Anda di halaman 1dari 6

TUGAS II MAKALAH

SURVEILANS, PROTEKSI, DAN PENCEGAHAN PENYAKIT SAAT BENCANA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Manajemen Bencana

Dosen Pengampu : Budiman, S.Pd.,M.Kes

Oleh Kelompok 6

Rifkiyanto S. Darise NPM. 20110710 28

Hardianto NPM.

Riswani NPM. 20110710 08

Alwin NPM. 20110710 21

Doni NPM. 20110710 39

Serly NPM. 20110710 58

Corina Pagalla NPM. 20110710 46

KELAS 5B

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Surveilans,
Proteksi, dan Pencegahan Penyakit Saat Bencana ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari pak
Budiman, S.Pd.,M.Kes pada mata kuliah Manajemen Bencana. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pak Budiman, S.Pd.,M.Kes selaku dosen
Manajemen Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Paluyang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu, 14 November 2020

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar
masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan
masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja,
tetapi yang lebih penting adalah upaya - upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas
atau balkesmas saja, tetapi juga bentuk - bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak langsung
berpengaruh kepada peningkatan kesehatan (Juanita, 2002). Pelayanan kesehatan
dibedakan dalam dua golongan, yaitu:
a. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan
masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali
diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau
kecelakaan.
b. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care) adalah
rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut atau rujukan. Di
Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai
dengan rumah sakit kelas A (Juanita, 2002). Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
masyarakat terhadap kesehatan banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya
adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Secara umum dapat dibedakan 9
(sembilan) syarat penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik, yakni tersedia
(available), menyeluruh (comprehensive), berkesinambungan (countinues), terpadu
(integrated), wajar (appropiate), dapat diterima (acceptable), bermutu (quality),
tercapai (accessible) serta terjangkau (affordable) (Azwar Azrul, 1999).
Dampak krisis ekonomi di Indonesia sampai saat ini meluas keseluruh bidang
kehidupan, termasuk bidang pelayanan kesehatan. Dilema yang dihadapi pelayanan
kesehatan, disatu pihak pelayanan kesehatan harus menjalankan misi sosial, yakni
merawat dan menolong yang sedang menderita tanpa memandang sosial, ekonomi,
agama dan sebagainya. Namun dipihak lain pelayanan kesehatan harus bertahan secara
ekonomi dalam menghadapi badai krisis tersebut. Oleh sebab itu pelayanan kesehatan
harus melakukan reformasi, reorientasi dan revitalisasi (Juanita, 2002). Reformasi
kebijakan pembangunan kesehatan telah selesai dilakukan sebagaimana telah tertuang
dalam Visi, Misi, Strategi dan Paradigma Baru Pembangunan Kesehatan yang populer
dengan sebutan Indonesia Sehat. Reformasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah
memberi arah baru pembangunan kesehatan di Indonesia. Jika diperhatikan kebijakan dan
sistem baru hasil reformasi tersebut tampak banyak perubahan yang akan dilakukan, dua
diantaranya yang terpenting adalah perubahan pada subsistem upaya kesehatan dan
perubahan pada subsistem pembiayaan kesehatan (Gotama I, Pardede D, 2010).
Penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan dalam subsistem
pembiayaan kesehatan dilakukan untuk membiayai UKM dan UKP penduduk miskin
dengan mobilisasi dan dari masyarakat, pemerintah dan public-private mix. Sedangkan
untuk penduduk mampu, pembiayaan kesehatan masyarakat terutama dari masyarakat itu
sendiri dengan mekanisme jaminan kesehatan baik wajib maupun sukarela (Gotama I,
Pardede D, 2010).
1. Pengertian Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Azrul A, 1996). Pembiayaan
kesehatan harus kuat, stabil, dan selalu berkesinambungan untuk menjamin
terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency), dan
efektifitas (effectiveness) pembiayaan kesehatan itu sendiri. Pengertian pembiayaan
tersebut merujuk pada dua sudut pandang berikut:
a. Penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) yaitu besarnya dana untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta dana
operasional.
b. Pemakai jasa pelayanan (health constumer) yaitu besarnya dana yang dikeluarkan
untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
Sektor pemerintah dan sektor swasta penyelenggara kesehatan sangat mempengaruhi
perhitungan total biaya kesehatan suatu negara. Total biaya dari sektor pemerintah
dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Hal yang penting dalam pembiayaan kesehatan adalah cara
memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien dari aspek ekonomi dan sosial
serta dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan. Oleh karena itu syarat
pokok dalam pembiayaan kesehatan yang harus saling berkesinambungan terdiri atas:
a. Jumlah harus memadai untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan tidak
menyulitkan masyarakat yang memanfaatkannya.
b. Penyebaran harus sesuai dengan kebutuhan untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dan masyarakat.
c. Pemanfaatan harus diatur setepat mungkin agar tercapai efektifitas dan efisiensi
pembiayaan kesehatan.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil - guna
dan berdaya - guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya.

2. Strategi Pembiayaan Kesehatan


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan
kesehatan yang memuat isu - isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program
aksi itu pada umumnya adalah dalam area sebagai berikut:
a. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan,
b. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan
kesehatan masyarakat miskin,
c. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan
sosial (SHI),
d. Penggalian dukungan nasional dan internasional,
e. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional,
f. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta
ilmiah,
g. Pemantauan dan evaluasi.

Terdapat 17 sasaran pembangunan dari strategi utama meningkatkan pembiayaan


kesehatan itu yaitu

1. Pembangunan kesehatan mendapatkan penganggaran yang memadai oleh pemerintah


pusat dan daerah (sasaran 15),
2. Anggaran kesehatan pemerintah lebih diutamakan untuk pencegahan dan promosi
kesehatan (sasaran 16)
3. Terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin
(sasaran 17).

Anda mungkin juga menyukai