PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia masih tergolong tinggi, tidak hanya pada
masalah gizi kurang tetapi juga gizi lebih atau obesitas. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menemukan bahwa prevalensi balita yang
tergolong kurang gizi mencapai 18,5%, pendek 37% dan obesitas pada anak
remaja mencapai 18%. Jika dibanding dengan Riskesdas 2010, prevalensi
obesitas di Indonesia meningkat dengan tajam. Di Provinsi Sumatera Utara,
tahun 2013 prevalensi obesitas mencapai 31,5 %, sedangkan tahun 2007 hanya
19,7 % dan pada tahun 2010 tahun 21,1 %.
Masalah gizi yang sedang trend adalah stunting atau pendek. Secara
nasional prevalensi pendek sejak tahun tahun 2007, 2010 hingga 2013 adalah
stagnan, masing-masing 36,8%, 35,6% dan 37,2 persen. Angka ini tergolong
tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Filipina dan
Singapura. Di Provinsi Sumatera utara, prevalensi tertinggi stunting adalah di
terdapat di Kabupaten Nias Selatan (67,11%). Dan prevalensi terendah di
kabupaten Tapanuli Selatan yaitu 28,8%. Sedangkan di kabupaten Serdang
Bedagai mencapai 39,6%.
Menurut Riskesdas 2013 masalah kesehatan dan kecenderungan dari
bayi lahir hingga dewasa, menyajikan prevalensi Kurus : istilah untuk
gabungan sangat kurus dan kurus (wasting) menurut provinsi dan nasional.
Prevalensi sangat kurus secara nasional tahun 2007 adalah 7,4 persen (tahun
2007), sedangkan 2010 terjadi penurunan Prevalensi sangat kurus sebesar
6,8 persen, dan pada tahun 2013 juga terjadi penurunan sebesar 5,3 persen,
dan tertinggi wasting di indonesia di kabupaten Tapanuli Selatan sebesar 31,57
persen, sedangkan yang terendah kabupaten karo 7,80 persen, Sumatera utara
sebesar 21,53 persen dan kabupaten serdang bedagai mempunyai prevalensi
yang cukup tinggi dalam status Gizi wasting yaitu sekitar 25,97 persen (IPKM
2010).
Pada tahun 2010 menurut Kabupaten Serdang Bedagai, rata-rata
pemberian ASI sebanyak 14,02 bulan. Angka ini naik bila dibandingkan pada
tahun sebelumnya yang rata-rata hanya 13,93 bulan. Walaupun kenaikan rata-
rata pemberian dari tahun 2010 ke tahun 2011 hanya naik tipis namun hal ini
merupakan hal yang positif, mengingat pemberian ASI sangat penting bagi
perkembangan dan kesehatan balita yang mana nantinya balita inilah yang akan
menjadi penerus bangsa ini.
Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke tahun 2013 menunjukkan fakta yang
memprihatinkan dimana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%,
stunting juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus)
menurun dari 13,6% menjadi 12,1%. Riskesdas 2010 dan 2013 menunjukkan
bahwa kelahiran dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram
menurun dari 11,1% menjadi 10,2%. Stunting terjadi karena kekurangan gizi
kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia,
prevalensi pemanfaatan Imunisasi lengkap cenderung meningkat dari tahun
2007 (41,6%), 2010 (53,8%), dan 2013 (59,2%). Pada provinsi Sumatera Utara
menurut cakupan tiap jenis imunisasi persentasenya adalah HB 63,0 % , BCG
78,1 % , DPT 63,1 % , polio 67,5 % ,Campak 70,1 %.
Pencapaian program imunisasi di Kabupaten Serdang Bedagai pada
Tahun 2011 masih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu imunisasi BCG sebesar
53,8%. Imunisasi DPT1+HB1 sebesar 63 %, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 57%,
Imunisasi Polio 3 sebesar 62,3% dan imunisasi Campak sebesar 55,3%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Serdang Bedagai tahun 2011 diketahui bahwa dari 10 jenis penyakit
terbesar, diare merupakan penyakit kedua terbesar sesudah ISPA. Penderita
diare yang tercatat dari Januari sampai Desember 2011 adalah 10.848
orang. Penderita diare dari yang berusia 1 bulan – 1 tahun sebanyak 924
orang, usia 1 – 4 tahun sebanyak 1.790 orang, usia 5 – 9 tahun sebanyak
1.393 orang, usia 10 – 14 tahun sebanyak 933 orang, usia 15 – 19 tahun
sebanyak 1.267 orang, usia 20 –44 tahun sebanyak 1.591 orang, usia 45 – 54
tahun sebanyak 992 orang, usia 55 – 59 tahun sebanyak 789 orang, usia 60
– 69 tahun sebanyak 649 orang dan diatas usia 70 tahun sebanyak 520 orang
(Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, 2011).
Melihat data di atas, untuk itulah perlu dilakukan penelitian bagaimana
status gizi di Kabupaten Serdang Bedagai terkhususnya di Kecamatann Serba
Jadi Desa Kelapa Bajohom.
1.2 Perumusan Masalah
Seberapa besar masalah gizi masyarakat di lokasi PBL-PPG dan apa
faktor-faktor penyebabnya.
1.3.Tujuan PBL-PPG
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran status gizi masyarakat dan faktor penyebab
terjadinya masalah gizi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifkasi karakteristik anggota keluarga meliputi ; BB lahir, umur,
pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, kematian
b. Menilai status sosial ekonomi dan perilaku kesehatan keluarga seperti
olahraga, merokok, minuman keras
c. Menilai status kesehatan termasuk penyakit infeksi dan status immunisasi
d. Menilai status lingkungan tempat tinggal seperti keadaan rumah dan
sanitasi lingkungan
e. Menilai pengetahuan, sikap dan tindak gizi ibu tentang pemantauan
pertumbuhan, makan bayi, makanan ibu hamil, ASI eksklusif dan MP-ASI
f. Menilai pola asuh anak termasuk kebersihan dan perawatan bayi
g. Menilai status gizi dan asupan gizi anggota keluarga
h. Menilai keterlibatan ibu dalam program gizi dan kesehatan seperti di
posyandu dan program kesejahteraan keluarga (PKK)
i. Mengidentifikasi sumber pangan keluarga termasuk pemanfaatan
pekarangan
j. Mengidentifikasi sumber informasi tentang cara pencegahan kurang gizi
dan penyakit pada anggota keluarga
k. Menilai peran petugas gizi puskesmas dan kader posyandu dalam
melaksanakan program gizi.
6. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang mudah didapat, selalu
tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus
dengantemperatur yang sesuai denganbayi. Air Susu Ibu (ASI) memiliki
kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta
mengandung zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi
serta mengandung zat anti infeksi.
Banyak keunggulan Air Susu ibu dibanding dengan sususapi, antara lain:
1. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam jumlah
yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi.
2. Air Susu Ibu sedikitsekali berhubungan dengan udara luar,sehingga Air Susu
Ibu bersih dankecil kemungkinan tercemar oleh kuman (bibit penyakit).
3. Air Susu Ibu selalu segardan temperatur Air Susu Ibu sesuai dengan
temperature tubuh bayi. .
4. Air Susu Ibu tidak menimbulkan alergi.
Kolostrum (susu awal) adalah Air SusuIbu yang keluar pada hari-hari
pertama setelah kelahiran bayi,berwarnakekuning-kuningan dan lebih kental,
karena banyak mengandung vitamin A.
6.1 Manfaat ASI Eksklusif
a. ASI sebagai nutrisi yang terbaik
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
B. KERANGKA KONSEP
Tidak
∑ 𝐾𝐾 𝑝𝑒𝑟 𝑑𝑢𝑠𝑢𝑛
× ∑ 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
∑ 𝐾𝐾 𝑝𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑠𝑎
Indikator BB/U
a.Berat Badan Lebih
b.Normal 73 83,91%
c.Berat Badan Kurang 11 12,64%
d. Berat Badan Sangat Kurang 3 3,45%
Total 87 100,00%
Indikator TB/U
a.Normal 64 73,56%
b.Pendek 20 22,99%
c.Sangat Pendek 3 3,45%
Total 87 100,00%
Indikator BB/TB
a.Gemuk 5 5,75%
b.Normal 60 68,97%
c.Kurus 19 21,84%
d.Sangat Kurus 3 3,45%
Total 87 100,00%
C. Jenis Penyakit
Kategori Frequency %
Sakit 33 29.5
D. Asupan
E. Sosial Ekonomi
F. Pola Asuh
Pola Asuh Anak Balita
Frequency %
rendah 4 4.6
sedang 83 95.4
Total 87 100.0
Frequency(n) %
Rendah 87 100.0
Frequency(n) %
rendah 87 100.0