Anda di halaman 1dari 5

DOKUMEN BAHAN MATERI PENYUSUNAN PANDUAN TEKNIS PENYULUHAN

KKBPK DI TINGKAT PROVINSI

I. Pendahuluan
Kondisi Pandemik COVID 19 telah mengguncangkan sosial, ekonomi, politik
dan bahkan psikis masyarakat dunia, tidak terkecuali Indonesia. Namun
dalam kondisi seperti ini, kedisplinan dalam menjalankan prosedur-prosedur
resmi tentang pencegahan dan perlindungan dari penyakit Coronavirus perlu
dilaksanakan untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan sekitar. Selain itu
diperlukan sikap yang tenang dalam kondisi terbatas seperti bekerja, belajar
dan ibadah dirumah, jaga jarak, selalu mencuci tangan, tidak mudik,
derasnya informasi-informasi yang masuk melalui media sosial yang semua
hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kecemasan dan ketakutan
berlebihan akan terjangkit Corona virus.

Keluarga menjadi media belajar dan media interaksi yang solid bagi setiap
individu untuk memahami pencegahan dan perlindungan dan penyakit
Coronavirus. Penyuluh KB/PLKB adalah sahabat keluarga Indonesia yang
paling siap untuk memberikan pelayanan informasi dan edukasi. Penyuluh
KB/PLKB terdidik dan terlatih untuk mampu mengubah sikap individu di
lingkungan keluarga salahsatunya yaitu keikutsertaan dalam menggunakan
kontrasepsi (ber-KB). Dengan kompetensi tersebut, Penyuluh KB/PLKB
bersama kader Institusi Masyarakat Pedesaan/ Perkotaan dapat
meningkatkan dan mempercepat informasi dan edukasi pencegahan dan
perlindungan keluarga dan masyarakat dari Pandemik COVID 19.

II. Tujuan
Tujuan dikeluarkannya Panduan Penyuluhan dan Kerja Penyuluh KB/Petugas
Lapangan KB dalam Kondisi Pandemic Covid 19 ini adalah untuk mendorong
Penyuluh KB/ Petugas Lapangan KB untuk tetap bersemangat, bersikap
positif dan produktif di dalam situasi Pandemik COVID 19 yang melanda
Indonesia sampai dengan saat ini. Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB
merupakan tenaga lini lapangan yang paling strategis dimasa-masa ini untuk
membantu dalam sosialisasi, edukasi dan informasi tentang upaya
pencegahan dan perlindungan keluarga dan masyarakat dari penyakit
Coronavirus.
Dengan adanya panduan ini diharapkan Penyuluh KB/PLKB sebagai petugas
di lini terdepan dalam pelayanan informasi dan edukasi tentang Program
Bangga Kencana tetap memiliki semangat dan sikap yang positif dan
mendukung kebijakan-kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terkait Pencegahan penyakit Coronovirus di Indonesia.

III. Sumber Materi


Materi ini bersumber dari Panduan Penyuluhan dan Kerja Penyuluh
KB/Petugas Lapangan KB dalam Kondisi Pandemic Covid 19 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Bina Lini Lapangan Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional tahun 2020 yang dapat didownload oleh setiap
bidan melalui browser.

IV. Penutup
Dengan adanya Panduan Penyuluhan dan Kerja Penyuluh KB/Petugas
Lapangan KB dalam Kondisi Pandemic Covid 19 diharapkan Penyuluh KB
maupun Petugas Lapangan Keluarga Berencana terus semangat dalam
melakukan penyuluhan kepada masyarakat dengan tetap mematuhi protocol
Kesehatan dari pemerintah serta mendukung kebijakan-kebijakan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah terkait Pencegahan penyakit Coronovirus di
Indonesia.

Lahat, 03 Agustus 2020


Penyuluh KB,

Dwi Sisko Maryani, S.E


NIP. 198603232014032002
DOKUMEN BAHAN MATERI PENYUSUNAN PANDUAN TEKNIS PELAYANAN
KKBPK DI TINGKAT PROVINSI

I. Pendahuluan
Penduduk merupakan asset negara yang menjadi titik sentral seluruh
kebijakan pemerintah dan program pembangunan nasional. Setiap upaya
pemerintah dalam rangka memajukan negara dan bangsa tidak lepas dari
upaya untuk membangun kesejahteraan penduduknya. Berdasarkan catatan
Badan Pusat Statistik laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama periode
2000-2010 lebih tinggi disbanding periode 1990-2000. Laju pertumbuhan
penduduk pada tahun 2000-2010 mencapai 1,49% lebih tinggi dibanding
periode 1990-2000 yang hanya mencapai 1,45%. Jumlah penduduk di
Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237,56 juta orang yang terdiri dari
119,51 juta orang laki-laki dan 118,05 juta orang perempuan. Kemudian
menyikapi tantangan global serta menyangkut mengenai kependudukan di
Indonesia tersebut, pemerintah dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR-RI) menginisiasi terbentuknya Undang-Undang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga (selanjutnya disebut UU PKPK) yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas keluarga dan mewujudkan masa depan yang
lebih baik.

Kewenangan (Badan Koordinasi Keluarga Berencana) BKKBN pada tahun


2004 tidak lagi bersifat sentralistik, hal ini sebagai salah satu bentuk otonomi
daerah. Akibatnya program Keluarga Berencana (KB) menghadapi tantangan
luar biasa berat, karena secara kelembagaan di tingkat kabupaten/kota tidak
memliki tingkat kesiapan yang sama. Lebih lanjut jumlah petugas Keluaraga
Berencana di lapangan semakin berkurang cukup drastis karena petugas
Keluarga Berencana meninggalkan pekerjaannya tersebut dan beralih fungsi
pada pekerjaan lain, seperti ada yang menjadi Camat, Kepala Desa, menjadi
pejabat dan asisten pejabat, sehingga petugas KB yang tersisa saat ini persis
anak ayam yang kehilangan induknya (Alimoeso 2009, h.5). Berbagai kondisi
di atas apabila tidak segera ditanggulangi dapat menyebabkan dampak yang
meluas hingga berpengaruh pada keberhasilan program KB. Program
Keluarga Berencana harus terus dipantau karena menjadi program
pemerintah secara berkelanjutan untuk mengatur pertumbuhan penduduk
agar dapat sejalan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Program pemerintah
terutama dalam Program KB agar terus berhasil tentunya butuh dukungan
dari berbagai pihak serta strategi.
Pada tahun 2020 Indonesia dilanda pandemic COVID-19 dan telah
dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO, 2020). Dan juga telah
dinyatakan Kepala Badan nasional penanggulangan Bencana melalui
Keputusan nomor 9 A Tahun 2020 diperpanjang melalui Keputusan nomor 13
A tahun 2020 sebagai Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah
Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia. Dalam menghadapi wabah
bencana non alam COVID-19 ini dilakukan kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) untuk pencegahan penularan Covid-19. Kondisi ini
menyebabkan dampak terhadap kelangsungan pelayanan kesehatan
masyarakat, termasuk pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.

Oleh karena itu berdasarkan rekomendasi WHO dan masukan dari organisasi
profesi dan lintas sektor terkait (BKKBN) maka disepakati rekomendasi untuk
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi pada situasi bencana ini.

II. Tujuan
Tujuan dikeluarkannya panduan pelayanan keluarga berencana dan
Kesehatan reproduksi dalam masa pandemic Covid 19 ini adalah untuk
menjamin tetap berlangsungnya pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi di setiap wilayah binaan.

III. Sumber Materi


Materi ini bersumber dari Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi di Masa Pandemic Covid 19 yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehtan Republik Indonesia yang dapat didownload oleh
setiap bidan melalui browser.

IV. Penutup
Dengan adanya panduan pelayanan keluarga berencana dan Kesehatan
reproduksi ini dapat mencegah terjadinya putus pakai alat kontrasepsi
sehingga tidak meningkatkan Baby Boom di Provinsi Sumatera Selatan
khususnya.
Lahat, 20 Juli 2020
Penyuluh KB,
Dwi Sisko Maryani, S.E
NIP. 198603232014032002

Anda mungkin juga menyukai