Anda di halaman 1dari 8

TREND DAN ISSUE MASALAH KESEHATAN ANAK

YANG SEDANG BERKEMBANG

Disusun oleh :

Winda widiyawati

191FK06030

2A

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA GARUT

2021
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang Tren dan issue masalah
kesehatan anak yang sedang berkembang.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Garut , 6 April 2021

Winda Widiyawati.

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang
saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan
bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut,
masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan
bangsa (Hidayat, 2009).

Tahun 2020 ibarat dentuman keras bagi dunia kesehatan. Kesehatan mendadak jadi sorotan
utama di mana-mana.

Berbagai masalah kesehatan muncul ke permukaan di tahun 2020 ini. Jelas, yang terbesar
adalah pandemi Covid-19, yang mengancam miliaran penduduk Bumi.

Sejak ditemukan pada akhir 2019 lalu, virus corona penyebab Covid-19 bikin kalut banyak
orang. Pandemi juga mengakibatkan efek domino yang menyebar ke mana-mana, termasuk
memicu masalah kesehatan lainnya.

Tak cuma virus corona SARS-CoV-2 yang bikin geger, deretan masalah kesehatan lain-seperti
ditemukannya virus atau mikroorganisme lain yang mengancam kesehatan manusia-pun
bermunculan. Beberapa wabah yang sebelumnya telah ada juga diperparah oleh kehadiran
Covid-19.

Belum lagi berbagai masalah kesehatan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 itu sendiri.
Misalnya saja, kepanikan dan rasa takut akan ancaman situasi serba tak pasti ini yang memicu
meningkatnya gangguan mental di tengah masyarakat. Atau, gaya hidup sedentary saat banyak
orang terus berada di rumah di masa karantina yang memengaruhi kesehatan.

BAB 2 PEMBAHASAN
Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan, ada beberapa masalah
kesehatan yang saat ini masih dihadapi Indonesia.

Menurut dia, salah satu masalah yang harus dihadapi saat ini adalah gagal pertumbuhan atau
stunting dan angka kematian ibu serta anak.

"Sampai saat ini permasalahan kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah
stunting, kematian ibu dan bayi," kata Terawan salam diskusi online, Selasa (30/6/2020).

Terawan mengatakan, masalah itu bisa diatasi oleh pemerintah dengan cara meningkatkan
pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak (KIA) di posyandu.

Posyandu, merupakan wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem


pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan kualitas manusia.

"Kegiatan tersebut meliputi pendidikan gizi masyarakat pelayanan kesehatan ibu dan anak serta
pelayanan imunisasi,"

Presiden Joko Widodo sudah memberikan berbagai arahan di bidang kesehatan, salah satunya
mengurangi stunting dan penurunan angka kematian ibu dan anak.

"Arahan bapak presiden untuk bidang kesehatan adalah turunnya angka stunting, kedua
turunnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang ketiga adalah pengendaliam harga
obat," ujar dia.

"Yang keempat adalah peningkatan penggunaan alat kesehatan produksi dalam negeri," ucap
Terawan.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting turun hingga 14
persen pada akhir 2024.

Hal itu disampaikan Presiden di sela peninjauan renovasi Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat
(7/2/2020).

"Jadi target kita sekarang kira-kira (sekarang) 28 persen, akan kita tekan masuk ke angka 14
(persen). Targetnya 14 (persen)," ujar Jokowi.

Jokowi mengatakan, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


yang dicanangkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), stunting ditargetkan
menurun hingga 20 persen. Namun, ia yakin pemerintah bisa menurunkan angka stunting
hingga 14 persen.
Jokowi mengatakan, sudah ada strategi dan pemetaan yang jelas untuk menurunkan angka
stunting.

"Stunting pemetaannya sudah kelihatan mana yang merah, mana yang kuning, mana yang
hijau. Sekarang sudah mulai fokus ke sana, nanti dilihat. Petanya sudah jelas kok yang merah
yang mana, konsentrasi situ saja. Tempat-tempat yang warnanya merah kita masuk," kata dia.

Sumber lain juga mengatakan tren dan issue masalah kesehatan anak pada tahun 2020
dimana tahun ini seluruh dunia terkena covid -19, contohnya seperti :

1. Terhambatnya imunisasi anak

Pandemi memberikan pengaruhnya terhadap berbagai sendi kehidupan, termasuk di antaranya


pelaksanaan imunisasi anak. Rasa takut orang tua akan penularan virus corona membuat
pelaksanaan imunisasi rutin terhambat.

Pada Mei lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, program imunisasi di 68 negara
harus terhenti akibat pandemi. Sebagai akibatnya, 80 juta bayi yang tinggal di negara-negara
tersebut terancam penyakit menular lain seperti campak dan polio.

Imunisasi campak tercatat dihentikan di 27 negara. Sementara 38 negara lainnya telah


menghentikan imunisasi polio.

Salah satu masalah utama yang membuat program imunisasi terhenti. Keengganan tersebut
muncul akibat rasa takut tertular Covid-19.

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Survei Kementerian Kesehatan bersama UNICEF pada
Juni lalu menemukan 83,9 persen pelayanan kesehatan terdampak pandemi Covid-19. Artinya,
program imunisasi juga tak terlaksan dengan baik.

Berdasarkan catatan Kemenkes, cakupan imunisasi di Indonesia pada Januari dan Februari
terbilang tinggi. Namun, angka menurun drastis pada April, satu bulan setelah kasus pertama
Covid-19 ditemukan di Indonesia pada awal Maret.

Cakupan imunisasi dasar pada April 2020 menurut 4,7 persen dibandingkan periode yang sama
pada tahun lalu. Penurunan layanan program imunisasi terjadi di Puskesmas, Posyandu, dan
fasilitas kesehatan lainnya.

Kendati demikian, seiring berjalannya waktu, untuk mengatasi cakupan imunisasi yang
menurun, sejumlah tenaga kesehatan di puskesmas atau posyandu melakukan sistem jemput
bola imunisasi anak rutin. Mereka datang ke masing-masing rumah warga dengan anak yang
mendapatkan jadwal imunisasi.
2. Kebiasaan anak-anak yang berubah

Masalah lainnya, akibat Covid-19 yang sejak Maret lalu menimpa Indonesia juga telah
mengubah kebiasaan anak-anak. Kegiatan belajar yang sebelumnya dilaksanakan di sekolah,
selama lima bulan terakhir ini dilakukan secara dalam jaringan (daring). Pembelajaran melalui
daring bukan tanpa soal. Selain memberatkan orangtua dengan penyediaan kuota internet,
dalam titik tertentu pembelajaran daring direduksi dengan tugas sekolah yang menumpuk.

Selain itu, interaksi anak-anak dengan usia sebayanya juga menjadi terbatas. Interaksi
antaranak selama pandemi Covid-19 ini berubah. Anak-anak nyaris selama 24 jam berinteraksi
dengan keluarga di rumah. Meski, di kondisi tertentu, kelompok masyarakat yang berada di
pemukiman padat penduduk, gambaran seperti tersebut di atas tidak sepenuhnya terjadi.

3. Kesehatan Fisik

Pandemi Covid-19 yang terjadi Indonesia dalam lima bulan terakhir ini memberi dampak serius
bagi kesehatan fisik anak Indonesia. Selain terbatasnya aktivitas motorik anak-anak selama
pandemi ini, sebagaimana disebut di awal, penurunan angka anak-anak yang melakukan
imunisasi jelas mengkhawatirkan.

Sejumlah antivaksin yang sifatnya wajib diberikan anak-anak di usia balita seperti BCG, Hepatitis
A, Hepatitis B, polio, DPT, campak, MMR, Tifoid, Varisela, dan lain-lain akan menimbulkan
masalah serius di kemudian hari jika anak-anak tidak secara tertib dan teratur dalam pemberian
antivaksin. Meski, dalam konteks tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah
mengeluarkan beleid yang isinya mengenai pelaksanaan imunisasi dengan menggunakan
protokol kesehatan pencegahan Covid-19 seperti Surat Edaran Dirjen P2P Nomor SR.02.06/4/
1332 /2020 Pelayanan Imunisasi pada Anak selama Masa Pandemi Covid-19.

4. Masalah ekonomi bedampak kepada anak

Masalah lainnya, menurunnya pendapatan keluarga akibat pandemi ini juga memberi dampak
turunan bagi pemenuhan asupan gizi bagi anak-anak. Kurangnya makanan bergizi tentu akan
memberi dampak terhadap tumbuh kembang anak-anak.

Selain masalah tersebut, aktivitas fisik anak-anak selama masa pandemi ini juga berkurang
drastis. Berkurangnya aktivitas fisik anak ini ironisnya diikuti dengan aktivitas permainan daring,
seperti penggunaan gawai secara berlebihan. Selain akan mengganggu aktivitas motorik,
penggunaan gawai yang berbasis elektronik secara berkelamaan tentu akan memberi dampak
pada kesehatan mata bagi anak-anak.
Meski, belakangan sejak satu bulan terakhir ini, tepatnya sejak penerapan AKB, sejumlah tren
muncul di tengah masyarakat seperti aktivitas gowes sepeda yang tidak sedikit juga diikuti oleh
anak-anak.

Tren lainnya yang juga muncul saat AKB ini, maraknya permainan layang-layang yang
belakangan menjamur bagi anak-anak. Tren ini ibarat buah simalakama; dari sisi aktivitas anak-
anak tentu positif karena mengkondisikan anak untuk bergerak, namun di sisi lain tren ini juga
menyimpan risiko mengenai pengabaian protokol kesehatan seperti physical distancing.

5. Kesehatan Mental

Selain masalah kesehatan fisik anak yang terdampak akibat pandemi ini, kesehatan mental
anak-anak di masa pandemi ini juga tak kalah serius. Aktivitas fisik anak memiliki korelasi kuat
dengan kesehatan mental anak.

Aktivitas belajar yang mengandalkan fasilitas internet dalam kenyataannya menyimpan


masalah serius bagi anak-anak. Pola pengajaran daring yang hingga saat ini belum menemukan
format idealnya, menjadikan anak-anak justru terbebani dengan berjibunnya tugas sekolah.
Alh-alih terjadi transformasi materi pembelajaran dengan baik, justru meningkatkan stres anak.

Kondisi tersebut diperparah dengan kurangnya aktivitas fisik selama masa pandemi, khususnya
saat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah sepanjang
Maret-Mei lalu. Kurangnya aktivitas fisik bagi anak-anak juga menjadikan pola tidur anak
menjadi terganggu.

Pandemi Covid-19 juga memberi dampak atas relasi dalam rumah tangga. Data di sejumlah
daerah mengonfirmasi angka perceraian meningkat selama masa pandemi. Ironisnya lagi,
selama masa pandemi juga terungkap meningkatnya praktik kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT). Data Komnas Perempuan mengungkap, sejak awal pandemi hingga pertengahan April
lalu, laporan mengenai kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan sebanyak 204
laporan melalui surat elektronik, 268 melalui telepon dan 62 melalui surat.

Persoalan keluarga baik KDRT maupun perceraian selama pandemi yang rata-rata dipicu oleh
persoalan ekonomi ini secara langsung akan memberi dampak kesehatan mental bagi anak-
anak. Masa emas anak-anak yang semestinya dilalui bersama-sama kedua orangtuanya
terlewatkan akibat KDRT maupun perceraian.

Persoalan kesehatan fisik dan mental yang berpotensi terjadi pada anak-anak ini akibat
pandemi Covid-19 ini sungguh mengkhawatirkan kita semua. Satu dasawarsa ke depan sebagai
momentum bonus demografi di Indonesia bisa saja menjadi terganggu akibat terdampak Covid-
19 ini dengan berbagai carut marut yang muncul khususnya di sektor kesehatan bagi anak-anak.
Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) pada 23 Juli ini menjadi momentum tepat untuk
merefleksikan persoalan di depan mata khususnya yang menimpa anak-anak Indonesia imbas
pandemi Covid-19 ini. Anak-anak Indonesia harus dipastikan menjemput masa depannya
dengan gemilang.

Tugas bersama pemerintah, masyarakat, dan orangtua harus dikuatkan untuk mengantarkan
anak-anak pada gerbang kesuksesan. Pengorbanan anak-anak selama masa pandemi ini harus
kita bayar dengan komitmen bersama untuk memastikan anak-anak tetap sehat secara fisik dan
mental. Tujuannya agar pandemi ini tidak menjadi bom waktu masalah kesehatan bagi anak-
anak di waktu mendatang.

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan

"Kegiatan tersebut meliputi pendidikan gizi masyarakat pelayanan kesehatan ibu dan anak serta
pelayanan imunisasi," Presiden Joko Widodo sudah memberikan berbagai arahan di bidang
kesehatan, salah satunya mengurangi stunting dan penurunan angka kematian ibu dan
anak.Kesehatan Fisik Pandemi Covid-19 yang terjadi Indonesia dalam lima bulan terakhir ini
memberi dampak serius bagi kesehatan fisik anak Indonesia.Kesehatan Mental Selain masalah
kesehatan fisik anak yang terdampak akibat pandemi ini, kesehatan mental anak-anak di masa
pandemi ini juga tak kalah serius.

Daftar Pustaka

https://nasional.kompas.com/read/2020/06/30/13000751/menkes-masalah-kesehatan-
indonesia-adalah-stunting-dan-kematian-ibu-anak?amp=1&page=2

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201211074306-255-580771/10-masalah-
kesehatan-sepanjang-tahun-2020/4

https://news.detik.com/kolom/d-5104702/corona-dan-bom-waktu-kesehatan-anak

Anda mungkin juga menyukai