Anda di halaman 1dari 3

Tugas Farmakoekonomi Kelompok 8

Tantangan Mencapai Universal Health Coverage

UHC atau Universal Health Coverage adalah suatu sistem jaminan kesehatan yang
memastikan bahwa seluruh masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan secara adil, baik
sebagai bentuk promotif, kuratif, preventif, ataupun rehabilitatif. Tentunya, sistem jaminan
kesehatan ini memiliki tantangan dalam keberjalanan-nya. Secara umum, tantangan dalam
UHC dari segi kepengurusan terletak pada koordinasi antar sektor kepemimpinan, yakni
kesenjangan pada manajerial, administratif, serta terbatasnya supervisi. Adapun tantangan
dalam UHC dari segi sumber daya seperti SDM, tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan
kesehatan publik, teknologi, hingga perbekalan farmasi yang kurang tersebar atau tidak
memadai. Selain itu, tantangan UHC terkait dengan pendanaan dan pemberian pelayanan
kesehatannya, seperti kurangnya dana atau alokasi dana pemerintah yang tidak efisien, skema
asuransi yang kurang efisien, dan kurangnya dukungan dari stakeholders. Untuk itu, sangat
diperlukan regulasi yang tegas dan efektif untuk mengatur seluruh pelayanan kesehatan.
Selain itu, berbagai negara memiliki tantangan yang berbeda satu sama lainnya. Mulai
dari aspek demografi, epidemiologi, kurangnya ekuitas, hingga rendahnya GDP negara.
Kurangnya data yang terintegrasi juga menjadi masalah untuk mengakses informasi pasien di
berbagai negara. Dalam penghantaran sistem kesehatan, terdapat tantangan dari kurangnya
pelayanan yang berkualitas, populasi semakin menua sehingga meningkatkan penyakit tidak
menular dan kronis, peningkatan kebutuhan kesehatan yang tidak terpenuhi, kegagalan
perluasan dan penguatan pelayanan kesehatan, hingga kesalahan dalam diagnosis.
Sebagai negara yang ditargetkan akan menjadi negara maju nantinya, Indonesia
memiliki UHC bernama JKN atau Jaminan Kesehatan Nasional. Sistem ini menggunakan
pembayaran berupa BPJS-K (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial-Kesehatan) dimana ada
premi setiap bulannya yang harus dibayarkan setiap orang yang terdaftar di JKN. Dilihat dari
tahun 2014-2019, sistem ini sudah digunakan oleh 83% populasi masyarakat Indonesia dan
sudah mengurangi out-of-pocket masyarakat Indonesia sebesar 32-47% (The World Bank,
2021). Hal ini masih terbilang rendah dibandingkan negara berkembang lainnya seperti
Thailand. Sebagaimana yang telah disebutkan mengenai tantangan UHC secara global,
Indonesia juga terkendala dalam hal komunikasi, transparansi data, distribusi sumber daya
yang tidak merata, masalah biaya, dan alokasi biaya.
Komunikasi antar stakeholders JKN yakni Kemenkes, BPJS-K, DJSN (Dewan
Jaminan Sosial Nasional), dan Kemenkeu, hal ini mempengaruhi kurangnya informasi yang
baik dan benar mengenai asuransi kesehatan bagi masyarakat Indonesia, padahal JKN ini
juga diperuntukkan untuk mereka. Pemerintahan tidak dapat memanfaatkan sistem informasi
dengan baik juga berpengaruh pada pemanfaatan data masyarakat di dalam sistem ini,
sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi di dalam sistem ini tidak lancar. Kemudian,
distribusi yang tidak merata juga dirasakan utamanya daerah 3T (Tertinggal, Terdepan,
Terluar) di bagian Timur Indonesia karena sulit mengakses fasilitas kesehatan. Adanya
ketimpangan antar provinsi di Indonesia mengenai kesehatan, baik secara fasilitas ataupun
sumber daya manusia dan tenaga kesehatan menandakan bahwa ekuitas di Indonesia masih
rendah. Walaupun, daerah 3T ini memiliki kecenderungan pengeluaran biaya untuk penyakit
kronis yang lebih rendah dibandingkan daerah Barat ataupun Tengah Indonesia, seharusnya
tetap ada pembangunan yang merata.
Dari segi biaya sendiri, BPJS-K ini masih terbilang menciptakan out-of-pocket yang
tinggi dikarenakan premi yang digunakan hanya 1 nominal untuk semua kalangan masyarakat
tanpa melihat kelas perekonomian. Tidak semua masyarakat dapat membayar premi tersebut,
utamanya masyarakat yang memiliki pendapatan menengah atau bekerja di sektor informal
ataupun masyarakat yang memiliki pendapatan tak tentu tiap bulannya. Biaya yang
dialokasikan oleh sistem JKN ini sebenarnya sudah berhasil mendanai banyak pasien rawat
inap utamanya dari kelas ekonomi rendah dengan keberadaan sistem subsidi silang. Namun,
Indonesia yang memiliki kedaruratan merokok juga pola hidup tidak sehat menyebabkan
prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) dan penyakit kronis begitu tinggi, sehingga, biaya
yang dialokasikan untuk penyembuhan kedua penyakit tersebut lebih banyak dibanding biaya
yang dikeluarkan untuk melakukan promosi kesehatan mengenai pola hidup sehat sebagai
pencegahan PTM dan penyakit kronis. Selain itu, pendanaan dari sistem JKN kepada pasien
bayi hingga anak usia 4 tahun masih belum jelas secara pasti perawatan apa saja yang bisa
didanai. Oleh karena itu, semua tantangan yang telah disebutkan baik secara global ataupun
spesifik ada di Indonesia harus segera diatasi supaya sistem UHC secara keseluruhan ataupun
JKN di Indonesia dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2017). Perluasan Cakupan Jaminan Kesehatan universal dengan adanya informalitas
di Indonesia: Tantangan Dan Implikasi kebijakan. Lembaga Penyelidikan Ekonomi
dan Masyarakat - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Indonesia. Diakses pada
16 September 2022 dari
https://www.lpem.org/id/expanding-universal-health-coverage-in-the-presence-of-info
rmality-in-indonesia-challenges-and-policy-implications/
Agustina, R., Dartanto, T., Sitompul, R., et al. (2018). Universal Health Coverage in
Indonesia: Concept, progress, and challenges. The Lancet. Diakses pada 16
September 2022 dari
https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-67361831647-7/fulltext
Darrudi, A., Ketabchi Khoonsari, M. H., Tajvar, M. (2022). Challenges to
achieving universal health coverage throughout the World: A Systematic Review.
Journal of preventive medicine and public health = Yebang Uihakhoe chi. Diakses
pada 16 September 2022, dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC899www5934/
Herawati , Robert Franzone, Adrian Chrisnahutama. (2020). Universal Health Coverage:
Mengukur Capaian Indonesia. Jakarta : Perkumpulan Prakarsa. Diakses pada 16
September 2022 dari
https://repository.theprakarsa.org/media/publications/300817-universal-health-covera
ge-tracking-indon-c38d741a.pdf.
Pratiwi AB, Setiyaningsih H, Kok MO, et al. (2021). Is Indonesia achieving
universal health coverage? Secondary analysis of national data on insurance coverage,
health spending and service availability. doi: 10.1136/bmjopen-2021-050565. Diakses
pada 16 September 2022 dari https://bmjopen.bmj.com/content/11/10/e050565
Rokom. (2021). Pemerintah Upayakan Universal Health Coverage bagi masyarakat
Indonesia. Sehat Negeriku. Diakses pada 16 September 2022 dari
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20201212/0135971/pemerintah-upaya
kan-universal-health-coverage-bagi-masyarakat-indonesia/
World Bank Group. (2021). World Bank approves support to strengthen health
insurance, improve quality of health care in Indonesia ko. World Bank. Diakses pada
16 September 2022 dari
https://www.worldbank.org/en/news/press-release/2021/12/16/world-bank-approves-s
upport-to-strengthen-health-insurance-improve-quality-of-health-care-in-indonesia

Anda mungkin juga menyukai