Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGAJARAN HIDUP SEHAT

PADA ANAK USIA DINI DI MASA PANDEMI COVID-19

1. Latar belakang

Pengetahuan adalah familiaritas, kesadaran, atau pemahaman mengenai seseorang atau

sesuatu, seperti fakta, informasi, deskripsi, atau keterampilan, yang diperoleh melalui pengalaman

atau pendidikan dengan mempersepsikan, menemukan, atau belajar. Pengetahuan dapat merujuk

pada pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek. Hal ini dapat diperoleh secara implisit,

dengan keterampilan atau keahlian praktis atau eksplisit, dengan pemahaman teoritis terhadap

suatu subjek dan bisa secara disesuaikan keformalan atau sistematisnya (Oxford dictionary, 2018).

Akuisisi pengetahuan melibatkan proses kognitif yang kompleks seperti persepsi, komunikasi, dan

penalaran (Cavell, 2002). Dr. M.J. Langeveld mengatakan bahwa pengetahuan adalah kesatuan

subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui. Sedangkan menurut James K. Feibleman,

pengetahuan adalah hubungan antara subjek dan objek. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang, melalui pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Definisi sehat dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1). dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-

bagiannya (bebas dari sakit), 2). yang mendatangkan kebaikan pada badan, 3). sembuh dari sakit,

4). baik dan dalam keadaan biasa (sebagai Kiasan), 5). boleh dipercaya atau masuk pada akal

(tentang pendapat, usul, alasan, dan sebagainya), 6). berjalan dengan baik atau sebagaimana

mestinya (tentangkeadaan keuangan, ekonomi dan sebagainya), 7). berjalan dengan hati-hati dan
baik (berkaitan dengan politik). Akan tetapi sehat dalam pembahasan ini lebih tepatnya pada

definisi yang pertama dan kedua yang mana sehat diartikan sebagai keadaan baik segenap badan

dan bagian-bagiannya atau sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan pada badan. Sementara

kesehatan sendiri adalah keadaan (hal) sehat : kebaikan keadaan badan.1Pengertian sehat menurut

WHO adalah “Health isa state of complete physical, mental and social well-being and not merely

the absence of diseases or infirmity”. Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak

hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan

berupa udara segar, sinar matahari, bersantai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup

yang baik atau bisa dikatakan bahwa sehat adalah memperbaiki kondisi manusia, baik jasmani,

rohani ataupun akal, sosial dan bukan semata-mata memberantas penyakit .Pola hidup sehat

merupakan kebiasaan hidup yang berpegang pada prinsip menjaga kesehatan. Menjalani pola

hidup sehat merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Ibarat orang dalam perjalanan dan

menemukan persimpangan ja-lan, satu arah merupakan jalan yang terjal, berbukit-bukit dan jauh

sementara jalan yang lain mudah dan lebih dekat,tetapi macet. Kebanyakan orang akan memilih

jalan yang mudah meskipun jalan macet. Itulah gambaran manusia biasanya memi-lih yang

mudah, makan yang serba enak, malas bekerja, tidur nyenyak dan malas bergerak. Orang yang

memilih jalan hidup yang serba mudah dan tidak teratur dalam jangka panjang akan menjadikan

orang tersebut menjadi tidak sehat, pemalas dan kehilangan jati diri karena hidupnya tidak disiplin

dan tidak mampu mengendalikan diri. World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa

Coronaviruses (Cov) adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut

COVID-19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah

seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah

(SARS-CoV). Virus Corona adalah zoonotic yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Indonesia, perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan

berawal pada tanggal 30 Desember 2019 dimana Wuhan Municipal Health Committee

mengeluarkan pernyataan “urgent notice on the treatment of pneumonia of unknown cause”.

Penyebaran virus Corona ini sangat cepat bahkan sampai ke lintas negara. Sampai saat ini terdapat

188negara yang mengkorfirmasi terkena virus Corona. Menurut Hermansyah(2020) sebelum

menjadi pandemik, virus ini mulanya terjadi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada bulan

Desember 2019. Terdapat sebuah laporan yang memberitakan bahwa sedang terjadi wabah

pneumonia terkait dengan virus yang disebut sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Infeksi dari virus tersebut menjalar dengan cepat hingga keseluruh

daerah di China dan negara-negara lainnya di seluruh dunia pada beberapa minggu berikutnya

sedangkan menurut WHOCoronaviruses(CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang

menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East

Respiratory Syndrome(MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).

Penyakit yang disebabkan virus corona, atau dikenal dengan COVID-19, adalah jenis baru yang

ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi menyerang manusia

sebelumnya(Laode Anhusadar, 2020). Penelitian selanjutnya menunjukkan hubungan yang dekat

dengan virus corona penyebab Severe Acute Respitatory Syndrome(SARS) yang mewabah di

Hongkong pada tahun 2003,1hingga WHO menamakannya sebagainovel corona virus (nCoV-19).

Tidak lama kemudian mulai muncul laporan dari provinsi lain di Cina bahkan di luar Cina, pada

orang-orang dengan riwayat perjalanan dari Kota Wuhan dan Cina yaitu Korea Selatan, Jepang,

Thailand, Amerika Serikat, Makau, Hongkong, Singapura, Malaysia hingga total 25 negara

termasuk Prancis, Jerman, Uni Emirat Arab, Vietnam dan Kamboja.Ancaman pandemik semakin

besar ketika berbagai kasus menunjukkan penularan antar manusia (human to human transmission)
pada dokter dan petugas medis yang merawat pasien tanpa ada riwayat berpergianke pasar yang

sudah ditutup.2-6 Laporan lain menunjukkan penularan pada pendamping wisatawan Cina yang

berkunjung ke Jepang disertai bukti lain terdapat penularan pada kontak serumah pasien di luar

Cina dari pasien terkonfirmasi dan pergi ke Kota Wuhan kepada pasangannya di Amerika Serikat.

Penularan langsung antar manusia (human to human transmission) ini menimbulkan peningkatan

jumlah kasus yang luar biasa hingga pada akhir Januari 2020 didapatkan peningkatan 2000 kasus

terkonfirmasi dalam 24 jam. Pada akhir Januari 2020 WHO menetapkan status Global Emergency

pada kasus virus Corona ini dan pada 11 Februari 2020 WHO menamakannya sebagai COVID-19.

Terdapat 80 juta anak di Indonesia (sekitar 30 persen dari seluruh populasi) yang berpotensi

mengalami dampak serius akibat beragam dampak sekunder yang timbul baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang. Ketidaksetaraan yang selama ini terjadi bisa semakin parah,

khususnya terkait dengan gender, tingkat pendapatan,dan disabilitas. Direktur Eksekutif UNICEF

telah menghimbau pemerintah agar menyadari bahwa “anak-anak adalah korban yang tidak

terlihat” mengingat adanya dampak jangka pendek dan panjang terhadap kesehatan, kesejahteraan,

perkembangan, dan masa depan anak ( UNICEF , 2020) Pada tahun 2019, sekitar 10 persen dari

populasi Indonesia hidup dalam kemiskinan ekstrem; meningkat hingga 13 persen untuk anak-

anak dan remaja.Kendati demikian, persentase tersebut menutupi kesenjangan yang patut

diperhitungkan dan berbagai bentuk kemiskinan yang memengaruhi anak-anak di Indonesia di luar

faktor pendapatan rumah tangga. Sembilan dari 10 anak mengalami kekurangan di sedikitnya satu

aspek kesejahteraan anak, seperti akses ke makanan dan gizi, kesehatan, pendidikan, perumahan,

air dan sanitasi, serta perlindungan anak.

Kondisi Pandemi Covid-19 pada akhirnya membuat perilaku hidup bersih dan sehat

menjadi rutinitas bahkan keharusan. Bagaimana tidak, ancaman penyebaran Covid-19 yang sangat
mudah meluas. Virus ini mampu bertahan hidup di berbagai jenis benda dalam beberapa jam,

bahkan ada yang sampai beberapa hari. Maka dari itu, masyarakat terus dihimbau untuk

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat ini. Yang paling sering dilakukan misalnya mencuci

tangan setiap 1-2 jam, dan mencuci tangan dengan cara yang benar. Selain itu, melakukan aktivitas

fisik seperti berolahraga secara rutin di dalam rumah. (La Ode Anhusadar, Islamiyah 2020).

UNESCO mencatat hingga akhir Mei 2020, sebanyak 1,19 milyar anak di seluruh dunia terkena

dampak penutupan sekolah akibat pandemi COVID-19 (UNESCO, 2020). Jumlah ini adalah

67,7% dari populasi siswa dunia. Di Indonesia, dampak pandemi terlihat pada hasil survei

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menunjukkan 97,6% sekolah melakukan aktivitas

pembelajaran di rumah sejak pertengahan Maret silam (Kemendikbud, 2020b). Data-data tersebut

menggambarkan bahwa pandemi yang terjadi menyebabkan perubahan pola dan aktivitas di

berbagai bidang, termasuk pendidikan.Penutupan sekolah karena pandemi berdampak pada

berbagai hal. Di beberapa negara, banyak anak menjadi putus sekolah, menghilangkan

pengawasan dan perhatian pada anak yang marginal dan tertinggal, serta menurunkan kualitas

pengajaran dan pembelajaran (David et al., 2020). Penutupan sekolah juga berakibat pada

penurunan akses siswa untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan, akses ke program gizi

berbasis sekolah serta mendorong tingkat kekurangan gizi karena perhatian keluarga tentang

kesehatan belum seintensif sekolah (Tidey, 2020). Kondisi kedaruratan kesehatan seperti yang

terjadi saat ini akan menjadi risiko kerentanan kesehatan global di masa depan (Bello, 2020)

Lockdown juga berdampak menimbulkan lebih banyak beban bagi keluarga dan lembaga untuk

memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak tidak dapat melakukan interaksi

sosial di sekolah dan bermain di luar, dua hal penting untuk mendukung pembelajaran dan

perkembangan mereka. Dampak lockdown juga terlihat pada banyaknya orang tua yang mengeluh
terhadap anaknya yang kecanduan gadget, dari televisi, telepon genggam hingga tablet. Padahal

hal ini sangat membahayakan anak, dapat merusak kesehatan anak, baik fisik maupun mental.

Efek merusaknya dalam bebearapa hal sebanding dengan kecanduan alkohol atau narkotika dan

obat-obatan terlarang (narkoba). Penelitian yang dilakukan oleh British Heart Foundation (BHF)

menunjukkan bahwa hanya 1 dari 10 balita ‘generasi ipad’ yang cukup aktif untuk bisa

dikategorikan sehat. Namun, bukan berarti anak harus dihindari sepenuhnya dari gadget.

Bagaimanapun juga teknologi tetap memiliki peran dalam membantu perkembangan anak, jika

orang tua tahu batasannya ( Farida Rohaniya ). Masalah kesehatan pada siswa sangat kompleks

dan beragam. Pada anak usia jenjang sekolah dasar, permasalahan kesehatan lebih terkait pada

perilaku hidup bersih (seperti kebiasaaan mencuci tangan dengan sabun, kebersihan diri, gosok

gigi, dll) dan gizi seimbang (Miller & Rosso, 2009).

Orang tua dituntut untuk bisa menjaga kesehatan anak selama masa pandemic corana ini

sehingga anak dalam kondisi yang sehat. Cara yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam menjaga

kesehatan anak adalah dengan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah.

Pengalaman orang tua dalam mengikuti kegiatan-kegiatan parenting di sekolah sudah harus

diterapkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi dan kesehatan anak selama masa pendemi corona

ini. Tujuan program parenting education dalam kesehatan dan gizi akan diupayakan melalui

pengembangan materi yang menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini tahun 2012

mencakup 6 (enam) bahasan, yaitu: (1) peningkatan gizi, (2) pemeliharaan kesehatan, (3)

perawatan, (4) pengasuhan, (5) pendidikan, dan (6) perlindungan. Enam materi di atas akan

dijadikan poin dasar dalam kegiatan parenting education (Fitroh & Oktavianingsih, 2020).

Menurut Notoatmojo Beberapa hal yang perlu diajarkan pada anak untuk mengembangkan

perilaku sehat, yaitu menjaga kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan dan menjauhkan hal-
hal yang berbahaya untuk kesehatan. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal,

tempat kerja atau bermain, dan sarana umum. Anak dapat diajarkan tentang kebersihan lingkungan

ini sejak dini. Kegiatan paling sederhana yang dapat dilakukan anak usia dini adalah meletakkan

alas kaki pada tempatnya; menggunakan alas kaki jika hendak keluar rumah; membuang sampah

pada tempatnya; meletakkan peralatan makan minum yang kotor pada tempatnya; membersihkan

mainan; menutup mulut pada saat batuk dan bersin; menjauhi asap rokok, asap pembakaran

sampah, asap kendaraan bermotor; serta buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) di

toilet. Selain itu orang tua dapat melibatkan anak usia dini dalam kegiatan-kegiatan terkait dengan

pemeliharaan kebersihan lingkungan seperti membereskan mainan, menyapu rumah, mengepel

rumah, menyapu halaman, dan lain-lain (Apriliana Kuntoro Astuti, 2016)

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengambil penilitian yang berjudul “

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGAJARAN HIDUP SEHAT

PADA ANAK DI MASA PANDEMI di DESA “ M”

Anda mungkin juga menyukai