Anda di halaman 1dari 2

Dengan melihat pentingnya peran tenaga kesehatan di UPT Pusat Keselamatan Terpadu

dalam menjalankan tugasnya dalam hal ini PSC 119 di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah, maka tenaga kesehatan dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Untuk
meningkatkan kinerja tersebut diperlukan adanya kepemimpinan, keterampilan dan motivasi
kerja yang baik.

Kinerja dalam suatu instansi pemerintah dilakukan oleh segenap sumber daya manusia
yang ada, baik pimpinan maupun tenaga kesehatan. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya. Baik itu faktor yang
berasal dari dalam diri sumber daya manusia maupun yang berasal dari luar dirinya. Setiap
tenaga kesehatan mempunyai kemampuan berdasar pada pengetahuan dan keterampilan,
kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, motivasi kerja dan kepuasan kerja yang dapat
mempengaruhi kinerjanya (Wirawan, 2009).

Dengan motivasi yang tinggi akan tercipta sebuah kondisi kinerja yang tinggi pula
sehingga pegawai dapat bekerja lebih efektif. Selain dari itu, dalam suatu instansi juga
diperlukan kedisiplinan pegawai dalam bekerja, tanpa itu maka kinerja tidak mungkin tercapai
dengan baik (Marhani, 2013).

Gibson menyatakan bahwa kinerja individu tenaga kesehatan dipengaruhi oleh 3 variabel
yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Variabel individu, terdiri dari
kemampuan, keterampilan, pengalaman, demografi dan latar belakang keluarga. Variabel
psikologi terdiri dari persepsi, sikap, motivasi, kepribadian dan belajar. Variabel organisasi
terdiri dari sumber daya, imbalan, beban kerja, struktur, supervisi dan kepemimpinan. Kinerja
klinis tenaga kesehatan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal
adalah keterampilan dan motivasi kerja, sedangkan faktor eksternal adalah supervisi,
kepemimpinan dan monitoring (Mandagi, dkk, 2015). Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Gibson diatas, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja. Mengingat keterbatasan, variabel yang
komplek dan sulit diukur, maka dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada faktor yang
berhubungan dengan kinerja, yaitu : keterampilan, kepemimpinan, dan motivasi kerja.

Motivasi kerja berhubungan terhadap kinerja dan pencapaian yang baik bagi tenaga
kesehatan , namun sebaliknya bila tenaga kesehatan bekerja tidak produktif dan tidak memiliki
motivasi tinggi dalam bekerja maka akan menurunkan performa instansi (Widyaningtyas, 2016).
Penilaian kinerja adalah suatu sistem melalui mana organisasi mengevaluasi atau menilai kinerja
karyawan yang sesuai dengan kinerja mereka masing-masing kepada instansi. Sistem ini
bertujuan untuk memotivasi para karyawan agar bisa meningkatkan kinerja. Oleh karena itu
kinerja yang baik tidak hanya individunya saja yang menguntungkan, akan tetapi lembaga
institusi atau organisasi maupun masyarakat juga akan mendapatkan keuntungan (Handoko,
2016). Peningkatan kinerja karyawan di instansi pemerintah dapat ditempuh dengan beberapa
cara, misalnya melalui pemberian kompensasi yang layak, pemberian motivasi, menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif, serta pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, karyawan
diharapkan dapat memaksimalkan tanggung jawab mereka setelah dibekali dengan pendidikan
dan pelatihan yang berkaitan dengan implementasi pekerjaan mereka. Selain itu, lingkungan
kerja yang nyaman serta pemberian motivasi pada dasarnya merupakan hak para karyawan dan
kewajiban dari pihak perusahaan untuk mendukung kontribusi para karyawannya dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Rezsa, 2008 dalam Melati, 2011).

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan menjelaskan bahwa kinerja tenaga kesehatan di
Indonesia termasuk tenaga kesehatan di rumah sakit belum optimal. Diantaranya hasil penelitian
Rahmatika (2014) menyatakan adanya hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja perawat
(Rahmatika, 2014).

Anda mungkin juga menyukai