1. Latar belakang
sesuatu, seperti fakta, informasi, deskripsi, atau keterampilan, yang diperoleh melalui pengalaman
atau pendidikan dengan mempersepsikan, menemukan, atau belajar. Pengetahuan dapat merujuk
pada pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek. Hal ini dapat diperoleh secara implisit,
dengan keterampilan atau keahlian praktis atau eksplisit, dengan pemahaman teoritis terhadap
suatu subjek dan bisa secara disesuaikan keformalan atau sistematisnya (Oxford dictionary, 2018).
Akuisisi pengetahuan melibatkan proses kognitif yang kompleks seperti persepsi, komunikasi, dan
penalaran (Cavell, 2002). Dr. M.J. Langeveld mengatakan bahwa pengetahuan adalah kesatuan
subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui. Sedangkan menurut James K. Feibleman,
pengetahuan adalah hubungan antara subjek dan objek. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang, melalui pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Definisi sehat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1). dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-
bagiannya (bebas dari sakit), 2). yang mendatangkan kebaikan pada badan, 3). sembuh dari sakit,
4). baik dan dalam keadaan biasa (sebagai Kiasan), 5). boleh dipercaya atau masuk pada akal
(tentang pendapat, usul, alasan, dan sebagainya), 6). berjalan dengan baik atau sebagaimana
mestinya (tentangkeadaan keuangan, ekonomi dan sebagainya), 7). berjalan dengan hati-hati dan
baik (berkaitan dengan politik). Akan tetapi sehat dalam pembahasan ini lebih tepatnya pada
definisi yang pertama dan kedua yang mana sehat diartikan sebagai keadaan baik segenap badan
dan bagian-bagiannya atau sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan pada badan. Sementara
kesehatan sendiri adalah keadaan (hal) sehat : kebaikan keadaan badan.1Pengertian sehat menurut
WHO adalah “Health isa state of complete physical, mental and social well-being and not merely
the absence of diseases or infirmity”. Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak
hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan
berupa udara segar, sinar matahari, bersantai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup
yang baik atau bisa dikatakan bahwa sehat adalah memperbaiki kondisi manusia, baik jasmani,
rohani ataupun akal, sosial dan bukan semata-mata memberantas penyakit .Pola hidup sehat
merupakan kebiasaan hidup yang berpegang pada prinsip menjaga kesehatan. Menjalani pola
hidup sehat merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Ibarat orang dalam perjalanan dan
menemukan persimpangan ja-lan, satu arah merupakan jalan yang terjal, berbukit-bukit dan jauh
sementara jalan yang lain mudah dan lebih dekat,tetapi macet. Kebanyakan orang akan memilih
jalan yang mudah meskipun jalan macet. Itulah gambaran manusia biasanya memi-lih yang
mudah, makan yang serba enak, malas bekerja, tidur nyenyak dan malas bergerak. Orang yang
memilih jalan hidup yang serba mudah dan tidak teratur dalam jangka panjang akan menjadikan
orang tersebut menjadi tidak sehat, pemalas dan kehilangan jati diri karena hidupnya tidak disiplin
dan tidak mampu mengendalikan diri. World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa
Coronaviruses (Cov) adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah
seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah
(SARS-CoV). Virus Corona adalah zoonotic yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Indonesia, perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan
berawal pada tanggal 30 Desember 2019 dimana Wuhan Municipal Health Committee
Penyebaran virus Corona ini sangat cepat bahkan sampai ke lintas negara. Sampai saat ini terdapat
menjadi pandemik, virus ini mulanya terjadi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada bulan
Desember 2019. Terdapat sebuah laporan yang memberitakan bahwa sedang terjadi wabah
pneumonia terkait dengan virus yang disebut sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Infeksi dari virus tersebut menjalar dengan cepat hingga keseluruh
daerah di China dan negara-negara lainnya di seluruh dunia pada beberapa minggu berikutnya
menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East
Penyakit yang disebabkan virus corona, atau dikenal dengan COVID-19, adalah jenis baru yang
ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi menyerang manusia
dengan virus corona penyebab Severe Acute Respitatory Syndrome(SARS) yang mewabah di
Hongkong pada tahun 2003,1hingga WHO menamakannya sebagainovel corona virus (nCoV-19).
Tidak lama kemudian mulai muncul laporan dari provinsi lain di Cina bahkan di luar Cina, pada
orang-orang dengan riwayat perjalanan dari Kota Wuhan dan Cina yaitu Korea Selatan, Jepang,
Thailand, Amerika Serikat, Makau, Hongkong, Singapura, Malaysia hingga total 25 negara
termasuk Prancis, Jerman, Uni Emirat Arab, Vietnam dan Kamboja.Ancaman pandemik semakin
besar ketika berbagai kasus menunjukkan penularan antar manusia (human to human transmission)
pada dokter dan petugas medis yang merawat pasien tanpa ada riwayat berpergianke pasar yang
sudah ditutup.2-6 Laporan lain menunjukkan penularan pada pendamping wisatawan Cina yang
berkunjung ke Jepang disertai bukti lain terdapat penularan pada kontak serumah pasien di luar
Cina dari pasien terkonfirmasi dan pergi ke Kota Wuhan kepada pasangannya di Amerika Serikat.
Penularan langsung antar manusia (human to human transmission) ini menimbulkan peningkatan
jumlah kasus yang luar biasa hingga pada akhir Januari 2020 didapatkan peningkatan 2000 kasus
terkonfirmasi dalam 24 jam. Pada akhir Januari 2020 WHO menetapkan status Global Emergency
pada kasus virus Corona ini dan pada 11 Februari 2020 WHO menamakannya sebagai COVID-19.
Terdapat 80 juta anak di Indonesia (sekitar 30 persen dari seluruh populasi) yang berpotensi
mengalami dampak serius akibat beragam dampak sekunder yang timbul baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Ketidaksetaraan yang selama ini terjadi bisa semakin parah,
khususnya terkait dengan gender, tingkat pendapatan,dan disabilitas. Direktur Eksekutif UNICEF
telah menghimbau pemerintah agar menyadari bahwa “anak-anak adalah korban yang tidak
terlihat” mengingat adanya dampak jangka pendek dan panjang terhadap kesehatan, kesejahteraan,
perkembangan, dan masa depan anak ( UNICEF , 2020) Pada tahun 2019, sekitar 10 persen dari
populasi Indonesia hidup dalam kemiskinan ekstrem; meningkat hingga 13 persen untuk anak-
anak dan remaja.Kendati demikian, persentase tersebut menutupi kesenjangan yang patut
diperhitungkan dan berbagai bentuk kemiskinan yang memengaruhi anak-anak di Indonesia di luar
faktor pendapatan rumah tangga. Sembilan dari 10 anak mengalami kekurangan di sedikitnya satu
aspek kesejahteraan anak, seperti akses ke makanan dan gizi, kesehatan, pendidikan, perumahan,
Kondisi Pandemi Covid-19 pada akhirnya membuat perilaku hidup bersih dan sehat
menjadi rutinitas bahkan keharusan. Bagaimana tidak, ancaman penyebaran Covid-19 yang sangat
mudah meluas. Virus ini mampu bertahan hidup di berbagai jenis benda dalam beberapa jam,
bahkan ada yang sampai beberapa hari. Maka dari itu, masyarakat terus dihimbau untuk
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat ini. Yang paling sering dilakukan misalnya mencuci
tangan setiap 1-2 jam, dan mencuci tangan dengan cara yang benar. Selain itu, melakukan aktivitas
fisik seperti berolahraga secara rutin di dalam rumah. (La Ode Anhusadar, Islamiyah 2020).
UNESCO mencatat hingga akhir Mei 2020, sebanyak 1,19 milyar anak di seluruh dunia terkena
dampak penutupan sekolah akibat pandemi COVID-19 (UNESCO, 2020). Jumlah ini adalah
67,7% dari populasi siswa dunia. Di Indonesia, dampak pandemi terlihat pada hasil survei
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menunjukkan 97,6% sekolah melakukan aktivitas
pembelajaran di rumah sejak pertengahan Maret silam (Kemendikbud, 2020b). Data-data tersebut
menggambarkan bahwa pandemi yang terjadi menyebabkan perubahan pola dan aktivitas di
berbagai hal. Di beberapa negara, banyak anak menjadi putus sekolah, menghilangkan
pengawasan dan perhatian pada anak yang marginal dan tertinggal, serta menurunkan kualitas
pengajaran dan pembelajaran (David et al., 2020). Penutupan sekolah juga berakibat pada
penurunan akses siswa untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan, akses ke program gizi
berbasis sekolah serta mendorong tingkat kekurangan gizi karena perhatian keluarga tentang
kesehatan belum seintensif sekolah (Tidey, 2020). Kondisi kedaruratan kesehatan seperti yang
terjadi saat ini akan menjadi risiko kerentanan kesehatan global di masa depan (Bello, 2020)
Lockdown juga berdampak menimbulkan lebih banyak beban bagi keluarga dan lembaga untuk
memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak tidak dapat melakukan interaksi
sosial di sekolah dan bermain di luar, dua hal penting untuk mendukung pembelajaran dan
perkembangan mereka. Dampak lockdown juga terlihat pada banyaknya orang tua yang mengeluh
terhadap anaknya yang kecanduan gadget, dari televisi, telepon genggam hingga tablet. Padahal
hal ini sangat membahayakan anak, dapat merusak kesehatan anak, baik fisik maupun mental.
Efek merusaknya dalam bebearapa hal sebanding dengan kecanduan alkohol atau narkotika dan
obat-obatan terlarang (narkoba). Penelitian yang dilakukan oleh British Heart Foundation (BHF)
menunjukkan bahwa hanya 1 dari 10 balita ‘generasi ipad’ yang cukup aktif untuk bisa
dikategorikan sehat. Namun, bukan berarti anak harus dihindari sepenuhnya dari gadget.
Bagaimanapun juga teknologi tetap memiliki peran dalam membantu perkembangan anak, jika
orang tua tahu batasannya ( Farida Rohaniya ). Masalah kesehatan pada siswa sangat kompleks
dan beragam. Pada anak usia jenjang sekolah dasar, permasalahan kesehatan lebih terkait pada
perilaku hidup bersih (seperti kebiasaaan mencuci tangan dengan sabun, kebersihan diri, gosok
Orang tua dituntut untuk bisa menjaga kesehatan anak selama masa pandemic corana ini
sehingga anak dalam kondisi yang sehat. Cara yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam menjaga
kesehatan anak adalah dengan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah.
Pengalaman orang tua dalam mengikuti kegiatan-kegiatan parenting di sekolah sudah harus
diterapkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi dan kesehatan anak selama masa pendemi corona
ini. Tujuan program parenting education dalam kesehatan dan gizi akan diupayakan melalui
pengembangan materi yang menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini tahun 2012
mencakup 6 (enam) bahasan, yaitu: (1) peningkatan gizi, (2) pemeliharaan kesehatan, (3)
perawatan, (4) pengasuhan, (5) pendidikan, dan (6) perlindungan. Enam materi di atas akan
dijadikan poin dasar dalam kegiatan parenting education (Fitroh & Oktavianingsih, 2020).
Menurut Notoatmojo Beberapa hal yang perlu diajarkan pada anak untuk mengembangkan
perilaku sehat, yaitu menjaga kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan dan menjauhkan hal-
hal yang berbahaya untuk kesehatan. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal,
tempat kerja atau bermain, dan sarana umum. Anak dapat diajarkan tentang kebersihan lingkungan
ini sejak dini. Kegiatan paling sederhana yang dapat dilakukan anak usia dini adalah meletakkan
alas kaki pada tempatnya; menggunakan alas kaki jika hendak keluar rumah; membuang sampah
pada tempatnya; meletakkan peralatan makan minum yang kotor pada tempatnya; membersihkan
mainan; menutup mulut pada saat batuk dan bersin; menjauhi asap rokok, asap pembakaran
sampah, asap kendaraan bermotor; serta buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) di
toilet. Selain itu orang tua dapat melibatkan anak usia dini dalam kegiatan-kegiatan terkait dengan
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengambil penilitian yang berjudul “