Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.

4 Januari 2015

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TERHADAP PENERAPAN PERILAKU HIDUP


BERSIH DAN SEHAT(PHBS) DI SDN 197 PALEMBANG
TAHUN 2014
Oleh :
Mulyadi
Program Studi Kebidanan STIK Bina Husada Palembang
Email : mulyadi_rf@yahoo.com

ABSTRAK
Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.
Penerapan PHBS di sekolah berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan siswa. Kuranganya pengetahuan anak tentang
PHBS dapat menimbulkan dampak yang tidak baik pada anak serta dapat menimbulkan beberapa masalah
kesehatan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan siswa terhadap penerapan PHBS di SDN
197 Palembang Tahun 2014.Penelitian ini merupakan penelitian non experimental, jenis penelitian deskriftif kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 39 orang siswa kelas V SDN 197 Palembang.
Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan Uji statistic Chi Square. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari 2014. Hasil penelitian tingkat pengetahuan siswa terhadap penerapan PHBS di SDN 197
Palembang secara bivariat diperoleh nilai P value 0.011 < 0.05, yang artinya Ho ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan siswa dengan PHBS pada siswa di SD Negeri 197 Palembang.
hasil OR 7.917 yang artinya siswa yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 7.9 kali mampu menerapkan PHBS
dibandingkan dengan siswa yang memiliki pengetahuan kurang. Diharapkan guru berperan aktif untuk selalu menerapkan
PHBS pada siswanya dan memfasilitasi kegiatan PHBS serta mengaktifkan kembali program Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS).
Kata Kunci
: Pengetahuan, PHBS

ABSTRACT
School children are the future generation that needs to be maintained, enhanced and protected health. The
application of PHBs in school is closely linked to the level of students' knowledge. The lack of knowledge about the child
PHBs can cause bad impact on children and can cause some health problems. The purpose of this study was to determine the
correlation between the level of students knowledge to the application of clean and healthy behavior at SD Negeri 197
Palembang in 2014. This study was a non-experimental research, the type of research was quantitative descriptive study with
cross sectional approach. Sample size of this study were 39 students of V grade students of SD Negeri 197 Palembang.
Analysis of the data used univariate and bivariate analysis with statistical test Chi Square. The study was conducted in
January 2014. The results of the application of the knowledge level of students in SD Negeri 197 Palembang, Clean and
Healthy behavior as bivariate values obtained P-value 0.011> 0.05, which meant that Ho was rejected, so that it could be
said that there was a significant correlation between the level of knowledge of students with Clean and Healthy behavior of
the students in SD Negeri 197 Palembang. P value 0.011 <0.05 was the result OR 7,917 which meant students who have a
good knowledge likely to be able to implement Clean and Healthy behavior as 7.9 times in comparing with students who
have less knowledge.Teachers were expected to active role in applicate clean and healthy behavior of students and facilitate
the clean and healthy behavior activities and reactivate the program of School Health Unit (UKS).
Keywords

: students, knowledge, clean and healthy behavior

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
guna membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya
sendiri sehingga

masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan


PHBS (Purwanto A,2012).
Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di
tatanan institusi pendidikan perlu mendapatkan
perhatian mengingat usia sekolah, khususnya
tingkat Sekolah Dasar merupakan masa rawan
terserang berbagai penyakit serta munculnya
berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia
sekolah (usia 6-10 tahun), misalnya diare,
kecacingan dan anemia. Dampak lainnya dari
kurang dilaksanakan PHBS diantaranya yaitu

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

suasana belajar yang tidak mendukung karena


lingkungan sekolah yang kotor, menurunnya
semangat dan prestasi belajar dan mengajar di
sekolah, menurunkan citra sekolah di masyarakat
umum (Miftah, 2011).
Anak sekolah merupakan generasi penerus
bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan
dilindungi kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang
cukup besar yaitu 30 % dari jumlah penduduk
Indonesia merupakan masa keemasan untuk
menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai
agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik
dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat
( Harlan, 2011). Penanaman nilai PHBS disekolah
adalah kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan
melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) dan Jaminan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (JPKM).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
sekolah
merupakan
suatu
upaya
untuk
memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat
dilingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat dan mampu secara
mandiri untuk mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat (Rahayu, 2010).
Indikator Penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) di sekolah antara lain dengan
mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai
sabun, mengkonsumsi jajanan sehat dikantin
sekolah, menggunakaan jamban yang bersih dan
sehat, olahraga yang teratur dan terukur,
memberantas jentik nyamuk, tidak merokok
disekolah, menimbang berta badan mengukur
tinggi badan setiap bulan, dan membuang sampah
pada tempatnya.
Secara khusus tujuan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) adalah memupuk kebiasaan hidup
sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta
didik yang mencakup memiliki pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup
sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha
peningkatan kesehatan. Sehat fisik, mental, sosial
maupun lingkungan,serta memiliki daya hayat dan
daya
tangkal
terhadap
pengaruh
buruk,
penyalahgunaan narkoba, alkohol dan kebiasaan
merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan
masalah pornografi dan masalah sosial lainnya
(Komang, 2008).
Beberapa kegiatan peserta didik dalam
menerapkan PHBS di sekolah antara lain jajan di
warung/kantin sekolah karena lebih terjamin
kebersihannya; mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun; menggunakan jamban di sekolah serta
menjaga kebersihan jamban; mengikuti kegiatan
olah raga dan aktifitas fisik sehingga meningkatkan
kebugaran
dan
kesehatan
peserta
didik;
memberantas jentik nyamuk di sekolah secara

rutin; tidak merokok, memantau pertumbuhan


peserta didik melalui pengukuran BB dan TB; serta
membuang sampah pada tempatnya (Wilkipedia,
2010).
Berdasarkan studi pendahuluan jumlah
seluruh siswa di SDN 197 adalah 246 siswa dengan
perincinannya laki-laki 118 orang dan perempuan
128 orang, dengan angka kesakitan yang terjadi
pada siswa dalam 1 tahun sekitar 145 orang siswa
pertahunnya. Gambaran PHBS di SD Negeri 197
Palembang masih kurang karena masih banyaknya
anak-anak yang jajan di luar sekolah, masih
kurangnya tehnik pengajaran cuci tangan yang
baik dan benar sebelum dan sesudah makan dan
sesudah bermain, serta kurangnya sarana untuk
memcuci tangan seperti kran atau air mengalir, hal
ini disebabkan siswa masih ada yang belum
mengetahui pentingnya PHBS.
Kuranganya pengetahuan anak tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dapat
menimbulkan dampak yang tidak baik pada anak
serta dapat menimbulkan beberapa masalah
kesehatan. Seperti yang dikemukakan oleh
Notoadmodjo,2007 pengetahuan adalah merupakan
hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu,
penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yaitu : indera pengelihatan, indera pendengaran,
indera penciuman, indera rasa dan raba. Karena
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan akan pentingnya PHBS serta
penerapanya harus diajarkan atau disosialisasikan
secara terus menerus mulai dari tingkat sekolah
dasar karena penerapan PHBS sangat dipengaruhi
oleh pengetahuan serta sikap. Jika sebagian murid
SD memahami PHBS bukan tidak mungkin dapat
menekan tingginya angka kesakitan seperti,
penyakit diare, DBD dan penyakit ISPA yang kerap
kali datang pada musim panca roba (Eurika
Indonesia,2004).
1.2. Tujuan Penelitian

Diketahuinya Tingkat pengetahuan siswa


terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) di SDN 197 Palembang tahun
2014.
2. Landasan Teori
2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam
budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang
berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara, dan melindungi kesehatannya baik
fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu
juga program perilaku hidup bersih dan sehat
bertujuan memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

kelompok, keluarga, dengan membuka jalur


komunikasi, informasi, dan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina
suasana (social support), dan pemberdayaan
masyarakat (empowerment). Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri terutama pada tatanannya
masing-masing (Depkes RI, 2002).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
guna membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya
sendiri sehingga
masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan
PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi),
bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment). Terdapat 5 tatanan
PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS Sekolah,
PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan,
PHBS Tempat-tempat Umum (Purwanto A,2012).
2.2. Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sasaran PHBS menurut Depkes RI, (2008)
dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah
atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempattempat umum, institusi pendidikan, dan di sarana
kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi
pendidikan adalah seluruh warga institusi
pendidikan yang terbagi dalam:
a. Sasaran primer
Yaitu sasaran utama dalam institusi
pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau
murid
dan
guru
yang
bermasalah
(individu/kelompok dalam institusi pendidikan
yang bermasalah).
b. Sasaran sekunder
Yaitu sasaran yang mempengaruhi
individu dalam institusi pendidikan yang
bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru,
orang tua murid, kader kesehatan sekolah,
tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas
sektor terkait
c. Sasaran tersier
Merupakan sasaran yang diharapkan
menjadi
pembantu
dalam
mendukung
pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi
pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat,
kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh
masyarakat, dan orang tua murid .

2.3 Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Kebijakan Nasional Promosi kesehatan
menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan
dan PHBS menurut (Manda 2006 )yaitu :
a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Merupakan proses pemberian informasi secara
terus menerus dan berkesinambungan agar
sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude,
dan practice. Sasaran utama dari pemberdayaan
adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat.
b. Bina Suasana (Social Support)
Adalah upaya menciptakan lingkungan sosial
yang mendorong individu anggota masyarakat
untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Terdapat tiga pendekatan dalam
bina suasana antara lain:
1. Pendekatan individu
2. Pendekatan kelompok
3. Pendekatan masyarakat umum
c. Advokasi (Advocacy)
Adalah upaya
yang terencana
untuk
mendapatkan dukungan dari pihak-pihak terkait
(stakeholders).Pihak-pihak terkait ini dapat
berupa tokoh masyarakat formal yang berperan
sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan
penyandang dana pemerintah.
Selain itu, tokoh masyarakat informal
seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain
sebagainya dapat berperan sebagai penentu
kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai
penyangah dana non pemerintah. Sasaran advokasi
terdapat tahapan-tahapan yaitu:
1. Mengetahui adanya masalah
2. Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah
3. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan alternatif pemecahan
masalah
4. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan
memilih salah satu alternatif pemecahan
masalah
5. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
2.4 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
di Sekolah
Beberapa indikator PHBS di lingkungan
sekolah menurut Dinkes SumSel, 2010 antara lain :
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dan menggunakan sabun
Siswa dan guru mencuci tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir sebelum
makan dan sesudah buang air besar. Perilaku
cuci tangan dengan air mengalir dan
menggunakan sabun mencegah penularan
penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus,
cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ispa, flu
burung,
dan
lain
sebagainya.
WHO
menyarankan cuci tangan dengan air mengalir
dan sabun karena dapat meluruhkan semua
kotoran dan lemak yang mengandung kuman.

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat


sebelum makan, setelah beraktivitas diluar
sekolah, bersalaman dengan orang lain, setelah
bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan,
dan sehabis dari toilet.
Usaha pencegahan dan penang-gulangan
ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk
melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak
sekolah menjadi sasaran yang sangat penting
karena diharapkan dapat menyampaikan
informasi kesehatan pada keluarga dan
masyarakat.Mencuci tangan adalah cara mudah
untuk mencegah infeksi. Memahami kapan
harus mencuci tangan, cara benar menggunakan
pembersih tangan dan bagaimana untuk
mendapatkan anak-anak Anda ke dalam
kebiasaan. Ketidak tahuan anak dalam mencuci
tangan dengan baik dan benar atau tidak
mencuci tangan sama sekali. Merupakan salah
satu jalan yang cepat bagi kuman untuk
memasuki tubuhnya. Akibatnya anak akan
mudah terkena beberapa penyakit seperti diare,
pilek dan penyakit lainnya.
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin
sekolah.
Di sekolah siswa dan guru membeli atau
konsumsi makanan/jajanan yang bersih dan
tertutup di warung sekolah sehat. Makanan
yang sehat mengandung karbohidrat, protein,
lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang
seimbang akan menjamin tubuh menjadi sehat.
Makanan yang ada di kantin sekolah harus
makanan yang bersih, tidak mengandung bahan
berbahaya, serta penggunaan air matang untuk
kebutuhan minum.
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
Jamban yang digunakan oleh siswa dan
guru adalah jamban yang memenuhi syarat
kesehatan (leher angsa dengan septictank,
cemplung tertutup) dan terjaga kebersihannya.
Jamban yang sehat adalah yang tidak
mencemari sumber air minum, tidak berbau
kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak
mencemari
tanah
disekitarnya,
mudah
dibersihkan dan aman digunakan.
d. Olah raga yang teratur dan terukur
Aktivitas fisik adalah salah satu wujud
dari perilaku hidup sehat terkait dengan
pemeliharaan dan penigkatan kesehatan.
Kegiatan olah raga disekolah bertujuan untuk
memelihara kesehatan fisik dan mental anak
agar tidak mudah sakit. Dalam rangka
meningkatkan kesegaran jasmani, perlu
dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur
agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan
melakukan olahraga secara teratur akan dapat
memberikan manfaat antara lain: meningkatkan
kemampuan jantung dan paru, memperkuat
sendi dan otot, mengurangi lemak atau
mengurangi
kelebihan
berat
badan,

e.

f.

g.

h.

memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko


terkena penyakit jantung koroner, serta
memperlancar peredaran darah.
Memberantas jentik nyamuk
Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk
memberantas penyakit yang disebabkan oleh
penularan nyamuk seperti penyakit demam
berdarah.
Memberantas
jentik
nyamuk
dilingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan
3 M (menguras, menutup, dan mengubur)
tempat-tempat penampungan air (bak mandi,
drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum,
dan lain-lain) minimal seminggu sekali. Hasil
yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk
ini kemudian di sosialisasikan kepada seluruh
warga sekolah.
Tidak merokok di sekolah
Siswa dan guru tidak ada yang merokok
di lingkungan sekolah. Timbulnya kebiasaan
merokok diawali dari melihat orang sekitarnya
merokok. Di sekolah siswa dapat melakukan hal
ini mencontoh dari teman, guru, maupun
masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak
menganggap bahwa dengan merokok akan
menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan
sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok
mengandung banyak zat berbahaya yang dapat
membahayakan kesehatan anak sekolah.
Membuang sampah pada tempatnya
Sampah adalah suatu bahan yang tebuang
atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun alam. Sampah ditampung dan
dibuang setiap hari ditempat pembuangan yang
memenuhi syarat karena membuang sampah
tidak
pada
tempatnya
akan
dapat
mengakibatkan penyakit dan akan mencemari
udara disekitarnya. Mendidik anak untuk selalu
membuang sampah pada tempatnya dapat
menekan angka penyakit yang dapat muncul di
lingkungan sekolah .
Mengukur tinggi badan dan berat badan
Siswa menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan setiap bulan. Kegiatan
penimbangan berat badan di sekolah untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini
dilakukan untuk deteksi dini gizi buruk maupun
gizi lebih pada anak usia sekolah

2.5 Usaha Kesehatan Sekolah


Tujuan usaha kesehatan sekolah secara umum
(Suluha, 2002) adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat dan derajat kesehatan peserta didik
sedini mungkin
2. Serta menciptakan lingkungan sekolah yang
sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan anak yang harmonis dan
optimal

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

3. Dalam rangka pembentukkan manusia


Indonesia yang berkualitas.
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan perestasi
belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan
peserta
didik
sehingga
memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis
dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
indonesia seutuhnya. Usaha Kesehatan Sekolah
juga bertujuan untuk memupuk kebiasaan hidup
sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta
didik yang mencakup:
a) menurunkan angka kesakitan anak sekolah,
b) meningkatkan kesehatan peserta didik baik
fisik, mental, maupun sosial,
c) agar peserta didik mempunyai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi
aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah,
d) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
terhadap anak sekolah,
e) meningkatkan daya tangkal dan daya hayat
terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok,
alkohol, dan obat berbahaya lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran hidup
sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan
upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini
mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah
sehat yang dikenal dengan istilah tiga program
pokok
(trias)
UKS
yakni:
pendidikan
kesehatan (Health Education in School), pelayanan
kesehatan(School Health Service), dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat. Dengan demikian
dengan adanya fasilitas Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) akan sangat menunjang terwujudnya
perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

2.6 Pengetahuan
2.6.1 Pengertian Pengetahuan
Merupakan hasil dari tahu, ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. Siswa
mengerti tentang perilaku hidup bersih sehat dari
keluarga maupun lingkungan sekolah dari apa yang
diajarkan dan apa yang dilihat melalui contoh
perilaku ataupun membaca pesan-pesan kesehatan
di media cetak, elektronik, poster, leaflet dan
sebagainya (Notoadmodjo, 2010).
Dalam pengetahuan ada 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat materi yang
telah diberikan sebelumnya. Termasuk mengingat
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh
rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)
Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (application)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau obyek kedalam komponenkomponen tapi masih dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis (synthesis)
Merupakan
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau obyek. Pengetahuan pada anak usia
sekolah merupakan perubahan yang terjadi pada
aspek kognitifnya. Daya pikir anak usia sekolah
berkembang kearah pikir konkrit, rasional, dan
obyektif. (Notoatmodjo,2007).
2.6.2 Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
faktor faktor yang mempengaruhi
pengetahuan menurut Notoadmodjo 2007
yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan
mempengaruhi
proses
belajar, makin tinggi pendidikan makin
mudah untuk menerima informasi.
Pengetahuan anak tentang sesuatu obyek
juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negatif. Kedua aspek inilah
yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari obyek
yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap obyek
tersebut.
b. Informasi media massa
Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan
perubahan
atau
peningkatan pengetahuan.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan
anak
didalam
keluarga
maupu
masyarakat akan mengembangkan pola
kognitif anak dan akan membentuk
sebuah perilaku. Status ekonomi juga
akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

tertentu, sehingga status sosial ekonomi


ini akan mempengaruhi pengetahuan.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar anak, baik lingkungan
fisik,
biologis,
maupun
sosial.
Lingkungan
berpengaruh
terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam
anak yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap anak.
e. Pengalaman
Pengalaman
sebagai
sumber
pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan
dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir anak. Semakin
bertambah
usia
akan
semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya
semakin
membaik.
Pertambahan usia juga di iringi
bertambahnya ukuran fisik (anatomi)
dan struktur tubuh dalam arti sebagian
atau
seluruhnya
karena
adanya
multiplikasi (bertambah banyaknya) selsel tubuh dan juga karena bertambahnya
sel. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dan struktur fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur,
dapat
diperkirakan
dan
diramalkan sebagai hasil dari proses
diferensiasi sel, jaringan tubuh, organorgan dan sistemnya yang terorganisasi
(Nursalam, 2008).
2.7 Sikap
2.7.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi / respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
obyek. (Notoatmodjo,2003) Sedangkan menurut
Widayatun, 1999, sikap adalah keadaan mental dan
saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik / terarah
terhadap respon individu pada semua obyek dan
situasi yang berkaitan dengannya.
Dari berbagai batasan tentang sikap dapat
disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

New Comb salah seorang ahli psikologi social


menyatakan bahwa sikap itu merupakan suatu
kesiapan / kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau
perilaku.
2.7.2 Komponen sikap
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep
terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertinda Ketiga
komponen ini secara bersama - sama
membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap ini,
pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan
emosi memegang peranan penting.
Pengetahuan akan merangsang seseorang
untuk berfikir dan berusaha untuk mencari
penyelesaian sehingga sikap seseorang
terhadap obyek menjadi baik. Sikap yang
didasari dengan pengetahuan akan
bertahan lebih lama daripada sikap yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
2.7.3 Tingkatan sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkatan
sikap terbagi menjadi 4 yaitu:
1. Menerima ( Receiving) Menerima diartikan
bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan ( obyek ).
2. Merespon (Responding) Memberi jawaban bila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan atau suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau
salah, berarti bahwa orang menerima ide itu.
3. Menghargai Mengajak orang lain untuk
mengerjakan mendiskusikan suatu masalah/
suatu indikasi sikap tingkat.
4. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
3
Metodologi Penelitian
3.1. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Siswa Tentang PHBS

Penerapan
PHBS

Di Sekolah
Karakteristik Siswa SD
1. Umur
2. Jenis Kelamin

3.2. Desain Penelitian


Desain penelitian yang di gunakan adalah
penelitian non experimental jenis penelitian ini
deskriftif , rancangan menggunakan metode survey

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

dengan pendekatan Cross Sectional (Notoadmodjo,


2010).
3.3. Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua
siswa di SDN 197 Palembang yang duduk di kelas
V (lima) dengan jumlah populasi 39 orang.
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
tehnik total sampling. Total sampling adalah tehnik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan
populasi
(Sugiyono,2007).
Alasan
mengambil total sampling karena menurut
Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari
100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
semuanya.
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
1) Data Primer
Data yang dikumpulkan oleh peneliti
sendiri meliputi:
1. Tingkat pengetahuan
2. Penerapan PHBS.
2) Data Sekunder
Data yang didapatkan dari catatan di SDN
197 palembang meliputi :
1. Umur dan jenis kelamin siswa
2. Profil SDN 197 palembang
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Tehnik
pengumpulan
Data
yang
digunakan adalah wawancara dan check list .

menganalisa data dan juga mempercepat pada


saat pengentrian data.
c. Processing
Merupakan kegiatan memproses data agar dapat
di analisis setelah semua biisian kuesioner terisi
penuh dan benar dan juga sudah melewati
pengkodean.
d. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah di masukkan (entry) apakah ada
kesalahan atau tidak.
3.6. Teknis Analisis Data
3.6.1 Analisis Univariat
Analisa data yang digunakan adalah
analisis secara univariat yaitu distribusi
frekuensi berdasarkan jenis kelamin, umur,
tingkat pengetahuan dan penerapan PHBS
dimana hasil penelitian dilakukan interpretasi
data dari item pertanyaan dengan cara
menghitung persentase jawaban, selanjutnya
untuk setiap item yang dijawab diberi nilai
sesuai kategori yang telah ditentukan.
3.6.2 Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga behubungan sehingga
diketahui uji hubungan satu persatu variabel
independent (Pengetahuan) dengan variabel
dependent (penerapan PHBS) melalui tes X
(chi square) pada tingkat kemaknaan 95%.
Rumus chi square yang digunakan
X2 = (f0 fe)2
fe
Keterangan:

3.4.3 Instrumen Pengumpulan Data


Instrument pengumpulan data yang
digunakan adalah kuesioner dari peneliti
sebelumnya yang berisi daftar pertanyaan mengenai
PHBS yang harus dijawab oleh responden dalam
hal ini adalah siswa sekolah dasar kelas V yang
dijadikan responden.
3.5. Pengolahan Data
Agar
penelitian
ini
menghasilkan
informasi yang akurat, maka pengolahan data
dilakukan dengan tahapan tahapan sebagai
berikut :
a. Editing (Pengeditan)
Merupakan
kegiatan
untuk
melakukan
pengecekan isian kuesioner, apakah jawaban
yang ada di kuesioner sudah lengakap, jelas,
relevan, dan konsisten.
b. Coding (Pengkodean)
Merupakan kegiatan mengubah data yang
berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk
angka/bilangan. Untuk mempermudah pada saat

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

X2

Harga Chi kuadrat yang dihitung dan dibandingkan


dengan chi kuadrat table.
Fo = Frekuensi yang diselidiki (diobservasi)
Fe = Frekuensi yang diharapkan

Hasil perhitungan statistik menunjukkan


adanya hubungan yang signifikan antara
variabel yang diteliti yaitu dengan melihat
nilai p. Bila dari hasil perhitungan statistik
nilai p<0.05, maka hasil perhitungan statistik
bermakna yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara satu variabel dengan
variabel yang lain. Estimased Confidence
Interval (ECI) untuk Ratio Prevalence (RP)
ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan


4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Univariat
4.1.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian
ini terbagi menjadi dua yaitu berdasarkan umur dan
berdasarkan jenis kelamin.
4.1.1.1.1 Umur

kurang sebanyak 25 orang (64.1%) dari pada siswa


yang berpengetahuan baik 14 orang ( 35.9 %).
4.1.1.3. PHBS
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Penerapan PHBS Siswa
Kelas V di SDN 197 Palembang tahun 2014

No

Penerapan PHBS

Jumlah

Persentase

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Umur Siswa
Kelas V SDN 197 Palembang tahun 2014

1.

Baik

15

41.0 %

No

Umur

Jumlah

Persentase

2.

Kurang

24

59.0 %

1.

9 Tahun

23.1 %

39

100 %

2.

10 Tahun

18

46.2 %

3.

11 Tahun

17.9 %

4.

12 Tahun

12.8 %

39 orang

100 %

Total

Sumber : Data Sekunder 2014

Berdasarkan tabel 4.2 diatas didapatkan


umur tertinggi siswa yang dijadikan responden
yaitu 10 tahun sebanyak 18 orang (46.2%) dan
umur terendah yaitu 12 tahun (12.8%).

4.1.1.1.2. Jenis Kelamin

Total
Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa


lebih banyak siswa yang Kurang menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu 24 orang
( 59.0 %) dari siswa yang menerapkan PHBS 15
orang (41.0%).
4.1.2 Bivariat
Tabel 4.6
Distribusi Proporsi Penerapan PHBS
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas V
di SDN 196 Palembang
Tahun 2014
Penerapan PHBS

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Siswa
Kelas V di SDN 197 Palembang tahun 2014

No

Jenis kelamin

Jumlah

Persentase

1.

Perempuan

19

48.7 %

2.

Laki-laki

20

51.3 %

Total

39

100 %

Sumber : Data Sekunder 2014

Total

Pengetah

Baik

uan

Baik

Kurang

10

71.4

28.6

14

100 %

%
Kurang

24

%
19

76 %

25

100 %

23

59.0

39

100 %

Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan


bahwa lebih banyak siswa kategori laki laki 20
orang (51.3%) sedangkan siswa perempuan
sebanyak 19 orang (48.7%).

Total

16

41.0
%

Sumber : Data Primer Tahun 2014

4.1.1.2. Tingkat Pengetahuan


Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Siswa
Kelas V di SDN 197 Palembang tahun 2014

No

Tingkat Pengetahuan

1.
2.

Baik
Kurang
Total

Jumla
h

Persentas
e

14
25
39

35.9 %
64.1 %
100 %

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapatkan


bahwa lebih banyak siswa yang mempunyai
Pengetahuan tentang PHBS
dengan kategori

Berdasarkan tabel 4.5 diatas maka


didapatkan hasil analisis hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan penerapan perilaku hidup
bersih dan sehat diperoleh bahwa siswa yang
mempunyai pengetahuan baik dengan penerapan
PHBS yang baik sebanyak 10 siswa (71.4 %), dan
siswa yang mempunyai pengetahuan kurang
dengan penerapan PHBS yang kurang sebanyak 6
siswa (24,0 %).
Dengan hasil OR 7.917 yang artinya siswa
yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 7.9
kali mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dibandingkan dengan siswa yang

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

memiliki pengetahuan kurang sebagai upaya


mengurangi kejadian diare di SDN 197 Palembang.
Dari hasil uji statistic diperoleh nilai P value 0.011
< 0.05, yang artinya Ho ditolak, sehingga dapat
dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan siswa dengan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa
di SD Negeri 197 Palembang.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Univariat
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
dan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian didapatkan dari 39
responden dalam hal ini siswa SDN 196 yang
duduk di kelas V memiliki rata-rata umur 10 tahun
dengan umur termuda 9 tahun sebanyak 9 orang
(23.1%) dan umur tertua 12 tahun sebanyak 5
orang (12.8%).
Pada usia sekolah dasar (SD) anak perlu
mendapat pengawasan kesehatan,karena pada tahap
ini merupakan proses tumbuh kembang yang
teratur.Anak pada usia ini 5-6 hari dalam seminggu
akan pulang dan pergi ke sekolah dengan melewati
berbagai macam kondisi lalu lintas dan lingkungan
yang mengalami polusi, sumber penyakit, bergaul
dengan teman yang semuanya rawan tertular
berbagai penyakit (Zaviera, 2008).
Menurut teori Erikson, usia anak pra
sekolah tersebut anak berada pada fase inisiatif dan
rasa bersalah (initiative VS Guilty). Pada masa ini,
anak berkembang rasa ingin tahu (caurius) dan
daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya
mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang
tidak
diketahuinya.
Anak
juga
akan
mengidentifikasikan figur atau perilaku orang tua
sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru
tingkah laku orang dewasa disekitarnya (Nursalam,
2008:39).
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
di dapatkan bahwa siswa laki-laki berjumlah 20
orang (51.3%) lebih banyak dari siswa perempuan
19 orang (48.7%), untuk menerapkan prilaku hidup
bersih dan sehat baik laki- laki maupun perempuan
mempunyai hak yang sama karena kesehatan
diperlukan tidak hanya perempuan atau laki-laki
saja.
Hasil
penelitian
Utami
(2009)
menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan
mempunyai andil yang sama dalam upaya
meningkatkan kesehatannya yang mana dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari melalui
berperilaku hidup bersih dan sehat sedangkan
menurut oktapiana.R(2009) dalam utami juga
mengatakan dalam penelitian yang dilakukan di
SDN 013 Sunter Agung Jakarta Utara yang
menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan praktik Prilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).

4.2.1.2 Tingkat Pengetahuan


Dari hasil penelitian didapatkan hasil
bahwa sebagian besar siswa kelas V SDN 197
Palembang memiliki pengetahuan kurang tentang
penerapan PHBS dengan jumlah 25 orang (64.1
%), dan hanya 14 orang (35.9 %) yang memiliki
pengetahuan baik .
Hal ini juga sesuai dengan teori yang
dikemukakan
oleh
Notoatmodjo
(2007),
pengetahuan adalah bentuk tahu manusia yang
diperoleh dari akal, pengetahuan merupakan
domain yang penting yang akan membentuk
perilaku seseorang, sehingga masalah masalah
kesehatan yang ada pada dirinya teratasi.
Pengetahuan pada anak usia sekolah merupakan
perubahan yang terjadi pada aspek kognitifnya.
Daya pikir anak usia sekolah berkembang kearah
pikir konkrit, rasional, dan obyektif.dan factor
Lingkungan juga berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam anak yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena
adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
anak.
Dalam teori Green juga menjelaskan
bahwa faktor perilaku ditentukan faktor-faktor
predisposisi (predisposing factors) yaitu faktorfaktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilainilai tradisi, dan sebagainya. Pengetahuan yang
diberikan kepada siswa tentang perilaku hidup
bersih sehat di lingkungan sekolah menjadi faktor
penting untuk dapat menerapkan perilaku tersebut,
melalui pengetahuan akan membentuk sikap yang
akan diterapkan menjadi kebiasaan berperilaku
hidup bersih sehat di lingkungan sekolah.
Menurut teori Erikson, Pada masa ini,
anak berkembang rasa ingin tahu (caurius) dan
daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya
mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang
tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan
inisiatif anak. Maka hal tersebut akan membuat
anak merasa bersalah, Anak juga akan
mengidentifikasikan figur atau perilaku orang tua
sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru
tingkah laku orang dewasa disekitarnya (Nursalam,
2008:39).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
riska dengan judul faktor faktor yang
berhubungan dengan perilkau hidup bersih dan
sehat di SDN 01 Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan
Kebon Jeruk tahun 2011 didapatkan hasil dari 106
responden terdapat 19.8% anak yang mempunyai
pengetahuan
PHBS baik, 40.5% anak yang
mempunyai pengetahuan PHBS cukup, dan 39.6%
anak yang mempunyai pengetahuan PHBS kurang.
Hasil penelitian Maulani.R.P (2012) dari
237 responden yang telah mengisi kuisioner, pada
kuisioner pengetahuan sebanyak 157 (66,2%)

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

responden baik, 46 (19,4%) responden cukup, dan


34 (14,4%) responden kurang.
Meskipun hasil penelitian banyak siswa
yang memiliki pengetahuan kurang peneliti
berpendapat bahwa pengetahuan siswa tentang
PHBS masih kurang karena informasi yang
diberikan oleh pihak sekolah ataupun petugas
kesehatan masih belum efektif sehingga kurang
dipahami oleh siswa. Dengan adanya informasi
secara terus menerus atau dengan pendidikan
kesehatan secara khusus akan menambah
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat sehingga siswa dengan sendirinya akan
menyadari pentingnya PHBS.
Pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Sedangkan
pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau
penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Notoatmodjo, 2003)
4.2.1.3 Penerapan PHBS
Dari hasil penelitian didapatkan hasil
bahwa sebagian besar siswa kelas V SDN 197
Palembang kurang dalam menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat sebanyak 24 orang ( 59.0
%) dari 39 responden, sedangkan sebanyak 15
orang (41.0 %) baik dalam menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
Menurut
Notoadmodjo
(2010),
Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang / keluarga dapat menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau, mampu mempraktikkan PHBS serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat.
Menurut Desak (2009) Secara teoretis
faktor perilaku memiliki andil 30-35% terhadap
derajat kesehatan. Oleh karena dampak dari
perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar,
maka diperlukan berbagai upaya un-tuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Paradigma
sehat dijabarkan dan dioperasio-nalkan antara lain
dalam bentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
Untuk itu, dengan memberikan informasi
tentang hidup sehat dan bersih, disertai dengan
mencotohkan dalam bentuk perilaku (tindakan
nyata) diharapkan siswa lebih cepat dapat
membentuk pembiasaan PHBS. Agar siswa dapat
melatih apa yang sudah dipelajari dan dilihat,
diperlukan sarana pendukung PHBS, sehingga
tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar
siswa (masyarakat) dapat memprak-tekan hidup
sehat bagi dirinya sendiri, dan nantinya siswa

sebagai anggota masyarakat dapat berperi-laku


hidup sehat (healthy life style) (Notoatmojo, 2003).
4.2.2 Bivariat
Analisa
bivariat
digunakan
untuk
menganalisis hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen. Sebagai variabel
indevenden adalah Pengetahuan sedangkan variabel
Dependen adalah perilaku hidup bersih dan sehat,
sebagai berikut ;
Hasil analisis hubungan antara Pengetahuan
dengan perilaku hidup bersih dan sehat responden
di peroleh bahwa dari 25 siswa yang mempunyai
pengetahuan kurang menunjukan perilaku hidup
bersih dan sehat kurang baik sebanyak 19 siswa
(76%) dan menunjukan perilaku hidup bersih dan
sehat baik sebanyak 6 siswa (24.0%). Sedangkan
dari 14 siswa yang mempunyai pengetahuan baik
menunjukan perilaku hidup bersih sehat kurang
sebanyak 4 siswa (28.6 %) dan menunjukan
perilaku hidup bersih sehat baik sebanyak 10 siswa
(71.4%).
Dilihat dari hasil uji statistik ( Chi Square)
didapatkan P value sebesar 0.011 yang berarti P
value lebih kecil dari (0.05) maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan
sehat responden siswa kelas V di SDN 197
Palembang tahun 2013 Dengan hasil OR 7.917
yang artinya siswa yang memiliki pengetahuan baik
berpeluang 7.9 kali mampu menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dibandingkan
dengan siswa yang memiliki pengetahuan kurang
dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan green
(1980) yang dikutip dari Notoadmodjo (2010)
bahwa pengetahuan merupakan salah satu factor
predisposisi untuk terjadinya perilaku (tindakan).
Pengetahuan atau kognif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang,dan dikatakan pula bahwa perilaku yang
didasarai oleh pengetahuan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Romi L (2012) Pada dasarnya sikap muncul
terhadap diri sendiri, aspek-aspek sosial dan respon
terhadap suatu stimulus atau objek, mumnya ada
tiga jenis sikap manusia yaitu kognetif, afektif dan
psikomotorik atau konatif. Suatu sikap belum tentu
otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over
behavior), hal ini diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan terwujudnya
suatu tindakan, diantaranya adalah faktor dari pihak
lain.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Riska (2011) dengan judul Faktor
factor yang berhubungan dengan perilaku hidup
bersih dan sehat pada siswa di SD Negeri 01
Jakarta didaptkan hasil dari 106 responden terdapat
19.8% anak yang mempunyai PHBS baik, 40.5%

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

10

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

anak yang mempunyai PHBS cukup,dan 39.6%


anak yang mempunyai PHBS kurang.
Serta hasil penelitian Nyayu Uswatu
Hasanah (2011) dengan judul Pelaksanaan Tuci
Tangan Pakai Sabun di Madrasah ibtidaiyah
Muhajirin Palembang menunjukan hasil bahwa
tingkat pengetahuan baik sebanyak 35 orang (56,5)
sedangkan siswa yang tingkat pengetahuanya
kurang sebanyak 27 orang ( 43,5 %) . Dan dilihat
dari sikapnya baik sebanyak 33 orang (53,2%)
sedangakan siswa yang sikapnya kurang sebanyak
29 orang (46,8 %).
Berdasarkan hasil penelitian yang yang telah
dilakukan, peneliti berpendapat bahwa gambaran
penerapan siswa tentang perilaku Hidup Bersih
dan Sehat sebagian besar masih kurang baik, hal ini
mungkin disebabkan karena masih kurangnya peran
orang tua dan pihak sekolah mengupayakan
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
disekolah dan di rumah disamping fasilitas dalam
menjalankan PHBS juga menjadi salah satu unsur
terwujudnya PHBS di sekolah. Siswa dengan
pengetahuan baik ternyata tidak semuanya
menerapkan PHBS,begitu juga siswa yang
pengetahuannya tentang PHBS kurang ternyata ada
yang baik dalam menerapkan PHBS.
Menurut peneliti pihak sekolah bekerja
sama dengan pihak puskesmas secara terus
menerus menginformasikan dan mempraktikan
mengenai PHBS kepada siswa dan di imbangi
dengan penyediaan fasilitas fasilitas untuk
menunjang prilaku hidup bersih dan sehat
siswa,dimana tidak semua sekolah menyiapkan
sarana dan prasarana untuk mendukung pembiasaan
perilaku hidup bersih dan sehat siswa, misalnya:
tempat mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, lap yang bersih untuk menge-ringkan
tangan, tempat sampah dengan jumlah yang
memadai, adanya pesan-pesan atau motto
kesehatan dalam bentuk tulisan atau gambar di
kelas atau lingkungan kelas.

5. Simpulan Dan Saran


5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada 39 responden siswa kelas V SDN
197 Palembang mengenai tingkat pengetahuan
siswa terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) peneliti membuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Karaktristik siswa kelas V di SD Negeri 197
Palembang berdasarkan usia, usia 9 tahun
sebanyak 9 orang (23.1 %), usia 10 tahun
sebanyak 18 orang (46.2 %), usia 11 tahun
sebanyak 7 orang (17.9 %), dan usia 12 tahun
sebanyak 5 orang (12.8 %). Berdasarkan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 20 orang (51.3%)
dan siswa perempuan sebanyak 19 orang
(48.7%).

2. Pengetahuan siswa kelas V SDN 197


palembang tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dengan kategori baik sebanyak
14 orang (35.9%) dan kategori kurang sebanyak
25 orang (64.1%).
3. Penerapan PHBS siswa kelas V SDN 197
Palembang dengan kategori baik sebanyak 15
orang (41.0%) dan kategori kurang sebanyak 24
orang (59.0%).
4. Hubungan pengetahuan dengan penerapan
PHBS dari hasil uji statistic diperoleh nilai P
value 0.011 < 0.05, yang artinya Ho ditolak,
sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan
siswa dengan penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) pada siswa di SD Negeri 197
Palembang. P value 0.011 < 0.05 hasil OR
7.917 yang artinya siswa yang memiliki
pengetahuan baik berpeluang 7.9 kali mampu
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dibandingkan dengan siswa yang
memiliki pengetahuan kurang.

5.2 Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapakan petugas kesehatan mampu
memberikan dan mengadakan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan secara rutin terutama
mengenai penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) di sekolah.
2. Bagi SD Negeri 197 Palembang
Diharapkan guru berperan aktif untuk selalu
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
pada siswanya dan memfasilitasi kegiatan
PHBS serta mengaktifkan kembali program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Serta mencari
alternatif lain dalam meningkatkan pengetahuan
dan penerapan PHBS sehingga siswa
termotivasi untuk melakukan penerapan PHBS
dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah
maupun di rumah.
3. Saran untuk peneliti selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti
tentang pengetahuan siswa dengan penerapan
PHBS melalui 8 indikator PHBS di sekolah atau
melakukan penelitian yang sama dengan disain
yang berbeda dan jumlah responden yang lebih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwanto(2012) Pengaruh pendidikan
kesehatan tentang perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) terhadap praktik gosok
gigi pada anak usia sekolah di SDN 1
Sambiroto Semarang. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Dan
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

11

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015

Alimul Hidayat, A. Aziz (2007) , Metode


Penelitian Keperawatan dan teknik
Analisa Data Penerbit Salemba medika.

------------ (2003). Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Pertiwi.

Azwar, Saifudin. 2010.Sikap Manusia Teori dan


Pengukurannya.
Pustaka
Pelajar,
Yogyakarta.

Saryona & Meker, (2010).Metodologi Penelitian


Kuantitatif, Yogjakarta. Nuha Medika.

Depkes RI. (2002). Panduan Manajemen PHBS


Menuju Kabupaten/ Kota Sehat.

Desak. M.D (2009). Analisis Kebutuhan Dalam


Pengembangan Buklet Edukatif Temati
(Bet) Untuk Pendidikan Kesehatan Di SD
Universitas Pendidikan Ganesha, Jln
Udayana Singaraja Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran, Jilid 42, Nomor 3, Oktober
2009, hlm.187 195.
Dianita Fitriani (2011)Pengaruh Edukasi Sebaya
Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (Phbs) Pada Agregat Anak Usia
Sekolah Yang Beresiko Kecacingan Di
Desa Baru Kecamatan Manggar Belitung
Timur Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan
Program Magister Ilmu Keperawatan
Peminatan
Keperawatan
Komunitas
Depok, Juli 2011.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada


(2011).Panduan
Penyusunan
Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan,
Palembang. STIK Bina Husada
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
-------------,
(2009)
Memahami
Kuantitatif. Bandung. Alfabeta
Sumijatun. 2005.Konsep Dasar
Komunitas. Jakarta : EGC.

Penelitian

Keperawatan

Supartini Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar


Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Team Riset Kuantitatif Bina Husada, (2010).
Petunjuk
Teknis
Penulisan
Riset
Kuantitatif. Bina Husada.
Utami,

Effendy, N. (1998). Pengantar Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Jakarta : EGC.

Ni Made Sari. 2009. Hubungan


Pelaksanaan Program UKS dengan PHBS.
Anak Usia.

Hidayat, A. (2007). Pengantar Konsep Dasar


Keperawatan. Penerbit Selemba Medika,
Jakarta.
Mardalis (2006) Metdologi penelitian kesehatan.
Jakarta, RinekaCipta.
Maulani, Rika Prastiwi ( 0710221 ) (2012)
Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Siswa Terhadap PHBS dan
Penyakit Demam Tifoid Di SMP "X" Kota
Cimahi Tahun 2011. Other thesis,
Universitas Kristen Maranatha.
Nagastiyah (2005)Perawatan anak sakit. Jakarta ,
EGCNotoatmodjo(2007).
Notoatmodjo(2005).
Metodologi
Penelitian
Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
----------------,(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam (2008) Konsep dan
metodologi
keperawatan.Jakarta, EGC.

penerapan
penelitian

Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Penerapan PHBS di SDN 197 Palembang

12

Anda mungkin juga menyukai