net/publication/338101912
CITATIONS READS
0 2,883
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Arie Wibowo Khurniawan on 21 December 2019.
WHITE PAPER
Dewan Redaksi
Penanggung Jawab
Direktur PSMK, Dr. M. Bakrun, M.M
Ketua Redaksi
Kasubdit Program dan Evaluasi, Arie Wibowo Khurniawan, S.Si, M.Ak.
Redaksi Pelaksana
Chrismi Widjajanti
Arfah Laidiah Razik
Farid Prasetyo Adi
Muhammad Abdul Majid
Ahmad Rofiuddin Syafaa
Editor
Gustriza Erda, S.Si, M.Si.
Online Redaksi
Muhammad Herdyka
Abstrak. Perkembangan zaman di era globalisasi secara tak langsung telah mengubah gaya serta pola hidup sebagian
masyarakat. Perubahan gaya hidup tersebut menyebabkan munculnya berbagai macam permasalahan kesehatan, tak
hanya pada orang tua, namun pada anak-anak dan remaja. Banyaknya permasalahan kesehatan pada anak usia
sekolah diakibatkan kurangnya pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak. Oleh karena itu,
sekolah perlu menciptakan lingkungan bersih dan sehat yang diharapkan mampu membentuk siswa yang memiliki
derajat kesehatan yang lebih baik. Kajian kebijakan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pelaksaan
sekolah sehat untuk mencetak generasi yang hebat, yaitu generasi yang cerdas, sehat dan berkualitas. Berdasarkan
hasil kajian diperoleh bahwa untuk menciptakan generasi tersebut, sekolah perlu melakukan pendidikan, pelayanan
dan pembinaan kesehatan guna mewujudkan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan
peningkatan pengetahuan, keterampilan, penanaman kebiasaan hidup sehat terhadap seluruh civitas akademik serta
diikuti dengan perlombaan kelas sehat. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan memanfaatkan UKS dan
puskesmas yang ada di sekotar sekolah. Sementara, pembinaan lingkungan sekolah sehat dapat dilakukan dengan
menciptakan apotek hidup, pengelolaan sampah dan penyediaan jamban yang bersih dan sehat.
1
Kepala Subdit Program dan Evaluasi, Direktorat Pembinaan SMK, Ditjen Dikdasmen, Kemdikbud
2
Staf Subdit Program dan Evaluasi
2
WHITE PAPER
yang dilakukan pada tahun 2013, diperoleh Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah
bahwa perilaku yang kurang baik pada anak mempunyai peranan dan kedudukan strategis
sekolah yaitu sebanyak 66.9% kurang dalam upaya promosi kesehatan. Sekolah
melakukan aktivitas fisik, sebanyak 71.5% dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan
87.5% anak tidak menggosok gigi sebelum tidur alamiah seorang anak sebab di sekolah seorang
malam dan makan pagi, sebanyak 82.6% anak anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan
tidak cuci tangan dengan benar serta 32.8% termasuk kesehatan. Promosi kesehatan di
anak memiliki perilaku BAB yang tidak benar. sekolah merupakan suatu upaya untuk
Menyikapi hal tersebut, sangatlah penting bagi menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas
anak melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yang mampu meningkatkan derajat kesehatan
untuk meminimalkan penyakit yang mungkin masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama,
terjadi pada anak. Sekolah sebagai tempat yaitu penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,
belajar, tidak saja perlu mendukung pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan
berlangsungnya proses belajar dan mengajar upaya pendidikan yang berkesinambungan yang
yang baik, namun juga perlu menciptakan terangkum dalam trias UKS (Nugraheni, 2018).
lingkungan bersih dan sehat, yang diharapkan Promosi kesehatan di sekolah membantu
mampu membentuk siswa yang memiliki derajat meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan,
kesehatan yang lebih baik. Lingkungan sekolah keluarga serta masyarakat sekitar, sehingga
sehat, tentu akan sangat mendukung proses belajar mengajar berlangsung lebih
pencapaian tujuan pendidikan Nasional yang produktif. Dengan mempromosikan perilaku
tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 sehat sejak dini melalui peraturan-peraturan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan yang diterapkan di sekolah, akan
Nasional, khususnya pasal 3. menguntungkan tidak hanya bagi anak-anak
sendiri tetapi juga bagi keluarga, teman sebaya
Data global tentang kematian dan morbiditas dan kelompok yang lebih luas. Selain itu, sekolah
anak-anak dan remaja mengungkapkan bahwa sebagai wadah berkumpulnya kelompok anak-
anak-anak dan remaja memiliki kebutuhan yang anak usia sekolah dianggap sebagai platform
signifikan untuk promosi kesehatan, yang strategis guna menyampaikan layanan
pencegahan dan layanan perawatan kesehatan. pencegahan dan perawatan kesehatan. Karena
Sekolah menempati kedudukan strategis dalam itu, sekolah dituntut untuk menyediakan cara
upaya promosi kesehatan karena sebagian besar yang efisien dan efektif untuk menciptakan
anak-anak usia 5-19 tahun mengenyam generasi Indonesia yang tidak hanya cerdas,
pendidikan dalam jangka waktu yang cukup tetapi juga sehat dan berkualitas.
lama (Kementerian Pendidikan Nasional RI,
2011). Dalam prosesnya, anak sekolah Salah satu unsur yang sangat penting dalam
kemungkinan besar akan terpapar dengan rangka mewujudkan sumber daya manusia yang
berbagai macam lingkungan di sekitarnya dan berkualitas adalah melalui Pendidikan. Melalui
pengaruh dari teman sebaya yang pendidikan, seseorang akan dapat
memungkinkan anak mengalami berbagai meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
macam penyakit (Zaviera, 2008). Anak-anak dan yang akan dapat digunakan untuk dapat
remaja terlalu sering terpapar risiko, yang berkonstribusi dalam pembangunan maupun ke
mungkin memiliki konsekuensi kesehatan yang dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
parah selama masa dewasa. lainnya. Untuk dapat mencetak peserta didik
menjadi generasi yang cerdas, sehat dan
3
WHITE PAPER
berkualitas, maka perlu langkah-langkah yang seperti buku-buku, arsip, majalah, artikel, dan
tepat diambil sejak awal perkembangan masa jurnal yang membahas tentang penciptaan
kanak-kanak dan berkelanjutan hingga masa lingkungan sehat disekolah.
remaja dan dewasa. Kajian kebijakan ini
memberikan panduan bagaimana sekolah dapat Metode Pengumpulan Data
turut serta berperan aktif untuk menanamkan
Kajian ini menggunakan metode studi pustaka
pola hidup yang sehat dengan diawali
dalam mengumpulkan data. Studi pustaka
pembelajaran lingkungan sekolah yang bersih
merupakan metode pengumpulan data dengan
dan juga sehat. Hasil kajian ini diharapkan
menghimpun informasi yang relevan terhadap
memberikan informasi tambahan kepada pihak
topik atau masalah yang menjadi obyek
yang terkait untuk menerapkan sekolah sehat
penelitian. Pencarian data dan informasi
untuk mewujudkan sumber daya yang hebat.
diperoleh melalui dokumen-dokumen, baik
Tujuan dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun
dokumen elektronik yang mendukung dalam
Tujuan kajian kebijakan ini adalah untuk proses penulisan.
memberikan gambaran mengenai pelaksaan
sekolah sehat untuk mencetak generasi yang HASIL DAN PEMBAHASAN
hebat. Informasi yang dihasilkan diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak Keadaan Sumber daya manusia Indonesia
yang terkait dalam proses pembuatan Berdasarkan survei penduduk antar sensus
rekomendasi terkait pelaksanaan SMK sehat, (Supas) yang dilakukan oleh Badan Pusat
SMK hebat. Statistika tahun 2015, jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2019 diproyeksikan akan
Manfaat mencapai 266,91 juta jiwa. Apabila dilihat
Kajian kebijakan ini dapat menjadi masukan bagi berdasarkan jenis kelamin, penduduk dengan
pemerintah dalam rangka mengambil kebijakan jenis kelamin lebih banyak dibandingkan dengan
terkait penciptaan lingkungan yang sehat dalam penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-
sekolah sebagi upaya untuk mencetak generasi laki mencapai 134 juta jiwa sementara jumlah
yang hebat. Untuk pembaca, kajian kebijakan ini penduduk perempuan sebesar 132,89 juta jiwa.
diharapkan dapat dipergunakan sebagai Yang menariknya, seperti yang tertera pada
referensi atau pembanding bagi kajian kebijakan Gambar 1, hampir 70% dari total populasi atau
berikutnya serta dapat memberikan landasan sekitar 183,66 juta penduduk Indonesia berada
untuk kajian kebijakan dan pengembangan ilmu pada usia produktif (15 hingga 64 tahun) dengan
pengetahuan. penduduk dengan kelompok umur 15 hingga 19
tahun memiliki jumlah penduduk tertinggi, yaitu
METODE lebih dari 22 juta jiwa. Di lain sisi, apabila
dikombinasikan dengan Data Pokok Pendidikan
Data
(Dapodik) di tahun yang sama, terdapat
Kajian kebijakan ini menggunakan hasil riset 4.034.496 siswa yang tersebar 14.157 di
kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan Indonesia. Artinya sebesar lebih kurang 18.34%
oleh Kementerian Kesehatan sebagai sumber penduduk yang berada pada kelompok usia
data utama. Selain itu, kajian ini juga mengambil tersebut memasuki SMK sebagai pendidikan
refernsi dari dokumen-dokumen yang terkait lanjutan menengah.
1
WHITE PAPER
Jumlah yang besar pada kelompok remaja remaja melalui program di sekolah
usia 15-19 tahun tentu akan menjadi merupakan salah satu kunci sukses
keuntungan apabila dimanfaatkan dengan keberhasilan program pemerintah.
maksimal. Menjadi pekerjaan rumah bagi
pemerintah untuk mengupayakan agar Dengan mempromosikan perilaku sehat
kelompok remaja terbesar ini menjadi sejak dini masa kanak-kanak melalui
sumber daya manusia yang berkualitas yang peraturan-peraturan yang diterapkan di
dapat membawa perubahan yang lebih baik sekolah, akan menguntungkan tidak hanya
untuk Indonesia kedepannya. Selain harus bagi anak-anak sendiri tetapi juga bagi
memastikan bahwa sumber daya yang ada, keluarga, teman sebaya dan kelompok yang
memperoleh pendidikan yang terbaik, lebih luas. Selain itu, sekolah sebagai wadah
pemerintah juga harus memastikan bahwa berkumpulnya kelompok anak-anak usia
sumber daya manusia, khususnya pada sekolah dianggap sebagai platform yang
kelompok remaja, memiliki kondisi fisik yang strategis guna menyampaikan layanan
sehat. Hal ini tak lain karena masa remaja pencegahan dan perawatan kesehatan.
merupakan salah satu periode yang Karena itu, sekolah dituntut untuk
menentukan pola pembentukan status menyediakan cara yang efisien dan efektif
kesehatan di masa dewasa. Perhatian pada untuk menciptakan generasi Indonesia yang
tidak hanya cerdas, tetapi juga sehat.
1
WHITE PAPER
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Faktaya, situasi kesehatan anak usia sekolah membahayakan, tidak hanya bagi diri sendiri
belum sesuai dengan kondisi yang namun juga bagi orang sekitar. Perilaku-
diharapkan. Kondisi kesehatan anak usia perilaku yang beresiko ini tentu harus
sekolah sangat terkait dengan perilaku mendapat perhatian khusus, tidak hanya dari
konsumsi makanan dan perilaku hidup bersih orang tua, tapi juga dari pihak sekolah. Orang
dan sehat. Berdasarkan hasil Riset tua dan sekolah harus memastikan bahwa
Kesehatan Dasar Tahun 2013 untuk pelajar perilaku-perilaku beresiko ini dapat dicegah
Sekolah Dasar seperti pada Gambar 2, dan tidak berlanjut di masa yang akan
diperoleh bahwa terdapat beberapa perilaku datang. Oleh karena itu, sekolah dan orang
pada anak usia sekolah yang berisiko tuas harus bekerja sama untuk menciptakan
terhadap kesehatan. Perilaku tersebut antara lingkungan yang sehat demi terbentuknya
lain kurangnya aktivitas fisik (66,9%), tidak pelajar yang sehat guna menghasilkan
menggosok gigi sebelum tidur malam sumber daya manusia yang berkualitas,
(71.5%) dan makan pagi (87.5%), tidak cuci cerdass. yang tidak hanya cerdas namun
tangan dengan benar (82,6%), serta perilaku juga cerdas.
BAB yang tidak benar (32,8%). Selain itu,
sebagian anak usia sekolah lebih suka Kondisi kesehatan di sekolah
mengonsumsi makanan asin (24.4%), manis
(63,1%) dan makanan berpenyedap (75.5%) Kondisi kesehatan di sekolah pun dinilai
namun kurang mengonsumsi sayur dan buah masih memperihatinkan. Berdasarkan
(93.6%). Sebagian kecil dari pelajar (0.9%) Gambar 3, tercatat bahwa lebih dari 60%
juga pernah merokok, perilaku yang sekolah yang ada di Indonesia memiliki
permasalahan yang sama, yaitu tidak
2
WHITE PAPER
memiliki jamban yang layak, belum memiliki sumber air dalam jumlah yang cukup pun
UKS hingga kantin sekolah yang tidak terbilang besar, yaitu lebih kurang 30% dari
memenuhi standar laik higiene sanitasi total sekolah. Sementara, sekolah yang tidak
pangan. Di lain sisi, jumlah sekolah yang memiliki sarana cuci tangan pun cukup
tidak memiliki air layak atau tidak memiliki banyak , yaitu sebesar 35.19%.
68.35%
belum
memiliki
UKS
35.19%
tidak 30% tidak
memiliki memiliki air
sarana cuci layak
tangan
Kondisi tersebut diperparah dengan status anak laki-laki usia 16 hingga 18 tahun yang
kesehatan anak usia sekolah menengah (16 menghadapi permasalahan kegemukan, 0.2%
hingga 18 tahun) yang juga cukup lebih sedikit dibandingkan dengan
memperihatinkan. Berdasarkan hasil riset kegemukan pada anak perempuan usia 16-18
kesehatan dasar tahun 2013 yang tertera tahun.
pada Gambar 4, prevalensi anak usia sekolah
30 26.3
(16-18 tahun) yang mengalami 25.9
25
permasalahan penyakit tidak menular seperti
pendek/stunting sangat tinggi. 26.3% anak 20
Sementara itu, berdasarkan hasil riset yaitu mencapai hingga 8%. Di lain sisi, untuk
kesehatan dasar yang dipublikasikan oleh penyakit tidak menular berupa hipertensi,
Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 tingkat prevalensi untuk anak sekolah dan
seperti pada Gambar 5, terlihat bahwa lulusan SMK/sederajat terbilang cukup
prevalensi anak sekolah terkena penyakit tinggi. Sebanyak sekitar 26% anak usia
tidak menular seperti diabetes melitus, sekolah mengalami hipertensi, hampir dua
jantung, sendi, stroke dan ginjal kronis di kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan
bawah 2%. Namun untuk lulusan tingkat prevalensi yang dihadapi oleh anak
SMK/sederajat, prevalensi mengalami usia sekolah.
penyakit tidak menular tersebut cukup tinggi,
30
25.9
25
20
14.8
15
10 7.4
4.5
5 3.1
1.5 1.6 1.5 1.1 1.1
0.6 0.1
0
Jantung Diabetes Melitus Ginjal Kronis Sendi Stroke Hipertensi
Sekolah Tamat SMA/MA/sederajat
kebijakan dan praktik promosi kesehatan 9. Memiliki toilet dan kamar mandi bersih
(Depkes, 2004) dengan rasio 1:40 untuk siswa laki-laki
dan 1:25 untuk siswa perempuan.
Indikator Sekolah Sehat 10. Menerapkan kawasan tanpa rokok di
lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah sehat adalah suatu
kondisi lingkungan sekolah yang dapat
Kesepuluh indikator tersebut masih harus
mendukung tumbuh kembang peserta didik
dilengkapi dengan adanya ruang Unit
secara optimal serta membentuk perilaku
Kesehatan Sekolah (UKS) dan program UKS.
hidup sehat dan terhindar dari pengaruh
negatif. Standar sekolah sehat menurut
Pentingnya Sekolah sehat untuk
Kementerian Kesehatan, yaitu :
Meningkatkan Prestasi Siswa
1. Kepadatan ruang kelas minimal 1,75
m2/anak, selain untuk kenyamanan dan Prestasi belajar di sekolah tidak hanya
memberi ruang gerak yang cukup bagi dipengaruhi oleh bagaimana anak-anak giat
anak, kondisi kelas yang tidak padat juga belajar dan dapat memahami pelajaran di
memudahkan prosedur evakuasi saat sekolah, tapi juga dipengaruhi oleh kondisi
keadaan darurat. lingkungan sekolah yang mendukung.
2. Tingkat kebisingan di lingkungan sekolah Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih
maksimal 45 desibel (setara dengan dapat mendukung tumbuh kembang anak
suara orang mengobrol dengan suara secara optimal. Anak-anak menjadi lebih
normal) karena kebisingan di atas 45 sehat dan dapat berpikir secara jernih,
desibel akan mengganggu konsentrasi sehingga dapat menjadi anak-anak yang
belajar. cerdas dan kelak menjadi sumber daya
3. Memiliki lapangan atau aula untuk manusia yang berkualitas.
olahraga.
4. Memiliki lingkungan sekolah yang bersih, Selain itu, menurut Dalyono (2005), keadaan
rindang dan nyaman sekolah tempat belajar dinilai sangat
5. Memiliki sumber air bersih yang mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar.
memadai dan septictank dengan jarak Lingkungan yang sehat memberikan
minimal 10 meter dari sumber air bersih. kemudahan bagi para pelajar untuk berpikir
6. Ventilasi kelas yang memadai. dan berkreasi secara aktif dikarenakan
7. Pencahayaan kelas yang memadai lingkungan belajar yang bersih sangat
(harus cukup terang). mendukung timbulnya ketertiban dan
8. Memiliki kantin sekolah yang memenuhi kenyamanan pada saat proses belajar
syarat kesehatan mengajar berlangsung. Berbeda halnya
dengan pelajar yang memiliki sebuah
lingkungan belajar yang kotor, tentunya akan
6
WHITE PAPER
7. Ventilasi 20% dari luas lantai, proses belajar dan mengajar yang baik,
8. Dilengkapi dinding dan atap namun juga diharapkan memiliki
pelindung, dinding kedap air dan lingkungan bersih dan sehat serta
berwarna terang, mampu membentuk siswa yang memiliki
9. Murah derajat kesehatan yang lebih baik.
10. Memiliki saluran dan pembuangan Lingkungan yang sehat dalam sekolah
akhir yang baik yaitu lubang selain tentu akan sangat mendukung
tertutup pencapaian terciptanya generasi yang
hebat yaitu generasi yang cerdas, sehat dan
Untuk mendukung terlaksananya sekolah
berkualitas. Penciptaan generasi hebat
sehat, sekolah perlu menyediakan jamban
tersebut tentu tidaklah mudah, perlu
yang memenuhi syarat kesehatan serta
langkah-langkah yang tepat yang diambil
memiliki sarana alat pembersih. Jamban
sejak awal perkembangan masa kanak-kanak
yang bersih dan tidak berbau selain
dan berkelanjutan hingga masa remaja dan
menunjukkan kebersihan juga membuat
dewasa dengan melibatkan sekolah, guru,
angka penularan bakteri dan kuman
siswa, dan orang tua/masyarakat. Beberapa
penyebab penyakit menjadi berkurang.
langkah yang dapat diambil untuk
Sekolah diharapkan menyediakan jamban
mewujudkan sekolah sehat yaitu melalui
yang memenuhi syarat kesehatan dalam
pendidikan, pelayanan dan pembinaan
jumlah yang cukup untuk seluruh peserta
kesehatan. Pendidikan kesehatan dilakukan
didik serta terpisah antara peserta didik laki-
dengan peningkatan pengetahuan,
laki dan perempuan.
keterampilan, penanaman kebiasaan hidup
sehat terhadap seluruh civitas akademik di
KESIMPULAN
sekolah dan dengan membuat perlombaan
Mens sana in corpore sano, didalam tubuh kelas sehat. Pelayanan kesehatan dapat
yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Untuk dilakukan dengan memanfaatkan UKS yang
mendapatkan tubuh yang sehat tentu perlu ada di sekolah. Sementara pembinaan
berada di lingkungan yang sehat pula. lingkungan sekolah sehat dapat dilakukan
Sekolah sebagai tempat belajar, tidak dengan menciptakan apotek hidup,
saja perlu mendukung berlangsungnya pengelolaan sampah dan penyediaan jamban
yang bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Bennett P, Murphy S. 1997. Psychology and Health Promotion. Buckingham: Open University Press.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta
Departmen Kesehatan RI. 2004. Usaha Kesehatan Sekolah dalam Gambar. Jakarta: Depkes
Kementerian Pendidikan Nasional RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah, Jakarta.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan . 2018 Hasil utama Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan kesehatan.
Kompasiana. 2019. Belajar sehat diawali dengan lingkungan bbersih di sekolah. Diakses pada:
https://www.kompasiana.com/eko67418/5c7f6853bde575052b2cb647/belajar-sehat-
diawali-dengan-lingkungan-bersih-di-sekolah?page=all
Ngopibareng. 2018. Sekolah bersih, sekolah sehat, sekolah prestasi. Diakses pada:
https://www.ngopibareng.id/smppgri626/article/-sekolah-bersih-sekolah-sekolah-sehat-
dan-sekolah-prestasi-1739634
Nugraheni H, Indarjo S, Suhat. 2018. Buku Ajar Promosi Kesehatan Berbasis Sekolah. Yogyakarta:
Deepublish.
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28B ayat (2)
Undang- Undang No. 36 tahun 2009 pasal 79
Wardle JB. 1997. Healthy dietary practices among european students. American: Psychological
Association.
Zaviera F. 2008. Mengenali & Memahami Tumbuh Kembang Anak. Katahati. Yogyakarta