Anda di halaman 1dari 11

ORGANIZATIONAL EFFECTIVENESS

Mata Kuliah :

Dinamika Organisasi Lembaga Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Djam’an Satori.,M.A.

Oleh :

HERU SANCOKO (2086031006)

EVI FEBRIANI (2086031022)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2020
DAFTAR ISI
1
Halaman

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. i

1. PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 3

2. PENGUKURAN EFEKTIVITAS ORGANISASI……………………………….. 5

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS……………. 7

4. KELEMAHAN PENDEKATAN EFEKTIVITAS ORGANISASI SEBELUMNYA….. 8

5. PARADIGMA BARU PENGUKURAN EFEKTIVITAS ORGANISASIONAL 9

6. KESIMPULAN……………………………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA

ORGANIZATIONAL EFFECTIVENESS

2
(EFEKTIVITAS ORGANISASI)

1. PENDAHULUAN
Pada setiap bidang ilmu pengetahuan, khususnya ilmu manajemen permasalahan
efektivitas dibahas pada semua bagian. Bagian keuangan, pemasaran, operasional, hingga
sumber daya manusia, topik efektivitas menjadi isu sentral organisasi dalam rangka
percepatan pencapaian tujuan. Kriteria ukuran efektivitas organisasi dikembangkan untuk
membandingkan organisasi satu dengan lainnya, mengevaluasi pengembangan organisasi,
dan menentukan karakteristik yang signifikan menuju efektivitas organisasi. Pengukuran
Efektivitas menurut paradigma klasik mempunyai kecenderungan mengukur efektivitas
dengan tingkat produktivitas atau keuntungan sebagai variable dependen dan factor sosiologis
atau psikologis sebagai variable independent. Katz dan Kahn menyatakan bahwa tidak
terdapat kesesuaian data untuk menentukan kriteria suksesnya organisasi, beberapa literatur
menyatakan bahwa efisiensi, produktivitas, absensi, turn over dan profitability secara
eksplisit maupun implisit dinyatakan sebagai definisi efektivitas organisasional. Riset
evaluasi tentang efektivitas organisasional umumnya menyangkut dua tema pokok. Tema
pertama tentang evaluasi untuk menentukan apakah program efektivitas organisasi dapat
dijalankan atau tidak (Rossi and William, 1972). Tema kedua tentang bagaimana teori-teori
tersebut dapat membantu di dalam aplikasi efektivitas organisasi secara umum (Campbell,
1977). Sejalan dengan teori ini secara umum, bahwa efektivitas organisasi hanya bisa
digunakan untuk tujuan tujuan tertentu saja. Untuk mengantisipasi hal ini, kemudian
digunakan “natural system approach” yang mengaitkan efektivitas organisasi dengan tujuan.
(Ghorpade, 1971) Menurut Georgiou (1973) tujuan organisasi berkaitan dengan penilaian
individu (value judgment), yang masing-masing organisasi memiliki struktur reward tertentu.
Value judgment ini melihat apakah proses organisasi yang dijalankan sesuai dengan tujuan
organisasi dan hal ini yang membedakannya dalam menilai efektivitas organisasional.
Semua organisasi harus menentukan beberapa efektif mereka telah menggunakan
sumber-sumbernya untuk mencapai tujuan objektif mereka. Dari kata lain, mereka harus
mengetahui apakah mereka pandai terhadap apa yang mereka usahakan untuk diselesaikan
(dicapai). Ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, untuk beberapa alasan. Masalah
sulit lainnya ada pada definisi dari terima efektivitas.

Beberapa tokoh yang mengemukakan tentang efektivitas antara lain:

3
a. Frederick W Taylor, mengatakan bahwa efektivitas ditentukan oleh beberapa
faktor. Misalnya: memaksimalkan produksi, meminimalkan biaya, keunggulan teknik,
mengoptimalkan penggunakan sumber, dan spesialisasi tugas.
b. Henry Fayol, efektivitas adalah fungsi dari kejelasan wibawa/sumber dan
disiplin dalam organisasi, kesatuan perintah/pimpinan dan tujuan, permintaan,
keadilan, kestabilan, inisiatif, dan esprit de corps.
c. Elton W Maya dan penganut-penganut hubungan manusia, efektivitas adalah
produktivitas yang dihasilkan dari kepuasan pegawai dan kebutuhan kepuasan fisik
dan mental pegawai .

d. Cameron (1986) dalam Robert B. Carton dan Charles W. Hofer membangun


model kinerja dengan pendekatan: model tujuan (goal model), model sistem sumber
daya (system resource model), model proses internal (internal process model), model
konstituen strategi (strategic constituencies model), model nilai-nilai bersaing
(competing values model), model legitimasi (legitimacy model), model menyalahkan
dan menggerakkan (fault-driven model), model sistem berkinerja tinggi (high
performing systems model).

Dari delapan model tersebut Cameron mengidentifikasi ke dalam tiga model:


Pendekatan berbasis tujuan (goal based approach) mengusulkan bahwa perusahaan
dikatakan  efektif ketika mampu menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan. multiple
constituency melihat efektivitas organisasi dari konteks kemampuannya untuk
memenuhi tujuan stakeholder yang menyediakan sumber daya untuk organisasi. Dan
Pendekatan sistem (The systems approach) menunjukkan bahwa kinerja multidimensi,
dan harus diperiksa menggunakan serangkaian langkah-langkah secara bersamaan
yang memungkinkan perbandingan di organisasi
e. Schemerhorn (1986), efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur
dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya dengan output realisasi
atau sesungguhnya, dikatakan efektif jika output seharusnya lebih besar daripada
output sesungguhnya.
f. Hidayat (1986), efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Semakin besar persentase
yang dicapai, maka semakin tinggi efektivitasnya.
g. Handoko (2000: 105), Efektivitas adalah hasil yang dicapai pekerja
dibandingkan jumlah hasil produksi lain dengan jangka waktu tertentu.

4
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan efektivitas organisasi adalah
kondisi di mana organisasi fokus menggunakan sumber terbatas, mampu mencapai obyek
yang telah ditetapkan. Konsep Efektivitas dapat dipandang dari tiga perspektif, yaitu:
a. Efektivitas individu menempati posisi dasar dalam konteks efektivitas
organisasi dan menekankan pada penampilan tugas setiap anggota yang ditentukan
beberapa perspektif individu antara lain: keterampilan, pengetahuan, kecakapan,
sikap, motivasi, dan stress.
b. Efektivitas kelompok yang ditentukan oleh tingkat kekompakan anggota,
kepemimpinan, struktur kelompok, status, dan peran masing-masing anggota serta
norma yang berlaku dalam kelompok.
c. Efektivitas organisasi, organisasi terdiri dari individu-individu dan
kelompokkelompok. Oleh karena itu organisasi terbentuk pula dari efektifitas
individu. Organisasi merupakan suatu sistem kerjasama yang kompleks . Efektivitas
ditentukan oleh: fakta, lingkungan, teknologi, strategi, struktur, proses, dan iklim
kerjasama.

2. PENGUKURAN EFEKTIVITAS ORGANISASI


Dalam melihat efektivitas organisasi ditentukan dengan mengukur:
a. Kriteria efektivitas dapat dilihat dari berbagai segi sehingga diperoleh
berbagai versi efektivitas.
1) Dari segi lingkup pengukurannya dikenal adanya efektivitas mikro dan
makro terdiri dari kriteria makro ialah pengukuran efektivitas dari sudut yang
lebih luas, misalnya: keuntungan organisasi/pencapaian tujuan akhir
organisasi. Kriteria mikro ialah pengukuran efektivitas dengan
menitikberatkan pada salah satu aspek yang sempit, misalnya: penampilan
anggota /tingkat ketidakhadiran karyawan.
2) Dari segi jumlah variabel yang digunakan dalam pengukuran dikenal
adanya efektif model variabel tunggal dan jamak. Pengukuran kriteria tunggal
ialah cara melihat efektivitas organisasi dengan hanya menggunakan satu
variabel saja, antara lain; produktivitas diukur dengan data tentang out put,
kepuasan kerja diukur dengan daftar pertanyaan yang di isi oleh para
karyawan, keuntungan organisasi dilihat dari data yang berupa angka-angka
yang diperoleh dari bagian pembukuan teknik ini relatif mudah dilaksanakan.
Sementara itu pengukuran dengan kriteria jamak ialah cara melihat efektivitas

5
organisasi dengan menggunakan sebuah model yang mencakup beberapa
variabel, dimana hubungan antara berbagai variabel tersebut ikut
diperhitungkan.
3) Dari segi waktu pengukuran dikenal adanya efektivitas organisasi statis
dan dinamis. Pengukuran secara statis ialah melihat efektivitas organisasi
dengan mendasarkan diri pada aktivitas yang sudah dilakukan. Pengukuran
dengan cara statis tidak banyak bermanfaat oleh karena itu orang berusaha
menggunakan teknik lain, yaitu; melihat ke depan/lebih dikenal dengan
pengertian Dinamis.
4) Dari segi tingkat generalisasinya dikenal dengan efektivitas terbatas
dan umum. Dengan teknik umum efektivitas diukur berdasarkan kriteria yang
dapat diterapkan pada semua jenis organisasi. Pengukuran efektivitas yang
menggunakan kriteria lebih khusus sesuai dengan karakteristik organisasi yang
bersangkutan, mempunyai arti yang sangat besar bagi organisasi yang
bersangkutan tapi cara ini tidak dapat diterapkan pada organisasi yang lain.
b. Pendekatan dalam melihat efektivitas organisasi melalui:
1) Pendekatan Tujuan, merupakan pendekatan yang paling lazim
digunakan untuk menilai dan melihat efektivitas sebuah organisasi. Meskipun
pendekatan tujuan merupakan teknik yang sederhana, mudah, dan masuk akal
tapi kenyataannya, sering dihadapkan pada sejumlah problem, antaranya
tujuan sebuah organisasi tidak selamanya menghasilkan sesuatu yang tampak
sehingga mudah diukur, sebuah organisasi kadang-kadang memiliki tujuan
yang berdimensi ganda dan menentukan tujuan khusus sebuah organisasi itu
sendiri sering sulit dilakukan.
2) Pendekatan Teori Sistem. Secara intern organisasi dipandang sebagai
kesatuan yang terdiri dari jumlah bagian yang saling mempengaruhi dan saling
bergantung. Sedangkan secara ekstern organisasi dipandang sebagai bagian
dari lingkungan, inputnya diambil dari lingkungan dan outputnya diserap oleh
lingkungan juga. Pendekatan teori sistem memandang organisasi dengan dua
penekanan yaitu; bahwa organisasi mutlak perlu penyesuaian sendiri dengan
kebutuhan lingkungan. secara intern organisasi harus memberikan perhatian
cukup pada siklus input – proses – output dengan efisien dan efektivitas
Organisasi.
c. Efektivitas organisasi dengan ukuran variabel tunggal

6
Cara ini yang paling banyak digunakan karena dianggap paling relevan dengan
tujuan pengukuran tetapi juga memiliki kelemahan yaitu variabel tidak akan sanggup
menggambarkan keseluruhan aspek yang menunjukkan tingkat efektivitas sebuah
organisasi dan lebih menggambarkan pertimbangan nilai yang bersifat normatif
daripada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan secara obyektif . Jika hanya
satu variabel saja sebagai kriteria untuk menentukan efektivitas tidak memberikan
informasi tentang porsi yang sesungguhnya diberikan dalam menyumbang efektivitas
organisasi.
d. Efektivitas organisasi dengan ukuran variabel jamak
Cara ini memperoleh informasi dengan seberapa besar sumbangan setiap
variabel terhadap efektivitas organisasi bersangkut dengan menggunakan model
analisis. Contoh

Variabel Bebas Variabel Terikat

Produktivitas

Efektivitas
Kepuasan Kerja
Organisasi

Pertumbuhan

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS


Organisasi merupakan suatu sistem yang kompleks sehingga tidak sedikit faktor yang
mempengaruhi efektivitasnya baik bersifat intern maupun ekstern, menurut Steers (1985:209)
diantaranya;
a. Karakteristik organisasi berkenaan dengan struktur dan teknologi yang
digunakan didalamnya dan dipengaruhi oleh tingkat komplaksitas dan formalitas
struktur serta sistem kewenangan dalam pengambilan keputusan.
b. Karakteristik lingkungan, organisasi tidak hidup sendirian sehingga terjadi
interaksi antara organisasi dengan lingkungan dan merupakan sesuatu yang tidak
dapat dihindari. Dimensi lingkungan dipengaruhi oleh:
1) tingkat keterpaduan keadaan lingkungan;
2) ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan;

7
3) tingkat rasionalitas organisasi
c. Faktor Pekerja, manusia mempunyai pengaruh terhadap efektivitas organisasi
karena tingkah laku anggota yang diwujudkan dalam kinerjanya akan mempengaruhi
berhasil atau tidaknya suatu efektivitas.
d. Faktor kebijakan dan praktik manajemen, secara garis besar segi-segi yang
berkaitan dengan kebijaksanaan pemimpin mencakup penentuan tujuan strategis,
pencarian dan pemanfaatan sumber daya, penciptaan lingkungan yang merangsang
anggota untuk berprestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambil
keputusan, dan kebijakan yang menyangkut kemampuan organisasi dalam merespon
lingkungan (adaptasi dan inovasi organisasi)

4. KELEMAHAN PENDEKATAN EFEKTIVITAS ORGANISASI SEBELUMNYA


Model-model efektivitas organisasional selama ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan makro, yang memfokuskan perhatiannya pada organization-wide variables as
profit, productivity dan lain lain. Hubungan dinamis antara perilaku individual dan efektivitas
organisasional sebagian besar diabaikan. Pengabaian ini menyebabkan terjadinya kesulitan
mencapai konvergensi diantara berbagai ukuran efektivitas (Steers, 1975). Model-model
efektivitas yang dikembangkan selama ini sebagian besar adalah univariat dengan hanya
menggunakan satu ukuran mengenai keberhasilan perusahaan. Model yang lebih baik adalah
multivariat, yang berusaha mengukur efektivitas dalam hubungannya dengan sejumlah
kriteria yang relevan.
Univariate Effectiveness Model menurut Thorndike (1949) adalah orang yang
pertama kali mencatat adanya kecenderungan umum mengenai penelitian organisasi yang
mengukur efektivitas dalam kaitannya dengan pencapaian beberapa ultimate criterion, seperti
produktivitas, laba bersih, pencapaian misi organisasi atau pertumbuhan organisasi dan
stabilitas. Campbell (1973) mereview berbagai pengukuran efektivitas dengan
mengidentifikasi 19 variabel yang digunakan dalam penelitiannya. Kebanyakan model
pengukuran yang digunakan dengan univariat model seperti:
a. Pengukuran kinerja diukur dengan menggunakan ranking karyawan atau
supervisor,
b. Produktivitas diukur dengan jumlah output yang dihasilkan,
c. Kepuasan karyawan diukur dengan kuesioner self-report,
d. Profit diukur berdasarkan data akuntansi,

8
e. Reward dan Punishment diberikan berdasar tingkat turnover dan absensi.
Banyak peneliti menggunakan univariate model dikarenakan model ini cukup populer,
beberapa kriteria cukup bernilai dalam rangka mengukur efektivitas organisasi dan
pencapaian tujuan organisasi, dan masalah integrasi.
Multivariate Effectiveness Model merupakan pendekatan yang lebih bermanfaat
dalam studi efektivitas yang berfokus pada hubungan antara variabel penting secara bersama-
sama berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi. Model integratif atau multivariat adalah
model yang lebih komprehensif. Georgopoulus dan Tannenbaum (1957) yang
memperkenalkan model ini pertama kali yang menunjukkan efektivitas dalam kerangka
sistem dan menggabungkan banyak variabel secara bersama, yaitu produktivitas, fleksibilitas
dan absensi untuk mengukur efektivitas. Kriteria ini tidak sekedar “system relevant” tetapi
juga mengaplikasikan berbagai variasi dalam organisasi.

5. PARADIGMA BARU PENGUKURAN EFEKTIVITAS ORGANISASIONAL


Efektivitas organisasi selalu menjadi pusat perhatian bidang teori organisasi dan
menjadi objek penelitian. Sejarah construct ditandai oleh adanya pergantian antara
enthusiasm dan dissatisfaction, yang kemudian diikuti dengan gelombang pemikiran
pemikiran baru. Model tersebut memberikan tema yang kurang lebih sama, mereka
memandang organisasi sebagai “intersection of particular influence loops, each embracing a
constituency biased toward assesment of the organization’activities in term of its own
exchanges within the loop” (Connolly et al.,1980: 215), tidak seperti goal dan system
approach, model ini menetapkan kriteria penilaian efektivitas berdasarkan preferensi diantara
berbagai unsur (multiple constituencies) outcome yang dihasilkan oleh kinerja organisasi.
Dalam model multiple constituencies, meskipun dihasilkan melalui common empirical
foundation terdapat ketidaksepakatan dalam beberapa hal. Ketidaksepakatan berkaitan
dengan dua pertanyaan sentral:
a. Bagaimana menilai pencapaian efektivitas organisasional secara keseluruhan
apabila terdapat unsur preferensi kinerja yang berbeda?
b. Apa implikasi penilaian tersebut terhadap tindakan manajerial dimasa yang
akan datang?
Ada empat pendekatan yang berkaitan dengan isu di atas, yaitu: relativistic, power,
social justice dan evolutionary perspektif yang masing-masing berkaitan dengan distribusi
organizational outcome. Zammuto (1984) memperlakukan keempat perspektif tersebut
sebagai kasus spesial tentang effectiveness construct dan menyebabkan terjadinya dua

9
generalisasi mengenai efektivitas organisasi. Kedua generalisasi tersebut berkaitan dengan
effectiveness construct yang didasarkan atas situasi value-based dan time specific.

6. KESIMPULAN
Efektivitas organisasional merupakan persoalan yang sangat kompleks, meskipun
terdapat sejumlah model yang telah dikembangkan dan memberikan yang signifikan terhadap
pemahaman yang lebih jelas, namun masih sedikit yang dapat memberikan manfaat secara
signifikan kepada para peneliti dan manager dalam organisasi. Tidak ada algoritma ilmiah
yang mengkhususkan variabel-variabel yang seharusnya ditandai sebagai kriteria efektivitas
organisasi. Kegiatan tersebut dimuati dengan serangkaian value judgment yang biasanya
saling terjadi konflik dan sering berakhir dengan “political decision.”
Efektivitas organisasional juga dipengaruhi oleh Pemimpin yang memegang posisi kunci
dalam organisasi oleh karena itu dalam efektivitas organisasi harus dilihat pula seberapa jauh
peran yang dimainkan pimpinan di dalamnya dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen
dengan baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Astley, W.G.,& Sachdeva, P.S. 1984. ”Structural Sources of Intraorganizational Power : A


Theoritical Synthesis”. Academy of Management Review. vol. 9. no. 1: 104 – 113.
Campbell, J. F. 1977. On The Nature of Organizational Effectiveness. 13-55
Hickson, et al, 1971; “A Strategic Contingencies’ Theory of Intra Organizational Power”,
Administrative Science Quarterly, vol 16, no 2, pp. 216 - 227.
Ivan T. Robertson, Militza Callinan & Dave Bartram, Organizational Effectiveness the Role
Of Psychology (USA, John Wiley & Sons Ltd, 2002), h. 1.
Lee schlenker dan Alan Matchan, The Effective Organization The Nuts and Bolts of
Business (England, John Wiley & Sons Ltd, 2005), h. 13.
Miner, J. B. 1980. Theories of Organizational Behavior. Illinois. The Dryden Press.
Odiorne, G. S. 1972. Management By Objectives: A System of Managerial Leadership.
Michigan. Pitman Publishing.
Pfeffer, J. 1981. Power in Organizations. Massachusetts. Ballinger Publising Company.
Pfeffer, J. 1982. Organizations and Organization Theory, Masschusetts. Pitman Publishing.
Pfeffer, J. 1991. Managing with Power. Batam. Interaksara.
Pinder, C.C. 1984. Work Motivation. Illinois. Scott Foresman and Company.
Provan,K.G.1980. “Recognizing, Measuring, and Interpreting The Potencial/Enacted Power
Distinction In Organizational Research”. Academy of Management Review. vol 5. no
4: 549 – 559.

11

Anda mungkin juga menyukai