Anda di halaman 1dari 4

Potret Perkembangan Kepesertaan JKN

Data kependudukan yang akurat sangat diperlukan untuk menjangkau kepesertaan


jaminan kesehatan. Selama ini data kepesertaan jaminan kesehatan belum terintegrasi dan
belum sinkron dengan data kependudukan dan ketenagakerjaan. Akibatnya, sampai saat ini
belum diketahui secara persis jumlah penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan.
Berbagai jenis program jaminan/asuransi kesehatan yang ada diperkirakan telah menjamin
sekitar separuh penduduk Indonesia. Data Kemenkes menunjukkan jumlah penduduk yang
dijamin berbagai program jaminan/asuransi kesehatan tersebut sebesar 151,6 juta jiwa dengan
rincian seperti pada tabel 1. (DJSN, 2012). Namun dalam kenyataannya sampai dengan
tanggal 30 Juni 2014, jumlah Kepesertaan Jaminan Kesehatan yang terdaftar di BPJS
Kesehatan baru sekitar 124,5 juta jiwa.

Pembangunan kesehatan haruslah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif. Dalam


pembangunan nasional 2015-2019 pemerintah ingin membangun kemandirian di bidang ekonomi,
berdaulat di bidang politik dan berkepribadian dalam budaya yang dikenal dengan TRISAKTI. Untuk
mewujudkan TRISAKTI tersebut maka ditetapkan 9 agenda prioritas (NAWACITA), dimana pada
agenda ke-5 dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang salah satunya
program Indonesia Sehat.
Saat ini semua orang sangat berpotensi mengalami risiko sakit berat atau kronis yang
membutuhkan biaya besar sedangkan saat ini masyarakat umumnya selalu berpikiran praktis atau
short signed dan belum ada budaya menabung untuk dapat menanggulangi apabila ada musibah sakit.
Untuk menjawab kondisi tersebut diatas, maka perlu diselenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) melalui mekanisme asuransi yang bersifat sosial.
Demikian pernyataan Menkes RI, Nila F. Moeloek dalam acara Pertemuan Bako Humas
Instansi Pemerintah di Jakarta, (24/10). Acara hari ini dihadiri oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi
Publik Kemenkominfo, Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional, Para Pejabat Eselon 1 dan Eselon 2
Kemenkes, Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan, dan Para Karo,Kapus Komunikasi Kementerian
Lembaga.
JKN merupakan jalan keluar untuk mengatasi risiko yang mungkin terjadi dalam kehidupan
kita. Dan tujuan akhir dari penyelenggaraan JKN adalah terwujudnya pelayanan kesehatan yang
terkendali mutu dan biayanya. Implementasi JKN diselenggarakan di Indonesia berlandaskan Undang
Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang Undang
Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Implementasinya adalah
pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional dimulai pada tahun 2014. Hingga tahun ke-3
pelaksanaan JKN sudah 25.828 Faskes melayani pasien JKN, ujar Menkes.

Hingga saat ini tercatat 169.514.010 juta jiwa atau kurang lebih 66,11% penduduk Indonesia
menjadi peserta JKN. Kementerian Kesehatan melaksanakan Survey Kepuasan terhadap pelaksanaan
JKN pada tahun 2015, yang menunjukkan hasil survei dapat diketahui sebayak 79,85% dari peserta
JKN merasa puas dengan pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP); Demikian pula
indeks Kepuasan peserta JKN terhadap pelayan Fasilitas kesehatan Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL) secara nasional sebesar 78,81; Sedangkan untuk kepuasan Peserta JKN
terhadap BPJS Kesehatan dinilai dengan 79,02.
Selain itu, Menkes mengatakan dalam menjalankan program JKN juga menghadapi tantangan
dimana terjadi transmisi epidemologi dari sebelumnya beban penyakit disebabkan oleh penyakit
menular tetapi pada masa sekarang ini beban penyakit bergeser disebabkan oleh Penyakit Tidak
Menular (PTM). Berdasarkan data WHO untuk beban penyakit global, pada tahun 1990 proporsi
beban penyakit menular sebesar 56% sedangkan beban penyakit tidak menular menyumbang sebesar
37% dari total beban penyakit, maka di tahun 2015 penyakit tidak menular menyumbang sebesar 57%
dari beban penyakit dan penyakit menular menyumbangkan 30% dari total beban penyakit. Hal ini
terjadi akibat perubahan pola hidup masyarakat, pola hidup, kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan
makan yang tidak baik merupakan penyebab hal tersebut.
Data dari BPJS, pelayanan Penyakit katastrofik di era JKN sebesar Rp.16,9 Triliun atau
29,67% dari beban biaya jaminan kesehatan. Penyakit Katastropik yang harus ditangung terdiri dari
:Penyakit Jantung (13%); Gagal Ginjal Kronik (7%); Kanker (5%); Stroke (2%); Thalasemia (1%);
Haemofilia (0,2%); Leukemia (0,3%).
Pemerintah Indonesia terus upayakan capai cakupan kesehatan semesta atau Universal health
Coverage (UHC). Cakupan kesehatan semesta menjamin seluruh masyarakat mempunyai akses untuk
kebutuhan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas dan
efektif. Dalam Sidang WHO Executive Board ke 144 tahun 2019, telah disepakati WHO 13th General
Program of Work untuk dicapai pada tahun 2023 oleh semua negara anggota WHO, termasuk
Indonesia.
Target-target tersebut mencakup: 1) Satu milyar orang mendapatkan manfaat UHC, 2). Satu milyar
orang lebih terlindungi dari kedaruratan kesehatan; dan 3). Satu milyar orang menikmati hidup yang
lebih baik dan sehat.
Upaya-upaya yang telah dilakukan sepanjang satu dasawarsa terakhir dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia, sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, sudah sejalan dengan
upaya-upaya yang dicanangkan dalam Program Kerja WHO. Sekretaris Jenderal, Kemenkes dr. Oscar
Primadi, MPH mengatakan ada tiga outcomes target cakupan kesehatan semesta, yaitu: pertama,
penyempurnaan akses terhadap pelayanan kesehatan esensial (essential health services) yang
berkualitas. Kedua, pengurangan jumlah orang menderita kesulitan keuangan untuk kesehatan.
Ketiga, penyempurnaan akses terhadap obat-obatan, vaksin, diagnostik, dan alat kesehatan essensial
pada pelayanan kesehatan primer (primary health care).
Cakupan kesehatan semesta dinyatakan telah tercapai bila seluruh penduduk sudah memiliki
akses terhadap layanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu, baik upaya promotif, preventif ,
deteksi dini, pengobatan, rehabilitatif dan paliatif tanpa terkendala masalah biaya. Dalam rangka
mewujudkan UHC, pmerintah Indonesia telah menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN/KIS) sejak 1 Januari 2014. Program ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Program JKN/KIS bertujuan untuk memberikan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan finansial.
Perkembangan dari tahun ke tahun cakupan kepesertaan JKN terus mengalami peningkatan.
Total cakupan peserta program JKN/KIS, per 1 Oktober 2020 telah mencapai 223,4 juta jiwa dengan
komposisi kepesertaan JKN adalah 43,3% peserta PBI dan 16% peserta yang dibiayai pemerintah
daerah serta sisanya 40,7% adalah peserta yang membayar iuran JKN. Selama hampir tujuh tahun
pelaksanaan program JKN/KIS, begitu banyak perkembangan keberhasilan serta permasalahan-
permasalahan yang terjadi di lapangan.
Pada tahun 2019 per Januaripenduduk Indonesia yang terdaftar dalam Program Jaminan
Kesehatan Nasional sebanyak 216.152.549 juta jiwa atau sebesar 82% dari jumlah penduduk
Indonesia.Dengan peserta BPJSterbanyak dari Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
(PBI) sebanyak 96.637.268 juta jiwa. Diikuti dengan Pekerja Penerima Upah
(PPUBU).sebanyak 24.008.295 juta jiwa dan terakhir Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU)
sebesar 32.289.326 juta jiwa. Sedangkan data BPS tahun 2019 mencatat bahwa jumlah
penduduk Indonesia dengan status bekerja sebanyak 129.36 juta jiwa (BPJS, 2019; BPS, 2019).
Dengan diselenggarakannya Jaminan Kesehatan Nasioal melalui BPJSmewajibkan masyarakat
Indonesia untuk ikut serta dalam program BPJSKesehatan dalam menjamin hak penduduk
Indonesiauntuk memperoleh hidup yang sehat.Selain mendapatkan hak untuk hidup sehat
masyarakat perlu menjalankan kewajiban sebagai pengguna pelayanan kesehatan.
Masyarakat harus paham layanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
baik dan mengerti proses mendapatkan pelayanan yang optimal untuk kesehatan mereka
dengan ikut serta dalam program BPJSKesehatan. Serta dengan terselenggaranya JKN,
masyarakat dapat menerima pelayanan kesehatan melalui kepesertaan JKN. Dengan
menjadi peserta JKN layanan yang diterima meliputi pemeriksaan kesehatan, perawatan dan
pengobatan yang min BPJSKesehatan(Laili, 2014; Witcahyo, 2016).Penyelenggaraan program
JKN memiliki tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat indonesia dan
pencapaian dalam universal health coveragedengan membantuk masyarakat menerima pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan biaya yang
relatif terjagkau dan memadai. Sehingga masyarakat dapat berobat tanpa hambatan
biaya (Kusumaningrum & Azinar, 2018).
Masih banyak tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam rangka mewujudkan UHC,
antara lain kelengkapan sarana prasarana di fasilitas kesehatan, ketersediaan obat dan alat kesehatan,
pemerataan distribusi SDM Kesehatan, pemanfaatan data dan sistem informasi, kecukupan anggaran,
kenaikan iuran serta regulasi-regulasi yang mendorong perbaikan penyelenggaraan Program JKN.

Referensi:
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. JKN: Perjalanan Menuju Jaminan
Kesehatan Nasional. Cardiovasc Diabetol. 2015;44. Available from:
http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Final_JKN_Perjalanan Menuju Jaminan
Kesehatan Nasional -

Tukiyo, Intan Wahyuni, et al. "GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN


MEMBAYAR KEPESERTAAN JKN DI DESA PANGGUNGHARJO, YOGYAKARTA."
Husada Mahakam: Jurnal Kesehatan 10.2 (2020): 178-185.

https://www.kemkes.go.id/article/print/16102600001/-perkembangan-dan-tantangan-implementasi-
jkn.html

https://www.kemkes.go.id/article/view/20121300001/pemerintah-upayakan-universal-health-
coverage-bagi-masyarakat-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai