Anda di halaman 1dari 3

Diskusi Sesi 2:

Dalam bahasa Inggris, efektivitas disebut dengan effective yang artinya berhasil atau sesuatu hal yang
dilakukan atau dibuat berhasil dengan baik. Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian
efektivitas: Menurut Siagian dalam Indrawijaya, memberikan penjelasan bahwa dinilai baik tidaknya
suatu pelaksanaan tugas dilihat dari proses pelaksanaannya dan juga biaya yang digunakan. Sedangkan
efektivitas yang dikemukakan oleh Ahadi yaitu suatu organisasi barangkali bisa efisien, tetapi tidak
efektif dalam pendekatan pencapaian tujuan organisasi. Semakin dekat tujuan organisasi ketujuannya,
maka semakin efektif organisasi tersebut. Hasibuan meyatakan bahwa efektivitas adalah Tercapainya
sasaran yang eksplisit dan implisit. Pernyataan tersebut cenderung mengandung efektivitas dalam
tingkat efisiensi.

Lain halnya dengan pendapat Robbins dalam Indrawijaya, bahwa “Efektivitas dapat didefinisikan
sebagai tingkat pencapaian organisasi berdasarkan tujuan jangka pendek (tujuan) dan jangka panjang
(cara). Pemilihan mencerminkan konstribusi strategis, tingkat kehidupan organisasi, dan minat
mengevaluasi”. Lebih lanjut menurut Saxena dalam Indrawijaya, mengemukakan bahwa “Efektivitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, waktu) telah tercapai.
Tingkat efektivitas semakin tinggi dipengaruhi oleh besarnya target yang dicapai”. Pada umumnya
orientasi pemerintah (yang tidak mencari laba) berorientasi ke pencapaian efektivitas.
Menurut pendapat P. Robbins Stephen, efektivitas adalah menjalankan aktivitas-aktivitas yang secara
langsung membantu organisasi mencapai berbagai sasaran. Sedangkan Georgepoulos dan
Tannenbaum yang dikutip oleh Indrawijaya mendefinisikan “Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian
tujuan dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi,
tapi juga bagaimana mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran”.

Dari beberapa gagasan para ahli tentang efektivitas, dapat diketahui bahwa konsep efektivitas sendiri
beraneka ragam sesuai dengan masing-masing ilmu yang dimiliki. Walaupun memiliki tujuan efektivitas
yaitu agar tujuan dapat tercapai. Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang amat
sederhana, karena efektivitas dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang serta tergantung pada
siapa yang menafsirkan dan menilainya. Bila dilihat dari sudut produktivitas, bahwa seorang manajer
produksi menyampaikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kuantitas dan kualitas (output) barang
dan jasa.

Secara eksplisit, Robbin yang dikutip Effendi menjelaskan ada empat pendekatan dalam memandang
efektivitas suatu organisasi, yaitu sebagai berikut:
a) Pendekatan pencapaian tujuan (goals attainment apparoach). Pedekatan yang memandang bahwa
keefektifan suatu organisasi harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan (ends),
keseimbangan caranya (means).
b) Pendekatan sistem (system approach). Pendekatan guna meningkatkan eksistensi suatu organisasi,
sehingga yang perlu diperhatikan dalam pendekatan ini yaitu SDM, struktural organisasi serta
pemanfaatan teknologi.
c) Pendekatan konstituensi-strategi (stratefic-constituencies approach). Pada pendekatan ini, agar
suatu organisasi dapat melangsungkan kehidupannya, maka diperlukan dukungan terus menerus.
d) Pendekatan yang nilai-nilai yang bersaing (competing value approach). Pendekatan ini adalah
gabungan dari ketiga pendekatan diatas, masing-masing didasarkan pada suatu kelompok nilai.

Etzioni dalam organisasi modern, mengemukakan pendekatan pengukuran efektivitas organisasi yang
disebut system model yang terdiri dari empat kriteria, yaitu adaptasi, integrasi, motivasi dan produksi.
a) Adaptasi. Adaptasi mempersoalkan kemampuan organisasi untuk menyelaraskan diri dengan
lingkungannya.
b) Integrasi. Integrasi merupakan pendekatan yang mengukur tingkat efektivitas terhadap
tingkat kemampuan organisasi dalam melakukan sosialisasi, mengembangkan konsensus serta
berbagai bentuk komunikasi lainnya.
c) Motivasi. Motivasi merupakan pendekatan yang mengukur tingkat efektivitas mengenai
kelengkapan sarana dalam pelaksanaan tupoksi, serta hubungan perilaku organisasi dengan
organisasinya.
d) Produksi. Pendekatan yang mengukur tingkat efektivitas dengan dihubungkannya dengan intensitas
kegiatan suatu organisasi serta jumlah dan mutu keluaran suatu organisasi.

Pandangan Georgepoulus dan Tannenbaum dalam Lawarance menjelaskan bahwa suatu pendekatan
yang diperoleh lebih dipertanggungjawabkan, seperti yang diajukan oleh para peneliti, ialah suatu
sistem pengukuran efektivitas yang menerapkan beberapa unsur yang biasa diperoleh dalam
kehidupan organisasi yang efektif.
Hasil studi menunjukkan adanya penggunaan 3 unsur, yakni produktivitas (efisiensi dalam arti
ekonomi), tekanan strees (dibuktikan dengan tingkat ketegangan dan konflik), dan fleksibilitas (atau
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan intern dan ekstrn). Strees mengemukakan
kriteria pengukuran efektivitas dalam Mustofa yaitu: a). Produktivitas, b). Kemampuan adaptasi kerja,
c). Kepuasan kerja, d). Kemampuan berlaba, e). Pencarian sumber daya
Streers dalam Lestari mengungkapkan ada tiga indikator dalam mengukur efektivitas. Ia mengatakan
bahwa indikator tersebut sebagai berikut: a). Pencapaian tujuan, b). Integrasi, c). Adaptasi.
Budiani dalam Khadafi dan Mutiarin menyatakan bahwa untuk mengukur efektivitas suatu program
dapat dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel sebagai berikut: a). Ketepatan sasaran
program, b) Sosialisasi program, c). Tujuan program, d). Pemantuan program.

Menurut pendapat Richard M. Steers (1997) menyebutkan beberapa ukuran daripada efektivitas,
yaitu:
a. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi,
b. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan,
c. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian
suatu tugas khusus dengan baik,
d. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan
prestasi tersebut,
e. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban
dipenuhi,
f. Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan masa lalunya,
g. Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu,
h. Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada kerugian waktu,
i. Semangat kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan, yang melibatkan usaha
tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki,
j. Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu untuk mencapai tujuan,
k. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya
bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan.

Sumber:
1. Aziz, M. A. (2021). EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI OPTIK YAURI (Studi Kasus Dalam
Analisis Islamic Studies di Optik Yauri Medan Marelan). Attaqwa: Jurnal Ilmu Pendidikan
Islam, 17(02), 236-246.
2. Werdhani, D. S. (2018). Peran Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Efektivitas Pengelolaan Dana
Desa (Studi Pada Desa Puri Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto) (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945).
Menurut Dimianus (2014:8) Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas
itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:
a. Pendekatan sasaran (Goal Approach) Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu
lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran
efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan
organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran
efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal
berdasarakan sasaran resmi "Official Goal dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya,
dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan program
dalam mencapai tingkat output yang direncanakan.
b. Pendekatan Sumber (System Resource Approach) Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui
keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya Suatu
lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara kendaan dan sistem
agar dapat menjadi efektif Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu
lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam
lingkungannya, dimana dari lingkungan diperoleh sumbersumber yang terdapat pada lingkungan
seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam kegiatan usaha organisasi
dilihat dari seberapa jauh hubungan antara anggota binaan program usaha dengan lingkungan
sekitarnya, yang berusaha menjadi sumber dalam mencapai tujuan.
c. Pendekatan Proses (Internal Process Approach) Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi
dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan
dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini
tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan
terhadap sumber sumber.
Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah prosedur standar
operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadaprangsangan lingkungan, (Steers,
1985:46-48). Berdasarkan uraian di atas, bahwa ukuran daripada efektivitas harus adanya suatu
perbandingan antara input dan output, ukuran daripada efektivitas mesti adanya tingkat kepuasan dan
adanya penciptaan hubungan kerja yang kondusif serta intensitas yang tinggi, artinya ukuran dari pada
efektivitas adanya rasa saling memiliki dengan tingkatan yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai