Inc. All rights
reserved. Print ISSN: 0028-3878.
Online
ISSN:
1526-632X.
http://www.neurology.org/conten
t/59/12/1965.full.html
Sill. 2007. Hildegard Peplau 1909-1999
Streubert, H.J. & Carpenter, D.R.1999.
Qualitative research in nursing
advancingthe
humanistic
imperative. 2nd Ed. Philadelphia:
Lippincot Williams & Wilkin.
Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2001).
Principles and practice of
psychiatric nursing. Seventh
edition. St. Louis: Mosby Inc.
Tristiadi, AA. 2008. Psikiatri Islam.
Malang: UIN Press. Hal: 46
Varcarolis, E.M. 2006. Psychiatric
Nursing
Clinical
Guide;
Assesment. Tools And Diagnosis.
Philadelphia: W.B Saunders.Co
Wahyuningsih, D. 2009. Pengaruh asertif
training
terhadap
perilaku
kekerasan
pada
klien
schizoprenia. Tesis. Jakarta. FIK
UI. Tidak dipublikasikan
Widodo, 2010. Perbedaan Tingkat Stres
Kerja Perawat Kritis dan Perawat
Gawat Darurat. Diperoleh pada
Hubungan Keteraturan Ibu Hamil Dalam Melaksanakan Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Terhadap Hasil Deteksi Dini Risiko Tinggi Ibu Hamil di Poli KIA RSUD Gambiran Kota
Kediri
Sumy Dwi Antono ,Dwi Estuning Rahayu
ABSTRACT
Each pregnancy can develop normally, but it is difficult to know before that the pregnancy
would be a problem, Antenatal care is an important way to monitor and support the
normal maternal health and to detect any abnormalities in normal pregnancy. This study
aims to determine the correlation of Pregnant mothers Regularity in visiting Antenatal Care
(ANC) on the Results from Early Detection of High Risk Pregnancy in Poli KIA RSUD
Gambiran Kediri. This research is analytic correlation using a case-control study design.
The populations in this study were all third trimester pregnant mother with high risk in
Poli KIA RSUD Gambiran Kediri. The number of samples is 28 people who were taken
with simple random sampling technique. Measuring instruments used KIA books and
Antenatal care documentation. The results will be analyzed using Chi Square test with one
2
sample with a standard error 5% (0,05). Based on the analysis results obtained values
=
14,28 > 3,841 so it can be stated that there is the correlation of Pregnant mothers Regularity
in visiting Antenatal Care (ANC) on the Results from Early Detection of High Risk Pregnancy in
Poli KIA RSUD Gambiran Kediri. The results are mostly high-risk pregnant mother are
irregular in implementing Antenatal care. The recommendations of this research is needed
to conduct counseling from a health counselor to all pregnant mother about the
importance of prenatal care regularly to add the knowledge about pregnancy and also to
allows health workers to detect early if there is a complication of pregnancy and as an
effort to increase utilization of health services for mother pregnant.
Key words : regularity of ANC, Antenatal Care (ANC), Early Detection of High Risk
Pendahuluan
Setiap kehamilan dapat berkembang
dengan normal, namun ini kadang tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Sulit
sekali diketahui sebelumnya bahwa
kehamilan akan menjadi masalah. Oleh
karena itu pelayanan antenatal merupakan
cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal
dan mendeteksi adanya kelainan pada
kehamilan normal (Kusmiyati, 2009).
Kehamilan dapat berlangsung normal
sekitar 80-90% dan hanya 10-12%
kehamilan yang disertai penyulit yang
akan menjadi kehamilan patologis.
Deteksi dini gejala dan tanda bahaya
kehamilan merupakan upaya terbaik yang
Jumlah
4
24
28
Persentase
14%
86%
100%
Jumlah
Persentase
19
9
28
68%
32%
100%
Jumlah
Persentase
3
4
2
4
6
1
1
4
1
1
1
2
1
28
10%
14%
7%
14%
21%
3%
3%
14%
3%
3%
3%
7%
3%
100%
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa dari 28 responden
dapat diketahui bahwa ibu dengan PER
sebesar 10% (3 orang), ibu dengan
gemelli 14% (4 orang), ibu dengan post
date 17% (5 orang), ibu dengan riwayat
SC 21% (6 orang), ibu dengan HIV 3% (1
orang), ibu dengan Hipertensi 14% (4
orang), ibu dengan suspect CPD 7% (2
orang), ibu dengan letak sungsang 3% (1
orang), ibu dengan asma 3% (1 orang),
ibu dengan penyakit jantung 7% (2
orang), ibu dengan IUGR 3% (1 orang),
ibu dengan diabetes 3% (1 orang).
c. Hubungan Keteraturan Ibu Hamil
2
nilai ini lebih besar dari
tabel = 3,841.
2
2
Dengan ketentuan bila nilai
tabel.
rentan
terjadi
komplikasi
seperti
perdarahan selama kehamilan. Pada usia
<20 tahun kebanyakan adalah remaja
yang memilih menikah muda yang
dimana mereka juga merasa bahwa masih
terlalu muda untuk hamil sehingga
mereka malu dan akhirnya tidak pergi
memeriksakan kehamilannya.
Sedangkan pada usia >35 tahun, organ
reproduksi telah mengalami penuaan
dimana telah terjadi kemunduran pada
organ reproduksi sehingga sangat
berpengaruh pada kehamilan dan proses
kelahiran. Pada usia ini juga akan
membuat
ibu
kurang
termotivasi
memeriksakan kehamilan karena dari
umur, ibu termasuk cukup berumur dan
kebanyakan juga ibu yang hamil di usia
>35 tahun adalah kegagalan dalam ber
KB,
dimana
anak-anak
mereka
sebelumnya sudah besar sehingga juga
timbul rasa tidak nyaman dengan usia
tersebut sedang hamil dan untuk
memeriksakan kehamilan ibu takut
dengan petugas kesehatan karena usia ibu
sebenarnya sudah tidak dianjurkan untuk
hamil dengan alasan kesehatan.
Pengetahuan yang baik tentang
kehamilan akan mendukung sikap ibu
kapan dia siap untuk menikah,
merencanakan kehamilan dan mengatur
jarak
kehamilan
sehingga
untuk
kehamilan dibawah usia 20 tahun dan
diatas 35 tahun dapat diminimalisir
dimana petugas kesehatan juga ikut
berperan aktif dalam memberikan arahan.
Sedangkan pada ibu hamil yang tidak
teratur
melaksanakan
kunjungan
antenatal care sebesar 86% (24 orang),
hal tersebut dapat disebabkan karena
beberapa faktor, salah satunya tingkat
pendidikan ibu. Dari hasil penelitian,
responden memiliki latar belakang
pendidikan SMP sebesar 57% (16 orang)
dan SMA sebesar 43% (12 orang).
Anies (2006) menyatakan, alasan
pokok yang menyebabkan seseorang
berperilaku atau tidak berperilaku adalah
Pemikiran dan perasaan (thoughts and
feeling), dalam bentuk pengetahuan
2
nilai
= 14,28
<http://www.rsiatambak.com/layana
n/layanan-lain/senam-hamil>
Anna, Lusia K. (2011) 8 Perubahan
Tubuh yang Terjadi Selama
Kehamilan.
Diakses
tanggal
28/02/2013
WIB
<http://health.kompas.com/read/201
1/11/11/10314730/8.
Perubahan.Tubuh.yang.Terjadi.Sela
ma.Kehamilan>
Anwar, I. (2012) Kebidanan &
Kandungan Keluhan Keluhan
Selama Hamil. Diakses tanggal
04/02/2013 pukul 11:11 WIB
<http://www.klikdokter.com/medisa
z/read/2010
/07/05/135/keluhankeluhan-selama-kehamilan>
Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Ed.
Revisi Jakarta: Rineka Cipta
Aulia, dkk. (2010) Pengaruh Senam
Hamil Terhadap Proses Persalinan
Normal Di Klinik YK Madira
Palembang. Jurnal Kedokteran
Kesehatan: ISSN 0-853-1773. 4:
Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya
Ayu, Sekar. (2012) Kursus Kilat Senam
Hamil. Yogyakarta: Araska
Bull, Eleanor & Archard, Graham. (2007)
Nyeri Punggung. Jakarta: Erlangga
Brayshaw, E. (2008) Senam Hamil &
Nifas. Jakarta: EGC
Corwin, E.J. (2009) Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta: EGC
Departemen Pendidikan Nasional. (2008).
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Diakses tanggal 07/02/2012 pukul
05:17
WIB
<http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi
/index.php>
Dewi, dkk. (2010) Studi Diskriptif
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Partus Lama Di Rumah
Sakit Roemani Semarang Tahun
2009. Diakses tanggal 07/02/2013
pukul
11.16
WIB
<digilib.unimus.ac.id/download.php
?id=5493>