Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN

Disusun oleh :

Zuhratul Wahyuni (023.04.0028)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP
PENERAPAN POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DUMAH TANGGA
DI DESA PUJOKERTO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

A. PENDHULUAN
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya
peningkatan Indeks Pembanunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu
derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih
dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2011; Patta, 2012). Keluarga adalah tatanan kehidupan
yang terkecil di masyarakat, oleh sebab itulah perbaikan masalah kesehatan harus
dimulai dari keluarga, karena pengambilan keputusan dalam bidang pangan, gizi dan
kesehatan dilaksanakan terutama ditingkat keluarga, masalah gizi yang terjadi di
tingkat keluarga erat kaitannya dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata
disebabkan oleh kemiskinan dan ketidaksedian pangan, kebersamaan antara keluarga
dapat memobilisasi masyarakat untuk memperbaiki kondisi kesehatan.

Upaya untuk mengubah perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan


derajat kesehatan dilakukan melalui proram Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Program ini telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan sejak
tahun 1996. Salah satu evaluasi keberhasilan pembinaan PHBS dilakukan dengan melihat
indikator PHBS ditatanan rumah tangga (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2011; Marzuki, Nurdin & Harisnal, 2016). Di Indonesia gambaran perilaku kesehatan
yang belum baik ditunjukan dengan proporsi nasional RT dengan PHBS baik adalah
32,3%, dengan proporsi tertinggi DKI Jakarta (56,8%) dan proporsi terendah Papua
(16,4%). Terdapat 20 provinsi yang masih memiliki RT dengan PHBS baik dibawah
proporsi nasional. Cakupan pelaksanaan dari PHBS secara nasional adalah sebagai
berikut: persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (87,6%), memberi ASI Eksklusif
(38%), mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (47,2%), menggunakan jamban
sehat (81,9%), memberantasjentik di rumah (77,4%), makan buah dan sayur setiap
hari (10,7%), melakukan aktifitas fisik setiap hari (52,8%) serta tidak merokok di dalam
rumah (78,8%) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013; Iskandarsyah,
2016). Cakupan PHBS di Provinsi Lampung tahun 2014 sebesar 59,2%. Untuk
penjabaran untuk tiap kabupaten tertinggi dicapai oleh Pesisir Barat sebesar 78,2%
dan terendah dicapai oleh Way Kanan sebesar 33,8%, sedangkan untuk kabupaten
Lampung Tengah menduduki posisi keempat sebesar 65,2%. Dan untuk Puskesmas
Pujokertopencapaiannya sebesar 63,5% (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2015;
Penyusun, 2014).

Perilaku seseorang yang berhubungan dengan kesehatan dipengaruhi


oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan dan motivasi, faktor pendukung yaitu peraturan kesehatan, fasilitas dan
sarana kesehatan dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan
(Greene, 2017). Pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan dan sikap ibu yang didasarkan dengan
pemahaman yang tepat dapat menumbuhkan perilaku baru yang baik tentang suatu
hal, khususnya mengenai perilaku sadar gizi pada keluarganya. Selain faktor tersebut
dukungan dari tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi dari
terbentuknya perilaku seseorang, dimana masyarakat yang memperoleh dukungan
dari tenaga kesehatan secara kontinyuakan cenderung berperilaku sesuai dengan informasi
yang diterima (Notoatmodjo, 2010; Astuti, 2013).

Berdasarkan pengamatan di wilayah kerja Desa Pujokerto untuk pelaksanaan


PHBS untuk tahun 2015 masih kurang dari target yang ditetapkan diantaranya untuk
indikator persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (100%), memberi ASI Eksklusif
(45,2%), mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (68,7%), menggunakan jamban
sehat (91,67%), memberantasjentik di rumah (84,29%), makan buah dan sayur setiap
hari (84,29%), melakukan aktifitas fisik setiap hari (72,8%) serta tidak merokok di
dalam rumah (30,12%) (Dinas Kesehatan Lampung Tengah, 2015). Hal ini berkaitan
dengan kurangnya pengetahuan, sikap dan peran dari tenaga kesehatan terhadap
penerapan PHBS di wilayah kerja puskesmas tersebut.

Berdasarkan hasil pra survey tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Hubungan pengetahuan, sikap dan peran tenaga kesehatan
terhadap pelaksanaan PHBS Rumah Tangga di Desa Pujokerto Kabupaten Lampung
Tengah tahun 2017.
B. WAKTU DAN TEMPAT
1. WAKTU
Penelitian dilaksanakan pada tahun 2017
2. TEMPAT
Penelitian dilakukan di Desa Pujokerto Kabupaten Lampung Tengah
C. SAMPLE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan populasi sejumlah 124 kepala kelurga dan
jumlah sample 95 kepala keluarga yang diambil dengan teknik purposive sampling
dan analisis data menggunakan chi-square. Pengambilan sampling dengan teknik
purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampling yang dilakukan secara
acak berdasarkan kisi-kisi atau batas-batas yang telah ditentukan peneliti. Analisis data
yang digunakan adalah chi-square yang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menyampaikan atau menunjukkan keberadaan hubungan ada atau tidaknya antar
variabel yang diteliti.
D. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian survey
analitik menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu satu penelitian non
eksperimental untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, dengan cara pendekatakan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach).
E. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN RANCANGAN PENELITIAN ANALITIK
1. KELEIBIHAN
Peneliti dapat mengumpulkan semua variabel sekaligus serta beberapa hasil dapat
diteliti sekaligus dan prevalensi untuk semua faktor dapat diukur.
2. KEKURANGAN
Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data resiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan.
PENYULUHAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN KONVENSIONAL
TERHADAP PENGETAHUAN IBU ANAK BALITA

A. PENDAHULUAN
Kecukupan gizi merupakan prasyarat dari kesehatan yang prima di mana
tergantung pada banyak faktor yang mempengaruhi hubungan antara makanan
dan kesehatan. Informasi yang tepat dan relevan umunya berasal dari laporan
rutin dan pengukuran yang secara periodik selalu dilakukan oleh suatu organisasi.
Ini akan meningkatkan pemahaman bagi petugas dan masyarakat di dalam
melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
(Jerome, 2010).
Masalah gizi dapat berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia
yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Gangguan gizi pada balita dapat
menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak, misalnya stunting, wasting dan
gangguan perkembangan mental. Anak di bawah umur lima tahun termasuk salah
satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan fisik
apabila ada gangguan gizi. Ibarat sebuah lingkaran besar penyebab kematian pada
balita, maka inti lingkaran kecil yang ada di dalam lingkaran besar adalah kondisi
kekurangan gizi yang melandasi terjadinya kematian bila balita menderita suatu
penyakit. Penyakit yang mematikan balita ketika asupan gizinya kurang antara
lain penyakit saluran pernafasan, diare dan campak.
Permasalahan gizi yang menjadi sorotan masyarakat bahkan seringkali
dikaitkan dengan keberhasilan seorang pimpinan daerah (ranah politik) adalah
jumlah kasus gizi buruk. Gizi buruk bila diteliti diperkirakan menyebabkan
kematian 54% pada anak balita. Prosentase kasus gizi buruk (Menurut Indeks
BB/U berdasarkan baku WHO-NCHS) di Lombok Barat yaitu sebesar 3,11%
pada tahun 2008 dan menduduki angka tertinggi dibandingkan Kota/Kabupaten
lain di Pulau Lombok. Demikian pula untuk kasus gizi kurang di Kab. Lombok
Barat adalah sebesar 22,39 % yang selain tertinggi di Pulau Lombok
prosentasenya di atas rata-rata Provinsi NTB yaitu sebesar 21,29%. Berdasarkan
hasil RISKESDAS tahun 2007, untuk masalah gizi kurang dan buruk masih
menempatkan Propinsi NTB khususnya Kabupaten Lombok Barat jauh dari target
pencapaian Nasional tahun 2015 yaitu 18, 5%, sedangkan angka NTB 24,8% dan
Kabupaten Lombok Barat 27,6%. Keadaan ini akan terus meningkat jika tidak
memperoleh penanganan yang tepat dan baik (Depkes RI, 2009). Berdasarkan
laporan tahunan Program Gizi Puskesmas Penimbung tahun 2011 angka BGM/D
adalah sebesar 5,90% yang berarti masih di atas ambang batas (< 5%). Sedangkan
berdasarkan data pada Puskesmas Penimbung pada bulan Oktober 2012 desa
yang memiliki anak balita paling banyak tidak naik berat badannya (baik T1
maupun T2) adalah Desa Gelangsar dan Dopang.
Dengan adanya transisi dari abad 20 ke abad 21 hubungan internasional,
perdagangan dan teknologi menjadi sebuah dimensi inti dari globalisasi saat ini.
Ini sekaligus akan menjadi kekuatan kunci di dalam membangun kembali
kesehatan masyarakat baik pada level nasional maupun internasional. Globalisasi
dan kesehatan global telah menjadi suatu terminologi yang sering dijumpai
mengadapi era sekarng ini (Castilo, 2010).
Pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera. Menurut
penelitian ahli, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak
adalah indera pandang. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia
diperoleh melalui indera pandang, 13% melalui indera pendengaran dan 12%
lainnya tersalur melalui indera yang lain. Audio visual merupakan alat bantu yang
paling tepat saat ini. Seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat,
pembuatan maupun pemakaian media audio visual tidak lagi menjadi sesuatu
yang mahal. Sebagian masyarakat baik di desa apalagi di perkotaan telah
memiliki sarana audio visual di rumah masing-masing. Oleh karena itu
penyuluhan dengan media audio visual perlu dikembangkan sebagai jawaban
terhadap kebutuhan untuk memberikan penyuluhan secara sistematis kepada
masyarakat dengan fokus pada peningkatan pengetahuannya (Arsyad, 2006;
Rahmawati, 2007).
Di sinilah peran Tenaga Pengelola Gizi (TPG) di puskesmas, tidak
terkecuali pimpinan puskesmas hingga jenjang di atasnya yang sudah seharusnya
mulai meninggalkan pola atau sistem tersentralisasi yang merupakan peninggalan
rezim lama. Pada paradigma yang lama petugas kesehatan hanya menunggu
petunjuk dari atas tanpa kreatifitas dan inisiatif untuk mengambil suatu kebijakan
contohnya pengembangan media penyuluhan dengan berbagai metode yang
sesuai dengan situasi, kondisi dan permasalahan yang berada di wilayah kerjanya.
Dari permasalah di atas dapat dirumuskan ”Bagimana Pengaruh
Penyuluhan dengan Media Audio Visual dan Konvensional terhadap Pengetahuan
Ibu Anak Balita yang tidak naik berat badannya di Wilayah Puskesmas
Penimbung Kabupaten Lombok Barat ?”
Tujuan Penelitian ini adalah Mengetahui Pengaruh Penyuluhan dengan
Media Audio Visual dan Konvensional terhadap Pengetahuan Ibu Anak Balita
yang tidak naik berat badannya di Wilayah Puskesmas Penimbung Kabupaten
Lombok Barat.
B. WAKTU DAN TEMPAT
1. WAKTU
Waktu penelitian selama kurang lebih 6 bulan pada bulan Juni-November
2012.
2. TEMPAT
Penelitian dilakukan di Puskesman Penimbung
C. SAMPLE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh ibu yang memiliki anak
balita tidak naik berat badannya di Desa Dopang Gelangsar Wilayah Puskesmas
Penimbung yaitu sebanyak 91 balita. Jumlah sample setiap kelompok 20 orang
ibu balita (T1 dan T2) berdasarkan metode penentuan simple random sampling
dengan perbandingan 1:1. Jumlah sample ditentukan berdasarkan karakteristik
responden yang sama serta mempertimbangkan efektifitas penggunaan metode
penyuluhan dengan media audio visual dan konvensional.
D. METODE PENILITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen sesungguhnya (true
experimental design) dengan rancangan pretes-postest with control group design.
Dimana rancangan eksperimen sesungguhnya (true experimental design)
merupakan penelitian yang dilakukan dengan pendekatan saintifik dengan
menggunakan dua set variabel.

E. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN


1. KELEBIHAN
Dapat membuktikan ada atau tidaknya hubungan sebab akibat yang pernah
dihasilkan oleh peneliti sebelumnya.
2. KEKURANGAN
Penelitian eksperimental menggunakan waktu yang lama dan tidak dapat
mengontrol variabel-variabel lain di luar variabel penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Susilo, W., Lalu, K.A., Ni Ketut, S.S. (2014). Penyuluhan dengan media audio visual dan
kovensional terhadap pengetahuan ibu anak balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10
(1) (2014) 80 – 87. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas.

Umi, R.K., Dian, A.W., Wiwik, E.P.S. (2019). Pengetahuan sikap dan peran tenaga Kesehatan
terhadap penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga. Holistik Jurnal
Kesehatan, 13(1) (2019) 37-47.

Anda mungkin juga menyukai