Anda di halaman 1dari 7

Peran Pengetahuan Asuransi Kesehatan Dalam Ketidakseimbangan Permintaan dan

Penawaran Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Indonesia

Oleh:
1) Fazha Maulana Razak
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Email: fazha.maulana@ui.ac.id
2) Muhammad Keanoubie
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Email: muhammad.keanoubie@ui.ac.id
3) Naufal Fadhlurrahman Buntoro
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Email: Naufal.Fadhlurrahman61@ui.ac.id
4) Priandi Imaduddin Sudarma
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Email: priandi.imaduddin61@ui.ac.id
5) Dewi Hanggraeni
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Email: dewi_hanggraeni@yahoo.com

ABSTRACT
This study analyzes the role of health insurance knowledge in contrast to the imbalance
of health services’ demand and supply for the lower middle class in Indonesia. This research
uses a qualitative approach using the case study method and secondary data from relatable
sources. The results of this study showed that difference in insurance knowledge between
lower-middle class and upper-middle class in Indonesia has a role to the imbalance of access
to health services.

KEYWORDS
Indonesia, Insurance knowledge, Insurance, Supply, Demand
PENDAHULUAN waktu (Johar et al., 2018). Pada 2019, JKN
telah mencapai 81,8 persen dari total
Salah satu tujuan paket sistem penduduk Indonesia yang sekitar 265 juta
pelayanan kesehatan di Indonesia adalah jiwa.
kesetaraan akses layanan. Namun, banyak Kecenderungan untuk
penelitian di berbagai negara menemukan menggunakan layanan kesehatan oleh
bahwa sementara kebutuhan pelayanan meningkatnya jumlah individu yang
kesehatan terkonsentrasi di antara diasuransikan semakin tinggi dan posisi
masyarakat miskin yang tergantung pada ekonomi rumah tangga memiliki pengaruh
kebutuhan, akses ke pelayanan kesehatan yang lebih lemah terhadap akses ke
terkonsentrasi di antara masyarakat kaya pelayanan pada era JKN. Namun, tidak ada
(Saito et al., 2016). Selain itu, jika semua bukti bahwa distribusi infrastruktur
hambatan keuangan untuk mengakses kesehatan lebih berpihak pada penduduk
layanan kesehatan dihilangkan, akses ke miskin pasca JKN. Dibandingkan dengan
pelayanan kesehatan mungkin masih tidak daerah perkotaan, daerah pedesaan melihat
memenuhi syarat karena faktor lain, seperti pengurangan yang lebih kecil dalam
kurangnya pengetahuan dan kesadaran kesenjangan akses. Hal ini menunjukkan
asuransi kesehatan. bahwa program pedesaan tertentu mungkin
Program asuransi kesehatan diperlukan untuk memastikan akses ke
nasional, Jaminan Kesehatan Nasional pelayanan oleh orang miskin di daerah.
(JKN) menjadi alat untuk memeriksa Tujuan dari penelitian ini adalah
apakah program perluasan sisi permintaan untuk mengetahui dengan mendalam
nasional telah mengurangi ketidaksetaraan mengenai peran pengetahuan dan
dalam akses pelayanan kesehatan. JKN kesadaran asuransi kesehatan dalam
menciptakan sistem kesehatan terintegrasi ketidakseimbangan permintaan dan
dengan tujuan untuk menyediakan penawaran pelayanan kesehatan pada
pelayanan kesehatan dasar yang sama dan masyarakat menengah ke bawah di
komprehensif untuk semua orang Indonesia. Hasilnya akan memberikan
Indonesia. Ini berarti menghilangkan masukan yang berharga bagi pembuat
hambatan untuk mengakses pelayanan kebijakan kesehatan mengenai faktor yang
kesehatan karena kendala keuangan dan secara efektif dapat mempersempit
mengurangi insiden pengeluaran medis kesenjangan dalam akses ke pelayanan
yang sangat tinggi pada total anggaran kesehatan. Struktur penyajian hasil
rumah tangga, yang dapat mengarah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
pemiskinan. JKN tidak hanya berlaku untuk pendahuluan, (2) metodologi, (3) analisis
fasilitas kesehatan umum, tetapi juga dan (4) kesimpulan.
fasilitas kesehatan swasta yang
berpartisipasi, yang jumlahnya semakin BAHAN DAN METODE
bertambah.
Pada periode pasca JKN, Penelitian ini adalah penelitian
kesenjangan akses lebih kecil, terutama yang bersifat kualitatif. Penelitian yang
untuk rawat jalan di klinik swasta, yang digunakan yaitu penelitian kualitatif
konsisten dengan fakta bahwa JKN deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif
memperluas akses ke sektor swasta. adalah penelitian dengan pendekatan studi
Penelitian sebelumnya menegaskan bahwa kasus (case study). Menurut Nawawi
pengurangan yang diamati dalam (2003), data studi kasus dapat dikumpulkan
kesenjangan akses didorong oleh dari berbagai sumber. Adapun data yang
perubahan nyata dalam kegiatan pencarian kami gunakan dalam penelitian ini
kesehatan individu, dan bukan hanya merupakan data sekunder yang berasal dari
karena pertumbuhan akses dari waktu ke berbagai sumber, seperti laman berita,
artikel, dan jurnal-jurnal penelitian JKN yang seharusnya dapat dieksekusi
terdahulu. lebih komprehensif. Defisit yang dialami
BPJS Kesehatan dinilai semakin besar
PEMBAHASAN setiap tahunnya. Menurut Nggao (2018),
JKN tidak hanya mengalami defisit dalam
Kebutuhan Pelayanan Kesehatan hal finansial, tetapi juga defisit dalam hal
Jenis pelayanan kesehatan sebelum pemahaman.
dan sesudah masa JKN dapat dijelaskan Berdasarkan Undang-Undang
melalui banyak faktor seperti health needs, No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
age dan marital status. Pelayanan Sosial Nasional, JKN diatur dengan model
kesehatan seharusnya disediakan dan asuransi sosial. Pemaknaan sosial dari
tersedia bagi seluruh kelompok pendanaan JKN ini adalah berasal dari
masyarakat, tidak hanya segelintir biaya dan sifat wajib yang dibayarkan
kelompok saja, khususnya untuk masyarakat. Apabila masyarakat tidak
masyarakat dengan kemampuan ekonomi membayar iuran wajib tersebut, mereka
menengah ke bawah. Menurut Johar, tidak dapat merasakan layanan JKN.
Soewondo, Pujisubekti, Satrio, & Adji Bantuan yang bisa diterima pemerintah
(2018), ketidakseimbangan dalam akses adalah kontribusi kepada masyarakat
pelayanan kesehatan tidak dirasakan oleh menengah ke bawah yang disebut Penerima
masyarakat dengan kemampuan ekonomi Bantuan Kontribusi (PBI).
menengah ke atas. Hal ini juga disebabkan Mekanisme pembayaran untuk JKN
pada kondisi kesehatan tertentu. ini masih relatif baru dan dalam proses
Masyarakat menengah ke atas untuk diimplementasikan ke masyarakat
mengakses layanan kesehatan tertentu dan Indonesia. Dengan model bantuan sosial,
fasilitas yang lebih formal daripada pemerintah berharap masyarakat dapat
masyarakat menengah ke bawah. lebih akrab dengan metode pendanaan dan
Sedangkan kebutuhan serta akses penerimaan fasilitas yang dapat diberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat kepada masyarakat. Penerapan konsep
menengah ke bawah memang cenderung bantuan sosial sudah sangat melekat dalam
lebih sedikit. Untuk pasien rawat jalan yang benak masyarakat Indonesia. Dengan JKN,
berasal dari kelompok masyarakat pemerintah berharap dapat
menengah ke bawah sering ditemukan mengimplementasikan model ini dengan
mencari pelayanan kesehatan secara bantuan sosial dari masyarakat langsung.
terbatas ke puskesmas. Menurut Johar, JKN diterapkan dalam kondisi pengetahuan
Soewondo, Pujisubekti, Satrio, & Adji asuransi masyarakat yang masih rendah.
(2018), salah satu hal yang menjadi Berdasarkan catatan Otoritas Jasa
penyebab terbatasnya akses pelayanan Keuangan (OJK) pada 2017, indeks
kesehatan bagi kelompok masyarakat pengetahuan asuransi di Indonesia baru
menengah ke bawah, selain perihal mencapai 15,76%. Skor ini menunjukkan
finansial, adalah terbatasnya informasi betapa rendahnya pemahaman masyarakat
untuk dapat mengakses layanan kesehatan tentang model pembiayaan melalui
dan khususnya asuransi kesehatan. asuransi, termasuk untuk kesehatan.
Pemahaman masyarakat yang
Pengetahuan Masyarakat terkait
kurang baik terkait pengetahuan aturan
Asuransi Kesehatan
asuransi di Indonesia terbukti berdampak
Program Jaminan Kesehatan
langsung terhadap rendahnya partisipasi
Nasional (JKN) di Indonesia, BPJS
masyarakat dalam JKN. Banyak kalangan
Kesehatan, sudah mengalami defisit dari
masyarakat yang Dengan tingginya tingkat
tahun ke tahun sejak 2014. Defisit ini
kasus terkait masyarakat yang
berasal dari total seluruh rangkaian masalah
mendaftarkan diri karena ingin
yang menjadi bayangan dari implementasi
mendapatkan layanan kesehatan, hal ini 3.206 unit, klinik rawat inap 497 unit, dan
tidak berbanding lurus dengan tingkat rumah sakit 2.159 unit.
pelayanan yang diterima setelah selesai Permasalahan utama akses ke
pelayanan sehingga kemudian kontribusi layanan kesehatan saat ini antara lain
diabaikan. Pada akhirnya, masyarakat adalah masih tingginya disparitas status
menunggak pembayaran kontribusi. kesehatan antartingkat sosial ekonomi,
Hingga bulan April 2018, setidaknya antarkawasan, dan antara perkotaan dengan
terdapat 12 juta peserta JKN yang pedesaan. Secara umum status kesehatan
menunggak pembayaran biaya. Hal ini penduduk dengan tingkat sosial ekonomi
terlihat dalam angka kolektibilitas tinggi, di kawasan barat Indonesia, dan di
kontribusi peserta JKN. Meskipun secara kawasan perkotaan, cenderung lebih baik.
keseluruhan tingkat kolektibilitas hingga Sebaliknya, status kesehatan penduduk
Juni 2018, relatif tinggi, mencapai 99%, dengan sosial ekonomi rendah, di kawasan
kolektibilitas kontribusi pekerja non-upah timur Indonesia dan di daerah pedesaan
(PBPU) atau peserta segmen wiraswasta masih tertinggal.
masih 54%. Kendala biaya menjadi
Selain peningkatan pelayanan dan permasalahan yang cukup serius, terutama
pola layanan terhadap keluhan masyarakat, bagi penduduk miskin karena selama ini
tugas yang selanjutnya menjadi tanggung sebagian besar pembiayaan kesehatan
jawab pemerintah adalah mengubah pola bersumber dari penghasilan penduduk
pikir masyarakat dari model bantuan sosial sendiri. Penduduk harus menanggung biaya
ke asuransi sosial. Masyarakat memiliki yang besar untuk mendapatkan pelayanan
kekuatan untuk menu menuntut layanan kesehatan. Hal ini tentu amat memberatkan
yang lebih baik dengan alasan telah bagi penduduk miskin karena mereka harus
membayar biaya kontribusi. Keseimbangan mengeluarkan biaya yang besar untuk
antara hak atas layanan dan kewajiban memperoleh akses pelayanan kesehatan
untuk membayar kontribusi ini harus yang layak.
dijaga. Latar belakang keberadaan pasien
ketika mengambil tindakan hukum saat Akses ke Pelayanan Kesehatan
mereka mendapatkan pelayanan yang baik Akses ke pelayanan rawat jalan di
juga perlu dipertimbangkan. Pemerintah fasilitas publik, terutama puskesmas, lebih
sebagai perwakilan negara dan BPJS berpihak pada masyarakat menengah ke
Kesehatan sebagai penyelenggara harus bawah, sementara akses ke sebagian besar
menyadari permintaan ini sebagai jenis pelayanan kesehatan lainnya berpihak
konsekuensi dari implementasi JKN pada masyarakat menengah ke atas. Akses
dengan model asuransi. ke pelayanan di rumah sakit umum hampir
sudah umum dan berada di tingkat nasional.
Sumber Perubahan Ketidakseimbangan Distribusi pembangunan desa, infrastruktur
Menurut (BPJS Kesehatan, 2018), kesehatan yang tidak merata, dan asuransi
Pelayanan kesehatan di Indonesia semakin kesehatan yang ditargetkan untuk
meningkat setiap tahunnya, tercatat masyarakat menengah ke bawah memiliki
sebanyak 221.580.743 jiwa pada 19 Mei kontribusi yang berbeda terhadap
2019 yang mengindikasikan bahwa jumlah ketimpangan dalam akses ke pelayanan
peserta BPJS Kesehatan telah mencapai tergantung pada jenis pelayanan.
83,61 persen dari total penduduk Indonesia Gambar 1 menunjukkan akses ke
yang sekitar 265 juta jiwa. Kemudian, berbagai jenis pelayanan kesehatan oleh
jumlah fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan wealth quintiles. Dapat dilihat bahwa akses
hingga Mei tahun ini telah mencapai ke pelayanan rawat jalan di fasilitas primer
27.140. Angka tersebut antara lain terdiri publik (O: PubPrim), terutama pusat
dari Puskesmas 6.666 unit, Puskesmas+TT kesehatan atau puskesmas menurun dalam
whealth whilst sebaliknya berlaku untuk tahun di tingkat rumah tangga,
pelayanan rawat jalan di fasilitas primer menggunakan bobot frekuensi populasi,
swasta (O: PrivPrim), terutama dokter sebelum mengumpulkan data selama enam
klinik. Pelayanan rawat jalan di fasilitas tahun. ‘O’ dan ‘I den secara berurutan
sekunder (rumah sakit) juga menunjukkan menunjukkan rawat jalan dan rawat inap.
korelasi positif yang kuat dengan wealth, Menurut Johar, Soewondo,
terutama di rumah sakit swasta (O: Pujisubekti, Satrio, & Adji (2018), akses
PrivSec). Untuk pelayanan rawat inap, diukur dengan pemanfaatan layanan
rawat inap di rumah sakit swasta (I: Priv) kesehatan. Akses ke layanan rawat jalan di
menunjukkan korelasi positif yang sangat fasilitas primer publik, terutama
kuat dengan wealth, sementara rawat inap puskesmas, berpihak pada masyarakat
di rumah sakit umum (I: Pub) relatif sama kelas menengah ke bawah, sementara akses
tersebar di seluruh wealth quintiles. ke sebagian besar jenis layanan kesehatan
lainnya berpihak pada masyarakat kelas
menengah ke atas. Akses ke pelayanan
rawat inap di rumah sakit umum hampir
universal di tingkat nasional, tetapi hal ini
menutupi variasi yang signifikan sesuai
dengan letak geografis. Pelayanan rawat
inap di rumah sakit umum di daerah
perkotaan pro-miskin dan pro-kaya di
daerah pedesaan. Akses menengah ke atas
didorong oleh faktor sosial-ekonomi
masyarakat menengah ke atas, terutama
status ekonomi rumah tangga, faktor
geografis dan asuransi kesehatan sosial
yang tidak ditargetkan.
Menangkal faktor-faktor ini adalah
kebutuhan pelayanan kesehatan yang
berpihak pada masyarakat miskin.
Distribusi yang tidak merata dari
pembangunan desa, infrastruktur
kesehatan, dan asuransi kesehatan yang
Gambar 1. Akses Layanan Kesehatan ditargetkan untuk penduduk miskin
Melalui Wealth Quintiles. memiliki kontribusi yang berbeda terhadap
Plot sumbu y merupakan tingkat ketimpangan dalam akses ke pelayanan
akses ke berbagai jenis pelayanan tergantung pada jenis pelayanan.
kesehatan dari SUSENAS 2011-2016 yang Pembangunan desa memiliki kontribusi
dikumpulkan, diberikan pembobotan pro-kaya dalam akses ke layanan
frekuensi populasi. Ukuran sampel puskesmas, sementara infrastruktur
keseluruhan adalah 6.638.126. Setiap kesehatan memiliki kontribusi pro-kaya
variabel akses adalah variabel biner. untuk pelayanan rawat inap, terutama di
‘PubPrim’ dan ‘PrivPrim’ menunjukkan daerah pedesaan. Di sisi lain, asuransi
fasilitas pelayanan primer publik kesehatan yang ditargetkan untuk
(puskesmas) dan fasilitas pelayanan primer masyarakat miskin memiliki kontribusi
swasta (klinik dokter). ‘PubSec’ dan Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang
‘PrivSec’ masing-masing menunjukkan membantu masyarakat miskin dalam akses
fasilitas pelayanan publik dan fasilitas pelayanan kesehatan di fasilitas umum.
pelayanan sekunder swasta (rumah sakit). Gambar 2 mengilustrasikan sumber
Wealth quintiles dihitung berdasarkan kesenjangan di desa dan di kota sebelum
dan sesudah JKN. Penelitian sebelumnya
menemukan bahwa variabel asuransi
kesehatan memiliki peran yang lebih besar
di kota dibanding di desa. Pada penelitian
sebelumnya juga menyimpulkan bahwa
akses menengah ke atas di desa disebabkan
oleh faktor sosial-ekonomi menengah ke
atas yang kuat yang melebihi kebutuhan
kesehatan masyarakat menengah ke bawah
dan distribusi PBI.

Gambar 2. Kontribusi berbagai faktor


penentu untuk mengakses kesenjangan
sebelum dan sesudah JKN oleh
keterpencilan.

SIMPULAN
Pengetahuan asuransi kesehatan di
masyarakat kelas bawah dapat mengukur
pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan
melihat beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah perbandingan
pengetahuan dan ketidakseimbangan akses
pelayanan kesehatan antara masyarakat
menengah ke bawah dan menengah ke atas.
Akses ke pelayanan di fasilitas primer
publik, terutama puskesmas, cenderung
berpihak pada masyarakat menengah
kebawah. Sementara akses ke sebagian
besar jenis pelayanan kesehatan lainnya,
berpihak pada masyarakat menengah ke
atas.
Pengenalan JKN pada tahun 2014
memperluas cakupan asuransi kesehatan
nasional. Pengenalan ini juga mengundang
partisipasi penyedia layanan kesehatan
termasuk sektor swasta. Pada era JKN,
akses ke sebagian besar layanan kesehatan
masih mengelompokkan kepada
masyarakat menengah keatas saja. 7062/tingkat-pemahaman-klaim-asuransi-
Sementara itu, mereka yang termasuk masih-minim.
masyarakat menengah kebawah belum
memiliki pengetahuan asuransi kesehatan Saito et al., 2016. E. Saito, S.
dan menurun dari sebelumnya. Gilmour, D. Yoneoka, G.S. Gautam, M.M.
Hasil implikasi penelitian ini Rahman, P.K. Shrestha, K. Shibuya.
menemukan bahwa untuk menolak faktor Inequality and inequity in healthcare
ini, kebutuhan pelayanan kesehatan yang utilization in urban Nepal: a cross-
berpihak pada masyarakat miskin sectional observational study. Health Pol.
diseimbangkan dengan pengetahuan Plann., 31 (7) (2016), pp. 817-824
meluas mengenai asuransi kesehatan yang
ditargetkan untuk penduduk miskin.
pengetahuan asuransi keuangan memiliki
kontribusi terhadap ketimpangan dalam
akses ke pelayanan tergantung pada jenis
pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2018, June 9). Penduduk
Indonesia Masih Enggan Berasuransi.
Retrieved from
https://katadata.co.id/infografik/2018/06/0
9/penduduk-indonesia-masih-enggan-
berasuransi.
Johar et al., 2018. M. Johar, P.
Soewondo, R. Pujisubekti, H. Kuntara, A.
Adji. Inequality in access to health care,
health insurance and the role of supply
factors. Journal of Social Science &
Medicine (213), 134-145.
Johar et al., 2018. M. Johar, P.
Soewondo, R. Pujisubekti, H. Kuntara, A.
Adji. In data we trust? an analysis of
Indonesian socio-economic survey data.
Bulletin Indones. Econ. Stud. (2018)
Karistiawan. (n.d.). Retrieved from
https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/jumlahPeserta.
OJK. (2017). Strategi Nasional
Literasi Keuangan Indonesia (Revisit
2017). Otoritas Jasa Keuangan, 1–99.
Rahma, A. (2019, March 27).
Tingkat Pemahaman Klaim Asuransi
Masih Minim. Retrieved from
https://www.liputan6.com/bisnis/read/392

Anda mungkin juga menyukai