Anda di halaman 1dari 7

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di:https://www.researchgate.net/publication/311362778

Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Indonesia Kurang Mampu melalui Program


Dana Sehat sebagai Kontribusi Pengelolaan Keuangan Mikro Terintegrasi

Kertas konferensi· Januari 2016


DOI: 10.2991/imm-16.2016.18

KUTIPAN BACA
0 95

1 penulis:

Raini Diah Susanti


Universitas Padjadjaran

12PUBLIKASI22KUTIPAN

LIHAT PROFIL

Semua konten yang mengikuti halaman ini diunggah olehRaini Diah Susantipada 01 Maret 2021.

Pengguna telah meminta peningkatan file yang diunduh.


Konferensi Internasional Manajemen Keuangan Mikro Terpadu (IMM-16)

Meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia yang


kurang mampu melaluidan sehat(dana kesehatan)
program sebagai kontribusi untuk
Manajemen Keuangan Mikro Terpadu
Raini Diah Susanti1,2,*

1Leiden Etnosistem dan Program Pengembangan Universitas Leiden Belanda


2Departemen Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Indonesia
* Penulis korespondensi: r.raini.diah.susanti@umail.leidenuniv.nl

.
ABSTRAK PENGANTAR

Perubahan sosio-demografis tersebut sebagian besar telah Perubahan sosio-demografis tersebut sebagian besar telah
dikaitkan dengan situasi di mana orang miskin menjadi lebih dikaitkan dengan situasi di mana orang miskin menjadi lebih
rentan terhadap semua jenis penyakit. Oleh karena itu, perlu bagi rentan terhadap penyakit apapun sebagai akibat dari
pemerintah untuk menangani kebutuhan kesehatan khusus dari ketidakmampuan mereka untuk mengakses pengobatan yang
penduduk yang kurang beruntung di negara ini. Tinjauan literatur tepat, terutama untuk penyakit kronis di mana perawatan medis
ini berusaha secara khusus untuk mengidentifikasi dan jangka panjang dan multi-level diperlukan. (Organisasi Kesehatan
mendiskusikandan sehat(program pendanaan kesehatan) sebagai Dunia, 2016). Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk
inisiatif dan pendekatan kolektif berbasis masyarakat untuk menangani kebutuhan kesehatan khusus dari penduduk yang
mengatasi situasi dengan menilai implementasinya, kelebihan dan kurang beruntung di negara ini, tidak hanya untuk mengakui
kekurangannya untuk merumuskan rekomendasi bagi pembuat bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia yang mendasar untuk
kebijakan dalam strategi terpadu mereka menggabungkan layanan semua, tetapi juga merupakan investasi di negara secara luas
masyarakat yang berbeda dengan tujuan untuk mengurangi (Argadiredja 2002). . Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2015
kemiskinan di Indonesia . Itu Dana SehatProgram telah mencatat 11,22 persen atau 28,59 juta orang masih hidup dalam
menunjukkan kemandirian dan melibatkan keterlibatan aktif dari kemiskinan. Padahal, sejak awal tahun 1970-an pemerintah gencar
anggota masyarakat di tingkat lokal dalam hal berbagi tanggung melaksanakan berbagai program pengentasan kemiskinan.
jawab keuangan untuk menjaga keberlanjutan program, baik Persoalan kemiskinan di Indonesia belum terselesaikan, terutama
antara yang kaya dan yang miskin. Namun, program Dana Sehat sejak krisis ekonomi tahun 1997. Kemiskinan telah menjadi situasi
masih mengecewakan di beberapa bidang, seperti sosialisasi yang yang pelik dan multidimensi. Oleh karena itu, upaya pengentasan
kurang baik tentang manfaat program kepada konsumen, tidak kemiskinan harus komprehensif, mencakup berbagai aspek
adanya payung hukum, dan minimnya pengawasan yang kehidupan masyarakat yang terintegrasi dan dapat dilaksanakan
menyebabkan penurunan jumlah peserta. Ada kebutuhan (Slikkerveer, 2011). Makalah ini secara khusus berusaha untuk
mendesak untuk merevitalisasi program dana sehat dengan mengidentifikasi dan mendiskusikandan sehat(program
mengembangkan strategi terpadu untuk mengatasi berbagai pendanaan kesehatan) sebagai inisiatif dan pendekatan kolektif
masalah keuangan yang rumit yang menghambat pembangunan berbasis masyarakat untuk mengatasi situasi tersebut di atas
masyarakat yang berkelanjutan sebagai sarana untuk menjadi dengan menilai pelaksanaannya, dan kelebihan dan
lebih efektif dalam membantu masyarakat miskin untuk kekurangannya untuk merumuskan rekomendasi bagi pembuat
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. kebijakan dalam strategi terpadu mereka menggabungkan layanan
masyarakat yang berbeda dengan pandangan untuk mengurangi
kemiskinan di Indonesia.
Kata kunci — pembiayaan masyarakat, dana sehat, pendanaan
kesehatan, strategi terpadu, pengentasan kemiskinan, inisiatif
berbasis masyarakat.

© 2016. Penulis – Diterbitkan oleh Atlantis Press 0116


Konferensi Internasional Manajemen Keuangan Mikro Terpadu (IMM-16)

METODE Angka kematian dan angka kematian ibu lebih tinggi di


daerah pedesaan, di Indonesia bagian timur, serta pada
Tinjauan sistematis literatur yang diambil antara tahun 1980 penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase
dan 2016, dari berbagai database pada artikel yang relevan anak dengan gizi buruk dan status miskin di perdesaan
dengan menggunakan kata kunci pengurangan kemiskinan‖, lebih tinggi daripada di perkotaan (Kemenkes RI, 2015).
pembiayaan masyarakat‖.

HASIL Slikkerveer (2011) dan Argadireja (2002); dimana pemerintah telah


melakukan berbagai kebijakan dan upaya dalam mengatasi
Tantangan dan Strategi Pengentasan Kemiskinan di kemiskinan di Indonesia. Khususnya di bidang kesehatan sejak
Indonesia pemerintahan Orde Baru hingga pemerintahan sekarang, dimulai
dariInpres Desa Tertinggal(IDT) tahun 1994, pemberian kredit
Beban terbesar dari kemiskinan terletak pada kelompok mikro kepada usaha kecil, peningkatan upah minimum,
tertentu seperti perempuan. Pada umumnya pelaksanaan program makanan tambahan untuk perbaikan gizi
perempuan menanggung beban hidup karena sebagian balita dan ibu hamil, dan pencegahan kematian ibu dan bayi
besar bergantung pada laki-laki atau tanggungan orang melalui pemberdayaan kader perempuan di masyarakat. Pada
tua. Akibatnya, kualitas ekonomi dan pendidikan sangat masa pemerintahan Habibie (1998-1999) mulai diperkenalkan
rendah. Salah satu prasyarat keberhasilan pengentasan program Jaring Pengaman Sosial untuk pengentasan kemiskinan,
kemiskinan adalah mengidentifikasi kelompok sasaran peningkatan subsidi pemerintah untuk kebutuhan pokok,
dan wilayah yang tepat (T.Hapsari & Sari, 2007). pemberian anggaran pendidikan, pemberian beasiswa,
Pengurangan dan pemulihan tergantung pada nasib kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan PNS. Selanjutnya
orang miskin adalah langkah pertama undang-undang pada masa kepemimpinan Abdurrahman Wahid (1999-2002),
menentukan profil demografis dan geografis. Setidaknya pemerintah memberikan subsidi kebutuhan dasar bagi masyarakat
ada dua strategi utama yang harus ditempuh miskin melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang disebut
pemerintah; melindungi keluarga dan masyarakat Jaring Pengaman Sosial Kesehatan (JPS-BK-JPKM), pendidikan, dan
berpenghasilan rendah melalui pemenuhan kebutuhan perumahan, meningkat pendapatan PNS, subsidi air bersih,
dasar mereka, dan memberdayakan mereka untuk pendidikan, angkutan umum kompensasi kenaikan harga minyak
meningkatkan kemampuan untuk terlibat dalam (PD-PSE-BK) atau Program Kompensasi Pengurangan Subsidi
pekerjaan sehingga mencegah terciptanya kemiskinan Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM-BK). Selanjutnya pada masa
baru (Djannata & Atmanti, 2011; Syawie (2011). pemerintahan Megawati Sukarnoputri (2002-2004) mengalokasikan
20 triliun rupiah untuk subsidi masyarakat miskin, penurunan tarif
Kebijakan pengentasan kemiskinan di bidang kesehatan perlu listrik bagi masyarakat miskin, subsidi bunga kredit mikro, bantuan
mempertimbangkan siklus kemiskinan dan penyakit, dimana perumahan bagi masyarakat miskin, penyediaan layanan
kemiskinan dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap kesehatan ibu dan anak. Di bawah Presiden Susilo Bambang
penyakit dan kesakitan, di sisi lain dapat menyebabkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Di bawah
kemiskinan (Argadireja 2002). Jumlah penduduk miskin yang Presiden Susilo Bambang penyelenggaraan pelayanan kesehatan
meningkat menyebabkan pengeluaran pemerintah menjadi ibu dan anak. Di bawah Presiden Susilo Bambang
signifikan (World Bank, 2008). Pada tahun 2014 pemerintah Yudhoyono (2004-2009 dan 2009-2014), dia
harus memberikan iuran jaminan kesehatan sebesar 86,4 juta menerapkan kebijakan melalui Bantuan Langsung Tunai
untuk kategori masyarakat miskin dan hampir miskin. Data BPS (BLT), program untuk mengurangi tingkat pengangguran,
(2015) menunjukkan bahwa sebenarnya selama tahun 2013 program penurunan harga beras (raskin), BUMN
terjadi peningkatan indeks kesenjangan kemiskinan dari 1,75% bersubsidi, peningkatan pelayanan kesehatan melalui
menjadi 1,89% dan indeks keparahan kemiskinan dari 0,43% pemberian makanan tambahan dan imunisasi di
menjadi 0,48%. Tingkat kemiskinan penduduk Indonesia masyarakat pedesaan dan pemberian pinjaman kecil (KUR)
semakin parah, karena semakin jauh dari garis kemiskinan, dan untuk usaha kecil.
ketimpangan pengeluaran penduduk antara miskin dan tidak
miskin semakin melebar. Meskipun kualitas kesehatan Saat ini, pemerintah Jokowi (2015-sekarang) sedang berupaya
masyarakat secara nasional telah meningkat, namun disparitas untuk mengurangi kemiskinan, khususnya di bidang kesehatan
derajat kesehatan antara tingkat sosial ekonomi dan daerah melalui pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Semesta
masih cukup tinggi. Angka kematian bayi dan angka kematian (BPJS) dan Kartu Sehat. Semua strategi tersebut dilakukan
balita pada kelompok termiskin hampir empat kali lebih besar sejalan dengan Millennium Development Goals (MDGs). Oleh
dibandingkan dengan kelompok terkaya. Juga, anak-anak karena itu, kemiskinan tetap pada umumnya

© 2016. Penulis – Diterbitkan oleh Atlantis Press 0117


Konferensi Internasional Manajemen Keuangan Mikro Terpadu (IMM-16)

(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Sementara agenda dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat miskin keluar
MDGs saat ini telah berakhir dan bergerak menuju Agenda dari kemiskinan dengan menggunakan potensi dan sumber
SDGs 2030 yang mencakup 17 tujuan, pencapaian SDGs daya yang mereka miliki. Program penanggulangan
sejalan dengan visi dan misi pembangunan kesehatan kemiskinan berbasis kelompok pemberdayaan masyarakat
nasional Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang merupakan tahap lanjutan dalam proses pengentasan
Berdaulat, Mandiri, dan Berbasis Gotong Royong (gotong kemiskinan. Pada saat ini, masyarakat miskin mulai menyadari
royong).Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 9 agenda kemampuan dan potensinya untuk keluar dari kemiskinan.
prioritas yang dikenal sebagaiNawa Citadicermati dalam Pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen program ini
Kabinet Kerja yang diturunkan dalam dua tujuan dimaksudkan tidak hanya melakukan penyadaran masyarakat
Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, yaitu: 1) miskin akan potensi dan sumber daya yang dimiliki tetapi juga
peningkatan status dan kesehatan masyarakat; 2) mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam
meningkatkan daya tanggap dan perlindungan masyarakat skala yang lebih luas, terutama dalam proses pembangunan di
terhadap risiko kesehatan sosial dan keuangan (Kemenkes daerah. Ciri-ciri penanggulangan kemiskinan berbasis
RI, 2015; WHO 2016). masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Menggunakan
pendekatan partisipatif; 2) Pendekatan partisipatif bukan
Ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan program sekedar partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program,
pengentasan kemiskinan di Indonesia gagal. Pertama, program tetapi juga pelibatan masyarakat dalam setiap tahapan
penanggulangan kemiskinan cenderung memfokuskan program, termasuk proses identifikasi kebutuhan,
upayanya pada penyaluran bantuan sosial bagi masyarakat perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pelaksanaan
miskin. Antara lain berupa beras untuk masyarakat miskin dan program, bahkan sampai pada tahap proses pelestarian
jaring pengaman sosial (JPKM) untuk masyarakat miskin. Upaya program; 3) Penguatan kapasitas kelembagaan publik; 4)
seperti ini akan sulit untuk menyelesaikan masalah kemiskinan Program pengentasan kemiskinan berbasis kelompok
yang ada karena sifat bantuan yang tidak untuk menitikberatkan pada peningkatan aspek pemberdayaan
pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan masyarakat kelembagaan masyarakat dalam rangka
(Slikkerveer, 2011). Program bantuan yang berorientasi pada meningkatkan peran serta seluruh elemen masyarakat,
kedermawanan pemerintah dapat memperburuk moral dan sehingga masyarakat mampu secara mandiri terhadap
perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk pembangunan pembangunan yang diinginkannya. Penguatan
masyarakat miskin harus lebih difokuskan untuk kapasitas kelembagaan tidak hanya pada tahap
menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan dapat pengorganisasian masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan
membebaskan ketergantungan, penduduk tetap. Di samping dasarnya, tetapi juga penguatan fungsi kelembagaan sosial
itu, program bantuan sosial juga dapat menyebabkan korupsi yang digunakan dalam pengentasan kemiskinan;
dalam distribusi. Sebaiknya bantuan tersebut langsung
digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
seperti bebas biaya sekolah, bagi siswa SD dan SMP, serta Kemiskinan [TNP2K] atau Tim Nasional
pembebasan biaya pengobatan di Puskesmas. (Puskesmas). Pemberantasan Kemiskinan (2014) menggambarkan
Faktor kedua yang dapat menyebabkan gagalnya program dimana program penanggulangan kemiskinan
pengentasan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman kelompok berbasis pemberdayaan masyarakat harus
berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat miskin
sehingga program-program pembangunan yang ada tidak untuk selalu membuka peluang masyarakat dalam
didasarkan pada isu kemiskinan yang bervariasi secara lokal. kelompok swadaya, untuk mengembangkan potensi
yang ada pada diri mereka. dalam rangka mendorong
potensinya untuk berkembang secara mandiri, maka
Seperti yang dikomunikasikan oleh Slikkerveer 2011, untuk perlu: 1) perencanaan dan pembangunan
mengentaskan kemiskinan perlu adanya strategi yang berkelanjutan 2) perencanaan program dilakukan
memperhatikan kearifan lokal sehingga permasalahan yang secara terbuka dengan prinsip dari rakyat, oleh
dihadapi dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan dan rakyat, untuk rakyat dan hasilnya menjadi bagian dari
karakteristik masyarakat yang bersangkutan. Upaya pengentasan perencanaan pembangunan di tingkat desa/
kemiskinan tidak hanya memberikan bantuan langsung kepada kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan
masyarakat miskin karena penyebab kemiskinan bukan hanya nasional. Proses ini memerlukan koordinasi dalam
karena aspek yang murni materialistis tetapi juga karena melakukan kebijakan dan pengendalian pelaksanaan
kerentanan dan kurangnya akses untuk meningkatkan kualitas program antar pemangku kepentingan program
hidup masyarakat miskin. Pendekatannya adalah penanggulangan kemiskinan.

© 2016. Penulis – Diterbitkan oleh Atlantis Press 0118


Konferensi Internasional Manajemen Keuangan Mikro Terpadu (IMM-16)

program berbasis pemberdayaan masyarakat berfokus pada Kesehatan RI, 2008; Ambaretnani, 2012). Dengan demikian,
penguatan kapasitas masyarakat miskin dengan mengembangkan Dana Sehatmerupakan bagian dari Manajemen Keuangan
berbagai skema bertumpu pada sektor tertentu kebutuhan masyarakat Mikro Terpadu yang dapat diterapkan untuk mengatasi
di daerah. Penerima manfaat adalah kelompok masyarakat yang masalah kesehatan tertentu yang dialami oleh masyarakat
diidentifikasi miskin. Orang miskin masih memiliki kemampuan untuk miskin. ItuDana Sehat Program ini merupakan pendekatan
menggunakan sumber daya mereka. dari inisiatif masyarakat (bottom-up) sehingga mudah
dikembangkan dan berkelanjutan. ItuDana SehatProgram
Peran Perawat Kesehatan Masyarakat dalam sudah berlangsung sejak 1986 di Garut, Jawa Barat (Bahar
Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Dana Sehat 1998). ItuDana SehatProgram dilaksanakan pada tahun
1998 di 27 provinsi, 290 kabupaten dan sekitar 1500 desa
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan yang mencakup 5% dari populasi. (Sukeksi & Nugroho
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan 1998).
pada kelompok risiko tinggi dalam upaya mencapai derajat kesehatan
yang optimal dengan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, Bahar (1998) tentang penerapanDana Sehatdi Garut, Jawa
pemeliharaan kesehatan dan rehabilitasi untuk menjamin akses Barat menunjukkan bahwa sikap masyarakat sangat positif
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai karena tingginya sifat gotong royong (gotong royong) dan
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan pembinaan mereka. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
keperawatan (CHS-pokja, 1997). Perawat kesehatan masyarakat Sukeksi dan Nugroho (1998) yang menyatakan bahwa
berperan memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan masyarakat masih membutuhkandan sehatdengan alasan: 1)
keperawatan/kesehatan bagi individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk pemeliharaan kesehatan yang baik diperlukan biaya
dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan yang berkelanjutan; 2) keuangan pribadi memprioritaskan
kesehatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka pada pengobatan dan mengabaikan tindakan pencegahan; dan
kemandirian dibidang kesehatan. perawatan. Dalam hal ini, seorang 3) tidak semua orang mampu membayar biaya pemeliharaan
perawat kesehatan masyarakat untuk menjadi bagian dalam kesehatan. Johar (2009) mengungkapkan bahwa mayoritas
berkontribusi dalam peningkatan kesehatan masyarakat, terutama masyarakat Indonesia melakukan pembayaran pelayanan
pada masyarakat miskin dalam konteks kelompok rentan dan berisiko kesehatan secara tunai langsung dari uang saku. Hanya kurang
terhadap gangguan kesehatan serta meningkatkan pemberdayaan dari 20 persen penduduk Indonesia yang memiliki jaminan
masyarakat. Dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat miskin, kesehatan. Dana Sehat merupakan salah satu bentuk
salah satu pendekatan yang memiliki prinsip dalam pengelolaan pendekatan yang bersumber dari kearifan lokal yang berlaku
keuangan mikro terpadu adalahDana SehatProgram (Program bagi masyarakat lokal, sertagintinganatauperelekdimana
Pembiayaan Kesehatan). biayanya bisa berupa beras karung atau uang tunai (Saefullah,
2011). Di sisi lain, ada beberapa keterbatasan dariDana Sehat
ItuDana Sehatadalah pemeliharaan kesehatan dari program yang dirasakan oleh masyarakat, seperti tidak adanya
masyarakat kepada masyarakat, yang diselenggarakan kerangka hukum. Masih kurangnya sosialisasi dan penyuluhan
berdasarkan usaha bersama dan keakraban dengan tentangdan sehatdi masyarakat sehingga sebagian besar
pembiayaan prabayar untuk meningkatkan kesehatan warga belum mengetahui tujuan dan manfaat dana kesehatan
masyarakat (DepkesRI 1994; Sukeksi & Nugroho 1998; sehingga dapat mengurangi jumlah peserta. Selain itu
Bahar 1998). Dengan ciri khasnya sebagai inisiatif keterbatasan pengurus dalam mengelola sumber daya,
masyarakat, program Dana Sehat telah menunjukkan kurangnya insentif bagi manajemen, pembinaan yang masih
kemandirian dan melibatkan keterlibatan aktif dari anggota belum maksimal secara kualitas dan kuantitas, serta sulitnya
masyarakat di tingkat lokal dalam berbagi tanggung jawab birokrasi menjadi kendala dalam pelaksanaannya.Dana Sehat(
keuangan untuk menjaga keberlanjutan program, baik Bahar 1998; Sukeksi & Nugroho 1998). Sayangnya, saat ini
antara kaya dan kaya. tidak dan antara risiko rendah dan pelestarian kepesertaan dana kesehatan mengalami
tinggi. Program ini mirip dengan Health Equity Funds di penurunan diganti dengan kebijakan baru pemerintah yang
Kamboja (Petersdkk., 2008) dan ada juga yang diistilahkan disebut BPJS, yaitu jaminan kesehatan semesta yang berlaku
Dasolin; Dana Sehat untuk Ibu Bersalin (Kesehatan merata bagi seluruh rakyat Indonesia baik kaya maupun miskin
Pembiayaan Persalinan),Tabulin; Tabungan untuk tanpa mempertimbangkan kebutuhan riil masing-masing
Ibu Bersalin(Tabungan Bersalin) sebagai bagian masyarakat setempat. tentu berbeda. Sehingga kebijakan top
dari pembiayaan kesehatan yang memiliki prinsip down saat ini bertentangan dengan prinsip pengelolaan
dan karakteristik yang samaDana Sehat. Program keuangan mikro terintegrasi. Sedangkan menurut model Aday
ini hanya dilaksanakan dalam rangka program dan Anderson (1974) mengungkapkan bahwa komunitas
Desa Siaga Ibu (Desa Siaga Ibu)(Departemen

© 2016. Penulis – Diterbitkan oleh Atlantis Press 0119


Konferensi Internasional Manajemen Keuangan Mikro Terpadu (IMM-16)

dalam menjangkau pelayanan kesehatan tentunya akan REFERENSI


mempertimbangkan empat dimensi akses kesehatan, sebagai
berikut: 1) akses ke fasilitas pelayanan secara geografis perjalanan Aday, LA dan Anderson, Kerangka RA untuk Studi Akses
jauh atau dekat, 2) ketersediaan-jenis pelayanan yang dibutuhkan ke Perawatan Medis. Layanan Kesehatan Res.3 hlm.
tersedia atau tidak dan berapa lama waktu tunggu yang 208-220;1974.
dibutuhkan, 3) aksesibilitas finansial-jenis pelayanan yang
diberikan sesuai dengan kemampuan individu membayar atau Ambaretnani, P.Paraji dan Bidan di Rancaekek:
apakah ditanggung oleh asuransi, dan 4) akseptabilitas-kesesuaian Pengobatan Terpadu untuk Kemitraan Tingkat
pelayanan kesehatan yang diberikan dengan harapan individu Lanjut antara dukun bayi dan bidan masyarakat di
secara sosial dan budaya. wilayah Sunda Jawa Barat, Indonesia, Disertasi
PhD, LEAD, Universitas Leiden; 2012.
DISKUSI
Argadireja, DS Program Penanggulangan Kemiskinan
Apakah BPJS bisa mengatasi kemiskinan di Indonesia? Vidyattama, Bidang Kesehatan, Rakorbangpus Departemen
Resosudarmo dan Miranti (2014) mengungkapkan pada awal tahun Kesehatan RI, Jakarta; 2002.
2014 masyarakat Indonesia yang kurang beruntung tidak
membayar untuk bergabung dengan BPJS sebagai jaminan Bahar, ES Analisis Pelaksanaan Dana Sehat di
kesehatan universal meskipun akan mengurangi pengeluaran Kabupaten Garut Jawa Barat (Suatu studi
untuk pelayanan kesehatan. Namun, jawabannya belum terlihat Kualitatif; 1998.
karena kebijakan baru itu berlangsung kurang dari dua tahun
sehingga perlu evaluasi lebih lanjut. Biro Pusat Statistik Garis Kemiskinan di Indonesia
2013-2015;2015
UCAPAN PENUTUP
CHS-POKJA Depdikbud RI Pendidikan Tinggi
Singkatnya,dan sehat masih diminati masyarakat karena Keperawatan di Indonesia. Dikti. Depkes RI
besarnya premi yang harus dibayarkan disesuaikan dengan Jakarta;1997.Dana sehat JPKM.
pendapatan yang diperoleh. Pelestarian dan sehatpeserta http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php? [Diakses
sangat dipengaruhi oleh promosidan sehatmanajer, sehingga 23rdAgustus 2016].
fungsi manajemen keanggotaan, manajemen keuangan, dan
manajer administrasi perawatan kesehatan perlu ditingkatkan Departemen Kesehatan RI Buku Saku Desa Siaga di
dengan pelatihan manajemen keuangan mikro terintegrasi. Provinsi Jawa Barat;2008.
Ada kebutuhan mendesak untuk merevitalisasi Dana Sehat
program dengan mengembangkan strategi terpadu untuk Djannata, AA dan Atmanti, HDAAnalisis Program
mengatasi masalah rumit dari berbagai layanan keuangan, Penangulangan Kemiskinan Menurut SKPD
medis dan pendidikan di tingkat masyarakat yang (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kota Semarang
menghambat pembangunan masyarakat yang berkelanjutan Dengan Metode AHP (Analisis Hiraarki Proses).
sebagai sarana untuk menjadi lebih efektif dalam membantu Semarang;2011.
masyarakat miskin untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Hamzah, AKebijakan Penanggulangan Kemiskinan
dan Kelaparan di Indonesia : Realita dan
Pembelajaran.Jurnal AKK. 2012;1(1):1-55, September
PENGAKUAN 2012.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Dr. (hc) Johar, M. Dampak program kartu sehat Indonesia:
LJ Slikkerveer atas bimbingan dan ide-ide cemerlang dalam Pendekatan estimator yang serasi. Jurnal Ekonomi
penulisan makalah ini dan LEAD Programm untuk mendanai Kesehatan 2009;28:35–53
penerbitan makalah ini. Demikian pula saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan R.IRencana Strategi Kementerian
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (DIKTI) atas dukungan Kesehatan Republik Indonesia 2015-2019. Jakarta:2015.
dana untuk belajar di Leiden University dan juga Universitas
Padjadjaran yang telah memberi saya kesempatan untuk Peters, DH, Garg, A., Bloom, G., Walker, DG, Brieger,
belajar di Leiden-Belanda. WR, dan Rahman, MH (2008) Kemiskinan dan

© 2016. Penulis – Diterbitkan oleh Atlantis Press 0120


Konferensi Internasional Manajemen Keuangan Mikro Terpadu (IMM-16)

Akses ke Perawatan Kesehatan di Negara Berkembang. T. Hapsari, D dan Sari, P. Analisis Jaminan
Akademi Sains New York 2008; (1136)::161-171. Pemeliharaan Kesehatan (JPK)Data Susenas 2004.
Media Litbang Kesehatan Xl'II Nomor 1 Tahun2004
Purwanto, EA (2007)Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan
Menengah(UKM) untuk Pembuatan Kebijakan Anti Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Kemiskinan di Indonesia.Jurnal Ilmu Sosial dan Politik [TNP2K} Upaya Khusus Penurunan Tingkat
Maret 2007:10(3) :295-324 Kemiskinan. Kebijakan Tahun 2014; 2014

Saefullah, K.Gintingandi Wilayah Sunda Jawa Barat: Vidyattama, V., Resosudarmo, BP, Miranti, P. Peran
Peran Lokal Institusi di Asuransi Kesehatan Keanggotaan dalam Kesehatan
Pengelolaan dan Pengembangan Masyarakat Berkelanjutan di Pemanfaatan Jasa di Indonesia.Buletin Kajian
Subang, Indonesia: 2011. Ekonomi Indonesia2014:50(3) : 393–413

Slikkerveer, LJ) Buku Panduan untuk Dosen dan Tutor Bank Dunia. Berinvestasi dalam Kesehatan Indonesia:
Mata Kuliah Baru Magister Manajemen Keuangan Tantangan dan Peluang Pengeluaran Publik di Masa
Mikro Terpadu Untuk Pengentasan Kemiskinan dan Depan. Kajian Pengeluaran Publik Kesehatan: 2008.
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.LEAD-UL/
UNPAD/MAICH/GEMA PKM:2011. Organisasi Kesehatan Dunia Statistik Kesehatan Dunia 2016
Memantau Kesehatan untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Sukeksi and Nugroho, H (1998) Analisis Penurunan (SDGs):2016.
Peserta Dana Sehat di Kecamatan Wonogiri. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan 1998:01(03).

Syawie, M.Kemiskinan & Kesenjangan SosialInformasi


2011:16 (03):7

© 2016. Penulis – Diterbitkan oleh Atlantis Press 0121

Lihat statistik publikasi

Anda mungkin juga menyukai