Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan

antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang

berada di bawah garis kemiskinan merupakan dua masalah besar dibanyak

Negara berkembang. (Hermanita, 2013:15)

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi

dalam memenuhi standar kebutuhan dasar rata-rata pada suatu daerah.

Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang,

maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah bukan saja berakibat

pada tidak tercukupinya kebutuhan dasar, akan tetapi berdampak pada

ketidakmampuan memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan

masyarakat dan standar pendidikan. (Mudjarat Kuncoro,2017:17)

Masalah kemiskinan merupakan fenomena sosial kemasyarakatan

yang terdapat di berbagai daerah Provinsi, Kabupaten/Kota di Indonesia. Oleh

karena itu berbagai upaya penanggulangannya telah dilakukan pemerintah

melalui pelaksanaan berbagai kebijakan pemberdayaan masyarakat yang

langsung menyentuh kebutuhan hidup masyarakat miskin. Pemberdayaan

masyarakat merupakan upaya pengentasan masyarakat miskin utuk mandiri,

baik secara ekonomi, sosial maupun aspek kehidupan yang lain, sehingga
2

memerlukan kebijakan yang komprehensif dan sinergis antara pemerintah

pusat, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat dalam

memberdayakan masyarakat miskin tersebut.

Berbagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan telah dilakukan oleh

pemerintah yang diaplikasikan dalam wujud kebijakan dan program-program

baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Kebijakan bersifat

langsung yaitu berupa program yang langsung diberikan kepada penduduk

miskin, contoh; bantuan langsung tunai (BLT), raskin, sedangkan kebijakan

tidak langsung, contoh; program jamkesmas, program IDT, BOS. Walaupun

telah dilakukan berbagai upaya namun kemiskinan tidak dapat dihilangkan

seluruhnya, artinya fenomena kemiskinan dengan mudah dapat dijumpai di

hampir seluruh wilayah baik di perkotaan maupun di pedesaan. Program

kemiskinan yang saat ini dilakukan baik yang berasal dari pemerintah

maupun non pemerintah umumnya hanya sementara, artinya program tersebut

akan berjalan selama masih ada anggaran (dana), setelah dana habis maka

selesai pula kegiatan program. Dengan kata lain bahwa program-program

kemiskinan yang selama ini dilaksanakan berdasarkan pendekatan projek dan

bukan pendekatan program. Tidak heran jika program pengentasan

kemiskinan tidak berkelanjutan, akhirnya angka kemiskinan secara absolut di

Indonesia tetap saja tinggi. (Nunung Nurwati, 2008:8)

Dalam UU No. 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan

(PKH) adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga

dan/atau seseorang miskin dan rentan, yang terdaftar dalam data terpadu
3

program penanganan fakir miskin, diolah oleh pusat data dan informasi

kesejahteraan sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.

Program Keluarga Harapan ada sejak tahun 2007 yaitu dengan

memberikan Bantuan Tunai Bersyarat (BTB) yang dikenal dengan nama

Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai salah satu tahapan menuju sistem

perlindungan sosial. Program Keluarga Harapan (PKH) tidak sama dengan

bantuan langsung tunai sebelumnya dan bukan merupakan program lanjutan

dari program-program sebelumnya yang membantu mempertahankan daya

beli rumah tangga miskin pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga

bahan bakar minyak. PKH lebih dimaksudkan sebagai upaya membangun

sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk miskin sekaligus sebagai upaya

memutus rantai kemiskinan yang terjadi selama ini. PKH merupakan program

bantuan dan perlindungan sosial yang termasuk dalam klaster 1 strategi

penanggulangan kemiskinan di Indonesia.Program ini merupakan bantuan

tunai bersyarat yang berkaitan dengan persyaratan pendidikan dan kesehatan.

http://www.tnp2k.go.id/program/sekilas/, di akses November 2020.

Sasaran penerima bantuan PKH adalah keluarga miskin (yaitu orang

tua-ayah, ibu-dan anak) adalah satu orang tua memiliki tanggung jawab

terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anak. Karena

itu keluarga adalah unit yang sangat relevan dengan peningkatan kualitas

sumber daya manusia dalam upaya memutus rantai kemiskinan antar

generasi. Beberapa keluarga dapat berkumpul dalam satu rumah tangga yang

mencerminkan satu kesatuan pengeluaran konsumsi (yang dioperasionalkan


4

dalam bentuk satu dapur). Bantuan dana tunai PKH diberikan kepada ibu atau

perempuan dewasa (nenek, bibi, atau kakak perempuan) dan selanjutnya

disebut pengurus keluarga. Pengecualian dari ketentuan di atas dapat

dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya bila tidak ada perempuan dewasa

dalam keluarga, maka dapat digantikan oleh kepala keluarga. (Direktorat

Jenderal Anggaran KementrianKeuangan, 2015, h, 6-7)

Namun, sejak program ini diluncurkan, telah mengundang pro dan

kontra. Berbagai sisi dari program ini mendapat sorotan dari berbagai

kalangan. Disini penulis menemukan beberapa masalah diantaranya

efektifitas Program PKH kurang efektif. Berbicara tentang efektifitas sebagai

orientasi kerja berarti yang menjadi pusat perhatian adalah tercapainya

berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan

menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah digunakan harus

ditentukan sebelumnya dan dengan memanfaatkan sumber-sumber itulah

maka hasil-hasil tertentu harus dicapai dalam waktu yang telah ditetapkan

pula.

Lembaga Sawadaya Masyarakat (LSM) Anti Korupsi Sampang, Jawa

Timur melaporkan kasus dugaan pemotongan bantuan Program Keluarga

Harapan (PKH) ke Kejaksaan Negeri (Kejari) setempat. Dugaan pemotongan

bantuan PKH itu terjadi di Desa Gunung Maddah, Kecamatan Kota Sampang,

Kabupaten Sampang. https://www.merdeka.com/jatim/jumlah-uang-yang-

diterima-dari-bantuan-pkh-tak-utuh-warga-di-sampang-tempuh-cara-ini.html

Kemudian dari hasil wawancara dengan bapak Zainal Arifin, beliau

menjelaskan bahwa:
5

“beberapa penerima bantuan PKH di Desa Gunung Madduh yang


tergolong mampu/tidak miskin masih belum memiliki kesadaran untuk
melepas bantuan yang ditujukan untuk masyarakat miskin, sehingga
harus dilakukan penyuluhan dan pemahaman khusus terhadap tujuan
PKH dan kriteria yang pantas untuk mendapatkan bantuan tersebut”
(Wawancara, tanggal 17 November 2020)

Lebih lanjut Bapak Ahmad Hidayat, menambahkan bahwa:

Program PKH belum merata di desa Gunung Maddah karena masih


banyak masyarakat miskin di desa Gunung Maddah yang seharusnya
dibantu juga tetapi tidak dapat.. (Wawancara, tanggal 17 November
2020)

Maka atas dasar permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti

“Model Rihard M Steer dalam Program Keluarga Harapan di Desa Gunung

Maddah Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang”

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini

memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam

penulisan skripsi, maka terlebijh dahulu dirumuskan permasalahan yang akan

diteliti.

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat

dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana

Model Rihard M Steer dalam Program Keluarga Harapan di Desa Gunung

Maddah Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang?


6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Model

Rihard M Steer dalam Program Keluarga Harapan di Desa Gunung Maddah

Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

informasi dalam bidang ekonomi dan diharapkan dapat menjadi tambahan

ilmu pengetahuan dan bahan bacaan bagi pihak yang membutuhkan.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi Pemerintah Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam hal

pengambilan kebijakan yang terkait dengan program keluarga harapan

atau program pengentasan kemiskinan dalam membantu

mensejahterakan yang ada dimasyarakat.

b. Bagi Pendamping PKH Sebagai salah satu rujukan untuk memperbaiki

atau meningkatkan pendampingankepada penerima PKH.

c. Bagi Masyarakat Sebagai sumber informasi bagi masyarakat

bahwasanya Program Keluarga Harapan (PKH) dapat membantu

mengurai beban masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan,

kesehatan dan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai