Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KEBIJAKAN INTEGRASI JAMINAN KRAMA

BADUNG SEHAT TEHADAP PELAYANAN KESEHATAN


DI KABUPATEN BADUNG
Ida bagus Anggapurana Pidada
ajuzt.angga@gmail.com
Universitas Mahendradatta Denpasar

ABSTRACT
Health is a right for all Indonesian citizens. Therefore, as a government
effort to maintain and improve public health status, the government created a
health insurance program. Krama Badung Sehat (KBS) is an effort made by the
Regional Government of Badung Regency (Badung Regency Government) in the
health sector in the form of guaranteed health services provided to all residents of
Badung Regency. The Krama Badung Sehat health insurance program (KBS) has
23 additional benefits compared to the JKN-KIS program. However, there are
still obstacles, one of which is the distribution of Healthy Badung Cards. Another
inhibiting factor arises because of the lack of good socialization to the public.
Meanwhile, the manager of KBS revealed that the issues of transparency and
accountability are very vulnerable to occur due to the lack of management and
education personnel that are not in accordance with the authority to manage a
health insurance.
Keywords : Badung,Health,Services.
ABSTRAK
Kesehatan merupakan hak bagi seluruh warga negara Indonesia. Faktor yang
menjadi penyebab utama dalam permasalahan kesehatan yaitu ketimpangan dalam
pemberian pelayanan kesehatan. Oleh karena itu sebagai upaya pemerintah untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah
menciptakan program jaminan kesehatan. Krama Badung Sehat (KBS) adalah
upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Badung (Pemerintah
Kabupaten Badung) dalam bidang kesehatan berupa jaminan pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada seluruh penduduk Kabupaten Badung. Program jaminan
kesehatan Krama Badung Sehat (KBS) memiliki 23 manfaat tambahan
dibandingkan program JKN-KIS. Akan tetapi masih terdapat kendala salah
satunya pada pendistribusian Kartu Badung Sehat. Faktor penghambat lainnya
muncul karena kurang baiknya sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat.
Sementara dari sisi pengelola KBS mengungkapkan bahwa isu transparansi dan
akuntabilitas sangat rentan terjadi karena kurangnya tenaga pengelola dan
pendidikan yang tidak sesuai dengan kewenangan mengelola sebuah jaminan
kesehatan.
Kata Kunci : Badung, Kesehatan, Pelayanan

A. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak bagi seluruh warga negara Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan bahwa
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan oleh pelayanan kesehatan. Hal ini membutuhkan campur tangan
pelayanan kesehatan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang sesuai
dengan cita-cita bangsa dengan pelayanan yang efektif, efisien dan terarah.
Diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya
pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat, dengan mengutamakan
pada pelayanan kesehatan bagi masyarakat1. Sistem Kesehatan Nasional atau SKN
bertujuan sebagai pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Pelayanan kesehatan sebagai salah satu faktor tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi masyarakat.2
Kesehatan merupakan bagian dari ukuran dasar kesejahteraan manusia.
Berdasarkan pasal 28 H dan 34 ayat 2, negara dengan tegas memberikan jaminan
bahwa rakyat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan
bermartabat. Tingginya biaya pelayanan kesehatan dan angka kemiskinan,
membuat pelayanan kesehatan tidak banyak dapat dijangkau oleh masyarakat
miskin. Serta masih banyaknya masyarakat miskin yang harus menanggung biaya
kesehatan secara mandiri. Faktor penyebabnya yaitu mahalnya biaya pengobatan
dan terbatasnya biaya jaminan kesehatan.
Faktor yang menjadi penyebab utama dalam permasalahan kesehatan
yaitu ketimpangan dalam pemberian pelayanan kesehatan.3 Ketimpangan terjadi
antara masyarakat menengah keatas yang dengan mudah mendapatkan akses
pelayanan kesehatan yang baik, sedangkan masyarakat menegah bawah masih
belum bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Oleh karena itu,
terciptanya program jaminan kesehatan merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2011 pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 24
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang bertujuan untuk
memenuhi hak masyarakat yang sesuai dengan konsititusi dan undang-undang.
Pada tahun 2013, BPJS kesehatan dan pemerintah Indonesia meluncurkan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menjadi salah satu program unggulan
pemerintah Indonesia. Setelah program JKN diluncurkan, program tersebut dirasa
berjalan belum maksimal. Sehingga pemerintah Indonesia mulai melakukan
pembenahan dengan cara menciptakan inovasi program kesehatan yaitu Kartu
Indonesia Sehat (KIS). Dalam pelaksanaan program KIS, pemerintah Indonesia
mulai dihadapkan dengan masalah, sehingga menyebabkan pelaksanaan program
KIS menjadi tidak merata.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Pusat mencatat,
201.660.548 jiwa penduduk Indonesia telah menjadi peserta layanan Jaminan

1
Candra, Yoga. 2010. Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi Ke-2. UI Press. Hal 58
2
Firdaus, FF. 2015. Evaluasi Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan
Peserta BPJS di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Tesis. Program Studi Manajemen
Rumah Sakit Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hal 2
3
Tarini, Ketut Bella, dkk. 2019. Implementasi Kebijakan Program Jaminan Kesehatan
Krama Badung Sehat (KBS) Di Kabupaten Badung. Jurnal. Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Udayana. Hal 1
Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) hingga 1 September 2018.
Jumlah ini mencapai 77% dari total seluruh penduduk Indonesia yang mencapai
261 juta jiwa. Dari 77% ini, Pemerintah dan BPJS Kesehatan masih memiliki
tugas untuk menggaet 33% atau sekitar 60 juta jiwa penduduk lagi untuk menjadi
peserta layanan JKN-KIS pada tahun 2019, sesuai dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN). JKN-KIS dinilai mampu menghindarkan
masyarakat dari resiko jatuh miskin akibat membayar biaya pelayanan kesehatan
penyakit katastropik akibat penyakit berbiaya mahal. Berdasarkan hasil penelitian
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB UI tahun 2017, pada tahun
2016 program JKN-KIS telah menyelamatkan 1,16 juta orang dari kemiskinan 4
Sedangkan keterbatasan pemerintah pusat yaitu dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang adil kepada masyarakat. Sehingga beberapa
pemerintahan daerah membuat kebijakan kesehatan lokal bagi masyarakatnya. di
Sampai 16 Agustus 2017 tercatat masyarakat yang mengikuti program jaminan
kesehatan nasional di wilayah Bali baru mencapai 67% sementara Denpasar baru
mencapai 78%.5 Hal ini mencerinkan bahwa tidak semua masyarakat di Bali telah
mendapatkan pelayanan jamunan kesehatan. Untuk meminimalisir permasalahan
tersebut, Pemerintah Kabupaten Badung memberikan solusi kepada masyarakat
yang belum memiliki jaminan kesehatan untuk mendapatkan akses kesehatan
ayang baik melalui inovasi program jaminan Kesehatan Krama Badung Sehat
(KBS).
Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Bupati Badung Nomor 6
Tahun 2018 tentang Perubahan Perbup Nomor 73 Tahun 2016 tentang program
KBS, pemerintah Kabupaten Badung menciptakan Krama Badung Sehat
bertujuan untuk mengelola sendiri serta menjamin kesehatan masyarakat Badung
secara mandiri yang bersinergi langsung dengan program JKN-KIS (Kartu
Indonesia Sehat). Pemerintah Daerah Kabupaten Badung (Pemerintah Kabupaten
Badung) berupaya menjamin pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seluruh
masyarakat Badung dengan membuat Krama Badung Sehat (KBS).
Program ini dilaksanakan untuk mendukung upaya pemerintah menjamin
seluruh warga negara memperoleh akses ke pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
dan berkeadilan (Universal Health Coverage-UHC). Setelah tahun 2017 program
KBS diluncurkan, terdapat beberapa kendala seperti salah satunya pendistribusian
Kartu Badung Sehat. Terdapat perbandingan penerimaan Kartu Badung Sehat
antara Badung selatan dan Badung Utara yang dimana dapat dilihat dari ketidak
merataan proses pendistribusian Kartu Badung Sehat.6 Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk menganalisis kebijakan integrasi jaminan Krama Badung Sehat
(KBS) tehadap pelayanan kesehatan di Kabupaten Badung.

B. METODE PENELITIAN

4
Syaifuddin, A. 2018. Peserta BPJS Kesehatan Capai 77 persen penduduk Indonesia.
Bisnis Tempo. 3 September 2018. Hal 7
5
Wawancara dari Deputi Direksi Kesehatan Wilayah Bali, NTT, NTB BPJS Kesehatan
Army Adrian Lubis pada tanggal 15 Agustus 2017
6
Ketut Bella Tarini et al., “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAMaJAMINAN
KESEHATAN KRAMA BADUNG SEHAT ( KBS ) DI KABUPATENaBADUNG,”
2013, 1–10.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan jaminan Krama
Badung Sehat (KBS) yang telah terlaksana tehadap pelayanan kesehatan di
Kabupaten Badung. Secara metodologis penelitian ini dilakukan dengan jenis
penelitian yuridis empiris yang dipaparkan secara deskriptif. Jenis data yang
digunakan adalah data kualitatif baik diperoleh dari data primer dan data
sekunder. Data Primer didapat dari wawancara secara langsung dan juga dengan
teknik observasi lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan studi
literatur berupa pengkajian refrensi dari sumber-sumber berupa buku jurnal
penelitian dan wawancara dari informan yang dikutif dari media elektronik
(Internet).
C. LANDASAN HUKUM INTEGRASI KEBIJAKAN KRAMA BADUNG
SEHAT (KBS)
Jaminan kesehatan merupakan hak konstitusional setiap warga negara.
Prapti Widyaningsih, Pemenuhan Hak Peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat
layanan kesehatan. Jaminan ini diatur dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), yang
mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan layanan kesehatan. Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
pemerintah berkewajiban menyediakan jaminan sosial secara menyeluruh dan
mengembangkan penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bagi
seluruh masyarakat.7
Hubungan Kerja Sama antar lembaga Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) dengan Faslitas Kesehatan yang telah diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 2013 Pasal 6 ayat 1 dan 2 Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) dalam melaksanakan tugasnya, dapat melakukan kerja
sama dengan organisasi atau lembaga lain dalam negeri dan luar nergi. Kerja sama
ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas BPJS Kesehatan atau
meningkatkan kualitas pelayanannya kepada peserta.8 Kerja sama program
pemerintah pusat dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas BPJS
Kesehatan atau pelayanan kesehatan kepada peserta. Secara fungsional BPJS
sebagai penjamin pelayanan kesehatan bagi pesertanya dan fasilitas kesehatan
salah satunya Rumah Sakit dan Puskesmas adalah pelaksana pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat. 9Menurut Perpres Nomor 19 Tahun 2016
Pasal 2 Ayat 1 Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputim pemberian
pelayanan seperti penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi rutin, keluarga
berencana dan skrining kesehatan. Menurut Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun

7
J K N Di, Puskesmas Dalam, and Mendapatkan Pelayanan, “PEMENUHAN HAK
PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL” 3, no. 1 (2020): 580–98.
8
Arip Suprianto and Dyah Mutiarin, “Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional,” Journal of Governance and Public Policy 4, no. 1 (2017): 71–107,
https://doi.org/10.18196/jgpp.4172.
9
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
2016 pasal 22 ayat (1) huruf a dan huruf b menjelaskan pelayanan kesehatan yang
dijamin adalah Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non
spesialistik dan Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan 10
Program jaminan kesehatan Krama Badung Sehat (KBS) merupakan
program jaminan kesehatan yang di ciptakan oleh pemerintah Kabupaten Badung.
Pemerintah berupaya menjamin kesehatan seluruh masyarakat Badung dengan
menciptakan Program Krama Badung Sehat (KBS) sebagai pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan dan berkeadilan (universal health coverage-UHC). UHC
merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga di dalam populasi
memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dengan biaya yang terjangkau yang
mencakup dua elemen inti didalamnya yakni akses pelayanan kesehatan yang adil
dan bermutu bagi setiap warga, dan perlindungan risiko finansial ketika warga
menggunakan pelayanan kesehatan dimana negara Indonesia pada saat ini sedang
berada dalam masa transisi menuju cakupan pelayanan kesehatan semesta
tersebut. Upaya mewujudkan UHC di Kabupaten Badung, selain untuk
mendukung program nasional, juga adalah upaya untuk mewujudkan visi dan misi
pembangunan daerah Kabupaten Badung yaitu meningkatkan kualitas dan daya
saing sumber daya manusia.
Program ini dibuat untuk dikelola sendiri serta menjamin kesehatan
masyarakat Badung secara mandiri melalui program Krama Badung Sehat (KBS),
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan Bupati Badung Nomor 6 Tahun
2018 tentang Perubahan Perbup Nomor 73 Tahun 2016 tentang program KBS.
Peraturan Bupati Badung Nomor 6 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Bupati Nomor 73 Tahun 2016 tentang Program Krama Badung Sehat (KBS)
secara normatif tidak tumpang tindih dengan peraturan perundang-undangan yang
ada.
Hal ini sesuai dengan diatur dalam Bab II Peraturan Bupati di atas, tentang
Maksud, Tujuan, Peserta serta Tempat Pelayanan. KBS mempunyai maksud
memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh penduduk Kabupaten Badung
melalui KBS yang terintegrasi dengan JKN, dengan tujuan meningkatkan kualitas
kesehatan penduduk Kabupaten Badung, meningkatkan manfaat JKN dan
terjaminnya pelayanan kesehatan penduduk Kabupaten Badung yang belum
menjadi peserta JKN. Dari segi kepesertaannya juga mencerminkan integrasi
dengan JKN, tanpa adanya konflik dengan satu dengan yang lain.
D. KEMANFAATAN KEBIJAKAN KRAMA BADUNG SEHAT (KBS)
BAGI KESEJAHTRAAN MASYARAKAT.
1. Jaminan Pelayanan Kesehatan
Krama Badung Sehat (KBS) adalah jaminan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada seluruh penduduk Kabupaten Badung dengan perolehan
manfaat dibagi menjadi: (1) Seluruh penduduk Kabupaten Badung yang belum
menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai Penerima Biaya
Iuran (PBI) APBD; (2) Seluruh penduduk Kabupaten Badung yang sudah
memiliki JKN agar dapat menambah manfaat tambahan selain manfaat yang
sudah diterima dari JKN; (3) Seluruh penduduk Kabupaten Badung yang
belum memiliki JKN karena belum terdaftarkan, bayi yang baru lahir, atau

10
karena pernikahan; terakhir (4) Seluruh penduduk Kabupaten Badung peserta
JKN Mandiri yang tidak aktif. Dalam pelaksanaannya, meskipun kepemilikan
kartu tidak merupakan syarat mutlak dari penerimaan manfaat KBS terutama
untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi yang belum memiliki kepesertaan
JKN atau JKN-nya dalam kondisi tidak aktif atau bagi mereka yang baru
menikah dan anak yang baru dilahirkan, kepemilikan kartu merupakan salah
satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui cakupan (coverage)
dari kepesertaan KBS.
Seluruh masyarakat Kabupaten Badung diwajibkan melakukan
perekaman terlebih dahulu untuk mendapat akses kesehatan berupa kartu
dari program Krama Badung Sehat (KBS) yaitu Kartu Badung Sehat. Program
jaminan kesehatan Krama Badung Sehat (KBS) memiliki 23 manfaat
tambahan dibandingkan program JKN-KIS, artinya hal-hal yang tidak dijamin
oleh JKN-KIS tercover oleh KBS. Salah satu kelebihan program KBS
dibandingkan dengan JKN adalah upaya Pemerintahan Kabupaten Badung
untuk melindungi masyarakat-nya dari pengeluaran katastropik bidang
kesehatan dengan memberikan jaminan pembiayaan bagi mereka yang secara
administratif belum memiliki nomor register KIS yang aktif (termasuk bayi
baru lahir dan penduduk ber-NIK Badung baru masuk), kemudian pembiayaan
pelayanan yang memang tidak ditanggung JKN dan akibat dari parawatan yang
tidak ditanggung lembaga manapun misalnya biaya pengurusan jenazah.
Berdasarkan Petunjuk Teknis pelaksanaan KBS yang ditetapkan oleh
Pemerintahan Kabupaten Badung, seluruh manfaat tambahan yang diberikan
program KBS harus dilakukan di tingkat perawatan kelas 3.

2. Jaminan Perlindungan Finansial


Program KBS memberikan perlindungan finansial atas beban biaya
pengobatan terutama di fasilitas kesehatan tingkat lanjut RS termasuk biaya
pengiriman pasien saat kegawatdaruratan ke layanan, perlindungan
pengeluaran yang bersifat katastropik akibat biaya perawatan dan tindakan
medis berbiaya tinggi, serta perlindungan finansial pada keluarga yang
memiliki pasien dirawat dengan menjamin biaya yang hilang atau dikeluarkan
untuk ikut merawat pasien di RS. Program KBS telah berupaya mencegah
dampak finansial yang lebih besar pada keluarga yang ditinggalkan pasien
meninggal dengan mengganti biaya perawatan dan pengantaran jenazah.
Namun, diperlukan kajian lebih mendalam untuk melihat misalnya apakah
uang pengganti penunggu rawat inap memang lebih banyak digunakan oleh
kelompok terancam risiko finansial atau justru oleh mereka yang termasuk
ekonomi cukup dengan risiko ancaman minimal.
Berdasarkan daftar manfaat tambahan yang dijamin oleh KBS dan data
yang tersedia di Dinas Kesehatan Badung dari rekapitulasi tagihan fasilitas
kesehatan diketahui bahwa biaya yang harus dikeluarkan oleh Pemkab untuk
membayar manfaat tambahan di RS adalah sebesar 24 milliar lebih dan di
FKTP Puskesmas sebesar 400 juta lebih. Dengan demikian tagihan dominan
manfaat tambahan berasal dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap tingkat
lanjut. Rata-rata tagihan per bulan untuk RS mencapai 1.9 millar rupiah
sementara untuk Puskesmas mencapai 35 juta per bulannya. Tren tagihan
setiap bulannya bervariasi dengan pola yang tidak jelas, dibutuhkan data yang
lebih panjang di tahun-tahun penyelenggaraan KBS berikutnya untuk melihat
apakah ada pola tagihan sesuai dengan bulan berjalan. Dari hasil evaluasi juga
terungkap bahwa pembiayaan manfaat tambahan lainnya seperti imunisasi,
pengurusan surat keterangan sehat dan juga pemanfaatan ambulans desa
menjadi beban biaya yang signifikan berpengaruh dalam pembiayaan KBS.
Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan monitoring dan evaluasi serta
pemeriksaan validitas klaim secara lebih baik disamping mekanisme teknis
yang lebih jelas dan transparan.
3. Jaminan Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah hubungan keseimbangan antara individu dan
masyarakat yang diukur dengan membandingkan distribusi perbedaan
kekayaan  dari kebebasan pribadi hingga peluang hak istimewa yang adil.
Dalam budaya Barat dan Asia yang lebih tua , konsep keadilan sosial sering
merujuk pada proses memastikan bahwa individu memenuhi peran
sosialnya dan menerima hak mereka dari masyarakat.11 Jaminan terhadap
terwujudkan suatu keadilan sosial diperlukan demi mewujudkan kesejahtraan
masyarakat bagi seluruh rakyat Indonesia. Demi tercapainya jaminan keadilan
sosial diperlukan adanya jaminan pelayanan publik khususnya pada sektor
kesehatan yang dapat menjamin kesejahtraan bagi segenap lapisan masyarakat.
Pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan guna pemenuhan
kebutuhan pelayanan setiap warga negara atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik).
Pelayanan publik yang dilaksanakan berasaskan kepentingan umum, kepastian
hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, dan lainnya. Dalam
pelaksanaan pelayanan publik, peran serta masyarakat sangatlah dibutuhkan
dalam bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan kewajiban serta berperan aktif
dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik. Masyarakat juga dapat
membentuk sebuah lembaga pengawas pelayanan publik dengan tata cara yang
telah diatur dalam peraturan pemerintah. Dalam pelaksanaannya masyarakat
yang merasa dirugikan oleh pelaksanaan pelayanan publik dapat menggugat
penyelenggara pelayanan publik melalui peradilan tata usaha Negara. 12 Dengan
adanya program integrasi Krama Badung Sehat (KBS) dalam pelayanan
kesehatan meningkatkan jaminan pelayanan kesehatan pada kelompok
masyarakat yang belum dapat terlindungi sepenuhnya pada penyakit-penyakit
tertentu yang belum terjamin dari program jaminan kesehatan nasional.

E. KELEMAHAN KEBIJAKAN KRAMA BADUNG SEHAT (KBS)


Pemanfaatan program KBS sejak diterapkan pada awal tahun 2017 hingga
tahun 2021 telah berjalan dengan baik apabila dilihat dari kunjungan ke fasilitas
pelayanan kesehatan (faskes) dan dibandingkan di tahun sebelumnya. Meskipun

11
Ayelet Banai, Miriam Ronzoni, and Christian Schemmel, Social Justice, Global
Dynamics: Theoretical and Empirical Perspectives, Social Justice, Global Dynamics:
Theoretical and Empirical Perspectives, 2011, https://doi.org/10.4324/9780203819296.
12
peningkatan jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, tetapi penyediaan pembiayaan lewat KBS tentunya merupakan salah satu
faktor utama yang cukup berperan penting. Meskipun banyak dampak positif yang
dirasakan masyarakat, program KBS juga masih mendapatkan berbagai kendala
salah satunya pada pendistribusian Kartu Badung Sehat. Terdapat perbandingan
penerima Kartu Badung Sehat antara Badung selatan dan Badung Utara yang
dimana dapat dilihat dari tidak meratanya proses pendistribusian Kartu Badung
Sehat. Hal ini disebabkan karena mobilisasi penduduk di wilayah Badung Selatan
sehingga mengakibatkan sulitnya melakukan pendataan lebih lanjut. Tentunya ini
menjadi kendala yang dihadapi pemerintah Kabupaten Badung.
Dari sisi pendistribusian, beberapa masalah yang berhasil diidentifikasi
adalah pencetakan kartu pada mereka yang sudah meninggal atau pindah hingga
mereka yang belum merekam data tetapi kartunya telah tercetak. Untuk hal
tersebut, Dinas Kesehatan telah berkoordinasi dengan pihak desa, dimana pihak
desa wajib melaporkan orang-orang yang telah meninggal dan yang pindah
domisili, dimana orang-orang yang dimaksud tersebut berkewajiban untuk
mengembalikan kartu KBS-nya. Hanya saja hingga saat ini belum ada yang
melakukan hal tersebut (mengembalikan kartu KBS).
Perlu perencanaan strategis untuk mengembangkan fungsi kartu KBS yang
lebih bermanfaat mendukung pemberian pelayanan jika keberadaan kartu ini
masih ingin dipertahankan. Misalnya apakah kartu KBS dapat dikembangkan
sebagai identitas kondisi atau status kesehatan (rekam medik elektronik) dimana
masyarakat Badung dapat mengetahui secara detail record atau catatan Krama
kesehatannya dan dapat dikuasakan kepada fasilitas kesehatan di berbagai tingkat
layanan untuk diakses oleh pemberi pelayanan kesehatan. Ini akan menjamin
kesinambungan informasi antara pemberi pelayanan di berbagai tingkat.
Berdasarkan kajian evaluasi Krama Badung Sehat Tahun 2018, faktor
penghambat lainnya muncul karena kurang baiknya sosialisasi yang dilakukan
kepada masyarakat. Hal ini berimbas kepada penerapan Krama Badung Sehat
(KBS) dimana masyarakat pengguna masih banyak yang belum memahami
tentang program Krama Badung Sehat (KBS). Banyak masyarakat yang mengaku
tidak tahu proses pendistribusian kartu, siapa yang mendistribusikan atau dimana
kartu tersebut diambil ketika sudah jadi. Sementara dari sisi pengelola KBS
mengungkapkan bahwa isu transparansi dan akuntabilitas sangat rentan terjadi
karena kurangnya tenaga pengelola dan pendidikan yang tidak sesuai dengan
kewenangan mengelola sebuah jaminan kesehatan. Sehingga berpotensi
menumpuknya beban kerja dan potensi terjadinya kecurangan (fraud) baik dari
sisi provider, consumer, dan internal fraud karena kapasitas pengelola yang
kurang memadai.
Dalam implementasi kebijakan program Badung Sehat, Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan SOP yang
berlaku. Selain itu pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Badung sudah melakukan
pengawasan setiap 1 bulan atau 3 bulan sekali, akan tetapi dalam pengawasan
yang dilakukan belum mempunyai jadwal yang konsisten. Selanjutnya aspek
pembinaan dan pelatihan sudah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Badung setiap 1 (satu) tahun sekali kepada para pelaksana tujuannya diberi
pembinaan agar program ini berjalan dengan baik.
Dalam pengawasan program KBS ini, terdapat pengawasan internal dan
eksternal dimana pengawasan internal yang mencakup dalam hal proses
pelaksanaan dilakukan langsung oleh tim monitoring Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung sedangkan untuk pengawasan eksternal dilakukan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Selanjutnya, dalam
pelaksanaan program Krama Badung Sehat (KBS) pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung juga akan melakukan evaluasi melalui laporan yang masuk ke
dinas selain itu juga mengevaluasi keluhan dari masyarakat.
Kelemahan lain dari kartu KBS yaitu prosedur penyelenggara layanan dan
juga masyarakat pengguna KBS dimana terjadi masalah kesehatan gawat darurat
di luar wilayah Kabupaten Badung. Meskipun dimungkinkan dengan mekanisme
kerjasama, upaya penyelenggaraan kerjasama dengan faskes di luar Badung
sendiri memberikan kesulitan yang cukup bermakna. Di sini penggunaan kartu
KIS akan lebih menjamin pasien terlayani di seluruh wilayah Indonesia. Aspek
portabilitas sistem jaminan kesehatan ini masih terbatas akan wilayah karena tidak
semua Rumah Sakit di seluruh Indonesia yang telah bekerjasama dengan
Pemerintah Kabupaten Badung.
Sejauh ini, keunggulan dari kartu KBS dibanding KIS adalah barcode
yang dapat menampilkan data foto wajah dan sidik jari sehingga tidak
memungkinkan kartu tersebut akan digunakan oleh orang lain. Perlu perencanaan
strategis untuk mengembangkan fungsi kartu KBS yang lebih bermanfaat
mendukung pemberian pelayanan jika keberadaan kartu ini masih ingin
dipertahankan. Misalnya apakah kartu KBS dapat dikembangkan sebagai identitas
kondisi atau status kesehatan (rekam medik elektronik) dimana masyarakat
Badung dapat mengetahui secara detail record atau catatan kesehatannya dan
dapat dikuasakan kepada faskes di berbagai tingkat layanan untuk diakses oleh
pemberi pelayanan kesehatan. Ini akan menjamin kesinambungan informasi antara
pemberi pelayanan di berbagai tingkat. Di Negara maju kartu ini dikenal sebagai
personal elctronic health record.
Kendala lain yang dialami dalam pelaksanaan kebijakan Krama Badung
Sehat (KBS) yakni mengalami kendala pada sektor anggaran yang terbatas.
Memasuki 2021 anggaran untuk program KBS yang sudah disiapkan Pemkab
Badung tidak bisa masuk karena terbentur sistem administrasi (SPID) JKN sesuai
ketentuan Permendagri. Karena itu, dikhawatirkan pelayanan kesehatan bagi
krama Badung untuk kasus penyakit yang tak ditanggung BPJS Kesehatan tak
bisa dilayani. Kadis Kesehatan Badung dr Nyoman Gunarta menyatakan untuk
menyelesaikan kendala penganggaran ini yakni dengan melakukan pendekatan ke
Kemendagri agar anggaran KBS tetap bisa dilaksanakan, sehingga layanan
kesehatan masyaraka tetap terlaksana dan tidak terganggu. 13.
F. INTEGRASI KEBIJAKAN KRAMA BADUNG SEHAT DALAM
MENGHADAPI PANDEMI COVID-19
Coronavirus yang mewabah di Indonesia sejak tahun 2020 ternyata tidak
hanya memiliki angka kematian yang tinggi namun juga menimbulkan berbagai
permasalahan-permasalahan lainnya baik itu masalah ekonomi maupun masalah
sosial. Menghadapi hal tersebut, pemerintahan di berbagai negara berusaha
13
Wawancara dengan Kadis Kesehatan Badung dr Nyoman Gunarta pada tanggal 8
Januari 2021
dengan segala upaya meminimalisir kerugian baik itu dengan menekan angka
korban jiwa maupun mengatasi masalah perekonomian di masyarakat14
Ditengah Pandemi Covid-19 pemerintah kabupaten Badung mengambil 6
kebijakan startegis yang menjadi prioritas dalam pencegahan penyebaran dan
percepatan penanggulangan Covid-19 di Badung. Salah satunya yaitu bagi
masyarakat Badung yang merupakan peserta JKN dengan segmen kepesertaan
pekerja penerima upah (PPU) yang premi asuransi BPJS dibayar perusahaan
sesuai pendapatannya, karena saat ini terkena PHK atau perusahaan tidak mampu
membayar. Pihak KBS Badung berkoordinasi dengan BPJS untuk aktivasi peserta
tersebut sebagai peserta PBI APBD Badung. Peserta JKN mandiri kelas 1, 2, 3
yang tidak mampu lagi membayar premi, akan dirubah kepesertaannya menjadi
Penerima Bantuan Iuaran (PBI) APBD Kabupaten Badung sehingga tidak sampai
terkena denda tunggakan di BPJS.
Peran serta KBS dalam upaya terjaminnya pelayanan kesehatan penduduk
Kabupaten Badung yang belum menjadi peserta JKN, yang sesuai dengan
Peraturan Bupati Badung Nomor 37 Tahun 2016 tentang Program Krama Badung
Sehat. Upaya membiayai pelayanan di tingkat primer sampai tertier melalui
mekanisme PBI-APBD dan pembiayaan langsung ke faskes (fee for service) pada
mereka yang tidak atau belum tercatat sebagai peserta JKN PBI-APBD telah
memberikan perlindungan finansial yang cukup bagi warga Badung. Ini adalah
upaya pemerintah yang harus dihargai dan diberikan apresiasi yang cukup serta
didukung oleh seluruh komponen pemberi layanan.
G. PENUTUP
Dalam bidang kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Badung
menciptakan Krama Badung Sehat (KBS) sebagai upaya dalam menjamin
pelayanan kesehatan bagi masyarakat Badung. Program jaminan kesehatan Krama
Badung Sehat (KBS) memiliki 23 manfaat tambahan dibandingkan program
JKN-KIS dan memiliki perlindungan hukum yang kuat. Akan tetapi masih
terdapat kendala salah satunya pada pendistribusian Kartu Badung Sehat dan
terbatasnya anggaran dalam situasi pandemi covid19. Faktor penghambat lainnya
muncul karena kurang baiknya sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat.
Sementara dari sisi pengelola KBS (Krama Badung Sehat) mengungkapkan
bahwa isu transparansi dan akuntabilitas sangat rentan terjadi karena kurangnya
tenaga pengelola dan pendidikan yang tidak sesuai dengan kewenangan mengelola
sebuah jaminan kesehatan.
Secara praktis, dalam melaksanakan integrasi jaminan kesehatan Krama
Badung Sehat (KBS) ke Jaminan Kesehatan Nasional, tindakan pemerintah bukan
sebatas mensentralisasikan seluruh sistem yang ada kedalam sistem yang lebih
besar, tetapi juga harus seimbang dalam menjaga kesinambungan semangat
desentralisasi dan kepentingan masyarakat di daerah dalam payung Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Integrasi program pemerintah daerah khususnya
jaminan kesehatan sangat diperlukan bagi masyarakat untuk menyempurnakan
program-program jaminan kesehatan nasional.

14
Ida Bagus Anggapurana Pidada, “Pemutusan Hubungan Kerja Dalam Situasi Pandemi
Covid19 Menurut Konsepsi Negara Pancasila,” Jurnal Ilmiah Raad Kertha, 2020,
https://doi.org/10.47532/jirk.v3i2.220.
DAFTAR PUSTAKA
Anggapurana Pidada, Ida Bagus. “Pemutusan Hubungan Kerja Dalam Situasi
Pandemi Covid19 Menurut Konsepsi Negara Pancasila.” Jurnal Ilmiah Raad
Kertha, 2020. https://doi.org/10.47532/jirk.v3i2.220.
Banai, Ayelet, Miriam Ronzoni, and Christian Schemmel. Social Justice, Global
Dynamics: Theoretical and Empirical Perspectives. Social Justice, Global
Dynamics: Theoretical and Empirical Perspectives, 2011.
https://doi.org/10.4324/9780203819296.
Di, J K N, Puskesmas Dalam, and Mendapatkan Pelayanan. “PEMENUHAN
HAK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL” 3, no. 1 (2020):
580–98.
Suprianto, Arip, and Dyah Mutiarin. “Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional.” Journal of Governance and Public Policy 4, no. 1 (2017): 71–
107. https://doi.org/10.18196/jgpp.4172.
Syaifuddin, A. 2018. Peserta BPJS Kesehatan Capai 77 persen penduduk
Indonesia. Bisnis Tempo. 3 September 2018.
Tarini, Ketut Bella, I Dewa Ayu, Putri Wirantari, and I Putu Dharmanu Yudartha.
“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAMaJAMINAN KESEHATAN
KRAMA BADUNG SEHAT ( KBS ) DI KABUPATENaBADUNG,” 2013,
1–10.
Kemenkes RI. 2010. Rencana strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014.
Jakarta.
Perundang-undangan Bupati Badung Nomor 6 Tahun 2018 tentang Perubahan
Perbup Nomor 73 Tahun 2016 tentang program KBS (Krama Badung
Sehat).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Perpres Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Jaminan Kesehatan.

INFORMAN
1. Nama : Army Adrian Lubis
Jabatan: Deputi Direksi Kesehatan Wilayah Bali, NTT, NTB BPJS Kesehatan
2. Nama : dr Nyoman Gunarta
Jabatan: Kadis Kesehatan Badung

Anda mungkin juga menyukai