Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Efektifitas

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian

dicapainya tujuan yang telah ditetapkan.1 Kata efektif juga berasal dari

bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang

dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan

efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun

program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti

yang telah ditentukan.2

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat

juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan

dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat

keberhasilan suatu operasi pada sektor public sehingga suatu kegiatan

dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar

terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan

Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kerja Perusahaan, (Jakarta:
1

Bumi Aksara, 2014), hlm 129.


2
1Iga Rosalina, “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren Kec Karangrejo Kabupaten
Madetaan”. Jurnal Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 01 No 01 (Februari 2015), hlm 3.
sasaran yang telah ditentukan.3

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan

suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai

tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Indikator

efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari

keluaran (Output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar

kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran

yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.4

Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan

atau sasaran yang harus dicapai. Dikatakan efektif apabila proses kegiatan

mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan sedangkan menurut Fajar

efektivitas retribusi daerah merupakan perbandingan antara realisasi dan

target penerimaan retribusi daerah, sehingga dapat digunakan sebagai

ukuran keberhasilan dalam melakukan pungutan.5

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,

maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.

Efektivitas adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak

3
Beni pekei, Konsep dan analisis efektivitas pengeleloaan keuangan daerah di era
otonomi, (Jakarta : Taushia 2016), hlm 69.
4
Mardiasmo, Perpajakan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2017), hlm 134.

5
Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, (Jakarta : UPP STIM YKPN, 2016), hlm
143.
dengan target penerimaan pajak itu sendiri.6

Suatu hal dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai

dengan yang dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud

merupakan pencapaian tujuan dalam melakukan tindakan untuk mencapai

hal tersebut. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila

usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya.

2. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukan hal yang sangat sederhana,

karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung

pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang

dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan

pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output)

barang dan jasa.

Pengukuran efektivitas dapat dilakukan dengan melihat hasil kerja

yang dicapai oleh suatu organisasi. Efektivitas dapat diukur melalui

berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan-tujuannya. Apabila

suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dapat

dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting adalah efektivitas

tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk

mencapai tujuan tersebut. Efektvitas hanya melihat apakah proses program

6
Makmur, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, (Bandung: Refika Aditama,
2015), hlm 6.
atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.7

Untuk itu perlu diketahui alat ukur efektivitas kinerja, menurut

Richard dan M. Steers yang meliputi:8

a. Kemampuan Menyesuaikan Diri

Kemampuan manusia terbatas dalam segala hal, sehingga

dengan keterbatasannya itu menyebabkan menusia tidak dapat

mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama

dengan orang lain. Kunci keberhasilan organisasi adalah

kerjasama dalam pencapaian tujuan. Setiap orang yang masuk

dalam organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri

dengan yang bekerja di dalam organisasi tersebut maupun

dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut.

b. Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang

dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada

seseorang yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,

kesungguhan dan waktu. Dari pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa dengan kecakapan, pengalaman,

kesungguhan dan waktu yang dimiliki oleh seorang pegawai

maka tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

c. Kepuasan Kerja
7
Ulum dan Ihyaul MD, Akuntansi Sektor Public, (Malang: UMM Press, 2014), hlm 294

8
M. Richard Sterrs, efektivitas organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm 46
Kepuasan kerja yang dimaksud adalah tingkat kesenangan

yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya

dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka

mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam

aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.

d. Kualitas Kerja

Kualitas dari jasa atau produk primer yang dihasilkan oleh

organisasi menentukan efektivitas kinerja dari organisasi itu.

Kualitas mungkin mempunyai banyak bentuk operasional,

terutama ditentukan oleh jenis produk atau jasa yang

dihasilkan oleh organisasi tersebut.

e. Penilaian Oleh Pihak Luar

Penilaian mengenai organisasi atau unit organisasi

diberikan oeleh mereka (individu atau organisasi) dalam

lingkungan organisasi itu sendiri, yaitu pihak-pihak dengan

siapa organisasi ini berhubungan, kesetiaan, kepercayaan dan

dukungan yang diberikan kepada organisasi oleh kelompok-

kelompok seperti para petugas dan masyarakat umum.

Sedangkan menurut Duncan yang dikutip Richards M. Streers

dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran

efektivitas, sebagai berikut:9

a. Pencapaian Tujuan

9
Ibid, hlm 53
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan

harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar

pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan

pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-

bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodesasinya.

Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor yaitu kurun

waktu dn sasaran yang merupakan target kongkrit.

b. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan

suatu orgnaisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan

konsesnsus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi

lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

c. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu

digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga

kerja.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti

yang dikemukakan oleh Richard M. Steers yaitu:10

a. Karakteristik Organisasi

Karakteristik Organisasi terdiri dari struktur dan tekonologi


10
M. Richard Sterrs, efektivitas organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm 9.
organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari

efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur

adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai

dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya

manusia, struktur meliputi bagaimana cara organisasi

menyusun orang-orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan,

sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu

organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran

(ouput).

b. Karakteristik Lingkungan

Aspek lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah

dinyatakan mempunyai pengaruh terhdap efektivitas kerja.

Kedua aspek tersebut sedikit berbeda, namun saling

berhubungan. Lingkungan luar yaitu semua kekuatan yang

timbul diluar batas-batas organisasi dan mempengaruhi

keputusan serta tindakan didalam organisasi. Pengaruh faktor

semacam ini terhadap dinamika organisasi pada umumnya

dianggap meliputi derajat kestabilan yang relatif dari

lingkungan, derajat kompleksitas lingkungan dan derajat

ketidak pastian lingkungan.11 Sedangkan lingkungan dalam

yang pada umumnya disebut iklim organisasi, meliputi macam-

macam atribut lingkungan kerja yang mempunyai hubungan

dengan segi-segi tertentu dari efektivitas, khususnya atribut-


11
Ibid, hlm 10.
atribut yang diukur pada tingkat individual. Keberhasilan

hubungan organisasi dengan lingkungan tampaknya amat

tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu tingkat

keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas

keadaan lingkungan dan tingkat rasionalisme organisasi. Ketiga

faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi

terhadap perubahan lingkungan.

c. Karakteristik Pekerja

Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan

faktor pengaruh yang paling penting karena perilaku merekalah

yang dalam jangja panjang akan memperlancar atau merintangi

tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya

yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber

daya yang ada didalam organisasi, oleh sebab itu perilaku

pekerja sangat berpegaruh terhadap pencapaian tujuan

organisasi. Pekerja merupakan modal utama didalam organisasi

yang akan berpengaruh besar terhadap evektivitas, karena

walaupun teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang

canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun

tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.

d. Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen

Secara umum, para pemimpin memainkan peranan sentral

dalam keberhasilan suatu organisasi melalui perencanaan,


koordinasi dan memperlancar kegiatan yang ditunjukan kearah

sasaran. Kewajiban mereka para pemimpin untuk menjamin

bahwa struktur organisasi konsisten dengan dan

menguntungkan untuk teknologi dan lingkungan yang ada.

Sudah menjadi tang ung jawab dari para pemimpin untuk

menetapkan suatu sistem imbalan yang pantas sehingga para

pekerja dapat memuaskan kebutuhan dan tujuan pribadinya

sambil mengejar tujuan dan sasaran organsisasi. Peranan

pemimpin ini mungkin merupakan fungsi yang paling penting.

Dengan makin rumitnya proses teknologi dan makin rumit dan

kejamnya keadaan lingkungan, peranan manajemen dalam

mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi

tidak hanya bertambah sulit, tapi juga menjadi semakin penting

artinya.

B. Pengelolaan

1. Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang

dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan cara

menggunakan manusia dan sumber-sumber lain menurut Moekijat.

Secara etomologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelola dan

biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk

mencapai tujuan tertentu. Jadi pengelolaan merupakan ilmu manajemen


yang berhubungan dengan proses mengurus dan menangani sesuatu yang

mewujudkan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sedangkan menurut

Nugroho pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu

manajemen.

Selanjutnya Terry mengungkapkan bahwa pengelolaan sama

dengan manajemen sehingga pengelolaan dipahami sebagai suatu proses

membeda-bedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat

menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.12

Menurut Drs. Winarno Hamiseno pengelolaan adalah berasal dari

kelola. Sedangkan kelola adalah suatu tindakan yang dimulai dari

penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan

sampai dengan pengawasan dan penilaian. Bertolak dari hal tersebut

Sedarmayanti mengatakan bahwa pengelolaan di dalam aspek

pemerintahan disebut dengan tata kelola yang merupakan serangkaian

tindakan yang bertujuan untuk mengatur, mengelola sesuatu yang

bertujuan agar dapat berjalan selaras dengan arah dan ketentuan yang

berlaku agar dapat menghasilkan output yang sesuai. Dalam konsep

tata kelola pemerintahan seluruh aspek pemerintahan baik politik,

ekonomi, sosial, budaya maupun sumber daya alam yang ada memiliki

model pengelolaan dengan menggunakan tata kelola pemerintahan yang

12
I Made Suwecantara, dkk, Efektivitas Pengelolaan..., hlm 627.
baik (good governance).13

Menurut Suharsimi arikunta pengelolaan adalah subtantifa dari

mengelola, sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari

penyususnan data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan,

sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan kemudia

pengelolaan menghasilkan suatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber

penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya.14

Marry Parker Follet mendefinisikan pengelolaan adalah seni atau

proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pecapaian

tujuan. Dalam penyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor

yang terlibat: 15

a. Adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya

manusia maupun faktor-faktor produksi lainya.

b. Proses yang bertahap mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan

pengawasan.

c. Adanya seni dalam penyelesaian pekerjaan.

Drs. M. Manulang dalam bukunya dasar-dasar manajemen istilah

pengelolaan (manajemen) mengandung tiga pengetian, yaitu : pertama,

13
Suharsimi Ari Kunto, Pengelolaan SeBagai Sebuah Pendekatan Evaluatif (Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 08.
14
Daryanto, kamus indonesia lengkap (Surabaya : Apollo, 1997), hlm 348.

15
Erni Tisnawati Sule, dan Kurniwan Saefullah, pengantar manajemen (Jakarta :
Kencana Perdana Media Goup, 2009), hlm 06.
manajemen sebagai suatu proses, kedua, manajemen sebagai kolektifitas

orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen dan yang ketiga,

manajemen sebagai suatu seni (suatu art) dan sebagi suatu ilmu.

Menurut pengertian yang pertama yakni manajmen sebagai suatu

proses, Dalam buku encyclopedia of the social sciences dikatakan

bahwa manajemen adalah suatu proses dengan proses mana pelaksanaan

suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Sedangkan menurut

pengertian yang kedua, manjemen adalah kolektivitas orang-orang yang

melakukan aktivitas manajemen. Dan menerut pengertian yang ketiga,

manajemen adalah suatu seni atau ilmu adalah seni dan ilmu

perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan

pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan

yang sudah ditetapkan terlebi dahulu.16

2. Prinsip-Prinsip Pengelolaan

Dari sekian banyak prinsip manajemen yang dapat diajarkan dan

dipelajari oleh seorang calon manajer, diantaranya yang terpenting

adalah:

a. Prinsip pembagian kerja

Tujuan dari pembagian kerja adalah agar dengan usaha yang

sama dapat diperoleh hasil kerja yang terbaik, pembagian kerja

sendiri dapat membantu pemutusan tujuan, dan disamping itu juga

16
M. Manulang, Dasar‐Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesi, 1990), hlm 15‐17.
merupakan alat terbaik untuk memanfaatkan individu-individu dan

kelompok orang sesuai dengan bidang keahlianya masing-masing.

b. Prinsip wewenang dan tanggung jawab

Untuk melengkapi sebuah organisasi, unit-unit pegawai

digabungkan melalui suatu wewenang, sedangkan fungsi dari

wewenang tersebut yakni : tanggung jawab yang menjadi kuwajiban

setiap individu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan terbaik dari

kemampuan yang dimilikinya. Setiap manajer harus memiliki

keseimbangan antara tanggung jawab dan wewenang. Wewanag

harus didelegasikan atau dibagi oleh seorang manajer pada pihak-

pihak lain untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban khusus.

Pendelegasian wewenang adalah untuk memutuskan perkara-perkara

yang cenderung menjadi kewajibanya. Namun wewenang akhir tetap

berada pada manajer yang memegang wewenang untuk mengelola

seluruh kegitan dan memikul tanggung jawab terakhir.

c. Prinsip Tata Tertib dan Disiplin

Dalam suatu oraganisasi pastilah terdapat tata tertib yang

belaku di dalam organisasi tersebut baik yang tertulis, melalui lisan,

peraturan-peraturan dan kebiyasaan yang telah lama memebudaya

dilingkungan tersebut. Dan setiap orang yang ada didalam organisasi

tersebut harus bisa bersikap disiplin dalam menta’ati tata tertib yang

ada, karena Sebuah usaha atau kegiatan ang dilakukan dengan tertib

dan disiplin akan dapat meningkatkan kualitas kerja. Dan dengan


meningkatnya kualitas kerja akan pula menaikkan mutu hasil kerja

sebuah usaha.

d. Prinsip kesatuan komando

Satu komando artinya satu tujuan yang satu terhadap satu orang

pimpinan saja, tidak mungkin dalam suatu organisasi terdapat dua

manajer sekaligus, karena setiap tindakan para petugas hanya

menerima perintah dari satu atasan saja, bila tidak, wewenag akan

dikurangi, disiplin terancam, ketertiban terganggu dan akan

mengalami ujian.maka dari itu perintah hanya datang dari satu

sumber saja jadi setiap orang juga akan tahu pada siapa ia harus

bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang telah diberiikan

kepadanya.17

C. Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja

(usaha atau sebagainya).18 Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen

adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain

dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba.19

Pendapatan adalah jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang

17
M. Manulang, Dasar‐Dasar.., hlm. 17-19.

18
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2018), hlm 185.
19
BN. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013), hlm 230.
dan jasa yang dijual.Pendapatan adalah aliran masuk aktiva atau

pengurangan utang yang diperoleh dari hasil penyerahan barang atau jasa

kepada para pelanggan.20

Pendapatan adalah kenaikan modal perusahaan akibat penjualan produk

perusahaan. Arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya atas aktiva atau

penyelesaian kewajiban entitas (atau kombinasi dari keduanya) dari

pengirim barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan

operasi utama atau operasi sentral perusahaan.

Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan

kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu

berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha

perorangan dan pendapatan dari kekayaan. Besarnya pendapatan seseorang

bergantung pada jenis pekerjaannya.21

Soekartawi menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya

barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan

bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja

bertambah, tapi juga kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian.

Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatan beras yang

20
Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar,Edisi Lima, (Jakarta: Salemba
Empat,2009), hlm 54.
21
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi, Rajagrafindo Persada (Jakarta,
2016), hlm 47.
dikonsumsikan adalah kualitas yang kurang baik, akan tetapi setelah adanya

penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi kualitas yang lebih

baik.22

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu

daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa

kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari

konsumsi maka akan disimpan pada bank yang tujuannya adalah untuk

berjaga-jaga apabila baik kemajuan dibidang pendidikan, produksi dan

sebagainya juga mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat. Demikian pula

hanya bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat

kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula.23

Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa pendapatan adalah arus kas masuk yang berasal dari kegiatan normal

perusahaan dalam penciptaan barang atau jasa yang mengakibatkan

kenaikan aktiva dan penurunan kewajiban. Sedangkan menurut Boediono

pendapatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

dipengaruhi:

a. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber

pada, hasil-hasil tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.

22
Soekartawi, Faktor-faktor Produksi (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm 132.

23
Mahyu Danil, “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”, Journal Ekonomika Universitas Almuslim
Bireuen Aceh, Vol. IV No (2017), hlm 7- 9.
b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, harga ini

ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar faktor

produksi.

c. Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan.

Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.

Hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang

sangat penting dalam berbagai permasalahan ekonomi. Kenyataan

menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya

pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi

juga turun. Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada

kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya.

Distribusi pendapatan adalah penyaluran atau pembelanjaan masyarakat

untuk kebutuhan konsumsi. Kurangnya distribusi pendapatan dapat

menimbulkan daya beli rendah, terjadinya tingkat kemiskinan,

ketidakadilan, kelaparan dan lain-lain yang akhirnya akan menimbulkan

antipati golongan masyarakat yang berpendapatan rendah terhadap yang

berpendapatan tinggi, sehingga akan menimbulkan kecemburuan sosial di

dalam masyarakat.24

2. Karakteristik Pendapatan

24
Ibid, hlm 09.
Walaupun jenis pendapatan yang dimiliki setiap perusahaan berbeda-

beda, tetapi dari sudut akuntansi seluruh pendapatan tersebut mulai dari

kelompok pendapatan yang berasal dari penjualan barang jadi hingga

pendapatan dari penjualan jasa memiliki karakteristik yang sama dalam

pencatatannya. Karakteristik pendapatan dibagi menjadi dua karakteristik

yaitu:

a. Jika bertambah saldonya, harus dicatat disisi kredit. Setiap

pencatatan di sisi kredit berarti akan menambah saldo pendapatan

tersebut.

b. Jika berkurang saldonya harus dicatat di sisi debet. Setiap

pencatatan di sisi debet berarti akan mengurangi saldo pendapatan

tersebut.

Karakteristik pendapatan adalah:

a. Bahwa pendapatan itu muncul dari kegiatan-kegiatan pokok

perusahaan dalam mencari laba.

b. Bahwa pendapatan itu sifatnya berulang-ulang atau

berkesinambungan kegiatan-kegiatan pokok tersebut pada

dasarnya berada dibawah kendali manajemen.25

3. Jenis-jenis Pendapatan

25
Hery dan Widyawati Lekok, Akuntansi Keuangan Menengah (Jakarta: Bumi
Aksara,2012), hlm 24.
Dalam praktiknya komponen pendapatan yang dilaporkan dalam

laporan laba rugi terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok

(usaha utama) perusahaan.

b. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari luar usaha

pokok (usaha sampingan) perusahaan.26

Laporan laba rugi terdapat dua kelompok pendapatan yang terdiri

dari:

a. Pendapatan Utama

b. Pendapatan Lain-Lain

Berikut adalah penjelasan komponen pendapatan:

a. Pendapatan Utama

Pendapatan utama berasal dari kegiatan utama perusahaan.

b. Pendapatan Lain-lain

Berasal dari pendapatan yang tidak merupakan kegiatan utama

perusahaan. Misalnya pendapatan bunga bagi perusahaan

perdagangan. Selain itu, juga dalam beberapa kasus terdapat

pendapatan dan kerugian dari pos luar biasa.27

26
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama Cetakan Kelima (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014), hlm 46.
27
Ibid., hlm 47.
D. DESA

Desa, menurut definisi "universal", adalah sebuah aglomerasi

permukiman di area perdesaan. Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian

wilayah administratif di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa.

Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit permukiman kecil

yang disebut kampung.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut

dengan nama lain, misalnya di Sumatra Barat disebut dengan istilah nagari,

Kalimantan Timur disebut dengan istilah kampung. Begitu pula segala

istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan

karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu

pengakuan dan penghormatan Pemerintah terhadap asal usul dan adat

istiadat setempat.28

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca

yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) desa adalah suatu kesatuan wilayah yang

dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri

yang dikepalai oleh seorang kepala desa. Desa adalah salah satu bentuk kuno

dari kehidupan bersama sebanyak beberapa ribu orang, hampir semuanya

saling mengenal, kebanyakan didalamnya hidup dari pertanian perikanan

dan sebagainya. Desa juga didefenisikan sebagai suatu masyarakat hukum

yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat
28
https://id.wikipedia.org/wiki/Desa
istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat. Desa juga dapat dipahami sebagai lembaga asli pribumi yang

mempunyai wewenang mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan

hukum adat.29

Didalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 yang dimaksud

dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, yang diakui dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Dari beberapa defenisi tentang desa yang dijelaskan diatas dapat di

simpulkan bahwa desa merupakan self community yaitu komunitas yang

mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman bahwa desa memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya

sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa yang

memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang

seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan

otonomi desa yang akan mempengaruhi perwujudan otonomi daerah.

E. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

1. Undang-Undang BUMDes

29
Wasistiono dan Tahir, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalama
Rangka Otonomi Daerah (Jakarta : Purnama, 2015), hlm 10.
Badan usaha milik desa yang sering disebut dengan BUMDES

adalah sebuah lembaga usaha desa yang dikelola oleh pemerintah desa juga

masyarakat desa tersebut dengan tujuan untuk memperkuat perekonomian

desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi yang ada di Desa

tersebut. BUMDES merupakan suatu badan usaha yang mampu membantu

masyarakat dalam segala hal antara lain memenuhi kebutuhan sehari-hari,

menjadi peluang usaha atau pekerjaan, menambah wawasan masyarakat

desa.30

Badan usaha milik desa (BUMDES) Lahir dari suatu pedekatan

baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa berdasarkan kebutuhan potensi

desa, pengelolaan bumdes sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat desa,

yaitu dari desa, oleh desa dan untuk desa.31

Menurut Permendes No 04 tahun 2015 Badan Usaha Milik Desa,

selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola

aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan masyarakat desa.

Badan Usaha Milik Desa merupakan badan usaha yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Pasal 87

Undang-Undang Tentang Desa tersebut mengatakan bahwa desa dapat

30
Wiratna Sujarweni, Akuntansi Bumdes (Badan usaha milik desa), (Jakarta : Jakarta,
Pustaka baru press,2019), hlm 7.
31
Cucu nurhayati, BUMDes dan kesejahteraan masyarakat,(Jakarta : pusat penelitian
badan keahlian DPR RI, 2018), hlm 3.
mendirikan BUMDesa. Keberadaan BUMDesa tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat

melalui berbagai kegiatan usaha yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi

desa.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan

bahwa Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola

aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan masyarakat desa.32

Badan Usaha Milik Desa menurut Peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015

tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan

Usaha Milik Desa yaitu Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disebut

BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan

usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat

desa.Selanjutnya dalam Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Bumdes,

Badan Usaha Milik Desa merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang

berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial

(commercial institution). Badan Usaha Milik Desa sebagai lembaga sosial


32
Peraturan Penerintah Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 87
berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam

penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial

bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang

dan jasa) ke pasar.33

Peraturan pemerintah tentang BUMDes telah diatur pada pasal 1

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa menjelaskan bahwa

badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan desa dipisahkan guna mengelola aset,

jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk kesejahteraan masyarakat desa.34

Sedangkan, menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintmah Daerah pada pasal 213 ayat (1) dalam hal ini.

Demikian pula permendagri Nomor 39 tahun 2010 tentang Badan Usaha

Milik Desa dijelaskan bahwa BUMDes merupakan suatu lembaga/badan

perekonomian desa yang berbadan hukum yang dibentuk dan dimiliki oleh

pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan

oleh pemerintah desa dan masyarakat.

33
I Made Suwecantara, dkk, “Efektivitas Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Desa,” (e jurnal pemerintah integratif , 2018). hlm 627
34
Ridwan Zulkarnain,‘‘ Payung Hukum Pembentukan BUM-Desa,’’ jurnal Ilmu Hukum
Vol 7 No.3 (September , 2013). Hlm 356 .

Anda mungkin juga menyukai