TINJAUAN PUSTAKA
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk mayarakat yang sudah berusia
lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati dan digerakkan oleh mayarakat
dimana masyarakat yang berusia lanjut bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Khadijah et
al., 2014).
Posbindu adalah pos pembinaan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah yang digerakkan oleh masyarakat, dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan dan di selenggarakan melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta
para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan
kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan
oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan
non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan
kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu
Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah
raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka
Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri (Kemenkes RI, 2013).
2.1.2 Tujuan Posyandu Lansia
1. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan dan aktifitas
yang mendukung.
Sasaran dari posyandu lansia adalah sasaran langsung yaitu kelompok prausia lanjut
(45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun keatas). Kelompok usia lanjut yang memiliki
resiko tinggi (70 tahun keatas). Sasaran tidak langsung yaitu keluarga lansia, masyarakat
makan, minum, mandi, berpakaian dan naik turun tempat tidur, dan buang air.
Pemeriksaan kedua memeriksa status gizi dengan menimbang berat badan dan tinggi badan
dengan dilakukan pencatatan dalam grafik indeks massa tubuh (IMT). Pemeriksaan status
mental dan tekanan darah menggunakan tensi meter dan stetoskop serta penghitungan
Pemeriksaan hemoglobin, gula darah sebagai deteksi awal adanya penyakit diabetes
mellitus.Pemeriksaan kandungan zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal dan pelaksanaan rujukan pukesmas bila ada rujukan.Kegiatan
penyuluhan dilakukan diluar atau didalam posyandu atau kelompok lansia. Kunjungan
rumah oleh kader dan didampingi tenaga kesehatan dari puskesmas bagian anggota lansia
yaitu :
Menurut pendapat Azwar (2010) dalam Wahyuni (2012) yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
diselenggarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus
kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik diperkotaan
maupun dipedesaan. Prioritas diberikan pula kepada daerah terpencil, pemukiman baru,
wilayah perbatasan, dan pemukiman kumuh dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan
tantanggan yang ada antara lain krisis ekonomi, perubahan ekologi dan lingkungan,
2012).
Menurut Azwar (2010) dalam Wahyuni (2012) Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan
ditentukan oleh:
Syarat–syarat pokok yang harus di miliki oleh pelayanan kesehatan yang baik
sehingga tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat yaitu adat
3. Mudah dicapai
4. Mudah dijangkau
kesehatan yang tidak sesuai dengan standar ekonomi masyarakat tidak mampu memberikan
pelayanan yang merata dan hanya dapat dinikmati oleh sebagian masyarakat saja.
5. Bermutu
pelayanan kesehatan, yang mana pelayanan kesehatan diharapkan dapat memuaskan para
pengguna jasa dan dari segi penyelenggaraannya harus sesuai dengan kode etik dan standar
Menurut Anderson dan Newman (1973) dalam Notoatmodjo (2010) Pada prinsipnya
pelayanan kesehatan berdasarkan kepada dua kategori sasaran dan orientasinya, yakni:
ini terdiri dari sanitasi lingkungan, seperti air bersih, sarana pembuangan limbah,
perlindungan kualitas udara dan imunisasi. Intinya pelayanan yang lebih diarahkan
ini adalah penyembuhan dan pengobatan yang ditujukan langsung pada individu (kuratif
kesehatan.
kesehatan.
Menurut Teori Behavioral Model and Access to Medical Care (Andersen, 1995) yang
kesehatan pelayanan kesehatan oleh individu atau tidak memanfaatkan. Teor ini sudah
ditinjau kembali pada tahun 1995 dan dikembangkan sehingga memiliki empat tahap. Dan
1. Faktor Pendukung (predisposing factor) yaitu karakteristik sosial budaya individu dibagi
b. Faktor struktur sosial, yaitu : pendidikan, interaksi sosial, suku/ras dan budaya
penyembuhan penyakit.
2. Faktor pemungkin (enabling factor) yaitu kemampuan seseorang dalam mencari layanan
dibutuhkan.
b. Sumber daya masyarakat yaitu tersedianya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan di
3. Faktor kebutuhan (need) yaitu faktor yang secara langsung berhubungan dengan
mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila hal tersebut dirasakan
sebagai kebutuhan (need). Hal ini berarti kebutuhan merupakan dasar dan stimulus
a. Persepsi individu dalam melihat status kesehatan sendiri, gejala penyakit dan
tidak selalu memotivasi perilaku logika, artinya pengetahuan yang baik (Lansia yang tahu
tentang pengertian Posyandu, tujuan Posyandu, bentuk pelayanan Posyandu, dan sasaran
Posyandu) tidak selalu memimpin perilaku yang benar dalam hal ini pengetahuan tentang
yang kurang baik dalam pemeliharaan kesehatannya. Ada beberapa faktor yang
pengalaman dan sosial ekonomi. Pengetahuan Lansia akan manfaat Posyandu ini dapat
mengpernah hadiri kegiatan Posyandu, maka Lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang
cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada
kesiapan seseorang untuk bertindak tertentu pada situasi tertentu, dalam sikap positif.
menghindar, membenci, dan tidak sama dengan menyukai objek tertenu. Sebagai makhuluk
individu manusia mempunyai dorongan atau mood untuk mengadakan hubungan dengan
diri sendiri, sedangkan sebagai makhaluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk
mengadakan hubungan.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan
atau persepsi seseorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat langsung
dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan
(Azwar, 2010).
Menurut Eagledan Chaiken dalam Wawan (2010) mengemukakan bahwa sikap dapat
diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan kedalam proses
kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi-definisi diatas menunjukkan bahwa secara
garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan
pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak
Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga, melalui
keluarga berbagai masalah kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Menurut
(Notoatmodjo, 2012) disebutkan ada empat jenis dukungan keluarga yaitu: dukungan
emosional. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan
nasehat, saran, pemenuhan kebutuhan ekonomi dan keluarga sebagai perawatan serta
dukungan dari keluarga terhadap responden dapat dipengaruhi oleh faktor kesibukan
anggota keluarga sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja, lamanya
menurun seiring dengan lama menderita dari pasien yang sulit untuk sembuh, yang
berdampak pada kemampuan ekonomi anggota keluarga selama perawatan pasien (PUTRI,
2017).
masyarakat setempat, mereka bekerja dan berperan sebagai seseorang pelaku dari sebuah
sistem kesehatan. Kader bertanggung jawab kepada kepala desa dan supervisor yang
masyarakat merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pelayanan
laki atau perempuan yang mau bekerja secara sukarela melakukan kegiatan–kegiatan
sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang tertentu yang tumbuh ditengah-tengah
kesejahteraan masyarakat dengan rasa iklas tanpa pamrih dan didasari panggilan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utama adalah
kesehatan terutama bagi masyarakat lanjut usia yang membutuhkan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhannya untuk upaya peningkatan status gizi masyarakat secara umum
(Dedi, 2012).
Effendi (2010) dalam (Palupi, 2011) menyatakan peran adalah tingkah laku yang
diharapkan oleh seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial yang konstan. Seorang petugas kesehatan mempunyai
peran sebagai seorang pendidik, peran ini dilakukan dengan membantu pasien dan keluarga
dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku pasien dalam keluarga setelah dilakukan
pendidikan kesehatan selain itu juga petugas kesehatan merupakan tempat konsultasi
Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai fungsi mereka didalam
dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam
kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian
individu (Nofitri, 2009). Pada umumnya warga lanjut usia menghadapi kelemahan,
keterbatasan dan ketidak mampuan, sehingga kualitas hidup pada lanjut usia menjadi
menurun. Karena keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, maka keluarga memiliki
peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan
psikososialnya. Pengaruh yang muncul akibat berbagai perubahan pada lansia tersebut jika
tidak teratasi dengan baik, cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara
menyeluruh (Putri & Permana, 2016). Menurut WHO (1994) dalam Pradono et al. (2009)
kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam
hidup,ditinjaudari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan
berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini
merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status
lingkungan mereka.
Menurut (World Health Organization Quality of Life) WHOQOL group kualitas hidup
terdiri dari enam dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat
tersebut diubah menjadi empat dimensi yaitu kesehatan fisik seperti aktivitas sehari-hari,
kelelahan dan tenaga, kapasitas kerja, kesejahteraan psikologis seperti kepercayaan diri,
memori dan knsentrasi, hubungansosial seperti dorongan dan semangat dari bantuan,
penghargaan dari keluarga dan hubungan dengan lingkungan mencakup sumber finansial,
deskriptif daripada definitif. Sebagian besar energi di bidang ini dihabiskan untuk mengukur
kualitas hidup; oleh karena itu, definisi kualitas hidup, oleh keharusan, harus
kualitas hidup:
1. Normatif yaitu norma yang didiktekan oleh kepercayaan, prinsip, dan filosofi tentang
kehidupan yang baik; kepuasan preferensi, kualitas hidup tergantung pada ketersediaan
meskipun mereka mampu berpikir dan berbicara tentang kualitas hidup mereka. Dalam
sebuah survei terhadap individu yang berusia 65 tahun atau lebih, responden mengenal
istilah kualitas hidup dan membicarakannya baik secara positif maupun negatif(Xavier et al.,
2003).
Hampir dua pertiga dari seluruh sampel menggambarkan kualitas hidup mereka
sebagai positif atau sangat positif. Mereka mengevaluasi kualitas hidup mereka secara
positif berdasarkan perbandingan dengan orang lain, kontak sosial terutama dengan
keluarga dan anak-anak, kesehatan, keadaan material dan kegiatan. Dalam membuat
ketidakbahagiaan dan mengurangi kontak sosial melalui kematian teman dan anggota
keluarga. Keluarga, kegiatan, dan kontak sosial adalah faktor-faktor yang menurut mereka
memberikan kualitas hidup mereka. Berbagai jenis kerugian seperti kesehatan yang buruk
dan keterbatasan fungsional dipandang membuat kualitas hidup semakin buruk. Salah satu
temuan penting dari penelitian ini adalah penilaian kualitas hidup harus mencakup faktor-
praktis terdiri dari 4 domain yaitu aspek kesehatan fisik, aspek kesehatan psikologis, aspek
hubungan sosial, dan aspek kondisi lingkungan. Dikemas kedalam 26 pertanyaan yang
WHOQOL-100 (Lara & Hidajah, 2017). Penelitian Latifah et al. (2013)menyimpulkan terdapat
perbedaan kualitas hidup antara lansia yang aktif dengan yang tidak aktif dalam mengikuti
menyebabkan populasi penduduk mulai menua. Ada indikasi bahwa konsep dan masalah
yang berkaitan dengan kualitas hidup di usia yang lebih tua berbeda dari populasi umum.
Kualitas hidup sering digambarkan dengan objektif dan subyektif. Mayoritas lansia
lansia bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan lansia sehingga dapat
Faktor Pendukung
Faktor Pemungkin
Faktor Kebutuhan
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis diadopsi dari Manihuruk & Nadjib (2018) dan dari Netuveli
& Blane (2008)