Anda di halaman 1dari 5

UTS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Nama : Kartini

NPM : 2307210031

Tema : Poor Health Systems Financing

Judul :” Pembiayaan Kesehatan Yang Buruk : Akankah Menjadi Tantangan


Bagi Indonesia?”

Pembiayaan kesehatan menurut WHO adalah suatu fungsi dari sistem


kesehatan yang berkaitan dengan mobilisasi,akumulasi dan alokasi keuangan
yang digunakan untuk menutupi kebutuhan kesehatan masyarakat, baik secara
individu dan kolektif dalam sistem kesehatan. Di Indonesia APBN (Anggran
Pendapatan Belanja Negara) Kementerian Kesehatan tahun 2023 mencapai Rp
85,5 triliun dari Rp. 178,7 Triliun total anggaran kesehatan, atau sebesar 47,8%.
Di dalamnya termasuk anggaran untuk pembayaran iuran JKN bagi 96,8 juta jiwa
peserta PBI sebesar Rp 46,5 triliun (Kemenkes, 2023). Dalam Pembukaan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di paparkan
bahwa tujuan Negara ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
tujuan dipertegasnya yaitu untuk mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat.

Berdasakan UU No.17 Tahun 2022 tentang kesehatan diatur bagaimana


meningkatkan efisiensi pembiayaan kesehatan. Dari diskusi yang dilakukan
badan kebijakan pembangunan kesehatan kementerian kesehatan membahas
terkait pembagunan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dengan rancangan
peraturan pemerintah, tujuannya adalah untuk menindaklanjuti arahan Menteri
Kesehatan, pembahasan bersama pakar khususnya bidang Pendanaan Kesehatan
dan Teknologi Kesehatan terhadap konsep dan muatan yang akan diatur dalam
Peraturan Pemerintah untuk mendapatkan dan meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Dalam sistem kesehatan nasional, pembiayaan kesehatan adalah
pengaturan sumber daya keuangan yang mengatur pengambilan, pengalokasian,
dan pengeluaran biaya kesehatan dengan prinsip efisiensi, efektivitas, ekonomi,
keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan (Trisnantoro, 2021).
Pembiayaan yang dialokasikan untuk kesehatan dikatakan baik apabila
pemberian pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Listiya, 2022)
jumlahnya cukup dan dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak terjadi
pembengkakan biaya yang berlebihan (Agustina, 2020).

Jaminan Kesehatan berlaku bagi setiap individu (warga negara)


semestinya menjadi kewajiban dari negara untuk memenuhinya tanpa
membedakan warga negara yang satu dengan yang lainnya. Dalam
melaksanakan program jaminan kesehatan nasional konsep yang dipergunakan
adalah asuransi kesehatan sosial yang mencakup seluruh masyarakat, yang
dalam hal ini seluruh rakyat Indonesia bersifat wajib menjadi peserta
dalam program ini (Deysi et.al, 2020).

Penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional diselenggarakan secara


nasional berdasarkan asas jaminan sosial dan kesetaraan, dimana jaminan
kesehatan harus dapat memberikan perlindungan, manfaat, dan akses yang
sama kepada pelayanan kesehatan bagi seluruh warga negara Indonesia. Selain
itu, penyelenggara JKN harus mampu menghubungkan dan menggerakkan
berbagai subsistem yang ada. JKN harus mampu memberikan pelayanan yang
komprehensif dan memberikan pembiayaan kesehatan berbasis pemerataan
untuk menciptakan dukungan lintas tanggung jawab antara penduduk dan
daerah. Berdasarkan permasalahan yang tertera dan sesuai dengan urgensinya,
literature review ini dibuat guna menganalisis bentuk dan hasil evaluasi
kebijakan pembiayaan kesehatan Bagi masyarakat miskin pada program JKN
dari berbagai wilayah di Indonesia (Salsabila et.al, 2023).
Sumber Gambar (Kemenkes,2014)

Berdasarkan gambar alur dana JKN dana BPJS kesehatan diperoleh


melalui iuran non PBI pekerjaan dan pemberian kerja, selain itu dana diperoleh
dari iuran anggaran pendapatan belanja negara selanjutnya diperuntukkan untuk
memperoleh biaya pelayanan kesehatan, biaya operasional, dan biaya
cadangan ,pembayaran kepada fasilitas kesehatan primer dan pembayaran
kepada fasilitas kesehatan lanjutan, ouput hasil akhir yang akan diperoleh adalah
jasa pelayanan dalam jasa medic dan lain-lain, jasa sarana dan alat kesehatan,
dan untuk biaya operasional lainnya.

Tantangan yang dirasakan Indonesia pada saat ini adalah terkait sistem
pembiyaan kesehatan yang meningakat sebagaimana di tahun 2021 dinyatakan
bahwa belanja kesehatan primer sebesar 252,4 triliun rupiah atau sekitar 37,2
persen dari total belanja kesehatan, dimana layanan kesehatan primer per kapita
sebesar Rp 912 ribu, meningkat sekitar Rp 154 ribu dibanding tahun sebelumnya
(kemenkes, 2023).

Persentase layanan kesehahatan terhadap PDB terjadi pada tahun


2021 ,bentuk layanan yang dilakukan yaitu layanan di Indonesia sekitar 1,49
persen, meningkat sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Meski begitu,
menurutnya belanja kesehatan Indonesia masih rendah dibanding negara
lainnya. meski pengeluaran kesehatan Indonesia relatif lebih rendah dibanding
negara lain, namun pembiayaan publik untuk kesehatan justru terus tumbuh,
bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan PDB Indonesia. hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi keberlangsungan pembiayaan kesehatan ke depan. Sebab,
pembiayaan kesehatan Indonesia di masa depan diperkirakan akan
membengkak, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar serta
peningkatan penduduk usia lanjut. Alternatif yang dilakukan sebagai bentuk
upaya adalah dengan penggalian sumber pembiayaan melalui APBN dengan
mekanisme yang diubah ataupun ukurannya yang diperbesar dari swasta dan
masyarakat. Upaya lain yang harus dilakukan dalam mewujudkan pembiayaan
kesehatan jangka menengah dan panjang yaitu dnrgan melindungi pembiayaan
yang sustainable dengan meningkatkan pembiayaan publil dan pembiayaan nin
publik serta melakukan peningkatan efisiensi dan efektivitas pembiayaan publik
(kemenkes, 2023).

Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembiayaan di


Indonesia dengan melakukan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Primer
dengan mengutamakan pelayanan kesehatan primer dapat membantu
mencegah penyakit dan mengurangi kebutuhan perawatan rumah sakit yang
mahal. Ini juga dapat membantu dalam mendeteksi dini dan mengelola penyakit.

Referensi :

Agustina (2020) “Analisis Kebijakan Pelayanan Kesehatan.”.”

Deysi et.al (2020) “Aksesibilitas Pembiayaan Kesehatan Dalam Program Jaminan


Kesehatan Nasional,” Lex Et Societatis, 8(4), hal. 104–114. Tersedia pada:
https://doi.org/10.35796/les.v8i4.30915.

kemenkes (2023) “Integrasi Layanan Primer Wujudkan Pembiayaan Kesehatan


Berkelanjutan.” Tersedia pada:
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/integrasi-layanan-primer-
wujudkan-pembiayaan-kesehatan-berkelanjutan.

Kemenkes (2023) “Anggaran Kesehatan 2023 Fokus Tingkatkan Kualitas Layanan


Kesehatan.” Tersedia pada: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20221201/2041903/anggaran-kesehatan-2023-fokus-tingkatkan-
kualitas-layanan-kesehatan/.

Listiya (2022) “Prinsip Keadilan Dalam Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat


Miskin Dan Berpenghasilan Rendah.”

Salsabila et.al (2023) “Evaluasi Kebijakan Pembiayaan Kesehatan Bagi


Masyarakat Miskin Pada Program JKN,” Usada Nusantara: Jurnal Kesehatan
Tradisional, 1(2), hal. 51–64. Tersedia pada:
http://e-journal.nalanda.ac.id/index.php/usd/article/view/245.

Trisnantoro (2021) “Kebijakan Pembiayaan Dan Fragmentasi Sistem Kesehatan.,”


2021 [Preprint].

Anda mungkin juga menyukai