Disusun Oleh :
David Valentino (NIM: 121170028)
Dimas Rizky Ramadhani (NIM: 121450027)
Eni Retnosari (NIM: 121340076)
Giovanni Lucy Faustine S. (NIM: 121140060)
LAMPUNG SELATAN
1.3 Tujuan
a. Mengetahui tingkat efektivitas program PKH berdasarkan pelaksanaannya.
b. Mengetahui dan menganalisis peran dan dampak program PKH terhadap
keluarga miskin.
c. Mengetahui dan menganalisis kendala apa saja yang ditemui dalam
implementasi program PKH?
d. Untuk mengetahui apa saja solusi yang tepat dalam mengatasi kendala
yang muncul selama pelaksanaan PKH.
1.4 Manfaat
a. Bagi Pemerintah
Sebagai salah satu bahan untuk membuat kebijakan terkait dengan
Program Keluarga Harapan (PKH) atau program pembangunan lainnya.
b. Bagi Pendamping PKH
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan untuk
memperbaiki atau meningkatkan pendampingan kepada penerima PKH.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi dan bantuan untuk mengatasi keterbatasan
dalam pemenuhan kebutuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
Kemiskinan merupakan situasi dimana tidak terpenuhinya
kebutuhan atau hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang sejahtera dan dapat disebabkan adanya
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun latar belakang
pendidikan dan kurangnya lowongan pekerjaan. Kemiskinan pada
dasarnya selalu ada di setiap negara, khususnya di negara berkembang. Di
Indonesia, masalah kemiskinan masih sangat sering ditemui dimana-mana.
Kemiskinan bisa disebabkan oleh banyak hal. Latar belakang
pendidikan, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya, dan masih banyak
lagi. Kemiskinan juga dapat diukur oleh pemerintah melalui penetapan
garis kemiskinan dengan ketentuan ekonomi. Karena tingkat kesejahteraan
masyarakat diukur lewat kebijakan ekonomi pemerintah. Maka dengan
kata lain, kemiskinan juga dapat disebabkan oleh gagalnya perkembangan
ekonomi yang direncanakan pemerintah.
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan, sudah
seharusnya pemerintah bekerja sama dengan masyarakat untuk mengatasi
kemiskinan. Keluarga sebagai masyarakat kecil bisa memulai bersama-
sama untuk memberantas kemiskinan, dimulai dari lingkungan terkecil
yang ada di sekitar tempat tinggal. Pemerintah telah banyak membuat
program pembangunan guna mengatasi masalah kemiskinan. Beberapa
program pembangunan yang dibuat diantaranya adalah program Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Program
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), Program Keluarga Harapan
(PKH), dan lain-lain. Salah satu program pembangunan yang masih
berjalan sampai saat ini adalah Program Keluarga Harapan (PKH).
2.2 Program Keluarga Harapan (PKH)
Dalam melakukan upaya penanggulangan kemiskinan, pemerintah
membuat program pembangunan yang disebut Program Keluarga Harapan
(PKH). Program ini disahkan pada 2007 lalu. PKH diberikan kepada ibu
hamil, nifas, menyusui, memiliki anak usia 5-7 tahun, anak usia SD, SMP,
serta SMA. Program ini diharapkan mampu berkontribusi dalam
Sustainable Development Goals (SDGs) yang mempunyai 17 tujuan yang
saling terikat untuk tahun 2030.
Pembayaran bantuan dilakukan sebanyak empat kali dalam satu
tahun. Dengan ketentuan bantuan tetap untuk peserta PKH adalah Rp.
200.000,-. Bantuan akan ditambah sebanyak Rp. 800.000,- jika peserta
memiliki anak usia di bawah 6 tahun dan merupakan seorang ibu hamil
atau sedang menyusui. Jika peserta PKH memiliki anak yang masih
SD/MI maka akan ditambah sebesar Rp. 400.000,-. Bertambah lagi
sebesar Rp.800.000,- jika peserta memiliki anak peserta pendidikan setara
SMP/MTs. Jumlah uang yang diberikan kepada penerima PKH tentunya
berdasarkan kondisi dan sesuai dengan anggota keluarga yang dimiliki.
Tentunya ada beberapa komitmen yang harus dipenuhi oleh setiap
penerima bantuan PKH, yang jika dipenuhi dalam tiga bulan maka akan
ada pengurangan bantuan sebesar Rp.50.000 untuk bulan pertama, Rp.
100.000 pada bulan kedua dan pada bulan ketiga berkurang Rp.150.000
apabila masih tidak memenuhi komitmen. Dan akan dikeluarkan dari
keanggotaan apabila dalam tiga bulan berturut-turut masih tidak
memenuhi komitmen.
Agar bantuannya bisa cair, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi yaitu seperti kehadiran anak-anak di sekolah serta fasilitas
kesehatan, juga gizi ibu hamil, lansia dan penyandang disabilitas yang
terpenuhi makanan sehatnya. Proses pembelajaran dilakukan oleh
pendamping sosial dari kementerian sosial dan bertugas untuk
mendampingi proses penyaluran bantuan PKH dan proses pembelajaran
yang disebut dengan P2K2 yaitu Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga yang diadakan setiap bulan. Program ini diharapkan mampu
berkontribusi dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang
mempunyai 17 tujuan yang saling terikat untuk tahun 2030.
Beberapa penelitian tentang PKH menunjukkan tingkat keefektifan
yang cukup tinggi dalam upaya mengatasi kemiskinan. Berdasarkan
laporan lain juga menunjukkan bahwa PKH berhasil meningkatkan
konsumsi rumah tangga penerima manfaat di Indonesia sebesar 4,8%.
Selain itu, selama enam tahun berjalan, program ini terus bergerak secara
aktif dan mengalami perkembangan. Saat ini PKH tidak hanya memberi
bantuan berupa uang tunai saja, tetapi ada beberapa bantuan sosial yang
dapat diterima oleh keluarga penerima PKH.
Namun, tingkat ketidaktepatan sasaran dalam memilih penerima
bantuan PKH juga cukup tinggi. Berdasarkan laporan Ombudsman
Republik Indonesia (ORI) ada dugaan tindakan manipulasi data penerima
bantuan sosial (bansos) yang terjadi di Papua dan Jambi. Tidak hanya itu,
Ombudsman juga mendapat laporan adanya oknum tidak bertanggung
jawab yang melakukan pemotongan nominal jumlah bansos. Selain itu,
banyak data yang tidak valid dan membuat PKH salah sasaran saat
memberi bantuan. Sayangnya, penerima manfaat PKH ini justru tidak
menempatkan keluarga miskin sebagai sasarannya.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan program PKH pada masyarakat sebagai berikut:
1. Program pembangunan PKH tersebut dinilai cukup efektif pada
indikator input karena sudah tepat sasaran terhadap kriteria yang
telah ditentukan Kementerian Sosial. Kriteria indikator input yang
dipakai dalam penelitian tersebut mirip dengan kriteria penelitian
yang dilakukan oleh Rohmi yang antaranya status kepunyaan
bangunan tempat tinggal, status lahan tempat tinggal, jenis lantai
terluas, jenis dinding terluas, kondisi dinding, jenis atap terluas,
kondisi atap, sumber air minum, cara membeli air minum, sumber
penerangan, daya penerangan, bahan bakar utama untuk memasak
dan kepemilikan fasilitas BAB dan juga jenis kloset yang
digunakan.
2. Dampak dari bantuan PKH kepada masyarakat miskin ada dua
yaitu, dampak positif dan negatif. Untuk dampak positif
merupakan mengurangi beban Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) agar dapat menopang keluarga peserta untuk membiayai
dalam hal biaya pendidikan, meningkatkan partisipasi pemeriksaan
dalam hal kesehatan, dan kesejahteraan sosial untuk memastikan
asupan gizi lansia dan juga disabilitas. Sedangkan dampak
negatifnya yaitu, adanya informan yang masih ketergantungan atau
berharap pada bantuan ini.
3. Kendala dalam pelaksanaan program PKH masyarakat desa adalah
anggaran yang terbatas sehingga pemerintah kesulitan dalam
mengelola keuangan, kemudian kurangnya komunikasi sehingga
terjadi miskomunikasi di tataran pemerintah yang berkaitan dalam
pengentasan kemiskinan yang membuat pelaksanaan program tidak
berjalan secara maksimal, selanjutnya sumber daya yang kurang
mendukung, serta masyarakat yang kurangnya pendidikan
sehingga mereka tidak memiliki keterampilan khusus untuk
membangun potensi dan bantuan yang modal yang diberikan oleh
pemerintah cukup minim untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat kearah yang lebih baik, kemudian sikap pelaksana
terkait yang tidak bijaksana dalam mengerjakan tugas yang
diemban, hal ini sangat mempengaruhi tidak maksimalnya
pengentasan kemiskinan masyarakat di desa.
4. Solusi yang tepat untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
PKH antara lain adalah Isi kebijakan harus jelas dan memiliki
tujuan. Isi kebijakan terdiri dari kekurangan sumber daya-sumber
daya pembantu, yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga
manusia juga dapat menghambat implementasi. Informasi yang
diberikan mengenai jadwal pemberian bantuan kepada penerima
PKH sesuai jam yang sudah ditentukan dalam jadwal. Memberi
dukungan penuh tentunya akan mempermudah pelaksanaan
kebijakan.
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas maka saran dari peneliti:
a. Kepada pemerintah daerah, dalam melaksanakan kebijakan pada
pengentasan kemiskinan masyarakat, supaya lebih memperhatikan
apa saja yang menjadi faktor penghalang dalam kebijakan
pengentasan kemiskinan tersebut, sebab faktor tersebut merupakan
hal yang dapat mendukung maksimalnya pelaksanaan suatu
kebijakan agar dapat lebih dioptimalkan.
b. Untuk pemerintah desa, pelaksanaan kebijakan dalam hal
pengentasan kemiskinan masyarakat desa, program yang telah
direncanakan oleh pemerintah dalam pelaksanaannya dibutuhkan
pengawasan dan evaluasi dan dilakukan secara berkala oleh aparat
yang ada di desa, supaya program tersebut akan menghasilkan
pokok masalah kemiskinan yang ada di Desa tersebut.
c. Untuk masyarakat desa, kiranya dapat dapat berkontribusi dengan
cara meningkatkan pemahaman serta keterampilan untuk
memanfaatkan sumber daya dan potensi serta bantuan yang
diberikan oleh pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan dan
produktivitas masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/79446-ID-implementasi-program-
keluarga-harapan-pk.pdf
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201008201256-532-556227/6-
masalah-penyaluran-bansos-selama-pandemi-corona
Parsons, Wayne. (2006) Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Dialih bahasakan oleh Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta,
Kencana.
Winarno, Budi. (2002) Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta, Media
Pressindo.
https://katadata.co.id/agustiyanti/berita/5f1154c4a509b/hasil-studi-pkh-dan-
bantuan-sembako-tak-tepat-sasaran-terganjal-data
https://media.neliti.com/media/publications/79446-ID-implementasi-program-
keluarga-harapan-pk.pdf
https://pkh.kemensos.go.id/?pg=tentangpkh-1
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1843/persentase-penduduk-
miskin-maret-2021-turun-menjadi-10-14-persen.html
Lampiran
Asistensi 1 Asistensi 2
Asistensi 3
Penyusun:
Giovanni Lucy Faustine S. (BAB I)
Eni Retnosari (BAB II)
David Valentino (BAB III)
Dimas Rizky Ramadhani (Editor & Asistensi)