Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Pencurian
Ida Bagus Anggapurana Pidada S.H, M.H
Universitas Mahendradatta, Denpasar Bali
Email: ajuzt.angga@gmail.com

Gambar. Ilustrasi Pencurian (Mardiah)

A. PENDAHULUAN
Didalam kehidupan manusia sehari-hari ketika bermasyarakat, seringkali mendengar dan
melihat terjadinya suatu tindak pidana yang menyangkut harta benda. Tindak pidana yang berhubungan
dengan harta benda telah diatur dalam hukum yang berlaku di Indonesia yakni termasuk didalam Buku II
KUHP. Dalam KUHP kejahatan terhadap harta benda terdiri dari Tindak Pidana Pencurian BAB XXII),
Tindak Pidana Pemerasan dan Pengancaman (BAB XXIII), Tindak Pidana Penggelapan (BAB XXIV), Tindak
Pidana Penipuan (BAB XXV), Tindak Pidana Yang Merugikan Orang Yang Berpiutang dan Yang Berhak
(BAB XXVI), (Tindak Pidana Perusakan Barang (BAB XVII), Tindak Pidana Penadahan (BAB XXX). Tindak
Pidana Curang Dalam Perjanijian, Tindak Pidana Bangkrut (Pasal 396 s/d 403, 405, 520), Tindak Pidana
Terhadap Penerbitan dan Percetakan (Pasal 483 s/d 485), dan Pelanggaran Terhadap Tanah Hak Milik
(Pasal 548 / 551). ( HAK Moch. Anwar,1982)
Perbuatan kejahatan atas harta benda khususnya pencurian merupakan salah satu pidana yang
tertua, karena telah ada ejak zaman prasejarah umat manusia. Dari aspek filosofis pencurian merupakan
suatu perbuatan mengambil sesuatu yang bukan miliknya secara sembunyi-sembunyi untuk tujuan
memilki barang tersebut. Dari segi etimologi pencurian berasal dari kata “curi” yang berarti sembunyi-
sembunyi atau diam-diam atau tidak dengan jalan yang sah atau melakukan pencurian secara sembunyi-
sembunyi atau tidak dengan diketahui orang lain perbuatan yang dilakukannya itu.
Pencurian dalam bahasa arab disebut dengan Sariqah yang merupakan dari َ‫ خَ ز‬berarti
etimologis secara dan ‫ سشلب س‬-‫ ٌسشق‬-‫ سق‬kata mengambil ‫ش خفٍخ‬ ِ ‫نغ‬
ٍ ‫ َ أ يب‬harta milik seseorang secara
sembunyi-sembunyi dan dengan tipu daya. Sementara itu, secara terminologis Sariqah adalah
mengambil harta orang lain dengan sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanannya.(M.Nurul Irfan
dkk, 2015) Dengan demikian perbuatan pencurian merupakan suatu perbuatan yang telah ada sejak
zaman dahulu di berbagai Negara dan tetap terjadi di setiap zaman.
Di Indonesia sendiri pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang paling banyak terjadi
yang menyentuh setiap kawasan baik di kawasan perkotaan maupun di pedesaan. Berbagai bentuk
pencurian Delik pencurian menurut KUHP dibedakan atas 5 macam yatiu:
pencurian biasa (pasal 362 KUHP), pencurian dengan pemberatan/pencurian yang dikualifikasi (pasal
363 KUHP), pencurian ringan (pasal 364 , pencurian dnegan kekerasan (pasal 365 KUHP),
KUHP),pencurian dalam keluarga (pasal 367 KUHP). Setiap bentuk pencurian akan dijabarkan dalam BAB
ini.

B. PENCURIAN BIASA (362 KUHP)

Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, delik pencurian diatur dalam pasal 362 – 367
KUHP, Buku II Titel XXII. Pencurian pada umumnya atau bisa juga disebut pencurian biasa telah termuat
dalam Pasal 362 berbunyi: barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau dendan paling banyak enam puluh rupiah. Yang
dimaksud dengan delik pencurian menurut pasal 362 KUHP ini adalah tindak pidana yagn mempunyai
unsure-unsur yakni mengambil adanya barang/benda yang diambil, barang tersebut seluruhnya atau
sebagian milik orang lain pengambilan tersebut bertujuan untuk memiliki dengan melanggar hukum.

Unsure-unsur pencurian tersebut di atas pada dasar dapat dibagi yaitu unsur subjektif dan unsur
obyektif. unsur objektif dari pencurian adalah perbuatan mengambil (wegnemen) dan bertujuan untuk
memiliki dengan melanggar hukum. Sedangkan unsur subjektif dari tindak pidana pencurian adalah
maksud dari si pelaku (oogmark), suatu benda (enig goed), sifat dari benda itu harus:seluruhnya
kepunyaan orang lain atau sebagian kepunyaan orang lain.

1. Unsur Objekitf Pencurian


Dalam pencurian, mengambil yang dimaksud adalah mengambil untuk dikuasai,
maksudnya adalah waktu pencuri mengambil barang, barang tersebut belum ada dalam
kekuasaannya, apabila waktu memiliki barang itu sudah ada ditangannya, maka perbuatan
tersebut bukan termasuk pencurian tetapi disebut penggelapan, pencurian dikatakan telah
dilakukan apabila barang tersebut sudah pindah tempat. Pengambilan barang harus dengan
sengaja dan dengan maksud untuk dimiliki, apabila seseorang mengambil barang milik orang lain
karena keliru tidak termasuk pencurian.(R.Susilo,1991)
Dengan demikian unsur mengambil itu harus ditafsirkan sebagai “setiap perbuatan untuk
membawa sesuatu benda dibawah kekuasannya yang nyata dan mutlak”. Untuk dapat
membawa sesuatu benda di bawah kekuasaannya yang nyata dan mutlak, ia pertama-tama
tentunya mempunyai maksud demikian, kemudian dilanjutkan dengan mulai melaksanakan
maksud misalnya menjulurkan tangan kearah benda yang akan diambil, memegangnya hingga
sesuatu benda di bawah kekuasaannya yang nyata dan mutlak. Dengan demikian sesuatu
sesuatu yang tidak diambil hingga sebagian/sepenuhnya berada dalam kekuasaannya tidak bisa
dikatakan mencuri .
Unsur benda dalam perbuatan mengambil harus terpenuhi unsur perpindahan lokasi dari
benda tersebut.karena dalam hukum perdata atau Burgelijk Wetboek yang disebut beda yaitu
yang berwujud dan bergerak. Benda-benda semacam itulah yang dapat dijadikan objek dari
kejahatan pencurian. Dengan demikian tanah/rumah pada umumnya sebagai benda tidak
bergerak tidak dapat dicuri. Namun dalam perkembangannya muncul benda-benda tidak
bergerak dan benda-benda tidak berwujud dijadikan objek dari kejahatan pencurian, hal ini
dapat dilihat dari beberapa yurisprudensi putusan hakim. Dalam perkembangannya kini
pengertian “barang” atau “benda” tidak hanya terbatas pada benda atau barang berwujud dan
bergerak, tetapi juga termasuk dalam pengertian barang/benda tidak berwujud dan tidak
bergerak. Sehingga pengertian benda terkini sudah jauh mengalami penyimpangan dari
bagaimana pengertian benda sesungguhnya. Banyak hakim di Indonesia ketika menjatuhkan
putusan tidak benar-benar menutup mata dalam mengunus pedang melainkan masih
menggunakan perasaan dan faktor lainnya. Hal ini menyebabkan, sangat berat Hakim
memberikan putusan bebas apabila diyakininya terdakwa memang bersalah dalam suatu
perbuatan. Meskipun demikian, setiap hakim dapat memberikan putusan yang berbeda
sehingga adanya Yurisprudensi tidak wajib untuk di ikuti namun tetap dapat digunakan sebagai
salah satu sumber hukum di pengadilan.
Konsep mengenai barang menunjuk pada pengertian bahwa barang tersebut haruslah
memiliki nilai, tetapi nilai barang tersebut tidaklah harus secara ekonomis. Barang yang dapat
menjadi objek pencurian adalah barang yang memiliki pemilik. Apabila barang tersebut oleh
pemiliknya telah dibuang, maka tidak lagi menjadi suatu objek pencurian. Pengertian barang
juga telah mengalami proses perkembangan, barang yang semula ditafsirkan sebagai
barangbarang yang berwujud dan dapat dipindahkan (barang bergerak), tetapi kemudian
ditafsirkan sebagai setiap bagian dari harta benda seseorang. Termasuk hal ini adalah aliran
listrik, dimana aliran listrik termasuk pengertian barang yang dapat menjadi obyek pencurian,
karena didalamnya mempunyai nilai ekonomi dari seseorang. Barang yang tidak ada pemiliknya,
tidak dapat menjadi obyek pencurian, yaitu barang dalam keadaan res nullus(barang yang
pemiliknya telah melepaskan haknya) dan res derelicate. (HAK Moch. Anwar, 1989)
Unsur objektif lain yakni benda atau barang yang diambil itu haruslah merupakan
benda/barang yang dimiliki baik sebagian atau seluruhnya oleh orang lain. Jadi yang terpenting
dari unsur ini adalah siapa yang menjadi pemiliknya dan bagaimana ia membuktikan bahwa
barang tersebut memang miliknya, karena benda / barang yang tidak ada pemiliknya tidak dapat
menjadi objek pencurian. Dengan demikian apabila benda tersebut sebelumnya telah beralih
kepemilikan ataupun dihilangkan kepemilikannya maka tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan
mencuri. Dengan demikian dalam kejahatan pencurian, tidak dipersyaratkan barang/benda yang
diambil atau dicuri tersebut milik orang lain secara keseluruhan, pencurian tetap ada sekalipun
benda/barang tersebut kepemilikannya oleh orang lain hanya sebagian saja. Dengan kata lain
unsur kepemilikan yang melekat pada barang/benda tersebut tidak bersifat penuh.
Ketika seseorang membuang suatu benda dan meninggalkannya di jalan umum maka
dapat dianggap seseorang tersebut telah menghilangkan hak kepemilikannya terhadap benda
tersebut. Mengambil benda yang telah dibuang bukanlah merupakan perbuatan mencuri,
meskipun dalam prakteknya telah ada seseorang yang di tersangkakan sebagai pencuri karena
mengambil benda di jalan raya. Sesungguhnya orang tersebut bisa dibebaskan dari ancaman
pidana pencurian apabila bisa membuktikan barang tersebut memang ia ambil di jalan raya milik
umum yang tidak pada tempatnya dan terbengkalai.

2. Unsur Subjekif Pencurian


Unsur subjektif dalam perbuatan pencurian yang mana harus ada niat dengan
kesengajaan dalam rumusan tindak pidana dirumuskan demikian, unsur “dengan maksud”
menunjukkan adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini, kesengajaan atau dengan maksud
tersebut ditujukan “untuk menguasai benda yang diambilnya itu untuk dirinya sendiri secara
melawan hukum atau tidak sah”. Walaupun pembentukan undang-undang tidak menyatakan
tegas bahwa tindak pidana pencurian seperti yang dimaksud Pasal 362 KUHP harus dilakukan
dengan sengaja, tetapi tidak disangkal lagi. kebenarannya bahwa tindak pidana pencuriaN
tersebut harus dilakukan dengan sengaja.
Unsur subjektif lain yakni dengan maksud memiliki yang seringkali diterjemahkan
dengan istilah menguasai. Seseorang yang mengambil benda/barang pada dasarnya belum
sepenuhnya menjadi pemilik dari barang yang diambilnya, tetapi baru menguasai barang
tersebut. Bentuk-bentuk dari tindakan “memiliki” atau “menguasai” tersebut dapat berbentuk
beberapa hal misalnya menghibahkan, menjual, menyerahkan, meminjamkan, memakai sendiri,
menggadaikan, dan juga suatu tindakan yang bersifat pasif, yaitu tidak melakukan hal apapun
terhadap barang tersebut, tetapi juga tidak mempersilahkan orang lain berbuat sesuatu dengan
barang tersebut tanpa memperoleh persetujuan dari pemiliknya. Lalu bagaimana jika ia
mengambil benda secara melawan hukum dengan maksud dimiliki oleh orang lain? Misalnya
saja seseorang mengambil dompet milik orang lain lalu ia simpan di tas milik temanya yang lain.
Perbuatan ini juga bisa dikatakan mencuri karena benda tersebut dianggap ia kuasai terlebih
dahulu sebelum dialihkan kekuasaannya pada orang lain.
Unsur subjektif lain yakni unsur melawan hukum. Unsur ini memiliki hubungan erat
dengan unsur subjektif lainnya. Unsur melawan hukum ini menjelaskan pada suatu perbuatan
menguasai, agar perbuatan menguasai itu dapat berubah kedudukan menjadi perbuatan yang
dapat dipidana. Secara umum melawan hukum berarti bertentangan dengan hukum yang
berlaku, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis Agar seseorang dapat
dinyatakan terbukti telah melakukan tindak pidana. pencurian, maka orang tersebut harus
terbukti telah memenuhi semua unsur dari tindakan pidana pencurian yang terdapat dalam
rumusan pasal 362 KUHPidana. Dengan demikianapabila suatu benda ia miliki dengan jalan
membeli ataupun menyita apabila tidak bertentangan dengan hukum maka tidak dapat
dikatakan sebagai perbuatan yang mencuri.
C. PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (363 KUHP)

Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde dieftal) adalah bentuk pencurian


sebagaimana dirumuskan dalam pasal 363. (bentuk pokoknya) ditambah unsur-unsur lain, baik yang
objektif maupun subjektif, yang bersifat memberatkan pencurian itu, dan oleh karenannya diancam
dengan pidana yang lebih berat dari tindak pencurian biasa karena dikualifisir oleh keadaan-keadaan
tertentu, sehingga merupakan hal-hal yang memberatkan dalam pemidanaannya. Pasal 363 KUHP dalam
: Ayat (1) menyatakan bahwa : Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun :

ke 1 : Pencurian ternak.

Ke 2 : Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut, gunung
meletus, kapal karam, kapal terdampat, kecelakaan kereta api, huru-hara, pembrontakan atau
bahaya perang.

Ke 3 : Pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adanya disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki
oleh orang yang berhak.

ke 4 : Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.

ke 5 : Pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan atau sampai pada barang yang
diambilnya, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat atau dengan memakai anak
kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

Ayat (2) menyatakan bahwa :Jika pencurian yang diterangkan dalam ke 3 disertai dengan salah
satu hal tersebut ke 4 dan ke 5, maka dikenakan pidana paling lama sembilan tahun. Tindak pidana
pencurian ini harus dibedakan dari tindak pidana pencurian yang lain, oleh karena ada hal-hal yang
bersifat khusus yang dipandang sebagai harus dinilai sebagai yang memberatkan kualitas dari pencurian.

1. Pencurian Ternak

Pencurian ternak dalam ayat (1) ke 1 adalah merupakan unsur yang bersifat objektif
tambahan dalam pasal ini, dimana dimasukkannya pencurian masalah ternak dalam KUHP tidak
dapat dilepaskan dari sejarah terbentuknya KUHP itu sendiri. Pada saat terbentuknya KUHP di
negara Belanda, ternak ini dianggap oleh bangsa Belanda memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan
dapat membantu pekerjaan manusia, sehingga dianggap sebagai hal yang memberatkan sanksi
pidananya. Pencurian ternak merupakan kejahatan yang berat karena nilai kerugian dari
perncurian suatu ternak tidak dapat dinilai dari harga pasaran ternak tersebut. Ternak merupakan
mahkluk hidup yang memiliki perasaan dan pemiliknya juga memiliki perasaan cinta kasih yang
tidak dapat dinilai hanya berdasarkan harga pasaran ternak tersebut.

Unsur-unsur yang harus terpenuhi agar Seseorang agar dapat didakwa atau dimasukan
kedalam rumusan Pasal 363 ayat (1) ke 1 KUHP ini, yakni harus dibuktikan bahwa sipelaku (a).
telah menghendaki atau bermaksud untuk melakukan perbuatan mengambil, (b). mengetahui
bahwa yang diambil itu adalah ternak, (c). mengetahui bahwa ternak itu sebagian atau seluruhnya
kepunyaan orang lain dan (d). bermaksud untuk menguasai ternak tersebut secara melawan
hukum

2. Pencurian dalam Keadaan Tertentu

Pencurian dalam keadaan tertentu dimasukan ke dalam pencurian berat karena


pencurian dilakukan ketika dalam situasi bencana/darurat dimana membuat setiap orang
mengalami kesulitan. Perbuatan pencurian ini bukan menjadi ringan namun dapat diperberat
karena dinilai dapat menimbulkan efek domino yang dapat menciptakan masalah-masalah yang
lainnya. Dalam ayat (1) ke 2 terdapat keadaan yang memberatkan lainnya, yaitu berbagai keadaan
atau kejadian yang membuat setiap orang yang tertimpa peristiwa sebagaimana rumusan kalimat
dalam pasal, maka orang-orang tersebut tidak akan pernah memikirkan tentang harta bendanya,
karena lebih mengutamakan keselamatan jiwa dan keluarganya. Keadaan-keadaan yang demikian
itu sudah tentu akan menimbulkan kecemasan dan kepanikan bagi setiap orang yang tertimpa
masalah itu, tetapi agaknya keadaan yang demikian itu dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu
untuk melakukan tindak pidana, padahal seharusnya ikut prihatin atau membantu untuk
menyelamatkan benda/barang berharga maupun manusianya.

3. Pencurian di Malam Hari

Pengertian malam hari itu dalam pasal 363 ayat (1) ke 3 adalah waktu diantara matahari
terbenam dan matahari terbit sebagaimana dirumuskan oleh Pasal 98 KUHP. Pencurian di malam
hari merupakan pencurian berat karena pencurian tersebut dapat menimbulkan rasa takut yang
jauh melebihi pencurian di siang hari.

4. Pencurian di Pekarangan Tertutup

Pencurian di pekarangan tertutup juga diatur dalam pasal 363 ayat (1) ke 3. Pengertian
rumah adalah suatu bangunan sebagai tempat tinggal tetap atau sementara bagi manusia dan
pekarangan tertutup adalah sebidang tanah yang memiliki batas-batas / tanda-tanda tertentu
untuk membedakan dengan sebidang tanah lainnya yang ada disekelilingnya. Dimana batas-
batas / tanda-tanda itu tidak perlu harus dibuat permanen, yang penting ada suatu tanda-tanda
tertentu yang dapat menunjukan batas luas dan lebar sebidang tanah tersebut. Juga pekarangan
tertutup ini disyaratkan harus terdapat sebuah rumah sebagai tempat tinggal / kediaman
seseorang, yang memiliki batas-batas tertentu dengan pekarangan orang lain yang ada
disekitarnya. (R. Sugandhi, 1980 : 379). Pencurian di pekarangan tertutup lebih berat
dibandingkan ketika pencurian tersebut dilakukan di tempat terbuka misalnya di lapangan bola
ataupun pekarangan yang tidak ada pembatasnya. Pekarangan yang tidak ada pembatasnya
menyebabkan kondisi benda yang ada dipekarangan tersebut lebih sulit diketahui orang lain
bahwa benda tersebut bukan milik pemilik pekarangan sehingga dianggap memudahkan
dilakukannya seseorang mengambil benda tersebut. Maka dari itu, disarankan dalam setiap
pekarangan harus dibuatkan tembok pembatasnya.
5. Pencurian Berkelompok

Pencurian yang dilakukan secara berkelompok/bersekutu juga merupakan tindak pidana


pencurian berat. Dalam ayat (1) ke 4 disebutkan bahwa perbuatan itu dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu. Keadaan yang demikian ini tidak dipersyaratkan harus telah ada
pembicaraan terlebih dahulu sebagai suatu rencana diantara mereka sebelum perbuatan itu
dilakukan. Yang terpenting disini adalah pada saat perbuatan itu dilakukan terdapat saling
pengertian secara phsikis / kejiwaan dan secara pisik / jasmani diantara mereka, meskipun
pengertian itu tidak secara detail atau terperinci, dianggap telah terjadi suatu kerjasama. Dengan
demikian, bersekutu atau bekerjasama dalam hal melakukan tindak pidana yang bersifat spontan
ini, telah dianggap melakukan perbuatan dengan sengaja, meskipun tidak didahului dengan
perundingan sebagai perencanaan terhadap perbuatan yang akan dilakukan. Mereka yang terlibat
dalam tindak pidana ini, juga dapat dijerat dengan Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP, meskipun harus
melalui pembuktian dalam proses persidangan di Pengadilan.

6. Pencurian Perbuatan Tertentu

Pencurian perbuatan tertentu diatur didalam Pasal 363 ayat (1) ke 5 juga merupakan
suatu keadaan memberatkan, dimana hal ini mengenai cara-cara perbuatan / tindak pidana itu
dilakukan yang dapat menimbulkan suatu akibat lain. Dimana perbuatan yang dilakukan dapat
berupa pembongkaran, pengerusakan, memanjat ( Pasal 99 KUHP ), menggunakan kunci palsu
( Pasal 100 KUHP ) dan perintah palsu serta pakaian palsu. Pencurian ini dianggap pencurian berat
karena pelakunya memiliki niat penuh untuk mencuri berbeda dengan pencurian lain yang bisa
saja timbul karena ada kesempatan yang tiba-tiba muncul. Namun perbuatan ini telah jelas
terencana dan memiliki perbuatan pidana pendahuluan sebelumnya untuk memudahkan
terjadinya pencurian.

D. PENCURIAN RINGAN (364 KUHP)

Pencurian ringan sebagaimana termuat dalam pasal 364 KUHP dijelaskan bahwa Perbuatan yang
diterangkan dan diterapkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4 dan butir 5, apabila tidak dilakukan
dalam sebuah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang tidak lebih dari Rp. 250,-
(Dua Puluh Lima Rupiah), diancam dengan pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 250,- (Dua Ratus Lima Puluh Rupiah). Perbuatan ini adalah
merupakan pencurian ringan, oleh karena objek atau nilai benda / barang yang dicuri tidak lebih dari
Rp.250,- (Dua Puluh Lima Rupiah), demikian juga terhadap ancaman pidana penjara hanya 3 (tiga) bulan
dan pidana denda hanya Rp. 250,- (Dua Ratus Lima Puluh Rupiah).

Perma MA dengan Nomor 2/2012 mengenai Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan
Jumlah Denda dalam KUHP. Jika sebelumnya yang disebut tindak pencurian ringan yang nilainya kurang
dari Rp 250, kini diubah menjadi Rp 2,5 juta. (Dikalikan 1000) dengan demikian apabila suatu tindak
pidana tidak dilakukan dalam sebuah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang
tidak lebih dari 2.5 juta maka tidak dapat ditahan dan hanya dikenakan hukuman maksimal 3 bulan
penjara.

E. PENCURIAN DENGAN KEKERASAN

Perbuatan pidana/tindak pidana pencurian dengan kekerasaan (Gequalificeerde Diefstal) “ atau


suatu “pencurian dengan kualifikasi “ ataupun merupakan suatu “ pencurian dengan unsur-unsur yang
memberatkan. Dalam artian pencurian ini memiliki ancaman yang lebih berat dibandingkan ancaman
pencurian secara umum, bahkan pencurian dengan kekerasan merupakan perbuatan pencurian yang
paling berat hingga dapat dikenakan ancaman hukuman mati bagi pelakunya.

Pencurian dengan kekerasan diatur khusus dalam pasal 365 KUHP. Dimana rumusan Pasal 365
KUHP ayat (1) dijelaskan bahwa pencurian dengan kekerasan diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau
dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau
untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

Pencurian dengan kekerasan akan semakin berat apabila terdapat unsur-unsur lain yang
terpenuhi sebagaimana diatur dalam Pasal 365 ayat(2) yang menjelaskan pencurian dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun harus terpenuhi unsur-unsur sebagai berikut : Ke 1. : Jika perbuatan
dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya,
dijalan umum atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan. Ke 2.: Jika perbuatan dilakukan
oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu. Ke 3. : Jika masuknya ketempat melakukan kejahatan,
dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian
jabatan palsu. Ke 4. : Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat. Unsur pencurian dengan ancaman
paling lama dua belas tahun harus terpenuhinya keempat unsur ini, sehingga apabila salah satu tidak
terpenuhi maka ancaman hukumannya maksimal hanya 9 tahun saja.

Pasal 365 Ayat (3) menjelaskan Jika perbuatannya mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun. Pencurian dalam bentuk apapun apabila menimbulkan kematian
maka dapat dijatuhi hukuman penjara maksimal 15 tahun. Ancaman terberat dalam tindak pidana
pencurian yakni ancaman hukuman mati sebagaimana diatur dalam pasal 365 ayat (4) yang dijelaskan
bahwa pelaku dapat diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan
oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh satu hal yang diterangkan dalam no.1
dan 3. Dalam hal ini pidana mati dapat dijatuhkan apabila perbuatan pencurian berkelompok yang
disertai akibat kematian atau mengakibatkan luka berat dan perbuatannya dilakukan pada waktu malam
dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum atau dalam kereta
api atau trem yang sedang berjalan atau Jika masuknya ketempat melakukan kejahatan, dengan
merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan
palsu.

Unsur-unsur yang terlihat didalam rumusan Pasal 365 KUHP itu adalah : a). Unsur Objektif, terlihat
dari kalimat : didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, dimana perbuatan
itu dilakukan terhadap seseorang. 26 b). Unsur Subjektif, terlihat dari kalimat : 1). dengan maksud untuk
mempersiapkan / mempermudah pencurian, 2). atau jika tertangkap tangan, memberi kesempatan bagi
diri sendiri atau peserta lainnya untuk melarikan diri, 3). dengan maksud untuk mempertahankan/tetap
menguasai barang yang dicuri tersebut.(H.A.K. Moch. Anwar, 1982 : 25)

F. PENCURIAN DALAM KELUARGA (367 KUHP)

Pencurian dalam keluarga atur dalam pasal 367 Ayat (1) : Jika pembuat atau pembantu dari alah
satu kejahatan dalam bab ini adalah suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan, dan tidak terpisah
meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau pembantu itu, tidak
mungkin diadakan tuntutan pidana. Sementara itu dalam pasal 367 Ayat (2) KUHP diatur bahwajika dia
adalah suami (istri) yang terpisah meja dan tempat tidur yang terpisah meja dan tempat tidur atau
terpisah harta kekayaan, atau jika dia adalah keluarga sedarah atau semenda, baik dalam garis lurus
maupun garis menyimpang derajat kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penututan,
jika ada pengaduan yang terkena kejahatan. Ayat (3) : Jika menurut lembaga matriarkhal, kekuasaan
bapak dilakukan oleh orang lain daripada bapak kandungnya, maka aturan tersebut ayat diatas, berlaku
juga bagi orang itu

Berdasarkan pasal 367 maka tidak dapat dijatuhi hukuman pidana jika sipelaku adalah suami yang
masih terikat sepenuhnya dalam perkawinan yang syah dengan kehilangan atau sebaliknya. Sehingga
dari sudut dari teori hukum, perbuatan itu dipandang tidak bersifat melawan hukum dan perbuatan itu
dipandang ditiadakan. Alasan dari pasal 367 ayat 1 karena harta kekayaan suami – istri adalah milik
bersama yang bersifat khusus selama mereka terikat dalam suatu perkawinan yang syah dan
sepenuhnya. Oleh karena itu, apabila salah satu pihak melakukan perbuatan hukum (misalnya menjual),
itu artinya sama saja mereka menjual sendiri barang / bendanya.

Sementara itu apabila ddalam pasal 365 ayat 2 ketentuan dalam rumusan pasal ini merupakan
delik aduan relatif, jika sipelaku adalah :a). Suami/istri yang sudah terpisah meja dan ranjang 28 atau
terpisah harta kekayaan, b). Keluarga sedarah dalam garis lurus atau garis menyimpang 2 (dua) derajat,
c). Keluarga semenda dalam garis lurus atau menyimpang 2 (dua) derajat.

G. RANGKUMAN MATERI

Di Indonesia sendiri pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang paling banyak terjadi
yang menyentuh setiap kawasan baik di kawasan perkotaan maupun di pedesaan. Berbagai bentuk
pencurian Delik pencurian menurut KUHP dibedakan atas 5 macam yatiu:
pencurian biasa (pasal 362 KUHP), pencurian dengan pemberatan/pencurian yang dikualifikasi (pasal
363 KUHP), pencurian ringan (pasal 364 , pencurian dnegan kekerasan (pasal 365 KUHP),
KUHP),pencurian dalam keluarga (pasal 367 KUHP).
barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau dendan paling banyak enam puluh rupiah. Yang dimaksud dengan
delik pencurian menurut pasal 362 KUHP ini adalah tindak pidana yagn mempunyai unsure-unsur yakni
mengambil adanya barang/benda yang diambil, barang tersebut seluruhnya atau sebagian milik orang
lain pengambilan tersebut bertujuan untuk memiliki dengan melanggar hukum. Unsure-unsur pencurian
tersebut di atas pada dasar dapat dibagi yaitu unsur subjektif dan unsur obyektif. unsur objektif dari
pencurian adalah perbuatan mengambil (wegnemen) dan bertujuan untuk memiliki dengan melanggar
hukum. Sedangkan unsur subjektif dari tindak pidana pencurian adalah maksud dari si pelaku (oogmark),
suatu benda (enig goed), sifat dari benda itu harus:seluruhnya kepunyaan orang lain atau sebagian
kepunyaan orang lain

Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde dieftal) adalah bentuk pencurian


sebagaimana dirumuskan dalam pasal 363. (bentuk pokoknya) ditambah unsur-unsur lain, baik yang
objektif maupun subjektif, yang bersifat memberatkan pencurian itu, dan oleh karenannya diancam
dengan pidana yang lebih berat dari tindak pencurian biasa karena dikualifisir oleh keadaan-keadaan
tertentu. Ancaman terberat dalam tindak pidana pencurian yakni ancaman hukuman mati sebagaimana
diatur dalam pasal 365 ayat (4) yang dijelaskan bahwa pelaku dapat diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula
disertai oleh satu hal yang diterangkan dalam no.1 dan 3. Berdasarkan pasal 367 maka tidak dapat
dijatuhi hukuman pidana jika sipelaku adalah suami yang masih terikat sepenuhnya dalam perkawinan
yang syah dengan kehilangan atau sebaliknya. Sehingga dari sudut dari teori hukum, perbuatan itu
dipandang tidak bersifat melawan hukum dan perbuatan itu dipandang ditiadakan. Alasan dari pasal 367
ayat 1 karena harta kekayaan suami – istri adalah milik bersama yang bersifat khusus

H. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan perbedaan antara pencurian biasa dan pencurian dengan pemberatan ?

2. Jelaskan kondisi-kondisi apa saja yang membuat suatu perbuatan pencurian dapat diancam
dengan pidana maksimal 12 tahun penjara ?

3. Jelaskan mengapa pencurian suami-istri tidak dapat dipidana dan jelaskan unsur-unsur apa
yang harus terpenuhi di dalamnya ?

4. Jelaskan kondisi yang dapat membuat pencurian dapat dikenakan hukuman mati ?

5. Jelaskan menurut pendapatmu alasan yang mendukung bahwa mengambil benda tidak
bergerak tidak dapat disebut dengan tindakan mencuri ?
DAFTAR PUSTAKA

A.A Ngurah Wirasila, A.A Ngurah Yusa Darmadi, Sagung Putri M.E. Purwani (2017). Buku Ajar Tindak
Pidana Tertentu Dalam KUHP. Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Anwar. H.A.K. Moch (1982). Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP-Buku II), Jilid I. Alumni. Bandung

Bawengan. Gerson W. (1983). Hukum Pidana Didalam Teori dan Praktek, Pradnya Paramita. Jakarta

Chazawi. Adami (2002). Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta

M. Nurul Irfan, M.Ag, Masyrofah.(2015). Fiqih Jinayah. Amzah.Jakarta

Lamintang. P.A.F (1) (1997). Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, Bandung

Moeljatno, (1985). Azas-Azas Hukum Pidana, PT Bina Aksara, Jakarta

R. Soesilo (1991). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal. Politeia. Bogor

Sugandhi. R (1981) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Dengan Penjelasannya, Usaha Nasional,
Surabaya – Indonesia

PROFIL PENULIS

Ida Bagus Anggapurana Pidada S.H ,M.H, pria kelahiran Denpasar, 18


Pebruari 1992. Pria asal Karangasem ini menamatkan pendidikan
terakhir Magister Hukum, dengan predikat Cumlaude (Dengan Pujian) .
Penulis kini tengah menempuh pendidikan S3 Program Doktor Ilmu
Hukum di Universitas Udayana. Penulis adalah dosen tetap Fakultas
Hukum Universitas Mahendradatta

Penulis yang juga menjadi praktisi hukum(advokat) ini aktif dalam


berbagai kegiatan sosial dan berprestasi diberbagai bidang baik di
bidang hukum, politik, budaya maupun sosial kemasyarakatan.
Prestasinya ini pula yang mengantarkannya mendapatkan beasiswa
pertukaran pelajar saat menempuh pendidikan S1 di Temple University,
Philadelphia,Pennsilvania, United State of America (U.S.A) . Penulis juga aktif dalam berbagai
kegiatan sosial pengabdian masyarakat dan gemar menulis jurnal dan karya tulis lainnya. Besar
harapan penulis untuk menorehkan karya-karya untuk dapat diwariskan kepada generasi
penerus untuk kemajuan bangsa Indonesia sehingga meningkatkan daya saing global di dunia
Internasional.

Anda mungkin juga menyukai