Anda di halaman 1dari 18

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBANGUNAN PEMERINTAH YANG KURANG EFEKTIF


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas PPLK 2021

Disusun Oleh :
David Valentino (NIM: 121170028)
Dimas Rizky Ramadhani (NIM: 121450027)
Eni Retnosari (NIM: 121340076)
Giovanni Lucy Faustine S. (NIM: 121140060)

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

TAHUN AKADEMIK 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada Juni 2012, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membahas tentang
pembangunan berkelanjutan di Rio de Janeiro (Brasil). Konferensi PBB ini
menyusun agenda pembangunan berkelanjutan yang bersifat universal yang
disebut Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs sendiri merupakan
perluasan dan kelanjutan dari program yang telah dilakukan oleh negara-negara
sejak 2001 hingga akhir 2015, yaitu Millennium Development Goals (MDGs).
Namun tidak semua target MDGs yang dapat tercapai.
Kemiskinan merupakan salah satu target yang kurang berhasil untuk
diatasi. Sustainable Development Goals sendiri dibuat dengan harapan dapat
memberantas kemiskinan dalam segala bentuknya di setiap tempat. SDGs
menegaskan pentingnya upaya untuk mengakhiri kemiskinan agar dilakukan
bersama dengan upaya yang strategis. Kemiskinan merupakan situasi dimana
tidak terpenuhinya kebutuhan atas hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang sejahtera.
Di Indonesia sendiri, persoalan kemiskinan tak kunjung juga selesai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik persentase penduduk miskin pada Maret
2021 di Indonesia hanya turun 0,05% dari data September 2020. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, persentase kemiskinan meningkat
sebesar 0,36% dari 9,78%. Padahal seharusnya pelaksanaan program-program
pembangunan umumnya selalu memberikan andil yang besar terhadap upaya
penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan tentunya harus diatasi bersama oleh
pemerintah dan masyarakat.
Salah satu strategi yang dibuat oleh pemerintah guna memberantas
kemiskinan adalah melaksanakan berbagai macam program pembangunan, salah
satunya adalah Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah disahkan pada 2007
lalu. PKH adalah program yang mengatasi kemiskinan dengan memberikan
pembelajaran tatap muka setiap bulan. Agar bantuannya bisa cair, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi yaitu seperti kehadiran anak-anak di sekolah serta
fasilitas kesehatan, juga gizi ibu hamil, lansia dan penyandang disabilitas yang
terpenuhi makanan sehatnya. Proses pembelajaran dilakukan oleh pendamping
sosial dari kementerian sosial dan bertugas untuk mendampingi proses penyaluran
bantuan PKH dan proses pembelajaran yang disebut dengan P2K2 yaitu
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga yang diadakan setiap bulan.
Program ini diharapkan mampu berkontribusi dalam Sustainable Development
Goals (SDGs) yang mempunyai 17 tujuan yang saling terikat untuk tahun 2030.
Beberapa penelitian tentang PKH menunjukkan tingkat keefektifan yang
cukup tinggi dalam upaya mengatasi kemiskinan. Hal ini dapat karena PKH
faktanya berhasil meningkatkan konsumsi rumah tangga penerima manfaat di
Indonesia sebesar 4,8%. Selain itu, selama enam tahun berjalan, program ini terus
bergerak secara aktif dan mengalami perkembangan. Saat ini PKH tidak hanya
memberi bantuan berupa uang tunai saja, tetapi ada beberapa bantuan sosial yang
dapat diterima oleh keluarga penerima PKH.
Namun, tingkat ketidaktepatan sasaran dalam memilih penerima bantuan
PKH juga cukup tinggi. Berdasarkan laporan Ombudsman Republik Indonesia
(ORI) ada dugaan tindakan manipulasi data penerima bantuan sosial (bansos)
yang terjadi di Papua dan Jambi. Tidak hanya itu, Ombudsman juga mendapat
laporan adanya oknum tidak bertanggung jawab yang melakukan pemotongan
nominal jumlah bansos. Selain itu, banyak data yang tidak valid dan membuat
PKH salah sasaran saat memberi bantuan. Sayangnya, penerima manfaat PKH ini
justru tidak menempatkan keluarga miskin sebagai sasarannya.
Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa mayoritas
data menilai bahwa PKH adalah program yang cukup efektif. Namun, jika dilihat
dari target sasarannya, PKH masih belum mampu untuk menyesuaikan kriteria-
kriteria yang dapat menerima bantuan. PKH masih bermasalah dalam memilih
penerima bantuan PKH. Sehingga efektivitas program ini kembali dipertanyakan.
Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui efektivitas dan apa saja kendala
dalam implementasi PKH untuk mengatasi masalah kemiskinan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan pada latar belakang maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana tingkat efektivitas program PKH?
b. Bagaimana peran dan dampak program PKH terhadap keluarga miskin?
c. Apa saja kendala dalam implementasi program pelaksanaan PKH?
d. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi kendala yang muncul dalam
pelaksanaan PKH?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui tingkat efektivitas program PKH berdasarkan pelaksanaannya.
b. Mengetahui dan menganalisis peran dan dampak program PKH terhadap
keluarga miskin.
c. Mengetahui dan menganalisis kendala apa saja yang ditemui dalam
implementasi program PKH?
d. Untuk mengetahui apa saja solusi yang tepat dalam mengatasi kendala
yang muncul selama pelaksanaan PKH.

1.4 Manfaat
a. Bagi Pemerintah
Sebagai salah satu bahan untuk membuat kebijakan terkait dengan
Program Keluarga Harapan (PKH) atau program pembangunan lainnya.
b. Bagi Pendamping PKH
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan untuk
memperbaiki atau meningkatkan pendampingan kepada penerima PKH.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi dan bantuan untuk mengatasi keterbatasan
dalam pemenuhan kebutuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan
Kemiskinan merupakan situasi dimana tidak terpenuhinya
kebutuhan atau hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang sejahtera dan dapat disebabkan adanya
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun latar belakang
pendidikan dan kurangnya lowongan pekerjaan. Kemiskinan pada
dasarnya selalu ada di setiap negara, khususnya di negara berkembang. Di
Indonesia, masalah kemiskinan masih sangat sering ditemui dimana-mana.
Kemiskinan bisa disebabkan oleh banyak hal. Latar belakang
pendidikan, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya, dan masih banyak
lagi. Kemiskinan juga dapat diukur oleh pemerintah melalui penetapan
garis kemiskinan dengan ketentuan ekonomi. Karena tingkat kesejahteraan
masyarakat diukur lewat kebijakan ekonomi pemerintah. Maka dengan
kata lain, kemiskinan juga dapat disebabkan oleh gagalnya perkembangan
ekonomi yang direncanakan pemerintah.
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan, sudah
seharusnya pemerintah bekerja sama dengan masyarakat untuk mengatasi
kemiskinan. Keluarga sebagai masyarakat kecil bisa memulai bersama-
sama untuk memberantas kemiskinan, dimulai dari lingkungan terkecil
yang ada di sekitar tempat tinggal. Pemerintah telah banyak membuat
program pembangunan guna mengatasi masalah kemiskinan. Beberapa
program pembangunan yang dibuat diantaranya adalah program Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Program
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), Program Keluarga Harapan
(PKH), dan lain-lain. Salah satu program pembangunan yang masih
berjalan sampai saat ini adalah Program Keluarga Harapan (PKH).
2.2 Program Keluarga Harapan (PKH)
Dalam melakukan upaya penanggulangan kemiskinan, pemerintah
membuat program pembangunan yang disebut Program Keluarga Harapan
(PKH). Program ini disahkan pada 2007 lalu. PKH diberikan kepada ibu
hamil, nifas, menyusui, memiliki anak usia 5-7 tahun, anak usia SD, SMP,
serta SMA. Program ini diharapkan mampu berkontribusi dalam
Sustainable Development Goals (SDGs) yang mempunyai 17 tujuan yang
saling terikat untuk tahun 2030.
Pembayaran bantuan dilakukan sebanyak empat kali dalam satu
tahun. Dengan ketentuan bantuan tetap untuk peserta PKH adalah Rp.
200.000,-. Bantuan akan ditambah sebanyak Rp. 800.000,- jika peserta
memiliki anak usia di bawah 6 tahun dan merupakan seorang ibu hamil
atau sedang menyusui. Jika peserta PKH memiliki anak yang masih
SD/MI maka akan ditambah sebesar Rp. 400.000,-. Bertambah lagi
sebesar Rp.800.000,- jika peserta memiliki anak peserta pendidikan setara
SMP/MTs. Jumlah uang yang diberikan kepada penerima PKH tentunya
berdasarkan kondisi dan sesuai dengan anggota keluarga yang dimiliki.
Tentunya ada beberapa komitmen yang harus dipenuhi oleh setiap
penerima bantuan PKH, yang jika dipenuhi dalam tiga bulan maka akan
ada pengurangan bantuan sebesar Rp.50.000 untuk bulan pertama, Rp.
100.000 pada bulan kedua dan pada bulan ketiga berkurang Rp.150.000
apabila masih tidak memenuhi komitmen. Dan akan dikeluarkan dari
keanggotaan apabila dalam tiga bulan berturut-turut masih tidak
memenuhi komitmen.
Agar bantuannya bisa cair, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi yaitu seperti kehadiran anak-anak di sekolah serta fasilitas
kesehatan, juga gizi ibu hamil, lansia dan penyandang disabilitas yang
terpenuhi makanan sehatnya. Proses pembelajaran dilakukan oleh
pendamping sosial dari kementerian sosial dan bertugas untuk
mendampingi proses penyaluran bantuan PKH dan proses pembelajaran
yang disebut dengan P2K2 yaitu Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga yang diadakan setiap bulan. Program ini diharapkan mampu
berkontribusi dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang
mempunyai 17 tujuan yang saling terikat untuk tahun 2030.
Beberapa penelitian tentang PKH menunjukkan tingkat keefektifan
yang cukup tinggi dalam upaya mengatasi kemiskinan. Berdasarkan
laporan lain juga menunjukkan bahwa PKH berhasil meningkatkan
konsumsi rumah tangga penerima manfaat di Indonesia sebesar 4,8%.
Selain itu, selama enam tahun berjalan, program ini terus bergerak secara
aktif dan mengalami perkembangan. Saat ini PKH tidak hanya memberi
bantuan berupa uang tunai saja, tetapi ada beberapa bantuan sosial yang
dapat diterima oleh keluarga penerima PKH.
Namun, tingkat ketidaktepatan sasaran dalam memilih penerima
bantuan PKH juga cukup tinggi. Berdasarkan laporan Ombudsman
Republik Indonesia (ORI) ada dugaan tindakan manipulasi data penerima
bantuan sosial (bansos) yang terjadi di Papua dan Jambi. Tidak hanya itu,
Ombudsman juga mendapat laporan adanya oknum tidak bertanggung
jawab yang melakukan pemotongan nominal jumlah bansos. Selain itu,
banyak data yang tidak valid dan membuat PKH salah sasaran saat
memberi bantuan. Sayangnya, penerima manfaat PKH ini justru tidak
menempatkan keluarga miskin sebagai sasarannya.

2.2.1 Faktor-faktor yang menyebabkan kendala dalam


pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH):
1) Pertama, tentang sosialisasi. Pemerintah disosialisasikan melalui
conference call, media online, dan kelompok penerima notifikasi
(KPM). Namun, menurut Kudhori, melakukan sosialisasi lewat
media online akan membuat banyak penerima manfaat tidak
mengetahui nilai bantuan dan berapa lama rencana itu akan
berlangsung, sehingga proses sosialisasi tidak efektif.
2) Verifikasi penerima manfaat oleh Kementerian Sosial juga tidak
biasa. KPM Rencana Keluarga Harapan dan Rencana Perluasan
Pangan Pokok ditetapkan berdasarkan Data Menyeluruh
Kesejahteraan Sosial (DMKS) yang diberikan kepada pelaksana
bakti sosial dan rencana di masing-masing daerah, serta bank
penyalur dan aplikasi e-PKH.
3) Data KPM PKH dan rencana sembako tidak terintegrasi sehingga
menyebabkan KPM PKH tidak dapat menerima rencana sembako.
4) Program pendampingan yang tidak efektif dan lambatnya proses
pengalokasian perpanjangan KPM. Hal ini terlihat pada tanda-
tanda data ekstensi KPM yang tidak sesuai, tidak valid atau tidak
diperbarui.
5) Bantuan PKH yang dinilai belum sepenuhnya memberi manfaat.
6) Masalah penyaluran bantuan Program Sembako atau Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) yang tak sesuai ketentuan.

2.2.2 Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)


1) Meningkatkan status sosial ekonomi.
2) Meningkatkan kesehatan dan gizi dari ibu hamil atau yang sedang
menyusui, ibu yang baru saja melahirkan, anak balita dan anak usia
5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar.
3) Memberi lebih banyak akses dan meningkatkan kualitas pelayanan
pendidikan dan kesehatan.
4) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak.

2.2.3 Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH).


Efektivitas adalah ukuran tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan
suatu organisasi. Efektif atau tidaknya suatu kegiatan dapat dinilai lewat
sesuai atau tidaknya tujuan dan sasaran yang diharapkan. Sebelum
melakukan sebuah kegiatan, kita harus mengetahui target dan tujuan kita.
Apabila tujuan dari kegiatan tersebut telah terpenuhi, maka kegiatan
tersebut dapat disebut efektif.
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan Program Keluarga
Harapan (PKH) dapat dilakukan dengan menilai dari segi efektivitasnya.
Efektivitas dapat dilihat dari sejauh mana pelaksanaan kebijakan tersebut
telah mencapai tujuan yang diharapkan dengan diukur berdasarkan
indikator keberhasilan kebijakan tersebut. Tentu saja untuk mengetahui
efektivitas kebijakan tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Indikator-indikator yang menjadi dasar dalam
penelitian ini adalah menggunakan indikator tujuan, sasaran dan hasil.
Sebagai berikut :
a. Tujuan, yaitu untuk mengetahui apakah target atau rencana yang
dirancang telah tercapai atau belum..
b. Sasaran, yaitu kepada siapa tujuan ingin direalisasi, dan melibatkan
tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan.
c. Hasil, yaitu untuk mengetahui bagaimana bentuk perubahan nyata
sebelum dan sesudah adanya program tersebut. sehingga dapat
diukur melalui sejauh mana program tersebut memberikan suatu
efek atau dampak bagi masyarakat.

2.2.4 Implementasi Kebijakan


Suatu kebijakan akan terlihat kegunaannya apabila telah dilakukan
implementasi terhadap kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan secara
luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai instansi maupun
organisasi yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan agar
dampak atau tujuan yang diinginkan dapat diraih (Winarno, 2002, h.102).
Menurut Parsons (2006, h.464-492) model implementasi kebijakan dibagi
menjadi empat model yang terdiri dari model analisis kegagalan, model
bottom-up, model rasional (top-down), dan model teori hybrid. Menurut
Teori Implementasi Kebijakan George Edward III tentang faktor
pendukung implementasi kebijakan yang dikutip oleh Winarno (2002),
terdiri dari komunikasi, resources, kecenderungan dan struktur birokrasi.
Sedangkan menurut Sunggono (1994) faktor penghambat implementasi
terdiri dari isi kebijakan, informasi, dukungan, dan pembagian potensi.

Menurut Wrigstone, dkk (1956) evaluasi merupakan analisis tentang


bagaimana pertumbuhan dan kemajuan ke arah tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi adalah proses peninjauan akan efektivitas strategi dalam
upaya mencapai tujuan. Contohnya evaluasi program pembangunan. Hal-hal yang
dievaluasi dalam program pembangunan adalah tujuan dan pembangunan itu
sendiri, mulai dari sudah tercapai atau tidak, apakah sesuai dengan rencana atau
tidak, jika tidak, apa yang membuatnya tidak
tercapai, apa yang harus dilakukan agar sesuai. Hasil dari evaluasi dapat bersifat
kualitatif dan kuantitatif.
Kemiskinan merupakan masalah utama yang selalu ditemui dan dihadapi
oleh setiap negara di dunia. Meski tidak lengkap, tingkat dan jumlah penduduk
miskin di setiap negara berbeda-beda, dan hampir tidak ada negara yang bisa lepas
dari kemiskinan. Negara-negara kaya dan maju dalam ilmu pengetahuan dan
industri juga pernah mengalami kemiskinan, tetapi tidak banyak. Kemiskinan
merupakan masalah universal dan telah menjadi ancaman dan bencana bagi suatu
negara. Pemerintah Indonesia saat ini memiliki berbagai rencana penanggulangan
kemiskinan yang komprehensif. Salah satunya adalah PKH (Rencana Keluarga
Harapan) yang merupakan program perlindungan sosial yang memberikan
bantuan tunai untuk keluarga sangat miskin (RTSM) dan anggota keluarga harus
memenuhi syarat dan ketentuan yang ditentukan di bidang pendidikan dan
kesehatan.
Program Keluarga Harapan adalah program pembangunan yang bertujuan
untuk mengatasi kemiskinan dengan memberikan bantuan tunai kepada RTSM.
Agar mendapat bantuan,, RTSM harus memenuhi persyaratan tentang upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan
kesehatan. Tujuan keseluruhan PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan
memutus mata rantai kemiskinan, meningkatkan sumber daya manusia, dan
mengubah dukungan RTSM terhadap kesejahteraan yang relatif rendah. Peserta
PKH yang memenuhi syarat kesehatan adalah RTSM dengan ibu hamil, balita,
atau anak usia 5-7 tahun tanpa pendidikan dasar. Dari segi pendidikan, peserta
PKH harus memenuhi persyaratan terkait pendidikan jika memiliki anak usia 7-15
tahun. Anak peserta PKH wajib terdaftar di unit PKH Setara dengan pendidikan
SD dan SMP, dan minimal 85% hari sekolah ditempuh dalam satu bulan dalam
tahun ajaran. Jika seorang anak berusia 5-6 tahun masuk sekolah dasar, dll.
Kemudian orang yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan pendidikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan program PKH pada masyarakat sebagai berikut:
1. Program pembangunan PKH tersebut dinilai cukup efektif pada
indikator input karena sudah tepat sasaran terhadap kriteria yang
telah ditentukan Kementerian Sosial. Kriteria indikator input yang
dipakai dalam penelitian tersebut mirip dengan kriteria penelitian
yang dilakukan oleh Rohmi yang antaranya status kepunyaan
bangunan tempat tinggal, status lahan tempat tinggal, jenis lantai
terluas, jenis dinding terluas, kondisi dinding, jenis atap terluas,
kondisi atap, sumber air minum, cara membeli air minum, sumber
penerangan, daya penerangan, bahan bakar utama untuk memasak
dan kepemilikan fasilitas BAB dan juga jenis kloset yang
digunakan.
2. Dampak dari bantuan PKH kepada masyarakat miskin ada dua
yaitu, dampak positif dan negatif. Untuk dampak positif
merupakan mengurangi beban Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) agar dapat menopang keluarga peserta untuk membiayai
dalam hal biaya pendidikan, meningkatkan partisipasi pemeriksaan
dalam hal kesehatan, dan kesejahteraan sosial untuk memastikan
asupan gizi lansia dan juga disabilitas. Sedangkan dampak
negatifnya yaitu, adanya informan yang masih ketergantungan atau
berharap pada bantuan ini.
3. Kendala dalam pelaksanaan program PKH masyarakat desa adalah
anggaran yang terbatas sehingga pemerintah kesulitan dalam
mengelola keuangan, kemudian kurangnya komunikasi sehingga
terjadi miskomunikasi di tataran pemerintah yang berkaitan dalam
pengentasan kemiskinan yang membuat pelaksanaan program tidak
berjalan secara maksimal, selanjutnya sumber daya yang kurang
mendukung, serta masyarakat yang kurangnya pendidikan
sehingga mereka tidak memiliki keterampilan khusus untuk
membangun potensi dan bantuan yang modal yang diberikan oleh
pemerintah cukup minim untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat kearah yang lebih baik, kemudian sikap pelaksana
terkait yang tidak bijaksana dalam mengerjakan tugas yang
diemban, hal ini sangat mempengaruhi tidak maksimalnya
pengentasan kemiskinan masyarakat di desa.
4. Solusi yang tepat untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
PKH antara lain adalah Isi kebijakan harus jelas dan memiliki
tujuan. Isi kebijakan terdiri dari kekurangan sumber daya-sumber
daya pembantu, yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga
manusia juga dapat menghambat implementasi. Informasi yang
diberikan mengenai jadwal pemberian bantuan kepada penerima
PKH sesuai jam yang sudah ditentukan dalam jadwal. Memberi
dukungan penuh tentunya akan mempermudah pelaksanaan
kebijakan.

3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas maka saran dari peneliti:
a. Kepada pemerintah daerah, dalam melaksanakan kebijakan pada
pengentasan kemiskinan masyarakat, supaya lebih memperhatikan
apa saja yang menjadi faktor penghalang dalam kebijakan
pengentasan kemiskinan tersebut, sebab faktor tersebut merupakan
hal yang dapat mendukung maksimalnya pelaksanaan suatu
kebijakan agar dapat lebih dioptimalkan.
b. Untuk pemerintah desa, pelaksanaan kebijakan dalam hal
pengentasan kemiskinan masyarakat desa, program yang telah
direncanakan oleh pemerintah dalam pelaksanaannya dibutuhkan
pengawasan dan evaluasi dan dilakukan secara berkala oleh aparat
yang ada di desa, supaya program tersebut akan menghasilkan
pokok masalah kemiskinan yang ada di Desa tersebut.
c. Untuk masyarakat desa, kiranya dapat dapat berkontribusi dengan
cara meningkatkan pemahaman serta keterampilan untuk
memanfaatkan sumber daya dan potensi serta bantuan yang
diberikan oleh pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan dan
produktivitas masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Desi Pratiwi, “Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam


Pengentasan Kemiskinan Ditinjau Dari Ekonomi Islam”, Skripsi, IAIN
Metro, 2020

Departemen Sosial Republik Indonesia. (2009) Pedoman Umum PKH. Jakarta.

https://media.neliti.com/media/publications/79446-ID-implementasi-program-
keluarga-harapan-pk.pdf

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201008201256-532-556227/6-
masalah-penyaluran-bansos-selama-pandemi-corona

Parsons, Wayne. (2006) Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Dialih bahasakan oleh Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta,
Kencana.

Sunggono, Bambang. (1994) Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta, Sinar


Grafika.

Winarno, Budi. (2002) Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta, Media
Pressindo.

https://katadata.co.id/agustiyanti/berita/5f1154c4a509b/hasil-studi-pkh-dan-
bantuan-sembako-tak-tepat-sasaran-terganjal-data

https://media.neliti.com/media/publications/79446-ID-implementasi-program-
keluarga-harapan-pk.pdf

https://pkh.kemensos.go.id/?pg=tentangpkh-1

https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1843/persentase-penduduk-
miskin-maret-2021-turun-menjadi-10-14-persen.html

Lampiran
Asistensi 1 Asistensi 2
Asistensi 3
Penyusun:
Giovanni Lucy Faustine S. (BAB I)
Eni Retnosari (BAB II)
David Valentino (BAB III)
Dimas Rizky Ramadhani (Editor & Asistensi)

Anda mungkin juga menyukai