Anda di halaman 1dari 26

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Tentang Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil

guna atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap

organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai

tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.

Efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

sesuai dengan pengertian efetivitas menurut Moore D.Kenneth Dalam

Moh Syarif(2015:1) efektivitas suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, atau makn besar

presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

Menurut E. Mulyasa (2011:82), efektivitas merupakan adanya

kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang

dituju.

Komaruddin (1994:294) mengungkapkan definisi efektifitas,

efektifitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkatan keberhasilan


9

manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu.Pada dasarnya dalam memaknai efektifitas setiap orang dapat

memberi arti yang berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-

masing.

Subagyo dalam Budiani (2007) berpendapat efektivitas adalah

kesesuaian antara outputdengan tujuan yang ditetapkan. Sama halnya

dengan Subagyo, Hani Handoko (2003) jugaberpendapat bahwa efektivitas

merupakan hubungan antara output dengan tujuan,semakin besarkontribusi

(sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif

organisasi,program, atau kegiatan. Efektivitas berfokus pada outcome

(hasil), program atau kegiatan yangdinilai efektif apabila output yang

dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang efektivitas, berikut

ini akan dikemukakan beberapa konsep dari efektivitas. Dalam hal

efektivitas F. Drucker dalam Sugiyono (2010:23) menyatakan efektivitas

merupakan landasan untuk mencapai sukses. Selanjutnya Fremont E. Kas

(dalam Sugiyono, 2010:23) mengemukakan bahwa efektivitas berkenaan

dengan derajat pencapaian tujuan baik secara eksplisit maupun implisit,

yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan

tercapai. Sedangkan menurut William N. Dunn (2005:498) efektivitas

(effectiveness) adalah suatu kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif

untuk dijadikan rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah alternatif

yang direkomendasikan tersebut memberikan hasil (akibat) yang


10

maksimal, lepas dari pertimbangan efisiensi. Menurut Supriyono

(2000:29) pengertian efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas merupakan

hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran

yang mesti dicapai, semakin besar konstribusi daripada keluaran yang

dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat

dikatakan efektif pula unit tersebut”.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan

melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk

menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap

bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini, efektivitas

merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber

daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input),

proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber

daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan

model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila

dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan dikatakan

efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan

hasil yang bermanfaat.

Jadi suatu kegiatan organisasi di katakan efektif apabila suatu

kegiatan organisasi tersebut berjalan sesuai aturan atau berjalan sesuai

target yang di tentukan oleh organisasi tersebut

Efektivitas adalah sesuatu keadaan yang mengandung pengertian

mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau


11

seseorang melakukan perbuatan dengan maksud tertentu atau mempunyai

maksud sebagaimana yang dikehendaki, maka orang tersebut dikatakan

efektif (Gie 2006:149). Efektif dalam kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Handoko berpendapat

(2008:7) efektifitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat

atau peralatan yang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Harbani Pasolong (2012:51) efektivitas pada dasarnya

berasal dari kata “efek” dan digunakan dalam istilah ini sebagai hubungan

sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel

lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya

dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses

kegiatan. James L. Gibson dkk (2006:38) (dalam Harbani Pasolong,

2012:51) mengatakan bahwa efektivitas adalah pencapaian sasaran dari

upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukkan derajat

efektivitas. Tjokroamidjojo (dalam Harbani Pasolong 2012:51)

mengatakan bahwa efektivitas, agar pelaksanaan administrasi lebih

mencapai hasil seperti direncanakan, mencapai sasaran tujuan yang ingin

dicapai dan lebih berdaya hasil. Sedangkan Keban (dalam Harbani

Pasolong 2012:51) mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan

efektif bila tujuan organisasi atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan dalam

visi tercapai. Nilainilai yang telah disepakati bersama antara para

stakeholder dari organisasi yang bersangkutan.


12

Menurut Komaruddin (2005:294) “efektivitas adalah suatu keadaan

yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Selanjutnya The

Liang Gie (2006 : 24) juga mengemukakan bahwa “efektivitas adalah

keadaan atau kemampuan kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk

memberikan guna yang diharapkan”. Sedangkan Gibson (2011: 28)

mengemukakan bahwa “efektivitas dalam konteks perilaku organisasi

merupakan hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas,

kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan”. Selanjutnya Steers

(2008:87) mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah jangkauan usaha

suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana

tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara

dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar

terhadap pelaksanaannya”.

Sedangkan menurut Stephen P. Robbins (2008:85) keefektifan

organisasi dapat didefinisikan sebagai tingkatan pencapaian organisasi atas

tujuan jangka pendek (tujuan) dan jangka panjang (cara). Pemilihan itu

mencerminkan konstituensi strategis, minat pengevaluasi, dan tingkat

kehidupan organisasi.

Siagian (2010:151) berpendapat bahwa efektivitas terkait

penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan

sebelumnya atau dapat dikatakan apakah pelaksanaan sesuatu tercapai

sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya”.


13

Dari bermacam-macam pendapat diatas terlihat bahwa efektivitas

lebih menekankan pada aspek tujuan dan suatu organisasi, jadi jika suatu

organisasi telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka

dapat dikatakan telah mencapai efektifitas. Dengan demikian efektifitas

pada hakikatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya.

2. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal

yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut

pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta

menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka

seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas

berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas

juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah

ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha

atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga

menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal

itu dikatakan tidak efektif.( Iga Rosalina, 2014:24)

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif

atau tidak, yaitu:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya


karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan
tujuan organisasi dapat tercapai
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi
adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya
14

dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para


implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan
dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah di tetapkan
artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuantujuan dengan
usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.
d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan
sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab
apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman
bertindak dan bekerja.
f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator
efektivitas organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif.
Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan
oleh organisasi.
g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu
program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka
organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan
pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas
organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
pengendalian.
Kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:
1) Produktivitas
2) Kemampuan adaptasi kerja
3) Kepuasan kerja
4) Kemampuan berlaba
5) Pencarian sumber daya

3. Indikator Efektivitas

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal

yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut

pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta

menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka

seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas

berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas

juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah


15

ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.Namun, jika usaha

atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga

menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal

itu dikatakan tidak efektif.(Ega Rosalina, 2012:3)

Menurut Ega Rosalina, kriteria atau ukuran mengenai pencapaian

tujuan efektif atau tidak, yaitu:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya


karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan
tujuan organisasi dapat tercapai.
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi
adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya
dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer
tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan
dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah di tetapkan
artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuantujuan dengan
usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.
d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan
sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab
apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak
dan bekerja.
f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas
organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana
dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.
g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu
program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka
organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan
pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas
organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.
(Ega Rosalina, 2012:3)
16

Indikator efektivitas adalah penentu efektif atau tidaknya

suatu organisasi. Oleh sebab itu digunakan indikator-indikator

efektivitas . Menurut Mustafa (2013:100) Organisasi pemerintah adalah

sejumlah lembaga Negara yang dibentuk dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan Negara, organisasi Negara tersebut dibentuk untuk mewakili

upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara. Oleh

sebab itu puskesmas sebagai organisasi Negara perlu memiliki indikator

efektivitas sebagai standar penilaian pencapaian sebuah tujuan atau cita-

cita didirikannya organisasi tersebut.Indikator efektivitas yang harus

dipenuhi sebagai standar penilaian keberhasilan pencapaian tujuan

memiliki keberagaman. Seperti salah satu indikator-indikator yang

ditetapkan oleh Makmur (2010:7) adalah sebagai berikut:

1. Ketepatan penentuan waktu: waktu yang digunakan secara tepat


akan mempengaruhi tingkat keefektivitasan suatu program atau
kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Ketapatan dalam menentukan pilihan: merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan karna
dalam menetukan pilihan dibutukan proses yang sangat penting
untuk mencapai suatu keefektifitasan.
3. Ketepatan sasaran: dapat menetukan keberhasilan aktivitas
individu atau organisasi dalam mencapai tujuan.

Menurut Robbins dalam Keban (2004:141) yang menggunakan

empat pendekatan sebagai berikut:

a. Goal attainment, pendekatan ini yang ditekankan adalah


hasil dan bukan cara, persyaratan yang dibutuhkan dalam
definisi ini adalah bahwa tujuan yang hendak dicapai benar-
benar jelas, memiliki batas waktu pencapaian yang jelas dan
dapat diukur.
b. System, disini dibutuhkan adanya suatu hubungan yang jelas
antara input dan output
17

c. Strategic-constituenc asumsi yang digunakan dalam


pengukuran ini adalah bahwa para konstituen memiliki
pengaruh yang kuat terhadap organisasi dan organisasi di
haruskan merespon terhadap tuntutan kontituen tersebut.
d. Competing Values mengukur apakah kriteria
keberhasilan yang dipentingkan organisasi seperti keadilan
dan pelayanan telah sesuai dengan kepentingan atau kesukaan
para konstituennya.
Organizational Effectiveness A Behavioral View adalah buku yang

dikarang oleh Richard M. Steers (1977) yang telah di terjemahkan oleh

Magdalena Jamin dalam bentuk buku Efektivitas Organisasi (1984),

dalam buku ini banyak membahas tentang konsep efektivitas suatu

organisasi, baik untuk pengukuran efektivitas organisasi dalam bab tiga

maupun mengenai lingkungan dan efektivitas organisasi di bab empat.

Steers (1984:44-69) mengemukakan dua model untuk mengukur

efektivitas yaitu Model Univariasi dan Model Multivariasi

a. Model Univariasi
1. Efektivitas keseluruhan
2. Kualitas
3. Produktivitas
4. Kesiagaan
5. Efisiensi
6. Laba atau penghasilan
7. Pertumbuhan
8. Pemanfaatan Lingkungan
9. Stabilitas
10. Perputaran atau keluar masuknya perkerja
11. Kemangkiran
12. Kecelakaan
13. Semangat kerja
14. Motivasi
15. Kepuasan
16. Penerimaan tujuan organisasi
17. Kepaduan Konflik-konflik kompak
18. Keluwesan adaptasi
19. Penilaian oleh pihak luar
18

b. Model Multivariasi

1. Bennis (1962) kemampuan adaptasi, rasa identik,


kemampuan menguji realitas
2. Blake and mouton (1964) pencapaian serempak dari
usaha yang mementingkan produksi yang tinggi dan
mementingkan perkerjaannya
3. Caplow (1964) stabilitas, integrasi, kesukarelaan, prestasi
4. Duncan (1973) pencapaian tujuan, integrasi, adaptasi
5. Child (1975) mampu laba, pertumbuhan.

Namun dalam pengukuran efektivitas ada beberapa segi yang bisa

mempengaruhi efektivitas masih dalam buku Steers (1984: 71), enam

faktor stuktur yang mempengaruhi beberapa segi efektivitas:

a. Desentralisasi
Yang dimaksud dengan desentralisasi adalah batas
perluasan berbagai jenis kekuasaan dan wewenang dari atas
ke bawah dalam hierarki organisasi. Dengan demikian
pengertian desentralisasi berhubungan erat dengan konsep
partisipasi dalam pengambilan keputusan.
b. Spesialisasi
(Taylor 1911) dan rekan-rekannya menyatakan bahwa faktor
penentu pokok dari keberhasilan organisasi adalah
kemampuan organisasi membagi-bagi fungsi kerjanya
menjadi kegiatan-kegiatan yang sangat khusus.
c. Formalisasi
Formalisasi biasanya menunjukan batas penentuan atau
pengaturan kegiatan kerja para pegawai melalui prosedur dan
peraturan yang resmi. Semakin besar pengaruh peraturan,
pengaturan, kewajiban kerja tertulis dan sebagainya yang
mengatur tingkah laku pekerja, semakin besar tingkat
formalisasinya. Jika keluwesan organisasi ini tidak dapat
dicapai dalam lingkungan yang selalu berubah, dapat
diperkirakan bahwa pencapaian tujuan akan menjadi sangat
sulit.
d. Rentang Kendali
Rentang kendali menyatakan jumlah rata-rata bawahan dari
tiap penyedia. Seringkali istilah ini menyatakan, secara lebih
19

khusus, jumlah rata-rata pekerja yang melapor pada penyedia


tingkat satu.
e. Besar ( ukuran ) Organisasi
Faktor-faktor seperti pergantian pimpinan yang teratur,
berkurangnya tenaga kerja, dan pengendalian lingkungan
semua ini dapat di anggap sebagai beberapa aspek yang
mengatur pelaksanaan pekerjaan secar tertib dan efesien.
f. Besarnya Unit-Kerja
Kelompok-kelompok kerja yang lebih kecil sering
memungkinkan para anggotanya saling mengenal lebih baik,
membina persahabatan dan membangun persatuan kelompok
yang erat. Dilain pihak, kelompok-kelompok yang lebih besar
sering bersifat lebih formal, jadi bahwa kepuasan kerja akan
lebih tinggi dan tingkat perputaran perkerja dan kemangkiran
juga lebih rendah didalam kelompo- kelompok kerja yang
lebih kecil.

Enam segi pengaruh efektivitas diatas sangat penting untuk

diketahui karena segi-segi efektivitas organisasi akan mempengaruhi

struktur organisasi, misalnya variabel rentang kendali, jika variabel

rentang kendali ini lemah atau kurang terkontrol antara struktur

organisasi maka akan melemahkan struktur organisasi.

Selanjutnya Steers (2005:5) mengatakan efektivitas organisasi

dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

1. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan atau adaptasi)


Kemampuan setiap anggota untuk mencari jalan keluar persoalan
dalam menanggapi dengan luwes tuntutan perubahan lingkungan.
2. Produktivitas kerja Kemampuan setiap anggota dalam menyelesaikan
suatu perkerjaan dengan hasil yang sesuai dengan instruksi dan waktu
penyelesaiannya telah ditetapkan sebelumnya.
3. Kepuasan kerja Kemampuan seorang anggota dalam usaha mencapai
suatu hasil kerja atau yang dicapai seorang anggota dalam pelaksanaan
tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya untuk mencapai
suatu tujuan serta menimbulkan rasa puas dalam dirinya.
20

4. Pemanfaatan sumber daya Kemampuan sumber daya manusia yaitu


kecerdasan dan kecakapan seorang anggota dalam melakukan
tugasnya.

Selain itu, Campbell ( Edy Sutrisno, 2010 : 130-133) mengatakan

bahwa ada bermacam-macam indiktor atau kriteria yang dapat di gunakan

untuk mengukur efektifitas organisasi. Campbell, mengatakan bahwa ada

21 butir untuk mengukur efektivitas yaitu:

1. Efektivitas keseluruhan.
Sejauh mana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai
tujuan-tujuannya. Ini merupakan penilaian umum dengan sebanyak
mungkin kriteria dan menghasilkan penilaian umum tentang
efektivitas organisasi.
2. Kualitas.
Kualitas jasa atau produk utama yang di hasilkan oleh organisasi.
3. Produktivitas.
Kuantitas atau volume produk atau jasa utama yang di hasilkan oleh
organisasi.
4. Kesiapsiagaan.
Penilaian menyeluruh mengenai kemungkinan bahwa organisasi
mampu menyelesaikan sesuatu tugas khusus dengan baik jika
diminta.
5. Efisiensi.
Suatu rasio yang mencerminkan perbandinganya beberapa aspek
satuan prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi.
6. Laba.
Penghasilan atas penanaman modal yang digunakanuntuk
menjalankan organisasi dilihat dari segi pemilik.
7. Pertumbuhan.
Penambahan hal-hal seperti tenaga kerja, fasilitas pabrik, laba, dan
penemuan baru. Suatu perbandingan antara keadaan organisasi masa
sekarang dengan keadaan masa lampau.
8. Pemanfaatan lingkungan.
Sejauh mana organisasi dengan sukses berinteraksi dengan
lingkungannya, yaitu dapat meperoleh sumberdaya yang langkah
yang diperlukan untuk operasi secara efektif.
9. Stabilitas.
Pemeliharaan struktur, fungs, dan sumber daya sepanjang waktu,
khususnya dalam periode-periode sulit.
21

10. Peputaran atau kluar masuknya karyawan.


Frekuensi atau banyaknya pemberhentian secara sukarela.
11. Absenteisme. banyaknya kemangkiran kerja.
12. Kecelakaan.
banyaknya kecelakaan dalam pekerjaan yang mengakibatkan
kerugian waktu untuk turun mesin atau waktu perbaikan.
13. Semangat kerja.
kecenderungan anggota organisasi untuk berusaha lebih keras lagi
dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
14. Motivasi.
kekuatan kecenderungan seseorang untuk melibatkan dirinya dalam
kegiatan yang diarahkan pada sasaran dalam pekerjaan, merupakan
perasaan dorongan bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan.
15. Kepuasan. tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan
atau pekerjaannya dalam organisasi.
16. Internalisasi.
tujuan organisasi di terimanya tujuan-tujuan organisasi oleh setiap
orang dan unit-unit dalam organisasi.
17. Konflik kohesi.
Dimensi kutub kohesi, yang menunjukkan satu sama lain saling suka,
kerja sama, berkomunikasi penuh dan terbuka, dan terkoordinasikan
dalam kegiatan.
18. Fleksibilitas adaptasi.
Kemampuan suatu organisasi mengubah standar prosedur operasi
dalam menanggapi tantangan lingkungan untuk mencegah terjadinya
kebekuan dalam menghadapi rangsangan lingkungan.
19. Penilaian pihak luar.
Penilaian terhadap organisasi atau unit-unit organisasi dari seseorang
atau lembaga dalam lingkungannya yang menaruh kepentingan.
20. Iklim. Kesadaran lingkungan di dalam organisasi
21. Kualitas kehidupan kehidupan kerja.
Kualitas perhubungan karyawan dengan lingkungan kerjanya.

Kemudian indikator pengukuran efektivitas menurut Richard M

Steers dalam bukunya “efektivitas organisasi” (1985:53) mengatakan

mengenai ukuran efektivitas sebagai berikut:

1. Pencapaian tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus
dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian
tujuan akhir semakin terjamin., diperlukan pentahapan. Baik dalam arti
22

pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam


arti periodisasinya.
2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus,
dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya integrasi
menyangkut proses sosilisasi
3. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses
pemgadaan sasaran dan prasarana dan pengisian tenaga kerja.

Dari beberapa penjelasan mengenai efektivitas organisasi seperti

yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu

organisasi yang berhasil dapat dilihat dengan sejauh mana organisasi

tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan indikator efektivitas yang telah diuraikan diatas,

maka dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori

pendapat Richard M Steers (1985:53) mengatakan mengenai ukuran

efektivitas, yaitu: 1. Pencapaian tujuan, 2. Integrasi, dan 3. Adaptasi.

Adapun alasan karena teori ini lebih menyenangkan dan lebih sederhana

pelaksanaannya .

4. Faktor –faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas

Ada empat kelompok variabel yng mempengaruh terhadap

efektivitas ialah:

1. Karakteristik organisasi, termasuk struktur dan teknologi

Teknologi ialah perbuatan, pengetahuan, teknik dan peralatan

fisikal yang di gunakan untuk mengubah input menjadi output.

Dengan teknologi yang ada tanpa di bandingkan dengan teknologi


23

lainnya yang sudah di gunakan itu berpengaruh terhadap efektivitas.

Teknologi, struktur, dan efektivitas selain berpengaruh terhadap

efektivitas, juga sangat dominan pengaruh terhadap struktur

organisasi. Struktur ialah pembagian pekerjaan, penflompokan,

spesialisasi, koordinasi, koordinasi, dan sebagainya yang bertalian

dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan interen dan ekstern

Bahwa perubahan lingkungan berpengaruh terhadap strategi,

selanjutnya strategi berpengaruh terhapap struktur, dan akhirnya

struktur berpengaruh terhadap prilaku. Dikatakan bahwa tanpa

penyesuaian struktur terhadap lingkungan hanya akan menjurus pada

turunnya efisiensi ekonomi. Dapat di simpulkan bahwa, efesiensi

tergantung pada kemampuan organisasi untuk berinteraksi dan

berhubungan dengan lingkungannya secara erat yang saling

menguntungkan.

3. Karakteristik karyawan

Motivasi adalah suatu proses yang membangkitkan,

mengarahkan dan meperhatankan prilaku selama jangka waktu trtentu

untuk mencapai tujuan. Banyak teori mengenai motivasi yang

dikaitkan dengan prilaku dangan pekerjaan.

4. Kebijakan praktik manajemen.

Dalam kelompok faktor individu yang paling berpengaruh

ialah kebutuhan sedangkan faktor organisasi yang paling berpengaruh

ialah imbalan. Namun, keefektifannya masih tergantung pada faktor-


24

faktor lainnya, seperti struktur, teknologi, gaya kepemimpinan,

persepsi peran, dan budaya organisasi.

Selanjutnya menurut Solichin Abdul Wahab (1997:123).

Menyatakan dalam komponen studi evaluasi efektivitas data di

kumpulkan untuk memgetahui apakah proyek telah mewujudkan

tujuannya, atau akan mewujudkan tujuan yaitu:

1. Tujuan –tujuan proyek dirumuskan dengan jelas dan dalam bentuk


pernyataan-pernyataan yang terukur (measureble). Jika misalnya
karena satu dan hal pengukuran tersebut tidak mungkin dilakukan
secara lansung, maka rencana proyek harus bisa menunjukkan dengan
tepat lewat indikator-indikator yang manakah pengukuran itu dapat di
lakukan.
2. Pengukuran terhadap perbaikan kinerja organisasi dalam sebuah proyek
yang dimaksud untuk pengembangkan kelembagaan bukan hanya
merupakan persoalan yang ilusif, tetapi juga sensitif.
3. Persoalan serius yang seringkali muncul ialah bahwa hasil akhir proyek
merupakan proses negosiasi dan perumusan tujuan dikompromikan.
4. Evaluator kemungkinan juga menghadapi masalah bahwa atasannya
mempunyai penafsiran berbeda terhadap tujuan proyek, sebagaimana
halnya perbedaan penafsiran antara pelaksana proyek dengan evaluator
sendiri.

5. Pendekatan Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap

efektivitas yaitu:

a. Pendekatan sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga

berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan

sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi

sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi


25

dalam mencapai sasaran tersebut.8 Sasaran yang penting diperhatikan

dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran

yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarakan sasaran

resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang

ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output

yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat

output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba

mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Efektivitas juga selalu

memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu, dalam

efektivitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan dan tujuan

tercapainya dengan waktu yang tepat maka program tersebut akan

lebih efektif. Contoh dari pendekatan sasaran yaitu apabila suatu

pekerjaan mempunyai target menjual habis barangnya dalam waktu

satu minggu, dan barang tersebut terjual habis dalam waktu satu

minggu, maka pekerjaan tersebut dapat di katakan efektif.

b. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan

suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang

dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai

macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat

menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai

keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena

lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungannya,

dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada


26

lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan

sumber dalam kegiatan usaha organisasi dilihat dari seberapa jauh

hubungan antara anggota binaan program usaha dengan lingkungan

sekitarnya, yang berusaha menjadi sumber dalam mencapai tujuan.

c. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi

kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif,

proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian

yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak

memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap

kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki

lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan

lembaga.

2.2 Konsep Transportasi

Pengertian transportasi yang dikemukakan oleh (Nasution, 1996)

diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat

tujuan. Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu

adanya muatan yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut dan

terdapatnya jalan yang dapat dilalui. Proses pemindahan dari gerakan tempat

asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan dimana

kegiatan diakhiri. Untuk itu dengan adanya pemindahan barang dan manusia

tersebut, maka transportasi merupakan salah satu sektor yang dapat

menunjang kegiatan ekonomi (thepromoting sector) dan pemberi jasa (the


27

servicing sector) bagi perkembanganekonomi. Menurut Soesilo dalam

(Rifusa, 2010) mengemukakan bahwa transportasi merupakan pergerak

tingkah laku orang dalam ruang baik dalam membawa dirinya sendiri maupun

membawa barang-barang. Selain itu, menurut (Tamin 1997 dalam(Rifusa,

2010) mengungkapkan bahwa, prasarana transportasi mempunyai dua peran

utama, yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di

daerah perkotaan dan (2) sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau

barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.

Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama

sering digunakan oleh perencana pengembang wilayah untuk dapat

mengembangkan wilayahnya sesuai dengan rencana. Misalnya saja akan

dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah tersebut tidak akan

pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem

prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, prasarana transportasi

akan menjadi penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan

berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan

ekonomi. Hal ini merupakan penjelasan peran prasarana transportasi yang

kedua, yaitu untuk mendukung pergerakan manusia dan barang. Kegiatan

ekonomi dan transportasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, dimana

keduanya dapat saling mempengaruhi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

Tamin 1997 dalam (Rifusa, 2010) bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki

keterkaitan dengan transportasi, karena akibat pertumbuhan ekonomi maka

mobilitas seseorang meningkat dan kebutuhan pergerakannya pun menjadi


28

meningkat melebihi kapasitas prasarana transportasi yang tersedia. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa transportasi dan perekonomian memiliki

keterkaitan yang erat. Di satu sisi transportasi dapat mendorong peningkatan

kegiatan ekonomi suatu daerah, karena dengan adanya infrastruktur

transportasi maka suatu daerah dapat meningkat kegiatan ekonominya.

Namun di sisi lain, akibat tingginya kegiatan ekonomi dimana

pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan timbul masalah transportasi,

karena terjadinya kemacetan lalu lintas, sehingga perlunya penambahan jalur

transportasi untuk mengimbangi tingginya kegiatan ekonomi tersebut.

Pentingnya peran sektor transportasi bagi kegiatan ekonomi mengharuskan

adanya sebuah sistem transportasi yang handal, efisien dan efektif.

Transportasi yang efektif memiliki arti bahwa sistem transportasi yang

memenuhi kapasitas yang angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar

moda transportasi, tertib, teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman,

nyaman dan biaya terjangkau secara ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti

beban publik sebagai pengguna jasa transportasi menjadi rendah dan memiliki

kualitas yang tinggi.

2.1.1 Penyelenggaraan Angkutan Umum

Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) Nomor 35

Tahun 2003 Tentang penyelenggaraan Angkutan Orang dijalan Dengan

Kendaraan Umum, pada Pasal 24 menjelaskan:Paragraf 1Angkutan

Antar JemputPasal 24Pelayanan angkutan antar jemput sebagaimana


29

dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a dilaksanakan dalam trayek

dengan asal dan tujuan perjalanan tetap atau sebaliknya.

1. Pelayanan angkutan antar jemput sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (1) huruf a, dilaksanakan dalam trayek dengan asal

dan tujuan perjalanan tetap atau sebaliknya.

2. Pelayanan angkutan antar jemput diselenggarakan dengan ciri-ciri

sebagai berikut :

a. Tidak berjadwal dan tidak boleh singgah di terminal;

b. menggunakan mobil bus kecil dan/atau mobil penumpang

umum;

c. menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan

tulisan hitam;

d. pelayanan dari pintu kepintu dengan jarak maksimum 500 km;

e. tidak menaikkan penumpang di perjalanan;

f. tidak mengenakan tarif yang berpotensi /dapat mengganggu

pelayanan angkutan dalam trayek pada lintasan yang sama;

g. kendaraan yang dioperasikan tidak melebihi 20% dari jumlah

kendaraan dalam trayek tetap dengan asal dan tujuan

perjalanan yang sama.

3. Kendaraan yang digunakan untuk angkutan antar jemput harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Dilengkapi fasilitas pendingin udara yang berfungsi dengan

baik;
30

b. umur kendaraan maksimum 5 tahun;

c. tidak mencantumkan papan trayek pada kendaraan yang

dioperasikan;

d. dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan tulisan

“ANGKUTAN ANTAR JEMPUT” yang ditempatkan pada

badan kendaraan sebelah kiri dan kanan;

e. Dilengkapi logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada

pintu depan bagian tengah sebelah kiri dan kanan

f. dilengkapi tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada

dashboard kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing

perusahaan angkutan.

2.3 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Moningka (2014) dengan judul “Efektivitas

Kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan Publik di Kantor Kelurahan

Kolongan Kecamatan Tomohon Tengah Kota Tomohon” yang

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, menyimpulkan

bahwa Pegawai Negeri Sipil yang ada di Kelurahan Kolongan belum

efektif dalam memberikan pelayanan publik. Hal ini disebabkan beberapa

faktor antara lain masih rendahnya tingkat kedisiplinan Pegawai Negeri

Sipil, evaluasi kinerja pegawai belum terealisasi dengan baik, terdapat

berbagai kendala dalam bentuk sarana dan prasarana yang membuat proses

pelayanan publik menjadi kurang efektif, faktor stress Pegawai Negeri


31

Sipil, serta Pegawai Negeri Sipil yang belum mampu untuk memberikan

jasanya secara maksimal.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Irsa Yonanda, Mochammad Makmur,

Romula Adiono berjudul “Efektivitas Pelayanan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) Dalam Sektor Industri Pariwisata Di Kota Batu”. Tujuan

penelitian ini adalah memperoleh gambaran yang mendalam tentang

efektivitas IMB dalam sektor industri pariwisata di Kota Batu. Metode

penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan

pelayanan IMB sektor industri pariwisata yang dilakukan oleh KPPT

sudah efektif dan memuaskan pemohon IMB

3. Penelitian yang dilakukan Imelda Febliany, Nur Fitriyah, Enos Paselle

(2014) berjudul “Efektifitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu Terhadap

Penyerapan Investasi Di Kalimantan Timur (Studi Pada Badan Perijinan

Dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur)”. Tujuan

penelitian tersebut adalah untuk mengetahui efektivitas PTSP oleh Badan

Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi Kalimantan Timur terhadap

penyerapan investasi di Kalimantan Timur dan apa saja faktor pendukung

dan penghambat efektivitas PTSP oleh Badan Perijinan Penanaman Modal

Provinsi Kalimantan Timur terhadap penyerapan investasi di Kalimantan

Timur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui pendekatan

kualitatif. Hasil penelitian ini adalah dalam penyerapan investasi dalam

PTSP sudah efektif. Faktor pendukungnya pelayanan yang baik dari


32

petugas dan fasilitas yang lengkap dan modern serta kepedulian

masyarakat terhadap inovasi baru yang diberikan namun dari segi sarana

prasarana penunjang dalam memberikan layanan merupakan faktor

penghambat dan kurangnya kelengakapan syarat saat harus dipenuhi oleh

masyarakat yang mengurus pelayanan.

4. Penelitian yang dilakukan Ahmad Affandi (2008) yang berjudul

“Efektifitas Pelayanan Publik Oleh Kantor Bersama SAMSAT Mojokerto

melalui Samsat Link”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

keefektifan dan menganalisis pelayanan Samsat Link (Online), kendala

yang dihadapi, dan upaya peningkatan efektifitas layanan Samsat Link

(Online). Teknik analisa data penelitian menggunakan metode analisis

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak

kendala dan masalah yang belum terselesaikan dan Kantor SAMSAT

melakukan upaya baik kendala eksternal maupun internal. Kelima,

penelitian yang dilakukan Rizan Machmud (2013) yang berjudul “Peranan

Penerapan Sistem Informasi Manajemen Terhadap Efektivitas Kerja

Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Narkotika (Lapastika) Bollangi

Kabupaten Gowa”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui seberapa

besar peranan sistem informasi manajemen terhadap efektivitas kerja

pegawai Lembaga Pemsyarakatan Narkotika (Lapastika) Bollangi

Kabupaten Gowa. Metode yang digunakan adalah metode statistik rank

spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi

manajemen berperan positif dalam meningkatkan efektifitas kerja pegawai.


33

Berdasarkan uraian hasil penelitian terdahulu diatas, diketahui bahwa

keempat penelitian terdahulu tersebut mengacu pada bagaimana keefektifan

suatu pelayanan di suatu instansi pemerintahan. Dari keempat penelitian

terdahulu, terdapat perbedaan pada lokasi dan fokus penelitiannya.

Anda mungkin juga menyukai